Pemeriksaan Makro dan Mikro LCS
Keadaan normal dan beberapa kelainan cairan s erebrospinal dapat diketahui dengan memperhatikan: a. Warna Normal cairan serebrospinal warnamya jernih dan patologis bila berwarna: kuning,santokhrom, cucian daging, purulenta atau keruh. Warna kuning muncul dari protein. Peningkatan protein yang penting danbermakna dalam perubahan warna adalah bila lebih dari 1 g/. !airan serebrospinal berwarna pink berasal dari darah dengan jumlah sel darah merah lebih dari "## sdm/cm$. s dm/cm$. %el darah merah yang utuh akan memberikan memberikan warna merah segar. segar. &ritrosit akan lisis dalam satu jam danakan danakan member memberika ikan n warna warna cucian cucian daging daging di dalam dalam cairan cairan serebr serebrosp ospina inal. l. !airan !airan serebr serebrosp ospina inall tampak tampak purulenta bila jumlah leukosit lebih dari 1### sel/ml. b. Tekanan 'ekanan !%% diatur oleh hasil kali dari kecepatan pembentukan cairan dan tahanan terhadap absorpsi melalui (illi arakhnoid. )ila salah satu dari keduanya naik, maka tekanan naik, bila salah satu dari keduanya turun, maka tekanannya turun. 'ekanan !%% tergantung pada posisi, bila posisi berbaring maka tekanan normal cairan serebrospinal antara *+# cm - pada daerahh lumbal, siterna magna dan (entrikel, sedangkan jika penderita duduk tekanan cairan serebrospinal akan meningkat 1#+$# cm -. Kalau tidak ada sumbatan pada ruang subarakhnoid, maka perubahan tekanan hidrostastik akan ditransmisikan melalui ruang serebrospinalis. Pada pengukuran dengan manometer, normal tekanan akan sedikit naik padaperubahan nadi dan respirasi, juga akan berubah pada penekanan abdomen dan waktu batuk.
)ila terdapat terdapat penyumbata penyumbatan n pada subarakhnoid, subarakhnoid, dapat dapat dilakukan dilakukan pemeriksaan pemeriksaan ueckenstedt ueckenstedt yaitu dengan dengan penekanan penekanan pada kedua (ena jugularis. Pada keadaan keadaan normal normal penekanan penekanan (ena jugularis jugularis akan meninggikan tekanan 1#+# cm - dan tekanan kembali ke asal dalam waktu 1# detik. )ila ada penyumbatan, tak terlihat atau sedikit sekali peninggian tekanan. Karena keadaan rongga kranium kaku, tekanan intrakranial juga dapat meningkat, yang bisa disebabkan oleh karena peningkatan (olume dalam ruang kranial, peningkatan cairan serebrospinal atau penurunan absorbsi, adanya masa intrakranial dan oedema serebri. Kegagalan sirkulasi normal !%% dapat menyebabkan pelebaran (en dan hidrocepha hidrocephalus. lus. Keadaan Keadaan ini sering sering dibagi dibagi menjadi menjadi hidrose0alu hidrose0aluss komunikans komunikans dan hidrose0alu hidrose0aluss obstrukti0. Pada hidrose0alus komunikans terjadi gangguan reabsorpsi !%%, dimana sirkulasi !%% dari (entrikel (entrikel ke ruang subarakhnoid subarakhnoid tidak terganggu terganggu.. Kelainan Kelainan ini bisa disebabkan disebabkan oleh adanya adanya in0eksi, in0eksi, perdarahan subarakhnoid, trombosis sinus sagitalis superior, keadaan+keadaan dimana (iscositas !%% meningkat danproduksi !%% yang meningkat. -idrose0alus obstrukti0 terjadi akibat adanya ganguan aliran !%% dalam sistim (entrikel atau pada jalan keluar ke ruang subarakhnoid. Kelainan ini dapat disebabkan stenosis auaduktus serebri, atau penekanan suatu msa terhadap 0oramen uschka 0or 2agendi (entrikel 34, a. %yl(i dan 0or. 2onroe. Kelainan tersebut bis aberupa kelainan bawaan atau didapat. c. Jumlah sel 5uml 5umlah ah sel sel leuk leukos osit it norm normal al tert tertin ingg ggii 6+" 6+" sel/ sel/mm mm$, $, dan dan mungk ungkin in hany hanyaa terd terdap apat at 1 sel sel polymorphonuklear saja, %el leukosit junlahnya akan meningkat pada proses in0lamasi. Perhitungan jumlah sel harus sesegera mungkin dilakukan, jangan lebih dari $# menit setelah dilakukan lumbal punksi. )ila tertunda maka sel akan mengalami lisis, pengendapan dan terbentuk 0ibrin. Keadaaan ini akan merubah jumlah sel secara bermakna. eukositosis ringan antara "+# sel/mm$ adalah abnormal tetapi tidak spesi0ik. Pada meningitis bakterial akut akan cenderung memberikan respon perubahan sel yang lebih besar terhadap peradangan dibanding dengan yang meningitis aseptik. Pada meningitis bakterial biasanya jumlah sel lebih dari 1### sel/mm$, sedang pada meningitis aseptik jarang jumlah selnya tinggi.
5ika jumlah sel meningkat secara berlebihan 7"###+1#### sel /mm$8, kemungkinan telah terjadi rupture dari abses serebri atau perimeningeal perlu dipertimbangkan. Perbedaan jumlah sel memberikan petunjuk ke arah penyebab peradangan. 2onositosis tampak pada in0lamasi kronik oleh . monocytogenes. &osinophil relati0 jarang ditemukan dan akan tampak pada in0eksi cacing dan penyakit parasit lainnya termasuk !ysticercosis, juga meningitis tuberculosis, neurosiphilis, lympoma susunan sara0 pusat, reaksi tubuh terhadap benda asing. d. Glukosa Normal kadar glukosa berkisar 6"+*# mg9. Kadar glukosa cairan serebrospinal sangat ber(ariasi di dalam susunan sara0 pusat, kadarnya makin menurun dari mulai tempat pembuatannya di (entrikel, sisterna dan ruang subarakhnoid lumbar. asio normal kadar glukosa cairan serebrospinal lumbal dibandingkan kadar glukosa serum adalah ;#,<. Perpindahan glukosa dari darah ke cairan serebrospinal secara di0usi di0asilitasi transportasi membran. )ila kadar glukosa cairan serebrospinalis rendah, pada keadaan hipoglikemia, rasio kadar glukosa cairan serebrospinalis, glukosa serum tetap terpelihara. -ypoglicorrhacia menunjukkan penurunan rasio kadar glukosa cairan serebrospinal, glukosa serum, keadaan ini ditemukan pada derjat yang ber(ariasi, dan paling umum pada proses in0lamasi bakteri akut, tuberkulosis, jamur dan meningitis oleh carcinoma. Penurunan kadar glukosa ringan sering juga ditemukan pada meningitis sarcoidosis, in0eksi parasit misalnya, cysticercosis dan trichinosis atau meningitis =at khemikal. 3n0lamasi pembuluh darah semacam lupus serebral atau meningitis rhematoid mungkin juga ditemukan kadar glukosa cairan serebrospinal yang rendah. 2eningitis (iral, mump, limphostic khoriomeningitis atau herpes simplek dapat menurunkan kadar glukosa ringan sampai sedang. e. Protein Kadar protein normal cairan serebrospinal pada (entrikel adalah "+1" mg9. pada sisterna 1#+" mg9 dan pada daerah lumbal adalah 1"+6" ,g9. Kadar gamma globulin normal "+1" mg9 dari total protein. Kadar protein lebih dari 1"# mg9 akan menyebabkan cairan serebrospinal berwarna >antokrom, pada peningkatan kadar protein yang ekstrim lebih dari 1," gr9 akan menyebabkan pada permukaan tampak sarang laba+laba 7pellicle8 atau bekuan yang menunjukkan tingginya kadar 0ibrinogen. Kadar protein cairan serebrospinal akan meningkat oleh karena hilangnya sawar darah otak 7blood barin barrier8, reabsorbsi yang lambat atau peningkatan sintesis immunoglobulin loka. %awar darah otak hilang biasanya terjadi pada keadaan peradangan,iskemia baktrial trauma atau neo(askularisasi tumor, reabsorsi yang lambat dapat terjadi pada situasi yang berhubungan dengan tingginya kadar protein cairan serebrospinal, misalnya pada meningitis atau perdarahan subarakhnoid. Peningkatan kadar immunoglobulin cairan serebrospinal ditemukan pada multiple sklerosis, acut in0lamatory polyradikulopati, juga ditemukan pada tumor intra kranial dan penyakit in0eksi susunan sara0 pusat lainnya, termasuk ense0alitis, meningitis, neurosipilis, arakhnoiditis dan %%P& 7sub acut sclerosing panense0alitis8. Perubahan kadar protein di cairan serebrospinal bersi0at umum tapi bermakna sedikit, bila dinilai sendirian akan memberikan sedikit nilai diagnostik pada in0eksi susunan sara0 pusat. f. Elektrolit Kadar elektrolit normal !%% adalah Na 161+1"# m&/, K ,+$,$ m, !l 1#+1$# m&/, 2g ,? m&/. Kadar elektrolit ini dalam cairan serebrospinal tidak menunjukkan perubahan pada kelainan neurologis, hanya terdpat penurunan kadar !l pada meningitis tapi tidak spesi0ik.
g. Osmolaritas
'erdapat osmolaritas yang sama antara !%% dan darah 7@@ mosmol/#. )ila terdapat perubahan osmolaritas darah akan diikuti perubahan osmolaritas !%%. h. P Keseimbangan asam bas harus dipertimbangkan pada metabolik asidosis dan metabolik alkalosis. Pcairan serebrospinal lebih rendah dari P- darah, sedangkan P! lebih tinggi pada cairan serebrospinal. Kadar -!$ adalah sama 7$ m&g/8. P- !%% relati0 tidak berubah bila metabolik asidosis terjadi secara subakut atau kronik, dan akan berubah bila metabolik asidosis atau alkalosis terjadi secara cepat.
4olume !% yang diperlukan untuk pemeriksaan antara 1" sampai # ml dan dibagi dalam $ buah tabung steril : 1. 'abung pertama untuk analisa kimia, serologi, dan pemeriksaan khusus misaln ya imunologi. . 'abung kedua untuk analisa bakteriologi. $. 'abung ketiga untuk analisa mikroskopis sel. Adakalanya sukar untuk mena0sirkan adanya darah segar dalam specimen !% karena pungsi dapat melukai pembuluh darah dan menyebabkan ada darah biarpun !% sebetulnya jernih.. Bntuk membedakannya perlu dinilai dalam hal : 1. Pada trauma pungsi menunjukkan adanya penjernihan darah yang berarti antara tabung+tabung pertama dan ketiga. 5ika darah tetap sama banyaknya dalam ketiga tabung, darah itu sangat mungkin sudah ada sebelum dilakukan pungsi 7perdarahan intraserebral/subarakhnoid8. . %etelah tabung+tabung disentri0ugasi cairan atas tidak berwarna jika darah berasal dari trauma pungsi, jika sudah ada darah sebelum pungsi cairan atas berwarna kuning pucat sampai kuning tegas 7>anthokromia8 yang terjadi karena pelepasan hemoglobin dari eritrosit yang lisis. -al ini disebabkan kemungkinan tidak adanya protein dan lemak yang diperlukan untuk menstabilkan membran eritrosit.. PEME!"#S$$% M$#!OS#OP"S Pemeriksaan makroskopis meliputi warna, kekeruhan, p-, konsistensi 7bekuan8, dan berat jenis : &. Warna C Normal warna !% tampak jernih, ujud dan (iskositasnya sebanding air. C 2erah muda D perdarahan trauma akibat pungsi. C 2erah tua atau coklat D perdarahan subarakhnoid akibat hemolisis dan akan terlihat jelas sesudah disentri0uge. C -ijau atau keabu+abuan D pus. C !oklat D terbentuknya methemalbumin pada hematoma subdural kronik. C Eanthokromia D mengacu pada warna kekuning+kuningan biasanya akibat pelepasan hemoglobin dari eritrosit yang lisis 7perdarahan intraserebral/subarachnoid8F tetapi mungkin juga disebabkan oleh kadar protein tinggi, khususnya jika melebihi ## mg/dl. '. #ekeruhan C Normal D tidak ada kekeruhan atau jernih. Walaupun demikian !% yang jernih terdapat juga pada meningitis luetika, tabes dorsalis, poliomyelitis, dan meningitis tuberkulosa. C Keruh D ringan seperti kabut mulai tampak jika jumlah lekosit ##+"##/ul $, eritrosit ; 6##/ml, mikroorganisme 7bakteri, 0ungi, amoeba8, aspirasi lemak epidural sewaktu dilakukan pungsi, atau media kontras radiogra0i.
(. #onsistensi bekuan 'erjadinya bekuan menandakan bahwa banyak darah masuk ke dalam cairan pungsi pada waktu pungsiF darah dalam !% yang disebabkan perdarahan subarachnoid tidak membeku. C Normal D tidak terlihat bekuan C )ekuan D banyaknya 0ibrinogen yang berubah menjadi 0ibrin. Gisebabkan oleh trauma pungsi, meningitis supurati(a, atau meningitis tuberkulosa. 5endalan sangat halus dapat terlihat setelah !% didiamkan di dalam almari es selama 1+6 jam.
ANA3%A A)A'3B2 1. 2etode : perbandingan dengan auadest secara (isual . Prinsip : pada keadaan normal ujud %! seperti air, dengan membandingkannya dapat dinilai adanya perubahan ujud !%. $. Peralatan yang dipergunakan : a. 'abung reaksi b. Kertas putih 6. 'ata cara pemeriksaan : a. 'abung reaksi diisi auadest secukupnya sebagai pembanding. b. !ontoh bahan diisikan pada tabung reaksi yang sama ukurannya dengan pembanding. c. Kedua tabung diletakkan berdekatan dengan latar belakang kertas putih. d. )andingkan contoh bahan dengan auadest. ". 'ata cara pembacaan hasil : a. Warna b. Kejernihan / kekeruhan # H jernih I 1 H berkabut I H kekeruhan ringan I $ H kekeruhan nyata I 6 H sangat keruh c. )ekuan, tidak ada 7negati08 atau ada bekuan 7positi08 PEME!"#S$$% M"#!OS#OP"S &ritrosit dan leukosit masuk ke dalam !% jika ada kerusakan pada pembuluh darah atau sebagai akibat reaksi terhadap iritasi. )ilirubin yang dalam keadaan normal tidak ada dalam !%, mungkin dapat ditemukan dalam !% seorang yang tidak menderita ikterus setelah terjadi perdarahan intrakranial. )ilirubin itu adalah bilirubin tidak dikonjugasi dan karena itu menandakan adanya katabolisme hemoglobin setempat dalam %%P.
Perhitungan sel lekosit dan eritrosit harus segera dilakukan, hal ini dikarenakan 6#9 dari lekosit dapat lisis setelah jam, sedangkan eritrosit akan lisis setelah 1 jam pada suhu ruangan. Perhitungan jumlah eritrosit !% memiliki nilai diagnostik terbatas yaitu untuk di00erensial diagnosis trama pungsi (s hemorhagi subarakhnoid dan koreksi jumlah lekosit !% dan protein untuk kontaminasi darah tepi yang ada kaitannya dengan trauma pungsi. Nilai rujukan normal pada anak dan dewasa untuk jumlah lekosit 7monosit dan limposit8 adalah # J " sel/ul, sedangkan untuk neonatus # J $# sel/ul. Walaupun belum ada kesepakatan batas tertinggi normal netropil dalam !% sebagai patokan dapat dipergunakan sampai angka ?9, hal ini dapat
disebabkan adanya kontaminasi minimal dari darah tepi. %edangkan monosit 71698 lebih rendah dibandingkan limposit 7*<98, tingginya perbedaan ini dapat disebabkan karena monosit sering diklasi0ikasikan sebagai limposit. Pada tahap dini meningitis bakteria akut , netro0il biasanya lebih dari <#9. Peningkatan monosit biasanya diikuti peningkatan limposit, netropil, dan sel plasma merupakan cirri khas meningitis tuberkulosa, meningitis fungi, dan meningitis bakteria kronis . %edangkan pada meningoense)alitis *irus pada awalnya terjadi netro0ilia kemudian berubah ke respons limposit. %pesimen yang 2engandung Garah Adakalanya perlu untuk mengetahui jumlah leukosit atau kadar protein dalam !% yang mengandung darah oleh trauma pungsi. %atu cara kas ar untuk meniadakan pengaruh dari darah trauma ialah dengan menganggap bahwa darah itu berisi 1+ lekosit per 1### eritrositF demikian kalau dalam !% hanya ada darah yang berasal dari trauma pungsi didapat #.### eritrosit/ul maka jumlah lekosit tidak lebih dari $#+6# per ul. Kecuali jika dalam darah pasien itu ada leukositosis tegas, maka menemukan lebih dari 6" leukosit/ul menunjukkan ada pleiositosis yang sudah ada sebelum pungsi. %elain itu perdarahan oleh trauma pungsi menambah sekitar 1 mg protein/dl untuk setiap 1### eritrosit/ul. ANA3%A A)A'3B2 5B2A- &K%3' 1. 2etode : bilik hitung 3mpro(ed Neubauer . Prinsip : !% diencerkan dalam perbandingan tertentu dan lekosit dihitung dalam (olume tertentu. $. Alat yang dipakai : a. Pipet lekosit b. )ilik hitung 3mpro(ed Neubauer c. 'abung reaksi kecil d. 2ikroskop 6. eagen yang dipakai : larutan 'urk ". 'ata cara pemeriksaan a. Kocoklah dengan perlahan+lahan !% yang akan diperiksa. b. 3saplah larutan 'urk dengan pipet lekosit sampai tanda 1 7satu8. c. Kemudian !% dihisap sampai tanda 11 7sebelas8 dan seterusnya dikocok. d. etakkan kaca penutup di atas bilik hitung. e. arutan !% yang ada dalam pipet lekosit dibuang antara +$ tetes, kemudian diteteskan pada bilik hitng hingga bidang+bidang pada bilik hitung terisi. Giamkan lebih kurang " menit dalam posisi datar. 0. Kemudian diperiksa dalam mikroskop cahaya dengan pembesaran lensa obyekti0 1# kali. g. -itung semua lekosit yang terdapat pada @ 7sembilan8 bidang besar. PEME!"#S$$% #"M"$ Analisa kimia !% dapat banyak membantu dalam diagnosis atau menilai prognosis terhadap penderita. Pemeriksaan rutin yang sering dilakukan adalah penetapan protein secara kualitati0, kadar protein, dan kadar glukosa.
ANA3%A A)A'3B2 P'&3N KBA3'A'3 Galam keadaan normal, cairan otak hanya mengandung sedikit sekali protein, karena sawar darah+ otak tidak dapat ditembus oleh protein+protein plasma yang besar molekulnya. Konsentrasi normal
kurang dari 19 dari kadar protein dalam serum yang nilainya "+* g/dl. Perbandingan antara albumin dan globulin lebih besar dalam !% daripada dalam plasma karena molekul albumin lebih kecil sehingga lebih mudah melalui sawar endotel. Ada bermacam+macam sebab konsentrasi protein meningkat. %atu di antaranya adalah permeabilitas sawar darah+otak yang menigkat oleh radang. Pada meningitis yang berat, semua jenis protein dapat menembus ke dalam !%, termasuk juga 0ibrinogen yang molekulnya besar sekali. Pada meningitis purulenta, protein dalam !% lebih meningkat lagi oleh karena bakteri dan sel+sel, baik yang utuh maupun yang rusak menambah protein ke dalam !%. TEST P$%+, 1. Prinsip : reagen pandy memberikan reaksi terhadap protein 7 albumin dan globulin8 dalam bentuk kekeruhan. Pada keadaan normal tidak terjadi kekeruhan atau kekeruhan yang ringan seperti kabut. . Alat dan reagen yang dipakai a. 'abung serologi 7garis tengah ? mm8 b. Kertas putih c. eagen Pandy 7larutan phenol jenuh dalam air8 $. 'ata cara pemeriksaan a. Ke dalam tabung serologi dimasukkan 1 ml reagen Pandy b. 'ambahkan 1 tetes !% c. Kemudian dilihat segera ada tidaknya kekeruhan. 6. 'ata cara pembacaan hasil a. Negati0 : tidak ada kekeruhan b. Positi0 : terlihat kekeruhan yang jelas I1 : opalescent 7kekeruhan ringan seperti kabut8 I : keruh I$ : sangat keruh I6 : Kekeruhan seperti susu TEST %O%%E $PELT 1. Prinsip : reagen Nonne memberikan reaksi terhadap protein globulin dalam bentuk kekeruhan yang berupa cincin. Ketebalan cincin yang terbentuk berhubungan dengan kadar globulin, makin tinggi kadarnya maka cincin yang terbentuk makin tebal. Pada keadaan normal, tidak terjadi kekeruhan. . Alat dan reagen yang dipakai a. 'abung serologi 7garis tengah ? mm8 b. eagen Nonne 7larutan ammonium sulfat jenuh dalam air8 $. 'ata cara pemeriksaan a. Ke dalam tabung serologi dimasukkan 1 ml reagen Nonne b. 'ambahkan 1 ml !% dengan cara pelan+pelan sehingga terbentuk lapisan, di mana lapisan atas adalah !%. Giamkan selama $ menit. c. Kemudian dilihat pada perbatasan kedua lapisan dengan latar belakang gelap. 6. 'ata cara pembacaan hasil a. Negati0 : tidak terbentuk cincin antara kedua lapisan b. I1 : cincin yang terbentuk menghilang setelah dikocok 7tidak ada bekasnya8. c. I : setelah dikocok terjadi opalesensi d. I$ : mengawan setelah dikocok GL-#OS$
2enyusutnya kadar glukosa dalam !% paling mengesankan pada meningitis purulenta di mana kominasi metabolisme leukosit dan bakteri dapat menurunkan kadar glukosa menjadi nol. 2etabolisme glukosa adalah satu proses akti0 yang tetap masih dapat berlanjut setelah sampel diaspirasiF karena it penetapan glukosa harus segera dilakukan apabila ada persangkaan bahwa !% berisi granulosit dan bakteri. Karena semua macam mikroorganisme menggunakan glukosa, maka penurunan kadar glukosa dapat disebabkan oleh 0ungi, proto=oa, bakteri tuberculosis, dan bakteri piogen. 2eningitis oleh (irus hanya sedikit merendahkan kadar glukosa dalam !%. $S$M L$#T$T Konsenttrasi asam laktat mencerminkan akti0itas glikolisis setempat dan karena itu penetapan kadarnya dapat menambah in0ormasi apabila hasil pemeriksaan lainnya meragukan. Kadar asam laktat lebih dari $" mg/dl jarang terjadi kecuali pada meningitis oleh bakteri atau 0ungi.