8. Tempelkan steteskop pada perabaan denyut nadi, lepaskan pemompa perlahanlahan dan dengarkan suara bunyi denyut nadi. B unyi tersebut dikenal sebagai bunyi Korotkoff yang terjadi bersamaan dengan detak jantung, dan akan terus terdengar dari arteri brakhialis sampai tekanan dalam manset turun di bawah tekanan diastolik dan pada titik tersebut ter sebut bunyi akan menghilang. 9. Catat tekanan darah sistolik yaitu nilai tekanan ketika suatu denyut nadi yang pertama terdengar dan tekanan darah diatolik ketika bunyi keteraturan denyut nadi tidak terdengar 10. Sebaiknya pengukuran dilakukan 2 kali. Pengukuran ke-2 setelah selang waktu 2 (dua) menit. 11. Jika perbedaan hasil pengukuran ke-1 dan ke-2 adalah 10 mmHg atau lebih harus dilakukan pengukuran ke3. Cara menggunakan stetoskop 1. Gunakan stetoskop di tempat yang tenang. 2. Untuk mendengarkan bunyi jantung dan perut, posisikan pasien Anda dalam keadaan telentang. Untuk mendengarkan bunyi paru-paru, posisikan pasien dalam keadaan telungkup. Bunyi jantung, paru-paru, dan perut bisa terdengar berbeda tergantung dari posisi pasien: misalnya duduk, berdiri, berbaring ke kiri/kanan, dan sebagainya. 3. Tentukan untuk menggunakan diafragma atau bel (sungkup). Diafragma atau sisi datar pada gendang stetoskop lebih baik digunakan untuk mendengarkan bunyi bernada tinggi. Bel atau sisi cekung pada gendang stetoskop lebih baik digunakan untuk mendengarkan bunyi bernada rendah 4. Gunakan stetoskop langsung pada kulit untuk menghindari terdengarnya bunyi berdesir dari kain baju. Jika pasien Anda adalah pria yang memiliki banyak bulu dada, tekan stetoskop dengan c ukup kuat untuk menghindari terdengarnya bunyi berdesir 5. Jika mendengarkan jantung, posisikan diafragma di bagian kiri atas dada di antara rusuk ke-4 dan ke-6, sedikit di bawah puting susu. Tahan stetoskop di antara jari telunjuk dan jari tengah Anda, berikan sedikit tekanan sehingga Anda tidak mendengar bunyi gesekan jari -jari Anda sendiri 6. Dengarkan bunyi jantung selama satu menit . Minta pasien untuk relaks dan bernapas dengan normal. Anda akan mendengarkan bunyi normal jantung manusia yang bunyinya seperti “lub -dub”. Bunyi ini juga disebut bunyi sistolik dan diastolik. Sistolik adalah bunyi “lub” dan diastolik adalah bunyi “dub”.Bunyi “lub” atau sistolik terdengar saat katup mitral dan dan trikuspid jantung menutup sedangkan bunyi bunyi “dub” atau diastolik terdengar saat katup aorta dan pulmonal menutup. menutup. 7. Hitung detak jantung yang Anda dengar dalam semenit. Detak jantung normal orang dewasa dalam kondisi istirahat (tidak beraktivitas berat) adalah antara 60-100 per menitnya. Untuk atlet profesional, detak jantung normalnya dalam kondisi istirahat dapat berkisar antara 40-60 per menit. Ada beberapa klasifikasi nilai batasan detak jantung untuk pasien di bawah 10 tahun yang dapat dipertimbangkan. Nilai-nilai batasan tersebut di antaranya: antaranya:[24] Bayi baru lahir sampai usia satu bulan: 70-190 detak per menit. Bayi 1-11 bulan: 80-160 per menit. Anak 1-2 tahun: 80-130 per menit. Anak 3-4 tahun: 80-120 per menit. Anak 5-6 tahun: 75-115 per menit.
9 | LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 3 – K ELOMPOK A5
Anak 7-9 tahun: 70-110 per menit. 8. Dengarkan adanya bunyi jantung abnormal. Saat Anda menghitung jumlah detak jantung, 9. Jika mendengarkan paru-paru, Saat sedang mendengarkan atau memeriksa bunyi paru-paru, Anda dapat meminta pasien untuk bernapas lebih dalam jika Anda tidak bisa mendengar bunyi pernapasan atau jika bunyi tersebut terlalu kecil untuk menentukan jika terdapat kelainan. Gunakan diafragma stetoskop stetoskop untuk mendengarkan mendengarkan paru-paru pasien.Dengarkan bunyi paru-paru pasien di lobus atas dan bawah, serta di bagian depan dan belakan tubuh pasien. Saat Anda mendengarkan bunyi paru-paru, letakkan stetoskop di bagian atas dada, lalu di garis “mid-klavikula “ mid-klavikula”” (pertengahan tulang selangka), dan kemudian di bagian bawah dada. Pastikan Anda mendengarkan bagian depan dan belakang semua area ini. Pastikan untuk membandingkan kedua sisi paru-paru pasien dan perhatikan jika ada yang tidak normal. Dengan memeriksa semua area ini, Anda akan dapat mendengarkan semua lobusparu-paru pasien. pasien.[29] 10. Dengarkan bunyi pernapasan normal . Bunyi pernapasan normal terdengar jelas, seperti bunyi seseorang meniupkan udara ke cangkir. Dengarkan cangkir. Dengarkan contoh bunyi paru-paru sehat dan kemudian bandingkan bunyi tersebut dengan bunyi yang Anda dengar di paru-paru pasien. Ada dua jenis bunyi pernapasan normal: normal :[30] Bunyi pernapasan bronkial , yaitu bunyi bunyi pernapasan yang terdengar di antara cabang-cabang trakeobronkial . Bunyi pernapasan vesikular , yaitu bunyi pernapasan yang terdengar di atas jaringan paru-paru. 11. Dengarkan bunyi pernapasan abnormal. Yang termasuk bunyi pernapasan abnormal antara lain: wheezing (mengi), stridor , rhonchi , dan rales. Jika Anda tidak mendengar adanya bunyi pernapasan, pasien mungkin mengalami kondisi adanya udara atau cairan di sekitar paru-paru, penebalan di sekitar dinding dada, aliran udara pernapasan yang melambat, atau pemompaan paru-paru berlebih. ada empat jenis bunyi pernapasan abnormal: Bunyi wheezing menyerupai bunyi bernada tinggi saat orang mengembuskan napas, kadang juga saat orang tersebut menghirup napas. Kebanyakan pasien yang memiliki asma juga memiliki wheezing, kadang Anda dapat mendengar bunyi ini tanpa stetoskop. stetoskop.[32] stridor menyerupai pernapasan “musikal” bernada tinggi Bunyi stridor menyerupai (mirip dengan wheezing) yang sering terdengar saat pasien menghirup napas. Stridor disebabkan disebabkan karena penyumbatan di bagian belakang tenggorokan. Bunyi ini juga seringkali dapat terdengar tanpa stetoskop. stetoskop .[33] Bunyi rhonchi menyerupai menyerupai bunyi dengkuran. Rhonchi tidak tidak bisa didengar tanpa menggunakan stetoskop, bunyi ini muncul akibat udara melewati jalan yang “kasar” saat menuju paru-paru atau karena adanya sumbatan di jalan tersebut t ersebut..[34] Bunyi rales menyerupai bunyi letusan plastik gelembung atau bunyi derikan di paru-paru. Bunyi ini dapat terdengar saat orang menghirup napas
10 | LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 3 – KELOMPOK A5
12. Jika mendengarkan bunyi abdomen, Letakkan diafragma di perut pasien. Gunakan pusar pasien sebagai pusat untuk membagi area perut yang akan Anda dengarkan menjadi empat bagian. Dengarkan bagian kiri atas, kanan atas, kiri bawah, dan kanan bawah perut. Bunyi usus normal terdengar seperti bunyi “keruyuk” perut saat 13. [37] lapar. lapar. Bunyi-bunyi lainnya dapat menunjukkan ada yang salah di dalam perut pasien dan ia memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. 14. Dengarkan bunyi perut abnormal. Biasanya, bunyi yang terdengar saat Anda mendengarkan perut pasien hanyalah bunyi pencernaan. Walaupun biasanya bunyi perut yang Anda dengar itu normal, ada beberapa bunyi tidak normal yang dapat mengindikasikan adanya masalah. Jika Anda kurang yakin mengenai normal/tidaknya bunyi perut yang Anda dengar dan/atau apakah ada gejala lain, l ain, pasien tersebut harus mengunjungi dokter untuk dievaluasi lebih lanjut 15. Jika memeriksa tekanan darah, Ikatkan manset tensimeter di sekitar lengan pasien, persis di atas siku . Gulung lengan baju pasien jika menutupinya. menutupinya.[50] Pastikan Anda menggunakan manset yang ukurannya sesuai dengan lengan pasien. Anda harus bisa mengikatkan manset di sekeliling lengan pasien dengan cukup kencang, tetapi tidak terlalu ketat. Jika ukuran manset terlalu kecil atau terlalu besar, carilah ukuran lain yang lebih pas. 16. tekan diafragma stetoskop di atas arteri brakial di di bawah manset persis. Anda juga bisa menggunakan diafragma jika Anda memiliki masalah saat mendengarkan dengan bel atau sungkup stetoskop. Anda akan mendengar bunyi Korotkoff, yaitu bunyi “ketukan” bernada rendah y ang menunjukkan tekanan darah sistolik pasien. pasien .[52]Cari denyut nadi di bagian dalam lengan Anda sendiri untuk membantu dalam menentukan lokasi arteri brakial pasien. pasien. 18. Dengarkan bunyi Korotkoff . Bunyi ketukan yang pertama kali Anda dengar adalah tekanan darah sistolik pasien. Ingatlah nilainya dengan tetap terus memperhatikan sfigmomanometer. Setelah bunyi pertama berhenti, ingat nilai saat bunyi tersebut berhenti terdengar. Nilai kedua ini adalah tekanan diastolic. 19. Lepaskan manset. Kempiskan dan lepaskan manset dari lengan pasien setelah Anda mendapatkan nilai kedua. kedua .[57] Saat sudah selesai, Anda seharusnya memperoleh dua nilai dari tekanan darah pasien. Catat kedua nilai ini dengan dipisahkan garis miring. Contohnya 110/70 2. Terdampar di pulau dan tidak makan dan minum selama 1 hari. Tn Rohingya merasa pusing, haus, lemas dan keringat dingin (***) a) Apa hubungan tidak makan dan minum selama 1 hari dengan rasa pusing, haus, dan berkeringat dingin? Apabila terlambat makan maka dapat terjadi kadar gula darah yang menurun (hipoglikemia hipoglikemia)) sehingga otomatis asupan makanan ke otak juga berkurang dan mengakibatkan pusing pada kepala. Saat kurang minum, tubuh seseorang justru akan merasa mengigil. Jika sudah dehidrasi parah, pengaturan suhu tubuh akan lebih sulit. seseorang akan merasa kedinginan lebih cepat, bahkan saat berada di lingkungan yang tidak dingin. Hal ini terjadi karena tubuh mulai membatasi aliran darah ke kulit ketika dehidrasi.
11 | LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 3 – KELOMPOK A5
b) Bagaimana jadwal makan dan minum yang baik? Jadwal makan yang baik adalah pada saat sarapan, makan siang, dan makan sore/malam. Misalnya anda akan sarapan pada pukul 08.00 pagi, makan siang pada pukul 13.00 dan makan malam pada pukul 19.00. selain itu, jangan tidur setlah makan, agar organ pencernaan bekerja dengan baik. Hindari makan diatas jam 20.00 agar tidak terjadi penimbunan lemak. c) Berapa maksimal waktu tubuh dapat bertahan tanpa makan dan minum? Secara fisik manusia bisa hidup tanpa air alias menahan haus hingga maksimal 35 hari. Sementara untuk menahan lapar manusia bisa bertahan tidak makan hingga 8 minggu dengan catatan masih mengonsumsi air. Tapi jika kondisi fisik orang tersebut baik, maka bisa membuat seseorang bertahan lebih lama lagi. d) Apa dampak kelanjutan bila tidak diberikan penanganan dengan cepat? Jika tidak ditangani dengan cepat, kelaparan dan dehidrasi dapat menyebabkan kematian. e) Mekanisme yang terjadi di dalam tubuh sehingga dapat merasa pusing, haus, lemas dan berkeringat? Keringat adalah respon dari keadaan emosional. Saat kita grogi atau gugup, ada peningkatan aktivitas saraf simpatis dalam tubuh yang juga mengakibatkan kenaikan sekresi ephinerphin dari kelenjar adrenalin. Substansi ini bekerja pada kelenjar keringat, yakni pada telapak tangan dan ketiak, memproduksi keringat. Hal inilah yang menyebabkan “keringat dingin” tersebut. Semakin grogi seseorang, aktivitas ephinerphin pun semakin meningkat. Akibatnya? Tentu saja, keringat semakin menjadi-jadi Peningkatan aktivitas saraf simpatis ini juga mengakibatkan perubahan resistansi elektrik kulit. Pada kasus ini tuan Rohingya diduga kekurangan oksigen di otak karena kurang asupan nutrisi sehingga merasa pusing, lalah, pucat, lemah Mekanisme lemas dan pusing:
12 | LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 3 – KELOMPOK A5
3. Hasil pemeriksaan dan analisa laboratorium(**) a) Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan dan analisa laboratorium darah? Elektrolit
Hasil Pemeriksaan
Normal
Na
130 mEq/L
135-145 mEq/L
K
3 mEq/L
3,5-5,0 mEq/L
Cl
95 mEq/L
95-105 mEq/L
HCO3-
16 mEq/L
22-26 mEq/L
PCO2 Arteri
32 mmHg
35-45 mmHg
Protein Total
7 g/dL
6,1-8,2 g/dL
Hb
14 g/dL
14-18 g/dL
b) Apa saja yang dilihat dalam hasil pemeriksaan dan analisa laboratorium darah sehingga Tn. Rohingya dapat disimpulkan mengalami gangguan keseimbangan cairan, mineral dan asam-basa? Jika 0,308 OsM = isotonik < 308 mOsmol = Hipotonik > 308 mOsmol = Hipertonik Tekanan Isotonik
= Na Na + Cl + K + Glukosa + HCO3 + Protein Protein
= 128 + 98,2 + 3 + 7/180 + 16 + 0,007 = 245,24 mosmol/L ( Tekanan < 308 mOsmol berarti hipotonik) c)
Apa dampak yang ditimbulkan jika hasil lab kasus tidak normal? Dari hasil lab kasus skenario didapatkan bahwa tuan rohingya mengalami asidosis respiratorik. Asidosis respiratorik adalah kondisi medis dimana paruparu tidak dapat mengeluarkan semua karbondioksida yang dihasilkan dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa dan membuat cairan tubuh lebih asam terutama darah
13 | LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 3 – KELOMPOK A5
4. Setelah diberi air manis dan makanan, keluhan Tn. Rohingya mulai berangsur berkurang. Setelah istirahat selama beberapa jam dan minum air putih yang cukup, ia kelihatan lebih segar(*) a) Apa kegunaan air manis dan makanan bagi system metabolisme tubuh? Mampu mengontrol tekanan darah dan kolesterol Meningkatkan produksi insulin Memengaruhi peningkatan aliran darah b) Apa saja kandungan yang terdapat dalam air manis dan makanan sehingga keluhan Tn. Rohingya mulai berkurang? Karena air manis dan makanan mengandung glukosa yang dapat menaikkan gula darah. c) Makanan dan minuman apa saja yang dapat mengurangi keluhan Tn. Rohingya?
Sayur-sayuran, buah-buahan, protein, karbohidrat (Kebanyakan ( Kebanyakan mengkonsumsi karbohidrat kurang bagus , tapi jika kekurangan karbohidrat juga akan menyebabkan pusing kepala karena karbohidrat memiliki kandungan glikogen yang merupakan sumber enegeri bagi otak) dan air putih. d) Berapa banyak minum air putih yang cukup bagi tubuh dalam satu hari? Menurut Institute of Medicine kebutuhan asupan air bagi pria dewasa adalah 3 liter atau setara dengan 13 cangkir, sedangkan untuk wanita dewasa antara 2.2 liter atau setara dengan 9 cangkir setiap harinya.
14 | LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 3 – KELOMPOK A5
IV.
Kerangka Konsep Terdampar di pulau
Tidak makan dan minum selama 1 hari
Haus, pusing, lemah, dan berkeringat dingin
Gula darah rendah, tekanan darah rendah, dan frekuensi denyut nadi cepat
Mengalami hipoglikemi, hiponatremia, dan hipokalemia
Diberi air putih yang cukup, makan dan istiahat selama beberapa jam
Kembali segar
15 | LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 3 – KELOMPOK A5
V.
Keterbatasan Ilmu Pengetahuan
Pokok Bahasan Keseimbangan cairan, mineral dan asam-basa Analisa laboratorium darah
Hasil pemeriksaan fisik Tensimeter dan stetoskop
pH cairan tubuh
Isotonis, hipotonis, dan hipertonis Pola makan
What I Know
Definisi, gangguan yang terjadi, mekanisme, sumber, funsi normal, manfaat Definisi, tujuan, persiapan, prosedur pemeriksaan, analisa, interpretasi hasil, faktor mempengaruhi Definisi, interpretasi, tanda vital, hasil pemeriksaan Definis, cara menggunakan/mekanisme kerja alat, pengertian tekanan darah, alat ukur tekanan darah Definisi, fisiologi, gangguan, penghitungan Definisi, fisiologi, gangguan, penghitungan Definisi, penyakit yang dialami jika pola makan tidak teratur, pola makan yang baik dan sehat, ketahanan tubuh, makanan dan minuman manis
16 | LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 3 – KELOMPOK A5
What I don’t
What I’ve to
Know Contoh kasus, penghitungan
Prove
How I’ll Learn
Textbook Med Jurnal Med Web
Kekurangan, kendala yang didapat
Textbook Med Jurnal Med Web
Kekurangan, penghitungan
Textbook Med Jurnal Med Web Textbook Med Jurnal Med Web
Bagian-bagian, kekurangan
Cara mendeteksi, contoh kasus Cara mendeteksi, contoh kasus Cara mengolah, faktor terjadinya pola makan tidak teratur
Textbook Med Jurnal Med Web Textbook Med Jurnal Med Web Textbook Med Jurnal Med Web
VI.
Sintesis
Komposisi Cairan Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. Dua pertiga bagian (67%) dari cairan tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan sepertiganya (33%) berada di luar sel (cairan ekstrasel/ CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20% CES atau 15% dari total berat badan, dan cairan i ntersisial yang mencapai 80% CES atau 5% dari total berat badan. Selain kedua kompartmen tersebut, ada kompartmen lain y ang ditempati cairan tubuh, yaitu cairan transel. Namun, volumenya diabaikan karena kecil, yaitu cairan sendi, cairan otak, cairan perikard, liur pencernaan, dll. Ion Na+ dan Cl-terutama terdapat pada cairan ekstrasel, sedangkan ion K+ di cairan intrasel. Anion protein tidak tampak dalam cairan intersisial karena jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan intrasel dan plasma. Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen terjadi kar ena adanya barier yang memisahkan mereka. Membran sel memisahkan cairan intrasel dengan cairan i ntersisial, sedangkan dinding kapiler memisahkan cairan intersisial dengan plasma. Dalam keadaan normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume cairan dan elektrolit antar kompartmen. Bila terjadi perubahan konsentrasi atau t ekanan di salah satu kompartmen, maka akan t erjadi perpindahan cairan atau ion antar kompartmen sehingga terjadi keseimbangan kembali.
Keseimbangan Cairan Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk yang memiliki fungsi fisiologis tertentu. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Tubuh manusia tersusun kira-kira 50%-60% cairan. Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 (dua) parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urin sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. 1. Pengaturan volume cairan ekstrasel Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume plasma.
17 | LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 3 – KELOMPOK A5
Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah jangka panjang. Pengaturan volume cairan ekstrasel dapat dilakukan dengan cara sbb.: a. Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake & o utput) air Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. Hal ini terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh dengan lingkungan luarnya. b. Memperhatikan keseimbangan garam Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan keluarannya. Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah memperhatikan jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya dan cenderung lebih dari kebutuhan.Kelebihan garam yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urin untuk mempertahankan keseimbangan garam. Ginjal mengontrol jumlah garam yang diekskresi dengan cara: 1. Mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate(GFR). 2. Mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal Jumlah Na+ yang direabsorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol tekanan darah. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na+ dan retensi Na+ di tubulus distal dan collecting. Retensi Na+ meningkatkan retensi air sehingga meningkatkan volume plasma dan menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri . Selain sistem renin-angiotensin-aldosteron, Atrial Natriuretic Peptide (ANP) atau hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air. Hormon ini disekresi oleh sel atrium jantung jika mengalami distensi akibat peningkatan volume plasma. Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi urin sehingga mengembalikan volume darah kembali normal.
2. Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam suatu larutan. Semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi solute atau semakin rendah konsentrasi air dalam larutan tersebut. Air akan berpindah dengan cara osmosis dari area yang konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi) ke area yang konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi ai r lebih rendah). Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat menembus membran plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium merupakan solut yang banyak ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion utama yang berperan penting dalam m enentukan aktivitas osmotik cairan ekstrasel. Sedangkan di dalam cairan intrasel, ion kalium
18 | LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 3 – KELOMPOK A5
bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik cairan intrasel. Distribusi yang tidak merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan perubahan kadar kedua ion ini bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik di kedua kompartmen ini. Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan melalui: a. Perubahan osmolaritas di nefron Di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas yang pada akhirnya akan membentuk urin yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh secara keseluruhan di duktus koligen. Glomerulus menghasilkan cairan yang isosmotik di tubulus proksimal (± 300 mOsm). Dinding tubulus ansa Henle pars desending sangat permeable terhadap air, sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular atau vasa recta. Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi hiperosmotik. Dinding tubulus ansa henle pars asenden tidak permeable terhadap air dan secara aktif memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan reabsorbsi garam tanpa osmosis air. Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen menjadi hipoosmotik. Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen bervariasi bergantung pada ada tidaknya vasopresin (ADH). Sehingga urin yang dibentuk di duktus koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga bergantung pada ada tidaknya vasopresin/ ADH. b. Mekanisme haus dan peranan vasopresin (anti di uretic hormone/ ADH) Peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (> 280 mOsm) akan merangsang osmoreseptor di hypothalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hypothalamus yang menyintesis vasopressin. Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligen. Ikatan vasopressin dengan resptornya di duktus koligen memicu ter bentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membrane bagian apeks duktus koligen. Pembentukan aquaporin ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta. Hal ini menyebabkan urin yang terbentuk di duktus koligen menjadi sedikit dan hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap dapat dipertahankan. Selain itu, rangsangan pada osmoreseptor o smoreseptor di hypothalamus akibat peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di hypothalamus sehingga terbentuk perilaku untuk mengatasi haus, dan cairan di dalam tubuh kembali normal.
Keseimbangan Asam-Basa Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan pengaturan konsentrasi ion H bebas dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4, pH darah arteri 7,45 dan darah vena 7,35. Jika pH darah < 7,35 dikatakan asidosis, dan jika pH darah > 7,45 dikatakan alkalosis. Ion H terutama diperoleh dari aktivitas metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal dan kontinyu akan ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber, yaitu:
19 | LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 3 – KELOMPOK A5
1. pembentukan asam karbonat dan sebagian ak an berdisosiasi menjadi ion H dan bikarbonat 2. katabolisme zat organik 3. disosiasi asam organic pada metabolisme intermedia, misalnya pada metabolisme lemak terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan berdisosiasi melepaskan ion H. Fluktuasi konsentrasi ion h dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi normal sel, antara lain: 1. perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan saraf pusat, sebalikny pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas. 2. mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh. 3. mempengaruhi konsentrasi ion K Bila terjadi perubahan konsentrasi ion H maka tubuh berusaha mempertahankan ion H seperti nilai semula dengan cara: 1. mengaktifkan sistem dapar kimia 2. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernapasan 3. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihan Ada 4 sistem dapar kimia, yaitu: 1. Dapar bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel teutama untuk perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat. 2. Dapar protein; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel. 3. Dapar hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan asam karbonat. 4. Dapar fosfat; merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel. Sistem dapar kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementera. Jika dengan dapar kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespons secara cepat terhadap perubahan kadar ion H dalam darah akibat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernapasan, kemudian mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan mensekresikan ion H dan menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan ammonia.
20 | LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 3 – KELOMPOK A5
Ketidakseimbangan Ketidakseimbangan asam-basa Ada 4 kategori ketidakseimbangan asam-basa, yaitu: 1. Asidosis respiratori, disebabkan oleh retensi CO2 akibat hipoventilasi. Pembentukan H2CO3 meningkat, dan disosiasi asam ini akan meningkatkan konsentrasi ion H. 2. Alkalosis respiratori, disebabkan oleh kehilangan CO2 yang berlebihan akibat hiperventilasi. Pembentukan H2CO3 menurun sehingga pembentukan ion H menurun. 3. Asidosis metabolik, asidosis yang bukan disebabkan oleh gangguan ventilasi paru. Diare akut, diabetes mellitus, olahraga yang terlalu berat, dan asidosis uremia akibat gagal ginjal akan menyebabkan penurunan kadar bikarbonat sehingga kadar ion H bebas meningkat. 4. Alkalosis metabolik, terjadi penurunan kadar ion H dalam plasma karena defisiensi asam non-karbonat. Akibatnya konsentrasi bikarbonat meningkat. Hal ini terjadi karena kehilangan ion H karena muntah-muntah dan minum obat-obat alkalis. Hilangnya ion H akan menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk menetralisir bikarbonat, sehingga kadar bikarbonat plasma meningkat. Untuk mengkompensasi gangguan keseimbangan asam-basa tersebut, fungsi pernapasan dan ginjal sangat penting.
Keseimbangan Mineral Gangguan/Masalah Kebutuhan Elektolit a. Hiponatremia Hiponatremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang dari 135 mEq/Lt, mual, muntah dan diare. b. Hipernatremia Hipernatremia merupakan suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi yang ditandai dengan addanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering dan kemerahan, konvulsi, suhu badan naik, serta kadar natrium dalam plasma lebih dari 145 mEq/Lt. kondisi demikian dapat disebabkan oleh dehidrasi, diare, dan asupan, air yang berlebihan sedangkan asupan garamnya sedikit. c. Hipokalemia Hipoklemia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium da lam darah. Hipokalemia ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi pada pasien yang mengalami diare yang berkepanjangan dan juga ditandai dengan lemahnya denyut nadi, turunnya tekanan darah, tidak nafsu makan dan muntah-muntah, perut kembung, lemah dan lunaknya otot, denyut jantung tidak beraturan (aritmia), penurunan bising usus, kadar kalium plasma menurun kurang dari 3,5 mEq/L. d. Hiperkalemia Hiperkalemia merupakan suatu keadaan di mana kadar kal ium dalam darah tinggi, sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolik, pembe:rian kalium yang berlebihan melalui intravena yang ditandai dengan adanya mual, hiperaktivitas sistem pencernaan, aritmia, kelemahan, jumlah urine sedikit sekali, diare, adanya kecemasan dan irritable (peka rangsang), serta kadar kalium dalam plasma mencapai lebih dari 5 mEq/L. e. Hipokalsemia
21 | LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 3 – KELOMPOK A5
Hipokalsemia me:rupakan keekurangan kadar kalsium dalam plasma darah yang ditandai de:ngan adanya kram otot dan kram perut, kejang, bingung, kadar kalsium dalam plasma kurang dari 4,3 mEq/L dan kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang dapat disebabkan oleh pengaruh pengangkatan kelenjar gondok atau kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi intestinal. f. Hiperkalsemia Hiperkalsemia merupakan suatu ke;adaan kelebihan kadar kalsium dalam darah yang dapat terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D secara berlebihan, ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual, koma, dan kadar kalsium dalam plasma lebih dari 4,3 mEq/L. g. Hipomagnesia Hipomagnesia merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah yang ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, takikardi, hipertensi, disorientasi dan konvulsi. Kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,3 mEq/L. h. Hipermagnesia Ilipermagnesia merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium dalam darah yang ditandai dengan adanya, koma, gangguan pernapasan, dan kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.
Pemeriksaan Fisik Tujuan umum pemeriksaan fisik adalah untuk memperoleh informasi mengenai status kesehatan pasien. Tujuan definitif pemeriksaan fisik adalah, pertama, untuk mengidentifikasi status “normal” dan kemudian mengetahui adanya variasi dari keadaan normal tersebut dengan cara memvalidasi keluhan-keluhan dan gejala-gejala pasien, penapisan/skrining keadaan wellbeing pasien, dan pemantauan masalah kesehatan/penyakit pasien saat ini. Informasi ini menjadi bagian dari catatan/rekam medis (medical record) pasien, menjadi dasar data awal dari temuan-temuan klinis yang kemudian selalu diperbarui (updated) dan ditambahkan sepanjang waktu. Tanda vital merupakan parameter tubuh yang terdiri dari tekanan darah, denyut nadi, laju pernafasan, dan suhu tubuh. Disebut tanda vital karena penting untuk menilai fungsi fisiologis organ vital tubuh. 1. Tekanan Darah : Darah : Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah curah jantung, tahanan pembuluh darah tepi, volume darah total, viskositas darah, d an kelenturan dinding arteri. Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh pada interpretasi hasil yaitu : -Lingkungan : suasana bising,kurangnya privasi, suhu ruangan terlalu panas -Peralatan : kalibrasi, tipe manometer dan stetoskop, ukuran cuff (manset) -Pasien : obat, status emosional, irama jantung, merokok, kopi, obesitas, olah raga -Tehnik pemeriksaan : penempatan cuff, posisi lengan, kecepatan pengembangan dan pengempisan cuff, pakaian terlalu tebal, kesalahan membaca sfigmomanometer. Parameter yang diukur pada pemeriksaan tekanan darah yaitu tekanan maksimal pada dinding arteri selama kontraksi ventrikel kiri, tekanan diastolik yaitu tekanan t ekanan minimal selama relaksasi, dan tekanan nadi yaitu selisih antara tekanan sistolik dan diastolik (penting untuk menilai derajat syok). Komponen suara jantung disebut suara korotkoff yang berasal dari suara vibrasi saat manset dikempiskan. Suara korotkoff sendiri terbagi menjadi 5 fase yaitu : 1. Fase I : Saat bunyi terdengar, dimana 2 suara terdengar pada waktu bersamaan, disebut sebagai tekanan sistolik. 2. Fase II : Bunyi berdesir akibat aliran darah meningkat, intensitas lebih tinggi dari fase I. 3. Fase III : Bunyi ketukan konstan tapi suara berdesir hilang, lebih lemah dari fase I. 4. Fase IV : Ditandai bunyi yang tiba-tiba meredup/melemah dan meniup. 5. Fase V : Bunyi tidak ti dak terdengar sama sekali,disebut sebagai tekanan diastolik.
22 | LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 3 – KELOMPOK A5
Interpretasi hasil pengukuran tekanan darah berdasarkan Joint National Committee VII adalah sebagai berikut : Klasifikasi tekanan darah pada usia ≥ 18 tahun: Klasifikasi Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik (mmHg) (mmHg) Normal <120 <80 Pre hipertensi 120-139 80-89 Stadium I 140-159 90-99 Stadium II ≥160 ≥100 2. Denyut nadi Denyut nadi adalah gelombang darah yang dapat dirasakan karena dipompa kedalam arteri oleh kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut nadi diatur oleh sistem saraf ot onom. Lokasi untuk merasakan denyut nadi adalah : 1. Karotid : di bagian medial leher, dibawah angulus mandibularis, hi ndari pemeriksaan dua sisi sekaligus pada waktu bersamaan. 2. Brakial : Diatas siku dan medial dari dari tendo bisep. 3. Radial : Bagian distal dan ventral dari pergelangan pergelangan tangan. 4. Femoral : Disebelah inferomedial ligamentum inguinalis. 5. Popliteal : Di belakang belakang lutut, sedikit ke lateral dari garis garis tengah. 6. Tibia posterior : Di belakang belakang dan sedikit ke arah inferior inferior dari maleolus medialis. medialis. 7. Pedis dorsalis dorsalis : Lateral dari tendo m. Extensor Extensor hallucis hallucis longus. longus. Frekuensi Denyut Nadi Hal-hal yang dinilai saat pemeriksaan denyut nadi adalah : 1.Kecepatan a. Bradikardia : denyut jantung lambat (<60x/menit), didapatkan pada atlet yang sedang istirahat, tekanan intrakranial meningkat, peningkatan tonus vagus, hipotiroidisme, hipotermia, dan efek samping beberapa obat. b. b.Takikardia : denyut jantung cepat (>100x/menit), biasa terjadi pada pasien dengan demam, feokromositoma, congestif heart failure, syok hipovolemik, aritmia kordis, pecandu kopi dan perokok. c. Normal : 60-100x/menit pada dewasa. 2.Irama a. Reguler b. Regularly irregular : dijumpai pola dalam iregularitasnya c. Irregularly irregular : tidak dijumpai pola dalam iregularitasnya, terdapat pada fibrilasi atrium. 3.Volume nadi a. Volume nadi kecil : tahanan terlalu besar terhadap aliran darah, darah yang dipompa jantung terlalu sedikit (pada efusi perikardial, stenosis katup mitral, payah jantung, dehidrasi, syok hemoragik) b. Volume nadi yang berkurang secara lokal : peningkatan tahanan setempat c. Volume nadi besar : volume darah yang dipompakan terlalu banyak, tahanan terlalu rendah (pada bradikardia, anemia, hamil, hipertiroidisme). 3. Pernafasan Proses fisiologis yang berperan pada proses pernafasan adalah : ventilasi pulmoner, respirasi eksternal dan internal. Laju pernafasan meningkat pada keadaan stres, kelainan
23 | LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 3 – KELOMPOK A5
metabolik, penyakit jantung paru, dan pada peningkatan suhu tubuh. Pernafasan yang normal bila kecepatannya 14-20x/menit pada dewasa, dan sampai 44x/menit pada bayi. Kecepatan dan irama pernafasan serta usaha bernafas perlu diperiksa untuk menilai adanya kelainan: 1.Kecepatan : a. Takipnea : pernafasan cepat dan dangkal. b. Bradipnea : pernafasan lambat. c. Hiperpnea/hiperventilasi : pernafasan dalam dan cepat (Kussmaul) d. Hipoventilasi : bradipnea disertai pernafasan dangkal. 2.Irama : a. Reguler b.Pernafasan cheyne-stoke : Periode apnea diselingi hiperpnea. c.Pernafasan Biot’s (ataksia) : periode apnea yang tiba -tiba diselingi periode pernafasan konstan dan dalam. 3.Usaha bernafas : Adalah kontraksi otot-otot tambahan saat bernafas misalnya otot interkostalis. Bila ada kontraksi otot-otot tersebut t ersebut menunjukkan adanya penurunan daya kembang paru. 4. Suhu Suhu tubuh mencerminkan keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran panas. Pusat pengaturan suhu terdapat di hipotalamus yang menentukan suhu tertentu dan bila suhu tubuh melebihi suhu yang ditentukan hipotalamus tersebut, maka pengeluaran panas meningkat dan sebaliknya bila suhu tubuh lebih rendah. Suhu tubuh dipengaruhi oleh irama sirkadian, usia, jenis kelamin, stres, suhu lingkungan hormon, dan olahraga. Suhu normal berkisar antara 36,5°C –37,5°C. Lokasi pengukuran suhu adalah oral (dibawah lidah), aksila, dan rektal. Pada pemeriksaan suhu per rektal tingkat kesalahan lebih kecil daripada oral atau aksila. Peninggian semua terjadi setelah 15 menit, saat beraktivitas, merokok, dan minum minuman hangat, sedangkan pembacaan semu rendah terjadi bila pasien bernafas melalui mulut dan minum minuman dingin.
Hasil Pemeriksaan Fisik
1. Cardiovaskuler Cardiovaskuler dan Respirasi i. Tekanan darah 1. Hipertensi : >140/90 mmHg (2) 2. Hipotensi : <100/90 <100/90 mmHg mmHg (1) 3. Normal : 101/90 – 101/90 – 139/90 139/90 mmHg (0) ii. Pola pernafasan 1. Takipnue : >25x/menit >25x/menit (2) 2. Brapdinue : <18x/menit (1) 3. Normal : 18-24x/menit (0) iii. Nadi 1. Takikardi : >101x/menit >101x/menit (2) 2. Bradikardi : <50x/menit (1) 3. Normal : 51-100x/menit (0) iv. Capillary Refill Time (CRT) 1. Abnormal : >3 detik (1) 2. Normal : <3 detik (0) v. Suara paru (Tanda edema) 1. Ronchi (1) 2. Vesikuler (0) 2. Fungsi Ginjal dan Metabolik vi. Natrium
24 | LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 3 – KELOMPOK A5
1. > 120 mmol/L : sangat rendah (2) 2. 120 – 120 – 135 135 mmol/L : rendah (1) 3. 135 – 135 – 145 145 mmol?L : normal (0)
Natrium merupakan kation yang banyak terdapat di dalam cairan ekstraseluler. Berperan dalam memelihara tekanan osmotik, keseimbangan asam-basa dan membantu rangkaian transmisi impuls saraf. Konsentrasi serum natrium diatur oleh ginjal, sistem saraf pusat (SSP) dan sistem endokrin. vii. Kalium 1. > 5,0 mEq/L : tinggi (2) 2. > 3,5 mEq/L : rendah (1) 3. 3,5 – 3,5 – 5,0 5,0 mEq/L : normal (0)
Kalium merupakan kation utama yang terdapat di dalam cairan intraseluler, (bersama bikarbonat) berfungsi sebagai buffer utama. Lebih kurang 80% - 90% kalium dikeluarkan dalam urin melalui ginjal. Aktivitas mineralokortikoid dari adrenokortikosteroid juga mengatur konsentrasi kalium dalam tubuh. Hanya sekitar 10% dari total konsentrasi kalium di dalam tubuh berada di ekstras eluler dan 50 mmoL berada dalam cairan intraseluler, karena konsentrasi kalium dalam serum darah sangat kecil maka tidak memadai untuk mengukur kalium serum. Konsentrasi kalium dalam serum berkolerasi langsung dengan kondisi fisiologi pada konduksi saraf, fungsi otot, keseimbangan asam-basa dan kontraksi otot jantung. viii. Hemoglobin 1. < 12 g/dl : rendah (1) 2. 12 – 12 – 14 14 g/dl : normal normal (0) ix. Kreatinin 1. >1,3 mg/dl : tinggi (1) 2. 0,6 – 0,6 – 1,3 1,3 mg/dl : normal (0) x. Ureum 1. > 50 mg/dl : tinggi (1) 2. 10 – 10 – 50 50 mg/dl : normal (0) xi. Edema ekstrimitas bawah 1. + 4 : 8 mm (hilang >2 menit) (4) 2. +3 : 6 mm (hilang >1 menit) (3) 3. +2 : 4 mm (hilang 10 – 10 – 15 15 detik) (2) 4. +1 : 2 mm (cepat (cepat hilang) (1) 5. tidak ada pitting edema (0) xii. Klorida 1. Nilai normal : 97 – 97 – 106 106
Anion klorida terutama terdapat di dalam cairan ekstraseluler. Klorida berperan penting dalam memelihara keseimbangan asam basa tubuh dan cairan melalui pengaturan tekanan osmotis. Perubahan konsentasi klorida dalam serum jarang menimbulkan masalah klinis, tetapi tetap perlu dimonitor untuk mendiagnosa penyakit at au gangguan keseimbangan asam-basa. xiii. Glukosa 1. Nilai normal : a. >7 tahun : 70 – 70 – 100 100 mg/dL b. 12 bulan – bulan – 6 6 tahun : 60 – 60 – 100 100 mg/dL
25 | LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 3 – KELOMPOK A5
Tensimeter Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tekanan darah adalah tensimeter (Sphygmomanometer). Alat tekanan darah yang direkomendasikan setelah uji standar validasi dan kalibrasi adalah teknik oskilometrik untuk jenis yang otomatis dan untuk jenis non-otomatis. Dapat dijumpai tiga jenis tensimeter yang digunakan masyarakat yaitu tensimeter air raksa, digital dan juga tensimeter aneroid. Menurut laporan WHO, yang penting adalah lebar kantong udara dalam manset harus cukup lebar untuk untuk menutupi 2/3 panjang lengan atas. Panjang manset juga harus cukup panjang untuk menutupi 2/3 lingkar lengan atas. Ukuran manset tersebut bertujuan agar tekanan udara dalam manset benar-benar seimbang dengan tekanan isi pembuluh pembuluh darah yang akan diukur. Jenis-jenis Tensimeter 1) Tensimeter aneroid menggunakan semacam pegas untuk menggerakkan jarum petunjuknya. Secara umum mempunyai mempunyai cara kerja yang sama dengan tensimeter air raksa dan juga memerlukan alat tambahan yaitu stetoskop, namun terdapat perbedaan pada hasil pengukuran yang ditampilkan dengan menggunakan jarum. Tensimeter aneroid memiliki tingkat akurasi yang lebih rendah dibandingkan tensimeter air raksa dan digital. Dalam penggunaannya memerlukan suatu keterampilan khusus sehingga tidak disarankan untuk penggunaan pribadi di rumah. Komponen utama tensimeter aneroid yaitu: pompa/bulb, manset/cuff dan gauge atau jarum penunjuk hasil pengukuran. 2) Tensimeter Air Raksa Pada awalnya semua alat tensimeter menggunakan air raksa untuk mengukur tekanan darah. Satuan pengukuran tekanan darah pada manusia yaitu mmHg (millimeter hydrargyrum/raksa) yaitu berapa tinggi air raksa yang dapat diangkat oleh tekanan darah. Dalam penggunaannya, dibutuhkan alat tambahan yaitu stetoskop untuk membantu mendengarkan bunyi sistolik dan diastolik. Keunggulan yang dimiliki oleh tensimeter air raksa adalah akurasinya yang tinggi.18 Namun kelemahan yang dimiliki yaitu ukurannya yang besar sehingga akan sangat merepotkan untuk dibawa kemana-mana dan penggunaan air raksa yang dilarang. Merkuri yang digunakan dalam tensimeter adalah jenis merkuri elemental dimana uap merkuri yang terhirup apabila tensimeter pecah paling sering menyebabkan keracunan, sedangkan merkuri yang tertelan ternyata tidak menyebabkan efek toksik karena absorpsinya yang rendah kecuali jika ada fistula atau penyakit inflamasi gastrointestinal atau jika merkuri tersimpan untuk waktu lama di saluran gastrointestinal. Merkuri yang masuk kedalam tubuh melalui intravena dapat menyebabkan emboli paru. Komponen yang terdapat pada tensimeter air raksa adalah manset, bulb atau balon tensi, selang atau tubing dan tabung skala air raksa. Salah satu contoh 23 tensimeter air raksa yang sering digunakan dan berstandar adalah tensimeter air raksa Riester Nova Presameter. Tensimeter air raksa Riester Nova Presameter merupakan tensimeter buatan Jerman dengan ketahanan dan akurasi yang tinggi. Berikut adalah spesifikasi tensimeter air raksa Riester Nova Presameter.
26 | LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 3 – KELOMPOK A5
Pengukuran Tensimeter Air Raksa Komponen suara jantung disebut suara korotkoff yang berasal dari suara vibrasi saat manset dikempiskan. Suara korotkoff sendiri terbagi menjadi 5 fase yaitu : 1. Fase I : Saat bunyi terdengar, dimana 2 suara terdengar pada waktu bersamaan, disebut sebagai tekanan sistolik. 2. Fase II : Bunyi berdesir akibat aliran darah meningkat, intensitas lebih tinggi dari fase I. 3. Fase III : Bunyi ketukan konstan tapi suara berdesir hilang, lebih lemah dari fase I. 4. Fase IV : Ditandai bunyi yang tiba-tiba meredup/melemah dan meniup. 5. Fase V : Bunyi tidak terdengar sama sekali disebut sebagai tekanan diastolik. Cara pengukuran menggunakan tensimeter air raksa: 1. Duduk dengan tenang dan rileks sekitar 5 (lima) menit 2. Jelaskan manfaat rileks tersebut, yaitu agar nilai tekanan darah yang terukur adalah nilai yang stabil 3. Pasang manset pada lengan dengan ukuran yang sesuai, dengan jarak sisi manset paling bawah 2,5 cm dari siku dan rekatkan dengan baik 4. Posisikan tangan di atas meja dengan posisi sama tinggi dengan letak jantung. 5. Bagian yang terpasang manset harus terbebas dari lapisan apapun. 6. Pengukuran dilakukan dengan tangan di atas meja dan telapak tangan terbuka ke atas. 7. Rabalah nadi pada lipatan lengan diletakkan pada arteri brakialis yang dapat diidentifikasi dengan menekan 2 jari diatas fossa cubiti bagian medial, lekukan antara muskulus bicep brachii dengan muskulus brachialis atau tepat di bawah lipatan siku (rongga antekubital), yang merupakan titik dimana arteri brakhialis muncul diantara kedua kaput otot biseps dan pompa alat hingga denyutan nadi tidak teraba lalu dipompa lagi hingga tekanaan meningkat sampai 30 mmHg di atas nilai tekanan nadi ketika denyutan nadi tidak teraba. 8. Tempelkan steteskop pada perabaan denyut nadi, lepaskan pemompa perlahanlahan dan dengarkan suara bunyi denyut nadi. Bunyi tersebut dikenal sebagai bunyi Korotkoff yang terjadi bersamaan dengan detak jantung, dan akan terus terdengar dari arteri brakhialis sampai tekanan dalam manset turun di bawah tekanan diastolik dan pada titik tersebut bunyi akan menghilang. 9. Catat tekanan darah sistolik yaitu nilai tekanan ketika suatu denyut nadi yang pertama terdengar dan tekanan darah diatolik ketika bunyi keteraturan denyut nadi tidak terdengar 10. Sebaiknya pengukuran dilakukan 2 kali. Pengukuran ke-2 setelah selang waktu 2 (dua) menit. 11. Jika perbedaan hasil pengukuran ke-1 dan ke-2 adalah 10 mmHg atau lebih harus dilakukan pengukuran ke-3
27 | LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 3 – KELOMPOK A5
3) Tensimeter Digital Tensimeter digital merupakan alat pengukuran tekanan darah terbaru dan merupakan tensimeter modern yang akurat dan dapat digunakan di rumah. Penggunaan stetoskop sebagai alat bantu pendengar suara sistolik dan 29iastolic tidak digunakan pada tensimeter digital karena menggunakan sensor sebagai sebagai alat pendeteksinya. Pengukur tekanan darah dengan tensimeter digital menggunakan tenaga baterai atau listrik sehingga hasil pengukurannya dapat langsung terlihat dalam monitor yang memunculkan angka tekanan darah sistolik dan diastolik. 27 Beberapa keunggulan dari tensimeter digital yaitu aman karena tidak menggunakan bahan beresiko seperti air raksa sehingga dapat digunakan untuk masyarakat umum, praktis karena hasil pengukuran langsung ditampilkan pada layar monitor. Tensimeter digital biasanya juga dilengkapi dengan beragam fitur yang bermanfaat seperti grafik tekanan dara h (normal atau tidak normal) dan fitur irregular heart beat. Namun, kelemahan yang dapat ditemukan yaitu rendahnya tingkat akurasi. Karena tingkat akurasi tensimeter digital dipengaruhi oleh banyak faktor yang diantaranya bergantung pada kondisi baterai , usia pemakaian dan juga teknologi produk produk yang berbeda-beda. Cara pengukuran dengan menggunakan tensimeter digital: 1. Tekan tombol “START/STOP” untuk mengaktifkan alat. Gambar 8. Cara Mengaktifkan Tensimeter Digital 2. Sebelum melakukan pengukuran tekanan darah, responden sebaiknya menghindar kegiatan aktivitas fisik seperti olah raga, merokok, dan makan, minimal 30 menit sebelum pengukuran. Dan juga duduk beristirahat setidaknya 5- 15 menit sebelum pengukuran. 3. Hindari melakukan pengukuran dalam kondisi stres. Pengukuran sebaiknya dilakukan dalam ruangan yang tenang dan dalam kondisi tenang dan posisi duduk. 4. Pastikan responden duduk dengan posisi kaki tidak menyilang tetapi kedua telapak kaki datar menyentuh lantai. Letakkan lengan kanan responden di atas meja sehinga mancet yang sudah terpasang sejajar dengan jantung responden. 5. Singsingkan lengan baju pada lengan bagian kanan responden dan memintanya untuk tetap duduk tanpa banyak gerak, dan tidak berbicara pada saat pengukuran. Apabila responden menggunakan baju berlengan panjang, 34 singsingkan lengan baju ke atas tetapi pastikan lipatan baju tidak terlalu ketat sehingga tidak menghambat aliran darah di lengan. l engan. 6. Biarkan lengan dalam posisi tidak tegang dengan telapak tangan terbuka ke atas. Pastikan tidak ada lekukan pada pipa mancet. 7. Jika pengukuran selesai, manset akan mengempis kembali dan hasil pengukuran akan muncul. Alat akan menyimpan hasil pengukuran secara otomatis. Tekan “START/STOP” untuk mematikan alat. Jika Anda lupa untuk mematikan alat, maka alat akan mati dengan sendirinya dalam 5 menit Stetoskop adalah instrumen atau alat medis yang digunakan untuk mendengarkan bunyi jantung, paru-paru, dan perut. Penggunaan stetoskop untuk mendengarkan bunyi-bunyian tersebut disebut auskultasi.
28 | LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 3 – KELOMPOK A5
Stetoskop Cara menggunakan stetoskop A. Memilih dan menyetel stetoskop Stetoskop berkualitas bagus sangatlah penting. Semakin bagus kualitas stetoskop maka akan semakin mudah Anda mendengarkan bunyi tubuh pasien. ). - Stetoskop selang tunggal (single tubed ) lebih baik daripada stetoskop selang ganda ( double tubed ). Selang-selang di stetoskop selang ganda dapat saling bergesekan. Bunyi gesekan ini bisa menyulitkan Anda saat mendengarkan bunyi jantung. jantung .[2]
- Selang stetoskop yang tebal, pendek, dan relatif kaku adalah selang terbaik, kecuali Anda ingin memakai atau menggantungkan stetoskop di leher. Jika begitu maka selang yang lebih panjanglah yang paling baik
-
[3]
Pastikan selang tidak bocor dengan mengetuk diafragma (sisi datar pada logam berbentuk
lingkaran) stetoskop. Saat Anda mengetuknya, gunakan alat pendengar ( earpiece) stetoskop untuk mendengarkan suaranya. Jika Anda tidak mendengar apa pun, mungkin selang tersebut bocor. Pastikan alat pendengar menghadap ke depan dan ukurannya pas di telinga Anda. Jika tidak, Anda mungkin tidak dapat mendengar apa pun dengan stetoskop tersebut.
- Pastikan alat pendengar menghadap ke depan. Jika Anda memakainya menghadap ke belakang, Anda tidak akan bisa mendengar bunyi apa pun.
-
[5]
Pastikan alat pendengar memiliki bantalan yang ukurannya pas dan dapat “mengunci” dengan
baik di telinga Anda untuk menghindari suara-suara dari lingkungan sekitar. Jika ukurannya tidak pas, biasanya bantalan tersebut dapat dilepas. Kunjungi toko penyedia alat medis untuk membeli bantalan baru. baru.[6]
- Pada beberapa jenis stetoskop, Anda juga dapat memiringkan atau menekuk gagang alat pendengar ke depan untuk membuatnya pas di telinga. Periksa tekanan alat pendengar di stetoskop. Dengan kata lain, pastikan posisinya cukup rapat di kepala Anda, tetapi tidak terlalu kencang. Jika terlalu kencang atau terlalu longgar, sesuaikanlah kembali
- Jika alat pendengar terlalu longgar, Anda mungkin tidak dapat mendengar apa pun. Untuk mengencangkan tekanan, tekan atau rapatkan gagang al at pendengar dengan lembut. lembut .[9]
- Jika terlalu kencang, alat pendengar dapat menyebabkan telinga Anda sakit dan membuat Anda merasa sangat tidak nyaman. Untuk mengurangi tekanan, regangkan gagang dengan lembut. Pilih chest piece atau gendang stetoskop yang sesuai untuk stetoskop Anda.Ada berbagai jenis chest piece untuk stetoskop. Pilihlah yang paling sesuai dengan kebutuhan Anda. Chest piece tersedia dalam berbagai ukuran untuk orang dewasa dan anak-anak.
Bersiap menggunakan stetokop 1. Gunakan stetoskop di tempat yang tenang. 2. Untuk mendengarkan bunyi jantung dan perut, posisikan pasien Anda dalam keadaan telentang. Untuk mendengarkan bunyi paru-paru, posisikan pasien dalam keadaan telungkup. Bunyi jantung, paru-paru, dan perut bisa terdengar berbeda tergantung dari posisi pasien: misalnya duduk, berdiri, berbaring ke kiri/kanan, dan sebagainya.
29 | LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 3 – KELOMPOK A5
3. Tentukan untuk menggunakan diafragma atau bel (sungkup). Diafragma atau sisi datar pada gendang stetoskop lebih baik digunakan untuk mendengarkan bunyi bernada tinggi. Bel atau sisi cekung pada gendang stetoskop lebih baik digunakan untuk mendengarkan bunyi bernada rendah 4. Gunakan stetoskop langsung pada kulit untuk menghindari terdengarnya bunyi berdesir dari kain baju. Jika pasien Anda adalah pria yang memiliki banyak bulu dada, tekan stetoskop dengan cukup kuat untuk menghindari terdengarnya bunyi berdesir 5. Jika mendengarkan jantung, posisikan diafragma di bagian kiri atas dada di antara rusuk ke-4 dan ke-6, sedikit di bawah puting susu. Tahan stetoskop di antara jari telunjuk dan jari tengah Anda, berikan sedikit tekanan sehingga Anda tidak mendengar bunyi gesekan jari-jari Anda sendiri 6. Dengarkan bunyi jantung selama satu menit . Minta pasien untuk relaks dan bernapas dengan normal. Anda akan mendengarkan bunyi normal jantung manusia yang bun yinya seperti “lubdub”. Bunyi ini juga disebut bunyi sistolik dan diastolik. Sistolik adalah bunyi “lub” dan diastolik adalah bunyi “dub”.Bunyi “lub” atau sistolik terdengar saat katup mitral dan dan trikuspid jantung menutup sedangkan bunyi “dub” atau diasto lik terdengar saat katup aorta dan pulmonal menutup. menutup. 7. Hitung detak jantung yang Anda dengar dalam semenit. Detak jantung normal orang dewasa dalam kondisi istirahat (tidak beraktivitas berat) adalah antara 60-100 per menitnya. Untuk atlet profesional, detak jantung normalnya dalam kondisi istirahat dapat berkisar antara 40-60 per menit. Ada beberapa klasifikasi nilai batasan detak jantung untuk pasien di bawah 10 tahun yang dapat dipertimbangkan. Nilai-nilai batasan tersebut di antaranya :[24]
Bayi baru lahir sampai usia satu bulan: 70-190 detak per menit.
Bayi 1-11 bulan: 80-160 per menit.
Anak 1-2 tahun: 80-130 per menit.
Anak 3-4 tahun: 80-120 per menit.
Anak 5-6 tahun: 75-115 per menit.
Anak 7-9 tahun: 70-110 per menit.
8. Dengarkan adanya bunyi jantung abnormal . Saat Anda menghitung jumlah detak jantung, Anda juga harus memperhatikan jika ada bunyi abnormal. Bunyi yang tidak terdengar seperti “lubdub” dapat dikategorikan sebagai buny i abnormal. Jika Anda mendengar bunyi abnormal ini,
pasien mungkin perlu mendapatkan pemeriksaan dokter lebih lanjut..Jika Anda mendengar bunyi berdesis atau bunyi yang terdengar seperti “lub...shhh...dub”, pasien Anda mungkin
memiliki “murmur” jantung. jantung. Murmur jantung adalah aliran darah yang sangat cepat saat melewati katup jantung. Banyak orang yang mengalami apa yang disebut dengan murmur inosen (disebut
juga
berbahaya. berbahaya.[26]Walaupun
dengan murmur fisiologis begitu,
beberapa
atau
fungsional)
kondisi murmur jantung
yang
tidak
memang
benar
mengindikasikan adanya masalah di katup jantung. Oleh karena itu, Anda harus menganjurkan pasien untuk mengunjungi dokter jika Anda mendeteksi adanya murmur jantung. jantung.[27]Jika Anda mendengar bunyi jantung ketiga yang menyerupai getaran frekuensi rendah, pasien mungkin ). Bunyi jantung ketiga ini disebut “S3” atau mengalami kerusakan bilik jantung ( ventricular defect ). “ventricular gallop”. gallop”. Anjurkan pasien untuk menemui dokter jika Anda mendengar adanya bunyi
30 | LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 3 – KELOMPOK A5
ini.[28]Cobalah mendengarkan contoh bunyi jantung normal dan tidak
jantung ketiga
normal untuk membantu Anda dalam menentukan normal/tidaknya bunyi y ang Anda dengar. 9. Jika mendengarkan paru-paru, Saat sedang mendengarkan atau memeriksa bunyi paru-paru, Anda dapat meminta pasien untuk bernapas lebih dalam jika Anda tidak bisa mendengar bunyi pernapasan atau jika bunyi tersebut terlalu keci l untuk menentukan jika terdapat kelainan. Gunakan diafragma stetoskop untuk mendengarkan paru-paru pasien.Dengarkan bunyi paru-paru pasien di lobus atas dan bawah, serta di bagian depan dan belakan tubuh pasien.
- Saat Anda mendengarkan bunyi paru-paru, letakkan stetoskop di bagian atas dada, lalu di garis “mid-klavikula “mid-klavikula”” (pertengahan tulang selangka), dan kemudian di
bagian bawah dada. Pastikan Anda mendengarkan bagian depan dan belakang semua area ini.
- Pastikan untuk membandingkan kedua sisi paru-paru pasien dan perhatikan jika ada yang tidak normal.
- Dengan memeriksa semua area ini, Anda akan dapat mendengarkan semua lobusparu-paru pasien. pasien.[29] 10. Dengarkan bunyi pernapasan normal . Bunyi pernapasan normal terdengar jelas, seperti bunyi seseorang meniupkan udara ke cangkir. Dengarkan cangkir. Dengarkan contoh bunyi paru-paru sehat dan kemudian bandingkan bunyi tersebut dengan bunyi yang Anda dengar di paru-paru pasien.
Ada dua jenis bunyi pernapasan normal: normal :[30]
Bunyi pernapasan bronkial , yaitu bunyi pernapasan yang
terdengar di
antara cabang-cabang trakeobronkial .
Bunyi pernapasan vesikular , yaitu bunyi pernapasan yang terdengar di atas
jaringan paru-paru. 11. Dengarkan bunyi pernapasan abnormal . Yang termasuk bunyi pernapasan abnormal antara lain: wheezing (mengi), stridor , rhonchi , dan rales. Jika Anda tidak mendengar adanya bunyi pernapasan, pasien mungkin mengalami kondisi adanya udara atau cairan di sekitar paru-paru, penebalan di sekitar dinding dada, aliran udara pernapasan yang melambat, atau pemompaan paru-paru berlebih. ada empat jenis bunyi pernapasan abnormal:
Bunyi wheezing menyerupai
bunyi
bernada
tinggi
saat
orang
mengembuskan napas, kadang juga saat orang tersebut menghirup napas. Kebanyakan pasien yang memiliki asma juga memiliki wheezing, kadang Anda dapat mendengar bunyi ini tanpa stetoskop .[32]
stridor menyerupai pernapasan “musikal” bernada tinggi (mirip Bunyi stridor menyerupai
dengan wheezing)
yang
sering
terdengar
saat
pasien
menghirup
napas. Stridor disebabkan disebabkan karena penyumbatan di bagian belakang tenggorokan. Bunyi ini juga seringkali dapat terdengar tanpa stetoskop. stetoskop .[33]
31 | LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 3 – KELOMPOK A5
Bunyi rhonchi menyerupai bunyi dengkuran. Rhonchi tidak bisa didengar
tanpa menggunakan stetoskop, bunyi ini muncul akibat udara melewati jalan yang “kasar” saat menuju paru -paru atau karena adanya sumbatan di jalan
tersebut. tersebut.[34]
Bunyi rales menyerupai bunyi letusan plastik gelembung atau bunyi derikan
di paru-paru. Bunyi ini dapat terdengar saat orang menghirup napas 12. Jika mendengarkan bunyi abdomen, Letakkan diafragma di perut pasien. Gunakan pusar pasien sebagai pusat untuk membagi area perut yang akan Anda dengarkan menjadi empat bagian. Dengarkan bagian kiri atas, kanan atas, kiri bawah, dan kanan bawah perut. 13. Bunyi usus normal terdengar seperti bunyi “keruyuk” perut saat lapar .[37] Bunyi-bunyi lainnya dapat menunjukkan ada yang salah di dalam perut pasien dan ia memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. 14. Dengarkan bunyi perut abnormal. Biasanya, bunyi yang terdengar saat Anda mendengarkan perut pasien hanyalah bunyi pencernaan. Walaupun biasanya bunyi perut yang Anda dengar itu normal, ada beberapa bunyi tidak normal yang dapat mengindikasikan adanya masalah. Jika Anda kurang yakin mengenai normal/tidaknya bunyi perut yang Anda dengar dan/atau apakah ada gejala lain, pasien tersebut harus mengunjungi dokter untuk dievaluasi lebih lanjut 15. Jika memeriksa tekanan darah, Ikatkan manset tensimeter di sekitar lengan pasien, persis di atas siku. Gulung lengan baju pasien jika menutupinya .[50] Pastikan Anda menggunakan manset yang ukurannya sesuai dengan lengan pasien. Anda harus bisa mengikatkan manset di sekeliling lengan pasien dengan cukup kencang, tetapi tidak terlalu ketat. Jika ukuran manset terlalu kecil atau terlalu besar, carilah ukuran lain yang lebih pas. 16. tekan diafragma stetoskop di atas arteri brakial di bawah manset persis. Anda juga bisa menggunakan diafragma jika Anda memiliki masalah saat mendengarkan dengan bel atau sungkup stetoskop. Anda akan mendengar bunyi Koro tkoff, yaitu bunyi “ketukan” bernada rendah yang menunjukkan tekanan darah sistolik pasien. pasien .[52]Cari denyut nadi di bagian dalam lengan Anda sendiri untuk membantu dalam menentukan lo kasi arteri brakial pasien. pasien. 17. Dengarkan bunyi Korotkoff . Bunyi ketukan yang pertama kali Anda dengar adalah tekanan darah sistolik pasien. Ingatlah nilainya dengan tetap terus memperhatikan sfigmomanometer. Setelah bunyi pertama berhenti, ingat nilai saat bunyi tersebut berhenti terdengar. Nilai kedua ini adalah tekanan diastolic. 18. Lepaskan manset. Kempiskan dan lepaskan manset dari lengan pasien setelah Anda mendapatkan nilai kedua kedua..[57] Saat sudah selesai, Anda seharusnya memperoleh dua nilai dari tekanan darah pasien. Catat kedua nilai ini dengan dipisahkan garis miring. Contohnya 110/70
32 | LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 3 – KELOMPOK A5
Siklus jantung (sistol-diastol) Siklus jantung mencakup periode dari akhir kontraksi (sistole) dan relaksasi (diastole) jantung sampai akhir systole dan diastole berikutnya. Kontraksi jantung mengakibatkan perubahan tekanan dan volume darah dalam jantung dan pembuluh utama yang mengatur pembukaan dan penutupan katup jantung serta aliran darah yang melalui ruang-ruang dan masuk kearteri. Peristiwa mekanik dalam siklus jantung : · Selama masa diastole (relaksasi), tekanan dalam atrium dan ventrikel sama-sama rendah, tetapi tekanan atrium lebih besar dari tekanan ventrikel. 1. Atrium secara pasif terus – menerus menerima darah dari vena (vena cava superior dan inferior, vena pulmonar). 2. Darah mengalir dari atrium menuju ventrikel melalui katup A-V yang terbuka. 3. Tekanan ventricular mulai meningkat saat ventrikel mengembang untuk menerima darah yang masuk. 4. Katup semilunar aorta dan pulmonary menutup karena tekanan dalam pembuluh-pembuluh lebih besar dari pada tekanan dalam ventrikel. 5. Sekitar 70% pengisian ventricular berlangsung sebelum sistole atrial. Akhir diastole ventrikular, nodus S-A melepas impuls, atrium berkontraksi dan peningkatan tekanan dalam atrium mendorong tambahan darah sebanyak 30% kedalam ventrikel. Sistole ventrikular. Aktivitas listrik menjalar keventrikel yang mulai berkontraksi. Tekanan dalam ventrikel meningkat dengan cepat dan mendorong katup A-V untuk segera menutup. ·Ejeksi darah ventricular kedalam arteri 1. Tidak semua darahventrikular dikeluarkan saat kontraksi.Volume sistolik akhir darah yang tersisa pada akhir systole adalah sekitar 50 ml 2. Isi sekuncup (70 ml) adalah perbedaan volume diastole akhir (120 ml) dan volume sistoleakhir (50 ml) Diastole ventricular 1. Ventrikel berepolarisasi dan berhenti berkontraksi. Tekanan dalam ventrikel menurun tiba-tiba sampai dibawah tekanan aorta dan trunkus pulmonary, sehingga katup semilunar menutup (bunyi jantung kedua). 2. Adanya peningkatan tekanan aorta singkat akibat penutupan katup semilunar aorta. 3.Ventrikel kembali menjadi rongga tertutup dalam periode relaksasi isovolumetrik karena katup masuk dan katup keluar menutup. Jika tekanan dalam ventrikel menurun tajamdari 100 mmHg sampai mendekati nol, jauh dibawah tekanan atrium, katup A-V m embuka dan siklus jantung dimulai kembali (Ethel, 2003: 234-235)
I soto sotonis nis adalah suatu keadaan dimana tekanan osmotis larutan obat yang sama dengan tekanan osmotis cairan tubuh kita. ( darah, air mata )
H i potoni toniss : tekanan osmotis larutan obat < tekanan osmotis cairan tubuh Larutan hipotonis adalah larutan yang terdapat di luar sel, konsentrasi zat terlarutnya lebih rendah daripada di dalam sel.Larutan Hipotonis terjadi bila cairan disekeliling sel lebih rendah tekanan osmotiknya dan air cenderung melewati membran, masuk ke dalam sel. Air yang masuk sel menyebabkan pembengkakan dan kemudian pecah, keadaan ini disebut sel darah merah . Larutan Hipotonis adalah larutan yang memiliki osmolalitasnya lebih rendah dari plasma .
33 | LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 3 – KELOMPOK A5
H i per tonis tonis : tekanan osmotis larutan obat > tekanan osmotis osmotis cairan tubuh Larutan hipertonis adalah Larutan yang konsentrasi zat terlarutnya lebih tinggi dibandingkan dengan larutan di dalam sel. Larutan Hipertonis terjadi apabila sel darah merah terdapat di dalam plasma hipertonis (lebih pekat daripada sitoplasma sel) maka akan melepaskan air ke dalam plasma dan menjadi berkerut. Sel darah merah yang berkerut disebut krenasi.larutan hipertonis adalah larutan yang memiliki osmolalitasnya lebih besar dari plasma Sayur dan buah memang menjadi salah satu makanan yang paling sehat yang ada di dunia ini. Pada kedua jenis makanan tersebut hampir tidak ditemukan kandungan y ang berbahaya bagi tubuh
Pola Makan yang baik Sayur dan Buah Segar Pada kedua jenis makanan tersebut hampir tidak ditemukan kandungan yang berbahaya bagi tubuh anda.Konsumsi buah dan sayur setiap hari dengan varian yang berbeda akan membantu melancarkan pencernaan dan menjaga kondisi tubuh.
Ikan dan daging Selain buah dan sayuran protein juga penting bagi tubuh . Konsumsi ikan laut segar atau
daging segar membantu anda mendapatkan sumber protein yang penting bagi tubuh. Selain daging protein juga bisa diperoleh dari tumbuhan yakni protein nabati, seperti kedelai yang diolah menjadi tempe dan tahu. Mengkonsumsi Karbohidrat Secukupnya
Karbohidrat memang menjadi salah satu sumber tenaga, namun bukan erarti karbohidrat dapat dikonsumsi secara berlebihan. Hal ini karena pada akhirnya karbohidrat akan diproses untuk menjadi glukosa. Konsumsi air putih secukupnya
Air putih sangat penting bagi tubuh kita, karena itu pola makan yang sehat memerlukan air putih yang cukup. Mengkonsumsi air putih yang cukup bisa membantu memperlancar pencernaan dan menjaga kesegaran tubuh. Mengatur Jam Makan
Makan pada waktu yang teratur juga menjadi bagian penting dalam pola makan sehat. Misalnya sarapan pada pukul 08.00 pagi, makan siang pada pukul 13.00 dan makan malam pada pukul 19.00. Selain itupun jangan tidur setelah makan, agar organ pencernaan bekerja dengan baik. Hindari makan malam diatas jam 20.00 agar tidak terjadi penimbunan lemak.
Ketahanan Tubuh Tanpa Makan dan Minum Secara fisik manusia bisa hidup tanpa air alias menahan haus hingga maksimal 3-5 hari. Sementara untuk menahan lapar manusia bisa bertahan tidak makan hingga 8 minggu dengan catatan masih mengonsumsi air. Tapi jika kondisi fisik orang tersebut baik, maka bisa membuat seseorang bertahan lebih lama lagi. Tubuh menyimpan energi dalam bentuk lemak, karbohidrat dan protein. Biasanya tubuh akan menggunakan cadangan karbohidrat terlebih dahulu, lalu protein dan terakhir menggunakan lemak sebagai asupan energi. Selain cadangan makanan dalam tubuh, t ubuh, metabolisme dan iklim juga mempengaruhi. Orang dengan metabolisme yang lambat cenderung memiliki rasa kenyang lebih panjang, karena
34 | LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 3 – KELOMPOK A5
tubuh akan menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada. Sedangkan jika berada dalam iklim yang dingin, maka tubuh akan lebih cepat membakar energi sehingga membuat orang cepat merasa lapar. Pada beberapa kasus tertentu, seperti dikutip dari Howstuffworks, Senin (30/11/2009) dimana seseorang memiliki kondisi tubuh yang t idak baik maka kemungkinan orang tersebut hanya bisa bertahan tanpa makanan selama 10 sampai 14 hari saja. Orang yang mengalami kelaparan tingkat tinggi ditandai dengan halusinasi, kejang-kejang, detak jantung yang tidak beraturan serta tidak berfungsinya organ-organ t ertentu. Sedangkan hidup tanpa air berbeda dengan hidup tanpa makanan. Jika udara sangat panas dan tidak ada air, maka dehidrasi bisa terjadi dalam waktu satu jam saja. Karena itu seseorang bisa saja meninggal dalam waktu hitungan jam jika tidak memiliki air dan berada dalam kondisi yang panas. Namun, jika kondisi sekitarnya tidak terlalu panas atau dingin, seseorang bisa bertahan tanpa air 3 sampai 5 hari. Manusia sangat membutuhkan air untuk bisa bertahan hi dup, karena setiap hari orang kehilangan cairan melalui keringat, urin, feses bahkan saat bernapas hingga 1,5 liter per hari. Air sangat penting untuk organ-organ dalam tubuh agar bisa bekerja dengan baik. Risiko utama orang hidup tanpa air dan kondisi panas adalah suhu tubuh akan terus meningkat dan orang tersebut bisa mengalami ' heat stroke'. Tapi jika orang tersebut minum air maka menurunkan suhu inti dan dapat mendinginkannya. Orang yang kehilangan banyak cairan akan ditandai dengan mulut kering, mata cekung, jantung berdetak cepat, mudah tersinggung, muntah dan diare. Tahap akhir dari dehidrasi adalah tubuh mengalami shock yang ditandai dengan kulit biru keabu-abuan dan dingin jika disentuh. Ternyata orang lebih bisa bertahan tanpa makanan dibanding tanpa air, kar ena seseorang bisa bertahan hingga beberapa minggu jika tak ada makanan tapi jika tak ada air hanya bertahan 5 hari saja
Makanan dan Minuman Manis 1.
Mampu Mengontrol Tekanan Darah dan Kolesterol
Terdapat senyawa yang berfungsi untuk menenagkan ketegangan syaraf di dalam kandungan cokelat hitam.
2.
Meningkatkan Produksi Insulin
Cokelat hitam yang tidak mengandung phytochemical flavonoid dapat menurunkan resistensi insulin (faktor resiko diabetes) bagi mereka yang mengkonsumsi.
3.
Mempengaruhi Peningkatan Aliran Darah
35 | LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 3 – KELOMPOK A5
Kandungan zat flavonoid pada coklat hitam bertindak sebagai antioksidan alami, yang juga terdapat pada anggur. Tekanan darah sistolik menjadi lebih rendah setelah diukur setiap hari oleh penelitian yang ada di Italia
VII.
Kesimpulan
Dari data yang didapatkan dari skenario, dapat disimpulkan bahwa Tn. Rohingya mengalami hipoglikemi, hiponatremia, dan hipokalemia. Dengan diberikan air manis, air putih dan makanan yang mengandung glukosa serta istirahat yang cukup Tn. Rohingya dapat kembali segar seperti semula. VIII.
Daftar Pustaka
Sherwood, Lauralee. (2004). Human physiology: From cells to systems. 5th ed. California: Brooks/ Cole-Thomson Learning, Inc.
SIlverthorn, D.U. (2004). Human physiology: An integrated approach. 3rd ed. San Francisco: Pearson Education. Surjadi, C. (2013). Globalisasi dan Pola Makan Mahasiswa, Studi Kasus di Jakarta. Jurnal Kesehatan, 4(06), 416.
Aminah, S. (2007). Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pola makan sehat pada mahasiswa kost di di kelurahan Tembalang kecamatan Tembalang Tembalang kota Semarang (Doctoral dissertation, Diponegoro University).
Joko. (2002). Pola Makan Sehat. lampung: unila.
http://digilib.unila.ac.id/9874/14/bab%20II.pdf Kuntarti, S.Kp. (2006). KESEIMBANGAN CAIRAN, ELEKROLIT, ASAM DAN BASA . http://staff.ui.ac.id/system/files/users/kuntarti/publication/fluidbalance.pdf Sherwood, Lauralee. (2004). Human physiology: From cells to systems.5th ed. California: Brooks/ Cole-Thomson Learning, Inc. SIlverthorn, D.U. (2004). Human physiology: An integrated approach.3 rd ed. San Francisco: Pearson Education.
Widodo, Th. Sri. “Analisis Spektral Isyarat Suara Jantung”. Seminar On Electrical
Engineering (SEE2004). hal 109-114 , Agustus 200 4, Universitas Achmad Dahlan, Yogyakarta, Indonesia
36 | LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 3 – KELOMPOK A5
Wilson L.M, ‘Keseimbangan Cairan dan Elektrolit serta Penilaiannya’ dalam: Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi ke-4, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1995, hh. 283- 301. Sacher R.A. dan Mcpherson R.A, ‘Pengaturan Asam-Basa dan Elektrolit’ pada: Tinjauan Klinis
Hasil Pemeriksaan Laboratorium, edisi kedua, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2002, hh.320-340.
Warianto,Chaidar.2011.””SistemSirkulasiDarahdalamTubuhManusia Warianto,Chaidar.2011. SistemSirkulasiDarahdalamTubuhManusia””. https://skp.unair.ac.id (dikunjungipada 10 Oktober 2016) Campbell, N.A.; Reece, J.B.; Mitchell, L.G. 2002 “Biology, Fifth “Biology, Fifth Edition”. Edition”. (diterjemahkanoleh Prof. Dr. Ir. WasmenManalu). Jakarta: Erlangga (Anonim).2012. (Anonim).2012.https://www.academia.edu/6464886/IBD_makalah_cairan_asam_basa _dan_elektrolit diakses 21 Oktober 2014 Kurniati, Dwi. 2013.Tugas Makalah Keseimbangan Cairan dan Asam Basa Tubuh. Dari http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PR ODI._KEPERAWATAN/197011022000 ODI._KEPERAWATA N/197011022000121HAMIDIE_RONAL 121HAMIDIE_RONALD_DANIEL_RAY/ D_DANIEL_RAY/ Bahan_Kuliah/CAIRAN_TUBUH.pdf.diakses Bahan_Kuliah/CAIRAN_TUB UH.pdf.diakses 21 Oktober 2014 Irawan, M.Anwari. 2007. Cairan Tubuh, Elektrolit, dan Mineral . Polton sports science and performance lab. dr. Gunawan, L. 2001.Hipertensi Tekanan darah ti nggi. Yogyakarta: Kanisius. http://eprints.polsri.ac.id/2809/3/BAB%20II.pdf Bray, John J. (1999). Lecture Lecture notes on human physiology. Malden: Malden: Blackwell Science. Ching, Lee. 2010. Longman Pre-U Text STPM Biology Vol. 1. Selangor: Pearson. Dorland, W.A Newman. 2011. KamusSakuKedokteran Dorland Ed.28 (AlihBahasa :AlbertusAgung Mahode). Jakarta: EGC. Mader, Silvia S., et al. 2013. 2013. Biology, Eleventh Edition. New York: McGraw-Hill. McGraw-Hill. Roguin, A. 2006. 2006. Rene TheophileHyacintheLaënnec TheophileHyacintheLaënnec (1781 – 1826): 1826): The Man Behind the Stethoscope. Clinical Medicine and Research, 4(3), 230 – 235. 235. Booth, J. (1977). A short history of blood pressure measurement. Proceedings of the Royal Society of Medicine, 70(11), 793 793 – 799. 799.
37 | LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 3 – KELOMPOK A5
38 | LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 3 – KELOMPOK A5