LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Guil Guilla lain in Bare Bare’’ Synd Syndro rom m ( SGB/ SGB/GB GBS) S) Adala dalah h synd syndro rom m klin klinis is yang yang ditunjukkan oleh awitan akut dari gejala-gejala yang mengenai saraf perifer dan kranial. roses penyakit men!akup demielinasi dan degenasi selaput myelin dari saraf saraf perifer dan kranial yang yang "tiologinya tidak tidak diketahui. ( #udak #udak $ Gallo% &'') Guillain Guillain Bare’ Bare’ Syndrom Syndrom adalah adalah Gangguan Gangguan degeneratif degeneratif terkompl terkomplikas ikasii yang yang sifa sifatn tnya ya dapa dapatt akut akut atau atau kron kronis is.. "tio "tiolo logi gi elu elum m jela jelas* s* mesk meskip ipun un ganggu gangguan an ini mempun mempunya yaii kaitan kaitan denga dengan n mekani mekanisme sme autoim autoimun un sel dan dan humoral eerapa hari sampai + minggu setelah infeksi saluaran pernapasan atas ringan. (,ynda uall % &'') Guillain Bare’ Syndrom adalah ganguan kelemahan neuro-muskular akut yang memuruk se!ara progresif yang dapat mengarah pada kelumpuhan total* tatapi iasanya paralisis sementara. ( 0oenges%+12) 0oenges%+12)
B. Etiologi
3enurut smelt4er (&'') "tiologi / enyea Guillain Bare’ Syndrom tidak jelas/ tidak diketahui. Seagian diketahui. Seagian esar pasien-pasien dengan Sindroma Guillain-Barre (SGB) ini ditimulkan oleh adanya infeksi (pernapasan atau Guillain-Barre gastroint gast rointestin estinal) al) 5-6 ming minggu gu see seelum lum terja terjadi di sera serangan ngan neur neurolo ologik. gik. ada eerapa keadaan dapat terjadi setelah 7aksinasi setelah 7aksinasi atau pemedahan. #al ini diakiatkan oleh infeksi 7irus primer* reaksi imun* dan eeparapa proses lain atau seuah kominasi suatu proses. Beerapa peneliti erkeyakinan ahwa syindrom terseut menpunyai asal 7irus* tetapi tidak ada 7irus yang dapat diisolasi sampai sejauh ini. C. Klasifikasi
Beerapa Beerapa 7arian 7arian dari sindroma sindroma Guillan Guillan-Barr -Barre e dapat dapat diklasif diklasifikasi ikasikan* kan* yaitu% inflammatory demyelinating demyelinating polyradi!uloneuropathy polyradi!uloneuropathy 1. A!ute inflammatory demyelinating polyradi!uloneuropathy polyradi!uloneuropathy 2. Sua!ute inflammatory demyelinating
3. A!ute motor a8onal neuropathy 4. A!ute motor sensory a8onal neuropathy 5. 9isher’s syndrome 6. A!ute pandysautonomia
D. anifestasiKlinis 1. Gamaran :linis
enyakit infeksi dan keadaan prodromal% ada 1'-' ; penderita gejala klinis SGB didahului oleh infeksi ringan saluran nafas atau saluran pen!ernaan* 5-+ minggu seelumnya . Sisanya oleh keadaan seperti erikut % setelah suatu pemedahan* infeksi 7irus lain atau eksantema pada kulit* infeksi akteria* infeksi jamur* penyakit limfoma dan setelah 7aksinasi influen4a 2. 3asa laten
:eluhan utama penderita adalah prestasi pada ujung-ujung ekstremitas* kelumpuhan ekstremitas atau keduanya.:elumpuhan isa pada kedua ekstremitas awah saja atau terjadi serentak pada keempat anggota gerak. a.
Gejala :linis 1) :elumpuhan
3anifestasi klinis utama adalah kelumpuhan otot-otot ekstremitas tipe
lower
motor
neurone.ada
seagian
esar
penderita
kelumpuhan dimulai dari kedua ekstremitas awah kemudian menyear se!ara asenderen ke adan* anggota gerak atas dan saraf kranialis.:adang-kadang juga isa keempat anggota gerak dikenai se!ara serentak* kemudian menyear ke adan dan saraf kranialis. :elumpuhan otot-otot ini simetris dan diikuti oleh hiporefleksia atau arefleksia. Biasanya derajat kelumpuhan otot-otot agian proksimal leih erat dari agian distal* tapi dapat juga sama
eratnya* atau agian distal leih erat dari agian proksimal (&*6). 2) Gangguan sensiilitas
arestesi iasanya leih jelas pada agian distal ekstremitas* muka juga isa dikenai dengan distriusi sirkumoral .0efisit sensoris ojektif iasanya minimal dan sering dengan distriusi seperti pola kaus kaki dan sarung tangan.Sensiilitas ekstroseptif leih sering dikenal dari pada sensiilitas proprioseptif.>asa nyeri otot sering ditemui seperti rasa nyeri setelah suatu aktifitas fisik. 3) Saraf :ranialis
Saraf
kranialis
yang
paling
sering
dikenal
adalah
?.@.:elumpuhan otot-otot muka sering dimulai pada satu sisi tapi kemudian segera menjadi ilateral* sehingga isa ditemukan erat antara kedua sisi.Semua saraf kranialis isa dikenai ke!uali ?. dan ?.@.0iplopia isa terjadi akiat terkenanya ?.@ atau ?.. Bila ?. dan ?. terkena akan menyeakan gangguan erupa sukar menelan* disfonia dan pada kasus yang erat menyeakan kegagalan pernafasan karena paralisis laringeus. 4) Gangguan fungsi otonom
Gangguan fungsi otonom dijumpai pada & ;
penderita
SGB2.Gangguan terseut erupa sinus takikardi atau leih jarang sinus radikardi* muka jadi merah (fa!ial flushing)* hipertensi atau hipotensi yang erfluktuasi* hilangnya keringat atau episodi! profuse diaphoresis. >etensi urin atau inkontinensia urin jarang dijumpai .Gangguan otonom ini jarang yang menetap leih dari satu atau dua minggu. 5) :egagalan pernafasan
:egagalan pernafasan merupakan komplikasi utama yang dapat erakiat fatal ila tidak ditangani dengan aik. :egagalan pernafasan
ini
diseakan
oleh
paralisis
diafragma
dan
kelumpuhan otot-otot pernafasan* yang dijumpai pada 5'-++ persen penderita .
E. Patofisiologi
GBS merupakan suatu demielinasi polineuropati akut yang dikenal dengan eerapa nama lain yaitu* polineurutis akut* paralisis asenden ,andry* dan polineuropati inflamasi akut. Gamaran utama GBS adalah paralisis motorik asendens se!ara primer dengan eragai gangguan fungi sensorik.GBS adalah gangguan neuron motorik agian awah dalam saraf primer* final common pathway, untuk gerakan motorik juga terliat. Csaha untuk memisahkan agen penyea infeksi tidak erhasil dan penyeanya tidak diketahui.?amun telah diketaui ahwa GBS ukan penyakit herediter atau menular.
konduksi
impuls
dalam
saraf
perifer
yang
terserang.
(sealiknya* demielinasi pasda 3S hanya teratas pada sistem saraf pusat). eruahan patologi mengikuti pola yang tepat % infiltrasi limfosit terjadi dalam ruang peri7askular yang erdekatan dengan saraf terseut dan menjadi f okus degenerasi mielin. 0emielinsi akson saraf perifer menyeakan timulnya gejala positif dan negatif.Gejala positif adalah nyeri dan perestesia yang erasal dari akti7itas impuls anormal dalam serat sensoris atau E cross-talk” listrik antara akson anormal yang rusak.Gejala negatif adalah kelemahan atau paralisis otot* hilangnya refleks tendon* dan menurunnya sensasi.0ua gejala negatif
pertama terseut diseakan oleh kerusakan akson motorikF yagn terakhir diseakan oleh kerusakan seraut sensorik. ada GBS* gejala sensorik !enderung ringan dan dapat terdiri dari rasa nyeri* geli* mati rasa* serta kelainan sensasi getar dan posisi. ?amun* polineuropati merupakan motorik dominan dan temuan klienis dapat er7arisasi mulai dari kelemahan otot hingga paralisis otot pernapasan yang memutuhkan penanganan 7entilator.:elemahan otot rangka sering kali sangat akut sehingga tidak terjadi atrofi otot* namun tonus otot hilang dan mudah terdeteksi arefleksia.:epekaan iasnya dirangsang dengan tekanan yang kuat dan pemerasan pada otot.,engan dapat menjdi kurus atau otot lengan kurang lemah diandingkan dengan otot tungkai.Gejala autonom termasuk hipotensi postural* takikardi sinus* dan tidak kemampuan untuk erkeringat. Bila saraf kranial terliat* paralisis akan menyerang otot wajah* okular* dan otot orofaringeal iasanya setelah keterliatan lengan. Gejala saraf kranial adalah palsi wajah dan kesulitan i!ara* gangguan 7isual dan kesulitan menelan.stilah palsi ular kadang-kadang digunakan se!ara khusus untuk peralisis rahang* faring* dan otot lidah yang diseakan oleh kerusakan saraf kranial * * dan * yang erasal dari medula olongata dan iasa diseut bulb.
F. PA!H"A# roses autoimun
3enghan!urkan myelin yang mengelilingi akson :onduksi salsatori tidak terjadi dan tidak ada transmisi impuls syaraf Gangguan fungsi syaraf perifer dan kranial GBS
Gangguan fungsi syaraf !ranial % * @* @* @* @* dan
aralisis pada okular* wajah dan otot orofaring* kesulitan eri!ara* mengunyah dan menelan
Gangguan pemenuhan nutrisi dan !airan
Gangguan syaraf perief dan neuromuskular
arestesia (kesemutan) dan kelemahan otot kaki yang dapat erkemang ke ekstremitas atas* atang tuuh dan otot wajah :elemahan fisik umum* paralis otot wajah
0isfungsi otonom
aralise lengkap* otot pernafasan terkena* mengakiatkan insufisiensi pernafasan
Gangguan frekuensi jantung dan ritme* peruahan tekanan
enurunan kemampuan atuk* peningkatan sekresi mukus
enurunan tonus otot seluruh tuuh* peruahan estetika wajah 08 % eruahan nutrisi kurang dari keutuhan /d kesulitan mengunyah dan menelan
08 % :elemahan moilitas fisik /d kelemahan otot* paralisis dan ataksia. Bodi emage /d peruahan estetika wajah
Sekresi mu!us leih keawah jalan nafas
:urang eraksinya system syaraf simpatis dan para simpatis* peruahan sensori
enurunan !urah jantung 08 % Didak efektifnya pola nafas /d kelemahan otot pernafasan atau paralisis
08 % ketidak efektifan jalan nafas /d penurunan kemampuan atuk* peningkatan sekresi
>esiko tinggi infeksi saluran nafas awah dan parenkin paru
menurun
08 % gangguan perfusi jaringan /d menurun
G. KOPL$KAS$ •
Gagal pernapasan
•
enyimpangan :ardio7askuler
•
:omplikasi lasmafaresis
H. PEMERIKSAANPENUNJANG 1. emeriksaan ?eurologis % •
kelumpuhan tipe fla!id terutama otot proksimal
•
simetris
•
gejala motorik leih nyata daripada sensorik
2. ada ,umal ungsi %
0idapatkan kenaikan protein tanpa diikuti kenaikan sel (dissosiasi sitoalumin) pada minggu 3. emeriksaan "3?G ("lekto 3yo ?euro Grafi) %
enurunan ke!epatan hantar saraf /lamatnya laju konduksi saraf 4. 0arah ,engkap
Derlihat adanya leukositosis pada fase awal. 5. 9oto ronsen
0apat memperlihatkan erkemangnya tanda-tanda dari gangguan pernapasan* seperti atelektasis* pneumonia. 6. emeriksaan fungsi paru
0apat menunjukkan adanya penurunan kapasitas 7ital* 7olume tidal* dan kemampuan inspirasi
I.
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKA%$AN 1. A:D@DAS/SD>A#AD
Gejala % Adanya kelemahan dan paralisis se!ara simetris yang iasanya dimulai dari ekstremitas agian awah dan selanjutnya erkemang dengan !epat kearah atas.#ilangnya kontrol motorik halus t angan Danda % :lemahan otot* paralisis flaksid ( simetris) ara erjalan tidak mantap 2. S>:C,AS
Danda % eruhan tekanan drah ( hipertensi/hipotensi )
0isritmia* takikardia/radikardia DAS/"G
Gejala % erasaan !emas dan terlalu erkonsentrasi pada masalah yang dihadapi. Danda % Dampak takut dan inggung 4. ",3?AS
Gejala % Adanya peruahan pola eliminasi Danda % :elemahan otot-otot aomen. #ilangnya sensasi anal ( anus ) atau erkemih dan refleks sfingter. 5. 3A:A?A? 0A? A>A?
Gejala % :esulitan dalam mengunyah dan menelan Danda % Gangguan pada refleks menelan 6. ?"C>S"?S>
Gejala % :eas kesemutan yang dimulai dari kaki atau jari-jari kaki dan selanjutnya
terus naik.
eruhan rasa terhadap posisi tuuh* 7irasi* sensasi nyeri* sensasi suhu. eruahan ketajaman penglihatan. Danda % #ilangnya/ menurunnya refleks tenon dalam. #ilangnya tonus otot* adanya masalah keseimangan. Adanya kelemahan pada otot-otot wajah* terjadi ptosis kelopak mata (keterliatan saraf kranial) :ehilangan kemampuan untuk eri!ara 7. ?H">/:"?HA3A?A?
Gejala % ?yeri tekan pada ototF seperti terakar * sakit* nyeri ( terutama pada ahu* pel7is* pinggang * punggung dan okong ) #ipersensitif terhadap sentuhan. 8. ">?AASA?
Gejala % :esulitan dalam ernapas* napas pendek. Danda
% ernapasan perut* mengunakan otot antu napas* apnea
penurunan/ hilangnya unyi napas. 3enurunnya kapasitas 7ital paru u!at/sianosis Gangguan refleks menelan/atuk
9. :"A3A?A?
Gejala % nfeksi 7irus nonspesifik ( sepertiF infeksi saluran pernapasan atas ) kira-kira & minggu seelum mun!ulnya tanda seangan. Adanya riwayat terkena herper 4oster* sitomegalo7irus. Danda
%
Suhu tuuh erfluktuasi ( sangat tergantung pada suhu
lingkungan ). enurunan kekuatan/tonus otot* paralisis atau parastesia. 10. ?D">A:S SSA,
Danda % :ehilangan kemampuan untuk eri!ara/erkomunikasi. D$AGNOSA KEPERA"A!AN 1. :erusakan moilitas fisik erhuungan dengan paralisis otot* tirah aring*
atau nyeri. 2. >esiko terhadap inefektif pola pernapasanF yang erhuungan dengan
kelelahan/peralisis otot skeletal dan diafragma. 3. >esiko tinggi peruahan erfusi aringan erhuungan dengan 0isfungsi
saraf autonomik* #ipo7olemia.* Berhentinya aliran darah ( Dromosis ) 4. eruahan ersepsi I Sensori erhuungan dengan peruahan status
organ indra* :etidak mampuan erkomunikasi* i!ara atau erespon. 5. >esiko terhadap konstipasi yang erhuungan dengan peruahan diit*
tirah aring* imoilitas. 6. Ganguan
rasa
nyaman
nyeri
erhuungan
dengan
kerusakan
dengan
kerusakan
neuromuskuler (parastesia* disestisia ) 7. >esiko
tinggi
retensi
urine
erhuungan
neuromuskuler. 8. >esiko peruahan nutrisi kurang dari keutuhan tuuh erhuungan
dengan kerusakan neuromuskuler* menurunnya refleks atuk* menelan dan fungsi G. 9. >esiko terhadap katakutan dan ansietasF yang erhuungan dengan
penyakit kritis* paralisis* ketidakmampuan untuk erkomunikasi dan ketidak pastian masa depan.
$N!ER&ENS$ Diagnosa ' :erusakan moilitas fisik erhuungan dengan paralisis otot* tirah aring* atau nyeri Dujuan / :riteria #asil % asien dapat tereas dari komplikasi imoilitas yang dapat di !egah misF ( kontraktur* kerusakan kulit* atelektasis* dropfoot* D@0. $nter(ensi% 1. ertahankan >3 sendi. 2. Baringkan dengan posisi yang aik di tempat tidur. 3. 0apatkan konsultasi rehailitas* terapi fisik dan okupasi. 4. Cah posisi sedikitnya setiap & jam. 5. ertimangkan pengunaan tempat tidur kinetik. 6. #indari melatih otot-otot paasien selama terjadi nyeri* karena mungkin
dapat menigkatkan demielinasi. 7. Berikan analgesia seelum sesi terapi atau sesuai ad7is dokter. 8. 3ulai ajarkan pada keluarga latihan untuk >3.
Diagnosa ) >esiko terhadap inefektif pola pernapasanF yang erhuungan dengan kelelahan/peralisis otot skeletal dan diafragma. !u*uan + Kriteria Hasil , ertukaran gas yang adekuat akan di pertahankan.
$nter(ensi% 1. Auskultasi unya napas dengan teratur. 2. antau saturasi oksigen dengan oksimetri. 3. ,aporkan keluhan suyektif dari kelemahan otot atau kesulitan ernapas. 4. Detaplah ersama pasien yang mengeluh sesak. 5. Sukstion sesuai keutuhan untuk menjaga patensi jalan napas. 6. Baringka pasien untuk memudahkan pertukaran gas. 7. ata parimeter pernapasan ( frekwensi* 7olume* upaya ernapas ) 8. atat AG0 dan perhatikan ke!enderungan.
9. elaskan pada pasien dan keluarga tentang intuasi dan 7entilator jika hal
terseut akan diperlukan. 10. asang alrm 7entilator.
Diagnosa >esiko tinggi peruahan erfusi aringan erhuungan dengan 0isfungsi saraf autonomik* #ipo7olemia.* Berhentinya aliran darah ( Dromosis ) !u*uan + Kriteria Hasil , 3empertahankan perfusi dengan tanda 7ital stail* disritmia jantung terkontrol/takada. $nter(ensi, 1. Ckur tekanan darah* !atat adanya fluktuasi. ser7asi adanya hipotensi
postural* Berikan latihan ketika sedang melakukan peruahan posisi pasien. 2. antau frekwensi jantung dan iramanya. 0okumentasikan adanya
disritmia. 3. antau suhu tuuh erikan lingkungan suhu yang nyaman. 4. atat masukan dan haluaran. 5. Dinggikan kaki sedikit dari tempat tidur. 6. :olaorasi pemerian !airan @ dengan hati-hati sesuai indikasi. 7. antau pemeriksaan laoratorium* seperti 0, #/#t* elektrolit serum. 8. akailah stiking antiemoli atau pemijat kontinueF lepaskan sesuai jadwal
dengan inter7al tertentu.
Diagnosa . eruahan ersepsi I Sensori erhuungan dengan peruahan status organ indra* :etidak mampuan erkomunikasi* i!ara atau erespon. !u*uan + Kriteria Hasil , 1. 3engungkapkan kesadaran tentang defisit sensori 2. 3empertahankan mental/orientasi umum.
3. 3engidentifilkasi inter7ensi untuk meminimalkan kerusakan komplikasi
sensori. $nter(ensi% 1. antau status neurologis se!ara periodik 2. Berikan alternatif !ara untuk erkomunikasi jika pasien tidak dapat
eri!ara. 3. Berikan lingkungan yang aman ( penghalang tempat tidur* proteksi
terhadap trauma termal ) 4. Berikan kesempatan untuk istirahat pada daerah yang tidak mengalami
gangguan* dan erikan akti7itas lain sesuai dengan kemampuan. 5. Berikan stimulasi sensori yang sesua* meliputi suara misik yang lemutF
tele7isi (erita/pertujukkan) er!akap-!akap santai. 6. Sarankan orang terdekat untuk eri!ara dan memerikan sentuhan pada
pasien untuk memlihara keterikatan.
Diagnosa / >esiko terhadap konstipasi yang erhuungan dengan peruahan diit* tirah aring* imoilitas. !u*uan + Kriteria Hasil , >utinitas BAB pasien dipertahankan sama seperti seelum dirawat* dan konstipasi tidak terjadi $nter(ensi, 1. astikan hidrasi adekuatF !atat masukan dan haluaran. 2. Berikan pelunak feses atau suppositoria sesuai indikasi. 3.
gastrokolik setelah makanan. 4. Baringkan pasien dalam posisi tegak untuk melakukan eliminasi.
Diagnosa 0 Ganguan rasa nyaman nyeri erhuungan dengan kerusakan neuromuskuler ( parastesia* disestesia )
!u*uan + Kriteria Hasil , 3elaporkan nyeri erkurang /terkontrol 3engungkapkan metode untuk meredakan nyeri. 3endemostrasikan pengguanaan ketrampilan relaksasi sesuai indikasi untuk situasi indi7idu. $nter(ensi, 1. Ckur derajat nyeri/ rasa tidak nyaman dengan mengunakan skala nyeri '-
5' 2. ser7asi tanda-tanda non7eral dari nyeri mis ( wajah tampak menahan
skit* menarik diri/menangis. 3. Anjurkan kilen untuk mengungkapkan perasaan mengenai nyeri yang
dirasakan. 4. Berikan kompres hangat atau dingin* mandi dengan air hangat* erikan
masase atau sentuhn sesuai toleransi pasien. 5. ,akukan peruahan posisi se!ara teratur* erikan sokongan dengan
antal* usa atrau selimut. 6. Berikan latihan rentang gerak pasif 7. nstruksikan/anjurkan untuk mengunakan teknik relaksasi* imajinasi
teriming. 8. kolaorasi oat analgesik sesuai keutuhan.
Diagnosa 1 >esiko tinggi retensi urine erhuungan dengan kerusakan neuromuskuler. !u*uan + Kriteria Hasil , 3endemontrasikan pengosongan kendung kemih adekuat/tepat waktu tanpa retensi atau infeksi urinarius. $nter(ensi, 1. atat frekuensi dan jumlah erkemih. 2. ,akukan palpasi adomen ( di atas supra puik ) untuk mengetahui
adanya distensi kandung kemih. 3. Anjurkan pasien intuk minum paling tidak &'''ml/dalam atas toleransi
jantung.
4. ,akukan menu7er rede. 5. :olaorasi kateterisasi pada residu urine sesuai keutuhan. 6. asang/pertahankan kateter indweling sesuai keutuhan.
Diagnosa 2 >esiko peruahan nutrisi kurang dari keutuhan tuuh erhuungan dengan kerusakan neuromuskuler* menurunnya refleks atuk* menelan dan fungsi G. !u*uan + Kriteria Hasil , 3endemontrasikan erat adan stail* normalisasi nilai-nilai laoratorium* dan tak ada tanda malnutrisi. $nter(ensi, 1. :aji kemampuan untuk mengunyah* menlan* atuk* pada keadaan teratur. 2. Auskultasi ising usus e7aluasi adanya distensi adoman. 3. ata masukan kalori setiap hari. 4. Berikan makan setengah padat/!air usahakan yang disukai pasien. 5. Anjurkan untuk makan sendiri jika memungkinkan* dan erikan antuan
ila pasien memutuhkan 6. Anjurkan orang terdekat untuk ikut erpartisipasi 7. Dimang erat adan setiap hari. 8. :olaorasi pemerian diet D:D 9. asang/pertahankan selan ?GD erikan makanan enteral/parenteral.
Diagnosa 3 >esiko terhadap katakutan dan ansietasF yang erhuungan dengan penyakit kritis* paralisis* ketidakmampuan untuk erkomunikasi dan ketidak pastian masa depan.
!u*uan + Kriteria Hasil , asien dan keluarga akan mengungkapkan pengetahuan yang sesuai dengan keadaannya. 3enerima dan mendiskusikan rasa takut. 3endemostrasikan rentang perasaan yang tepat dan erkurangnya rasa takut. Dampak rileks dan melaporkan ansietas erkurang sampai tingkat dapat diatasi. $nter(ensi, 1. Biarkan pasien untuk mengungkapkan perasaan dan ketakutannya. 2. 0orong pasien untuk mengajukan pertanyaan dan ersiaplah untuk
memerikan penjelasan. 3. Buat jadwal sehinnga pasien mengetahui perawat akan memeriksanya
se!ara teratur sesuai keutuhan. 4. :urangi gangguan sensori dengan eri!ara pada pasien dan meliatkan
keluarga.