SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG PROGRAM STUDI S-I KEPERAWATAN 2010
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA GANGGUAN KEBUTUHAN MOBILISASI
A. Definisi
1.
Mobilisasi merupakan gerak yang beraturan, terorganisasi dan teratur.
2.
Mobilisasi adalah suatu kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah
dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktifitas guna mempertahankan kesehatannya. 3.
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas.
(Musrifatul Uliyah dan A. Aziz A. H., 200 8; 10) 4.
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas dan teratur
untuk memenuhi kebutuhan sehat menuju kemandirian dan mobilisasi yang mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas. (Perry dan Potter, 1 994) 5.
Sebagai suatu keadaan dimana ketika seseorang mengalami atau beresiko
mengalami keterbatasan gerak fisik. (America Nursing Diagnosis Association) (Nanda)
B. Jenis-Jenis Mobilitas
1.
Mobilitas penuh
Merupakan keadaan dimana kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi dari saraf motoris, volunter dan sensoris untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang. 2.
Mobilitas sebagian
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan yang jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Mobilisasi sebagian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu : a.
Mobilitas sebagian temporer merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversibel pada sistem muskulus skeletal seperti adanya duslokasi sendi dan tulang.
b. Mobilitas sebagian permanen merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya tetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang reversibel.
Contohnya : terjadinya hemiplegia karena stroke, praplegi karena cedera tulang belakang dan khusus untuk poliolemitis karena terganggunya sistem saraf motoris dan sensoris. (Musrifatul Uliyah dan A. Aziz A. H, 2008; 104) C. Etiologi
1. Gaya hidup 2. Proses penyakit/ cidera 3. Kebudayaan 4. Tingkat energi 5. Usia dan status perkembangan 6. Intoleransi aktifitas 7. Gangguan neuromuskuler 8. Gangguan muskulus D. Anatomi dan Patofisiologi
Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% BB dan otot menyusun kurang lebih 50%. Kesehatan dan baiknya sistem muskulus skeletal sangat tergantung pada sistem tubuh. Struktur tulang memberikan perlindungan terhadap organ vital termasuk otak, jantung dan paru-paru. Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat untuk menyangga struktur tubuh otot yang melekat ke tulang memungkinkan tubuh bergerak. Sistem muskulus skeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot (muskula) dan tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet) Otot adalah fungsi tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik. E. Tanda dan Gejala
1. Kontraktur sendi Disebabkan karena tidak digunakan atrofi dan pendekatan saraf otot. 2. Perubahan eliminasi urine Eliminasi urine pasien berubah karena adanya imobilisasi pada posisi tegak lurus, urine mengalir keluar dari pelvis ginjal lalu masuk ke dalam ureter dan kandung kemih akibat gaya gravitasi. 3. Perubahan sistem integumen Dekubitus terjadi akibat iskemia dan anoreksia jaringan. Jaringan yang tertekan, darah membentuk dan kontriksi kuat pada pembuluh darah akibat tekanan persistem pada kulit dan struktur di bawah kulit sehingga respirasi selular terganggu dan sel menjad i mati. 4. Perubahan metabolik
Ketika cidera atau stres terjadi, sistem endokrin memicu serangkaian respon yang bertujuan untuk mempertahankan tekanan darah dan memelihara hidup. 5. Perubahan sistem muskulus skeletal Keterbatasan mobilisasi mempengaruhi otot klien melalui kehilangan daya tahan, penurunan massa otot atrofi dan penurunan stabilitas. 6. Perubahan pada sistem respiratori Klien dengan pasca operasi dan imobilisasi beresiko tinggi mengalami komplikasi pada paru paru. F. Manfaat Mobilisasi
1. Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation 2. Mengurangi rasa sakit dengan demikian pasien merasa sehat 3. Membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula 4. Mobilisasi memungkinkan kita mengajarkan segera untuk pasien agar dapat merawat dirinya 5. Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli 6. Memelihara fleksibilitas dari tulang dan sendi juga meningkatkan kekuatan otot G. Dampak Dari Mobilisasi
1. Status gizi yang kurang baik 2. Kesulitan dalam memperbaiki kemampuan mobilisasi 3. Ketidaknyamanan dalam latihan pasif dan aktif 4. Dalam mengalami kelumpuhan baik humplegi maupun praplegi 5. Dapat menyebabkan penurunan kesadaran 6. Infeksi saluran kemih 7. Sembelit 8. Infeksi paru 9. Gangguan aliran darah 10. Luka tekan sendi kaku H. Gejala Klinis/ Masalah-Masalah Mobilisasi
1. Penyakit sistem saraf 2. Distrofi otot 3. Tumor pada sistem syaraf pusat 4. Peningkatan pada intra kranial 5. Penyakit jaringan ikat
I.
Skala ADL (Acthyfiti Dayli Living)
0 : Pasien mampu berdiri 1 : Pasien memerlukan bantuan/ peralatan minimal 2 : Pasien memerlukan bantuan sedang/ dengan pengawasan 3 : Pasien memerlukan bantuan khusus dan memerlukan alat 4 : Tergantung secara total pada pemberian asuhan J. Kekuatan Otot/ Tonus Otot
0
: Otot sama sekali tidak bekerja
1 (10%)
: Tampak berkontraksi/ ada sakit gerakan tahanan sewaktu jatuh
2 (25%)
: Mampu menahan tegak tapi dengan sentuhan agak jauh
3 (50%)
: Dapat menggerakkan sendi dengan aktif untuk menahan berat
4 (75%)
: Dapat menggerakkan sendi dengan aktif untuk menahan berat dan melawan tekanan secara stimulan
5 (100%) : Normal K. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Mobilisasi
Biasanya melakukan pengkajian pada waktu sebelum mobilisasi dan setelah melakukan mobilisasi seperti tanda-tanda yang akan dikaji pada intoleransi aktifitas antara lain (Goldon, 1976) L. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X tulang Menggambarkan kepadatan tulang, tekstur dan perbuatan hubungan tulang. 2. Laboratorium Darah rutin, faktor pembekuan darah golongan darah crostet dan analisa. 3. Radiologis a.
Dua gambar, anterior posterior (AP) dan lateral
b. Memuat 2 sendi diroksimal dan distol fraktur c.
Memuat gambar foto 2 ekstremitas, yaitu ekstremitas yang kena cidera dan ekstremitas yang tidak terkena cidera (pada anak dilakukan 2 kali yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan)
M. Penatalaksanaan
1. Membantu pasien duduk di tempat tidur Tindakan ini merupakan salah satu cara mempertahankan kemampuan mobilitas pasien. Tujuan : a.
Mempertahankan kenyamanan
b. Mempertahankan toleransi terhadap aktifitas c.
Mempertahankan kenyamanan
2. Mengatur posisi pasien di tempat tidur a.
Posisi fowler adalah posisi pasien setengah duduk/ duduk Tujuan :
1) Mempertahankan kenyamanan 2) Menfasilitasi fungsi pernafasan b. Posisi sim adalah pasien terbaring miring baik ke kanan atau ke kiri Tujuan : 1) Melancarkan peredaran darah ke otak 2) Memberikan kenyamanan 3) Melakukan huknah 4) Memberikan obat peranus (inposutoria) 5) Melakukan pemeriksaan daerah anus c.
Posisi trelendang adalah menempatkan pasien di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah dari bagian kaki Tujuan : untuk melancarkan peredaran darah
d. Posisi dorsal recumbent adalah posisi pasien ditempatkan pada posisi terlentang dengan kedua lutut fleksi di atas tempat tidur Tujuan : 1) Perawatan daerah genetalia 2) Pemeriksaan genetalia 3) Posisi pada proses persalinan e.
Posisi litotomi adalah posisi pasien yang ditempatkan pada posisi terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan ditarik ke atas abdomen Tujuan :
1) Pemeriksaan genetalia 2) Proses persalinan 3) Pemasangan alat kontrasepsi f.
Posisi genu pectorat adalah posisi nungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian atas tempat tidur.
Memindahkan
pasien ke tempat tdiur/ ke kursi roda
Tujuan : 1) Melakukan otot skeletal untuk mencegah kontraktur 2) Mempertahankan kenyamanan pasien 3) Mempertahankan kontrol diri pasien
4) Memindahkan pasien untuk pemeriksaan Membantu
pasien berjalan
Tujuan : 1) Toleransi aktifitas 2) Mencegah terjadinya kontraktur sendi Mobilisasi Tidak mampu beraktifitas Tirah baring yang lama
Jantung mengala mi vasokont riksi
Ginjal
Gastro intestina l
Penurunan otot (atrofi)
Penump ukan sekret
Peruba han sistem intragu men kulit
Penyumb atan
Ketida k mamp uan diblad er
Ganggua n katabolis me
Perubahan sistem muskulus skeletal
Sulit
Kontrik
Suplai
Retens
Anoreks
Kehilangan daya tahan otot
Ganggua n fungsi paru paru
Jaringa n kulit yang terteka n
batuk
Ganggua n jalan nafas
si
aliran
pembul uh darah
tergangg u
i
ia
Sel kulit menjad i mati
Dekubi tus
Nitrogen tidak seimban g
Kelem ah-an otot
Stres terjadi Peningkatan asam lambung Nafsu makan menurun Gangguan sistem metabolic
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Aziz, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia, Jilid 2. Jakarta; Salemba Medika. Alimul Aziz, 2008. Kebutuhan Dasar Manusia, Edisi 2. Jakarta; Salemba Medika. Dujiastuti SN Suris. Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta. Potter dan Perri. Fundamental Keperawatan, Edisi 4. Jakarta; 2005.
Kemund uran infek defekasi
Konstipasi
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. “H” DENGAN DIAGNOSA MEDIS FRAKTUR FEMUR
SINESTRA DI PAVILIUN ASOKA RSU DAERAH JOMBANG
Disusun Oleh : MARIA SILVERA TAEL NIM : 2008.03.0184
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG
PROGRAM STUDI S-I KEPERAWATAN 2010
LAPORAN PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
1. Rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang disebabkan oleh trauma langsung kelelahan otot. Kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang/ osteoporosis. 2. Terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh roda paksa. Trauma yang menyebabkan dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung Misalnya : Benturan pada bagian kaki kiri sebelah kanan/ kiri yang menyebabkan patah tulang femur, tibia dan fibula. Keadaan ini dapat menyebabkan trauma tidak langsung. B. Fisiologi/ Anatomi
Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan acetabulum bagian dari femur terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan terkecil, trokhanter dan batang, bagian terjauh dari femur berakhir pada kedua kondilas. Kepala femur masuk acetabulum, sendi panggul dikelilingi oleh kapsula fibrosa, ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral merupakan hal yang penting pada fraktur hip. Suplai darah ke femur bervariasi tergantung usia. Sumber utamanya arteri retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari b atang femur meluas menuju daerah tronkhater dan bagian bawah dari leher femur. C. Klasifikasi
Ada 2 tipe fraktur femur yaitu : 1. Fraktur intra kapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan melalui kepala femur (capital fraktur)
a.
Hanya di bawah kepala femur
b. Melalui leher dari femur 2. Fraktur ekstra kapsuler a.
Terjadi di luar sendi dan kapsula, melalui tronkhater femur yang lebih besar/ lebih kecil pada daerah intertronkhater
b. Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah tronkhater kecil D. Patofisiologi
1. Penyebab fraktur adalah trauma Faktor patologis : fraktur yang disebabkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa penyebab dari suatu proses. Misalnya : a.
Osteoporosis
b. Penyakit metabolik 2. Trauma dibagi menjadi 2 yaitu : a.
Trauma langsung : benturan pada tulang. Biasanya penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerah tronkheter mayor langsung terbentur dengan benda keras atau jalanan.
b. Trauma tidak langsung yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan. Misalnya jatuh dan terpeleset E. Tanda dan Gejala
1. Nyeri hebat di tempat fraktur 2. Tidak mampu menggerakkan ekstremitas bawah 3. Rotasi luar dari kaki lebih pendek 4. Diikuti tanda dan gejala fraktur secara umum seperti fungsi berubah, bengkak, kripitasi, spesis pada fraktur terbuka, deformitas. F. Penatalaksanaan
1. X Ray 2. Bone scane, tomogram, MRI scans 3. Anteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskular 4. CCT kalu banyak mengalami kerusakan otot 5. Pemasangan traksi 6. Pemasangan gips 7. Tindakan operatif
G. Etiologi
1. Trauma langsung : Benturan pada tulang/ di tempat dimana bagian tersebut mendapatkan roda paksa. 2. Trauma yang tidak langsung/ indirect trauma titik benturan dan fraktur berjauhan 3. Trauma ringan juga dapat menyebabkan fraktur bila tulang itu sendiri rapuh. Hal ini disebut fraktur patologis.
Patofisiologi
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Silvia Price, 1935. Patofisiologi Konsep Klinik Propses-Proses Penyakit . Jakarta; EGC. Doenges Marlin E, 1989. Nursing Care Plan Guidelines For Planing Patient Edisi Ke-2. Philadelphia. F. A. Davids Company. Junadi Purnawan, 1982. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta.
FORMAT PENGKAJIAN
A. Data Demografi
1. Biodata Nama lengkap
: Tn. Tahal
Usia/ tanggal lahir
: 60 tahun/ 01 Juli 1960
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Rejoson Gedangan
Suku/bangsa
: Jawa/Indonesia
Status pernikahan
: Sudah kawin
Agama/keyakinan
: Islam
Pekerjaan/ sumber penghasilan : Pedagang Diagnosa medik
: Fraktur Femur Sinerstra
No. Medical Record
:
Tanggal masuk
: 15 Agustus 2010
Tanggal pengkajian
: 18 Agustus 2010
: Injeksi sefazolin 3x1 gram, infur RL 20x/menit, latihan fleksi dan ekstensi knee (sinestra) 2. Penanggung jawab Nama
: Sumiyah
Usia
: 54 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Pedagang
Hubungan dengan klien
: Istri
B. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada paha dan tidak bisa bergerak dengan bebas.
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang Pasien mengatakan pada tanggal 15 Agustus 2010, jam 03.40 WIB ia berangkat ke saudaranya di kampung sebelah pada saat pasien menyeberang ke jalan sebelah tiba-tiba dirinya ditabrak sebuah sepeda motor di pahanya yang bagian kiri dan pada saat itu pasien tidak sadar lagi dan ketika pasien sadar dirinya sudah di UGD RSU Jombang pada jam 04.45 WIB. Setelah bagian pahanya dirawat tetapi pasien belum bisa bergerak, akhirnya pada jam 05.05 WIB pasien dipindahkan ke Paviliun Asoka untuk ditindak lanjuti. 2. Riwayat kesehatan lalu -
Pasien mengatakan pada masa kanan-kananya dia tidak pernah menderita penyakit apapun dan tidak pernah menderita penyakit infeksi apapun.
-
Pasien mengatakan bahwa sebelumnya belum pernah mengalami kecelakaan seperti yang saat ini dialami.
-
Pasien mengatakan dirinya tidak mempunyai alergi terhadap makanan dan obat-obatan jenis apa saja.
3. Riwayat kesehatan keluarga -
Pasien mengatakan ia tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti hipertensi, kanker.
-
Pasien mengatakan di dalam keluarganya tidak ada yang menderita alergi, asma, TBC, hipertensi, penyakit jantung, stroke, DM, kanker dan gangguan emosional.
D. Riwayat psikososial
1. Body image Fungsi respon verbal pasien masih normal. 2. Peran Selama sakit pasien kehilangan perannya sebagai seorang kepala keluarga.
3. Harga diri Harga diri pasien menurun karena pasien tidak dapat menjalankan perannya sebagai seorang ayah dengan baik dan pasien juga malu karena terpasang kateter dan pada saat BAB harus menggunakan alat dan di atas tempat tidur. 4. Kehidupan sosial -
Pasien dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dengan baik
-
Gaya hidup pasien sederhana
5. Hubungan pasien dan keluarganya saat MRS Pasien mengatakan hubungan dengan keluarganya saat MRS baik. 6. Tanggapan klien tentang penyakitnya Pasien mengatakan kecelakaan yang dialaminya adalah cobaan dari Tuhan dan pasien yakin bahwa dia pasti sembuh. E. Riwayat spiritual
-
Sebelum sakit Pasien mengatakan ia dapat beribadah dengan keluarganya dan menjalankan ibadah secara rutin.
-
Saat sakit Pasien mengatakan ia tidak dapat beribadah sama sekali.
-
Suport sistem dalam keluarga Pasien mengatakan keluarganya selalu memberikan hiburan dan dukungan saat dia MRS.
-
Ritual yang biasa dijalankan : tidak terkaji
F. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum Kesadaran
: Composmentis
Keadaan umum
: Lemah
-
Penampilan dihubungkan dengan usia Penampilan pasien sudah tidak segar lagi seiring dengan umurnya dan pasien tampak serasi sesuai umurnya
-
Ekspresi wajah, bicara Ekspresi wajah pasien tampak kesakitan karena adanya fraktur di bagian paha kiri pasien dapat berbicara/ berkomunikasi dengan baik ditandai dengan pasien dapat menjawab pertanyaan perawat/ petugas dengan baik.
-
Berpakaian dan kebersihan umum
belum sakit : Mandi 2x/ hari dan ganti pakaian 2x/hari at sakit
: Pasien tidak mandi hanya diseka dan ganti pakaian 2 hari 1 kali -
Tinggi badan
: 169 cm
-
Berat badan
: 65 kg
-
Gaya berjalan
: Tegak
2. TTV Tensi
: 159/100 mmHg
Nadi
: 98x/menit
Suhu
: 36 C
RR
: 20x/menit
3. Kepala dan leher a. Inspeksi
Kepala : Kulit kepala kotor, bentuk lonjong, ada benjolan bekas benturan pada saat kecelakaan, ada nyeri tekan, ada ubun.
Palpasi
: Ada benjolan dan adanya nyeri tekan pada bekas benturan saat kecelakaan.
b. Mata Inspeksi
: Bola mata simetris, pupil putih, konjungtiva merah muda, tidak strabismus, ada reaksi terhadap cahaya (normal), tidak menggunakan alat bantu, tidak ada tanda-tanda radang, fungsi penglihatan norma.
Palpasi
: Tidak ada masa, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan. c.
Hidung
Inspeksi
: Bentuk mancung, tampak bersih, tidak ada epitaksis, tidak ada polip, tidak ada sekret.
Palpasi
: Tidak ada benjolan, tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan. d. Mulut dan tenggorokan
Inspeksi
: Mukosa bibir lembab, lidah tremor, tidak ada caries.
Palpasi
: Tidak ada kesulitan menelan, tidak ada masa/ benjolan, tidak ada pembengkakan pada gusi. e.
Telinga
Inspeksi
: Bentuk simetris, tidak ada kelainan di kedua telinga, tidak ada lesi, tidak ada serumen.
Palpasi
: Tidak ada masa/ benjolan, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen, fungsi pendengaran normal. f.
Leher
Inspeksi
: Bersih, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tyroid.
Palpasi
: Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar limfe dan tyroid, tidak ada pembendungan vena jugularis. g. Dada
Inspeksi
: Bentuk dada simetris, tidak ada lesi, tidak ada tarikan nafas intercosta, tidak ada benjolan, penyebaran warna merata.
Palpasi
: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan/ massa
Perkusi Paru-paru Auskultasi : Ronchi (-) negatif, wheezing (-) negatif : Sonor bunyi normal paru yaitu karena adanya darah dan udara pada paru dan jaringan paru.
Perkusi Jantung Palpasi
: Ictus cordis terdapat pada intercosta ke V
Perkusi
: Pekak bunyi normal pada jantung yaitu bunyi I dan II
Auskultasi : Tidak ada bunyi tambahan h. Payudara dan ketiak Inspeksi
: Jarak kedua putting susu simetris, tidak ada lesi, ada rambut pada axilla, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Palpasi
: Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar limfe, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan. i.
Abdomen
Inspeksi
: Bentuk simetris, bersih, penyebaran warna merata.
Palpasi
: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi, tidak ada massa
Perkusi
: Hipertimfani adanya kelainan pada abdomen
Auskultasi : Bising usus 15x/menit j.
Genetalia
♂
: Terpasang kateter
Anus
: Tidak terkaji
Keluhan
: Tidak ada k. Ekstremitas
Ekstremitas atas Inspeksi
: Tidak ada edema, tangan sinestra terpasang infus RL 20 tetes/menit, jumlah jari lengkah dan normal
Palpasi
: Ada nyeri tekan pada tempat pemasangan infus, tidak adanya pembengkakan.
Ekstremitas bawah Inspeksi
: Paha bagian kiri terdapat fraktu dan tidak bisa digerakkan, tidak ada varises, jumlah jari kaki normal, tidak ada keluhan
Palpasi
: Ada nyeri tekan pada femur bagian kiri. l.
Kulit dan kuku
Warna kulit : Sawo matang, tidak ada lessi, turgor kulit tidak ada jaringan parut Kuku
: Warna merah muda, bentuk lonjong, tidak ada lesi, pengisian kapiler ± 2 detik. G. Aktifitas sehari-hari
1. Nutrisi -
Diet khusus : TKTP
-
Anjuran diet sebelumnya : Tidak ada
-
Nafsu makan : Normal
-
Sebelum sakit :
-
-
Makan
: 3x/hari, porsi orang dewasa
Minum
: 7 – 8 gelas/hari air putih
Saat sakit Makan
: 3x/hari, porsi orang dewasa
Minum
: 7 – 8 gelas/hari (air putih
Kesulitan menelan : pasien mengatakan tidak ada kesulitan menelan
2. Cairan -
Jenis minuman yang dikonsumsi : air putih
-
Kebutuhan cairan dalam 24 jam : air putih 8 gelas/hari + cairan infus 1 hari 2 – 3 botol
3. Eliminasi -
Kebiasaan BAB
belum sakit : 1x/2 hari, warna kuning, konsistensi lembek, bau khas. at sakit
: 1x/3 hari, warna kuning, konsisten cair, bau khas, menggunakan pispot. -
Kebiasaan BAK
belum sakit : 6 – 8x/hari, frekwensi 500 cc, warna kuning keruh, bau khas amoniak, menggunakan kateter 4. Istirahat tidur Waktu tidur elum sakit
: Siang Malam
at sakit
: Siang Malam
: 14.00 – 16.00 WIB : 20.00 – 05.00 WIB : 11.00 – 14.00 WIB : 20.00 – 05.00 WIB
Kualitas tidur antitas tidur : Pasien mengatakan ia sering terbangun karena adanya nyeri pada paha kirinya Tanda-tanda gangguan tidur : Tidak ada 5. Olahraga Program olahraga tertentu : Pasien mengatakan dia tidak mengikuti program olahraga apa saja. 6. Rokok/ alkohol dan obat-obatan -
Pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi jenis rokok apapun
-
Pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi jenis minuman keras apapun
-
Pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi kopi dan obat-obatan terlarang
7. Personal hygiene -
Mandi
elum sakit
: 3x/hari, tidak ada kesulitan, mandi sendiri
t sakit
: Hanya diseka oleh istrinya pada pagi hari menggunakan air hangat
i rambut
: Selama sakit pasien tidak pernah mencuci rambut
ting kuku
: Selama sakit kukunya belum pernah digunting
ok gigi
: Pasien tidak pernah menggosok gigi selama MRS. H. Aktifitas mobilitas fisik Aktifitas
0
1
2
3
4
Mandi
V
Berpakaian
V
Eliminasi
V
Mobilisasi di tempat tidur
V
Pindah
V
Ambulansi Naik tangga
V
Makan dan minum
V
Gosok gigi
V
Keterangan : Skor 0 : Mandiri 1 : Dibantu sebagian 2 : Perlu bantuan orang lain 3 : Perlu bantuan orang lain dan alat 4 : Tergantung orang lain/ tidak mampu I.
Test diagnostik
Tanggal 18 Agustus 2010 Laboratorium
Hasil
Nilai Normal
Hematologi
11,0
11,4 – 17,7 g/dl
Leukosit
7.700
4.700 – 10.300/cmm
LED
36/7
0 – 20/jam
Glukosa sewaktu
254
< 140 mg/dl
SGOT
30
< 38 u/i
SGPT
13
40 u/i
Kimia klinik
J. Terapi saat ini
-
Injeksi cefazolin 3x1 gram antibiotik
-
Oral
Cefadroxi 3x500 mg antibiotik
Mefenamat acid 3x500 mg antibiotik
-
Latihan fleksi x extensi knee (sinestra) untuk melatihan pergerakan pasien
ANALISA DATA
Nama pasien : Tn. “J”
Dx. Medis : Fraktur Femur
No. Register
Ruangan
: 03.92.84
No.
Tanggal
1.
18/08/2010
Data
: Paviliun Asoka
Etiologi
Problem
Terputusnya
Gangguan
pada paha kiri
kontinuitas
rasa nyaman
: KU lemah
tulang paha
(nyeri)
Pasien mengatakan nyeri
GCS : 456 Skala nyeri : 8 Wajah tampak menyeringai Terpasang spal pada paha
Perubahan fragmen tulang
kiri Terdapat bengkak pada paha kiri
Luka pada jaringan lunak
TTV : Tensi : 150/100 mmHg
Aktifitas
Nadi : 98x/menit
sekunder
Suhu : 36 C
RR : 20x/menit
Nyeri
Aktifitas tidak ketergantungan Skala ADL : 4 2.
18/08/2010
Pasien mengatakan kakinya
Luka pada
Gangguan
sulit digerakkan dan sulit
tulang paha
mobilisasi
untuk berpindah : KU lemah
Interaksi
Skala ADL : 4
aktifitas
Skala nyeri : 8
Sulit bergerak
Gangguan
GCS : 456
mobilitas fisik
TTV : Tensi : 150/100 mmHg Nadi : 98x/menit Suhu : 36 C
Mobilisasi
Nama pasien : Tn. “J”
Dx. Medis : Fraktur Femur
No. Register
Ruangan
No.
: 03.92.84
Tanggal
Data
RR : 20x/menit
Etiologi
: Paviliun Asoka Problem
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama pasien : Tn. “J” No. Register No.
1.
: 03.92.84 Masalah/ Diagnosa
Gangguan rasa nyaman (nyeri)
Dx. Medis : Fraktur Femur Ruangan : Paviliun Asoka Tanggal Tanggal TTD Ditemukan Teratasi 15/08/2010
22/08/2010
15/08/2010
22/08/2010
berhubungan dengan perubahan fragmen tulang 2.
Gangguan mobilitas berhubungan dengan kerusakan mobilitas fisik