2.1 Ternak Sapi Perah Sapi perah merupakan salah satu ternak yang di budidayakan sebagai penghasil susu untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Tujuan utama pemeliharaan sapi pera adalah sebagai upaya pemanfaatan produksi susu yang melebihi kebutuhan anaknya sebagai pemenuhan kebutuhan gizi bagi manusia. Susu yang dihasilkan sapi perah ka ya akan zat gizi dan dibutuhkan oleh tubuh sebagai zat pembangun terutama pada masa pertumbuhan. Pertumbuhan populasi sapi perah dari tahun ketahun rata-rata meningkat. Seiring dengan peningkatan kebutuhan susu masyarakat, memicu produsen susu untuk menghasilkan produksi susu yang berlimpah melalui peningkatan kualitas manajemen pemeliharaaan sapi perah. Di PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan mengembangkan beberapa jenis sapi perah, antara lain : 1. Sapi FH Sapi perah yang paling banyak dikembangkan di Indonesia khususnya di PT. UPBS adalah sapi perah Friesian perah Friesian Holstein Holstein (FH), sapi FH merupakan merupakan bangsa sapi sapi yang berasal dari Belanda yaitu di Provinsi North North Holand dan West Friesland yang memiliki padang rumput yang sangat luas. Mempertimbangkan luas. Mempertimbangkan dari letak strategis dengan suhu yang pas untuk dijadikan tempat pemeliharaan sapi perah FH. Dengan lokasi strategis seperti saat ini maka sebagian sapi yang dipelihara adalah sapi perah jenis FH di PT. UPBS dianggap paling menguntungkan karena produksinya yang tinggi. Sapi-sapi FH di PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan sebagian besar impor dari Australia, akan tetapi ada juga yang merupakan persilangan dengan bangsa sapi lain atau sering disebut dengan sapi Peranakan FH. 2. Sapi Jersey Di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan terdapat sapi jenis jersey akan tetapi jumlahnya sedikit. Sapi jersey di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan seiring berjalanya waktu terus di kurangi untuk efisiensi manajemen pemeliharaan, Hal ini di di karenakan adanya sapi jersey menjadikan manajemen pemeliharaan kurang efisien karena memiliki beberapa perlakuan yang berbeda dengan bangsa sapi Friesian Holstein (FH). Tabel 1. Jumlah sapi yang di pelihara di PT. UPBS Status Ternak
Jumlah (ekor)
Presentase (%)
Pejantan
5
0,1
Pedet
205
5,5
Dara
935
25,2
Dara Bunting
467
12,6
Kering Bunting
241
6,5
Laktasi
1.108
29,8
Laktasi Bunting
754
20,3
Total
3.715
100
Sumber : PT. UPBS (27 September 2017) Postur tubuh sapi jersey yang lebih kecil dari FH menjadikan adanya dominasi dalam kandang. Selain itu beberapa peralatan kandang tidak mendukung untuk jenis sapi jersey, seperti posisi headlock pada kandang jepit yang terlalu tinggi menjadikan kepala sapi jersey tidak bisa masuk.
2.2 Manajemen Pemeliharaan Sapi Perah 2.2.1 Sistem Perkandangan Kandang merupakan bangunan yang di gunakan sebagai tempat tinggal ternak selama proses pemeliharaan. Kandang yang ada di PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan menggunakan kandang terbuka atau free stall head lock , yaitu sistem kandang yang mengutamakan kebebasan ternak yang di lengkapi dengan bedding atau alas tidur berupa karpet.
Gambar 1. Kandang di PT. UPBS
Gambar 2. Bedding sapi laktasi
Lantai kandang terbuat dari bahan semen yang di desain tidak licin,tidak tajam sehingga tidak melukai kuku sapi. Luas kandang 250 2 dengan panjang 100 m dan lebar 25 m termasuk alley. Kemiringan lantai kandang 2% sehingga air untuk pembersihan kandang mengalir dengan lancar. Kandang di desain senyaman mungkin untuk memberikan rasa nyaman pada sapi sehingga produksi susu dapat di pertahankan. Atap kandang tipe monitor dengan tujuan memperlancar sirkulasi udara dalam kandang sehingga kadar ammonia dalam kandang dapat di meminimalisasi karena kadar ammonia yang tinggi dapat menimbulkan ganguan pada saluran pernafasan ternak. Atap terbuat dari seng di karenakan sifatnya yang kuat dan ekonomis 2.2.2 Pakan Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang biak. Pakan merupakan faktor utama dalam keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan tatalaksana. Pakan yang di berikan di PT. Ultra Peternakan Bandung adalah hijauan dan konsentrat yang telah di formulasi dalam bentuk T otal Mix Ratio (TMR). Hijauan yang di gunakan antara lain king grass,alfalfa,rumput odot,jabon jagung dan daun tebu. King grass dan alfalfa berasal dari lahan PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan sendiri yang memiliki luas ±32 hektar untuk lahan hijauan. 2.2.2.1 Bahan Baku pakan Bahan baku pakan di peroleh dari beberapa supplier, seperti hay yang di datangkan langsung dari lampung secara periodik. Hal ini untuk efisiensi waktu dalam pembuatan pakan.Sedangkan untuk bahan baku silase di gunakan tebon jagung yang berasal dari lingkungan sekitar dari PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan yang telah terjalin lama.
Bahan pakan dari supplier masuk ke PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan masuk dengan melalui timbangan kemudian di lakukan pengecekan bahan pakan di laboratorium pakan untuk mengetahui kadar air sehingga pakan layak di terima atau tidak. Apabila bahan pakan di terima maka langsung diarahkan menuju bungker di Gudang penyimpanan bahan pakan untuk di simpan. Sedangkan untuk bahan pakan berupa hijauan baik tebon jagung langsung menuju tempat pechooperan untuk kemudian di olah menjadi silase. Setelah truk dari Gudang bahan pakan maka truk di timbang kembali untuk mengetahui berat truk kosong sehingga dapat di ketahui bobot bahan pakan yang masuk.
Dalam memperoleh bahan baku pakan PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan memiliki beberapa ketentuan yang di dasarkan pada kandungan bahan kering bahan untuk menentukan kelayakan bahan dan harga pembelian. Berikut adalah acuan kandungan bahan kering pada beberapa bahan pakan di PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan. Tabel 2. Batasan kadar bahan kering pada bahan pakan No
Nama Pakan Alfalfa Fresh Alfalfa Hay Biscuit Copra DDGS Green Rice Straw
Bahan Kering (%) 16 90 94 94 90 25
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Keterangan
Dark Distillers Maize Jerami Segar
King Grass Molases Rice Straw SBM Tebon Wheat
11 75 85 92 33,7 88
Jerami Kering Soya Bean Meal Jagung Fresh Gandum
Sumber: PT. UPBS (27 September 2017)
2.2.2.2 Silase Silase merupakan pakan berkadar air tinggi hasil fermentasi dari hijauan. Pembuatan silase bertujuan untuk menambah lama simpan pakan sehingga dapat menjamin ketersediaan pakan pada musim-musim paceklik. Terdapat empat bungker silase di PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan silase di buat dari hijauan tebon jagung yang kemudian di chopper dan kemudian di fermentasi selama 21 hari. Pembuatan silase di PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan menggunakan metode first in first out, artinya silase yang masuk pertama akan keluar pertama juga. Metode ini memiliki keuntungan yaitu pengontrolan keluar masuk lebih mudah karena hanya satu pintu, akan tetapi untuk silase metode ini juga kurang efisien di karenakan silase yang masuk pertama menjadi lebih lama karena semakin tertimbun dan dapat mengalami resiko kerusakan. 2.2.2.3 Konsentrat Konsentrat adalah pakan ternak yang mengandung serat kasar rendah energi dan BETN yang tinggi serta mudah dicerna oleh ternak. Konsentrat di buat dari bahan-bahan hasil samping pertanian. Adapu n bahan konsentrat yang di gunakan di PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan antara lain: Biskuit, Soybean Meal (SBM), CGF, DDGS, Caustic wheat, J agung giling, rumput laut, Mineral, palgar. Bahan tersebut di campur dengan menggunakan triolet. Konsentrat di berikan secara langsung pada pedet. Akan tetapi konsentrat juga sebagai bahan penyusunan TMR sebagai pakan komplet untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi ternak sapi perah. 2.2.2.4 Total Mix Ratio (TMR) Total Mixed Ratio atau biasa disebut pakan komplit adalah jenis pakan yang cukup mengandung nutrient untuk hewan dalam tingkat fisiologisnya tertentu yang dibentuk dan diberikan sebagai satu-satunya pakan yang mampu memenuhi kehidupan pokok dan produksi tanpa substansi lain, kecuali air. Pakan komplit biasanya berasal dari bahan limbah pertanian yang nilai kualitasnya rendah kemudian dilakukan pengolahan bahan pakan sehingga meningkat nilai kualitasnya. TMR di PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan merupakan pencampuran antara silase,hijauan yang telah di chopper,konsentrat, dan penambahan mineral sesuai dengan kebutuhan masing-masing ternak. Pakan di kelompokkan dalam beberapa kategori yaitu; 1. TMR High yaitu pakan di berikan pada kelompok-kelompok sapi perah yang memiliki produktifitas tinggi yang bertujuan untuk mempertahankan produksi susu.
2. TMR Medium yaitu pakan yang di berikan pada sapi-sapi yang memiliki produksi susu standart. 3. TMR Low yaitu pakan yang di peruntukkan untuk sapi-sapi dengan genetik yang memiliki produksi susu rendah. 4. TMR Fresh merupakan pakan komplit yang di berikan untuk sapisapi pasca partus hingga DIM 21 dengan tujuan perbaikan nutrisi pasca partus. 5. TMR Heifer atau pakan untuk sapi dara, pakan pada heifer terdiri atas TMR Heifer A dan Heifer B. Heifer A di peruntukkan pada sapi dara pada fase pertumbuhan sedangkan Heifer B untuk sapi dara bunting. 6. TMR pedet yang di berikan untuk pedet-pedet yang baru di lakukan penyapihan, sebagai upaya untuk membiasakan pedet terhadap pakan TMR. Dari ke enam TMR tersebut yang menjadi pembeda adalah komposisi mineral penyusunya, hal ini di karenakan kebutuhan mineral masing-masing ternak berbeda. 2.2.3 Pemeliharaan Pedet Pedet yang baru lahir segera dibersihkan lendir yang ada di hidung dan mulut pedet, kemudian di lakukan pemeriksaan pada organ pernafassanya. Apabila belum dapat bernafas, dapat dibantu dengan cara merebahkan badan pedet dengan posisi kaki belakang diatas dan berusaha untuk mengeluarkan cairan amnion yang tertelan pedet dengan cara menekan-nekan pada bingkai dada. Adakalanya pernafasan itu terganggu karena adanya lendir yang terdapat dalam mulut dan tenggorokan, maka lidah ditarik keluar dan lendir dikeluarkan dari mulut dan tenggorokan dengan menggunakan jari telunjuk. Setelah itu dilakukan pencelupan tali pusar menggunakan larutan iodine 7% ke dalam potongan tali pusar agar badan pedet tidak kemasukan bakteri melalui tali pusar. Pencelupan tali pusar penting karena pada saat pedet berada dalam rahim induk, tali pusar berfungsi sebagai jalan darah yang berisi zat-zat makanan dan jika bakteri masuk kedalam tali pusar maka akan menyebabkan omphalitis (radang pusar). Kemudian induk dibiarkan menjilati anaknya karena agar dapat memunculkan mothering ability induk dan dapat memperlancar peredaran darah pedet. Untuk dapat merangsang induk menjilati pedet biasanya pedet ditaburi dengan pakan. Kemudian pedet dipisahkan dengan induknya dan dibawa ke single pen dan induk dibawa kepemerahan kolostrum. Di PT Ultra Peternakan Bandung Selatan pada awal pedet lahir harus mendapatkan kolostrum 1 jam setelah lahir dan 6 jam setelah pemberian kolostrum pertama. Kolostrum merupakan susu yang keluar pertama kali setelah proses kelahiran yang mengandung imunoglobulin dan protein yang tinggi. Pedet
mendapatkan antibodi hanya dari kolostrum. Maka dari itu sangat penting untuk mendapatkan kolostrum dalam waktu 7 jam pertama setelah lahir karena saluran pencernaanya dapat secara maksimal menyerap imunoglobulin. Pedet ditempatkan pada single pen selama 0 – 5 hari. Setelah pedet mendapat kolostrum dari induk pada umur 1 jam dan 6 jam, 24 jam setelah pemberian kolostrum terakhir pedet mendapat milk replacer. Setelah pedet sudah bisa minum dengan baik dan kondisinya baik pedet akan dipindah ke pen yang terdapat calf feeder agar pedet dapat belajar untuk meminum susu dari teat bar. P edet berada dalam calf feeder 1 sampai umur 30 hari. Dalam PT Ultra Peternakan Bandung Selatan pedet sudah dikenalkan konsentrat pada umur 5 hari, hal ini berfungsi agar pedet dapat mengenali konsentrasi dari bau, warna dan b entuk serta agar dapat merangsang pertumbuhan rumen. Pada calf feeder 1 ini atau pedet yang berumur 3 – 30 hari pedet diberikan milk replacer dan tanin dengan kadar pemberian 6,8 liter per ekor per hari serta diberikan konsentrat untuk pengenalan. Kemudian setelah umur 30 - 50 hari pedet dipindahkan ke calf feeder 2 dengan kadar pemberian susu 10,4 liter per ekor per hari. Pada calf feeder 2 pedet diberikan konsentrat secara adlibitum. Pedet yang berumur 60 hari sudah dikenalkan dengan Total Mix Ration karena pedet masuk masa lepas sapih. Pada masa pengenalan TMR, pakan diberi dalam jumlah sedikit dikarenakan pada umur tersebut jika pedet diberi pakan yang mengandung serat kasar (SK) tinggi akan menyebabkan penyumbatan pada saluran pencernaan karena lambung pedet belum bisa mencerna SK secara sempurna dan baik. Pada umur 60 – 90 hari pedet sudah tidak lagi diberikan milk replacer, pedet hanya diberi konsentrat dan TMR secara adlibitum.
2.2.4 Pemeliharaan Sapi Dara Sapi dara merupakan sapi betina umur 1 – 2 tahun lebih dan belum beranak. Pemeliharaan dan pemberian pakan pada sapi perah dara sebelum beranak sangat mempengaruhi pertumbuhan. Pertumbuhan sapi-sapi dara sebelum beranak yang pertama sangat tergantung sekali pada cara pemeliharaan dan pemberian pakan. Standar pertambahan bobot badan sapi mulai umur 3 bulan sampai umur 12 bulan di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan adalah 0,8 per hari atau 24 kg per bulan. Dengan target tersebut diharapkan dara akan mencapai berat badan yang sesuai dengan umur (standar PT.UPBS adalah pada usia 12 bulan bobot sapi dara Frisien Holstain mencapai 350 kg dan untuk sapi jersey sekitar 290 kg), hal ini dilakukan dengan asumsi bobot badan yang sesuai dengan umur akan berpengaruh pada kesiapan tubuh dan organ reproduksi dara tersebut untuk diinseminasi dan bunting pada umur 14 bulan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Widiawati (2011) bahwa periode yang paling menentukan tercapainya potensi genetik sapi perah adalah periode pembesaran mulai dari umur lepas sapih (4 – 5 bulan0 sampai siap untuk
dikawinkan pertama kali (15 – 16 bulan). Pernyataan tersebut tidak sependapat dengan PT Ultra Peternakan Bandung Selatan karena sapi dara pertama kali dikawinkan umur 12 bulan dan mencapai bobot badan 350 kg, dikarenakan PT UPBS mempunyai target 2 tahun sudah menghasilkan anak. Karena terlambat bunting berarti juga sebuah kerugian dalam segi produksi bagi perusahaan sapi perah seperti PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan. Maka dari itu pemberian pakan adalah dalam bentuk TMR (Total Mix Ration) yang berisi campuran hijauan, konsentrat, vitamin dan premix yang mendukung untuk pertumbuhan tubuh dan organ reproduksi dara. Apabila pakan yang diberikan baik, sapi dara menunjukkan birahi pertama sekitar 910 bulan. Pada hari ke-40 setelah inseminasi buatan sapi dara dilakukan PKB yaitu pemerikasaan kebuntingan dengan metode palpasi rektal. Sapi heifer yang positif bunting selanjutnya akan dipindahkan ke kandang kering khusu sapi heifer.
2.2.4.1 Manajemen Perkawinan
2.2.5 Pemeliharaan Sapi perah Periode Laktasi