PROGRAMPELATIHAN USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM DI SULAWESI SELATAN
Page3
Latar Belakang
Salah satu kegiatan yang meningkatkan kemampuan usaha baik dalam teknologi, diverisfikasi produk, manajerial maupun pengembangan kelompok usaha adalah bidang hortikultura yang diharapkan mampu menggerakkan ekonomi kerakyatan. Salah satu bidang hortikultura yang banyak ditekuni petani untuk meningkatkan pendapatannya adalah budidaya jamur tiram. Jamur tiram menjadi bahan pangan yang sangat diminati oleh masyarakat Indonesia karena mempunyai kandungan gizi yang tinggi (Pasaribu dkk, 2002).
Jamur tiram merupakan salah satu jamur yang cukup dikenal dan digemari oleh masyarakat karena dapat dikonsumsi dalam keadaan mentah dan segar dalam bentuk masakan maupun dalam bentuk olahan. Jamur tiram ini memiliki tekstur daging yang lembut dan rasanya hampir menyerupai daging ayam serta memiliki kandungan gizi yang tinggi dan berbagai macam asam amino essensial, protein, lemak, mineral, dan vitamin (Martawijaya & Nurjayadi 2010).
Jamur tiram memiliki nilai gizi paling tinggi dibandingkan dengan jenis komoditas jamur lainnya maupun komoditas hewani hal ini dapat terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan Kandungan Gizi Jamur dengan Bahan Makanan Lain (dalam %)
Bahan Makanan
Protein
Lemak
Karbohidrat
Jamur merang
1,8
0,3
4,0
Jamur tiram putih
27
1,6
58,0
Jamur kuping
8,4
0,5
82,8
Daging sapi
21
5,5
0,5
Bayam
-
2,2
1,7
Kentang
2,0
-
20,9
Kubis
1,5
0,1
4,2
Seledri
-
1,3
0,2
Buncis
-
2,4
0,2
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2006.
Terlihat bahwa jamur tiram memiliki kandungan protein dan karbohidrat yang lebih tinggi dari pada daging sapi, namun kandungan lemaknya jauh lebih rendah. Jamur tiram juga memiliki kandungan asam amino hampir sama dengan kandungan asam amino pada telur ayam (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2006).
Besarnya nilai gizi yang dimiliki oleh jamur tiram, memicu permintaan kebutuhan jamur setiap tahunnnya. Di Indonesia kebutuhan pasar jamur tiram saat ini baru terpenuhi 13.825 ton/tahun, dan pada tahun 2015 diperkirakan kebutuhan pasar sekitar 17.500 ton. (Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia, MAJI, 2014).
Tingginya permintaan pasar di Indonesia dialami juga di daerah Sulawesi Selatan seperti yang terjadi di Kota Makassar. Permintaan pasar jamur tiram di Kota Makassar mencapai 100-150 kilogram/hari, namun jika digabungkan hasil produksi dari petani jamur tiram yang berada pada daerah Kabupaten Gowa, Maros dan Kota Makassar hanya bisa memenuhi sebanyak 60-70 kilogram/hari. (Murti Agrointi Mandiri, 2015).
Rendahnya hasil produksi pembudidaya jamur di beberapa daerah di Sulawesi Selatan khususnya Kota Makassar, disebabkan masih rendahnya masyarakat yang tertarik untuk melakukan usaha budidaya jamur tiram, Berdasarkan data yang diperoleh pelaku usaha budidaya jamur tiram di daerah di Sulawesi Selatan untuk sementara hanya tersebar di 3 (tiga) wilayah yakni Kota Makassar, Kabupaten Maros dan Gowa. Hal ini dapat terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Populasi Pelaku Usaha Serta Hasil Produksi Jamur Tiram Di Kabupaten Gowa, Maros dan Kota Makassar
Kota/Kabupaten
Pelaku Usaha (orang)
Produksi (Kg)
Maros
24
35
Makassar
4
15
Gowa
6
20
Jumlah
34
70
Sumber: Murti Agrointi Mandiri, 2015
Data diatas menunjukkan bahwa rendahnya pelaku pembudidaya jamur tiram menyebabkan kebutuhan pasar jamur tiram di Kota Makassar tidak dapat terpenuhi hal ini dikarenakan dengan rendahnya jumlah pelaku usaha budidaya jamur tiram maka hasil produksi jamur tiram menjadi tetap tergolong sangat rendah.
Melihat uraian diatas ini berarti adanya peluang besar untuk menstimulus masyarakat agar mau melakukan usaha budidaya jamur tiram sehingga mayarakat nantinya dapat meningkatkan tingkat kesejahteraannya. Namun dalam menstimulus masyarakat agar mau berwirausaha budidaya jamur tiram diperlukan suatu kegiatan sosialisasi pengenalan usaha jamur tiram berbentuk kegiatan pelatihan agar masyarakat yang dijadikan sasaran dalam kegiatan tersebut dapat mengetahui secara spesifik tentang prospek usaha budidaya jamur tiram.
Berdasarkan hal tersebut maka akan diusulkan sebuah perencanaan program pelatihan usaha budidaya jamur tiram kepada masyarakat yang akan dilakukan di 3 (tiga) wilayah Kabupaten/Kota yakni Soppeng, Pare-Pare dan Palopo. Untuk itu dengan ini kami mengajukan proposal perencanaan program pelatihan usaha budidaya jamur tiram di Sulawesi Selatan.
Alasan Dasar Pemilihan Fokus Usaha
Program pelatihan usaha budidaya jamur tiram di Sulawesi Selatan ini dipilih atas beberapa pertimbangan diantaranya daya serap pasar yang masih sangat tinggi terhadap produk jamur tiram di Sulawesi Selatan. Peluang usaha budidaya jamur tiram sangat terbuka lebar bagi masyarakat serta modal yang disiapkan dalam usaha budidaya jamur tiram yang relatif rendah. Selain itu dengan terstimulusnya masyarakat yang nantinya akan melakukan usaha budidaya jamur tiram maka akan tercipta sebuah lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar usaha karena kegiatan usaha ini membutuhkan tenaga kerja.
Target dan Luaran
Target:
Program usaha ini mempunyai target terjadinya peningkatan efektivitas dan efisiensi dalam:
Menciptakan manajemen usaha tani jamur tiram pola kemitraan pada kelompok usaha tani,
Produksi dan penjualan jamur tiram segar serta media tanam jamur (baglog)
Luaran:
Luaran program usaha ini adalah berupa jasa dan produk/barang:
Jasa berupa pelatihan manajemen usaha bertani jamur tiram (usaha baglog, jamur) bagi petani-petani plasma agar administrasi, manajemen usaha taninya lebih teratur, produksi jamurnya meningkat dan neraca keuntungannya lebih baik serta demonstrasi penggunaan alat
Menciptakan produk jamur tiram sebagai alternative pangan dan produk unggulan daerah dengan model pemberdayaan masyarakat petani.
Keunggulan dan Peluang Usaha
Tingginya gaya konsumsi masyarakat yang sadar Gizi
Produk bisa sebagai obat yg memiliki manfaat bagi kesehatan
Budidaya tidak membutuhkan lahan luas melainkan dapat dilakukan di lahan sempit
Modal yang dibutuhkan relative kecil
Pendapatan yang diterima setiap hari
Produk jamur tiram bisa diolah menjadi produk olahan yang bisa dijadikan tambahan unit bisnis
Permintaan Pasar yang sangat tinggi
Cepat kembali modal
Harga Jamur selalu stabil
Keuntungan yang didapat tergolong tinggi
Tidak perlu skill khusus
Budidaya tetap bisa dilakukan didataran rendah dan dimusim apa saja
Membuka lapangan kerja untuk masyarakat
Sebagai alternative makanan pengganti daging
Pemanfaatan limbah budidaya digunakan sebagai pakan ternak cacing, ikan lele, ternak ruminansia serta digunakan sebagai pupuk tanaman.
Jenis Produk Usaha
Gambar 1. Jamur Tiram Putih ((Pleurotus Ostreatus)
Analisis Pasar
Analisis Permintaan
Untuk wilayah Sulawesi Selatan khususnya Kota Makassar, harga jamur segarnya Rp.30.000 - 40.000/Kg.
Permintaan pasar jamur tiram khususnya di Kota Makassar mencapai 100-150 kilogram/hari, namun hasil produksi dari petani jamur tiram yang berda pada daerah Kabupaten Gowa, Maros dan Kota Makassar hanya bisa memenuhi sebanyak 60-70 kilogram/hari.
Permintaan pasar didominasi masyarakat, selebihya pasar pedagang pengumpul, pasar tradisional dan modern, klinik, rumah sakit, restoran, catering dan hotel.
Segmentasi Pasar
Penetapan segmentasi pasar pada penjualan produk Jamur tiram yaitu:
Masyarakat
Usaha kuliner olahan menengah dan atas
Pasar Modern dan tradisional
Klinik dan Rumah Sakit
Pedagang pengumpul besar & pengecer
Target Pasar
Penetapan target pasar pada penjualan produk jamur tiram yaitu:
Konsumen Rumah Tangga
Konsumen Vegetarian
Konsumen Peduli kesehatan
Pelaku usaha kuliner dan jasa
Pasien Rumah sakit & klinik
Pedagang pengumpul
Pedagang yang berjualan di pasar tradisional & modern
4. Posisi Pasar (Positioning)
Budidaya jamur yang ramah lingkungan dan tidak memakai pupuk kimia dan bahan pengawet.
Jaminan produk yang diberikan ke-konsumen adalah produk jamur yang segar dan higienis
Produk dikemas dengan baik dan bersih
Pelayanan delivery order
5. Analisis Pesaing
Dalam dunia usaha, selalu ada persaingan antar pelaku usaha. Namun berbeda dalam lingkup usaha budidaya jamur para pelaku usaha jamur khususnya di Kota Makassar dan sekitarnya kecendrungan menjadi mitra/rekan kerja hal ini disebabkan karena makin tingginya permintaan jamur di Sulawesi Selatan khususnya Kota Makassar yang tidak bisa terpenuhi setiap hari sehingga para pelaku usaha lebih menjalin kerjasama dalam memasok pemenuhan permintaan pasar di Kota Makassar dan sekitarnya.
Analisis Teknis
Skala Usaha Usaha
Dalam pelaksanaan usaha budidaya jamur tiram direncanakan Skala Usaha sebanyak 5000 baglog (Media Tanam) per Kelompok Usaha
Alur Tahapan Pelaksanaan Produksi
Adapun alur tahapan pelaksanaan produksi budidaya jamur tiram sebagai berikut:
Sterilisasi Baglog dan Inokulasi Baglog serta Pemasukan Baglog di Ruang Inkubasi
Sterilisasi Baglog dan Inokulasi Baglog serta Pemasukan Baglog di Ruang Inkubasi
Pembuatan Kumbung dan Ruangan Inkubasi serta InokulasiPembuatan Media Tanam Jamur Baglog
Pembuatan Kumbung dan Ruangan Inkubasi serta Inokulasi
Pembuatan Media Tanam Jamur Baglog
Pemesanan Bibit Jamur F2
Pemesanan Bibit Jamur F2
Pemeliharaan Media Baglog Selama 3 bulanPemasukan & Penataan Baglog Ke Rumah Jamur (kumbung)
Pemeliharaan Media Baglog Selama 3 bulan
Pemasukan & Penataan Baglog Ke Rumah Jamur (kumbung)
Jamur tiram segar
Jamur tiram segar
Pemanfaatan Limbah Baglog:Pakan ikan lele Pakan ternak besar, kecilPupuk Tanaman pertanianMedia & pakan cacing
Pemanfaatan Limbah Baglog:
Pakan ikan lele
Pakan ternak besar, kecil
Pupuk Tanaman pertanian
Media & pakan cacing
Produk Olahan
Ket: (bakso, crispy, nugget, kripik, abon dll)
Produk Olahan
Ket: (bakso, crispy, nugget, kripik, abon dll)
Limbah Baglog
Limbah Baglog
Gambar 2. Skema Alur Tahapan Produksi Pelaksanaan Budidaya Jamur Tiram
Pembuatan Kumbung (Rumah Jamur)
Kumbung adalah bangunan tempat pelaksanaan usaha budidaya jamur tiram yang terbuat dari bilik berbahan kayu dan bambu. Didalamnya tersusun rak-rak tempat media tumbuh/log jamur tiram.
Pembuatan Ruang Produksi Baglog, Inkubasi dan Inokulasi
Pembuatan ruang produksi baglog, inkubasi dan inokulasi adalah bangunan tempat pelaksanaan produksi pembuatan dan pembibitan media tanam jamur, bangunan ini dibuat satu tempat terbagi 3 ruangan dengan variasi ukuran ruangan yang berbeda.
Bahan Baku Media Tanam Jamur Tiram (Baglog)
Baglog merupakan media tanam tempat meletakkan bibit jamur tiram nantinya baglog akan berfungsi sebagai media yang akan ditumbuhi buah jamur tiram.
Gambar 3. Contoh Baglog dan Model Peletakannya di Dalam Kumbung
Dalam pembuatan Baglog. Bahan dan peralatan yang digunakan yaitu:
Serbuk geragaji,
Bahan Pengisi BaglogDedak padi,
Bahan Pengisi Baglog
Dedak jagung,
Mill,
Gypsum,
Plastik pp,
Kertas/kapuk,
Cap/ring/pipa paralon (berfungsi sebagai penutup baglog).
Air,
Tabung gas,
Drum/tangki pemasakan.
Sebagahagian besar bahan baku yang digunakan dalam pembuatan bibit dan budidaya sangat banyak tersedia disulawesi selatan dan tidak begitu termanfaatkan dengan baik oleh masyarakat setempat sehingga harga yang relatif murah. Seperti dedak padi diperoleh dari limbah pabrik pengolahan padi, Dedak jagung diperoleh dari limbah pabrik pengolahan pakan ternak, Jagung diperoleh dari sentra-sentra jagung Sulawesi selatan seperti bantaeng, bulukumba dan maros.
Peralatan Yang Di Gunakan Dalam Pelaksanaan Budidaya Jamur Tiram Di Kumbung
Setelah pembuatan kumbung dan rak jamur telah rampung maka yang harus dipersiapkan adalah kelengkapan peralatan dalam melaksanakan budidaya pemeliharaan jamur tiram sebagai berikut:
Mesin Pompa air
Penerangan lampu min 10 watt
Sprayer (nozzle)
Selang air min 5 meter
Pisau cutter
Thermometer Suhu & Kelembapan
Analisa Biaya Usaha
Modal pertama untuk mengembangkan budidaya jamur tiram yaitu dengan meningkatkan tempat dan alat-alat yang memadai. Jenis Alat – alat yang diperlukan dan bantuan sarana serta biaya yang diperlukan dalam melakukan budidaya jamur tiram adalah sebagai berikut :
Catatan:
Produksi yang di rencanakan di mulai dari Kegiatan produksi Baglog (F3) hingga pasca panen budidaya jamur tiram
Skala Usaha = 4000 baglog
1 Periode Usaha = 4,5 bulan
Biaya Investasi:
INVESTASI I (PRODUKSI BAGLOG Kapasitas 4000 baglog)
Rincian
Volume
Harga Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
Ruang Produksi Baglog3 x 4 m
1 Unit
3000000
3000000
Ruang Inokulasi Baglog dan Inkubasi 4x6 m
1 Unit
8000000
8000000
Drum Stainless Steam Sterilisasi Baglog
2 Unit
1500000
3000000
Alat Press (E log) Media baglog
1 Unit
1500000
1500000
Drum bekas 240 lt
1 Unit
400000
400000
Tungku Kaki Besi
2 Buah
300000
600000
Peralatan kompor gas
2 Unit
250000
500000
Timbangan 5 kg
2 Unit
200000
400000
Sekop
5 Buah
75000
375000
Cangkul
2 Buah
50000
100000
Ember
6 Buah
5000
30000
Terpal 4x4m
3 Buah
10000
300000
Thermoeter ruang inkubasi
6 Buah
20000
120000
Ayakan Serbuk
2 Buah
100000
200000
Peralatan Inokulasi
2 Paket
250000
500000
Baju Lab
2 Buah
100000
200000
Kulkas 1 pintu
1 Unit
1000000
1000000
Rak Besi untuk penyimpanan bibit F2
1 Unit
1000000
1000000
Rak Baglog di Ruang Inkubasi
8 Buah
300000
2400000
Mesin pencampur bahan baglog (molen)
1 Unit
4500000
4500000
Penerangan (lampu)
8 Buah
50000
400000
Gerobak kecil 3 roda
3 Unit
250000
750000
Gerobak Besar Pengangkut Baglog
2 Unit
400000
800000
Tabung Gas 3 Kg
2 Buah
75000
150000
TOTAL BIAYA INVESTASI I
30.225.000
INVESTASI II (BUDIDAYA JAMUR )
Rincian
Volume
Harga Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
Rumah jamur (kumbung) 6x12 m
1 Unit
800000
8000000
Rak Baglog
8 Unit
300000
2400000
Mesin Pompa air dan Instalasinya
1 Unit
750000
750000
Pisau cutter
4 Buah
10000
40000
Gunting
5 Buah
5000
25000
Keranjang Panen
20 Buah
20000
400000
Timbangan 5 kg
1 Unit
200000
200000
Karung Goni
100 Lembar
5000
500000
Selang
20 Meter
5000
100000
Nozle/ Mata Pengkabut
1 Buah
50000
50000
TOTAL BIAYA INVESTASI II
12.465.000
TOTAL KESELURUHAN BIAYA INVESTASI
42.690.000
Biaya Operasional:
BIAYA OPERASIONAL I (PRODUKSI BAGLOG Kapasitas 4000 baglog)
Rincian
Volume
Harga Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
Pembelian Bahan Serbuk 3200 kg
160 Karung
1000
160000
Pembelian Dedak 720 Kg
720 kg
1500
1080000
Pembelian Kapur
80 Karung
4000
320000
Plastik PP Kemasan Baglog
40 Pak
8000
320000
Tali Rapiah
10 Kg
20000
200000
Kapas/Kapok
5 Karung
40000
200000
Upah mengemas dan Inokulasi baglog
4000 bag
250
1000000
Gaji Pekerja Sortir, steam Baglog
2 0rang
300000
600000
Transportasi Pengambilan Bahan Baglog
1 Truk
1500000
1500000
Pulsa Handphone
1 Orang
50000
50000
Listrik
1,5 bulan
35000
52000
Gas Elpiji 3 Kg
14 Kali Isi
17000
238000
TOTAL BIAYA OPERASIONAL I
5.720.000
BIAYA OPERASIONAL II (Budidaya Jamur Tiram Skala 4000 baglog)
Rincian
Volume
Harga Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
Tenaga Kerja Pengelolah
1 0rang
300000
300000
Plastik Kemasan Panen 1 Kg
40 Pak
12000
480000
Pembelian Kapur
80 Karung (2 Kg)
4000
480000
Transportasi Pemasaran
1 Unit Motor
500000
500000
Listrik
1 Periode (3 bulan)
50000
150000
TOTAL BIAYA OPERASIONAL II
1.910.000
TOTAL KESELURUHAN BIAYA OPERASIONAL
7.630.000
Total Biaya Usaha:
No
Rincian
Jumlah (Rp)
1
Total biaya investasi
42.690.000
2
Total Biaya operasional
7.630.000
TOTAL
50.320.000
G. Analisis Pendapatan
Estimasi Produksi:
Jumlah baglog yang berproduksi = 4000 Baglog
Produkktivitas jamur per baglog =0.100 gram x 5 kali tumbuh = 0.500 gr
Total Produksi Jamur 1 periode (3 bulan) = 0.500 gram x 4000 baglog = 2.000 kg
Estimasi Penerimaan:
Harga jual jamur tiram = Rp 30.000 / Kg
Produksi sebanyak = 2.000 Kg
Maka total penerimaan = Rp 30.000 x 2.000 kg = Rp. 60.000.000
Estimasi Keuntungan:
Jadi, Laba bersih selama 1 periode =
Total Penerimaan – Total Biaya Operasional
No
Rincian
Jumlah (Rp)
1
Total Penerimaan
60.000.000
2
Total Biaya Operasional
7.630.000
Total
52.370.000
Maka laba bersih yang diterima dalam usaha budidaya jamur tiram selama 1 periode adalah Rp 52.370.000
H. Analisis Kelayakan Usaha
Break Even Point (BEP)
BEP Produksi
BEP Produksi = Total biaya operasional / Harga satuan jamur per Kg
Maka perhitungan BEP produksi yaitu Rp 7.630.000 : Rp 30.000 = 254,4 Kg. Artinya budidaya jamur tiram tidak mendapat untung dan juga tidak mengalami kerugian (titik impas) bila jumlah produksi sebesar 254,4 Kg.
BEP Harga
BEP Harga = Total biaya operasional / Jumlah Produksi
Maka perhitungan BEP harga yaitu Rp 7.630.000 : 2000 kg = Rp. 3,815. Artinya usaha ini tidak mendapatkan untung dan juga tidak mengalami kerugian (titik impas) bila harga jual jamur sebesar Rp. 3,815. per Kg
R/C Ratio:
R/C merupakan perbandingan antara jumlah total penerimaan dengan jumlah total biaya yang dikeluarkan selama satu periode. Suatu usaha dinilai layak untuk dikembangkan jika R/C rasio:
R/C Ratio > 1, usaha layak dikembangkan
R/C Ratio < 1, usaha tidak layak dikembangkan
R/C Ratio = 1, usaha impas.
Rumus perhitungan:
R/C Ratio = Total Penerimaan / Total Biaya Usaha
Maka perhitungan R/C Ratio pada usaha budidaya jamur tiram adalah Rp 60.000.000 : Rp 50.320.000= 1.19. Artinya dengan hasil perhitungan R/C sebesar 1.19 maka usaha budidaya jamur tiram ini layak untuk dikembangkan dan dapat memberikan keuntungan. Dimana Setiap modal Rp1.00 akan kembali sebanyak Rp 1.19.
Benefit Cost Ratio (B/C).
B/C rasio merupakan perbandingan antara tingkat keuntungan yang diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan selama pemeliharaan satu periode. Suatu usaha dinilai layak atau memberikan manfaat bila nilai B/C rasio:
B/C Ratio > 0, usaha menguntungkan
B/C Ratio < 0, usaha tidak menguntungkan
B/C Ratio = 0, usaha impas
Rumus perhitungan:
B/C = Keuntungan/Total biaya usaha
Maka hasil perhitungan B/C rasio pada usaha budidaya jamur tiram yakni Rp 52.370.000 : Rp 50.320.000 = 1,04. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa lebih besar dari 0, berarti usaha budidaya jamur tiram dapat memberikan manfaat menguntungkan. Angka B/C sebesar 1,04 berarti dari Rp 1,00 modal yang dikeluarkan akan diperoleh keuntungan sebanyak Rp 1,04.
Payback Period
Payback period adalah kemampuan suatu usaha didalam mengembalikan semua modal/investasi yang ditanam. Payback Period dinyatakan dalam satuan waktu.
Payback period digunakan sebagai salah satu pertimbangan yang melengkapi dalam menganalisis kelayakan suatu usaha, karena dari payback period dapat diketahui jangka waktu pengembalian seluruh modal investasi. Semakin pendek waktu pengembalian maka semakin layak suatu usaha, hal ini berarti pula karena semakin besar laba bersih yang diperoleh perusahaan.
Maka, tingkat pengembalian biaya investasinya adalah:
Total Biaya Investasi / Keuntungan
No
Rincian
Jumlah (Rp)
1
Total Biaya Investasi
42.690.000
2
Keuntungan
52.370.000
Jumlah
0,81
Jadi, keuntungan bersih yang di dapatkan dalam 1 periode dapat mengembalikan biaya investasi sebesar 0,81 x 100 % = 81 %.
Untuk mengembalikan sejumlah 100 % biaya investasi yang dikeluarkan diperlukan waktu 100 : 81 = 1.23 periode. Sehingga pada periode ke 2 pelaku usaha budidaya jamur tiram sudah bisa memperoleh keuntungan.
PENUTUP
Demikian proposal ini kami susun, besar harapan kami usaha ini mendapatkan dukungan dari berbagai pihak khususnya dukungan permodalan, dengan harapan akan semakin membuka lapangan kerja bagi masyarakat banyak.
[Type the document title]