Faktor Neurotransmitter Neurotransmitter Neurotransmitter yang paling berpengaruh pada patofisiologi gangguan afektif bipolar ini adalah norepinefrin, dopamine, serotonin, dan histamine.
1. Norepinefrin
Teori ini merujuk pada penurunan regulasi re gulasi dan penurunan sensitivitas dari reseptor Beta adrenergic dan dalam klinik hal ini di buktikan oleh respon pada penggunaaan anti depresan yang cukup baik sehingga mendukung adanya peran langsung dari sistem noradrenergic pada depresi. Bukti lainnya melibatkan reseptor Beta-2 presinaps pada depresi karena aktivitasi pada reseptor ini menghasilkan penurunan dari pelepasan norepinefrin. Reseptor Beta-2 juga terletak pada neuron serotoninergic dan berperan dalam regulasi pelepasan serotonin. 2. Serotonin
Teori ini di dukung oleh respon pengobatan SSRI dalam mengatasi depresi. Rendahnya kadar serotonin dapat menjadi faktor resipitas depresi, beberapa pasien dengan dorongan bunuh diri memiliki konsentrasi serotonin yang rendah dalam cairan cerebrospinal nya dan memiliki kadar konsentrasi rendah uptake pada platelet 3. Dopamine
Selain dari norepinefrin dan serotonin, dopamine juga di duga memiliki peran. Data memperkirakan nahwa aktivitas dopamine dapat mengurangi depresi dan meningkat pada mania. Dua teori mengenai dopamine dan depresi adalah jalur mesolimbic dopamine tidak berfungsi terjadi pada depresi dan dopamine reseptor D1 hipoaktif pada keadaan depresi
Faktor Bio-Psikososial Secara biologis di kaitkan dengan faktor genetic dan gangguan neurotransmitter di otak. Secara psikososial di kaitkan dengan pola asuh masa kanak – kanak, stress yang menyakitkan, stress kehidupan yang berat dan berkepanjangan, dan masik banyak faktor lainnya. Gangguan afektif tipe bipolar memiliki kecenderungan menurun kepada generasinya, 50% pasien bipolar memiliki satu orang tua dengan gangguan afektif , yang tersering unipolar ( depresi saja ). Jika seorang orangtua mengidap gangguan bipolar maka 25% anaknya memiliki resiko mengidap gangguan afektif. Bila kedua orangtua mengidap gangguan bipolar maka 50% sampai 75% anaknya memiliki resiko menderita gangguan afektif. Keturunan pertama dari seseorang yang menderita bipolar beresiko menderita gangguan serupa sebesar 8 -18 kali. Bahkan resiko pada anak kembar sangat tinggi terutama pada kembar monozigot (50%) sedangkan kembar dizigot lebih rendah yakni 5-25% Beberapa studi berhasil membuktikan keterkaitan antara gangguan bipolar dengan kromosom 5,11, dan X