12
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Peserta didik di dalam mencari nilai-nilai kehidupan, harus dapat bimbingan sepenuhnya dari pendidik. Karena tugasnya pendidik adalah mendidik peserta didik supaya mempunyai latar belakang yang baik. Karena pada dasarnya anak sejak dilahirkan dalam keadaan fitrah atau suci dan pikirannya masih dalam keadaan kosong, baru akan berisi jika alat indranya mulai bisa menangkap sesuatu. Adapun perkembangan peserta didik itu semata-mata dimungkinkan dan ditentukan oleh dasar keturunan dan lingkungan. Dasar keturunan dan lingkungan akan memberi corak warna terhadap nilai hidup perkembangan bagi peserta didik. Hal ini sebagaimana hadist nabi Muhammad SAW, yang berbunyi "Tidaklah anak yang dilahirkan itu kecuali telah membaca fitrah (kecendrungan untuk percaya kepada Allah), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama yahudi, nasrani, majusi". (H.R. Muslim).
Dasar keturunan dan lingkungan itu yang dapat mempengaruhi perkembangan peserta didik. Peserta didik akan mempunyai nilai-nilai positif jika, pengaruh dari keturunan dan lingkungan itu menumbuhkan nilai-nilai yang positif dan peserta didik juga akan mempunyai nilai-nilai yang negatif jika, pengaruh dari keturunan dan lingkungan itu menumbuhkan nilai-nilai yang negatif. Dilihat dari segi kedudukannya, Peserta didik adalah makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing. mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka peserta didik dalam pendidikan islam memiliki aspek-aspek penting yang perlu di kaji dan kembangkan dalam proses pendidikan.
Secara etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat pengajaran ilmu. Secara terminologi peserta didik adalah anak didik atau individu yang mengalami perubahan dan perkembangan, sehingga masih memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari struktural proses pendidikan. Dengan kata lain peserta didik adalah manusia yang sepanjang hidupnya selalu dalam perkembangan. Kaitanya dengan pendidikan adalah bahwa perkembangan peserta didik itu selalu menuju kedewasaan dimana semuanya itu terjadi karena adanya bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pendidik. peserta didik adalah individu yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan baik dari segi fisik maupun psikis menurut fitrahnya masing-masing. Sebagai individu yang tengah tumbuh dan berkembang, peserta didik memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju arah titk optimal kemampuan fitrahnya (Arifin, 1996).
Peserta didik dalam pendidikan islam adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religius dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak. Dengan demikian dalam konsep pendidikan islam, tugas mengajar, mendidik, dan memberikan tuntunan sama artinya dengan upaya untuk meraih surga. Sebaliknya, melantarkan hal tersebut berarti sama dengan menjerumuskan diri kedalam neraka. Jadi, kita tidak boleh melalaikan tugas ini, adapun hadist nabi yang berbunyi "Muliakanlah anak-anakmu dan didiklah mereka dengan baik". Adapun menurut langeveld "Anak manusia itu memerlukan pendidikan, karena ia berada dalam keadaan tidak berdaya (hulpeoosheid)". Dalam ketidak berdayaan ini yang dimaksud yaitu peserta didik belum mempunyai pengetahuan sama sekali. Dalam al-quran dijelaskan pada surat an-nahl ayat 78 yang berbunyi "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan Allah memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur".
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa manusia mempunyai banyak kecendrungan, ini disebabkan oleh banyak potensi yang dibawanya. Dalam garis besar, kecendrungan itu dapat dibagi menjadi dua, yaitu kecendrungan menjadi orang yang baik dan kecendrungan menjadi orang yang jahat. Kecendrungan beragama termasuk kedalam kecendrungan menjadi baik. Seperti firman Allah dalam al-quran surat ar-rum ayat 30 yang berbunyi "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui".
Dari ayat tersebut dijelaslakan bahwa pada dasarnya peserta didik (anak) itu telah membawa fitrah beragama, dan kemudian bergantung kepada para pendidiknya dalam mengembangkan fitrah itu sendiri sesuai dengan usia peserta didik dalam pertumbuhannya. Dasar-dasar pendidikan agama ini harus sudah ditanamkan sejak peserta didik itu masih usia muda, karena jika tidak demikian kemungkinan mengalami kesulitan kelak untuk mencapai tujuan pendidikan islam yang diberikan pada masa dewasa. Dengan demikian, agar pendidik islam dapat berhasil dengan sebaik-baiknya haruslah menempuh jalan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan peserta didik dan juga harus mempunyai tujuan terhadap perkembangan peserta didik.
Perkembangan peserta didik dalam pendidikan islam bertujuan membangun manusia dan masyarakat secara utuh dan menyeluruh dalam semua aspek kehidupan yang dapat membawa perubahan pada kehidupan berbudaya dan peradaban dalam memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat program kurikulum pendidikan islam. Metodologi pendidikan islam dalam proses belajar mengajar harus menggunakan learning based student learning (belajar berbasis belajar siswa) dan bukan teaching learning (belajar mengajar). Akan tetapi, diorientasikan pada cara mengaktifkan peserta didik, menemukan, dan memecahkan masalah untuk menghasilkan peserta didik yang berkualitas, kreatif, inovatif yang mampu menerjemahkan agama dalam prilaku sosial ditengah kehidupan masyarakat global menuju masyarakat madani. Agama islam mengajarkan kepada pendidik agar menanamkan benih-benih aqidah kepada peserta didik mereka sejak dini.
Menurut psikologi perkembangan peserta didik bertujuan untuk memberikan, mengatur dan menerangkan perubahan dalam tingkah laku serta kemampuan yang sedang berkembang sesuai dengan tingkat usia dan yang mempunyai ciri-ciri universal, dalam artian yang berlaku bagi anak-anak dimana saja dan dalam lingkungan sosial budaya, mempelajari karakteristik umum perkembangan peserta didik, baik secara fisik, kognitif, psikososial, perbedaan-perbedaan yang bersifat pribadi pada tahapan atau masa perkembangan tertentu, tingkah laku anak pada lingkungan tertentu yang menimbulkan reaksi yang berbeda, penyimpangan tingkah laku yang dialami seseorang, seperti kenakalan-kenakalan, kelainan-kelainan dalam fungsionalitas inteleknya. Dalam hal itu, pendidik harus mengetahui hakikat perkembangan peserta didik. Hakikat perkembangan pada peserta didik yaitu terdiri dari perkembangan, pertumbuhan, kematangan, dan perubahan. Hal paling utama yang harus diketahui oleh pendidik yaitu perkembangan.
Menurut Reni Akbar Hawadi (2001), "perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru. Di dalam perkembangan juga tercakup konsep usia, yang diawali dari saat pembuahan dan berakhir dengan kematian". Menurut F.J. Monks, dkk., (2001), pengertian perkembangan menunjuk pada "suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali". Perkembangan juga dapat diartikan sebagai "proses yang kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pematangan, dan belajar".
Kesimpulan umum dapat ditarik dari beberapa definisi diatas adalah bahwa perkembangan tidaklah terbatas pada pengertian pertumbuhan yang semakin membesar, melainkan didalamnya juga terkandung serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan, pemasakan, dan belajar. Perkembangan menghasilkan bentuk-bentuk dan ciri-ciri kemampuan baru yang berlangsung dari tahap aktivitas yang sederhana ke tahap yang lebih tinggi. Perkembangan itu bergerak secara berangsur-angsur tetapi pasti, melalui suatu bentuk atau tahap ke bentuk atau tahap berikutnya yang kian hari kian bertambah maju, mulai dari masa pembuahan dan berakhir dengan kematian. Selain tahap perkembangan, pendidik juga harus mengetahui bagaimana pertumbuhan peserta didik.
Menurut C.P. Chaplin (2002), mengartikan pertumbuhan sebagai satu pertambahan atau kenaikan dalam ukuran dari bagian-bagian tubuh atau dari organisme sebagai suatu keseluruhan. Adapun menurut A.E. Sinolungan (1997), "pertumbuhan menunjuk pada perubahan kuantitatif, yaitu yang dapat dihitung dan diukur, seperti panjang atau berat tubuh". Sedangkan menurut Ahmad Thonthowi (1993), mengartikan "pertumbuhan sebagai perubahan jasad yang meningkat dalam ukuran size sebagai akibat dari adanya perbanyakan sel-sel". Dari beberapa pengertian tersebut dapat dipahami bahwa istilah pertumbuhan dalam konteks perkembangan merujuk perubahan- perubahan itu disebabkan oleh pertumbuhan jasmani dan rohani.
Dalam pertumbuhan jasmani terdiri atas organisme fisik. Pada dimensi ini, proses penciptaan manusia memiliki kesamaan dengan hewan ataupun tumbuhan, sebab semua termasuk bagian dari alam. Setiap alam biotik, memiliki unsur material yang sama, yakni yang terbuat dari unsur tanah, api, udara, dan air. Namun manusia merupakan makhluk biotik yang unsur-unsur pembentukan materialnya bersifat profesional antara unsur tersebut. Sehingga manusia disebut makhluk sempurna terbaik penciptaannya.
Aspek jasmani manusia memiliki dua natur yaitu natur kongkrit berupa tubuh kasar yang tampak dan natur abstrak berupa nyawa yang menjadi sumber kehidupan tubuh. Aspek abstrak jasmani inilah yang mampu berinteraksi dengan aspek rohani manusia. Mendidik jasmani dalam Islam memiliki dua tujuan yaitu: membina tubuh sehingga mencapai pertumbuhan secara sempurna dan mengembangkan energi potensial yang dimiliki manusia yang berlandaskan fisik sesuai dengan perkembangkan fisik manusia.
Adapun aspek rohaniah merupakan suatu dimensi yang sangat penting, dan memiliki pengaruh dalam mengendalikan keadaan manusia agar dapat hidup sehat, tentram, dan bahagia. Pertumbuhan rohani tidak terhambat walaupun keadaan jasmani sudah sampai pada puncak pertumbuhannya. Penciptaan manusia mengalami kesempurnaan setelah Allah meniupkan sebagian ruh ciptaan-Nya. Makhluk yang diciptakan dari tubuh yang dapat dilihat oleh pandangan dan jiwa yang bisa ditanggapi oleh akal. Tetapi tidak dengan panca indera, tubuhnya dikaitkan dengan tanah dan ruhnya pada diri atau jiwanya. Allah maksudkan ruh itu ialah apa yang kita ketahui sebagai jiwa atau an-nafs. Oleh karena itu, maka dalam rangka terlaksana usaha untuk mewujudkan kebahagiaan tersebut adalah mendidik peserta didik dengan pendidikan agama. Sehingga dalam pertumbuhannya akan mengahasilkan nilai-nilai yang baik. Yang dimaksud dengan pendidikan agama tidak hanya upaya untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan agama, tapi sekaligus upaya untuk menanamkan nilai keagamaan dan membentuk sikap keagamaan sehingga menjadi bagian dari kepribadian mereka. Perkembangan dan pertumbuhan jasmani ataupu rohani yang disebutkan diatas, sebenarnya merupakan suatu kesatuan dalam diri manusia yang mempengaruhi satu sama lain. Pertumbuhan dan perkembangan itu pada umumnya berjalan selaras dan pada tahap-tahap tertentu menghasilkan suatu "kematangan", baik kematangan jasmani ataupun rohani.
Istilah kematangan dalam bahasa inggris disebut dengan maturation, sering dilawankan dengan immaturation, yang artinya tidak matang. Adapun dari istilah yang sering digunakan dalam biologi, yaitu yang menunjuk pada keranuman atau kemasakan.
Chaplin (2002) mengartikan kematangan (maturation) sebagai, perkembangan proses mencapai kemasakan atau usia masak, proses perkembangan yang dianggap berasal dari keturunan atau merupakan tingkah laku khusus spesies (jenis, rumpun). Davidoff (1988), menggunakan istilah kematangan (maturation) untuk menunjuk pada munculnya pola prilaku tertentu yang bergantung pada pertumbuhan jasmani dan kesiapan susunan syaraf. Proses kematangan ini juga sangat bergantung pada gen, karena pada saat terjadinya pembuahan, gen sudah memprogramkan potensi-potensi tertentu untuk perkembangan makhluk tersebut dikemudian hari.
Jadi, kematangan merupakan suatu potensi yang dibawa individu sejak lahir, timbul dan bersatu dengan pembawaannya serta turut mengatur pola perkembangan tingkah laku individu. Meskipun demikian, kematangan tidak dapat dikategorikan sebagai faktor keturunan atau pembawaan karena kematangan ini merupakan suatu sifat tersendiri yang umum dimiliki oleh setiap individu dalam bentuk dan masa tertentu. Kematangan mula-mula merupakan suatu hasil daripada adanya perubahan-perubahan tertentu, penyesuaian tertentu dan penyelesaian struktur pada diri individu, seperti adanya kematangan jaringan-jaringan tubuh, syaraf, dan kelenjar-kelenjar yang disebut dengan kematangan biologis. Kematangan terjadi juga pada aspek psikis yang meliputi keadaan berpikir, rasa kemauan, dan lain-lain, serta kematangan dalam aspek psikis ini harus memerlukan latihan-latihan tertentu.
Dalam perkembangan mengandung perubahan-perubahan, tetapi bukan berarti setiap perubahan bermakna perkembangan. Perubahan-perubahan tidak mempengaruhi proses perkembangan seseorang dengan cara yang sama. Perubahan dalam perkembangan bertujuan untuk memungkinkan orang menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana dia hidup. Untuk mencapai tujuan, realisasi diri atau yang biasanya disebut aktualisasi diri merupakan faktor yang sangat penting. Tujuan ini dapat dianggap sebagai suatu dorongan untuk melakukan sesuatu yang tepat, untuk menjadi manusia seperti yang diinginkan baik secara fisik atuapun psikis.
Secara garis besar, perubahan yang terjadi dalam perkembangan dibagi kedalam empat bentuk, yaitu:
Pertama, perubahan dalam ukuran besar terlihat dalam pertumbuhan jasmani dan perkembangan mental seseorang. Dalam pertumbuhan jasmani dilihat dari tinggi dan berat badannya bertambah, kecuali jika keadaan yang tidak normal mempengaruhinya, maka akan terjadi berbagai penyimpangan dalam pertumbuhannya. Dan jika dalam perkembangan mental yaitu akan menunjukan kemajuan yang sama, seperti terlihat pada semakin meningkat dan bertambahnya perbendaharaan kosakata setiap tahunnya, kemampuan dalam berpikir, mengingat, mengecap, dan menggunakan sesuatu yang berlangsung selama masa perkembangannya dari tahun ke tahun.
Kedua, perubaha-perubahan dalam proporsi juga tampak dalam perkembangan mental. Pada anak-anak, imajinasinya sangat bercorak atau diwarnai fantastik, sangat jauh dari kenyataan. Perubahan juga terjadi pada minat-minat dalam diri anak.
Ketiga, hilangnya bentuk atau ciri-ciri lama terjadi dalam perkembangan individu adalah hilangnya bentuk dan ciri-ciri tertentu. Diantara ciri-ciri fisik, terlihat secara berangsur hilangnya kelenjar kanak-kanak (thymus gland) yang terletak dileher, kelenjar pineal pada otak, reflek-reflek tertentu, rambut, gigi dengan hilangnya gigi anak-anak. Sedangkan ciri mental, terlihat dalam perkembangan bicaranya, implus-implus gerakan yang kanak-kanak sebelum berpikir, bentuk-bentuk gerakan bayi, seperti merangakak, merambat, perkembangan penglihatan yang semakin tajam, terutama yang berkaitan dengan rasa dan bau atau penciuman. Keempat, timbul atau lahirnya bentuk ciri-ciri baru berupa perubahan fisik dan mental yang baru. Beberapa perubahan itu terjadi melalui belajar, tetapi kebanyakan daripadanya dihasilkan karena terjadinya proses kematangan yang pada saat lahir belum sepenuhnya dapat berkembang.
Diantara ciri dan bentuk perubahan pertumbuhan fisik yang sangat penting adalah tumbuhnya gigi pertama dan kedua yang terlihat jelas pada masa kanak-kanak memasuki masa remaja. Sedangkan ciri dan bentuk perkembangan mental ialah tumbuhnya rasa ingin, khususnya pengetahuan dan nilai-nilai moral, keyakinan atau kepercayaan agama, bentuk-bentuk bahas aynag berbeda. Dalam perkembangan ada juga faktor yang mempengaruhi peserta didik. Faktor tersebut yaitu faktor nature (alamiah) dan nurture (lingkungan) yang dimana setiap perkembangan manusia dipengaruhi oleh interaksi dari kedua hal tersebut.
Faktor nature (alamiah) muncul dan dipengaruhi oleh aliran filsafat barat yang dikemukakan oleh Jean Jacquess Rousseau (dalam stumpf, 1999). Ia menyatakan bahwa faktor-faktor alamiah mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia. Istilah nature mengandung pengertian faktor-faktor alamiah yang berhubungan dengan aspek bio-fisiologis terutama keturunan, genetis, dan herediter. Perkembangan manusia sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan, sifat-sifat, maupun kepribadian. Bukan hanya yang bersifat fisiologis seperti: berat badan, tinggi badan, warna kulit, rambut, jenis penyakit, akan tetapi juga karakteristik psikologis yang menyangkut tipe, kepribadian, kecerdasan, bakat, kreativitas, dan lain-lain. Dalam faktor ini merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu sebagai totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak atau segala potensi, baik fisik maupun psikis sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen – gen.
Dalam berbagai penelitian yang dilakukan oleh ahli psikologi perkembangan ditemukan bahwa baik kepribadian yang normal ataupun abnormal, pada dasarnya diturunkan dari kedua orang tuanya. Gen yang terdapat di dalam nukleus dari telur yang dibuahi pada masa embrio mempunyai sifat tersendiri pada tiap individu. Manifestasi hasil perbedaan antara gen ini dikenal sebagai hereditas. DNA yang membentuk gen mempunyai peranan penting dalam transmisi sifat-sifat herediter. Timbulnya kelainan familial, kelainan khusus tertentu, tipe tertentu adalah akibat transmisi gen yang abnormal. para ahli psikologi anak berpendapat bahwa hereditas lebih banyak mempengaruhi inteligensi dibandingkan dengan lingkungan. Para ahli Psikologi perkembangan (Papalia dkk, 1998; Santrock, 1999; Helms & Turner, 1995; Haris & Liebert, 1991) mengakui bahwa aspek fisik maupun psikis seorang individu sangat dipengaruhi oleh unsur genetis, dan karakteristik tersebut akan nampak pada sifat-sifat fisik, intelegensi, dan kepribadian.
Sedangkan faktor nurture (lingkungan) dipengaruhi oleh aliran filsafat empirisme yang dikemukakan oleh Jhon Locke. Melalui teori tabula rasa, Jhon Locke mengatakan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan suci, bagaikan kertas putih yang masih bersih, ia percaya bahwa baik dan buruknya perkembangan hidup manusia tidak dilepaskan dari pengaruh lingkungannya. Dalam faktor nurture ini merupakan faktor yang berhubungan dengan lingkungan eksternal seperti, pola asuh, pendidikan, sosial budaya, media masa, status sosial ekonomi, agama, dan sebagainya. Seorang individu akan berkembang menjadi orang dewasa yang baik, mandiri, cerdas, dan bertanggung jawab, apabila ia berada dalam lingkungan hidup yang mendukung perkembangan tersebut. Lingkungan hidup yang buruk akan menyebabkan individu berkembang menjadi seorang pribadi yang tidak baik, bodoh, jahat, dan sebagainya. Pengaruh lingkungan dalam perkembangan memiliki peran yang besar bagi perubahan yang positif atau negatif pada individu. Lingkungan yang baik tentu akan membawa pengaruh positif bagi individu, sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan cenderung memperburuk perkembangan individu.
Seorang psikolog ekologis, Urie Brofenbrenner (dalam Papalia, Olds & Feldman, 2004) menyatakan bahwa lingkungan tersebut bersifat stratifikasi yakni berlapis-lapis dari yang terdekat sampai yang terjauh. Pengaruh lingkungan menjadi lebih kuat pada periode sensitif. Masing-masing pertumbuhan system organ atau anggota tubuh memiliki periode sensitif yang rentan terhadap pengaruh lingkungan. Dalam hadist lain, Nabi Muhammad SAW menunjukkan bagaimana teman dapat mempengaruhi perilaku, karakter, dan perbuatan seseorang dengan memberikan perumpamaan. Nabi Muhammad SAW bersabda "Persamaan teman yang baik dan yang buruk seperti pedagang minyak kesturi dan penipu api tukang besi. Si pedagang minyak kesturi mungkin akan memberinya padamu atau engkau akan membeli kepadanya, atau setidaknya engkau dapat memperoleh bau yang harum darinya. Tapi si penipu api tukang besi mungkin akan membuat pakaianmu terbakar atau kamu akan mendapatkan bau yang tidak sedap dari padanya". (H.R. Bukhari). Dengan demikian, lingkungan dapat mempengaruhi keseluruhan perkembangan psikologi seseorang termasuk tentunya perkembangan kognitif.
Meskipun hereditas (keturunan) dan lingkungan merupakan faktor yang tak dapat diragukan mempengaruhi perkembangan manusia, ada faktor lain yang lebih signifikan dan dominan yaitu kehendak dan kekuatan Allah SWT yang tidak terbatas. Faktor inilah yang memantau dan menjaga besarnya kekuatan alam dan pengasuhan yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia. Hal ini dapat diterapkan pada semua aspek perkembangan. Contohnya, perkembangan kognitif bukan semata-mata produk warisan genetik, ataupun semata-mata produk lingkungan, sebab pada prinsipnya, ia merupakan produk kehendak dan kekuatan Allah SWT. Sehubungan dengan hal ini, hereditas dan kekuatan lingkungan merupakan media yang menunjukkan bahwa Allah SWT memperlihatkan kecenderungan pola dari perkembangan individu. Dengan demikian, kedua faktor ini memiliki batasan dalam mempengaruhi kecenderungan psikologi seseorang secara keseluruhan dan batasan tersebut telah ditentukan oleh Allah SWT.
Peran kehendak Allah SWT dalam menentukan perkembangan individual seperti yang dinyatakan dalam pendekatan Islam akan membantu memahami proses perkembangan yang lebih baik dari pada pendekatan psikologi Barat dengan berbagai cara. Perlu disadari bahwa, tidak semua konstruk dan kecenderungan psikologi dapat secara ketat dipengaruhi oleh pengaruh hereditas dan lingkungan karena bagimanapun individu kadang-kadang menunjukkan kecenderungan tertentu yang secara jelas menyimpang dari penjelasan pengaruh tersebut.
Maka jelaslah, hidup ini penuh dengan ketentuan Illahi. Terutama tampak nyata pada awal kelahiran seseorang. Sebagian beruntung karena memiliki kecerdasan yang istimewa, sementara yang lain hidup dalam keadaan serba kurang keduanya sama saja mempunyai akibat dari perkembangannya, tetapi apa hendak di kata semua ini telah menjadi kodrat Illahi. Dan hasilnya, perkembangan ini pada azasnya berpangkal pada kodrat Illahi atas setiap manusia. Karenanya di atas kodrat itulah sesungguhnya perkembanganya berlangsung.
Dilihat dari pengaruh hereditas dan lingkungan dalam mempengaruhi perkembang peserta didik, masih selalu terjadi perdebatan, seberapa besar kedua faktor tersebut memberikan warna terhadap perkembangan individu. Dari banyak pendapat tersebut secara garis besar terbagi menjadi tiga kelompok yaitu, pertama, pendapat para ahli mengikuti golongan navatisme berpendapat bahwa perkembangan individu itu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir. Kedua, golongan empirisme berpendapat bahwa kebalikan dari pendapat Navatisme di atas. Asumsi psikologis yang mendasari aliran ini adalah bahwa manusia lahir dalam keadaan netral, tidak memiliki pembawaan apapun. Ia bagaikan kertas putih (tabula rasa) yang dapat ditulisi apa saja yang dikehendaki. Ketiga, Golongan Konvergensi muncul karena melihat kedua pendapat (Nativisme dam Empirisme) di atas yang saling bertentangan dan keduanya berada pada garis yang ekstrim, dan banyak mempunyai kelemahan-kelemahan jika dihadapkan pada realitas yang ada terlebih lagi pada abad modern.
Kalau dilihat dari sudut pandang islam, yang diasumsikan dari struktur nafsani tidak lantas menerima ketiga aliran di atas. Disamping terdapat kelemahan-kelemahan, ketiga aliran tersebut hanya berorientasi teorinya pada pola pikir antroposentris. Artinya perkembangan kepribadian manusia seakan-akan hanya dipengaruhi oleh faktor manusiawi. Manusia dalam pandangan islam telah memiliki seperangkat potensi, disposisi, dan karakteristik unik.
Potensi itu paling tidak mencakup keimanan, ketauhidan, keislaman, keselamatan, keikhlasan, kesucian, kecendrungan menerima kebenaran dan kebaikan, dan sifat lainnya. Semua potensi itu bukan diturunkan dari orangtua, melainkan diberikan oleh Allah SWT. Sejak di alam perjanjian (mitsq). Proses pemberian potensi-potensi itu melalui struktur rohani. Oleh karena itu, maka struktur rohani disebut juga dengan fitrah al-munazalah (yang diturunkan). Jadi secara potensial, kondisi kejiwaan manusia tidak netral, apalagi kosong seperti kertas putih. Namun secara aktual manusia tidak memiliki kebaikan atau keburukan yang diwarisi. Kebaikan dan keburukan sangat tergantung pada realisasi dirinya. Perkembangan kehidupan manusia bukanlah diprogram secara deterministic, seperti robot, mesin, atau otomatis. Manusia secara fitri memiliki kebebasan dan kemerdekaan dalam mengaktualisasikan potensinya. Ia berhak memiliki dan menentukan jalan hidupnya sendiri.
Di dalam al quran banyak ditemukan sosok yang memiliki perkembangan kehidupan yang soleh dimana perkembangan itu dipengaruhi oleh faktor keturunan orang tua. Islam menganjurkan kepada umatnya agar setiap manusia memiliki keturuan yang berkepribadian tangguh, baik, dan ahli beribadah. Bukan keturunan yang lemah dalam hal ini dijelaskan dalam surat Al-Ahqah ayat 15 yang berbunyi " Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri".
Perlu diperhatikan bahwa di dalam kebaikan garis keturunan itu ada juga yang menurunkan keturunan yang buruk, jahat dan zhalim. Dalam surat al-Shaffat ayat 113 dijelaskan " Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. Dan diantara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang Zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata".
Jadi keturunan orangtua bukan satu-satunya faktor yang menentukan kepribadian individu. Baik buruknya kepribadian individu bergantung pada faktor-faktor yang kompleks, seperti faktor lingkungan, potensi bawaan, keturunan, bahkan takdir Allah. Adanya takdir atau sunnah Allah, manusia tidak mengetahuinya, manusia tetap disuruh berusaha dengan akal dan kemampuan yang telah diberikan Allah SWT. Berusaha untuk memperbaiki dan meningkatkan dirinya sendiri maupun berusaha untuk memelihara dan membimbing.
DAFTAR PUSTAKA
Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Jaenudin, Ujam. 2015. Teori-teori Kepribadian. Bandung: Pustaka Setia.
Jamaluddin, M. Dery. 2010. Peserta didik dalam pendidikan agama islam. http://deryjamaluddin.page.tl/Peserta-didik-dalam-Pendidikan-Agama-Islam.htm. 1 Desember 2016.
Tarjo, Sutarman. 2013. Faktor-faktor yang mempengaruhi. http://panritanusantara.blogspot.co.id/2013/01/faktor-faktor-yang-mempengaruhi_27.html?m=1. 1 Desember 2016.
Prayogo, Bagus. 2013. Ilmu pendidikan islam. http://yogaqbagus.blogspot.co.id/2014/03/makalah-ilmu-pendidikan-islam-tentang.html. 5 Desember 2016.