LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR TROCHSNTER FEMUR
A. Definisi Fraktur Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Carpenito 2013:43) Fraktur adalah patahnya kontinuitas tulang yang terjadi ketika tulang tidak mampu lagi menahan tekanan yang diberikan kepadanya. (Doenges, 2013:625). Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis. Fraktur femur adalah terputusnya hubungan kontinuitas di jaringan tulang pada bagian pangkal yang berhubungan dengan asetabolum membentuk kepala sandi yang disebut kaput femoris.
B. Etiologi Fraktur Menurut (Doenges, 2013:627) adapun penyebab fraktur antara lain: 1. Trauma Langsung Yaitu fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat ruda paksa misalnya benturan atau pukulan pada anterbrachi yang mengakibatkan fraktur 2. Trauma Tak Langsung Yaitu suatu trauma yang menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat kejadian kekerasan. 3. Fraktur Patologik Stuktur yang terjadi pada tulang yang abnormal(kongenital,peradangan, neuplastik dan metabolik).
C. Anatomi Fisiologi Femur Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan acetabulum bagian dari femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan kecil, trokhanter dan batang, bagian terjauh dari femur berakhir pada kedua kondilas. Kepala femur masuk acetabulum. Sendi panggul dikelilingi oleh kapsula fibrosa, ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral merupakan hal yang penting pada faktur hip. Suplai darah ke femur bervariasi menurut usia. Sumber utamanya arteri retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang batan g femur meluas menuju daerah tronkhanter dan bagian bawah b awah dari leher femur.
D. Patofisiologi Fraktur
E. Tanda dan Gejala Fraktur 1. Nyeri Terjadi karena adanya spasme otot tekanan dari patahan tulang atu kerusakan jaringan sekitarnya. 2. Bengkak Bengkak muncul dikarenakan cairan serosa yang terlokalisir pada daerah fraktur dan ekstravasi daerah jaringan sekitarnya. 3. Memar Terjadi karena adanya ekstravasi jaringan sekitar fraktur. 4. Mobilisasi abnormal Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian yang pada kondisi normalnya tidak terjadi pergerakan. 5. Krepitasi Merupakan rasa gemeretak yang terjadi saat tulang digerakkan. 6. Deformitas Abnormal posisi tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma dan pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, dan menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya. 7. Gangguan fungsi Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur,nyeri atau spasme otot, paralysis dapat terjadi karena kerusakan syaraf.
F. Pemeriksaan penunjang Fraktur 1. X.Ray dilakukan untuk melihat bentuk patahan atau keadaan tulang yang yang cedera. 2. Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans 3. CCT (Creatinine Clearance Clearance Test) kalau banyak kerusakan kerusakan otot. 4. Pemeriksaan Darah Lengkap
G. Klasifikasi Fraktur Femur Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu : 1. Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, pan ggul dan Melalui kepala femur (capital fraktur) a. Hanya di bawah kepala femur b. Melalui leher dari femur
2. Fraktur Ekstrakapsuler; a. Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter. b. Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah trokhanter trokhanter kecil.
H. Penatalaksanaan Fraktur a. Traksi Penyembuhan fraktur bertujuan mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin Metode Pemasangan traksi: Traksi Manual Tujuan : Perbaikan dislokasi, Mengurangi fraktur, Pada keadaan Emergency.
Dilakukan dengan menarik bagian tubuh. Traksi Mekanik Ada dua macam, yaitu : 1. Traksi Kulit Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya: otot. 2. Traksi kulit terbatas Untuk 4 minggu dan beban < 5 kg. Untuk anak-anak waktu beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi definitif, bila tidak diteruskan dengan pemasangan gips. 3.Traksi Skeletal Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal atau penjepit melalui tulang/jaringan metal. KEGUNAAN PEMASANGAN TRAKSI Traksi yang dipasang pada leher, di tungkai, lengan atau panggul, kegunaannya : 1. Mengurangi nyeri akibat spasme otot 2. Memperbaiki dan mencegah deformitas 3. Immobilisasi 4. Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi). 5. Mengencangkan pada perlekatannya. MACAM - MACAM TRAKSI 1. Traksi Panggul Disempurnakan dengan pemasangan sebuah ikat pinggang di atas untuk mengikat puncak iliaka. 2. Traksi Ekstension (Buck’s Extention) Lebih sederhana dari traksi kulit dengan menekan lurus satu kaki ke dua kaki. Digunakan untuk immibilisasi tungkai lengan untuk waktu yang singkat atau untuk mengurangi spasme otot. 3. Traksi Cervikal Digunakan untuk menahan kepala extensi pada keseleo, kejang dan spasme. Traksi ini biasa dipasang dengan halter kepala.
4. Traksi Russell’s Traksi ini digunakan untuk frakstur batang femur. Kadang-kadang juga digunakan untuk terapi nyeri punggung bagian bawah. Traksi kulit untuk skeletal yang biasa digunakan. Traksi ini dibuat sebuah bagian depan dan atas untuk menekan kaki dengan pemasangan vertikal pada lutut secara horisontal pada tibia atau fibula. 5. Traksi khusus untuk anak-anak Penderita tidur terlentang terlentang 1-2 jam, di bawah tuberositas tibia dibor dengan steinman pen, dipasang staples pada steiman pen. Paha ditopang dengan d engan thomas splint, sedang tungkai bawah ditopang atau Pearson attachment. Tarikan dipertahankan sampai 2 minggu atau lebih, sampai tulangnya membentuk callus yang cukup. Sementara itu otot-otot paha dapat dilatih secara aktif.
PEMBEDAHAN PENGERTIAN ORIF ORIF (Open Reduction Internal Fixation) adalah suatu bentuk pembedahan dengan pemasangan internal fiksasi pada tulang yang mengalami fraktur. Tujuan dari operasi ORIF untuk mempertahankan posisi fragmen tulang agar tetap menyatu dan tidak mengalami pergeseran. Internal fiksasi ini berupa Intra Medullary Nail biasanya digunakan untuk fraktur tulang panjang dengan tipe fraktur tranvers PENGERTIAN OREF OREF adalah reduksi terbuka dengan fiksasi internal di mana prinsipnya tulang ditransfiksasikan di atas dan di bawah fraktur , sekrup atau kawat ditransfiksi di bagian proksimal dan distal kemudian dihubungkan satu sama lain dengan suatu batang lain Fiksasi eksternal digunakan untuk mengobati fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak . Alat ini memberikan dukungan yang stabil untuk fraktur kominutif ( hancur atau remuk ) . Pin yang telah terpasang dijaga agar tetap terjaga posisinya , kemudian dikaitkan pada kerangkanya. Fiksasi ini memberikan rasa nyaman fragmen tulang.
bagi pasien yang mengalami kerusakan
I.
Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Riwayat Kesehatan Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan: a)
Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi
faktor presipitasi nyeri. b)
Quality of Pain: seperti apa ap a rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan di gambarkan
klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk. c)
Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi. d)
Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien,
bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya. e)
Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
pada malam hari atau siang hari. 2. Pemeriksaan fisik a.
Mengidentifikasi tipe fraktur
b. Inspeksi daerah mana yang terkena 1) Deformitas yang nampak jelas 2) Edema, ekimosis sekitar lokasi cedera 3) Laserasi 4) Perubahan warna kulit 5) Kehilangan fungsi daerah yang cidera c.
Palpasi Bengkak, adanya nyeri dan penyebaran Krepitasi Nadi, Nadi, dingin Observasi spasme otot sekitar daerah fraktur
3. Diagnosa keperawatan
a. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular di tandai dengan keterbatasan rentang gerak b. Kerusakan integritas kulit b.d adanya cedera fraktur terbuka Ditandai dengan adanya fraktu terbuka c. Resiko infeksi b.d pertahanan tubuh primer tidak adekuat ditandai dengan kerusakan integritas kulit.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth. 2015. Buku 2015. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3. vol.3. EGC. Jakarta Carpenito, LJ. 2011. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: . Jakarta: EGC Doengoes, M.E., 2010, Rencana 2010, Rencana Asuhan Keperawatan, Keperawatan, EGC, Jakarta. Nanda nic noc 2015