OSTEOMIELITIS OSTEOMIELITIS KRONIS Ratu Suci A.H NIM 03010232 03010232 FK TRISAKTI RSUD Kota Bekasi 2014
[email protected]
Abstrak- Osteomielitis merupakan inflamasi yang terjadi pada tulang dan sumsum tulang dimana infeksi tersebut dapat terjadi secara akut, subakut dan kronis tergantung dari interaksi antara host dan agen infeksi. (1) Osteomielitis dapat terlokalisasi atau tersebar melalui tulang, melibatkan sumsum, kortex, jaringan cancellous dan periosteum. Terjadinya kegagalan mikrosirkulasi pada tulang kanselus merupakan faktor utama terjadinya osteomielitis, karena daerah yang terlibat menjadi iskemia, tulang menjadi nekrose dan akhirnya terjadi sequester yang merupakan tanda umum dari osteomielitis. (2) Kata kunci: osteomielitis, kronis, osteomielitis kronis
I. PENDAHULUAN Pada dasarnya semua jenis organisme termasuk virus, parasit, jamur, dan bakteri, dapat menghasilkan osteomielitis, tetapi paling sering disebabkan oleh bakteri piogenik tertentu dan mikobakteri. Penyebab osteomielitis pyogenik adalah kuman Staphylococcus aureus (89-90%), Escherichia coli, Pseudomonas dan Klebsiella. Pada periode neonatal, Haemophilus influenzae dan kelompokB streptokokus serin g kali bersifat patogen. (2) Infeksi dapat mencapai tulang dengan melakukan perjalanan melalui aliran darah atau menyebar dari jaringan di dekatnya. Osteomielitis juga dapat terjadi langsung pada tulang itu sendiri jika terjadi cedera yang mengekspos tulang, sehingga kuman dapat langsung masuk melalui luka tersebut. Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II; tetapi dapat pula ditemukan pada bayi dan ‘infant’. Anak laki-laki laki -laki lebih sering dibanding anak perempuan (4:1). Lokasi yang tersering ialah tulang-tulang panjang seperti femur, tibia, radius, humerus, ulna, dan fibula. Kejadian tertinggi pada Negara berkembang. Frekuensi kejadian pada laki-laki lebih tinggi daripada wanita yakni 2:1. Angka kejadian pada laki-laki dapat terlihat dalam berbagai umur. Beberapa faktor yang meningkatkan insidensi pada laki-laki yaitu faktor trauma yang berhubungan dengan aktivitas fisik sehari-hari yang merupakan predisposisi dari (4) cedera tulang.
II. OSTEOMIELITIS KRONIS Osteomielitis kronis merupakan hasil dari osteomielitis akut dan subakut yang tidak dapat disembuhkan sempurna. Penyakit ini menetap lama dan sangat sulit untuk dibasmi, terkadang osteomielitis tidak terdeteksi beberapa lama. Pada dasarnya orang yang sudah terkena penyakit osteomielitis akan sulit untuk sembuh. Walaupun sudah diberikan antibiotik yang bagus. Hal ini dikaitkan dari pathogenesis osteomielitis itu sendiri. Kuman yang masuk ke dalam tubuh melalui hematogen menyebabkan suatu kondisi untuk mempredisposisikan bakteri bermigras melalui celah endotel dan melekat pada matriks tulang. Selain itu rendahnya tekanan oksigen pada daerah ini juga akan menurunkan aktivitas fagositik dari sel darah putih. Infeksi hematogen ini akan menyebabkan terjadinya thrombosis pembuluh darah local yang pada akhirnya menciptakan suatu area nekrosis avaskular yang kemudian akan menjadi abses. Pada awalnya terjadi inflamasi kecil di daerah metafisi tulang panjang. Jaringan tulang tidak dapat meregang, maka proses inflamasi akan menyebabkan peningkatan intraoseus yang menghalangi aliran darah lebih lanjut. Akibatnya jaringan tulang tersebut mengalami nekrosis dan iskemi. Sehingga akan terbentuknya sekuster. Sekuester yang berada di lingkungan yang avaskular dan nekrotik akan menjadi tempat yang menguntungkan untuk berkembangbiak bakteri. Dimana tempat avaskular tersebut tidak mampu dijangkau oleh antibiotik dan sel-sel fagositik. fagositik. (1,3,5) Faktor predisposisi Status penyakit diketahui sebagai faktor predisposisi pasien terhadap osteomyelitis meliputi diabetes mellitus, penyakit sickle cell, AIDS, penyalahgunaan obat-obatan secara i.v., alkoholik, penggunaan steroid jangka panjang, penurunan kekebalan tubuh, dan penyakit sendi kronik. Sebagai tambahan, implant prosthetik dalam ortopedik dapat merupakan faktor resiko terjadinya osteomyelitis pada pembedahan ortopedik atau fraktur fraktur terbuka. (4)
Gejala klinis Gejala klinisnya dapat berupa ulkus yang tidak kunjung sembuh, adanya drainase pus atau fistel, malaise, dan fatigue. Penderita osteomielitis kronik mengeluhkan nyeri lokal yang hilang timbul disertai demam dan adanya cairan yang keluar dari suatu luka pascaoperasi atau bekas patah tulang. Pemeriksaan rongent memperlihatkan gambaran sekuester dan penulangan baru. (4-5) Diagnosa Diagnosis osteomyelitis berdasar pada penemuan klinis, laboratorium, dan radiologi. Gold standar adalah dengan melakukan biopsi pada tulang yang terinfeksi untuk analisa histologis dan mikrobateriologis. Gambaran radiologi osteomielitis sangat bervariasi, Gambaran radiologi dapat terlihat normal, terutama diawal perjalanan penyakit. Pada beberapa keadaan, gambaran akan menunjukkan pembengakakan jaringan lunak, reaksi periosteal, resorpsi tulang subperiosteal, erosi dan skwestrum. Perluasan infeksi melalui korteks metafisis akan menyebabkan pembentukan tulang baru periosteal. Bila terjadi pembentukan tulang baru, baik di trabekula maupun korteks, maka tulang akan terlihat lebih opak yang dikenal dengan sklerosis. Tulang baru periosteal ini jika membungkus tulang lama akan menjadi involukrum. Bila terjadi perluasan infeksi ke tulang lain yang menyebabkan nekrosis maka disebut dengan skwestrum. (5) Penatalaksaan Penanganan osteomielitis kronis masih merupakan masalah dalam bidang orthopedic. Selain membutuhkan biaya yang besar, waktu yang lama, pengalaman yang cukup dari dokter bedah dan penanganan yang sulit khususnya menangani komplikasi dan resistensi bakteri, selain itu penyembuhan osteomielitis kronis cukup sulit karena sering disertai kekambuhan dan eksersebasi. Sampai saat ini debridement dan penggunaan antibiotika intravena ataupun oral merupakan terapi yang dianut untuk mengelola osteomielitis pada umumnya. (4) Kegagalan pemberian antibiotika dapat disebabkan oleh Pemberian antibiotik yang tidak cocok dengan mikroorganisme penyebabnya, dosis yang tidak adekuat, lama pemberian tidak cukup, timbulnya resistensi, kesalahan hasil biakan, pemberian pengobatan suportif yang buruk, kesalahan diagnostik dan pasien yang imunokempremaise. Pemberian antibiotik Osteomielitis kronis tidak dapat diobati dengan antibiotik semata-mata Pemberian antibiotik ditujukan untuk: Mencegah terjadinya penyebaran infeksi pada
tulang sehat lainnya dan mengontrol (6) eksaserbasi. Penangan osteomielitis kronik juga dilakukan dengan debridemant untuk mengeluarkan jaringan nekrotik dalam ruang sekuester, dan penyaliran nanah. Pasien juga diberikan antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur. Involukrum belum cukup kuat untuk menggantikan tulang asli yang telah hancur menjadi sekuester sehingga ekstremitas yang sakit harus dilindungi oleh gips untuk mencegah patah tulang patologik, dan debridement. Indikasi dilakukannya pembedahan ialah : 1. Adanaya sequester. 2. Adanya abses. 3. Rasa sakit yang hebat. 4. Bila mencurigakan adanya perubahan kearah keganasan (karsinoma Epidermoid). Komplikasi Komplikasi tersering adalah terus berlangsungnya infeksi dengan eksaserbasi akut. Infeksi yang terus-menerus akan menyebabkan anemia, penurunan berat badan, kelemahan dan amiloidosis. Osteomielitis kronik dapat menyebar ke organ-organ lain misalnya dalam beberapa kasus, infeksi dalam tulang bisa menyebar ke dalam sendi di dekatnya sehingga terjadi Artritis septik. Eksaserbasi akut dapat dipersulit oleh efusi hebat ke dalam sendi di dekatnya atau oleh arhtritis purulenta. Erosi terus-menerus dan kerusakan tulang yang progresif menyebabkan struktur tulang yang kadang-kadang menyebabkan fraktur patologis. Sebelum penutupan epifiseal, osteomielitis dapat menimbulkan pertumbuhan berlebihan dari tulang panjang akibat hiperemia kronis pada lempeng pertumbuhan. Destruksi fokal dari suatu lempeng epifiseal dapat menimbulkan pertumbuhan yang asimetrik. Dapat pula terjadi setelah drainase selama bertahun-tahun pada kulit sekitarnta yang terinfeksi timbul (5) karsinoma sel skuamosa atau fibrosarkoma.
III. KESIMPULAN Osteomielitis dalah infeksi pada tulang yang biasanya lebih disebabkan oleh kuman, tersering Staphylococcus aureus. Mikroorganisme tersebut dapat menginfeksi tulang melalui beberapa cara diantaranya melalui aliran darah (bloodstream) dimana membawa infeksi dari bagian tubuh lain kedalam tulang, Invasi langsung yang biasanya terjadi pada fraktur terbuka, ataupun infeksi yang lokasinya berdekatan dengan tulang dan jaringan lunak. Tingkat mortalitas osteomielitis
adalah rendah kecuali jika sudah terdapat sepsis atau kondisi medis berat yang mendasari. Penatalaksanaannya harus secara komprehensif meliputi pemberian antibiotika, pembedahan, dan konstruksi jaringan lunak, kulit, dan tulang.
IV. KEPUSTAKAAN 1. 2.
3.
4.
5.
Sjamsuhidajat, Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi revisi Daniel P. Lew, M.D., and Francis A. Waldvogel, M.D.N Engl J Med. Osteomyelitis.2014.(http://www.nejm.org/doi/f ull/10.1056/NEJM199704033361406) Khan AN.MBBS.FRCP. FRCR. Osteomyelitis chronic. http:// www.emedicine.com/osteomyelitis, chronic Article by Nawaz khan, MBBS. FRCO,FRCR.htm eMedicine. Osteomyelitis http://www.webmd.com/painmanagement/osteomyeltis-treatment-diagnosis symptoms Hidyaningsih, Referat Osteomielitis. Jakarta:2012. h : 10-24