LAPORAN PENDAHULUAN PEMERIKSAAN FISIK SISTEM ABDOMEN
Tania Khaerunnisa, 1006673033
1.
Pengertian Tindakan
Pemeriksaan fisik abdomen pada prinsipnya sama dengan pemeriksaan fisik umum yang terdiri dari inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Namun, bagian tubuh yang akan diperiksa adalah sekitar wilayah abdomen (suatu rongga dalam badan di bawah diafragma sampai dasar pelvis). Pemeriksaan abdomen dapat bersifat kompleks karena organ-organ yang terletak di dalam dan di dekat rongga abdomen. Pemeriksaan fisik abdomen terdiri dari pengkajian struktur traktus gastrointestinal dibawah selain hati, lambung, uterus, ovarium, ginjal, dan kandung kemih. Pemeriksaan daerah abdomen atau perut di bawah arkus kosta kanan-kiri sampai garis lipat paha atau daerah inguinal.
2.
Tujuan Tindakan
a.
Menjelaskan struktur anatomi anatomi dan fungsi system pencernaan pencernaan dan perkemihan. perkemihan.
b. Mencari atau mengidentifikasi kelainan di sistem gastrointestinal, atau sistem gi njal dan saluran kemih atau genitalia/p erineum (jarang)
3.
Kompetensi Dasar Lain yang harus dimiliki
a.
Mengetahui dan Memahami dasar-dasar pengkajian fisik s ecara umum (IPPA)
b. Kemampuan anamnesis.
4. Indikasi, Kontraindikasi dan Komplikasi
Indikasi: Klien dengan keluhan pada sekitar abdomen atau sistem gastroi ntestinal Kontraindikasi: Komplikasi: -
5.
Alat dan Bahan
a.
Stetoskop
b. Penggaris Kecil c.
Pita Pengukur
d. Pensil Gambar e.
Bantal Kecil
6.
Anatomi daerah Target Di
dalam abdomen terdiri dari beberapa system tubuh, yaitu pencernaan dan perkemihan. System
pencernaan terdiri dari saluran pencernaan dan organ pencernaan tambahan. Adapun organ-organ pencernakan adalah sebagai berikut : mulut-kerongkongan-lambung-usus halus-usus besarrektum-anus. Sy stem percernaan
Pada pemeriksaan fisik abdomen bagian system pencernakan yang di periksa adalah: a.
Lambung
( gaster )
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama di daerah epigaster, lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan osofa gus melalui orifisium pilorik, terletak di bawah diafragma di depan pancreas dan li mpa, menempel di sebelah kiri fundus uteri. Bagian-bagian lambung terdiri dari : Fundus ventrikuli, Korpus ventrikuli, Antrum pylorus, kurvatura minor, kurvatura mayor, osteum kardiakum. b. Usus halus / intestinum minor Lapisan
usus halus : lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( M.sirkuler),
lapisan otot memanjang ( M. longitudinal ) d an lapisan serosa ( sebelah luar ) Adapun bagian-bagian dari usus halus adalah sebagai berikut : Duodenum
c.
( usus 12 jari ), Yeyenum dan Ileum.
Usus besar / Intestinum mayor Lapisan
usus besar dari dalam ke luar :
Selaput lender, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, jaringan ikat Bagian ± bagian dari usus besar adalah sebagai berikut : Seikum, kolon asenden, appendiks, kolon transversum, kolon desendens, kolon sigmoid, rectum
Sistem Perkemihan terdiri dari ginjal dll.
7.
Aspek Keamanan dan Keselamatan yang harus diperhatikan
Anjurkan klien untuk mengosongkan kandung kencing
Jaga privasi klien dengan menutupi dada atas dan tungkai
Posisikan klien secara terlentang tangan di kedua sisi sedikit menekuk
Letakan
bantal di bawah lutut pasien
Letakan
bantal di bawah kepala pasien
Klien haruslah serileks mungkin, karena otot abdomen yang mengencang
menyembunyikan keakuratan palpasi dan auskultasi. Ruangan yang digunakan haruslah hangat dan tungkai klien sebaiknya diberi selimut.
Klien berbaring telentang dengan posisi dorso rekumben dengan l engan di kedua sisi dan
lutut sedikit di tekuk. Selain itu, letakkan bantal kecil dibelakang lutut klien. Jika klien meletakkan lengan di bawah kepala, otot ab domen dapat mengencang.
8.
Prosedur Tindakan
Urutan teknik pemeriksaan pada abdomen ialah inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi. Hasil pemeriksaan auskultasi yang akurat didahulukan sebelum palpasi dan perkusi sebelum melakukan manipulasi terhadap abdomen. Bila dilakukan palpasi dan perkusi terlebih dahulu dapat mengubah frekuensi dan karakter bising usus . Pemeriksaan ini mencakup pengkajian
struktur traktus gastrointestinal ( GI ) bawah. Nyeri pada abdomen merupakan gejala paling umum yang dilaporkan klien ketika pergi ke layanan medis. Pengkajian yang akurat membutuhkan pencocokan data riwayat klien dengan pengkajian yang cermat terhadap lokasigejala fisik. Untuk menentukan letak organ pada pemeriksaan abdomen dikenal dengan dua cara pembagian abdomen yaitu pembagian menurut 4 kuadran dan pembagian menurut 9 region.
1) Pembagian atas empat kuadran, dengan membuat garis vertikal dan horizontal melalui umbilicus, sehingga terdapat daerah kuadran kanan atas, kiri atas, kanan bawah, dan kiri bawah. Pembagian 4 kuadran dilakukan dengan, perawat membuat garis vertical dariprocessus xiphoideus ke arah simfisis pubis, dan dibuat garis horizontal yang memotong umbilicus.
RIGHT UPPER QUADDRAN ( RUQ) Liver,
Gallbladder, duodenum, head of
LEFT UPPER QUADDRAN ( LUQ)
Stomach, spleen, left lobe of liver, body o f
pancreas, right kidney and adrenal, hepatic
pancreas, left kidney and adrenal, splenic
flexure of colon, part of ascending and
flexure of colon, part of transverse and
transverse colon
descending colon
RIGHT LOWER QUADDRAN ( RLQ)
LEFT LOWER QUADDRAN ( LLQ)
Cecum, appendix, right ovary and tube, right
Part of descending colon, sigmoid colon,
ureter, right spermatic cord
left ovary and tube, left ureter, left spermatic cord. MIDLINE
Aorta, Uterus, Bladder
2) Pembagian atas sembilan daerah, dengan membuat dua garis horizontal dan dua garis vertikal. -
Garis horizontal pertama dibuat melalui tepi bawah tulang rawan iga k esepuluh dan yang kedua dibuat melalui titik spina iliaka anterior superior (SIAS)
-
Garis vertikal dibuat masing-masing melalui titik pertengahan antara SIAS dan mid-line abdomen.
-
Terbentuklah daerah hipokondrium kanan, epigastrium, hipokondrium kiri, lumbal kanan, umbilical, lumbal kanan, iliaka kanan, hipogastrium/ suprapubik, dan iliaka kiri.
http://www.squidoo.com/Med_term P engkajian
& Anamnesis
Tanyakan kebiasaan BAB Klien
Perhatikan gerakan dan posisi Klien
Tanyakan apakah klien pernah operasi
Tanyakan perubahan BB 24 jam terakhir
Kaji sendawa, sulit menelan, flatulensi,diare,dst
Tanyakan riwayat kanker ginjal
Tentukan klien hamil atau tidak
Tanyakan apakah klien dlm pengaruh obat
Minta klien menunjukkan lokasi n yeri sebelum pemeriksaan
P enatalaksanaan
1.
Inspeksi
1.
Mintalah pasien berbaring terlentang dengan kedua tangan di sisi tubuh.Letakan bantal kecil
dibawah lutut dan dibelakang kepala untuk melemaskan/ relaksasi otot- otot abdomen 2.
Perhatikan ada tidaknya penegangan abdomen.
3.
pemeriksa berdirilah pada sisi kanan pasien dan perhatikan kulit dan warna abdomen, bentuk
perut, simetrisitas, jaringan parut, luka, pola vena, dan striae serta bayangan vena dan pergerakkan abnormal. 4.
Perhatikan posisi, bentuk, warna, dan inflamasi dari umbilikus.
5.
perhatikan pula gerakan permukaan, massa, pembesaran atau penegangan. Bila abdomen
tampak menegang, minta pasien untuk berbalik kesamping dan inspeksi mengenai ada tidaknya pembesaran area antara iga-iga dan panggul, tanyakan kepada pasien apaka h abdomen terasa lebih tegang dari biasanya. 6.
Bila terjadi penegangan abdomen, ukur lingkar abdomen dengan memasang tali/ perban
seputar abdomen melalui umbilikus. Buatlah simpul dikedua sisi tali / perban untuk menandai dimana batas lingkar abdomen, lakukan monitoring, bila terjadi peningkatan perenggangan abdomen, maka jarak kedua simpul makin menjauh 7.
Inspeksi abdomen untuk gerakan pernapasan yang normal.
8.
Mintalah pasien mengangkat kepalanya dan perhatikan adanya gerakan peristaltik atau
denyutan aortik. Klien yang bebas dari nyeri abdomen tidak akan membungkuk atau membelat abdomen. Untuk
menginspeksi gerakan atau bayangan abnormal pada abdomen, perawat berdiri di sisi kanan klien dan melakukan inspeksi dari atas abdomen.
Dengan
posisi duduk untuk melihat tegak lurus pada abdomen,
perawat mengkaji kontur. -
Keadaan kulit y
Warnanya
(ikterus, pucat, coklat, kehitaman)
y
Elastisitasnya
y
Kering (dehidrasi) atau lembab (asites)
y
Adanya bekas-bekas garukan (penyakit ginjal kronik, ikterus obstruktif), jaringan parut
(menurun pada orang tua dan dehidrasi)
(tentukan lokasinya) y
Pelebaran pembuluh darah vena (obstruksi vena kava inferior & kolateral pada hipertensi portal)
-
Umbilikus
Posisi, bentuk, warna, dan tanda inflamasi, rabas, atau massa yang menonjol harus diperhatikan. Normalnya umbilicus datar atau cekung hemisfer di tengah antara proseus sifoideus dan simfisis pubis.
Warnanya
sama dengan kulit sekitarnya. Umbilikus yang menonjol ke luar biasanya
menunjukkan adanya distensi. Hernia (penonjolan organ abdomen melewati dinding otot) menyebabkan penonjolan umbilicus ke atas. Normalnya tidak ada rabas yang ke luar dari area umbilicus. -
Kontur dan simetrisitas
Perawat menginspeksi kontur, kesimetrisan, dan gerakan permukaan abdomen, memperhatikan adanya massa, penonjolan atau distensi. Abdomen datar membentuk bidang horizontal dari proseus sifoideus sampai simfisis pubis. Abdomen yang bulat menonjol ke dalam bola cekung dari bidang horizontal. Setiap hasil t emuan tersebut normal jika bentuk abdomen simetris. Gastro intestinal,tumor, atau cairan dalam rongga abdomen dapat menyebabkan distensi. Jika distensi bersifat menyeluruh, maka keseluruhan abdomen akan menonjol. Kulit sering tampak tegang seperti diregangkan diatas abdomen. Jika terjadi distensi abdomen, perawat dapat mengukur lingkar abdomen dengan meletakkan pita ukur disekeliling abdomen setinggi umbilicus. Pengukuran berurutan akan menunjukkan adanya peningkatan atau penurunan distensi. Gunakan pena untuk menunjukkan dimana pita ukur itu diletakkan. - Besar dan bentuk abdomen; rata, menonjol, atau scaphoid (cekung). - Simetrisitas; perhatikan adanya benjolan local (hernia, h epatomegali, splenomegali, kista ovarii, hidronefrosis) -
Gerakan dinding abdomen pada peritonitis terbatas.
-
Pembesaran organ atau massa
Sambil mengobservasi kontur abdomen, perawat meminta klien menarik napas dalam dan menahannya. Kontur tersebut harus tetap halus dan simetris. Manuver ini mendorong diafragma ke bawah dan mengurangi ukuran rongga abdomen. Organ-organ yang membesar di rongga abdomen bagian atas, misalnya hati atau limpa, dapat menurun ke bawah rongga iga sehingga meneyebabkan tonjolan. - Peristaltik ; gerakan peristaltik usus meningkat pada obstruksi i leus, tampak pada dinding abdomen dan bentuk usus juga tampak (darm-contour). - Pulsasi; pembesaran ventrikel kanan dan a neurisma aorta sering memberikan gambaran pulsasi di daerah epigastrium dan umbilical.
2.
Auskultasi
-
Siapkan stetoskop
-
Tanyakan kepada klien kapan terakhir makan
-
Letakan
sisi diafragma pada kuadran kiri bawah
-
Dengarkan
peristaltik usus (suara seperti bunyi berkumur). Diafragma stetoskop
diletakkan pada dinding abdomen, lalu dipindahkan ke seluruh bagian abdomen. Suara peristaltic usus terjadi akibat adanya gerakan cairan dan udara dalam usus. Bila terdapat obstruksi usus, peristaltic meningkat dis ertai rasa sakit (borborigmi). Bila obstruksi makin berat, abdomen tampak membesar dan tegang, peristaltic lebih tinggi seperti dentingan keeping uang logam (metallic-sound). Bila terjadi peritonitis, peristaltic usus akan melemah, frekuensinya lambat, bahkan sampai hilang. y
Suara usus terdengar tidak ada
y
Hipoaktif/ sangat lambat (misalnya sekali dalam 1 menit ),
y
Hiperaktif (misalnya setiap 3 detik
y
Normoperistaltik (tiap 5 ± 2 0 dtk)
-
Bila usus jarang sekali atau tidak ad a, maka tahan selama 3 ± 5 menit
-
Letakan
bagian bel stetoskop di atas aorta, arteri renal, arteri iliaka untuk mendengarkan
suara pembuluh darah. Bising dapat terdengar pada fase sistolik dan diastolik, atau kedua fase. Misalnya pada aneurisma aorta, terdengar bising sistolik (systolic bruit). Pada hipertensi portal, terdengar adanya bising vena (venous hum) di da erah epigastrium. y
Aorta di bawah superior umbilikus
y
Arteri renal pada garis tengah perut atau ke arah kiri atau ke kanan dari garis perut bagian atas mendekati panggul
-
Arteri iliaka pada area bawah umbilikus sebelah kiri atau kananGunakan diafragma stetoskop untuk mendengarkan bising usus dan g unakan µbell¶ untuk mendengarkan bunyi vascular. Auskultasi bising usus dimulai dari daerah kuadran kanan bawah; perhatikan karakter dan frekuensi suara, hitung bising usus minimal selama 60 detik.
Motilitas usus
Merupakan fungsi normal usus halus dan usus besar. Bising usus merupakan bunyi lintasan udara dan cairan yang diciptakan oleh motilitas usus/peristalsis. Diagram stetoskop yang dihangatkan diletakkan sedikit diatas setiap kuadran. Normalnya udara dan cairan yang mengalir melewati usus menimbulkan bunyi berdeguk atau bunyi klik yang terjadi tidak teratur 5 sampai 35 detik per menit. Bunyi tersebut dapat berlangsung selama ½ detik sampai beberapa detik. Normalnya diperlukan 5 sampai 20 detik untuk mendengar bising usus. Saat terbaik untuk mengauskultasi adalah diantara waktu makan. Pada saat perawat mengauskultasi tepat setelah makan atau lama sesudah klien makan, bising usus cenderung meningkat. Bunyi biasanya digambarkan sebagai normal, dapat terdengar, tidak ada, hiperaktif, atau hipoaktif. Tidak ada bunyi yang mengindikasikan berhentinya motilitas gastrointestinal yang terjadi akibat obstruksi usus tahap akhir, ileus paralitik, atau peritonitis.
Bunyi vaskuler
Bruit mengindikasikan penyempitan pembuluh darah dan gangguan aliran darah. Adanya bruit pada area abdomen dapat mengungkapkan adanya aneurisma atau stenosis pembuluh darah. Perawat menggunakan bel stetoskop untuk mengauskultasi region epigastrik dan keempat kuadran. Normalnya tidak ada bunyi vaskuler yang terdengar di aorta (garis tengah ab domen), atau arteri femoral (kuadran bawah). Bruit arteri renalis dapat terdengar dengan meletakkan stetoskop di atas setiap kuadran atas secara anterior atau di atas sudut kostovertebrata s ecara posterior.
3.
Perkusi
Lakukan
perkusi pada ke- 4 kuadran abdomen untuk menentukan tingkat timpani dan dulln ess.
a. Perkusi Lambung 1.
Posisi pasien tidur terlentang
2.
Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien
3.
Lakukan
4.
Gelembung udara lambung bila di perkusi akan berbunyi timpani
perkusi pada tulang iga bagian ba wah anterior dan bagian E pigastrium kiri
b. Perkusi Ginjal 1.
Posisi pasien duduk atau berdiri.
2.
Pemeriksa dibelakang pasien
3.
Perkusi sudut kostovertebral di garis skapular dengan sisi ulnar tangan kann
4.
Normal perkusi tidak mengakibatkan rasa nyeri
4. Palpasi
Tujuan: untuk menentukan ukuran dan l etak organ, ketegangan otot, adanya massa, nyeri, dan adanya cairan. Identifikasi daerah nyeri sebelum palpasi. Palpasi pada daerah nyeri dilakukan terakhir. a. Palpasi abdomen secara dangkal y
Letakkan
tangan dan jari-jari pada abdomen. Tekan ke dalam abdomen secara dangkal dengan
menggunakan jari-jarin tangan. y
Pindahkan tangan ke seluruh 4 kuadran dengan cara mengangkat tangan kemudian meletakkannya pada daerah lain. Jangan menggeser atau menarik tangan pada p ermukaan kulit.
Catatan: -
Rigid, disertai nyeri dan batuk memungkinkan adan ya spasm (kejang) otot, inflamsi atau infeksi (peritonitis)
-
Nyeri tekan mengindikasikan inflamsi p eritoneal
-
Jika dicurigai hernia, minta klien menaikkan kepala dan punggung, kemudian observasi tonjolan yang muncul pada abdomen
-
Jika klien merasakan ada massa saat ditekan, hal ini memungkinkan adanya penyakit kolon, aneurisma vaskuler, pembengkakan usus, distensi kandung kemih atau kanker.
b. Palpasi abdomen dengan menggunakan tekanan sedang palpasi hepar y
Lakukan
seperti langkah di atas
y
Berikan tekanan pada abdomen kurang lebih 2 in ch (6 cm)
y
Lakukan
y
Bila klien gemuk lakukan palpasi dengan cara bimanual
y
Identifikasi ukuran organ bawahnya, apakah ada nyeri atau massa.
pada ke-4 kuadran
Jika klien merasakan ada massa saat ditekan, hal ini memungkinkan adanya penyakit kolon, a neurisma vaskuler, pembengkakan usus, distensi kandung kemih atau kanker. c. Palpasi hepar y
Letakkan
tangan kiri di bawah toraks posterior kanan pada tulang rusuk ke-11 dan pinggang
y
Instruksikan klien untuk rileks di atas kiri pemeriksa
y
Angkat daerah tulang rusuk tersebut dengan tangan kiri
y
Letakkan
tangan kanan pada abdomen atau di bawah batas hepar kemudian tekan ke dalam dan
ke atas sepanjang lengkung tulang rusuk y
Instruksikan klien untuk menarik nafas dalam. Pada saat inhalasi pemeriksa meraba tepi hepar.
d. Palpasi Limfa y
Letakkan
tangan kiri di bawah lengkung rusuk sebelah kiri dan lengkung tersebut untuk
memindahkan posisi limfa ke a nterior y
Tekan ujung jari-jari tangan kanan ke dalam batas rusuk kearah kli en
y
Instruksikan klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut, karena diafragma akan turun dan limfa bergerak kea rah ujung jari-jari tangan kanan pemeriksa.
e. Palpasi ginjal y
Atur posisi supinasi dengan perawat berdiri disisi kanan klien Palpasi ginjal kanan, letakan tangan kiri di bawah panggul dan elevasikan ginjal ke ara h anterior
y
Letakan
tangan kanan pd dindin g perut anterior pd garis midklavikularis dari tepi batas costa
y
Tekan tangan kanan secara langsung ke atas (klien suruh menarik nafas panjang)
y
Pada orang dewasa normal tidak teraba tetapi pada orang yg sangat kurus bagian bawah ginjal teraba.
y
Bila ginjal teraba, rasakan kontur (bentuk), ukuran, dan nyeri tekan
Untuk ginjal kiri lakukan disisi seberang klien, letakan tangan kiri di bawah panggul k emudian lakukan tindakan seperti palpasi ginjal k anan.
9. Hal-hal Penting yang Harus diperhatikan oleh Perawat
Perawat harus memperhatikan kenyamanan, keluhan dan hasil dari setiap pemeriksaan (IPPA)
10.
Hal-hal Penting yang Harus dicatat setelah Tindakan
Waktu
pemeriksaan dan Hasil P emeriksaan
Referensi:
Kelompok Keilmuan Keperawatan Dasar dan Keperawatan Dasar. 2006. Buku Panduan Kerja Laboratorim Dasar Keperawatan. Jakarta: L embaga Penerbit FE UI. Potter, P. A., dan Perry, A.G. (2005). Fundamental of Nursing: Concept, Process, an Practice. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. C dan Bary, B.G. (2002). Keperawatan Medikal Medah. Jakarta: EGC. Sumarwati, M., et al. (2006). Buku Praktikum PKKDM I dan II. Editor:Hanny Handayani. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI. http://medinfo.ufl.edu/year1/bcs/clist/abdomen.html http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK420/