BAB I PENDAHULUAN
Ulkus kornea adalah lesi kornea yang melibatkan degradasi stroma kornea. Dikenal dua bentuk ulkus pada kornea yaitu sentral dan marginal atau perifer. Ulkus kornea sentral biasanya merupakan ulkus infeksi akibat kerusakan pada epitel. Lesi terletak di sentral, jauh dari limbus vaskular. Ulkus kornea sentral dibagi menjadi keratitis bakterial, keratitis kera titis fungi, keratitis virus, dan keratitis akantamuba. Ulkus perifer terdiri dari ulkus dan infiltrat marginal, ulkus Mooren, keratokonjungtivitis fliktenularis, keratitis marginal pada penyakit autoimun, ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A, keratitis neurotropik, dan keratitis pajanan. Insidensi ulkus kornea tahun 1! adalah ",! per 1##.### penduduk di Indonesia, seda sedang ngka kan n pred predisp ispos osisi isi terja terjadi diny nyaa ulku ulkuss korn kornea ea anta antara ra lain lain terja terjadi di karen karenaa trau trauma ma,, pemakaian lensa kontak, dan kadang$kadang tidak diketahui penyebabnya. penyebabnya. Diagnosis dapat dite ditega gakk kkan an deng dengan an peme pemeri riks ksaa aan n klin klinis is yang ang baik baik diba dibant ntu u slit lamp, lamp, seda sedang ngka kan n kausanya%penyebabnya kausanya%penyebabnya ditegakkan berdasarkan pemeriksaan mikroskopik dan kultur. &ujuan penatalaksanaan ulkus kornea adalah eradikasi kuman dari kornea, menekan reaksi reaksi perada peradanga ngan n sehing sehingga ga tidak tidak memper memperber berat at destru destruksi ksi pada pada kornea kornea,, memper memper'ep 'epat at penyembuhan defek epitel, mengatasi komplikasi, serta memperbaiki tajam penglihatan. (al tersebut dapat dilakukan dengan pemberian terapi yang tepat dan 'epat sesuai dengan kultur kultur serta serta hasil hasil uji sensiti sensitivit vitas as mikroo mikroorga rganism nismee penye penyebab bab.. )rogno )rognosis sis ulkus ulkus kornea kornea tergan tergantun tung g pada pada tingka tingkatt kepara keparahan han dan 'epat 'epat lambatn lambatnya ya mendap mendapat at pertol pertolon ongan gan,, jenis jenis mikroorg mikroorganisme anisme penyebabny penyebabnya, a, dan ada tidaknya tidaknya komplikasi komplikasi yang timbul. timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan *aktu penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskuler. )enyembuhan yang lama mungkin juga mempengaruhi ketaatan penggunaan obat.
1
BAB II ILUSTRASI KASUS
1. Identitas
+ama
&n. )
-enis elamin Laki$laki Usia
/" tahun
)endidikan
0MA
Alamat
ilalay, 0irnasari, 0urade, 0ukabumi
)ekerjaan
)ega*ai proyek
Masuk 20
/3$11$/#1"
2. Anamnesis
eluhan utama
)englihatan mata kanan buram dan merah sejak minggu
0M20.
3. Riwayat Penyakit Sekaran
0ejak / minggu yang lalu mata kanan pasien terkena per'ikan api saat sedang menggerinda. 0aat itu pasien tidak mengalami keluhan dan pasien hanya membulas mata dengan air biasa kemudian melanjutkan aktivitasnya. 0atu hari kemudian pasien merasa matanya nyeri 456, merah 456, berair 456, silau 456, penglihatan terganggu 4$6. )asien kemudain berobat ke dokter umum dan diberi salep kemudian pasien pulang. ! hari kemudian karena keluhan tidak berkurang dan terdapat ber'ak putih yang semakin banyak di bagian bekas terkena per'ikan, pasien kemudian berobat ke dokter lain. eluhan tetap tidak membaik dan ber'ak putih menjadi lebih besar sehingga pasien berobat lagi ke dokter mata dan dikatakan bah*a pasien harus dirujuk ke 20M. Di dokter mata pasien mendapat obat tetes mata dengan tutup *arna merah untuk mengistirahatkan mata. )asien menolak dan kemudian memilih untuk pulang ke 0ukabumi agar lebih dekat. +amun keluhan tidak membaik, ber'ak putih menjadi lebih besar meluas ke bagian tengah mata sehingga penglihatan terganggu, pasien kemudian berobat ke 20UD 0ekar*angi.
/
0aat datang ke poli pasien mata merah 456, nyeri 456, berair 456, silau 456, mata 'enderung menutup 456, kelopak membengkak 456, sakit kepala berdenyut 456, demam 4$6, kotoran mata 4$6, 2i*ayat pemakaian lensa kontak sebelumnya disangkal.
!. Riwayat "enyakit da#$%$
(ipertensi 4$6, DM 4$6, asma 4$6, jantung 4$6, paru 4$6, ri*ayat kelainan mata sebelumnya 4$6
&. Riwayat "enyakit da%am ke%$ara
(ipertensi 4$6, DM 4$6, asma 4$6, jantung 4$6, paru 4$6,
'. Pemeriksaan (isik Stat$s )enera%is*
&ekanan darah 1/#%7# mm(g 8rekuensi nadi 3# 9%menit 0uhu
afebris
)ernapasan
1: 9%menit
Mata
lihat di status oftalmologis
epala
deformitas 4;6
Leher
perbesaran <= 4;6
)aru
vesikuler, rhonki ;%;, *hee>ing ;%;
-antung
bunyi jantung I$II normal, murmur 4;6, gallop 4;6
Abdomen
datar, lemas, bising usus 456 normal, hati dan limpa tidak teraba
?kstrimitas
akral hangat, perfusi perifer 'ukup, edema ;%;
!
Stat$s +(ta%m+%+is*
edudukan kedua bola mata baik, gerakan baik ke segala arah baik ,D
,S
?dema 5, spasme 5 Injeksi konjungtiva 5, injeksi silier 5 Ulkus kornea 456 :9! mm parasentral, ulkus
putih
infiltrate, dikelilingi
Pa%"e-ra
&enang
K+n$nti/a
&enang
K+rnea
-ernih
*arna oleh
putih di sekitarnya, edema 456 Dalam, hipopion 456 =ulat, sentral, refleks 'ahaya 5,
Bi%ik mata de"an Iris P$"i%
-ernih -ernih &idak dilakukan
Lensa Badan ka0a $nd$sk+"i
Dalam =ulat, sentral, refleks 'ahaya 5, ! mm -ernih -ernih &idak dilakukan
@D tidak diperiksa
&I@
@0 11,# 4tonometri6 isus
@D
!%3#
@0
3%3
. asa%a#*
1. Ulkus kornea @D e' susp infeksi bakteri 5 hipopion DD% infeksi jamur
4. Ren0ana Pemeriksaan* •
@(
•
)e*arnaan
•
Uji 8luorosens
15. Tera"i* •
. &ropin / dd gtt 1 @D
•
. L8B 3 dd gtt 1 @D
•
. +ata'hen 3 dd gtt 1 @D
:
•
efota9im / 91 gr I
•
etorola' /91 amp I
•
etokona>ole / 9 /## mg ).@
•
Alpra>olam 19#./" tab
"
BAB II ANALISA KASUS
Dari ilustrasi kasus yang telah dijabarkan sebelumnya didapatkan bah*a kelainan pada mata kanan pasien masuk dalam bagian besar mata merah visus turun mendadak dengan diagnosis banding glaukoma akut, ulkus kornea, uveitis anterior dan endoftalmitis. Diagnosis glau'oma akut disingkirkan karena tidak terdapat peningkatan tekanan intraokular, refleks fundus masih bagus, tidak terdapat gangguan lapang pandang 4tes konfrontasi bagus6 dan tidak ada neuropati optik. Diagnosis uveitis disingkirkan karena dari anamnesis terdapat ri*ayat terkena serangga sedangkan pada uveitis anterior biasanya karena autoimun. Dari pemeriksaan oftalmologi juga tidak terdapat miosis. Diagnosis endoftalmitis dapat disingkirkan karena tidak terdapat kekeruhan pada vitreus, refleks fundus masih baik. Akhirnya, ditegakkan diagnosis ulkus kornea karena sudah terdapat defek epitel yang sampai ke stroma kornea berdasarkan pemeriksaan slit lamp. Dari anamnesis diperoleh keterangan bah*a keluhan pasien didahului oleh adanya ri*ayat trauma akibat terkena per'ikan api dari gerinda, kemudian mata merah, berair, nyeri, dan terasa silau. )englihatan juga menjadi buram mendadak, kelopak mata pasien membengkak. (al hal tersebut juga mendukung penegakan diagnosis ulkus kornea. Ulkus kornea biasanya terjadi dengan didahului oleh adanya trauma pada kornea. Agen yang berperan utama dalam trauma ini adalah bakteri dan jamur. )ada kasus ini, terdapat ri*ayat terkena terkena per'ikan api pada mata pasien / minggu 0M20 yang diduga sebagai sumber infeksi. )ada status oftalmologi didapatkan ulkus kornea di parasentral, infiltrat 5, *arna keputihan, edema 5, hipopion 5. Morfologi ulkus yang demikian ditambah dari hasil anamnesis mengarahkan etiologi ulkus pada jamur dan bakteri. Untuk penyebab virus dapat disingkirkan karena dari anamnesis didapatkan gejala nyeri, sedangkan umumnya gejala ulkus virus tidak disertai nyeri, termasuk tidak adanya gejala sistemik pada pasien. 0elain itu juga tidak ditemukan bentuk khas dari ulkus virus yaitu bentuk dendritik. Dari
3
anamnesis terdapat beberapa hal yang menguatkan etiologi ulkus pasien ke arah jamur, antara lain adanya ri*ayat kontak dengan bahan$bahan organik yaitu serangga. Untuk memastikan etiologi ulkus tersebut perlu dilakukan pemeriksaan penunjang swab sekret mata yang dilanjutkan dengan pe*arnaan gram, dan pemeriksaan kultur resistensi. 0elain itu dilakukan juga scrapping yang dilanjutkan dengan pemeriksaan @(. Untuk mengetahui penyebab pastinya perlu dilakukan kultur saboraud. Uji fluoresens dilakukan untuk melihat sebesar seluas apa defek epitel yang terjadi pada ulkus tersebut, untuk selanjutnya, tes ini dapat dilakukan sebagai follow up terapi. omplikasi pada ulkus kornea disebabkan karena terjadinya perforasi yang memungkinkan masuknya agen infeksi ke jaringan mata yang lebih posterior. &erdapat beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien ini seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
ole / 9 /## mg, etorola' /91 amp, Alpra>olam 191 #./" mg. Antibiotik yang diberikan pada pasien ini adalah antibioti' sistemik dan tetes mata. Menurut
Ameri'an Asso'iation of @phtalmologist, pilihan antibioti' topi'al adalah
golongan fluoroCuinolon tetes setiap " menit selama setengah jam pertama setelah hasil kultur keluar. )ada pasien ini digunakan endo Levoflo9a'in 391 tetes yang merupakan antibioti' golongan tersebut. Levoflo9a'in memiliki aktivitas bakterisid terutama bakteri gram negative. Antibiotik sistemik yang diberikan yaitu efota9im yang merupakan antibioti' golongan sefalosporin generasi ketiga. efota9im bekerja menghambat sintesis dinding sel bakteri.
menempel pada ergosterol yang ada pada dinding sel jamur. @bat ini efektif terhadap jamur tipe filament maupun tipe ragi 4spektrum luas6. Eang kedua adalah ketokona>ole, yaitu obat golongan a>ol yang diberikan dalam bentuk sediaan oral. @bat
golongan ini
merupakan fungistatik, diabsorbsi se'ara sistemik dengan kadar yang adekuat di bilik mata depan dan kornea. erjanya ialah dengan menghambat sintesis ergosterol. Indikasi obat ini adalah sebagian besar my'osis sistemik. endo &ropin yang mengandung &ropi'amide merupakan sikloplegik yang diberikan untuk mengistirahatkan kerja iris yang terkena imbas dari peradangan ulkus kornea. &erapi lain yang diberikan adalah analgetik ketorola' untuk mengurangi nyeri dan alpra>olam #,/" mg agar pasien dapat beristirahat.
7
BAB III TIN6AUAN PUSTAKA
1.
De(inisi 1 Ulkus kornea adalah adanya defek pada epitel sampai stroma kornea. ondisi ini
disebabkan oleh adanya inflamasi steril maupun infeksi. /.
K%asi(ikasi 1
Dikenal dua bentuk ulkus pada kornea yaitu sentral dan marginal atau perifer. Ulkus sentral terletak di sentral, jauh dari limbus vaskular. Ulkus kornea sentral dibagi menjadi keratitis bakterial, keratitis fungi, keratitis virus, dan keratitis akantamuba. Ulkus perifer terdiri dari ulkus dan infiltrat marginal, ulkus Mooren, keratokonjungtivitis fliktenularis, keratitis marginal pada penyakit autoimun, ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A, keratitis neurotropik, dan keratitis pajanan. !.
Eti+%+i 1,/ )enyebab tukak kornea adalah bakteri, jamur, akantamuba dan herpes simpleks. Ulkus
kornea bakterial jarang terjadi dan ulkus kornea jamur lebih jarang di negara berkembang, tetapi dalam / dekade belakangan ini menjadi penyebab yang lebih penting. Di India 0elatan sekitar :: F dari ulkus kornea sentral disebabkan oleh jamur. @rganisme yang sering terlibat dalam ulkus kornea bakterial pada kornea nonkompromais 4tanpa infeksi herpes, keratokonjungtivitis sika, atau penggunaan obat$obatan imunosupresan6, antara lain Pseudomonas aeruginosa, Streptococcus pneumoniae, Moraxella sp., Streptococcus βhemolitikus, Klebsiella pneumoniae, dan bakteri lain yang jarang, seperti Escherichia coli, Proteus sp, Mcobacterium fortuitum, dan !ocardia sp. )ada kornea kompromais, terutama dengan penggunaan obat$obatan imunokompromais atau terjadi sebagai infeksi sekunder pada keratitis herpes simpleks, Staphlococcus aureus menjadi penyebab yang penting pada ulkus kornea sentral. 0elain itu, penyebab yang lain, antara lain Staphlococcus epidermidis, Streptococcus "-hemolitikus, Streptococcus β-hemolitikus, Pseudomonas aeruginosa, Proteus sp, Enterobacter aerogenes, dan bakteri lain seperti Escherichia coli, dan !ocardia sp.
0e'ara keseluruhan, ulkus bakterial disebabkan oleh bakteri oportunistik, seperti Streptococcus "-haemolticus, Staphlococcus aureus, Staphlococcus epidermidis, !ocardia, dan M. fortuitum-chelonei. )enyebab ulkus kornea perifer, antara lain reaksi toksik, alergi, autoimun, dan infeksi. ulkus kornea perifer biasanya terjadi sebagai akibat sekunder dari konjungtivitis bakterial akut atau kronik, blefarokonjungtivitis dan lebih jarang konjungtivitis Koch-#eeks 4 $aemophilus aegptius6. &etapi bukan sebagai hasil dari proses infeksi, melainkan hasil dari sensitisasi terhadap produk bakteri, antibodi dari pembuluh darah limbus yang bereaksi dengan antigen dan berdifusi mele*ati epitelium kornea. Mayoritas infeksi dan ulkus kornea terjadi dengan sebelumnya terdapat faktor risiko berupa adanya luka pada kornea. Agen yang berperan utama dalam trauma ini adalah produk agrikultur dan he*an. ebanyakan ulkus jamur disebabkan organisme oportunitis seperti %andida, &usarium, 'spergillus, Penicillium, %ephalosporium, dan lain$lain.
:.
Pat+(isi+%+i 1 ornea memiliki banyak serabut saraf, kebanyakan lesi kornea, superfisial maupun
dalam menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. 2asa sakit ini diperhebat oleh gesekan palpebra 4terutama palpebra superior6 pada kornea dan menetap sampai sembuh. 8otofobia pada penyakit kornea adalah akibat kontraksi iris beradang yang sakit. Dilatasi pembuluh iris adalah fenomena refleks yang disebabkan iritasi pada ujung saraf kornea. 8otofobia, yang berat pada kebanyakan penyakit kornea, minimal pada keratitis herpes karena hipestesi terjadi pada penyakit ini, yang juga merupakan tanda diagnostik yang berharga. Meskipun mata berair dan fotofobia umumnya menyertai penyakit kornea, umumnya tidak ada tahi mata ke'uali pada ulkus bakteri purulen. &erbentuknya ulkus kornea mungkin karena adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. )roses pembentukan ulkus melibatkan proses penyembuhan $
lesi di epitel dan stroma, lapisan air mata, persarafan kornea, en>im proteolitik, dan sitokin )enyembuhan lesi epitel. Ulkus kornea selalu dia*ali dengan defek epitel. Defek epitel persisten
menyebabkan stroma
kornea
terpajan
pada
lingkungan eksternal
dan
mempermudah terjadinya proses degradasi stroma. Migrasi sel epitel terjadi sentripetal sampai defek tertutup seluruhnya.
1#
$
)enyembuhan lesi stroma. )enyembuhan lesi stroma terjadi melalui migrasi keratosit stroma, proliferasi dan deposisi matriks ekstraseluler, termasuk kolagen, protein adhesi,
$
dan glikosaminoglikan. +ekrosis dan degradasi stroma. 0ekresi matriks metaloproteinase, yang berfungsi mendegradasi matriks ekstraseluler dan membran basal, sangat meningkat saat penyembuhan luka. ?n>im ini disekresi sebagai proen>im oleh neutrofil, sel epitel yang
$
mengalami lesi, dan keratosit. )eran persarafan kornea. ornea dipersarafi oleh nervus trigeminal 'abang oftalmika dan persarafan simpatis dari ganglion servikalis superior. )enurunan sensasi kornea karena
$
denervasi saraf menurunkan produksi air mata, refleks protektif, dan frekuensi berkedip. )eran lapisan air mata dan sitokin. Air mata mengandung sitokin yang penting dalam regulasi penyembuhan epitel kornea. ".
)ea%a K%inis 1,!,"
masih
intak. (ipopion dapat
terlihat pada ulkus kornea
Staphlococcus, Streptococcus pneumoniae, dan Pseudomonas. Akan tetapi, juga dapat terlihat pada ulkus kornea virus dan jamur. 0ifat ulkus bakterial yang disebabkan oleh bakteri oportunistik biasanya indolen yang 'enderung menyebar perlahan dan superfisial. Ulkus yang disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae biasanya mun'ul setelah /:$:7 jam setelah inokulasi pada kornea, dengan sifat ulkus berbatas tegas keabu$abuan yang 'enderung menyebar dari tempat asal ke sentral kornea dan tepinya bersih. 0ifat ulkus yang disebabkan oleh Pseudomonas dimulai dengan infiltrat keabu$abuan atau kuning pada lokasi rusaknya epitelium kornea, yang diikuti oleh nyeri yang hebat dan lesi 'enderung 'epat menyebar ke segala arah. (al tersebut disebabkan oleh aktivitas
11
en>im proteolitik yang dihasilkan oleh organisme. 0elain itu, biasanya banyak hipopion yang 'enderung meningkat ukurannya seiring dengan progresifitas ulkus. Infiltrat dan eksudat yang terbentuk 'enderung ber*arna hijau kebiruan. (al ini disebabkan karena pigmen yang diproduksi oleh organisme dan patognomonik untuk infeksi P. aeruginosa. 0elain itu biasanya infeksi terjadi mengikuti abrasi kornea akibat pemakaian lensa kontak. 0ifat ulkus pada M. li(uefaciens biasanya berbentuk oval, indolen, dengan lokasi yang tersering adalah kornea inferior dan meluas ke bagian dalam stroma dalam beberapa hari. =iasanya tidak terdapat hipopion atau hanya sedikit, dan kornea umumnya bening. 0ifat ulkus pada Streptococcus β-haemolticus tidak memiliki 'iri khas tertentu. 0troma disekitarnya sering menunjukkan infiltrat dan sembab, dan biasanya terdapat hipopion berukuran sedang. Ulkus jamur bersifat indolen, dengan infiltrat kelabu, sering disertai hipopion, peradangan nyata pada bola mata, ulserasi superfisial, dan lesi$lesi satelit 4umumnya infiltrat di tempat$tempat yang jauh dari daerah utama ulserasi6. Lesi utama, dan sering juga lesi satelit, merupakan plak endotel dengan tepian tidak teratur di ba*ah lesi kornea utama, disertai reaksi kamera anterior yang hebat dan abses kornea. &idak ada 'iri khas yang membedakan jenis jamur. Ta-e% 1. Per-andinan $%k$s -akteria% dan $%k$s am$r
1/
3.
Dian+sis 1,/,! Diagnosis dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan oftalmologis, dan
pemeriksaan penunjang lainnya. )ada anamnesis perlu ditanyakan ri*ayat faktor predisposisi untuk terjadinya keratitis infeksius termasuk penggunaan lensa kontak, benda asing dan trauma, ri*ayat operasi mata, atau pajanan terhadap air yang terkontaminasi. 2i*ayat trauma luar, terutama dari bahan tumbuh$tumbuhan, perlu di'urigai ke arah infeksi jamur. 0elain itu, perlu ditanyakan abnormalitas sistemik yang mungkin menjadi predisposisi meningkatkan risiko terjadinya keratitis, seperti AID0, diabetes mellitus, malnutrisi, alkoholisme, dan penyakit kronik lainnya. )enyakit autoimun lainnya, seperti artritis reumatoid, #egener)s granulomatosis, dan sindroma 0jogren termasuk penggunaan obat imunosupresan perlu ditanyakan. 0elain itu, ditanyakan ri*ayat pengobatan sebelumnya, terutama dengan obat tetes mata kortikosteroid.
1!
)ada pemeriksaan oftalmologis dilakukan pemeriksaan mata se'ara umum untuk men'ari tanda dari ulkus kornea seperti yang telah disebutkan di atas. )ada pemeriksaan dengan slit lamp, yang perlu diperiksa adalah •
onjungtiva, sklera, dan kelopak eritema, injeksi silier, nodul perilimbus, sekret,
spasme kelopak •
Lapisan air mata derajat, simetri, regularitas, dan adanya debris
•
?pitel lokasi defek dan regularitas
•
0troma penipisan dan infiltrat
•
?ndotel keratic precipitate
•
=ilik mata depan hipopion dan inflamasi
•
0ensitivitas kornea
•
0imetrisitas kedua mata
)ada ulkus kornea terdapat kekeruhan ber*arna putih pada kornea. Daerah kornea yang tidak terkena akan tetap jernih dan tidak terdapat infiltrat. Iris sulit dilihat karena edema kornea dan infiltrasi sel radang pada kornea. )ada pe*arnaan fluoresein akan memberikan *arna hijau yang menunjukkan adanya defek epitel. )ada ulkus kornea sentral, hipopion biasanya menyertai ulkus. (ipopion khas untuk ulkus kornea sentral bakteri dan fungi. (ipopion steril pada ulkus kornea bakteri, ke'uali terjadi robekan pada membran Des'emet. )ada ulkus fungi, hipopion mungkin mengandung unsur fungus. Dapat juga dilakukan pemeriksaan fluoresein yang dapat membedakan ulkus dari abrasi sederhana. )ada keratitis virus akan tampak ulkus dendritik atau geografik. 0elain itu dilakukan pemeriksaan penunjang, seperti uji fluorosensi untuk melihat adanya defek pada kornea, scraping dari ulkus dan dilakukan per*arnaan
Tata%aksana 1,:, ", 3 )engobatan umumnya untuk tukak kornea adalah dengan sikloplegik, antibiotik yang
sesuai se'ara topikal dan subkonjungtiva, dan pasien dira*at bila mengan'am perforasi.
1:
&erapi yang diberikan sesuai dengan organisme penyebabnya. &erapi initial diberikan berdasarkan interpretasi apusan kornea, dan penilaian klinis. &erapi obat tetes antibiotika diberikan dengan interval 1" menit, sedangkan antibiotik subkonjuntiva diberikan setiap 1/ jam. &erapi sistemik dapat diberikan bila ditemukan supurasi sklera atau terdapatnya perforasi kornea. )engobatan pada tukak kornea bertujuan menghalangi hidupnya bakteri dengan antibiotika. 0e'ara umum tukak diobati sebagai berikut $ &idak boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga akan berfungsi sebagai inkubator $ 0ekret yang terbentuk dibersihkan : kali satu hari $ Diperhatikan kemungkinan terjadinya glaukoma sekunder $ Debridement $ Diberikan pengobatan sesuai organisme penyebab. )engobatan dihentikan bila sudah terjadi epitelisasi dan mata terlihat tenang ke'uali bila penyebabnya pseudomonas yang memerlukan pengobatan ditambah 1$/ minggu. )ada ulkus kornea dilakukan tindakan pembedahan yaitu keratektomi atau keratoplasti apabila dengan pengobatan tidak sembuh atau terjadinya jaringan parut yang menganggu penglihatan.
1"
BAB I7 KESIPULAN DAN SARAN
1. Kesim"$%an •
Diagnosis ulkus kornea ditegakkan dengan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium untuk menemukan etiologinya.
•
eberhasilan penanganan ulkus kornea tergantung pada ketepatan diagnosis, penyebab infeksi, dan besarnya kerusakan yang terjadi.
•
0etelah dilakukan pemeriksaan laboratorium, pengobatan dilanjutkan dengan obat yang sesuai. Mengetahui faktor predisposisi, etiologi, dan terapi yang tepat akan membantu dalam diagnosis serta penatalaksanaan ulkus kornea
2. Saran •
&ingkat kesadaran penderita akan risiko komplikasi ulkus kornea masih rendah. ?dukasi kepada masyarakat perlu ditingkatkan
•
Ulkus kornea yang luas memerlukan *aktu penyembuhan yang lama, kepatuhan pasien dalam berobat perlu mendapatkan perhatian yang lebih.
13
DATAR PUSTAKA
1. =is*ell 2. ornea. In aughn D, Asbury &, ?va )2, eds. 8(. orneal ul'er. Diambil
dari
U2L
http%%emedi'ine.meds'ape.'om%arti'le%11"37#$overvie* tanggal /1 -anuari /## 3. Mills &-. orneal Ul'eration and Ul'erative eratitis. Diambil dari U2L http%%emedi'ine.meds'ape.'om%arti'le%71##$overvie* tanggal /1 januari /##
1