PEMANFAATAN ABU SABUT KELAPA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN DALAM PEMBUATAN BETON RAMAH LINGKUNGAN ( GREEN CONCRETE ) I.
PENDAHULUAN
Diera globalisasi ini, perkembangan konstruksi di Indonesia terus mengalamai peningkatan yang signifikan. Hal ini tidak terlepas dari kebutuhan masyarakat terhadap fasilitas infrastruktur, seperti pembangunan gedung bertingkat tinggi dan jembatan antar pulau yang memiliki bentang yang sangat panjang. Salah satu unsur utama dalam pembangunan itu adalah Beton. Bahan dasar dari beton adalah campuran dari semen, air,agregat halus dan agregat kasar, sedangkan beton yang menggunakan tulangan baja disebut beton bertulang. Namun belakangan ini banyak sekali beton menggunakan bahan tambahan (addictive) agar bisa memenuhi permintaan konsumen. Beton merupakan salah satu bahan bangunan yang sangat terkenal di Indonesia. Beton memiliki kelebihan mampu mendukung gaya tekan yang besar namun juga mudah dalam pengerjaan pembuatannya, karena beton bisa dibentuk sesuai dengan keinginan. Proses pembuatan beton tidak lepas dari reaksi – reaksi kimia yang terjadi, terutama dalam proses pemakaian bahan dasar berupa semen, akhir – akhir ini penggunaan semen seringkali di kritik karna berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa emisi gas rumah kaca (karbon dioksida) yang dihasilkan pada proses produksi semen.Untuk memproduksi satu ton semen, gas rumah kaca yang dihasilkannya sebesar lebih kurang satu ton juga ( Djiwantoro Hardjito,2002 ) Melangkah dari permasalahan inilah penyusun memulai mencari suatu inovasi baru yang bisa digunakan sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi penggunaan semen didalam pembuatan beton. Hal ini bertujuan untuk mengurangi pencemaran lingkungan dan lapisan ozon. Pada dasarnya, sudah banyak penggunaan bahan tambahan yang membantu mengurangi pemakaian semen, karena selain harga semen yang mahal, juga memanfaatkan beberapa limbah yang tidak terpakai menjadi suatu hal yang bermanfaat. Seperti penggunaan zat sisa pembakaran batu bara (Fly ash), dan juga menggunakan abu sekam padi (Rice Husk Ash). Bahan tambahan ini banyak sekali fungsinya, seperti menambah kekuatan beton,mempermudah pengerjaannya hingga mempertimbangkan sisi harganya. Didalam
Pembuatan beton mutu tinggi memerlukan pozolan sebagai bahan tambah, dimana butiran pozolan yang sangat halus akan mengisi rongga diantara butiran semen portland dan pozolan yang kandungan silikat (SiO2), aluminat (Al2O3) dan ferrit (Fe2O3) tinggi akan bereaksi dengan kapur mati Ca(OH)2 membentuk calcium silicate hydrate (CSH) yang kuat. Indonesia merupakan penghasil bahan pangan terbesar, seperti padi, jagung, tebu dan kelapa. Melihat potensi ini, banyak sekali sisa- sisa produksi bahan pangan ini tidak termanfaat dengan baik. Salah satu contohnya adalah sisa – sisa produksi buah kelapa yang berupa sabut kelapa. Dari pengujian abu sabut kelapa (ASK) yang telah dilakukan oleh BBTKL (Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan), diperoleh komposisi senyawa berupa SiO2 sebanyak 47,55 %, Al2O3 sebanyak 1,05% dan MgO sebanyak 2,65% sedangkan kadar air sebanyak 5,29%. Berdasarkan data di atas, tidak menutup kemungkinan abu sabut kelapa dapat digunakan sebagai bahan tambah dalam pembuatan beton sehingga mengurangi penggunaan semen dan mengurangi pengeluaran dalam biaya pembuatan nya karena sabut kelapa relatif lebioh murah.
II.
LATAR BELAKANG MASALAH
Penggunaan semen sudah dipastikan mampu menambah kekuatan pada beton, namun didalam praktiknya, proses produksi semen ternyata bisa menyebabkan kerusakan pada lingkungan, tentu saja hal ini akan berdampak negatif pada kehidupan mahluk hidup dimuka bumi. Dari permasalahan di atas, menciptakan berbagai ide bagaimana menciptakan kreasi baru dalam pembuatan beton yang dapat mengurangi penggunaan semen namu kekuatan beton itu sendiri tidak lebih kecil dari beton dengan penggunaan semen tanpa bahan tambahan. Bertambahnya permintaan konsumen membuat harga beton semakin mahal, hal ini juga dipegaruhi oleh harga semen yang sangat mahal dipasaran. Sehingga faktor harga juga menjadi suatu permasalahan yang harus diselesaikan agar masyarakat dapat membuat beton dengan harga yang masih bisa dijangkau.
III.
A. Penjelasam Tentang Beton
TINJAUAN PUSTAKA
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik lain, agregat halus, agregat kasar,dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Beton Nomal adalah beton yang mempunyai berat isi 2200-2500 kg/m3 menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah yang tidak menggunakan bahan tambahan. Mortar adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik lain, agregat halus,dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan. Pasta Semen adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik lain dengan air. ( As’at Pujianto ) Secara umum dalam volume beton terkandung :
1.
Agregat
68 %
Semen
11 %
Air
17 %
Udara
4 %
Sifat – sifat Beton Untuk keperluan perancangan dan pelaksanaan struktur beton, maka pengetahuan tentang sifat-sifat adukan beton maupun sifat-sifat beton setelah mengeras perlu diketahui. Sifat-sifat tersebut antara lain :
a. Keawetan (Durability ) Merupakan kemampuan beton bertahan seperti kondisi yang direncanakan tanpa terjadi korosi dalam jangka waktu yang direncanakan. Dalam hal ini perlu pembatasan nilai faktor air semen maksimum maupun pembatasan dosis semen minimum yang digunakan sesuai dengan kondisi lingkungan. b. Kuat Tekan Kuat tekan beton ditentukan berdasarkan pembebanan uniaksial benda uji silinder beton diameter 150 mm, tinggi 300 mm dengan satuan MPa (N/mm2) untuk SKSNI 91. Benda uji silinder juga digunakan pada standar ACI sedangkan British Standar benda uji yang digunakan adalah kubus dengan sisi ukuran 150 mm. Benda uji dengan ukuran berbeda dapat juga dipakai namun perlu dikoreksi terhadap size efek. c. Kuat Tarik Kuat tarik beton jauh lebih kecil dari kuat tekannya, yaitu sekitar 10 %-15 % dari kuat tekannya. Kuat tarik beton merupakan sifat yang penting untuk memprediksi retak dan defleksi balok. d. Modulus Elastisitas
Modulus Elastisitas beton adalah perbandingan antara kuat tekan beton dengan regangan beton biasanya ditentukan pada 25-50 % dari kuat tekan beton. e. Rangkak (Creep) Merupakan salah satu sifat beton dimana beton mengalami deformasi terus menerus menurut waktu dibawah beban yang dipikul. f. Susut (Shrinkage) Merupakan perubahan volume yang tidak berhubungan dengan pembebanan. g. Kelecakan (Workability) Workability adalah sifat-sifat adukan beton atau mortar yang ditentukan oleh kemudahan dalam pencampuran, pengangkutan, pengecoran, pemadatan, dan finishing. Atau workability adalah besarnya kemudahan kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan kompaksi penuh.
2.
Kelebihan dan kekurangan Beton
a. Kelebihan beton 1) Mempunyai kekuatan tekan yang tinggi. 2) Adukan beton mudah diangkut dan dicetak dalam bentuk yang diinginkan. 3) Kuat tekan beton jika dikombinasikan dengan baja akan mampu untuk memikul beban yang berat. 4) Dalam pelaksanaannya adukan beton dapat disemprotkan atau dipompakan ke tempat tertentu yang cukup sulit. 5) perawatan yang cukup mudah. 6) Tahan lama, tidak busuk dan tidak lapuk. b. Kejelekan Beton 1) Kuat tarik yang rendah, sehingga mudah retak, dengan demikian perlu diberi baja tulangan. 2) Adukan beton menyusut saat pengeringan sehingga perlu dubuat expansion joint untuk struktur yang panjang. 3) Beton sulit untuk kedap air secara sempurna. 4) Beton bersifat getas (tidak daktail)
3.
Bahan Penyusun Beton Bahan Penyusun Beton dibagi Menjadi 2 ( Willis Diana, 2010 )
a.
Bahan Perekat ( PASTA ) yaitu Air dan Semen. Reaksi kimia dari air dan semen pada waktu beberapa jam setelah dicampur akan merekat dan dalam beberapa hari akan mengeras . PASTA selain berfungsi sebagai perekat juga berfungsi sebagai pengisi rongga pada beton.
b.
Bahan Pengisi yaitu Pasir dan kerikil . Butiran Pasir Akan mengisi rongga antar bituran kerikil dan rongga antar butiran pasir akan diisi oleh PASTA.
4.
Klasifikasi Beton berdasarkan Kuat Tekan
a.
Beton Sederhana digunakan untuk bagian – bagian non-struktural, seperti dinding yang tidak mendukung beban, campuran beton ini berdasarkan perbandingan volume 1 semen : 2 Pasir : 3 Kerikil.
b.
Beton normal dipakai untuk beton bertulang , untuk bagian bagian struktural yang menahan beban .
c.
Beton Prategang yaitu balok dengan bajanya ditarik terlebih dahulu sebelum diberi beban.
d.
Beton kuat tekan tinggi dan sengat tinggi digunakan pada struktur khusus, misalnya gedung bertingkat banyak.
B. Campuran Beton 1.
Semen Semen hidraulik adalah semen yang mengeras apabila dicampur dengan air dan setelah mengeras tidak mengalami perubahan kimia jika dikenai air.Semen Portland adalah semen yang diperoleh dengan mencampur bahan-bahan yang mengandung kapur dan lempung, membakarnya pada temperatur yang mengakibatkan terbentuknya klinker dan kemudian menghaluskan klinker dengan gips sebagai bahan tambahan.
a.
Komposisi Semen Menurut beberapa buku, komposisi semen seperti di Tabel 3.1 berikut : Tabel 3.1 Empat Senyawa utama Dari Semen Portland Nama Oksida Utama Trikalsium silikat Dikalsium Silikat Trikalsium Aluminat
Rumus Empiris
Rumus Oksida
Notasi Pendek
Kadar Rata - Rata ( % )
CaSiO5
3CaO.SiO2
C3 S
50
CaSiO4
2CaO.SiO2
C2 S
25
Ca3Al2O6
3CaO.Al2O3
C3 A
12
Tetrakalsium 4CaO.Al2O3. Aluminoferrit 2Ca2AlFeO5 Fe2O3 C4AF 8 Gypsum CaSO4.2H2O CŜH2 3,5 Sumber : Buku Teknologi Beton ( Paul nugraha dan Antoni, 2007)
Sedangakn menurut beberapa sumber lainnya, komposisi semen portland disajikan dalam bentuk lebih umum dan lebih sederhana, seperti Tabel 3.2 berikut : Tabel 3.2 Komposisi Oksida Semen Portland Oksida
Komposisi
Kapur (CaO )
60 - 65 %
Silika ( SiO2 )
17 - 25 %
Alumina ( Al2O3 )
3-8%
Besi ( Fe2O3 )
0,5 - 6 %
Megnesia ( MgO )
0,5 - 4 %
Soda (K2O + Na2O )
0,5 - 1 %
Sulfur ( SO3 )
1-2%
Sumber : Buku Teknologi Beton ( Kardiyono Tjokrodimuljo )
b.
Jenis Semen Portland Melihat dari sifat – sifat yang berbeda dari masing – masing komponen pembentuk semen, maka kita dapat membuat berbagai jenis semen dengan mengubah komposisi tiap bahannya, ada beberapa Tipe Semen portland, yaitu :
1)
Tipe I adalah semen portland untuk tujuan umum, jenis ini paling banyak diproduksi karena digunakan untuk hampir semua jenis konstruksi
2)
Tipe II adalah semen portland modifikasi, dimana tipe yang sifatnya setengah dari tipe IV dan setengahnya dari tipe V . belakangan ini banyak diproduksi sebagai penganti tipe IV.
3)
Tipe III adalah semen portland yang memiliki kekuatan tinggi , kekuatan umur 28 hari umumnya dapat dicapai dalam 1 minggu. Jenis ini digunakan ketika struktur harus bisa dipakai secepat muangkin.
4)
Tipe IV adalah semen portland dengan panas hidrasi rendah, yang
dipakai untuk kondisi
dimana jumlah panas yang timbul harus minimum. 5)
Tipe V adalah semen Portland Tahan Sulfat yang dipakai utnuk menghadapi aksi sulfat yang ganas.
2.
Air dan Faktor Air Semen. Air merupakan bahan dasar pembuat beton yang penting namun harganya paling murah. Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen, serta untuk menjadi bahan pelumas antara butir – butir agregat agar dapat mudah dikerjakan dan dipadatkan. Untuk bereaksi dengan semen, air hanya dibutuhkan sekitar 25 % dari berat semen. Namun pada kenyataannya, Faktor iar semen yang dipakai nyatanya sulit kurang dari 0,35. Pemakaian terlalu banyak air juga tidak baik untuk beton, karena dapat mengurangi kekauatannya dan menyebabkan betonya porous. Selain itu, kelebihan air menyebabakan semen bersama sama air bergerak ke permukaan beton yang baru dituang ( Bleeding ) dan kemudian menjadi buih yang dikenal dengan selaput tipis ( laitance ). Selaput tipis ini berdampak mengurangi lekatan antara lapis – lapis beton. Kekurangan air juga menyebabkan semen tidak bisa bereaksi. Tentu saja hal ini tidak baik didalam proses pembuatan beton. Dapat ditentukan bahwa kekuarang air menyebabakan nilai slump beton tersebut akan sengat rendah, kecuali menggunakan bahan tambahan yang mampu membuat mengurangi faktor air semen. Adapun syarat – syarat air yang digunakan didalam pembuatan beton sebaagai berikut :
a. b.
Tidak mengandung lumpur ( benda melayang lainnya ) lebih dari 2 gram/ liter. Tidak Mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, sat organik, dan sebagainya ) lebih dari 15 gram / liter.
c.
Tidak mengandung Chlorida ( CI ) lebih dari 0,5 Gram / liter.
d.
Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram / liter.
e.
Air yang digunakan dalam pembuatan beton sama dengan air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia sehari – hari seperti air minum, dan sebagainya.
3.
Agregat Halus Dan Agregat Kasar. Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar atau beton. Agregat ini kira – kira menempati sekitar 70 -75 dari volume total beton. Agregat sangat berpengaruh pada kualitas beton sehingga pemilihan agregat harus diprioritaskan dalam membuat beton. Pada umumnya agregat digolongkan dalam tiga kelompok :
a. Batu untuk besar butiran lebih dari 40 mm. b. Kerikil untuk butiran antara 5 mm hingga 40 mm.
c. Pasir untuk butiran antara 0,15 mm hingga 5 mm. Didalam pemilihan agregat yang baik harus memepertimbangkan beberapa faktor, antara lain: a. Ukuran butiran agregat, dimana harus melalui uji saringan . b. Gradasi agregat c. Kadar air agregat d. Asal agregat, misalnya pasir laut tidak baik untuk beton. e. Kekuatan dan keuletan serta kekasaran ( bentuk ) agregat.
4.
Abu Sabut Kelapa ( ASK ) Alexander (2003) telah melakukan pengujian mengenai abu sabut kelapa (ASK) dan memperoleh komposisi senyawa ASK (dalam satuan persen berat) yang terdiri dari SiO2 sebanyak 42,98 %, Al 2,26 %, dn Fe 1,16 %. Hasil penelitian silika oksida yang terdapat pada abu sabut kelapa ( ASK ) dapat bersifat reaktif (amorphous) yang memungkinkan SiO2 bereaksi secara kimia dengan Ca(OH)2 atau kapur bebas hasil reaksi hidrasi semen dengan air. Seiring dengan semangkin meningkatnya pemakaian bahan-bahan addictive dalam pembuatan beton, maka teknologi sederhana ini dapat dijadikan suatu alternatif yang murah dan tepat guna. Pemanfaatan limbah untuk bahan konstruksi disamping akan memberikan penyelesaian terhadap permasalahan lingkungan juga akan dapat meningkatkan mutu bahan konstruksi. Satu hal yang merupakan nilai tambah dalam panggunaan limbah serta meciptakan pekerjaan. Pada umumnya, limbah Abu Sabut Kelapa terdiri dari unsur organik seperti serat celloluse , dan lignin. Disamping itu, limbah ini juga mengandung mineral yang terdiri dari silika, aluminia dan oksida oksida besi. SiO2 dalam abu sabut kelapa merupakan hal yang paling penting karena dapat bereaksi dengan kapur dan air. Hal ini tidak jauh berbeda dengan komposisi Fly ash sehingga hipotesis sementara mengatakan abu sabut kelapa bisa digunakan sebagai bahan tambah dalam pembuatan beton. Pengolahan abu sabut kelapa sangat mudah. Cukup dibakar dengan panas tertentu hingga membantuk abu – abu lalu disaring hingga mendapatkan abu yang benar benar halus.
C. Beton Ramah Lingkungan ( Green Concrete )
Beton ramah lingkungan (Green concrete) adalah pembuatan beton dengan memanfaatkan sumber daya alam se-optimal mungkin, dengan tetap memperhatikan faktor keberlangsungan (sustainability) dalam pembangunan. Tujuan adanya beton ramah lingkungan ini adalah untuk tetap menjaga lingkungan sekitar agar tetap terjaga dengan baik,tidak terkena pencemaran dan bisa digunakan sebagai tempat berlangsungnya kehidupan. Awal mula tercetusnya beton ramah lingkungan dikarenakan terjadinya pembuatan beton secara massal dengan menggunakan bahan semen dalam kapasitas besar. Padahal didalam produksinya semen sangat mencemar lingkungan dan dapat merusak keberlangsungan hidup mahluk hidup. Dengan pemakaian beton yang sangat banyak, maka mulai terdengar beton ramah lingkungan, dimana mengedepankan aspek pemeliharaan lingkungan diperbincangkan sekarang adalah mulai munculnya pemanfaatan limbah - limbah sisa pabrik yang tidak digunakan lagi. Tentu saja hal ini, selain membantu mengurangi penggunaan semen juga membantu mengurangi pencemaran sisa limbah pada lingkungan sekitar pabrik. Penelitian terdahulu banyak sekali menyinggung tentang beton ramah lingkungan, seperti penggunaan Fly Ash sisa pembakaran batu bara, yang berfungsi mengurangi penggunaan semen pada beton. Penggunaan Fly Ash sangat mengurangi pencemaran limbah batu bara. Yang tidak kalah populer ada juga menggunakan abu sekam padi sebagai pengganti semen. Bahan alternatif tidak hanya penggantian pada semen, ada juga menggunakan limbah pengganti agregat. Seperti penggunaan kulit kerang (sutarmin,2007).
IV.
PEMANFAATAN ABU SABUT KELAPA SEBAGAI BAHAN
TAMBAHAN DALAM PEMBUATAN BETON RAMAH LINGKUNGAN ( GREEN CONCRETE )
A.
Alasan Penggunaan Abi Sabut Kelapa Indonesia yang merupakan negara agraris yang memiliki hasil pangan berlimpah menjadikan kaya akan sumber daya alam. Pertanian yang begitu besarnya membuat indonesia tidak kurang dalam masalah pangan. Di beberapa pulau di indonesia banyak sekali menghasilkan bahan pangan yang mampu menghasilkan limbah, seperti kelapa contohnya. Pohon kelapa memiliki limbah berupa kulitnya yang berbentuk sserat serat yang kokoh melindungi isi dari buah kelapa tersebut. Untuk saat ini sabut kelapa memang belum begitu
berpengaruh dalam dampak polusi. Disekitar penulis seringkali melihat sabut kelapa yang pada akhirmnya tidak dimanfaatkan di bakar. Pembangunan yang sangat signifikan dinegara berkembang membuat kebutuhan semen di indonesia melonjak tajam. Padahal dalam produksinya selain membutuhkan biaya yang besar juga dapat mencemar udara dan lapisan ozon. Bahkan di pulau – pulau tertentu yang tidak memproduksi semen harus mengimpor dari pulau lain dan menambah biaya dalam pembeliah semen. Alasan utama menggunakan bahan tambah abu karena dapat mengurangi penggunaan semen sehingga dapat mengurangi pengeluaran dalam pembuatan semen. Selain itu pengolahan limbah kelapa ini sangat mudah dan bahan dasarnya pun mudah didapatkan di Indonesia sehingga memungkinkan untuk dikembangkan diindonesia.
B.
Konstribusi dalam pembuatan beton ramah lingkungan Penggunaan abu sabut kelapa ini sangat berpengaruh dalam pembuatan beton ramah lingkungan ( green Concrete ). Sistem kerja abu sabut kelapa sebagai bahan tambah menjadi nilai tambah didalam pembuatan beton. Beberapa pendapat penulis antara lain
1.
Penggunaan abu sabut kelapa sebagai bahan tambah (admixture) dapat mengurangi sampah sabut kelapa. Sehingga sampah sabut kelapa tidak berserakan dan dapat dimanfaatkan. Sistem kerjanya dalam pembuatan betob tidak jauh berbeda dengan Fly Ash.
2.
Pemakaian semen yang banyak dapat membuat pencemaran lingkungan. Maka dari itu dengan menggunakan abu sabut kelapa ini dapat mengurangi volume semen sehingga membantu dalam menjaga lingkungan sekitar.
3.
Harga semen yang mahal dan dibeberapa tempat sulit didapat membuat abu sabut kelapa ini menjadi solusi alternatif yang baik dalam pembuatan beton.
C. Rancangan Penggunaan Abu Sabut Kelapa Adapun rancangan penggunaan dalam pembauatn beton dengan bahan tambahan abu sabut kelapa pada dasarnya sama dengan penggunaan bahan tambahan lainnya. 1.
Penentuan volume bahan-bahan dasar berdasarkan ketentuan SNI 2002.
2.
Selanjutnya menghitung persentase abu sabut kelapa yang ingin digunakan terhadap semen sehingga mampu mengurangi kadar semen yang awalnya telah ditentukan.
3.
Abu sabut kelapa terlebih dahulu dioleh dari sabut kelapa lalu dibakar dengan suhu tinggi hingga membentuk abu abu yang halus.
4.
Sabut kelapa yang telah berbentuk abu disaring hingga lolos saringan secara laboratorium telah lolos saringan 200.
5.
Abu sabut kelapa yang telah lolos saringan 200 itu lah yang digunakan sebagai bahan tambahan pada pembuatan beton.
V.
KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas, dapat diambil kesimpulan diamtaranya sebagai berikut : a.
Permasalahan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh pembangunan saat sudah sampai titik yang mengkhawatirkan. Sehingga berlu dibuat beton dengan dasar ramah lingkungan.
b.
Beton ramah lingkungan (Green Concrete) adalah beton yang mengedepankan aspek pemeliharaan lingkungan dan kelangsungannya tanpa mengurangi kekuatannya.
c.
Limbah yang merusak lingkungan menjadi alternatif beton ramah lingkungan, dimana dapat mengurangi pencemaran, dan mampu menurunkan pengeluaran masyarakat dalam membuat beton
d.
Kandungan abu sabut kelapa adalah SiO2 sebanyak 47,55 %, Al2O3 sebanyak 1,05 % dan MgO sebanyak 2,65 % sedangkan kadar air sebanyak 5,29 %.
e.
Penggunaan abu sabut kelapa pada pembuatan beton berfungsi mengurangi jumlah semen, menambah kekuatan beton dan mengurangi harha beton, serta mambuat beton ramah lingkungan.
VI.
PENUTUP
Alhamdulillahhirobbil’alamin kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Shalawat serta salam tidak lupa kami sampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarganya dan orang-orang yang berjalan di jalannya. Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat memberi manfaat yang besar bagi penulis sendiri khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Kami menyadari bahwa
makalah yang dibuat ini
masih jauh dari
kesempurnaan. oleh karena itu, kritik serta saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat
diharapkan. Tidak
lupa
kami ucapkan terima kasih
pada
semua pihak
pembimbing dan membantu dalam menyelesaikan makalah ini, Pihak Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang sangat berkonstribusi membangun semangat penulis , serta rekan-rekan yang telah membantu memberikan pengarahan dalam pembuatan makalah ini
hingga penyusunan makalah ini selesai. Semoga amal dan kebaikan tersebut mendapat balasan dari Allah SWT. Amin ya robbal’alamin. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
VII.
DAFTAR PUSTAKA
SNI 03 – 2847 – 2002, 2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, Jakarta. Diana, Willis, 2007, Teknologi Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Tjokrodimuljo, Kardiyono, 1992, Teknologi Beton, Bahan Ajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Nugraha, Paul dan Antoni, 2007, Teknologi Beton, Andi Offset, Yogyakarta. Santosa, Bing, 2009, Pemanfaatan Abu Sabut kelapa sebagai pengganti semen dengan Bahan tambah Silikament, LN , Jurusan Teknik Sipil, Universitas Janabadra, Yogyakarta.