LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR
A.
Pengertian
Frak Fraktu turr
adal adalah ah
terp terput utus usny nya a
kont kontin inui uita tas s
jari jaring ngan an
tula tulang ng
yang yang
umum umumny nya a
disebabk disebabkan an oleh oleh rudapaks rudapaksa a (Mansjo (Mansjoer, er, Arif, et al, 2000). 2000). Sedang Sedangkan kan menuru menurutt Carpeni Carpenito to (1999), (1999), menyebu menyebutkan tkan bahwa bahwa Fraktur Fraktur adalah adalah rusakny rusaknya a kontinu kontinuitas itas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah terputusnya kontinuitas Jaringan tulang dan atau tulang rawan yang penyebabnya dapat dikarenakan penyakit pengero pengeroposa posan n tulang tulang diantara diantaranya nya penyaki penyakitt yang yang sering sering disebut disebut osteopor osteoporosis osis,, bias biasan anya ya dial dialam amii pada pada usia usia dewa dewasa sa,, dan dan dapa dapatt juga juga dise diseba babk bkan an kare karena na kecelakaan yang tidak terduga (Mansjoer, 2000). B.
Anatomi Dan Fisiologi 1.
Struktur tur Tu Tulang Tulan Tulang g sang sangat at berma bermacam cam-ma -macam cam baik baik dalam dalam bentu bentuk k ataupu ataupun n ukur ukuran an,, tapi tapi merek mereka a masih masih punya punya struk struktur tur yang yang sama sama.. Lapis Lapisan an yang yang paling paling luar disebut disebut Perioste Periosteum um dimana dimana terdapa terdapatt pembulu pembuluh h darah darah dan saraf saraf.. Lapis Lapisan an dibaw dibawah ah perio perioste steum um meng mengika ikatt tula tulang ng deng dengan an bena benang ng kolagen disebut benang sharpey, yang masuk ke tulang disebut korteks. Kare Karena na itu korte korteks ks sifat sifatnya nya keras keras dan dan tebal tebal sehing sehingga ga dise disebut but tulan tulang g kompak. Korteks tersusun solid dan sangat kuat yang disusun dalam unit struktural yang disebut Sistem Haversian. Tiap sistem terdiri atas kanal utama utama yang yang disebut disebut Kanal Haversian Haversian . Lapisan Lapisan meling melingkar kar dari dari matriks matriks tulang disebut Lamellae, ruangan sempit antara lamellae lamellae disebut Lakunae (dida (didalam lamnya nya terda terdapat pat osteo osteosit sit)) dan dan Kana Kanalik likul uli. i. Tiap Tiap siste sistem m kelih kelihata atan n seperti seperti lingkara lingkaran n yang menyatu. menyatu. Kanal Kanal Haversia Haversian n terdapa terdapatt sepanjan sepanjang g tulang panjang dan di dalamnya terdapat pembuluh darah dan saraf yang masuk masuk ke tulang tulang melalui melalui Kanal Kanal Volkman Volkman.. Pembulu Pembuluh h darah darah inilah inilah yang yang mengangkut nutrisi untuk tulang dan membuang sisa metabolisme keluar tulang. tulang. Lapisan Lapisan tengah tengah tulang tulang merupa merupakan kan akhir akhir dari dari sistem sistem Haversia Haversian, n, yang didalamnya terdapat Trabekulae (batang) dari tulang.Trabekulae ini
terlihat seperti spon tapi kuat sehingga sehingga disebut disebut Tulang Spon yang didalam nya terdapat bone marrow yang membentuk sel-sel darah merah. Bone Marr Marrow ow ini ini terd terdir irii atas atas dua dua maca macam m yait yaitu u bone bone marr marrow ow mera merah h yang yang memproduksi sel darah merah melalui proses hematopoiesis dan bone marrow kuning yang terdiri atas sel-sel lemak dimana jika dalam proses fraktur bisa menyebabkan Fat Embolism Syndrom (FES).
Tula Tulang ng terd terdir irii dari dari tig tiga sel sel yait yaitu u oste osteob obla last st,, oste osteos osit it,, dan dan osteoklast. osteoklast. Osteoblast merupakan merupakan sel pembentuk pembentuk tulang yang berada berada di bawah tulang baru. Osteosit adalah osteoblast yang ada pada matriks. Sedangkan Sedangkan osteoklast osteoklast adalah sel penghancur penghancur tulang dengan dengan menyerap menyerap kembali sel tulang tulang yang rusak maupun maupun yang tua. Sel tulang ini diikat oleh elemen-elemen ekstra seluler yang disebut matriks. Matriks ini dibentuk oleh benang kolagen, protein, karbohidrat, mineral, dan substansi dasar (gelatin) yang berfungsi sebagai media dalam difusi nutrisi, oksigen, dan sampah metabolisme antara tulang daengan pembuluh darah. Selain itu, didalamnya terkandung garam kalsium organik (kalsium dan fosfat) yang menyebabkan tulang keras.sedangkan aliran darah dalam tulang antara 200 – 400 ml/ menit menit melalui melalui proses vaskular vaskularisas isasii tulang tulang (Black,J (Black,J.M,et .M,et al,1993 dan Ignatavicius, Donna. D,1995).
2.
Fungsi Tu Tulang a)
Memb Memberi eri keku kekuata atan n pada pada ker kerang angka ka tubu tubuh. h.
b)
Tempat melekatnya otot.
c)
Meli Melind ndun ungi gi orga organ n pen penti ting ng..
d)
Temp Tempat at pem pembu buat atan an sel sel dar darah ah..
e)
Temp Tempat at pen penyim yimpa panan nan garam garam mine minera ral. l.
C.
Etiologi 1.
Frakt raktu ur Fisi Fisiol olog ogis is Suatu Suatu kerus kerusaka akan n jarin jaringa gan n tulan tulang g yang yang diakib diakibatk atkan an dari dari kece kecelak lakaa aan, n, tenaga fisik, olahraga, dan trauma dapat disebabkan oleh:
a.
Trauma langsung Yaitu Yaitu puku pukulan lan lang langsun sung g terha terhadap dap tulan tulang g sehi sehingg ngga a tulan tulang g patah patah secara spontan. yang paling lazim adalah karena kecelakaan sepeda motor. Fraktur ini disebabkan karena kekuatan yang berlebihan dan tiba-tiba, dapat berupa pemukulan, pemuntiran, penekukan maupun penarikan penarikan antara tendon dan ligament sehingga sehingga bisa berakibat tulang terpisah terpisah.. Trauma Trauma langsun langsung g menyeba menyebabkan bkan patah patah tulang tulang pada pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan dengan garis garis patah patah melinta melintang ng atau miring. miring. Bentura Benturan n pada lengan lengan bawah, ex: fraktur tulang ulna dan radius.
b.
Trauma tidak langsung Yaitu pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya jatuh. Trauma tidak langsung langsung menyebabkan menyebabkan patah tulang ditempat yang yang jauh jauh dari tempat terjadin terjadinya ya kekerasa kekerasan. n. Yang Yang patah patah biasany biasanya a adal adalah ah bagi bagian an yang yang pali paling ng lema lemah h dala dalam m jalu jalurr hant hantar aran an vekt vektor or kekerasan. kekerasan. Jatuh tertumpu pada tangan, ex: fraktur klavikula. klavikula.
c.
Trauma akibat tarikan otot Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat beru berupa pa
pemu pemunt ntir iran an,,
pene peneku kuka kan, n,
pene peneka kana nan, n,
komb kombin inas asii
dari dari
ketiganya, dan penarikan (Oswari E, 1993).
2.
Frakt raktu ur Pa Patol tologis Dalam Dalam hal ini kerusakan kerusakan tulang tulang terjadi terjadi akibat akibat proses proses penyaki penyakitt dimana dimana deng dengan an trauma trauma minor minor dapa dapatt meng mengaki akibat batkan kan fraktu frakturr ataup ataupun un akiba akibatt kelemah kelemahan an tulang tulang akibat akibat kelaina kelainan n tulang. tulang. Dapat Dapat terjadi terjadi pada pada berbag berbagai ai keadaan berikut: a.
Tumor tulang Terbagi menjadi jinak dan ganas
b.
Infe Infeks ksii sepe sepert rtii Oste Osteom omie ieli liti tis s
c.
Scur Scurvy vy (pe (peny nyak akit it gus gusii berd berdar arah ah))
d.
Osteomalasia
e.
Rakhitis
f.
Osteoporosis
D. Pato Patofi fisi siol olog ogii Tulang Tulang bersifa bersifatt rapuh rapuh namun namun cukup cukup mempuny mempunyai ai kekeuat kekeuatan an dan gaya pegas untuk menahan tekanan (Apley, A. Graham, 1993). Tapi apabila tekanan eksternal eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang tulang (Carpni (Carpnito, to, Lynda Lynda Juall, Juall, 1995). 1995). Setelah Setelah terjadi terjadi fraktur, fraktur, perioste periosteum um dan pembulu pembuluh h darah darah serta serta saraf saraf dalam dalam korteks, korteks, marrow, marrow, dan jaringan jaringan lunak lunak yang yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terben terbentuk tuklah lah hema hematom toma a di rong rongga ga medul medula a tulan tulang. g. Jarin Jaringa gan n tulan tulang g seger segera a berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimu menstimulasi lasi terjadin terjadinya ya respon respon inflama inflamasi si yang yang ditandai ditandai dengan dengan vasodila vasodilatasi, tasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan merupakan dasar dari proses penyembuhan penyembuhan tulang tulang nantinya (Black, J.M, et al, 1993).
E.
Klasifikasi Klasifikasi Fraktur Penampikan Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi dan dibagi menjadi beberapa
kelompok, kelompok, yaitu: a.
Berdasarkan si sifat fr fraktur. Fakturr Tertu Tertutup tup (Clos (Closed ed), ), bila bila tidak tidak terda terdapa patt hubu hubung ngan an antar antara a 1). Faktu fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kuli kulitt masi masih h utuh utuh)) tanp tanpa a komp kompli lika kasi si.. Pada Pada frak fraktu turr tert tertut utup up ada ada klasifikasi klasifikasi tersendiri tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu: Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cidera jaringan
lunak sekitarnya.
Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan. subkutan.
Tingk Tingkat at 2: fraktu frakturr yang yang lebih lebih berat berat deng dengan an kontu kontusio sio jaring jaringan an lunak bagian dalam dan pembengkakan.
Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan ancaman sindroma kompartement.
Fraktur Terbuka Terbuka (Open/Co (Open/Compou mpound), nd), bila bila terdapat terdapat hubung hubungan an antara antara 2). Fraktur fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.
b.
Berda rdasark sarka an komp omplit atau tau ketid tidakklom klomp plita litan n frak raktur. tur.
1). Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang.
2). Fraktrur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti:
a)
Buckle atau Torus Fraktur , bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang spongiosa di bawahnya.
b)
Green Green Stick Stick Fraktur Fraktur , mengen mengenai ai satu korteks dengan dengan angulas angulasii korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang.
c.
Berda Berdasa sarka rkan n bentu bentuk k garis garis patah patah dan hubun hubunga gann nnya ya deng dengan an mekanis mekanisme me trauma. Transversal : fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan 1). Fraktur Transversal merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
fraktur yang yang arah arah garis garis patahnya patahnya membentuk membentuk sudut sudut 2). Fraktur Oblik : fraktur terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasijuga.
3). Fraktur Spiral : fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi. frakturr yang yang terjad terjadii kare karena na traum trauma a aksia aksiall fleks fleksii 4). Fraktur Kompresi : fraktu yang mendorong tulang ke arah permukaan lain.
5). Fraktur Avulsi : fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya pada tulang.
d.
Berd Berdas asar arka kan n jumla jumlah h gari garis s pata patah. h.
1)
Fraktu Frakturr Komu Komuni nitif: tif: fraktu frakturr dimana dimana garis garis patah patah lebi lebih h dari dari satu satu dan dan saling berhubungan.
2)
Fraktur Fraktur Segmen Segmental: tal: fraktur fraktur dimana dimana garis garis patah patah lebih lebih dari satu tapi tapi tidak berhubungan.
3)
Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama.
e.
Berda Berdasa sarka rkan n perge pergeser seran an frag fragmen men tul tulan ang. g. Fraktur Undisp Undisplace laced d (tidak (tidak bergese bergeser): r): garis garis patah patah lengkap lengkap ttetapi ttetapi 1). Fraktur kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum nasih utuh.
2). Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut disebut lokasi fragmen, fragmen, terbagi atas: a)
Disl Dislok okas asii
ad long longit itud udin inam am cum cum cont contra ract ctio ionu num m (per (perge gese sera ran n
searah sumbu dan overlapping). b)
Dislokas Dislokasii ad axim axim (perges (pergeseran eran yang yang membe membentuk ntuk sudu sudut). t).
c)
Disl Dislok okas asii ad latu latus s (per (perge gese sera ran n dima dimana na kedu kedua a frag fragme men n sali saling ng menjauh).
f.
Fraktu Frakturr Kelela Kelelahan han:: fraktur fraktur akib akibat at tekana tekanan n yang beru berulan lang-u g-ulan lang. g.
g.
Frak Fraktu turr Pato Patolo logi gis: s: frak fraktu turr yang yang diak diakib ibat atka kan n kare karena na pros proses es pato patolo logi gis s tulang.
F.
Tanda dan Gejala Menu Menuru rutt Smel Smeltz tzer er (200 (2002) 2),, mani manife fest stas asii Klin Klinis is Frak Fraktu turr adal adalah ah nyer nyeri, i,
hilangnya hilangnya fungsi deformitas, pemendekan pemendekan ekstremitas, krepitasi, pembekakan lokal dan perubahan warna.
1.
Nyeri Nyeri terus terus menerus menerus dan bertamb bertambah ah beratny beratnya a sampai sampai fragmen fragmen tulang tulang diimobilisasi spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah alamiah yang diranca dirancang ng untuk untuk meminim meminimalka alkan n gerakan gerakan antar antar fragmen fragmen tulang.
2.
Sete Setela lah h terj terjad adii frak fraktu tur, r, bagi bagian an-ba -bagi gian an tida tidak k dapa dapatt
digu diguna naka kan n dan dan
cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap menjadi seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada faktur lengan atau atau
tung tungka kaii
ekst ekstre remi mita tas s
meny menyeb ebab abka kan n
defo deform rmit itas as
yang yang bisa bisa dike diketa tahu huii
(ter (terli liha hatt
maup maupun un
tera teraba ba))
deng dengan an memb memban andi ding ngka kan n
deng dengan an
ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot. 3.
Pada Pada frak fraktu turr panj panjan ang, g, terj terjad adii peme pemend ndek ekan an tula tulang ng yang yang sebe sebena narn rnya ya karena karena kontraksi kontraksi otot yang melekat melekat di atas dan bawah bawah tempat tempat fraktur. fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm.
4.
Saat Saat ekstrem ekstremita itas s diper diperiks iksa a denga dengan n tang tangan, an, teraba teraba adanya adanya fragme fragmen n satu satu dengan lainnya (uji krepitus dapat kerusakan jaringan lunak yang lebih berat).
5.
Pembeka Pembekakan kan dan dan perubah perubahan an warna warna lokal lokal pada pada kulit kulit terjadi terjadi seba sebagai gai akiba akibatt trauma dan pendarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.
G.
2)
Komplikasi fraktur
Komplikasi Awal
a)
Kerusakan Arteri Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dan
ding dingin in pada pada ekst ekstri rimi mita tas s
yang yang dise diseba babk bkan an oleh oleh tind tindak akan an
emergensi splinting , perub perubah ahan an posisi posisi pada pada yang yang sakit, sakit, tinda tindakan kan reduksi, dan pembedahan. b)
Kompartement Kompartement Syndrom Kompartement Kompartement Syndrom merupak merupakan an kompli komplikasi kasi serius serius yang yang terjadi terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan jaringan parut. Ini disebabkan disebabkan oleh oedema atau perdarahan perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan pembebatan yang terlalu kuat.
c)
Fat Embolism Syndrom Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan, tachikardi, hypertensi, tachipnea, dan demam.
d)
Infeksi System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopaedic, orthopaedic, infeksi dimulai pada kulit (superficial) (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan penggunaan bahan lain dalam pembedahan pembedahan seperti pin dan plat.
e)
Avaskuler Avaskuler Nekrosis Avaskuler Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkman’s Volkman’s Ischemia. Ischemia.
f)
Shock Shock Shock terjadi terjadi karena karena kehilan kehilangan gan banyak banyak darah darah dan meningk meningkatnya atnya perm permea eabi bili lita tas s
kapi kapile lerr
yang yang
bisa bisa
meny menyeb ebab abka kan n
oksigenasi. oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
menu menuru runn nnya ya
3)
Komplikasi Dalam Waktu Lama
a)
Delayed Union Delayed Delayed Union merupakan merupakan kegagalan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai deng dengan an waktu waktu yang yang dibutu dibutuhk hkan an tula tulang ng untuk untuk menya menyambu mbung ng.. Ini Ini disebabkan karena penurunan supai darah ke tulang.
b)
Nonunion Nonunion
meru merupa paka kan n
kega kegaga gala lan n
frak fraktu turr
berk berkon onso soli lida dasi si
dan dan
memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis pseudoarthrosis.. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang kurang. c)
Malunion Malunion
meru merupa paka kan n
peny penyem embu buha han n
tula tulang ng
dita ditand ndai ai
deng dengan an
meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik.
H.
Penyembuhan Penyembuhan Tulang Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur
meran merangs gsan ang g tubuh tubuh untuk untuk menye menyemb mbuhk uhkan an tulan tulang g yang yang patah patah deng dengan an jalan jalan membent membentuk uk tulang tulang baru baru diantara diantara ujung ujung patahan patahan tulang. tulang. Tulang Tulang baru baru dibentuk dibentuk oleh aktivitas sel-sel tulang. Ada lima stadium penyembuhan penyembuhan tulang, yaitu:
1)
Pembentukan Hematoma Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur. Sel-sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan
seba sebaga gaii temp tempat at tumbu tumbuhny hnya a kapi kapiler ler baru baru dan fibrob fibrobla last. st. Stadiu Stadium m ini ini berlangsung 24-48 jam dan perdarahan berhenti sama sekali.
2)
Proliferasi Seluler Pada Pada stadium stadium ini terjadi terjadi prolifer proliferasi asi dan differens differensiasi iasi sel menjadi menjadi fibro kartilago yang yang berasal berasal dari dari periosteum periosteum,, endosteum,dan endosteum ,dan bone bone marrow marrow yang telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk masuk ke dalam dalam lapi lapisan san yang yang lebih lebih dalam dalam dan dan disan disanala alah h osteoblast berege beregenera nerasi si dan terjadi terjadi proses proses osteogenesis. osteogenesis . Dalam Dalam bebe beberap rapa a hari hari terbentu terbentuklah klah tulang tulang baru baru yang mengga menggabun bungkan gkan kedua kedua fragmen fragmen tulang tulang yang patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai, tergantung frakturnya. frakturnya.
3)
Pembentukan Kallus Sel–s Sel–sel el yang yang berke berkemba mbang ng memi memilik likii poten potensi si yang yang kondrogenik dan osteogenik , bila bila dibe diberi rika kan n kead keadaa aan n yang yang tepa tepat, t, sel sel itu itu akan akan mula mulaii membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi berfungsi dengan mengabsorbsi mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan tulang yang imatur dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada permukaan endoteal dan periosteal. Sementara tulang yang imatur (anyaman tulang) menjadi lebi lebih h padat padat sehing sehingga ga gerak gerakan an pada pada temp tempat at fraktu frakturr berk berkura urang ng pada pada 4 minggu minggu setelah fraktur menyatu.
4)
Konsolidasi Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast osteoblast berlanjut, berlanjut, anyaman tulang berubah menjadi menjadi lamella lamellar. r. Sistem Sistem ini sekarang sekarang cukup cukup kaku dan memung memungkink kinkan an osteocla osteoclast st menerob menerobos os melalui melalui reruntuh reruntuhan an pada pada garis garis fraktur, fraktur, dan tepat tepat dibe dibela lakan kangn gnya ya osteo osteocla clast st meng mengisi isi celah celah-ce -cela lah h yang yang tersi tersisa sa dian diantar tara a fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin mungkin perlu perlu bebera beberapa pa bulan bulan sebelum sebelum tulang tulang kuat kuat untuk untuk membawa membawa beban yang normal.
5)
Remodelling Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberap beberapa a bulan bulan atau tahun, pengel pengelasan asan kasar kasar ini dibentu dibentuk k ulang ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus. Lamellae yang yang lebih lebih tebal tebal diletakka diletakkan n pada pada tempat tempat yang yang tekanann tekanannya ya lebih lebih tinggi, tinggi,
dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya.
I.
Penatalaksanaan Penatalaksanaan Fraktur
Pena Penata tala laks ksan anaa aan n
medi medis s
menu menuru rutt
Chae Chaeru rudd ddin in
Rosj Rosjad ad
(199 (1998) 8),,
sebe sebelu lum m
menggam menggambil bil keputusa keputusan n untuk untuk melakuk melakukan an penatal penatalaksa aksanaan naan definiti definitife. fe. Prinsip Prinsip penatalaksanaan penatalaksanaan fraktur ada 4 R yaitu :
a.
Recognition: Recognition : diagnose dan penilaian penilaian fraktur Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anamnesa, pemeriksaan klinis dan radiologi. Pada awal pengobatan perlu dipe diperha rhatik tikan an:: loka lokasi si fraktu fraktur, r, bentu bentuk k fraktu fraktur, r, menen menentuk tukan an tehnik tehnik yang yang sesu sesuai ai untuk untuk peng pengoba obatan tan,, kompl komplika ikasi si yang yang mung mungkin kin terja terjadi di sela selama ma pengobatan.
b.
Reduction Tujuannya untuk mengembalikan panjang dan kesegarisan tulang. Dapat dicap dicapai ai yang yang manip manipula ulasi si tertu tertutup tup/re /reduk duksi si terbuk terbuka a progr progresi esi.. Redu Reduksi ksi tertu tertutup tup terdir terdirii dari dari peng penggu gunaa naan n traksimoval untuk untuk menar menarik ik fraktu fraktur r kemudian dian
memanip anipu ulas lasi
untu untuk k
mengembalika likan n
kese keseg garisa risan n
normal/dengan traksi mekanis. Reduksi Reduksi terbuka terbuka diindik diindikasik asikan an jika reduksi tertutup gagal / tida tidak k
memu memuas aska kan. n.
Redu Reduks ksii
terbuka merupakan alat frusasi inte intern rnal al
yang yang
digu diguna naka kan n
mempertahankan
dalam
posisinya peny penyem embu buha han n
itu itu
sampai tula tulang ng
soli solid d
seperti seperti pen, kawat, kawat, skrup skrup dan plat.
Reduction interna fixation (ORIF) yaitu dengan pembedahan terbuka dan mengimobilisasi fraktur yang berfungsi pembedahan untuk memasukkan skrup/pen kedalam fraktur yang berfungsi berfungsi untuk menfiksasi bagian-bagian bagian-bagian tulang yang fraktur secara bersamaan. bersamaan. c.
Retention Imobilisasi Imobilisasi fraktur tujuannnya mencegah frag fragme men n
dan dan
menc menceg egah ah
perg perger erak akan an
yang yang dapa dapatt meng mengan ancam cam union union.. Untuk Untuk memp mempert ertah ahank ankan an
reduk reduksi si
(ektre (ektremi mitas tas
yang mengalami fraktur) adalah dengan traksi. Traksi
merupakan
salah
satu
peng pengoba obatan tan deng dengan an cara cara menar menarik/ ik/tar tarika ikan n pada pada bagian bagian tulan tulang-t g-tul ulang ang sebaga sebagaii kekuata kekuatan n dengan dengan control control dan tahanan tahanan beban beban keduanya keduanya untuk untuk meny menyok okon ong g meng enguran urang gi
tula tulang ng deng dengan an tuju tujuan an menc menceg egah ah fra fraktur ktur
dan dan
disl dislok okas asi, i,
repo reposi sisi si
defo deform rmit itas as,,
memp memper erta taha hank nkan an
liga ligame ment nt
tubuh/m tubuh/meng engurang urangii spasme spasme otot, otot, mengura mengurangi ngi nyeri, nyeri, memperta mempertahank hankan an anato natom mi
tubu tubuh h
dan dan
meng engimob imobil ilis isas asii
area rea spes spesif ifik ik tubu tubuh. h. Ada 2
pemasangan pemasangan traksi adalah: adalah: skin traksi dan skeletal traksi.
d.
Rehabilitation : mengembalikan aktifitas fungsional fungsional seoptimal seoptimal mungkin. mungkin.
J. Peme Pemerik riksa saan an Diagn Diagnos ostik tik a)
Pemeriksaan Radiologi Sebagai Sebagai penunja penunjang, ng, pemerik pemeriksaan saan yang yang penti penting ng adal adalah ah “penci “pencitra traan an”” menggunakan menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk Untuk menda mendapa patka tkan n gamb gambara aran n 3 dimen dimensi si kead keadaan aan dan dan kedud keduduka ukan n tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proy proye eksi ksi yait yaitu u AP atau atau PA dan dan late latera ral. l. diperlukan
proyeksi
tambahan
Dala Dalam m
(khusus)
ada
kead keadaa aan n indikasi
tert terten entu tu untuk
memperlihatkan pathologi yang dicari karena adanya superposisi. Perlu disadar disadarii bahwa bahwa permintaan permintaan x-ray harus harus atas dasar dasar indikas indikasii
kegunaa kegunaan n
pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan permintaan. Hal yang harus dibaca pada x-ray:
(1) Bayangan jaringan lunak. Tipis s teba tebaln lnya ya kort kortek eks s seba sebaga gaii akib akibat at reak reaksi si peri perios oste teum um atau atau (2) Tipi biomekanik atau juga rotasi. Trobukulasi ada tidaknya rare fraction. (3) Trobukulasi
(4) Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.
Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya seperti: (1) (1) Tomogra grafi Menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang lain tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan struktur yang kompleks kompleks dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada struktur lain juga mengalaminya. (2) (2) Myelo yelogr graf afi i Mengga Menggambar mbarkan kan cabang-ca cabang-caban bang g saraf saraf spinal spinal dan pembulu pembuluh h darah darah di ruang tulang vertebrae yang mengalami kerusakan akibat trauma. (3) (3) Arth Arthro rogr graf afi i Menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena ruda paksa.
(4) Computed Tomografi-Scanning Meng Mengga gamb mbar arka kan n
poto potong ngan an seca secara ra tran transv sver ersa sall
dari dari tula tulang ng dima dimana na
didapatkan didapatkan suatu struktur tulang yang rusak. b)
Pemeriksaan Laboratorium (1)
Kalsium
Serum
dan
Fosfor
Serum
meningkat
pada
tahap
penyembuhan tulang. (2) (2)
Alkal Alkalin in Fosfat Fosfat meni mening ngkat kat pada pada kerus kerusaka akan n tulang tulang dan menu menunju njukka kkan n kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.
(3)
Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat Amino Transferase Transferase (AST), Aldolase yang meningkat meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
c)
Pemeriksaan lain-lain
(1)
Peme Pemeri riks ksaa aan n
mikro ikroor orga gani nism sme e
kult kultu ur
dan dan
test test
sens sensit itiv ivit itas as::
didapatkan mikroorganisme penyebab infeksi.
(2)
Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.
(3)
Elektromyografi :
terdapat
kerusakan
konduksi
saraf
yang
diakibatkan diakibatkan fraktur.
(4)
Arthroscopy : didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma yang berlebihan.
(5)
Indium Imaging : pada pemerik pemeriksaan saan ini didapat didapatkan kan adanya adanya infeksi infeksi pada tulang.
(6)
K.
MRI : menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.
Asuhan Keperawatan 1)
Pengkajian Peng Pengka kaji jian an meru merupa paka kan n
taha tahap p
awal wal
dan dan
land landas asan an dala dalam m
prose roses s
keperaw keperawatan atan,, untuk untuk itu diperlu diperlukan kan kecerma kecermatan tan dan ketelitia ketelitian n tentang tentang masal masalahah-ma masa salah lah klien klien sehi sehing ngga ga dapa dapatt memb member erika ikan n arah arah terha terhadap dap tind tindak akan an
kepe kepera rawa wata tan. n.
Kebe Keberh rhas asil ilan an
pros proses es
kepe kepera rawa wata tan n
sang sangat at
bergantuang bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
1. Pengumpulan Data 1)
Anamnesa
a) Identitas Klien Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, dipakai, status status perkawin perkawinan, an, pendidik pendidikan, an, pekerja pekerjaan, an, asur asuran ansi si,, golo golong ngan an dara darah, h, no. no. regi regist ster er,, tang tangga gall MRS, MRS, diagnosa medis.
b)
Keluhan Utama Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:
(1)
Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi faktor presipitasi nyeri.
(2)
Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau atau
diga digamb mbar arka kan n
klie klien. n.
berdenyut, berdenyut, atau menusuk.
Apak Apakah ah
sepe sepert rtii
terb terbak akar ar,,
(3)
Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
(4)
Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan dirasakan klien, bisa berdasarkan berdasarkan skala nyeri nyeri atau klien meneran menerangkan gkan seberap seberapa a jauh jauh rasa rasa sakit sakit mempeng mempengaruh aruhii kemampuan fungsinya.
(5)
Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.
c) Riwayat Penyakit Sekarang Pengumpulan Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari dari fraktu fraktur, r, yang yang nanti nantinya nya memb membant antu u dala dalam m memb membuat uat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terj terjad adin inya ya
peny penyak akit it
ters terseb ebut ut
sehi sehing ngga ga
nant nantin inya ya
bis bisa
ditentuk ditentukan an kekuata kekuatan n yang yang terjadi terjadi dan bagian bagian tubuh tubuh mana mana yang terkena terkena.. Selain Selain itu, dengan dengan mengeta mengetahui hui mekanis mekanisme me terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995).
d) Riwayat Penyakit Dahulu Pada Pada peng pengkaj kajian ian ini ini ditem ditemuka ukan n kemu kemung ngkin kinan an penye penyeba bab b fraktur dan memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan akan
menya menyamb mbun ung. g.
Penya Penyakit kit-pe -penya nyakit kit
terten tertentu tu
sepe seperti rti
kanke kankerr tulang tulang dan dan penya penyaki kitt page paget’s t’s yang yang menye menyeba babka bkan n fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung. menyambung. Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sangat beresiko terj terjad adin inya ya oste osteom omye yeli liti tis s akut akut maup maupun un kron kronik ik dan dan juga juga diabetes menghambat proses penyembuhan tulang.
e) Riwayat Penyakit Keluarga Penya Penyakit kit kelu keluarg arga a yang yang berh berhubu ubung ngan an deng dengan an penya penyakit kit tulang tulang merupak merupakan an salah salah satu faktor faktor predisp predisposisi osisi terjadiny terjadinya a fraktur, fraktur, seperti seperti diabete diabetes, s, osteopor osteoporosis osis yang yang sering sering terjadi terjadi pada pada
bebe bebera rapa pa
ketu keturu runa nan, n,
dan dan
cenderung diturunkan secara genetic.
f)
Riwayat Psikososial
kank kanker er
tula tulang ng
yang yang
Merup Merupaka akan n respo respons ns emosi emosi klie klien n terha terhadap dap peny penyaki akitt yang yang dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta serta respon respon atau atau pengar pengaruhny uhnya a dalam dalam kehidup kehidupan an seharisehariharinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
g) Pola-Pola Fungsi Kesehatan (1) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat Pada Pada kasus kasus fraktur fraktur akan akan timbul timbul ketidaka ketidakadeku dekutan tan akan akan terjadinya kecacatan pada dirinya dan harus menjalani penatal talaksanaan
kesehatan tan
untuk
membantu
penye penyemb mbuh uhan an tula tulang ngnya nya.. Selai Selain n itu, itu, peng pengkaj kajian ian juga juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid steroid yang yang dapat dapat mengga menggangg nggu u metaboli metabolisme sme kalsium kalsium,, peng pengko kons nsum umsi sian an
alko alkoho holl
yang yang
bisa bisa
meng mengga gang nggu gu
keseimbangannya keseimbangannya dan apakah klien melakukan olahraga olahraga atau tidak.
(2) Pola Nutrisi dan Metabolisme Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutu kebutuhan han seha sehariri-ha harin rinya ya sepe seperti rti kalsi kalsium um,, zat zat besi, besi, prot protei ein, n, vit. vit. C dan dan lain lainny nya a untu untuk k memb memban antu tu pros proses es penyembuhan penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa bisa
memb memban antu tu
mene menent ntuk ukan an
pen penyeba yebab b
masal asalah ah
musku muskulos loske kelet letal al dan meng mengan antis tisipa ipasi si komp komplik likasi asi dari dari nutrisi yang tidak adekuat terutama kalsium atau protein dan dan terpa terpapa parr sina sinarr matah matahar arii yang yang kuran kurang g merup merupaka akan n faktor faktor predispo predisposisi sisi masalah masalah muskulo muskuloskel skeletal etal terutama terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas juga menghambat degenerasi dan mobilitas klien.
(3) Pola Eliminasi Untu Untuk k kasu kasus s frak fraktu turr tida tidak k ada ada gang ganggu guan an pada pada pola pola eliminasi, eliminasi, tapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.
(4) Pola Tidur dan Istirahat
Semua Semua klie klien n fraktu frakturr timbu timbull rasa rasa nyer nyeri, i, keter keterbat batasa asan n gerak gerak,, sehi sehingg ngga a hal hal ini ini dapat dapat mengg menggang anggu gu pola pola dan kebu kebutu tuha han n
tidu tidurr
klie klien. n. Sela Selain in itu itu
juga juga,,
peng pengka kaji jian an
dilaksanakan dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan, lingkungan, kebiasa kebiasaan an tidur, tidur, dan kesulita kesulitan n tidur tidur serta serta penggu penggunaan naan obat tidur.
(5) Pola Aktivitas Kare Karena na timb timbul ulny nya a nyer nyeri, i, kete keterb rbat atas asan an gera gerak, k, maka maka semua semua bentu bentuk k kegiat kegiatan an klien klien menja menjadi di berku berkuran rang g dan dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain lain yang yang perl perlu u dika dikaji ji adal adalah ah bent bentuk uk akti aktivi vita tas s klie klien n terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk pekerja pekerjaan an beresik beresiko o untuk untuk terjadin terjadinya ya fraktur fraktur dibandin dibanding g pekerjaan yang lain.
(6) Pola Hubungan dan Peran Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena klien harus menjalani rawat inap.
(7) Pola Persepsi dan Konsep Diri Damp Dampak ak yang yang timb timbul ul pada pada klie klien n frak fraktu turr yait yaitu u timb timbul ul ketida ketidaku kutan tan akan akan keca kecacat catan an akib akibat at fraktu frakturny rnya, a, rasa rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara secara optimal, optimal, dan pandang pandangan an terhadap terhadap dirinya dirinya yang salah (gangguan body image).
(8) Pola Sensori dan Kognitif Pada Pada klien klien fraktu frakturr daya daya raba rabanya nya berku berkuran rang g teruta terutama ma pada bagian distal fraktur, sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan.begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat fraktur.
(9) Pola Reproduksi Seksual Dampa ampak k pada pada klien lien frak fraktu turr yait yaitu u, klie klien n tida tidak k bisa isa melakuk melakukan an hubung hubungan an seksual seksual karena karena harus harus menjala menjalani ni rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang
dial dialam amii
klie klien n.
Sela Selain in itu itu
perkawinannya
juga juga,,
termasuk
perl perlu u
jumlah
dika dikaji ji stat status us anak,
lama
perkawinannya. 10) Pola Penanggulang Penanggulangan an Stress Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, dirinya, yaitu ketidakuatan timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif. 11) Pola Tata Nilai Nilai dan Keyakinan Keyakinan Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan berib eriba adah dah
dengan
baik
teru teruta tam ma
freku rekue ensi
dan
konsent konsentrasi. rasi. Hal ini bisa disebabk disebabkan an karena karena nyeri nyeri dan keterbatasan gerak klien.
2)
Pemeriksaan Fisik
Dibagi agi
menja njadi
gener eneral alis isat ata) a)
dua,
untu untuk k
yaitu
pemeriksa iksaa an
mend mendap apat atka kan n
umum
gamba ambara ran n
(sta (statu tus s
umum umum
dan dan
peme pemeri riks ksaa aan n sete setemp mpat at (lok (lokal alis is). ). Hal Hal ini ini perl perlu u untu untuk k dapa dapatt melaksa melaksanaka nakan n total total care karena karena ada kecende kecenderung rungan an dimana dimana spesial spesialisas isasii hanya hanya memperl memperlihatk ihatkan an daerah daerah yang yang lebih lebih sempit sempit tetapi lebih mendalam.
a) Gambaran Umum Perlu menyebutkan: (1) Keadaan Keadaan umum: umum: baik baik atau atau burukny buruknya a yang yang dicatat dicatat adalah adalah tanda-tanda, seperti: (a) Kesadara Kesadaran n penderi penderita: ta: apatis, sopor, sopor, koma, koma, gelisah gelisah,, komposmentis tergantung pada keadaan klien. (b) (b) Kesak Kesakita itan, n, keada keadaan an penya penyaki kit: t: akut, akut, kroni kronik, k, ringa ringan, n, sedang, sedang, berat dan pada kasus fraktur biasanya akut. (c) Tanda-tan Tanda-tanda da vital tidak normal normal karena karena ada ganggu gangguan an baik fungsi maupun bentuk. (2) Secara sistemik dari kepala kepala sampai sampai kelamin kelamin (a) (a) Siste Sistem m Integ Integume umen n Terd Terdap apat at eryt erytem ema, a, suhu suhu seki sekita tarr daer daerah ah trau trauma ma meningkat, meningkat, bengkak, bengkak, oedema, nyeri tekan.
(b) (b) Kepa Kepala la Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri kepala. (c) Leher Tida Tidak k ada ada gangg anggua uan n
yait yaitu u
sime simetr tris is,,
tida tidak k
ada
penonjolan, reflek menelan ada. (d) Muka Wajah Wajah terli terliha hatt menah menahan an sakit sakit,, lain-l lain-lain ain tidak tidak ada ada perub perubaha ahan n fungs fungsii maup maupun un bentu bentuk. k. Tak Tak ada ada lesi, lesi, simetris, tak oedema. oedema. (e) (e) Mata Tidak ada gangguan seperti konjungtiva konjungtiva tidak anemis (karena tidak terjadi perdarahan) (f) Telinga Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan. (g) (g) Hidun idung g Tidak Tidak ada ada defor deformi mitas tas,, tak ada ada pern pernafa afasan san cupin cuping g hidung. (h) (h) Mulut Mulut dan dan Faring Faring Tak Tak
ada pemb pembes esar aran an tons tonsil il,,
gusi usi
tida tidak k terj terjad adii
perdarahan, perdarahan, mukosa mulut tidak pucat. (i) Thoraks Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris. (j) Paru (1) (1) Insp Inspek eksi si Perna Pernafas fasan an menin meningk gkat, at, regule regulerr atau atau tidak tidaknya nya terga tergantu ntung ng pada pada riwa riwayat yat penya penyakit kit klien klien yang yang berhubungan dengan paru. (2) (2) Palp Palpas asii Perge Pergerak rakan an sama sama atau atau sime simetri tris, s, fermit fermitus us raba raba sama. (3) (3) Perk Perkus usii
Suara Suara ketok ketok sonor sonor,, tak tak ada ada erdu erdup p atau atau suara suara tambahan lainnya. (4) (4) Ausku Auskulta ltasi si Suar Suara a nafa nafas s norm normal al,, tak tak ada ada whee wheezi zing ng,, atau atau suar suara a tamb tambah ahan an lain lainny nya a sepe sepert rtii
stri strido dorr dan dan
ronchi. (k) (k) Jant Jantun ung g (1) (1) Insp Inspek eksi si Tidak tampak iktus jantung. (2) (2) Palp Palpas asii Nadi meningkat, meningkat, iktus tidak teraba. (3) Ausku Auskulta ltasi si Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur. (l) Abdomen (1) (1) Insp Inspek eksi si Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. (2) (2) Palp Palpas asii Tugor Tugor baik, baik, tidak tidak ada defands muskuler, muskuler, hepar hepar tidak teraba. (3) (3) Perk Perkus usii Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan. (4) (4) Ausku Auskulta ltasi si Peristaltik usus normal
±
20 kali/menit.
(m) Inguinal-Genetalia-Anu Inguinal-Genetalia-Anus s Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, lymphe, tak ada kesulitan BAB.
b) Keadaan Lokal Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutama mengenai status neurovaskuler. neurovaskuler. Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal adalah: (1) Look Look (inspe (inspeksi ksi)) Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain: (a) (a) Cict Cictri riks ks (jar (jarin inga gan n paru parutt baik baik yang yang alam alamii maup maupun un buatan seperti bekas operasi). (b) (b) Fist Fistul ulae ae..
(c) (c) Warn Warna a
keme kemera raha han n
atau atau
kebi kebiru ruan an
(liv (livid ide e)
atau atau
hyperpigmentasi. (d) (d) Benj Benjola olan, n, pembe pembeng ngkak kakan, an, atau atau cekun cekunga gan n deng dengan an hal-hal yang tidak biasa (abnormal). (e) Posisi dan dan bentuk bentuk dari ekstrimitas (deformitas) (deformitas) (f) Posisi Posisi jalan jalan (gait, (gait, waktu waktu masuk masuk ke kamar kamar periks periksa) a) (2) Feel Feel (pal (palpas pasi) i) Pada waktu akan palpasi, palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki mulai dari posisi netral (posisi anatomi). Pada dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang memberikan informasi dua arah, baik pemeriksa maupun klien. Yang perlu dicatat adalah: (a) (a) Peru Peruba baha han n suh suhu dise diseki kita tarr trau trauma ma (ha (hangat ngat)) dan dan kelembaban kulit. (b) (b) Apab Apabil ila a
ada
pembe embeng ngka kaka kan, n,
apaka pakah h
terd terdap apat at
fluktuasi atau oedema terutama disekitar persendian. (c) (c) Nyer Nyerii
teka tekan n
(te (tender nderne ness ss), ),
krep repitas itasi, i, cata catatt
leta letak k
kelainan (1/3 proksimal,tengah, atau distal). Otot Otot:: tonu tonus s
pada pada wakt waktu u rela relaks ksas asii atau atau kont konttr trak aksi si,,
benjolan yang terdapat di permukaan atau melekat pada tulang. tulang. Selain Selain itu juga juga diperik diperiksa sa status status neurovas neurovaskule kuler. r. Apabila
ada
benjolan, benjolan,
dide didesk skri rips psik ikan an
maka
sifat
perm permuk ukaa aann nnya ya,,
benjolan benjolan
perlu
kons konsis iste tens nsin inya ya,,
pergerakan pergerakan terhadap terhadap dasar dasar atau permukaannya, permukaannya, nyeri nyeri atau tidak, dan ukurannya. ukurannya.
(3) Move (pergerakan terutama lingkup gerak) Sete Setela lah h
melak elakuk ukan an
peme pemeri riks ksaa aan n
feel feel,,
kemu kemudi dian an
diteruskan dengan menggerakan ekstrimitas dan dicatat apak apakah ah
terd terdap apat at
Pencat ncata atan tan meng mengev eval alua uasi si
kelu keluha han n
ling ingkup kup
gerak rak
kead keadaa aan n
nyer nyerii ini
sebe sebelu lum m
pada pada perlu, lu, dan dan
perg perger erak akan an.. agar
dapat
sesu sesuda dahn hnya ya..
Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat, dari tiap arah arah perg pergera erakan kan mulai mulai dari dari titik titik 0 (posi (posisi si netra netral) l) atau atau dalam dalam ukura ukuran n metri metrik. k. Peme Pemerik riksaa saan n ini ini menen menentuk tukan an
apaka apakah h ada ada gangg gangguan uan gerak gerak (mob (mobili ilitas tas)) atau atau tidak tidak.. Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif dan pasif.
2)
Diagn iagnos osa a Ke Kepera perawa wata tan n Pre Operasi a.
Nyer Nyerii berh berhub ubun unga gan n deng dengan an frak fraktu turr tula tulang ng,, spas spasme me otot otot,, edem edema, a, kerusakan jaringan lunak
b.
Gangguan
mobilitas
fisik
berhubungan
dengan
nyeri/ketidaknyamanan nyeri/ketidaknyamanan,, imobilisasi imobilisasi
c.
Resik Resiko o kerus kerusaka akan n integ integrit ritas as kulit kulit/ja /jarin ringa gan n berhu berhubun bunga gan n deng dengan an imobilisasi, imobilisasi, penurunan penurunan sirkulasi, fraktur terbuka
d.
Ansie Ansietas tas berhubu berhubung ngan an deng dengan an prosed prosedur ur tinda tindakan kan pembe pembedah dahan an dan dan hasil akhir pembedahan
e.
Resiko Resiko infeksi infeksi berhubu berhubunga ngan n dengan dengan tidak tidak adekuatn adekuatnya ya pertahan pertahanan an primer, kerusakan kulit, trauma jaringan
Post Operasi 2.
Nyeri Nyeri berh berhubu ubung ngan an denga dengan n diskon diskontin tinuit uitas as tulang tulang
3.
Risiko Risiko cede cedera ra berhub berhubung ungan an dengan dengan gangg gangguan uan integr integritas itas tulan tulang. g.
4.
Keru Kerusa saka kan n mobi mobili lita tas s fisi fisik k berh berhub ubun unga gan n deng dengan an keru kerusa saka kan n rang rangka ka neuromuskuler neuromuskuler nyeri, terapi neftriktif (imobilisasi). (imobilisasi).
5.
Keru Kerusa saka kan n inte integr grit itas as kuli kulitt berh berhub ubun unga gan n deng dengan an frak fraktu turr terb terbuk uka, a, pemasangan pemasangan traksi (pen, kawat, skrup).
6.
Risi Risiko ko infek infeksi si berh berhubu ubunga ngan n deng dengan an ketid ketidak akad adeku ekuata atan n perta pertaha hanan nan primer (kerusakan kulit trauma, jaringan lunak, prosedur ibvasif/traksi tulang).
7.
Perubah Perubahan an perfusi perfusi jaring jaringan an perifer perifer berhub berhubung ungan an dengan dengan perdara perdarahan han..
8.
Gangg Gangguan uan pertu pertukar karan an gas gas b/d perub perubaha ahan n alira aliran n darah darah,, embol emboli, i, perub perubah ahan an
memb membran ran alveo alveola lar/k r/kap apile ilerr
(inter (intersti stisia sial, l,
edem edema a
paru paru,,
kongesti). 9.
Kura Kurang ng peng penget etah ahua uan n tent tentan ang g kond kondis isi, i, prog progno nosi sis s dan dan kebu kebutu tuha han n pengob pengobatan atan b/d kurang kurang terpajan terpajan atau salah salah interpre interpretasi tasi terhadap terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.
3)
Rencan ncana a Ke Kepera perawa wata tan n a.
Risi isiko ce cedera dera b/d b/d gangg ngguan uan inte integ gritas itas tu tulan lang
INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Pertahankan tira irah baring ing dan imobilisasi sesuai indikasi.
RASIONAL Meningkatkan stabilitas, meminimalkan gangguan akibat perubahan posisi.
2. Bila Bila terp terpas asan ang g gips gips/b /beb ebat, at, soko sokong ng fraktur dengan bantal atau gulungan selim selimut ut untu untuk k memp memper erta taha hank nkan an posisi yang netral. 3. Evaluasi Evaluasi pemb pembebat ebat terhadap terhadap resolusi resolusi edema.
Mencegah gerakan yang tak perlu akibat perubahan posisi.
4. Bila Bila terp terpas asan ang g trak traksi, si, pert pertah ahan anka kan n posisi traksi (Buck, Dunlop, Pearson, Russel) 5. Yakin Yakinkan kan semu semua a klem, klem, katrol katrol dan tali tali berfungsi baik. 6. Pertah tahankan int integrita itas fiks iksasi eksternal.
7. Kolabora Kolaborasi si pelaksa pelaksanaan naan kontrol kontrol foto. foto.
b.
Penilaian kembali pembebat perlu dilakukan seiring dengan berkurangnya berkurangnya edema Traksi memungkinkan tarikan pada aksis panjang fraktur tulang dan mengatasi tegangan otot untuk mempercepat mempercepat reunifikasi fragmen tulang Menghindari Menghindari iterupsi penyambungan penyambungan fraktur. Keketatan kurang atau berlebihan dari traksi eksternal (Hoffman) mengubah tegangan traksi dan mengakibatkan kesalahan posisi. Menilai proses penyembuhan tulang.
Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema,
cedera jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas. stress/ansietas.
1.
2. 3. 4.
5.
6.
7.
INTERVENSI KEPERAWATAN Pert Pertah ahan anka kan n imob imobil ilas asas asii bagi bagian an yang sakit dengan tirah baring, gips, bebat dan atau traksi Tinggi Tinggikan kan posisi posisi ekstre ekstremita mitas s yang yang terkena. Laku Lakuka kan n dan dan awas awasii latih latihan an gera gerak k pasif/aktif. Lakukan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan (masase, perubahan posisi) Ajarkan penggunaan teknik mana manaje jeme men n nyer nyerii (lat (latih ihan an napa napas s dala dalam, m, imaj imajin inas asii visua visual, l, aktiv aktivita itas s dipersional) Laku Lakuka kan n komp kompre res s ding dingin in sela selama ma fase fase akut akut (24(24-48 48 jam jam pert pertam ama) a) sesuai keperluan. Kola Kolabo bora rasi si pem pemberi berian an anal analge geti tik k
RASIONAL Mengurangi nyeri dan mencegah malformasi. Meningkatkan aliran balik vena, mengurangi mengurangi edema/nyeri. Mempertahankan Mempertahankan kekuatan otot dan meningkatkan sirkulasi vaskuler. Meningkatkan sirkulasi umum, menurunakan menurunakan area tekanan lokal dan kelelahan otot. Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, meningkatkan kontrol terhadap nyeri yang mungkin berlangsung lama. Menurunkan edema dan mengurangi rasa nyeri. Menurunkan Menurunkan nyeri melalui mekanisme
sesuai indikasi.
8. Evalu valua asi kelu keluh han nyeri yeri (ska skala, la, petu petunj njuk uk verb verbal al dan dan non non verv verval al,, perubahan perubahan tanda-tanda vit al)
c.
penghambatan penghambatan rangsang nyeri baik secara sentral maupun perifer. Menilai erkembangan masalah klien.
Risi Risiko ko dis disfu fung ngsi si neu neuro rova vask skul uler er per perif ifer er b/d b/d pen penur urun unan an ali alira ran n dar darah ah
(cedera vaskuler, edema, pembentukan trombus) INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Doron rong klie klien n untuk tuk seca ecara ruti rutin n melak melakuka ukan n latiha latihan n meng mengger gerakka akkan n jari/send jari/sendii distal cedera. cedera.
RASIONAL Meningkatkan sirkulasi darah dan mencegah kekakuan sendi.
2. Hind Hindar arka kan n rest restrik riksi si sirku sirkula lasi si akib akibat at teka tekana nan n beba bebat/s t/spa palk lk yang yang terla terlalu lu ketat.
Mencegah stasis vena dan sebagai petunjuk perlunya penyesuaian keketatan bebat/spalk.
3. Pertah Pertahan ankan kan letak tinggi tinggi ekstre ekstremit mitas as yang cedera kecuali ada kont kontra rain indi dika kasi si adan adanya ya sindr sindrom oma a kompartemen.
Meningkatkan drainase vena dan menurunkan edema kecuali pada adanya keadaan hambatan aliran arteri yang menyebabkan menyebabkan penurunan penurunan perfusi.
4. Berika Berikan n obat obat antikoa antikoagu gulan lan (warfarin (warfarin)) bila diperlukan.
Mungkin diberikan sebagai upaya profilaktik untuk menurunkan trombus trombus vena.
5. Pant Pantau au kual kualita itas s nadi nadi perif perifer er,, alira aliran n kapiler, warna kulit dan kehangatan kuli kulitt dista istall cede cedera ra,, bandi anding ngka kan n dengan sisi yang normal.
Mengevaluasi perkembangan masalah klien dan perlunya intervensi sesuai keadaan klien.
d.
Gangg ngguan uan pertu rtukara aran gas b/d peru peruba bah han alir alira an dar darah, emboli, oli,
perubahan perubahan membran alveolar/kapiler alveolar/kapiler (interstisial, edema paru, kongesti) INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Inst Instru ruks ksik ikan an/b /ban antu tu lati latiha han n napa napas s dalam dan latihan batuk efektif.
RASIONAL Meningkatkan ventilasi alveolar dan perfusi.
2. Laku Lakuka kan n dan dan ajar ajarka kan n peru peruba baha han n posis posisii yang yang aman aman sesua sesuaii keada keadaan an klien. 3. Kolaborasi pemberian obat antikoagulan (warvarin, heparin) dan
Reposisi meningkatkan drainase sekret dan menurunkan kongesti paru. Mencegah terjadinya pembekuan darah pada keadaan tromboemboli.
kortikosteroid sesuai indikasi.
Kortikosteroid telah menunjukkan keberhasilan untuk mencegah/mengatasi mencegah/mengatasi emboli lemak.
4. Analisa Analisa pemeriks pemeriksaan aan gas gas darah, darah, Hb, Hb, kalsium, LED, lemak dan trombosit
Penurunan PaO2 dan peningkatan PCO2 menunjukkan gangguan pertukaran gas; anemia, hipokalsemia, peningkatan LED dan kadar lipase, lemak darah dan penurunan penurunan trombosit sering berhubungan berhubungan dengan emboli lemak. Adanya Adanya takipnea, takipnea, dispn dispnea ea dan perubaha perubahan n 5. Evalua Evaluasi si frekue frekuens nsii perna pernapas pasan an dan mental merupakan tanda dini insufisiensi upaya bernapas, perhatikan adanya pernapasan, pernapasan, mungkin menunjukkan strido stridor, r, pengg penggun unaan aan otot otot akseso aksesori ri terjadinya emboli paru tahap awal. pern pernapa apasan san,, retrak retraksi si sela sela iga dan sianosis sentral.
e.
Gang Gangg guan uan mobil mobilit itas as fisi fisik k b/d b/d kerus kerusak akan an rang rangka ka neu neuromu romusk skul uler er,,
nyeri, terapi restriktif (imobilisasi) INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Pert Pertah ahan anka kan n pela pelaks ksan anaa aan n aktiv aktivita itas s rekr rekrea easi si tera terape peuti utik k (rad (radio io,, kora koran, n, kunjunga kunjungan n teman/kelu teman/keluarga arga)) sesuai sesuai keadaan klien.
RASIONAL Memfokuskan perhatian, meningkatakan rasa kontrol diri/harga diri, membantu membantu menurunkan menurunkan isolasi sosial.
Meningkatkan sirkulasi darah 2. Bantu Bantu latihan latihan rentan rentang g gerak gerak pasif pasif aktif muskuloskeletal, mempertahankan tonus pada ekstremitas yang sakit maupun otot, mempertahakan gerak sendi, yang sehat sesuai keadaan klien. mencegah kontraktur/atrofi dan mencegah reabsorbs reabsorbsii kalsium karena imobilisasi. 3. Berika rikan n papan apan penyan yangga gga kaki kaki,, gulun gulungan gan trokan trokanter ter/tan /tangan gan sesua sesuaii indikasi. 4. Ban Bantu dan dan doro dorong ng pera perawa wata tan n diri diri (keb kebersih rsihan an/e /eli lim minas inasi) i) sesu sesua ai keadaan klien.
Mempertahankan Mempertahankan posis fungsional ekstremitas. Meningkatkan kemandirian klien dalam perawatan diri sesuai kondisi keterbatasan klien.
5. Ubah Ubah posis posisii seca secara ra perio periodi dik k sesu sesuai ai keadaan klien.
Menurunkan Menurunkan insiden komplikasi kulit dan pernapasan (dekubitus, (dekubitus, atelektasis, penumonia)
6. Doron Dorong/p g/perta ertahan hankan kan asupan asupan cairan cairan 2000-3000 ml/hari.
Mempertahankan Mempertahankan hidrasi adekuat, mencegah komplikasi urinarius dan konstipasi. Kalori dan protein yang cukup diperlukan untuk proses penyembuhan dan mempertahankan fungsi fisiologis tubuh.
7. Berika Berikan n diet diet TKTP. TKTP.
8. Kola Kolabo bora rasi si pela pelaks ksan anaa aan n sesuai indikasi.
fisio fisiote tera rapi pi
Kerjasama dengan fisioterapis perlu untuk menyusun program aktivitas fisik secara individual. Menilai perkembangan masalah klien.
9. Evaluasi Evaluasi kemam kemampua puan n mobilisasi mobilisasi klien dan program imobilisasi.
f.
Gang Gangg guan uan inte integr grit itas as kul kulit it b/d b/d fra frakt ktur ur ter terbu buka ka,, pema pemasa sang ngan an trak traksi si
(pen, kawat, sekrup) INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Perta ertaha han nkan kan tem tempat tid tidur yan yang nyaman nyaman dan aman (kering, (kering, bersih, bersih, alat tenun kencang, bantalan bawah siku, tumit). 2. Masase kuli kulitt terutam tama daerah penon penonjol jolan an tulan tulang g dan area area distal distal bebat/gips.
RASIONAL Menurunkan Menurunkan risiko kerusakan/abrasi kerusakan/abrasi kulit yang lebih luas.
Meningkatkan sirkulasi perifer dan meningkatkan kelemasan kulit dan otot terhadap tekanan yang relatif konstan pada imobilisasi.
3. Lindu Lindungi ngi kulit kulit dan gips gips pada daera daerah h Mencegah gangguan gangguan integritas kulit dan perianal jaringan jaringan akiba akibatt kontamina kontaminasi si fekal. fekal. 4. Observas Observasii keadaan keadaan kulit, peneka penekanan nan gips/b gips/beba ebatt terhad terhadap ap kulit, kulit, insers insersii pen/traksi.
g.
Menilai perkembangan masalah klien.
Risi Risiko ko inf infek eksi si b/d b/d ket ketid idak akad adek ekua uata tan n pert pertah ahan anan an pri prime merr (ker (kerus usak akan an
kulit, taruma jaringan lunak, prosedur prosedur invasif/traksi invasif/traksi tulang) INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Laku Lakuka kan n pera perawa watan tan pen ster steril il dan dan perawatan luka sesuai protokol
RASIONAL Mencegah infeksi sekunderdan mempercepat penyembuhan luka.
2. Ajarkan Ajarkan klien klien untuk untuk memp mempertaha ertahankan nkan Meminimalkan kontaminasi. sterilitas insersi pen. 3. Kolabora Kolaborasi si pemberia pemberian n antibiotika antibiotika dan toksoid tetanus sesuai indikasi. Antibiotika Antibiotika spektrum spektrum luas luas atau atau spesifik spesifik dapat digunakan secara profilaksis, mencegah atau mengatasi infeksi. Toksoid tetanus untuk mencegah infeksi
4. Analisa hasil pemeriksaan laboratorium (Hitung darah lengkap, LED, Kultur dan sensitiv tivitas luka/serum/tulang)
Observasi tanda-tanda tanda-tanda vital dan tandatanda peradangan lokal pada luka.
h.
tetanus. Leukositosis biasanya terjadi pada proses infeksi, anemia dan peningkatan LED dapat terjadi pada osteomielitis. Kultur untuk mengidentifikasi organisme penyebab infeksi. Mengevaluasi perkembangan masalah klien.
Kurang Kurang pengeta pengetahua huan n tentang tentang kondisi kondisi,, prognosi prognosis s dan kebutuha kebutuhan n
peng pengob obat atan an b/d b/d kura kurang ng terp terpaj ajan an atau atau sala salah h inte interp rpre reta tasi si terh terhad adap ap informasi, informasi, keterbatasan keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya akurat/lengkapnya informasi yang ada. INTERVENSI KEPERAWATAN Kaji kesiapan klien mengikuti program pembelajaran.
iskusikan metode mobilitas dan ambulasi sesuai program terapi fisik.
RASIONAL Efektivitas proses pemeblajaran dipengaruhi dipengaruhi oleh kesiapan k esiapan fisik dan mental klien untuk mengikuti program pembelajaran. Meningkatkan partisipasi dan kemandirian klien dalam perencanaan perencanaan dan pelaksanaan program terapi fisik.
Ajarkan Ajarkan tanda/g tanda/gejala ejala klinis yang yang memerluka evaluasi medik (nyeri berat, demam, perubahan perubahan sensasi kulit distal cedera)
Meningkatkan kewaspadaan klien untuk mengenali tanda/gejala dini yang memerulukan intervensi lebih lanjut.
Persiapkan klien untuk mengikuti terapi pembedahan pembedahan bila diperlukan.
Upaya pembedahan mungkin diperlukan untuk mengatasi maslaha sesuai kondisi klien.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Carpenito (2000), (2000), Diagnos Diagnosa a Keperaw Keperawatan-A atan-Aplik plikasi asi pada pada Praktik Praktik Klinis Klinis,, Ed. 6, EGC, Jakarta. Doen Doenge ges, s, M.E. M.E.,, Marr Marry, y, F..M F..M and and Alic Alice, e, C.G. C.G.,, 2000 2000.. Rencana Rencana Asuhan Asuhan Keperawatan: Keperawatan: Pedoman Pedoman Untuk Perencanaan Perencanaan Dan Pendokumentasian Pendokumentasian Perawatan Pasien. Pasien . Jakarta, Penerbit Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hardjow Hardjowidjo idjoto, to, S. 1993. 1993. Anatomi Fisiologi Traktus Urogenital. Urogenital. Surabaya, Surabaya, Program Studi Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga / RSUD. dr. Soetomo. Long, B.C., 1996. Perawatan Medikal Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Pendekatan Proses Keperawatan. Keperawatan . Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran Kedokteran EGC. Price, Sylvia A,. 2005. Konsep Klinis Proses-proses penyakit. Edisi 6, Volume 2. Jakarta: EGC.
Smeltze. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah. EGC: Jakarta.