logo
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
No. Dokumen
Tanggal Terbit
EFUSI PLEURA No. Revisi
Halaman
0
Mengetahui Ketua Komite Medis
Ditetapkan Oleh Direktur
PANDUAN PRKATEK KLINIS (PPK) 1. Definisi 2. Anamnesis
3. Pemeriksaan Fisik
4. Kriteria Diagnosis
5. Diagnosis Kerja 6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan Penunjang
Kumpulan cairan di rongga pleura. 1. Sesak napas merupakan gejala utama, kadang-kadang disertai perasaan tidak enak di dada. Bila cairan pleura sedikit, maka tidak dapat dideteksi dengan pemeriksaan klinik, tetapi dapat dideteksi dengan radiografi. 2. Kadang-kadang disertai nyeri pleuritik atau batuk nonproduktif, tetapi efusi pleura lebih sering merupakan penyulit pneumonia (efusi parapneumonia). 1. Pada inspeksi : gerak napas tertinggal pada sisi efusi, sela iga nampak melebar dan menonjol. 2. Pada perkusi : suara ketok terdengar redup sesuai dengan luas efusi, dapat membentuk garis Ellysd’amoiciere, tandatanda pendorongan mediastinum, sela iga melebar. 3. Pada palpasi : fremitus raba menurun. 4. Pada auskultasi : suara napas menurun atau menghilang. Suara bronkial dan egofoni sering dijumpai tepat di atas efusi. 1. Anamnesis dijumpai keluhan sesak napas. 2. Pemeriksaan fisik ada gerakan asimetris sisi sakit tertinggal, sela iga melebar, keredupan sisi sakit, fremitus raba menurun sisi sakit, suara napas menurun pada sisi sakit. 3. Foto toraks tampak gambaran cairan efusi pleura. Aspirasi cairan pleura memastikan ada efusi pleura. Efusi Pleura 1. Konsolidasi paru karena pneumonia 2. Neoplasma paru dengan kolaps paru 3. Fibrosis pleura 1. Foto toraks PA atau AP duduk, untuk melihat permukaan cairan pleura. Cairan cenderung menuju ke tempat rendah. Tanda awal radiologi adalah sinus frenikokostalis tumpul. 2. Jumlah cairan pleura > 300 cc tampak pada foto toraks. 3. Bila jumlah cairan sedikit dapat terlihat pada foto toraks dalam posisi dekubitus. 4. Efusi pleura yang terlihat pada foto toraks berbentuk kantong (pocketed/loculated) masih perlu dibedakan dengan gambaran penyakit lain, mungkin diperlukan pemeriksaan penunjang lain seperti USG toraks atau CT scan toraks. 5. Pada efusi minimal tampak sinus kostofrenikus tumpul.
logo
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
8. Tatalaksana
No. Dokumen
Tanggal Terbit
EFUSI PLEURA No. Revisi
Halaman
0
Mengetahui Ketua Komite Medis
Ditetapkan Oleh Direktur
6. Efusi dalam jumlah banyak menyebabkan pendorongan mediastinum / pergeseran mediastinum ke arah yang sehat,tetapi bila tidak ada pergeseran mediastinum, kemungkinan efusi disertai kolaps paru. Penatalaksanaan umum Memperbaiki keadaan umum penderita dengan diit TKTP dan minum banyak. 1. Antibiotika a. clindamycin 600 mg iv/8 jam, membaik dilanjutkan 300 mg po/6jam b. amoxicilin-clavulanic acid 875 mg po/12 jam c. amoxicilin 500 mg/8jam atau penicillin G 1-2juta unit iv/4-6 jam, ditambah metronidazol 500 mg po/iv tiap 812 jam d. penicillin G 1,2 juta unit im/12 jam + chloramphenicol 500 mg/6jam.Antibiotika sebaiknya diberikan sampai foto toraks membaik. 2. Drainase postural dan fisioterapi Posisi tubuh diatur sedemikian rupa sehingga pus dapat keluar dengan sendirinya (akibat gaya berat) atau dengan bantuan fisioterapis. Penatalaksanaan khusus 1. Bronkoskopi Bila pus sukar keluar, maka perlu dilakukan bronkoskopi untuk membersihkan jalan napas dan menghisap pus. 2. Pembedahan Bila antibiotika gagal. Abses menjadi kronik, kaviti tetap ada dan produksi dahak tetap ada sedangkan gejala klinis masih ada setelah terapi yang memadai selama 6 minggu atau ada sisa jaringan parut luas sehingga dapat mengganggu faal paru. Hal ini semuanya merupakan indikasi tindakan bedah.
3. Edukasi 4. Prognosis
5. Lama Perawatan 6. Penelaah Kritis 7. Kepustakaan
Memperbaiki keadaan umum seperti nutrisi, keseimbangan cairan Ad Vitam: dubia ad bonam/ malam Ad sanationam: dubia ad bonam/ malam Ad fungsionam: dubia ad bonam/ malam SMF Paru 1. Alsagaff, Hood, Mukty, Abdul.2010. Dasar-dasar Ilmu Penyakit
logo
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
No. Dokumen
Tanggal Terbit
EFUSI PLEURA No. Revisi
Halaman
0
Mengetahui Ketua Komite Medis
Ditetapkan Oleh Direktur
Paru, Edisi Ke 2. Airlangga University Press, Surabaya : 85-88, 88-96, 108-109. 2. Amin, Z., Bahar, A. 2006. BAB 242 Tuberkulosis Paru in: Sudoyo, Aru (eds) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi IV Jilid II : 988-993. 3. Gerakan Terpadu Nasional Penanganan TB. 2008. Buku Pedoman Nasional Penanggulangan TB. edisi 2. Cetakan Kedua. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: 5, 6-7, 2024. 4. Wibisono, M Yusuf, Winariani, Hariadi, Slamet, 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Penerbit FK UNAIR, Surabaya : 27-35.