KATA PENGANTAR PENG ANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa karena atas rahmatnya kami dapat dapat menye menyelesa lesaika ikan n makalah makalah asuhan asuhan keperaw keperawata atan n pada pada Tn.D Tn.D dengan dengan ganggu gangguan an sistem sistem persarafan : post craniotomy a.i trauma kepala di ruang rc.3 bedah saraf. Dalam makalah ini penulis membahas tentang asuhan keperawatan pada Tn.D dengan gangguan sistem persarafan : post craniotomy a.i trauma kepala di ruang rc.3 bedah saraf.
Dalam Dalam meny menyele elesai saika kan n makal makalah ah ini, ini, kami kami tela telah h bany banyak ak mend mendap apat at bant bantua uan n dan dan masuk masukan an dari dari berbag berbagai ai pihak. pihak. Oleh Oleh karena karena itu, itu, dalam dalam kesemp kesempatan atan ini tim penuli penuliss ingin ingin menyampaikan terima kasih kepada :
. !apak. "li #am$ah., %&p., '(%. selaku dosen mata kuliah &eperawatan 'edikal !edah !edah ))) yang yang telah telah membim membimbin bing g kami kami sehingg sehinggaa penget pengetahu ahuan an kami kami semaki semakin n bertambah. *. Piha Pihak+ k+pi piha hak k yang yang tida tidak k dapa dapatt kami kami sebu sebutk tkan an satu satu persa persatu tu yang yang tela telah h turu turutt membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dalam waktu yang tepat. &ami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dalam susunan maupun isinya. ntuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi demi perbai perbaikan kan makalah makalah ini. ini. %emog %emogaa makala makalah h ini dapat dapat berman bermanfaat faat bagi bagi pembac pembacaa pada pada umumnya dan mahasiswa-mahasiswi.
!andung, anuari */0
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
'enurut !arell, #eruti, "bargel dan 1i2 4445, sebanyak 067 korban mengalami trauma kepala, sedangkan 847 korban mengalami trauma yang multipel dalam penelitian di )srael )srael.. &eced &ecedera eraan an mult multip ipel el berk berkai aitan tan deng dengan an kepa kepara raha han n dan dan ia adal adalah ah asas asas dalam dalam mendiagnosa gambaran keseluruhan kecederaan. Dengan merekam seluruh kecederaan yang dialami oleh korban, ia dapat membantu dalam mengidentifikasi kecederaan yang sering mengikut penyebab trauma pada korban. Trauma Trauma 'urni adalah apabila korban didiagnosa didiagnosa dengan dengan satu kecederaan pada salah satu regio atau bagian anatomis yang mayor !arell, #eruti, "bargel "bargel dan 1i2, 4445. Traum Traumaa multi multipel pel atau politr politraum aumaa adalah adalah apabil apabilaa terdapa terdapatt * atau atau lebih lebih kecede kecederaan raan secara secara fisikal fisikal pada pada regio regio atau organ organ tertent tertentu, u, dimana dimana salah salah satuny satunyaa bisa bisa menyeb menyebabk abkan an kematian dan memberi impak pada fisikal, kognitif, psikologik atau kelainan psikososial dan disabilitas fungsional. Trauma kepala paling banyak dicatat pada pasien politrauma dengan kombinasi kombinasi dari kondisi kondisi yang cacat seperti seperti amputasi, amputasi, kelainan pendengara pendengaran n dan penglihatan, penglihatan, post-traumatic stress syndrome dan dan kond kondisi isi kela kelain inan an jiwa jiwa yang yang lain lain Veterans Health Administration Transmittal Transmittal Sheet 5. 5. "da beberapa trauma yang sering terjadi terj adi yaitu: ... ... Trauma Trauma ser2ikal, ser2ikal, batang otak otak dan tulang belakan belakang g Trauma yang diakibatkan kecelakaan lalu lintas, jatuh dari tempat yang tinggi serta pada akti2itas olahraga yang berbahaya boleh menyebabkan cedera pada beberapa bagian ini. ..*. ..*. Traum Traumaa torak torakss Trauma toraks bisa terbagi kepada dua yaitu cedera dinding toraks dan cedera paru. ..3. ..3. Traum Traumaa abdomin abdominal al Trauma abdominal terjadi apabila berlaku cedera pada bagian organ dalam dan bagian luar abdominal
..0. ..0. Traum Traumaa tungkai tungkai atas atas Trauma tungkai atas adalah apabila berlaku benturan hingga menyebabkan cedera dan putus ekstrimitas. 9edera bisa terjadi dari tulang bahu, lengan atas, siku, lengan bawah, pergelangan tangan, jari+jari tangan serta ibu jari. ..7. ..7. Traum Traumaa tungkai tungkai bawah bawah &ecederaan &ecederaan yang paling sering adalah fraktur tulang pel2ik. pel2ik. 9edera pada bagian lain ekstrimitas bawah seperti patah tulang femur, lutut atau patella, ke arah distal lagi yaitu fraktur tibia, fraktur fibula, tumit dan telapak kaki ames, 9orry dan Perry, *///5.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1. Pengertian 2.1.1. Pengertian Trauma Kepaa
Trauma kepala atau trauma kapitis adalah suatu ruda paksa trauma5 yang menimpa struktur kepala sehingga dapat menimbulkan kelainan struktural dan atau gangguan fungsional jaringan otak %astrodiningrat, *//45. 'enurut Brain Injury Association of America, cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik anglois, ;utland+!rown, Thomas, *//65. 'enurut %atya (egara 44<:0<5 mengemukakan bahwa cedera kepala merupakan jumlah deformitas jaringan di kepala yang diakibatkan oleh suatu kekuatan mekanis. Dari beberapa penegertian di atas dapat disimpulkan bahwa trauma kepala atau cidera kepala adalah suatu kerusakan yang menimpa struktur kepala yang disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar yang dapat menimbulkan gangguan fugsional jaringan otak.
2.1.2. Pengertian Trauma Kepaa Se!ang
'enurut "rief 'ansjoer, *///:75 dan #udak and =allo,alih bahasa 'onica >.D "diyanti 446:**65 9edera kepala sedang 'oderat #)5 ialah suatu keadaan cedera kepala dengan nilai tingkat kesadaran =9%5 yaitu 4+* dan tingkat kesadaran lethargi, obtunded atau stupor.
2.1.". Pengertian craniotomy
!arbara
>ngram,
alih
bahasa
%uharyati
%amba,
dkk
44<:
60*5
mengemukakan bahwa kraniotomi adalah operasi pembukaan tulang tengkorak, sedangkan "hmad ;amali 446: 6*5 mendefinisikan pembedahan pada tulang tengkorak.
craniotomy adalah setiap
Dari kedua pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa kraniotomi adalah pembedahan yang dilakukan untuk membuka tulang tengkorak.
2.1.#. Pengertian De$%mpre&i
'enurut "hmad ;amali, 446:<05 Dekompresi ialah pengurangan atau menge2akuasi bekuan darah dari tulang tengkorak. 2.1.'. Pengertian Su(!ura Hemat%ma
'enurut Depkes ;) 447: 635 %ubdural #ematoma adalah perdarahan yang terjadi antara durameter dan arakhnoid yang biasanya meliputi perdarahan 2ena. %edangkan menurut 9arolyn '. #udak, alih bahasa 'onica >.D "diyanti 446: **<5 hematoma subdural adalah akumulasi darah di bawah lapisan meningeal durameter dan diatas lapisan arakhnoid yang menutupi otak. Definisi lain dikemukakan oleh "rif 'ansjoer, dkk *///: <5 bahwa hematoma subdural ialah pengumulan darah dalam rongga antara durameter dan membran subarakhnoid yang bersumber dari robeknya 2ena. Dari ketiga pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa hematoma subdural adalah akumulasi darah yang terjadi di dalam rongga antara durameter dan arakhnoid yang biasanya disebabkan karena perdarahan 2ena. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa, Post craniotomy dekompresi atas indikasi moderat #) disertai subdural hematoma fronto temporo parietal de?tra ialah operasi pembedahan yang dilakukan untuk membuka tengkorak guna menge2akuasi bekuan darah atas indikasi cedera kepala dengan nilai tingkat kesadaran =9%5 4+* disertai akumulasi darah yang terjadi di dalam rongga antara durameter dan arakhnoid yang biasanya disebabkan karena perdarahan 2ena di daerah fronto temporo parietal de?tra.
2.2.
Anat%mi !an )i&i%%gi Ota$
Otak merupakan jaringan yang konsistensinya kenyal menyerupai agar+agar dan terletak di dalam ruangan yang tertutup oleh tulang yaitu kranium tengkorak5, yang secara absolut tidak dapat bertambah 2olumenya, terutama pada orang dewasa.
aringan otak dilindungi oleh beberapa pelindung, mulai dari permukaan luar adalah: kulit kepala yang mngandung rambut, lemak dan jaringan lainnya, tulang tengkorak, meningens selaput otak dan li@uor serebrospinalis5. %atyanegara, 44<: *5
Otak dibagi dalam beberapa bagian: 2.2.1.Sere(rum *%ta$ (e&ar+
'erupakan bagian yang terluas dan terbesar dari otak, berbentuk telur, mengisi depan atas rongga tengkorak, masing+masing disebut fase kranialis anterior atas dan fase kranialis media. Pada otak besar ditemukan beberapa lobus, yaitu: 5 obus frontalis, adalah bagian dari serebrum yang terletak di depan siklus sentralis. obus ini terlihat dalam * fungsi serebral utama, yaitu: 5 kontrol motorik gerakan 2olunter termasuk fungsi bicara, dan *5 kontrol berbagai ekspresi emosi, moral dan tingkah laku etika. Aungsi aktifitas motoriknya diekspresikan melalui: korteks somato+motorik primer area !rodmann 05, korteks premotor dan suplemen area !rodmann 65, frontal eye field area !rodmann <5 dan pusat bicara !roca area !rodmann 005, sedangkan kontrol ekspresif dari emosi dan moral dilaksanakan oleh korteks pre frontal %atyanegara, 44<: 75 *5 obus parietalis, terdapat di depan sulkus sentralis dan dibelakangi oleh karaco oksipitalis. obus parietal dikaitkan untuk e2aluasi sensorik umum dan rasa kecap, dimana selanjutnya akan dintegrasi dan diproses untuk menimbulkan kesiagaan tubuh terhadap lingkungan eksternal. %atyanegara, 44<: 85 35 obus temporalis, terdapat di bawah lateral dari fisura serebralis dan di depan lobus oksipitalis. obus temporalis mempunyai peran fungsionil yang berkaitan dengan pendengaran, keseimbangan dan juga sebagian dari emosi+ memori. 05 obus oksipitalis, yang mengisi bagian belakang daris erebrum lobus oksipitalis sangat penting fungsinya sebagai korte? 2isual. %ecara umum, fungsi serebrum terdiri dari:
a5 mengingat pengalaman+pengalaman masa lalu b5 pusat persyarafan yang menanganiB aktifitas mental, akal, inteligensi, keinginan dan memori c5 pusat menangis, buang air besar dan buang air kecil ntuk memperjelas letak dari setiap obus Otak dapat dilihat pada gambar *. dibawah ini:
=br.*.. Penampang lateral lobus+lobus otak
%umber: %atyanegara, . Djoko istiano, Ilmu Bedah Saraf Edisi III , akarta: =ramedia Pustaka tama, 44< a. !atang otak trunkus serebri5 !atang otak adalah pangkal otak yang merilei pesan+pesan antara medula spinalis dan otak. !atang otak terdiri dari: 5 Diensefalon, bagian batang otak paling atas terdapat diantara serebrum dengan mesensefalon. &umpulan dari sel syaraf yang terdapat di bagian depan lobus temporalis terdapat kapsula interna dengan sudut menghadap ke samping. Aungsi dari diensefalon: a5 2aso kontruktor, mengecilkan pembuluh darah b5 respiratori, membantu proses persyarafan c5 mengontrol kegiatan reflek
d5 membantu pekerjaan jantung
Diensefalon tersusun atas struktur #ipothalamus yang berfungsi sebagai
pusat
integrasi
susunan
saraf
otonom,
regulasi
temperatur,
keseimbangan cairan dan elektrolit, integrasi sirkuit siklus bangun+tidur, intake makanan, respon tingkah laku terhadap emosi, pengontrolan endokrin, dan respon seksual. Thalamus berfungsi sebagai pusat persediaan dan integrasi bagi semua jenis impuls sensorik, kecuali penciuman.thalamus memainkan peranan penting dalam transmisi impuls nyeri.satyanegara, 44<:*/5 *5 'esensefalon, atap dari mesensefalon terdiri dari 0 bagian yang menonjol ke atas, * di sebelah atas disebut korpus @uadrigeminus superior dan * di sebelah bawah disebut korpus @uadrigeminus inferior, serat saraf okulomotorius berjalan ke 2eritral di bagian medial. %erat+serat saraf ner2us troklearis berjalan ke arah dorsal menyilang garis tengah ke sisi lain. Aungsinya terdiri dari: a5 membantu pergerakan mata dan mengangkat kelopak mata b5 memutar mata dan pusat pergerakan mata 35 Pons 2aroli, brakium pontis yang menghubungkan mesensefalon dengan pons 2aroli dengan serebelum, terletak didepan serebelum di antara otak tengah dan medula oblongota, disini terdapat premotoksid yang mengatur gerakan pernafasan dan reflek. Aungsi dari pons 2aroli terdiri dari: a5 penghubung antara kedua bagian serebelum dan juga antara medula oblongata dengan serebelum b5 pusat syaraf ner2us trigeminus 05 'edula oblongata, merupakan bagian dari batang otak yang paling bawah yang menghubungkan pons 2aroli dengan medula spinalis. !agian bawah medula oblongata merupakan persambungan medula spinalis ke atas dan bagian atas medula oblongata disebut kanalis sentralis di daerah tengah bagian 2entral medula oblongata.
Aungsi medula oblongata merupakan organ yang menghantarkan impuls dari medula spinalis dan otak yang terdiri dari: a5 mengontrol pekerjaan jantung b5 mengecilkan pembuluh darah 2asokonstruktor5 c5 pusat pernafasan respiratory centre5 d5 mengontrol kegiatan reflek
Otak dilindungi oleh selaput otak meningen5 yang terdiri dari 3 lapisan: a. Duramater lapisan sebelah luar5 %elaput keras pembungkus otak yang berasal dari jaringan ikat tebal dan kuat, di bagian tengkorak terdiri dari selaput tulang tengkorak dan duramater propia di bagian dalam. Di dalam kanal 2ertebralis kedua lapisan ini terpisah. Duramater pada tempat tertentu mengandung rongga yang mengalirkan arah 2ena dari otak, rongga ini dinamakan sinus longitudinal superior, terletak di antara kedua hemisfer otak. b. "rakhnoid lapisan tengah5 'erupakan selaput halus yang memisahkan duramater dengan piameter membentuk sebuah kantong atau balon berisi cairan otak yang meliputi seluruh susunan syaraf sentral. 'edula spinalis terhenti setinggi di bawah lumbal )+)) terdapat sebuah kantong berisi cairan, berisi saraf perifer yang keluar dari medula spinalis dapat dimanfaatkan untuk mengambil cairan otak yang disebut pungsi lumbal. c. Piamater lapisan sebelah dalam5 'erupakan selaput tipis yang terdapat pada permukaan jaringan otak, piamater berhubungan dengan arakhnoid melalui struktur+struktur jaringan ikat yang disebut trabekel. Tepi falks serebri membentuk sinus longitudinal inferior dan sinus sagitalis inferior yang mengeluarkan darah dari falks serebri. Tentorium memisahkan serebri dengan sereblum.%yaifuddin, 448: *05
2.". Eti%%gi 2.".1. 'enurut %atyanegara,44<:0<
&ebanyakan cedera kepala merupakan akibat salah satu dari kedua mekanisme dasar yaitu: 2.".1.1.
&ontak bentur, terjadi bila kepala membentur atau menabrak sesuatu obyek
atau sebaliknya 2.".1.2. =uncangan lanjut, merupakan akibat peristiwa guncangan kepala yang hebat, baik yang disebabkan oleh pukulan maupun yang bukan karena pukulan 2.".1.2.1. 'enurut Brain Injury Association of America, penyebab utama trauma kepala adalah karena terjatuh sebanyak *
Deselerasi apabila kepala bergerak dengan cepat ke suatu arah secara tiba+tiba dan dihentikan oleh suatu benda misalnya kepala menabrak tembok maka kepala tiba+tiba terhenti gerakannya. ;otasi adalah apabila tengkorak tiba+tiba mendapat gaya mendadak sehingga membentuk sudut terhadap gerak kepala. &ecederaan di bagian muka dikatakan fraktur maksilofasial %astrodiningrat, *//45. 2.#.
,ani-e&ta&i Kini&
2.#.1. ;upturenya aneurisme menyebabkan sakit kepala mendadak, biasanya terjadi sangat hebat, seringkali terjadi kehilangan kesadaran selama beberapa periode, nyeri dan kekauan bagian belakang leher dan tulang belakang, gangguan penglihatan kehilangan penglihatan, diplopia, ptosis5. 2.#.2. Dapat juga terjadi tinnitus, pusing, dan hemiparesis. ika aneurisme mengeluarkan darah, pasien mungkin sedikit memperlihatkan deficit neurologis, atau perdarahan hebat, mengakibatkan kerusakan serebral yang dengan cepat diikuti dengan koma dan kematian. 2.#.". Prognosis tergantung pada kondisi neurologis, usia pasien penyakit yang berkaitan, dan luas serta letak aneurisme. 2.'. Jeni& Trauma Kepaa 9edera kepala dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme, kaparahan, dan morfologi cedera.
. 'ekanisme : berdasarkan adanya penetrasi duramater Trauma tumpul : kecepatan tinggi tabrakan otomobil5 • &ecepatan rendah terjatuh, dipukul5 Trauma tembus luka tembus peluru dan cedera tembus lainnya5 • *. &eparahan cedera : 'ansjoer, "rief *///:75, #udak and =allo, alih bahasa 'onica >.D "diyanti, 446:**65 ;ingan: %kala koma =lasgow =lasglow 9oma %cale, =9%5 0+7 • %uatu keadaan dimana kepala mendapat trauma ringan dengan hasil penilaian tingkat kesadaran =9%5 yaitu 3+7, klien sadar penuh, atentif dan orientatif. &lien tidak mengalami kehilangan kesadaran, bila hilang kesadaran misalnya konkusio, tidak ada intoksikasi alkohol atau obat terlarang. &lien biasanya mengeluh nyeri kepala dan pusing. Pasien dapat menderita abrasi, laserasi atau hematoma kulit kepala %edang: =9% 4+3 • %uatu keadaan cedera kepala dengan nilai tingkat kesadaran =9%5 yaitu 4+*, tingkat kesadaran lethargi, obturded atau stupon. =ejala lain berupa muntah, amnesia pasca trauma, konkusio, rabun, hemotimpanum, otorea atau rinorea cairan cerebrospinal dan biasanya terdapat kejang. !erat : =9% 3+< • 9edera kepala dengan nilai tingkat kesadaran =9%5 yaitu 3+<, tingkat kesadaran koma. Terjadi penurunan derajat kesadaran secara progresif. Tanda
neurologis fokal, cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresi kranium. 'engalami amnesia *0 jam, juga meliputi kontusio cerebral, laserasi atau hematoma intra kranial. 3. 'orfologi Araktur tengkorak : kranium : linear-stelatumB depresi-non depresiB •
•
•
terbuka-tertutup: basis dengan-tanpa kebocoran cairan serebrospinal dengan-tanpa kelumpuhan ner2us E)) esi intrakranial : fokal: menurut:%u$anne 9 %melt$er, et. al, alih bahasa "gung Faluyo *//:***5, Tuti Pahria,dkk 446:045 epidural, "dalah pengumpulan darah di dalam ruang epidural ekstradural5 di antara tengkorak dan duramater. &eadaan ini sering diakibatkan dari fraktur atau rusak laserasi5, dimana arteri ini berada di antara duramater putus atau rusak laserasi5, dimana arteri ini berada diantara duramater dan tengkorak daerah inferior menuju bagian tipis tulang temporal hemoragi karena arteri ini menyebabkan penekanan pada otak. =ejala ditimbulkan oleh hematoma luas, disebabkan oleh perluasan hematoma. !iasanya terlihat adanya kehilangan kesadaran sebentar pada saat cedera, diikuti dengan pemulihan yang nyata secara perlahan+lahan. =ejala klasik atau temporal berupa kesadaran yang makin menurun disertai anisokor pada mata ke sisi dan mungkin terjadi hemiparese kontra lateral. %edangkan hematoma epidural di daerah frontal dan parietal atas tidak memberikan gejala khas selain penurunan kesadaran biasanya somnolen5 yang tidak membaik setelah beberapa hari. !anyaknya perdarahan terjadi karena proses desak ruang akut, bila cukup besar akan menimbulkan herniasi misalnya pada perdarahan epidural, temporal yang dapat menyebabkan herniasi unkus. Perdarahan )ntrakranial berdasarkan lokasi akibat cedera kepala
menurut:%u$anne 9 %melt$er, et. al, alih bahasa "gung Faluyo *//:***5, Tuti Pahria,dkk 446:045 adalah sebagai berikut: 5 #ematoma epidural "dalah pengumpulan darah di dalam ruang epidural ekstradural5 di antara tengkorak dan duramater. &eadaan ini sering diakibatkan dari fraktur atau rusak laserasi5, dimana arteri ini berada di antara duramater putus atau rusak laserasi5, dimana arteri ini berada diantara duramater dan tengkorak daerah inferior menuju bagian tipis tulang temporal hemoragi karena arteri ini menyebabkan penekanan pada otak. =ejala ditimbulkan oleh hematoma luas, disebabkan oleh perluasan hematoma. !iasanya terlihat adanya kehilangan kesadaran sebentar pada saat cedera, diikuti dengan pemulihan yang nyata secara perlahan+lahan. =ejala klasik atau temporal berupa kesadaran yang makin menurun disertai anisokor pada mata ke sisi dan mungkin terjadi hemiparese kontra lateral. %edangkan hematoma epidural di daerah frontal dan parietal atas tidak memberikan gejala khas selain penurunan kesadaran biasanya somnolen5 yang tidak membaik setelah beberapa hari. !anyaknya perdarahan terjadi karena proses desak ruang akut, bila cukup besar akan
menimbulkan herniasi misalnya pada perdarahan epidural, temporal yang dapat menyebabkan herniasi unkus. *5 #ematoma subdural "dalah pengumpulan darah diantara durameter dan arakhnoid yang biasanya meliputi perdarahan 2ena. Paling sering disebabkan oleh trauma, tetapi dapat juga terjadi kecenderungan perdarahan yang serius dari aneurisma, hemoragi subdural lebih sering terjadi pada 2ena dan merupakan akibat putusnya pembuluh darah kecil yang menjembatani ruang subdural. #ematoma subdural dapat terjadi akut, subakut atau kronik, tergantung pada ukuran pembuluh yang terkena dan jumlah perdarahan yang ada. . #ematoma subdural akut, sering dihubungkan dengan cedera kepala mayor yang meliputi kontusio atau laserasi. !iasanya pasien dalam keadaan koma dan- atau tanda gejala klinis: sakit kepala, perasaan kantuk dan kebingungan, respon yang lambat dan gelisah. Tekanan darah meningkat dengan frekuensi nadi lambat dan pernafasan cepat sesuai dengan peningkatan hematoma yang cepat. &eadaan kritis terlihat dengan adanya perlambatan reaksi ipsilateral pupil. *. #ematoma subdural sub akut, biasanya berkembang 8+/ hari setelah cedera dan dihubungkan dengan kontusio serebri yang agak berat dan dicurigai pada pasien yang gagal untuk meningkatkan kesadaran setelah trauma kepala. Tanda dan gejala sama seperti pada hematoma subdural akut. Tekanan serebral yang terus menerus menyebabkan penurunan tingkat kesadaran yang dalam. "ngka kematian pasien hematoma subdural akut dan subakut tinggi, karena sering dihubungkan dengan kerusakan otak. 3. #ematoma subdural kronik, terjadi karena cedera kepala minor. 'ulanya perdarahan kecil memasuki di sekitar membran 2askuler dan pelan+pelan meluas. =ejala klinis mungkin tidak terjadi- terasa dalam beberapa minggu atau bulan. &eadaan ini pada proses yang lama akan terjadi penurunan reaksi pupil dan motorik, lansia cenderung yang paling sering mengalami cedera kepala tipe ini sekunder akibat atropi otak, yang diperkirakan akibat proses penuaan. 9edera kepala minor dapat mengakibatkan dampak yang cukup untuk menggeser isi otak secara abnormal dengan sekuela negatif. 35 #ematoma intraserebral "dalah perdarahan ke dalam substansi otak. #emoragi ini biasanya terjadi pada cedera kepala dimana mendesak ke kepala sampai daerah kecil cedera
peluru atau luka tembak, cedera tumpul5. #emoragi ini di dalam otak mungkin juga diakibatkan oleh hipertensi sistemik yang menyebabkan degenerasi dan ruptur pembuluh darah, ruptur kantung aneurisma, anomali 2askuler, tumor intrakranial. "kibat adanya substansi darah dalam jaringan otak akan menimbulkan edema otak, gejala neurologik tergantung dari ukuran dan lokasi perdarahan 2..
Pat%-i&i%%gi Patofisiologi trauma kepala menurut: %yl2ia "nderson, et,al., alih bahasa Peter
"nugerah 447: /5B %atyanegara, 44<: 7/5B 9arolyn '. #udak, et, al., alih bahasa 'onica >.D "diyanti 446: **65 adalah sebagai berikut: Pada trauma kepala dimana kepala mengalami benturan yang kuat dan cepat akan menimbulkan pergerakan dan penekanan pada otak dan jaringan sekitarnya secara mendadak serta pengembangan gaya kompresi yang destruktif. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan cedera akselerasi+deselerasi. Dipandang dari aspek mekanis, akselerasi dan deselerasi merupakan kejadian yang serupa, hanya berbeda arahnya saja. >fek akselerasi kepala pada bidang sagital dari posterior ke anterior adalah serupa dengan deselerasi kepala anterior+posterior. 9edera yang terjadi pada waktu benturan dapat menimbulkan lesi, robekan atau memar pada permukaan otak, dengan adanya lesi, robekan, memar tersebut akan mengakibatkan gejala defisit neurologis yang tanda+tandanya adalah penurunan kesadaran yang progresif, reflek !abinski yang positif, kelumpuhan dan bila kesadaran pulih kembali biasanya menunjukkan adanya sindrom otak organik. Pada trauma kepala dapat juga menimbulkan edema otak, dimana hal ini terjadi karena pada dinding kapiler mengalami kerusakan, ataupun peregangan pada sel+sel endotelnya. %ehingga cairan akan keluar dari pembuluh darah dan masuk ke jaringan otak karena adanya perbedaan tekanan antara tekanan intra2askuler dengan tekanan interstisial. "kibat cedera kepala, otak akan relatif bergeser terhadap tulang tengkorak dan duramater, kemudian terjadi cedera pada permukaannya, terutama pada 2ena+2ena GgantungH bridging 2eins5. ;obeknya 2ena yang menyilang dari korte? ke sinus+sinus 2enosus dapat menyebabkan subdural hematoma, karena terjadi pengisian cairan pada ruang subdural akibat dari 2ena yang pecah. %elanjutnya pergeseran otak juga menimbulkan daerah+daerah yang bertekanan rendah cedera regangan5 dan bila hebat sekali dapat menimbulkan kontusi kontra+kup. "kibat dari adanya edema, maka pembuluh darah otak akan mengalami penekanan yang berakibat aliran darah ke otak berkurang, sehingga akan hipoksia dan menimbulkan
iskemia yang akhirnya gangguan pernapasan asidosis respiratorik Penurunan P# dan peningkatan P9O* 5. "kibat lain dari adanya perdarahan otak dan edema serebri yang paling berbahaya adalah terjadinya peningkatan tekanan intrakranial yang timbul karena adanya proses desak ruang sebagai akibat dari banyaknya cairan yang bertumpuk di dalam otak. Peningkatan intra kranial yang terus berlanjut hingga terjadi kematian sel dan edema yang bertambah secara progresif, akan menyebabkan koma dengan TT)& yang terjadi karena kedua hemisfer otak atau batang otak sudah tidak berfungsi. 2./.
Dampa$ trauma $epaa ter0a!ap &i&tem tu(u0 ainna
"danya gangguan sistem persyarafan akibat trauma kepala akan mengganggu sistem tubuh lainnya. "dapun gangguannya menurut : 9arolyn '. #udak, et, al., alih bahasa 'onica >.D "diyanti 446: *3/5 Tuti Pahria,dkk 446:7/5 adalah sebagai berikut :
2./.1. Si&tem $ar!i%a&$uer
Trauma kepala yang disertai dengan %ubdural hematoma, akan terjadi perdarahan dan edema serebri sehingga terjadi peningkatan tekanan intrakranial. &ondisi ini akan menyebabkan peningkatan tekanan darah, tachikardi kemudian bradikardi dan iramanya tidak teratur sebagai kompresi kerja jantung. Trauma kepala menyebabkan perubahan fungsi jantung mencakup aktifitas atipikal miokardiar, perubahan tekanan 2askuler dan edema paru. "kibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan 2askuler, dimana penurunan tekanan 2askuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi. Pengaruh persyarafan simfatik dan parasimfatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol otak tidak begitu besar. "ktifitas miokard berubah termasuk peningkatan frekuensi jantung dan menurunnya stroke work dimana pembacaan 9EP abnormal, tidak adanya stimulus endogen saraf simpatis mempengaruhi penurunan kontraktilitas 2entrikel. #al ini menyebabkan penurunan curah jantung dan meningkatkan tekanan atrium kiri. "kibatnya tubuh berkompensasi dengan meningkatkan tekanan sistolik. Pengaruh dari adanya peningkatan tekanan atrium kiri adalah terjadinya edema paru. 2./.2. Si&tem perna-a&an
"danya edema paru pada trauma kepala dan 2asokontriksi paru atau hipertensi paru, menyebabkan hipernoe dan bronkhokonstriksi. Pernafasan cheyne stokes dihubungkan dengan sensitifitas yang meningkat pada mekanisme terhadap karbondioksida dan episode pasca hiper2entilasi apnea. &onsentrasi oksigen dan karbondioksida dalam darah arteri mempengaruhi aliran darah. !ila PO* rendah, aliran darah bertambah karena terjadi 2asodilatasi. Penurunan P9O* akan terjadi alkalosis yang menyebabkan 2asokonstriksi arteri kecil5 dan penurunan 9!A %erebral !lood Aluid5. !ila P9O* bertambah akibat gangguan sistem pernafasan akan menyebabkan acidosis dan 2asodilatasi. #al ini menyebabkan pertambahan 9!A, yang kemudian menyebabkan terjadinya penambahan tingginya tekanan intra kranial TT)&5 edema otak karena trauma adalah bentuk 2asogenik. Pada kontusio otak, terjadi robekan pada pembuluh kapiler atau cairan traumatik yang
mengandung protein eksudat yang berisi albumin. "lbumin pada cairan intersti sial otak normal tidak didapatkan edema otak terjadi karena penekanan terhadap pembuluh darah dan jaringan sekitarnya. >dema otak dapat menyebabkan herniasi dan penekanan batang otak atau medula oblongata. "kibat penekanan daerah medula oblongata dapat menyebabkan pernafasan ataksia dimana ditandai dengan irama nafas tidak teratur atau pola nafas tidak efektif. Trauma kepala dapat mengakibatkan penurunan kesadaran yang dapat menyebabkan terakumulasinya sekret pada trakheobronkhiolus, sehingga akan terjadi obstruksi pada saluran pernapasan. 2./.". Si&tem pen3ernaan
Trauma kepala juga mempengaruhi sistem pencernaan. pada klien post craniotomy pada hari pertama akan didapatkan bising usus yang menurun karena efek narkose. %etelah trauma kepala 3 hari5 terdapat respon tubuh dengan merangsang aktifitas hipotalamus dan stimulus gagal. #al ini merangsang anterior hipofisis menjadi hiperasiditas. #ipotalamus merangsang anterior hipofisis untuk mengeluarkan steroid adrenal. #al ini adalah kompensasi tubuh untuk menangani edema serebral. (amun, pengaruhnya terhadap lambung adalah peningkatan ekskresi asam lambung yang menyebabkan hiperasiditas. %elain itu hiperasiditas terjadi karena adanya peningkatan pengeluaran katekolamin dalam menangani stres yang mempengaruhi produksi lambung. #iperasiditas yang tidak ditangani akan menyebabkan perdarahan lambung. sedangkan peningkatan asam lambung akan mengakibatkan klien mual dan muntah. klien dengan peningkatan tekanan intra kranial akibat trauma kepala ditandai dengan muntah yang seringkali proyektil. 2./.#. Si&tem en!%$rin !an per$emi0an
Pada trauma kepala terjadi perubahan metabolisme yaitu kecenderungannya retensi natrium dan air serta hilangnya sejumlah nitrogen. ;etensi natrium disebutkan karena adanya stimulus terhadap hipotalamus yang menyebabkan pelepasan "9T# dan sekresi aldosteron. Pada pasien dengan trauma kepala khususnya fraktur tengkorak. &erusakan pada kelenjar hipofisis atau hipotalamus atau TT)&. =ambaran klinis dapat dikomplikasi oleh diabetes insipidus. Pada keadaan ini terdapat disfungsi "D#. Dengan penurunan jumlah "D# yang ada
pada darah, ginjal mengekskresikan terlalu banyak air, menimbulkan dehidrasi. Pada klien dengan penurunan kesadaran dapat menyebabkan inkontinensia urine karena lemahnya kontrol otot spinkter uretra eksterna. 2./.'. Si&tem mu&$u%&$eeta
Pada disfungsi hemisfer bilateral atau disfungsi pada tingkat batang otak, terdapat kehilangan penghambatan serebral dari gerakan in2olunter. Terdapat gangguan tonus otot dan penampilan postur abnormal, yang dapat membuat komplikasi seperti peningkatan spastisitas dan kontraktur. klien dengan penurunan kesadaran akan gelisah serta gerakan kaki dan tangannya yang tidak terkontrol. 2./.. Si&tem integumen
Pada klien yang dilakukan craniotomy tampak luka operasi pada kepala bila penyembuhan luka tidak baik akan didapatkan tanda+tanda rubor, tumor, dolor, kalor dan fungsiolesa dan bila infeksi akan didapatkan gangguan integritas kulit selain itu juga dapat terjadi peningkatan suhu tubuh sehingga pada anggota badan akan tampak banyak keringat. 2.4. K%mpi$a&i pa!a trauma $epaa 2.4.1. %indrompasca konkusi
(yeri kepala, 2ertigo, depresi dan gangguan konsentrasi dapat menetap bahkan setelah cedera kepala ringan. Eertigo dapat terjadi setelah cedera 2estibular 2.4.2. &ebocoran cairan serebro spinal
#al ini dapat terjadi mulai dari saat cedera, tetapi jika hubungan "ntara rongga subaraknoid dan telinga tengah atau sinus paranasal akibat fraktur basis hanya kecil dan tertutup jaringan otak, maka hal ini tidak akan terjadi dan pasien mungkin mengalami meningitis dikemudian hari. %elain terapi infeksi, komplikasi ini membutuhkan reparasi bedah untuk robekan dura. >ksplorasi bedah juga dibutuhkan terjadi kebocoran cairan serebrospinal presisten. 2.4.". >pilepsy pascatrauma
Terutama terjadi pada pasien yang mengalami kejang awal dalam minggu pertama setelah cedera5, amnesia pasca trauma yang lama lebih dari *0 jam5, fraktur depresi cranium, hematoma intracranial.
2.4.#. &omplikasi lanjut cedera kepala ini dapat terjadi pada cedera kepala ringan5 dapat
mengakibatkan demensia 2.5.
,ana6emen me!i& &e3ara umum pa!a trauma $epaa *Tuti Pa0ria7!$$71558'/9
Ari- ,an&6%er7 !$$7 2:::8 #+
'enilai tingkat keparahan : 2.5.1. ;e!era $epaa ringan *$e%mp%$ re&i$% ren!a0+ %kor skala koma =lasgow 7 sadar penuh, atentif, dan orientatif5 • Tidak ada kehilangan kesadaran, misalnya konkusi • Tidak ada intoksikasi alkohol atau obat terlarang • Pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing • Pasien dapat menderita abrasi, laserasi, atau hematoma kulit kepala • Tidak ada kriteria cedera sedang I berat ;e!era $epaa &e!ang *$e%mp%$ •
• • • • •
re&i$% &e!ang+ %kor skala koma =lasgow 4+0 konfusi, letargi, atau stupor5 &onkusi "mnesia pasca trauma 'untah Tanda kemungkinan fraktur kranium tanda battle,
mata
rabun,
hemotimpanum, otorea, atau rinorea cairan serebrospinal5 &ejang • 2.5.2. ;e!era $epaa (erat *$e%mp%$ re&i$% (erat+ %kor skala koma =lasgow 3+< koma5 • Penurunan derajat kesadaran secara progresif • Tanda neurologis fokal • 9edera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresi cranium • 2.1:. Pemeri$&aan Diagn%&ti$ 1. S$an ;T * tanpa 2oked ;espons5 : menentukan fungsi korteks dan batang . BAER !rain otak
/. PET
positron
>mission
Tomography5
:
menunjukkan
perubahan
metabolisme pada otak 4. Pung&i Lum(a7 ;SS : Dapat menduga kemungkinan adanya
akti2itas
perdarahan
subarakhnoid. 5. GDA *Ga& Dara0 Arteri+ 8 mengetahui ada masalah 2entilasi atau oksigenasi yang dapat meningkatkan T)&. 1:. Kimia
2.11. Penataa$&anaaan K0u&u& 2.11.1. ;e!era Kepaa Ringan 8 pasien dengan cedera kepala ini umumnya dapat
dipulangkan ke rumah tanpa perlu dilakukan 9T %can bila memenuhi kriteria berikut : #asil pemeriksaan neurologis terutama status • mini mental dan gaya berjalan5 dalam batas
• •
normal Aoto ser2ikal jelas normal "danya orang yang bertanggung jawab untuk mengamati pasien selama *0 jam pertama, dengan instruksi untuk segera kembali ke bagian gawat darurat jika timbul gejala perburukan. &riteria perawatan di rumah sakit : "danya darah intrakranial atau fraktur •
• •
yang tampak pada 9T scan &onfusi, agitasi, atau kesadaran menurun "danya tanda dan gejala neurologis
•
fokal )ntoksikasi obat atau alkohol "danya penyakit medis komorbid yang
•
nyata Tidak
•
adanya
orang
yang
dapat
dipercaya untuk mengamati pasien di rumah. 2.11.2.
;e!era $epaa &e!ang : pasien yang menderita konkusi otak komosio otak5,
dengan skala koma =lasgow 7 sadar penuh, orientasi baik dan mengikuti perintah5 dan 9T scan normal, tidak perlu dirawat. Pasien ini dapat dipulangkan untuk obser2asi di rumah, meskipun terdapat nyeri kepala, mual, muntah, pusing, atau amnesia. ;isiko timbulnya lesi intrakranial lanjut yang bermakna pada pasien dengan cedera kepala sedang adalah minimal.
2.11.".
;e!era $e $epaa (e (erat : setelah setelah penilai penilaian an awal awal dan stabilisa stabilisasi si tanda tanda 2ital, 2ital,
keputusan segera pada pasien ini adalah apakah terdapat indikasi inter2ensi bedah saraf saraf
segera segera hematom hematomaa intrak intrakran ranial ial yang besar5. besar5. ika ika ada indikasi, indikasi, harus harus segera segera
dikonsulkan ke bedah saraf untuk tindakan operasi. Penatalaksanaan cedera kepala berat seyogyanya dilakukan di unit rawat intensif. Falaupun Falaupun sedikit sekali yang dapat dilakukan untuk kerusakan primer akibat cedera, tetapi setidaknya dapat mengurangi kerusakan otak sekunder akibat hipoksia, hipotensi, atau tekanan intrakranial yang meningkat. •
"nti kejang: kejang kon2ulsif dapat terjadi setelah cedera kepala dan harus diobati. 'ula+mula berikan dia$epam / mg intra2ena perlahan+lahan dan dapat diulangi sampai 3 kali bila masih kejang. !ila tidak berhasil dapat diberikan fenitoin 7 mg- kg!! diberikan intra2ena perlahan+lahan dengan kece kecepa pata tan n tida tidak k mele melebi bihi hi 7/ mgmg- menit menit.p .pad adaa cede cedera ra kepa kepala la bera berat, t, "ntikejang fenitoin diberikan 7+*/ mg-kg!! bolus inta2ena, kemudian 3// mg-ha mg-hari ri intra2 intra2ena ena mengur mengurang angii frekue frekuensi nsi kejang kejang pascatr pascatraum aumaa dini dini minggu pertama5 dari 0C menjadi 0C pada pasien dengan perdarahan intrakranial intrakranial traumatik. traumatik. Pemberian Pemberian
fenitoin fenitoin tidak mencegah mencegah timbulny timbulnyaa
epilepsi pascatrauma di kemudian hari. ika pasien tidak menderita kejang, fenitoin fenitoin harus dihentikan dihentikan setelah 8+/ hari. &adar fenitoin fenitoin harus dipantau dipantau
•
ketat karena kadar subterapi sering disebabkan hipermetabolisme fenitoin. (utrisi: cedera kepala berat menimbulkan respons hipermetabolik dan katabolik, dengan keperluan 7/+//C lebih tinggi dari normal. Pemberian maka makana nan n enter enteral al melal melalui ui pipa pipa naso nasoga gastr strik ik atau atau naso nasodu duod oden enal al haru haruss
•
diberikan sesegera mungkin biasanya hari ke+* perawatan5 Temperatur badan: demam temperatur / oA5 mengeksaser mengeksaserbasi basi cedera otak dan harus diobati secara agresif dengan asetaminofen atau kompres dingin. Pengobatan penyebab antibiotik5 diberikan bila perlu.
•
%teroid: steroid tidak terbukti mengubah hasil pengobatan pasien dengan cedera kepala dan dapat meningkatkan resiko infeksi, hiperglikemia dan kompli komplikas kasii lain. lain. ntuk ntuk itu, itu, steroid steroid hanya hanya dipaka dipakaii sebaga sebagaii pengob pengobata atan n terakhir pada herniasi serebri akut deksametason / mg intra2ena setiap
•
0+6 jam selama 0<+8* jam5 Profilaksis ulkus peptik: pasien dengan 2entilasi mekanis atau koagulopati memiliki resiko ulserasi stres gastrik yang meningkat dan harus mendapat ranitidin 7/ mg intra2ena setiap < jam atau sukralfat g per oral setiap 6
•
jam atau #* antagonis lain atau inhibitor proton. "ntibi "ntibioti otik: k: penggu penggunaa naan n antibi antibioti otik k rutin rutin untuk untuk profil profilaks aksis is pada pada pasien pasien dengan dengan cedera kepala terbuka terbuka masih kontro2ersial. kontro2ersial. =olongan penisilin dapat dapat mengur mengurang angii resiko resiko mening meningitis itis penum penumoko okok k pada pada pasien pasien dengan dengan otorea, rinorea cairan serebrospinal atau udara intrakranial tetapi dapat
•
meningkatkan resiko infeksi dengan organisme yang lebih 2irulen. Ther Therap apii hipe hiper2 r2en enti tila lasi si tra traum umaa kepa kepala la bera berat5 t5 untu untuk k meng mengur uran angi gi
•
2asodilatasi Pengobatan antiedema dengan larutan hipertonis yaitu manitol */C atau
•
glukosa 0/C atau gliserol /C 'akanan atau cairan, pada trauma ringan bila muntah+muntah tidak dapat diberikan apa+apa, hanya cairan infus 7C, aminofusin, aminofel < jam pertama dari terjadinya kecelakaan5, *+3 hari kemudian diberikan makanan
•
lunak. Pembedahan, meliputi kraniotomi atau kraniektomi
Pada trauma berat, karena hari+hari hari+hari pertama pertama didapatkan didapatkan penderita mengalami penurunan penurunan kesadaran kesadaran dan cenderung cenderung terjadi retensi natrium dan elektrolit, elektrolit, maka hari+hari hari+hari pertama pertama *+3 hari5 tidak terlalu banyak cairan, de?trosa 7C < jam pertama, ringer de?trosa < jam kedua, dan de?tro de?trosa sa 7C < jam ketiga ketiga.. Pada Pada hari hari selanju selanjutny tnyaa bila bila kesadar kesadaran an rendah rendah,, makana makanan n diberikan melalui nasogastrik tube *7//+3/// T&TP5. Pemberian protein tergantung nilai urea (. kapita selekta kedokteran edisi edisi ketiga jilid dua5 dua5
BAB III TINJAUAN KASUS
Tn. D, usia < tahun di rawat di ruang ;9.3 !edah syaraf karena mengalami trauma kepala sedang di sertai sub dural hematoma. &etika di kaji diperoleh data: =9%J >*'7E05. Pasien telah di operasi * hari yang lalu, terdapat luka post craniotomy sepanjang /cm pada daerah lobus frontal, pasien tampak gelisah dan terpasang mag slang karena masih di puasakan. Pada pemeriksaan tanda+tanda 2ital di peroleh: TDJ 0/-4/ mm#g, nadiJ / / ?-menit, ;;J 3/?-menit, 3/?-menit, dan suhuJ 3<,7 celcius. �
Penugasan: Diskusikanlah trauma kepala dengan tindakan operasi craniotomy, apa yang saudara bisa jelaskan dari kondisi tersebut terkait dengan kebutuhan perawatan pasien dan hal+hal lain terkait dengan komplikasi yang mungkin timbul. A&u0an A&u0an Ke Keper pera=a a=atan tan Pa!a Pa!a Kien Kien Dengan Dengan Ganggu Gangguan an Si&tem Si&tem Per& Per&ar ara-a a-an n A$i(a A$i(att Trauma Kepaa 1. Peng$a6ian
Pengkajian Pengkajian merupakan merupakan pendekatan pendekatan sistematis untuk mengumpulkan mengumpulkan data baik subyektif atau obyektif dan kemudian menganalisanya. Data+data dalam pengkajian ini meliputi: Pahria, Tuti Tuti ,dkk, 446: 446: 775 a.
)dentitas klien 5
)dentitas klien )dentitas klien meliputi nama klien, umur klien biasanya pada usia produktif atau pada lansia, lansia, jenis kelamin mayoritas mayoritas pria, agama, pendidikan, pendidikan, pekerjaan klien biasanya berhubungan dengan sarana transportasi, status marital, suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, golongan darah, no.medrek, diagnosa medis dan alamat.
*5 )dentitas penanggung jawab
)dentitas penanggung jawab meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat. b.
;iwayat kesehatan 5
"lasan masuk ;umah %akit !iasanya penyebab trauma kepala karena kecelakaan lalu lintas, namun tidak menutup kemungkinan faktor lain. Oleh karena itu pada "lasan klien masuk ;umah %akit perlu dikaji mengenai kapan, dimana, penyebab, bagaimana proses terjadinya, apakah klien pingsan, muntah atau perdarahan dari hidung atau telinga.
*5
&eluhan utama saat dikaji Pada umumnya pasien dengan trauma kepala sedang datang ke rumah sakit dengan penurunan tingkat kesadaran =9% J 4+*5, sedangkan apabila klien sudah sadar penuh biasanya akan merasa bingung,mengeluh muntah, dispnea, tachipnea, sakit kepala, wajah tidak simetris, lemah, paralise, hemiparese, luka di kepala, akumulasi sputum pada saluran nafas, adanya li@uor dari hidung dan telinga dan adanya kejang yang disebabkan karena proses benturan akselerasi+ deselerasi pada setiap daerah lobus otak yang dapat menyebabkan konkusio atau kontusio serebri yang mengakibatkan penurunan kesadaran kurang atau bisa lebih dari *0 jam.
35
;iwayat kesehatan dahulu Perlu dikaji apakah klien pernah mengalami trauma kepala atau penyakit sistem syaraf serta penyakit sistemik. Perlu dikaji juga apakah klien memiliki kebiasaan kebut+kebutan di jalan raya, memakai #elm dalam mengendarai kendaraan, meminum minuman beralkohol atau obat+obatan terlarang.
05
;iwayat kesehatan keluarga &aji mengenai adanya penyakit keturunan, penyakit menular, kebiasaan buruk dalam keluarga seperti merokok atau keadaan kesehatan anggota keluarga.
c.
Pemeriksaan fisik 5
%istem pernafasan Didapatkan adanya perubahan pola nafas baik irama, kedalaman maupun frekuensi yaitu cepat dan dangkal, irama tidak teratur cheyne stokes, ata$ia %reathin& 5 , bunyi nafas ronchi atau stridor, adanya sekret pada trakheo bronkhiolus, adanya retraksi dinding dada.
*5
%istem kardio2askuler Dalam pemeriksaan didapatkan perubahan tekanan darah menurun kecuali apabila terjadi peningkatan tekanan intra kranial maka tekanan darah meningkat, denyut nadi tachikardi, kemudian bradikardi atau iramanya tidak teratur sebagai kompresi kerja jantung untuk membantu mengurangi tekanan intra kranial.
35
%istem pencernaan Pada klien post craniotomy biasanya didapatkan bising usus yang normal atau bisa juga menurun apabila masih ada pengaruh anestesi, perut kembung, bibir dan mukosa mulut tampak kering, klien dapat mual dan muntah. kadang+ kadang konstipasi karena klien tidak boleh mengedan atau inkontinensia karena klien tidak sadar. Pada perkusi abdomen terdengar timpani, nyeri tekan pada daerah epigastrium, penurunan berat badan.
05
%istem perkemihan Pada pengkajian akan didapatkan retensi urine pada klien sadar, sedangkan pada klien tidak sadar akan didapatkan inkontinensia urine dan fekal, jumlah
urine output biasanya berkurang. Terdapat ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, dimana terdapat hiponatremia atau hipokalemia.
75
%istem muskuloskeletal Pada klien post craniotomy biasanya ditemukan gerakan+gerakan in2olunter, kejang, gelisah, ataksia, paralisis dan kontraktur, kekuatan otot mungkin menurun atau normal.
65
%istem integumen Pada klien post craniotomy tampak luka pada daerah kepala, suhu tubuh mungkin di atas normal, banyak keringat. Pada hari ketiga dari operasi biasanya luka belum sembuh karena masih agak basah- belum kering. biasanya masih terdapat hematoma pada klien dengan perdarahan di meningen. Data fisik yang lain adalah mungkin didapatkan luka lecet dan perdarahan pada bagian tubuh lainnya. !entuk muka mungkin asimetris.
85
%istem persyarafan a5
Test fungsi serebral 5
&lien mengalami penurunan kesadaran maka dalam orientasi, daya ingat, perhatian dan perhitungan serta fungsi bicara klien sehingga hasil pemeriksaan status mentalnya kurang dari normal atau kurang dari */ ditandai dengan amnesia, gangguan kognitif, dll.
*5
Tingkat kesadaran !iasanya tingkat kesadaran berkisar antara obtunded sampai lethargi. &uantitas: nilai =9%: 4+*
35
Pengkajian bicara
a5 Proses reseptif !iasanya didapatkan kesulitan mengucapkan kata+kata yang leih dari satu kata misalnya Gsakit kepalaH atau Grumah sakitH b5 Proses ekspresif !iasanya didapatkan bicara kurang lancar, tidak spontan dan tidak jelas b5
Test ner2us kranial umbantobing, *//3: *05, Tuti Pahria, dkk, 446: 775 5
(er2us ) olfaktorius5 'emperlihatkan gejala penurunan daya penciuman dan anosmia bilateral yang disebabkan karena terputusnya serabut olfaktorius selain karena trauma kepala juga bisa disebabkan oleh infeksi.
*5
(er2us )) optikus5 Pada trauma oksipitalis, memperlihatkan gejala berupa penurunan daya penglihatan, penurunan lapang pandang
35
(er2us ))), )E, E) okulomotorius, troklearis, abdusen5 Pada trauma kepala yang disertai dengan perdarahan intrakranial akan menyebabkan gangguan reaksi pupil yang lambat- midriasis karena tekanan pada bagian pinggir ner2us ))) yang mengandung serabut parasimpatis. =angguan kelumpuhan ( )E, namun jarang terjadi. &elumpuhan ( )E menyebabkan terjadinya diplopia, gejala lainnya berupa refek cahaya menurun, anisokor.
05
(er2us E trigeminus5 =angguan ditandai adanya anestesi daerah dahi.
75
(er2us E)) fasialis5 Pada trauma kepala yang mengenai neuron motorik atas unilateral dapat menurunkan fungsinya, tidak adanya lipatan nasolabial, melemahnya penutupan kelopak mata dan hilangnya rasa pada *-3 bagian lidah anterior
65
(er2us E))) akustikus5 Pada pasien sadar gejalanya berupa menurunnya daya pendengaran dan keseimbangan tubuh.
85
(er2us )K, K, K) glosofaringetus, 2agus, assesoris5 =ejala jarang ditemukan karena klien akan meninggal apabila trauma mengenai syaraf tersebut. "danya hiccuping cegukan5 karena kompresi pada ner2us 2agus yang menyebabkan spasmodik dan diafragma. #al ini terjadi karena kompresi batang otak. 9egukan yang terjadi biasanya beresiko peningkatan tekanan intrakranial.
<5
(er2us K)) hipoglosus5 =ejala yang biasa timbul adalah jatuhnya lidah ke salah satu sisi, disfagia, dan disartria. #al ini menyebabkan adanya kesulitan menelan.
d.
Data psikologis Tuti Pahria, dkk, 446: 785 Pasien yang mengalami penurunan kesadaran, maka data psikologis tidak dapat dikaji. %edangkan pada pasien yang tingkat kesadarannya agak normal =9%: 3+
75 akan terlihat adanya gangguan emosi, perubahan tingkah laku, emosi yang labil, iritabel, apatis, delirium. e.
Data sosial Data yang diperlukan adalah bagaimana pasien berhubungan dengan orang+orang terdekat dan yang lainnya. &emampuan berkomunikasi dan peranannya dalam keluarga. Pada klien yang mengalami penurunan kesadaran data sosial tidak dapat dikaji. %edangkan pada klien yang tingkat kesadarannya normal, pada klien trauma kepala akan didapatkan kesulitan berkomunikasi bila area trauma pada lobus temporal.
f.
Data spiritual Data spiritual pada klien dengan penurunan kesadaran tidak dapat dikaji, sehingga data ketaatan klien terhadap agamanya, semangat dan falsafah hidup serta keTuhanan yang diyakini klien tidak dapat terkaji.
g.
Data penunjang Doenges, et al, *///:*8*5 5
Pemeriksaan analisa gas darah !iasanya memperlihatkan acidosis respiratorik yaitu: 5
P# darah: L 8,37
*5
PaO* menurun antara 6/+ mm#g
35
Pa9O* : 07 mm#g
05
#9O3: **+*6 m>@-l
75
!ase e?cess: +*,7 s.d M *,7
65
%aturasi: 47C
*5
Pemeriksaan elektrolit biasanya didapatkan gambaran: 5
(atrium: 0 m>@-l
*5
&alium: L 3,7 m>@-l
35
&alsium: mgC
05
Aosfat: 3 mgC
75
9hlorida: /8 m>@-l
35
Pemeriksaan #! dan leukosit biasanya didapatkan: 5
Penurunan #! kurang dari normal: 3+< gr-dl5
*5
eukosit meningkat lebih dari normal: 3,< I /,6 ribu mm35
05
9T %can tanpa- dengan kontras5: mengidentifikasi hemoragik, menentukan ukuran 2entrikuler, pergeseran jaringan otak. 9atatan: Pemeriksaan berulang mungkin diperlukan karena pada iskemiainfark mungkin tidak terdeteksi dalam *0+8* jam pasca trauma.
75
';): %ama dengan 9T %can dengan- tanpa menggunakan kontras
65
"ngiografi serebral: 'enunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran jaringan otak akibat oedema, perdarahan, trauma
85
>>=: ntuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang patologis
<5
%inar K: 'endeteksi adanya perubahan struktur tulang fraktur5, pergeseran struktur garis tengah karena perdarahan, oedema5, adanya fragmen tulang
45
!">; !rain "uditory >2oked ;espons5: 'enentukan fungsi korte?s dan batang otak
/5
P>T Position >mission Tomography5: 'enunjukkan perubahan aktifitas metabolisme pada otak
5
Aungsi umbal, 9%%: Dapat mendeteksi kemungkinan adanya
perdarahan subarakhnoid dan memastikan bocornya 9%% sehingga terjadi iritasi meningen mengakibatkan meningitis *5
Pemeriksaan
toksikologi:
'endeteksi
obat
yang
mungkin
bertanggung jawab terhadap penurunan kesadaran 35
&adar antikon2ulsan darah: Dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat therapi yang cukup efektif untuk mengatasi kejang.
2. Diagn%&a Kepera=atan Dan Peren3anaan
%etelah data terkumpul kemudian dilakukan analisa terhadap data untuk menentukan diagnosa keperawatan yang muncul baik aktual maupun resiko. Pada klien post craniotomy dekompresi atas indikasi moderat #) disertai subdural hematoma fronto temporo
parietal
de?tra, kemungkinan
diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul menurut: Tuti Pahria, dkk, 446: 7<5, %u$anne 9 %melt$er, et. al, alih bahasa "gung Faluyo *//*:**65, inda uall 9arpenito, alih bahasa 'onica >ster *//:0485, inda uall 9arpenito, alih bahasa 'onica >ster 444:7*35, 'arilyn >. Doenges, alih bahasa ) 'ade &ariasa, dkk *///:*885 adalah sebagai berikut: a. ;esiko atau aktual tidak efektifnya pola pernafasan, disebabkan oleh: 5 =angguan- kerusakan pusat pernafasan di medula oblongata *5 "danya obstruksi trakeobronkial Tujuan: Pola nafas efektif dalam batas normal &riteria e2aluasi: 5 Pola nafas dalam batas normal dengan frekuensi 0+*/ kali- menit untuk dewasa5 dan iramanya teratur *5 !unyi nafas normal tidak ada stridor, ronchi, dullness dan whee$ing 35 Tidak ada pernafasan cuping hidung 05 Pergerakan dada simetris- tidak ada retraksi 75 (ilai analisa gas darah arteri normal yaitu:
p# darah: 8,37+8,07 PaO*: +// mm#g Pa9O*: 37+07 mm#g #9O3: **+*6 m>@- !>: +*,7 + M*,7 %aturasi O*: 47+4
;asional Perubahan yang terjadi dan
kedalaman, frekuensi, irama
hasil pengkajian berguna
dan bunyi nafas
dalam menunjukkan adanya komplikasi pulmonal dan luas+ nya bagian otak yang terkena
*. "tur posisi pasien dengan
Dengan menempatkan pasien
posisi semi fowler 7/ I
posisi semi fowler maka akan
07/5
mengurangi penekanan isi rongga perut terhadap diapraghma, sehingga ekspansi paru tidak terganggu. &epala ditinggikan dengan tempat tidur tanpa bantal5 untuk cegah hiperekstensifleksi Dengan dilakukannya
3. akukan penghisapan lendir dengan hati+hati selama /+ 7 detik. 9atat sifat, warna dan bau sekret. akukan bila
penghisapan lendir maka jalan nafas akan bersih dan akumulasi dari sekret bisa dicegah sehingga pernafasan
tidak ada retak pada tulang
akan tetap lancar dan efektif.
basal dan robekan dural
Penghisapan dilakukan hati+ hati untuk mencegah terjadinya iritasi saluran nafas dan refleks 2agal
0. !erikan posisi semi prone lateral- miring. !ila tidak ada kejang dan setelah 0 jam pertama, ubah posisi miring atau prone telentang5 tiap * jam
Posisi semi prone dapat membantu keluarnya sekret dan mencegah aspirasisehingga dapat membuka jalan nafas. 'engubah posisi dapat
7. "pabila pasien sudah sadar,
berguna untuk merangsang
anjurkan dan ajak latihan
mobilisasi sekret di saluran
nafas dalam
pernafasan
6. akukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
atihan nafas dalam berguna untuk melatih complain paru
terapi oksigen, monitor ketepatan terapi oksigen dan komplikasi yang mungkin timbul
Pemberian oksigen terapi tambahan dapat meningkatkan oksigenisasi otak untuk mencegah hipoksia. 'onitor pemberian oksigen untuk mencegah terjadinya pemberian oksigen yang
8. akukan kolaborasi dengan tim medis dalam
berlebihan, iritasi saluran nafas
melaksanakan analisa gas darah "nalisa gas darah dapat menentukan keefektifan respiratori, keseimbangan asam basa dan kebutuhan
terapi
b. ;esiko terjadinya peningkatan tekanan intrakranial disebabkan oleh: 5 "danya proses desak ruang akibat penumpukan cairan darah di dalam otak *5 &elainan sirkulasi serobrospinal 35 Easodilatasi pembuluh darah otak akibat asidosis metabolik Tujuan: Peningkatan tekanan intra kranial tidak terjadi &riteria e2aluasi: Tidak ada tanda+tanda peningkatan tekanan intra kranial seperti tekanan darah meningkat, denyut nadi lambat, pernafasan dalam dan lambat, hipertermia, pupil melebar, anisokor, refleks terhadap cahaya negatif, kesadaran bertambah buruk, nilai =9% L
)nter2ensi . 'onitor status neurologis
;asional #asil dari pengkajian dapat
yang berhubungan dengan
diketahui secara dini adanya
tanda+tanda TT)& terutama
tanda+tanda dan peningkatan
=9%.
tekanan intra kranial sehingga dapat menentukan arah tindakan selanjutnya. &ecenderungan terjadinya penurunan nilai =9% menandakan adanya TT)&
*. 'onitor tanda+tanda 2ital: tekanan darah, denyut nadi,
Dapat mendeteksi secara dini tanda+tanda TT)&
respirasi, suhu minimal setiap jam sampai keadaan pasien stabil 3. (aikkan kepala dengan sudut 7/+07/, tanpa bantal tidak hiperekstensi dan fleksi5 dan posisi netral dari kepala hingga daerah lumbal dalam garis lurus5
Dengan posisi kepala 7 /+07/ dari badan dan kaki maka akan meningkatkan dan melancarkan aliran balik darah 2ena kepala sehingga mengurangi kongesti serebrum, edema dan mencegahterjadinya TT)&. Posisi netral tanpa hiperekstensi dan fleksi dapat mencegah penekanan pada saraf
medula spinalis yang menambah TT)&. Tindakan ini untuk mencegah
0. 'onitor asupan dan haluaran setiap < jam sekali
kelebihan cairan yang dapat menambah edema serebri sehingga terjadi TT)&
7. &olaborasi dengan tim medis
'anitol atau gliserol merupakan
dalam pemberian obat+obatan
cairan hipertonis yang berguna
anti edema seperti manitol,
untuk menarik cairan dari
gliserol dan lasi?
intraseluler sel5 ke ekstraseluler 2askuler5. asi? untuk meningkatkan ekskresi natrium dan air yang diinginkan, untuk mengurangi edema otak.
6. 'onitor suhu dan atur suhu
Demam menandakan gangguan
lingkungan sesuai indikasi.
hipotalamus. Peningkatan
!atasi pemakaian selimut,
kebutuhan metabolik karena
kompreslah bila suhunya
demam dan suhu lingkungan
tinggi demam5
yang panas akan meningkatkan TT)&
8. !erikan oksigen sesuai
'engurangi hiposemnia yang
program terapi dengan saluran
dapat meningkatkan 2asodilatasi
pernafasan yang lancar
serebri, 2olume darah dan tekanan intra kranial.
<. !antu pasien untuk menghindari- membatasi batuk, muntah ataumengedan seperti pada saat !"!
"ktifitas seperti itu dapat meningkatkan tekanan intratorak dan intraabdomen yang dapat meningkatkan TT)&.
c. =angguan keseimbangan cairan dan elektrolit sehubungan dengan: penurunan produksi anti diuretik hormon "D#5 akibat terfiksasinya hipotalamus Tujuan: 9airan elektrolit tubuh seimbang &riteria e2aluasi: 5 "supan+haluaran seimbang yaitu asupan cairan selama *0 jam +* liter dan haluaran urin +* cc- &g!!- jam *5 Turgor kulit baik 35 (ilai elektrolit tubuh normal: (atrium: 3+0 m>@- &alsium: 4+ mgC &alium: 3,7+0,7 m>@- Aosfat: 3+0 mgC &lorida: 06+/8 m>@-l
)nter2ensi
;asional
. 'onitor asupan+haluaran
'onitor asupan+haluaran untuk
setiap < jam sekali dan
mendeteksi timbulnya tanda+
timbang berat badan setiap
tanda kelebihan atau kekurangan
hari dapat dilakukan
cairan yang dapat dibuktikan pula dengan penimbangan berat
*. !erikan cairan setiap hari tidak boleh lebih dari */// cc
badan !!5 !erguna untuk menghindari peningkatan cairan di ruang ekstra seluler yang dapat menambah edema otak
3. Pasang dower kateter dan monitor warna urin, bau urin dan aliran urin
Dapat membantu kelancaran pengeluaran urin sehingga terjadi urin statis. 'onitor kualitas dan kuantitas urin untuk mencegah komplikasi.
0. &olaborasi dengan tim medis dalam pemberian asi?
asi? dapat membantu meningkatkan ekskresi urin
7. &olaborasi dengan tim analis untuk pemeriksaan kadar
Pada trauma kepala dengan
elektrolit tubuh
pemakaian manitol dan obat+ obatan diuretik dapat mengalami ketidakseimbangan elektrolit hiponatremia dan hipokalemia. ntuk itu perlu pemeriksaan elektrolit setiap hari.
d. "ktual atau resiko terjadi gangguan pemenuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan yang disebabkan oleh: 5
!erkurangnya kemampuan menerima nutrisi akibat menurunnya kesadaran
*5
'elemahnya otot+otot yang digunakan untuk mengunyah atau menelan
35
#ipermetabolik
05
Perubahan kemampuan untuk mencerna makanan
Tujuan: &ekurangan nutrisi tidak terjadi &riteria e2aluasi: 5 !erat badan pasien normal !! normal J T!+//+/CT!+//55 *5 Tanda+tanda malnutrisi tidak ada 35 (ilai+nilai hasil laboratorium normal: Protein total: 6+< grC "lbumin: 3,7+7,3 grC =lobulin: ,<+3,6 grC #b tidak kurang dari / grC
)nter2ensi .
;asional
"uskultasi bising usus dan
Aungsi gastro+intestinal harus
catat bila terjadi penurunan
tetap dipertahankan pada
bising usus
penderita trauma kepala. Perdarahan lambung akan menurunkan peristaltik bising usus lemah5. !ising usus perlu diketahui untuk menentukan pemberian makanan dan
*.
Timbang berat badan
mencegah komplikasi Penimbangan berat badan dapat mendeteksi perkembangan berat badan
3.
!erikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering, baik melalui (asogastrik tube (=T5 maupun oral
0.
Tinggikan kepala pasien dari badan ketika makan dan buat posisi miring dan
'emudahkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutrisi
'encegah regurgitasi dan aspirasi
netral- lurus setelah makan ntuk mengidentifikasi 7.
akukan kolaborasi dengan tim kesehatan analis5 untuk pemeriksaan, protein global, globulin, albumin dan #b
defisiensi nutrisi fungsi organ dan respon nutrisi, serta menen+ tukan pemberian hiperalimentasi karena protein yang banyak keluar dari cairan serebrospinal Pemberian makanan dapat
6.
!erikan makanan melalui
disesuaikan dengan kondisi
oral, (=T atau )EAD
pasien
e. =angguan mobilisasi fisik, sehubungan dengan: 5 )mobilisasi, aturan terapi untuk tirah baring *5 'enurunnya kekuatan- kemampuan motorik Tujuan: 5 'ampu melakukan aktifitas fisik dan "D "cti2ity Daily i2ing5 *5 Tidak terjadi komplikasi dekubitus, bronkopnemonia, tromboplebitis dan kontraktur sendi &riteria e2aluasi: 5 Pasien mampu dan pulih kembali setelah pascaakut dalam mempertahankan fungsi gerak *5 Tidak terjadi dekubitus, bronkopnemonia, tromboplebitis dan kontraktur seni 35 'ampu mempertahankan keseimbangan tubuh 05 'ampu melakukan aktifitas ringan pascaakut dan aktifitas sehari+hari "D5 pada tahap rehabilitasi sesuai kemampuan
)nter2ensi
;asional
. &oreksi tingkat kemampuan
ntuk menentukan tingkat
mobilisasi dengan skala /+0
aktifitas dan bantuan yang
/Jpasien
tidak
tergantung diberikan
pada orang lain J pasien butuh sedikit bantuan * J pasien butuh bantuan pengawasan- bimbingan sederhana 3 J pasien butuh bantuan peralatan yang banyak 0 J pasien sangat tergantung pada pemberian pelayanan
*. "tur posisi pasien dan ubahlah
'engubah posisi pasien secara
secara teratur tiap * jam sekali
teratur dapat meningkatkan
bila tidak ada kejang atau
sirkulasi seluruh tubuh dan
setelah 0 jam pertama. bah
mencegah adanya penekanan
posisi dengan
pada organ tubuh yang
mempertahankan posisi netral
menonjol. Pasien dengan kejang
sewaktu membalikkan tubuh
tidak boleh banyak dirangsang
pasien terutama bila ada
dengan gerakan+gerakan motorik
trauma spinal
karena akan merangsang terjadinya kejang.Posisi netral akan mencegah trauma lebih
berat pada daerah saraf spinal dan mencegah bertambahnya TT)& 'empertahankan fungsi sendi 3. !antu pasien melakukan
dan mencegah penurunan tonus
gerakan+gerakan sendi secara
dan kekuatan otot dan mencegah
psif bila kesadaran menurun
kontraktor
dan secara aktif bila pasien kooperatif ntuk melihat penurunan atau 0. Obser2asi- kaji terus kemampuan gerakan motorik,
peningkatan fungsi sensoris+ motoris fungsi neurologis5
keseimbangan, koordinasi gerakan dan tonus otot
7. !uat posisi seluruh persendian dalam letak anatomis dengan
ntuk mencegah kontraktur sendi
memberi penyanggah pada lekukan+lekukan sendi, telapak tangan dan kaki 6. akukan massage, perawatan kulit dan mempertahankan alat+alat tenuin bersih dan
'eningkatkan sirkulasi, elastisitas kulit dan integritas kulit
kering ntuk mencegah iritasi mukosa 8. akukan perawatan mata
mata karena kekeringan dan
dengan memberi cairan aira
mencegah trauma pada mata
mata buatan dan tutup mata
yang tidak dapat tertutup karena
dengan kasa steril lembab
penurunan kemampuan gerakan
sesuai indikasi.
kelopak mata !antuan yang diberikan akan
<. !antu pasien seluruhnya
mampu memenuhi kebutuhan
dalam memenuhi kebutuhan
"D
"D bila kesadaran belum pulih kembali 4. Obser2asi !"! dan bantu
Tidak lancarnya !"! akan
!"! secara teratur, periksa
menyebabkan distensi abdomen
feses yang mengeras dan
dan terjepitnya feses pada anus
terjepit di anus. &olaborasi
akan merangsang refleks 2agal
dengan dokter pemberian
yang dapat menambah TT)&.
supositoria dan pengeluaran
Tidak lancarnya !"! dapat
feses secara manual bila ada
disebabkan karena kurangnya
kesukaran !"!
mobilisasi 'oti2asi ini diberikan untuk
/. !erikan moti2asi dan latihan pada pasien dalam memenuhi kebutuhan "D+nya sesuai
meningkatkan semangat hidup pasien agar lebih mandiri dalam
f. =angguan persepsi sensoris yang disebabkan oleh: 5 'enurunnya tingkat kesadaran defisit neurologis5 *5 Penurunan daya penangkapan sensoris
Tujuan: 'engembalikan fungsi persepsi sensoris agar mengarah ke pemulihan- normal dan komplikasi dapat dicegah atau seminimal mungkin tidak terjadi &riteria e2aluasi: 5 Tingkat kesadaran normal: =9% J >0 '6 E7 *5 Aungsi alat+alat indra baik 35 Pasien kooperatif kembali dan dapat berorientasi pada orang, tempat dan waktu
)nter2ensi
;asional
. 'onitor respon sensoris
)nformasi yang didapat melalui
terhadap raba- sentuhan,
pengkajian sangat penting untuk
panas- dingin, tajam-
mengetahui tingkat kegawatan
tumpul dan catat
dan kerusakan otak
perubahan+perubahan yang terjadi *. 'onitor persepsi pasien, beri umpan balik dan koreksi kemampuan pasien berorientasi terhadap
#asil pengkajian dapat menginformasikan penurunan fungsi otak yang terkena dan membantu inter2ensi selanjutnya
orang, tempat dan waktu 3. !erikan stimulus yang berarti saat penurunan kesadaran sampai kembali+ nya fungsi persepsi yang
%timulus dapat merangsang kembalinya kemampuan persepsi sensoris, tingkat kesadaran dan memori pasien
maksimal seperti: mengajak bicara walau tanpa jawaban5, taktil dengan memberikan sentuhan dan pendengaran dengan musik atau bunyi+ bunyian. !erbicaralah pada pasien
'embantu pasien
dengan tenang, lembut
berkomunikasi untuk
menggunakan kalimat yang
merangsang kondisi pasien,
sederhana. Tunggu respon
perhatian dan pemahaman
pasien- jawaban dengan
kembali ke arah normal
sabar baik melalui 2erbal,
semaksimal mungkin5
isyarat atau tulis
0. !erikan keamanan pasien
=angguan persepsi sensoris dan
dengan pengaman sisi
buruknya keseimbangan dapat
tempat tidur, bantu latihan jalan dan lindungi dari
meningkatkan resiko terjadinya injuri
cedera
g. ;esiko terjadinya infeksi sehubungan dengan: 5 'asuknya kuman melalui jaringan atau kontinuitas yang rusak *5 &ekurangan nutrisi Tujuan: Tidak terjadi infeksi baru &riteria e2aluasi: 5 Tidak terdapatnya tanda+tanda infeksi seperti rabor, dolor, kalor, tumor dan fungsiolesa *5 Tidak ada pus pada daerah kulit yang rusak 35 Tidak ada infeksi dari kateter dan infus set 05 Tidak terjadi abses otak- meningitis )nter2ensi . akukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
;asional ntuk mencegah infeksi nosokomial
tindakan perawatan secara aseptik dan antiseptik
*. 'onitor suhu tubuh dan penurunan kesadaran 3. &olaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat+obat antibiotik
ntuk mendeteksi tanda+tanda sepsis "ntibiotik berguna untuk membunuh atau memberantas bibit penyakit yang masuk ke
dalam tubuh sehingga infeksi dapat dicegah 0. &olaborasi dengan tim analis
&adar leukosit darah dan urin
untuk pemeriksaan: kadar
adalah indikator dalam
leukosit, li@uor dari hidung,
menentukan adanya infeksi.
telinga, dan urin serta kultur
i@uor dari mulut dan hidung
resistensi
diperiksa untuk menentukan jenis kuman dan terapi yang akan digunakan
7. !ila ada perdarahan melalui hidung dan telinga atau li@uor yang keluar dari hidung dan telinga maka tutup dengan kasa steril. angan memasukkan alat+alat tidak
!ila ada kuman yang masuk melalui hidung dan telinga akan menyebar sampai cairan serebrospinal sehingga dapat menyebabkan abses otak dan meningitis
steril 6. Periksakan cairan- li@uor yang keluar dari hidung dan telinga. &olaborasi dengan medis dan
ntuk mengkaji apakah berasal dari cairan serebrospinal
analis
h. =angguan rasa nyaman pada pasien yang tingkat kesadarannya sudah pulih, =9% J 75: nyeri kepala, pusing dan 2ertigo disebabkan karena: &erusakan jaringan otak dan perdarahan otak- peningkatan tekanan intrakranial Tujuan: &ebutuhan rasa nyaman terpenuhi
&riteria e2aluasi:
5 Pasien tenang, tidak gelisah *5 (yeri kepala, pusing dan 2ertigo hilang 35 Pasien dapat istirahat dengan tenang
.
)nter2ensi
;asional
5
*5
'onitor mengenai lokasi,
ntuk memudahkan membuat
intensitas, penyebaran, tingkat
inter2ensi
kegawatan dan keluhan+ keluhan pasien *.
"jarkan latihan teknik
atihan nafas dalam dan relaksasi
relaksasi seperti latihan nafas
otot+otot dapat mengurangi
dalam dan relaksasi otot+otot
ketegangan syaraf sehingga pasien merasa lebih rileks dan dapat mengurangi rasa nyeri kepala, pusing dan 2ertigo. atihan nafas dalam dapat membantu pemasukan oksigen lebih banyak, terutama untuk oksigenisasi otak
3.
!uat posisi kepala lebih tinggi
Posisi kepala lebih atas dari badan
7/+07/5
dan kaki akan meningkatkan dan melancarkan aliran balik pembuluh darah 2ena dari kepala
sehingga dapat mengurangi edema dan TT)& 0.
&urangi stimulus yang tidak menyenangkan dari luar dan berikan tindakan yang menyenangkan seperti massage daerah punggung, kaki, dll
7.
&olaborasi dengan tim media dalam pemberian obat+obatan analgetik
;espon yang tidak menyenangkan menambah ketegangan saraf dan massage daerah punggung, kaki, dll akan mengalihkan rangsangan terhadap nyeri, pusing dan 2ertigo
Obat analgetik untuk meningkat+ kan ambang rangsang nyeri, pusing yang dapat mengurangimenghilangkan rasa nyeri
i.
=angguan kemampuan proses berfikir dengan baik dan logis yang disebabkan oleh: 5 &onflik psikologis *5 =angguan fungsi sensoris Tujuan: &emampuan berpikir pasien dapat kembali normal &riteria e2aluasi 5 Pasien dapat menerima- berorientasi terhadap kenyataan *5 Pasien dapat mengenali adanya perubahan+perubahan dalam proses 35 &eluarga dapat menerima perubahan berfikir pasien 05 Pasien mau berperan serta dalam proses latihan atau perawatan
)nter2ensi . 'onitor kemampuan berfikir
;asional Dengan mengetahui kemampuan
dengan menanyakan nama
berfikir pasien maka dapat
dan orientasi terhadap
ditentukan rencana latihan+latihan
lingkungan di sekitarnyaB
yang berhubungan dengan
tempat, orang dan waktu.
stimulus proses berpikir dan memori
*. 'onitor perhatian dan cara
Pada trauma kepala terutama
pasien mengalihkan
kontusio serebri akan mengalami
perhatiannya kemudian catat
penurunan kemampuan
tingkat kecemasan
berkonsentrasi dan dalam memusatkan perhatian. #al ini menimbulkan kecemasan.
3. !erikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang perubahan berfikir pasien dan rencana perawatan
Dengan memberi penjelasan kepada pasien dan keluarga, dapat mengurangi kecemasan pasien dan keluarga, sehingga dapat diajak bekerja sama dalam mengantisipasi keadaan dan meningkatkan peran sosial
0. "jarkan teknik relaksasi,
Tindakan ini melatih pasien dalam
jangan berikan tantangan
memusatkan perhatian sehingga
berfikir keras dan beri
lambat laun kemampuan berpikir
aktifitas sesuai kemampuan
pasien akan pulih kembali sesuai dengan kerusakan otak yang
!eritahu pasien dan keluarga bahwa fungsi intelektual, fungsi perilaku dan emosi lambat laun akan normal bila kerusakan otakdapat pulih kembali. Tetapi efek+efek tertentu dapat bertahan sebagai gejala sisa.
terjadi5. Dengan penjelasan yang tepat dan keterbukaan tim pelayanan kesehatan terhadap pasien dan keluarga akan memberikan kesiapan dan kesabaran dalam latihan+latihan saat proses rehabilitsi
j.
;esiko terhadap cedera berhubungan dengan gerakan tonik- klonik tak terkontrol selama episode kejang dan- atau somnolen Tujuan: 9edera tidak terjadi &riteria e2aluasi: 5 &lien tidak mengalami cedera *5 Tidak terjadi luka baru 35 &esadaran meningkat )nter2ensi . ibatkan keluarga untuk terus menemani klien
;asional &eluarga dapat mengawasi keadaan klien dan menghindari perilaku yang membahayakan klien
*. 'odifikasi lingkungan dengan cara:
-
ingkungan yang aman dapat mengurangi resiko cedera
menjauhkan benda+benda tajam, memasang bed plang,
+ bantahan di pinggir tempat tidur
3. Pasang restrain dan fiksasi
'encegah gerakan yang tidak
klien bila perlu
terkontrol yang dapat menimbulkan cedera
0. !erikan penjelasan pada
&eluarga dapat mengetahui dan
keluarga tentang pencegahan
memahami cara mencegah trauma trauma k. Perubahan eliminasi urinarius inkontinen atau retensi5 berhubungan dengan penurunan kesadaran Tujuan: ;etensi atau inkontinensi tidak terjadi &riteria e2aluasi: 5 &lien dapat !"& dengan lancar *5 Pola !"& terkontrol 35 Farna urine kuning muda )nter2ensi . 'onitor intake dan output urine *. Palpasi distensi kandung kemih dan obser2asi pengeluaran urine
3. !ersihkan daerah perineum dan jaga agar tetap kering 0. akukan pemasangan dan perawatan kateter, jika perlu 7. atih klien teknik bladder training bila klien sehat
;asional 'engetahui keseimbangan cairan klien 'engidentifikasi adanya kontraksi kandung kemih
'encegah infeksi pada meatus uretra e?terna Dapat menurunkan resiko terjadinya iritasi kulit atau infeksi 'elatih otot spinkter uretra eksterna sehingga kontrol klien untuk !"& meningkat.
". Impementa&i
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah ditentukan, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal. Pelaksanaan tindakan pada klien dengan gangguan sistem persyarafan akibat trauma kepala difokuskan pada tindakan+tindakan yang ditujukan pada upaya untuk mengembalikan tekanan intra kranial pada kondisi normal 7/+*// mm# *O atau 0 I 7 mm#g5, kebutuhan O * ke otak terpenuhi, pemenuhan kebutuhan nutrisi yang adekuat, pemenuhan kebutuhan aktifitas sehari+hari klien, mengembalikan fungsi persepsi sensori dan fungsi kognitif kembali normal serta pencegahan terjadinya cedera berulang. *E--en!7 Na&ru7 155'8 #:+
tujuan utama dari pelayanan medis dan keperawatan ialah : . #arus selalu waspada tentang perubahan kondisi pasien, terutama tanda+tanda peningkatan tekanan intra kranial. *. 'empertahankan fungsi 2ital pasien sampai pemulihan sehingga fungsi+fungsi bekerja kembali. 3. Pengelolaan komplikasi yang mengancam jiwa dan berusaha
sepenuhnya
dengan
pemulihan
yang
sempurna.
•
Perawatan respiratori "noksia dengan penignkatan kadar karbondioksida dapat menyebabkan otak menjadi hipoksia yang berakibat edema otak. Darah atau lendir aibat cedera dapat menyumbat saluran nafas atau muntahan pasien, karena itu penyedotan sangat diperlukan. &etidakmampuan membebaskan salurann nafas dapat menimbulkan obstruksi saluran nafas dan bisa timbul pneumonia aspirasi. Oksigen harus diberikan pada pasien cedera
kepala dan bila saluran nafas tidak dibersihkan harus dipasang pipa endotracheal. &adar gas darah arteri harus dicek sesering mungkin untuk menetukan perubahan
•
pernapasan samai membaik. )stirahat dan pengawasan kejang angan melakukan kebersihan pasien dengan kuat+kuat beberapa jam setelah kecelakaan. Penghalang tempat tidur harus selalu terpasang karena pasien bisa mendadak gelisah dan kejang dan bagian kepala biasanya ditinggikan 3/N . gelisah mungkin merupakan isyarat dari pasien ingin merubah posisi, nyeri, atau ingin !"&. 9odein atau analgesik lain yang tidak menekan pernapasan bisa dipakai mengurangi
•
nyeri. "ntikon2ulsan suka diberikan untuk mencegah kejang. Tanda 2ital dan pengendalian suhu Tanda 2ital dicatat sesering mungkin sampai keadaan stabil. Peningkata suhu tubuh secara mendadak bisa mencapai 0*N9 atau lebih. Penurunan tekanan darah menunjukkan bahwa mekanisme pengatur suhu sudah tidak bekerja. #ipertermi meningkatkan metabolisme otak yang bisa mengakibatkan otak menjadi rusak. saha+ usaha terdiri dari : . *. 3. 0. 7.
•
Pemberian aspirin &ompres dingin &ompres es pada sela paha dan aksila 'enurunkan suhu ruangan. &asur pendingin yang diatur oleh arus listrik.
Pencegahan infeksi Telinga dan hidung diperiksa dengan cermat untuk memantau apakah meningen sobek dan cairan serebrospinal keluar rongga tersebut jangan dibersihkan dapat dipasang kapas yang tidak menutupi keluarnya cairan. Pasien tidak boleh batuk, bersin atau mengosok+gosok hidung jika keluar li@uor dari hidung. !ila ragu apakah cairan yang
•
keluar itu adalah 9%A atau bukan, kertas tes dapat memuktikan positif gula. Pengobatan Obat+obatan yang diberikan untuk mengurangi edema otak dan peningkatan T)&. Obat+obatan terdiri dari : . Diuretik osmotik yang bisa penetrasi ke otak dengan lambat laun a. arutan urea 3/C b. 'anitol */C *. De?amethason
•
&etidakseimbangan elektrolit Pemantauan elektrolit yang
cermat
diperlukan.
!erbagai
macam
ketidak
keseimbangan bisa terjadi pada pasien cedera kepala diantaranya seperti berikut : . (atriuresis urin banyak mengandung sodium5 *. %indrom "D# tidak sesuai kenaikan kadar "D# dalam plasma, hiponatremia, dan hipotonisitas5 3. &adar cortisol dalam plasma meningkat
•
>liminasi )ntake dan output dari pasien harus diukur dan dicatat, berat jenis urine juga harus diukur, karena dapat menandai ketidak seimbangan elektrolit. Output urine harus rata+
•
rata /,6 sampai ml-kg berat badan-jam. 'embantu rasa nyaman dan "&% o Dukungan emosi Tidak jarang pasien dengan cedera kepala memperlihatkan kehilangan daya ingat dan inisiatif. 'asalah perilaku disertai pengambilan keputusan yang salah serta gelisah dapat terjadi. Pasien perlu pelayanan yang ketat, tapi tepat,
•
disertai pedoman untuk perilaku yang bagaimana itu bisa dilaksanakan. Pengembalian aktifitas 'asa kon2alesen akan tergantung kepada besarnya kerusakan otak dan bagaimana kecepatan pemulihan. Pasien biasanya dibujuk untuk melaksanakan kembali aktifitas sedini mungkin. %akit kepala dan pusing masih akan tetap ada untuk beberapa lama setelah cedera otak. %ementara orang orang memerlukan rehabilitasi intensif dan
•
dalam waktu yang sangat lama di pusat rehabilitasi. &onsultasi dan penyuluhan Penyuluhan kepada pasien dengan cedera kepala yang mengalami gangguan yang berat membutuhkan rehabikitasi lama sama seperti untuk pasien dengan masalah motorik. !erikut beberapa uraian untuk penyuluhan : . Penyebab peningkatan tekanan intracranial *. Aaktor+faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan tekanan intracranial a. angan bersin b. angan mengangkat yang berat, jangan membungkuk, jangan memaksakan tenaga
c. angan mengedan waktu bab 3. Tanda+tanda dan gejala yang harus dilaporkan kepada dokter
#. Eaua&i *Na&ru E--en!7 155'8 #+
Tahap penilaian atau e2aluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya. >2aluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan rencana tindakan yang telah ditentukan untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan pasien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. >2aluasi keperawatan adalah mengukir keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien. &riteria keberhasilan pada klien dengan gangguan sistem persyarafan akibat trauma kepala adalah klien berada pada kondisi kesadaran penuh dengan nilai =9%: 7, tanpa adanya kecacatan fisik dan gejala sisa.
BAB I> PENUTUP
A. Ke&impuan
Trauma kepala atau trauma kapitis adalah suatu ruda paksa trauma5 yang menimpa struktur kepala sehingga dapat menimbulkan kelainan struktural dan atau gangguan fungsional jaringan otak. Pengartian yang lain , cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik. http:--askepkukeperawatan.blogspot.com-*/*-/3-normal+/+false+false+false+en+us+?+ none.html