BAB I PENDAHULUAN
Electroconvulsive Therapy (ECT) atau Terapi Kejang Listrik merupakan terapi yang termasuk penatalaksanaan dalam gangguan psikiatri. Electroconvulsive Therapy (ECT) sudah lama dikenal sebagai terapi dalam bidang psikiatri. psikiatri. Electro Electro Convulsiv Convulsivee Therapy Therapy (ECT) (ECT) atau terapi kejang listrik adalah suatu intervensi intervensi non farmakologi farmakologi penting yang efektif efektif dalam pengobatan pasien dengan gangguan gangguan neuro psikiatrik tertentu yang berat. ECT menggunakan arus listrik singkat melalui otak yang menginduksi kejang umum sistem saraf pusat. !espons ECT dapat terjadi secara cepat dan perlu diberikan dalam suatu periode dalam beberapa minggu. "ila melihat sejarah penggunaan terapi ini# maka terapi ini sudah dimulai pada tahun $% dimana saat itu Ladislas '. on eduna melaporkan terapi yang berhasil dari katatonia dan gejala ski*ofrenia lain dengan kejang yang ditimbulkan secara farmakologis.
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi
Terapi Elektro Konvulsif (ECT) adalah terapi yang aman dan efektif untuk pasien dengan gangguan depresi berat# episode manik# dan gangguan mental serius lainnya. Terapi Elektrokonvulsi (ECT) merupakan suatu pengobatan untuk penyakit psikiatri berat dimana pemberian arus listrik singkat pada kepala digunakan untuk menghasilkan suatu kejang tonik+ klonik umum. ElectroConvulsive Therapy (ECT) atau terapi kejang listrik adalah suatu intervensi non farmakologi penting yang efektif dalam pengobatan pasien dengan gangguan neuro psikiatrik tertentu yang berat. ECT menggunakan arus listrik singkat melalui otak yang menginduksi kejang umum sistem saraf pusat. !espons ECT dapat terjadi secara cepat dan perlu diberikan dalam suatu periode dalam beberapa minggu. ,rosedur biasanya dapat diterima pasien dan dapat menggunakan profilaksis yang memungkinkan penyembuhan parsial atau sempurna dari gejala. Electro Convulsive Therapy (ECT) merupakan prosedur medis yang dilakukan oleh dokter dimana pasien diberikan anestesi umum dan relaksasi otot. Ketika efeknya telah bekerja# otak pasien distimulasi dengan suatu rangkaian dan dikontrol dengan electrode yang dipasang di kepala pasien. -timulus ini menyebabkan bangkitan kejang di otak sampai menit. Karena penggunaan anestesi dan relaksasi otot sehingga badan pasien tidak ikut terangsang dan tidak merasa nyeri. Terapi Elektro Konvulsif merupakan suatu terapi yang aman dan efektif untuk berbagai gangguan psikiatri. / B. Sejarah
0alaupun kejang akibat champor pernah digunakan a1al abad ke+2 sebagai terapi psikosis# sebagian besar sejarah ECT dimulai pada tahun $% saat Ladislas '. on eduna melaporkan terapi yang berhasil dari katatonia dan gejala ski*ofrenia lain dengan kejang yang ditimbulkan secara farmakologis.% 3al ini berdasarkan keyakinan bah1a pasien epilepsi dengan psikosis memperlihatkan perbaikan gejala psikotik setelah kejang spontan. 4ntuk menimbulkan kejang on eduna menggunakan injeksi champora. on eduna mulai menggunakan penyuntikan champor yang disuspensikan dalam minyak tetapi dengan cepat pindah menjadi pemberian pentylenetetra*ol (etra*ol) intravena. on eduna 2
mengusahakan metode terapi didasarkan pada dua pengamatan5 pertama# gejala ski*ofrenik seringkali menurun setelah kejang# kejang seringkali secara tidak sengaja atau secara iatrogenik ditimbulkan pada pasien psikiatrik sekunder karena pemutusan medikasi (sebagai contohnya# barbiturat). Kedua# ski*ofrenia dan epilepsi yang dipercaya secara keliru# tidak dapat terjadi secara bersama+sama pada pasien yang sama# dengan demikian# menimbulkan kejang mungkin melepaskan pasien ski*ofrenia. on eduna menemukan bah1a phentiylenetetra*ol# suatu agent yang sekarang dikenal sebagai penghambat reseptor gamma amino butiric tipe 6 telah memberikan hasil yang memuaskan. Kejang yang diinduksi oleh phentiylenetetra*ol pernah digunakan sebagai suatuterapi yang efektif selama empat tahun sebelum diperkenalkannya kejang yangdiinduksi listrik. % 6tas dasar penelitian on eduna# 4go Carletti dan Lucion "ini melakukan elektrokonvulsif pertama kali pada pasien psikosis pada bulan 6pril $%7 di !oma. ,ada a1alnya terapi dinamakan terapi elektrosyok (E-T# Electroshock therapy)# yang kemudian dikenal
sebagai
Terapi
Elektrokonvulsif.
,ada
tahun
$%$#
Lothar
Kalino1sky
memperkenalkan ECT di 6merika. ,ada tahun $&8# 6.E. "ernett memperkenalkan penggunaan curare sebagai pelemas otot untuk menghindarkan kontraksi otot dan meminimalkan resiko fraktur. asalah utama yang berhubungan dengan ECT adalah rasa tidak nyaman yang dialami oleh pasien yang disebabkan oleh prosedur dan fraktur tulang yang diakibatkan oleh aktifitas mototrik kejang. asalah tersebut akhirnya dihilangkan dengan pemakaian anastetik umum dan pelemas otot farmakologis selama terapi yang diperkenalkan oleh "ernett. ,ada tahun $/ succinylcholine (6nectine) diperkenalkan menjadi pelemas otot yang paling luas digunakan untuk ECT. ,ada tahun $/9 he:afluorinated diethylether (;ndokolon) diperkenalkan sebagai cara farmakologis baru menginduksi
kejang
dengan
memberikan
senya1a
sebagai
gas.
setelah
diperkenalkannya obat anti depressan pada tahun $/8+an telah menyebabkan dihilangkannya he:afluorinated diethylether dari pasaran.
C. Mekanisme Kerja 3
ekanisme kerja Electro Convulsive Therapy (ECT) belum diketahui secara pasti. okus kejang pada epilepsi idiopatik adalah hipometabolik selama periode interiktal# ECT sendiri bertindak sebagai antikonvulsan# karena pemberiannya disertai dengan peningkatan ambang kejang saat terapi berlanjut. ,enelitian neurokimia1i tentang mekanisme kerja ECT telah memusatkan perhatian pada perubahan reseptor neurotransmitter dan# sekarang ini# perubahan sistem pemba1a pesan kedua (second+messenger). 3ampir setiap sistem neurotransmitter dipengaruhi oleh ECT. Tetapi# urutan sesion ECT menyebabkan regulasi turun reseptor adrenergik+? pascasinaptik# reseptor yang sama dan terlihat pada hampir semua terapi anti depressan. Efek ECT pada neuron serotonergik masih merupakan daerah penelitian yang kontroversial. "erbagai
penelitian
melaporkan
telah
menemukan
suatu
peningkatan
reseptor
serotonin pascasinaptik# tidak ada perubahan pada neuron serotonin# dan perubahan pada regulasi prasinaptik pelepasan serotonin. ECT telah dilaporkan mempengaruhi sistem neuronal muskarinik# kolinergik# dan dopaminergik. ,ada sistem pemba1a kedua# ECT telah dilaporkan mempengaruhi pengkopelan protein @ dengan reseptor# aktivitas adenylyl cyclase dan phospholipase C# dan regulasi masuknya kalsium ke dalam neuron. % Electro Convulsive Therapy (ECT) memiliki efek anti konvulsi yang membangkitkan ambang kejang dan menurunkan lamanya kejang. 3al ini diduga bekerja pada sel yang menghubungkan bangkitan kejang pada --,. ,ada tingkat dasar obat antikonvulsi mempunyai efek meningkatkan penghambatan dan mengurangi eksitasi. Abat ini meningkatkan transmisi @6"6ergic melalui reseptor @6"6 yang mempunyai efek anti konvulsi. "eberapa bukti menunjukkan bah1a peningkatan kadar @6"6 pada regio --, tertentu setelah EC-# mendukung suatu kemungkinan peningkatan dalam inhibisi tonik. ;ni 4
juga membuktikan bah1a EC- menyebabkan peningkatan @6"6 yang menengahi inhibisi presinaps dan postsinaps./ D. Indikasi Indikasi Primer ECT
. @angguan Bepresi ayor ;ndikasi yang paling sering untuk penggunaan ECT adalah gangguan depresif berat atau gangguan depresi mayor. ECT harus dipertimbangkan sebagai terapi pada pasien yang gagal dalam uji coba medikasi# mengalami gejala yang parah atau psikotik# mencoba bunuh diri atau membunuh dengan mendadak# atau memiliki gejala agitasi atau stupor yang jelas. -ebagian klinisi yakin bah1a ECT menyebabkan sekurangnya derajat perbaikan klinis yang sama dengan terapi standar dengan obat anti depressan. ,enggunaan ECT sebagai terapi dapat diberikan pada gejala+ gejala depresi yang berkaitan dengan5 & +
,encobaan bunuh diri dengan resiko melakukan bunuh diri.
+
@ejala+gejala psikotik
+
,enurunan keadaan fisik karena komplikasi depresi# seperti intake oral yang menurun.
+
!espon yang minimal setelah pengobatan.
+
!i1ayat terapi ECT dengan hasil yang baik
+
erupakan pilihan pasien
+
Katatonia
ECT efektif untuk gangguan depresi berat dengan gangguan bipolar. Bepresi delusional atau psikotik telah lama dianggap cukup responsif terhadap ECT# tetapi penelitian terakhir telah menyatakan bah1a episode depresi berat dengan ciri psikotik tidak lebih responsif terhadap ECT dibandingkan gangguan depresi nonpsikotik.
depresi berat dengan ciri melankolik (seperti gejala parah yang jelas# retardasi psikomotor# terbangun dini hari# variasi diurnal# penurunan nafsu makan dan berat badan# dan agitasi# diperkirakan lebih mungkin berespon terhadap ECT. Terapi Elektrokonvulsi biasanya tidak efektif untuk mengobati depresi yang lebih ringan# seperti gangguan disritmik atau gangguan penyesuaian dengan alam perasaan depresi. . ania ECT sekurangnya sama dan kemungkinan lebih unggul dibandingkan lithium dalam terapi episode manik akut. "eberapa data menyatakan bah1a pemasangan elektrode bilateral selama ECT lebih efektif# dengan pemasangan unilateral pada terapi episode manik. Tetapi# terapi farmakologis untuk episode manik adalah sangat efektif dalam jangka pendek dan untuk profilaksis sehingga pemakaian ECT untuk terapi episode manik biasanya terbatas pada situasi dengan kontraindikasi spesifik untuk semua pendekatan farmakologis. %. -ki*ofrenia ECT merupakan terapi yang efektif untuk gejala ski*ofrenia akut dan tidak untuk gejala ski*ofrenia kronis. ,asien ski*ofrenia dengan gejala afektif dianggap paling besar kemungkinannya berespons terhadap ECT. ,emberian ECT pada pasien ski*ofrenia diberikan bila terdapat5 o
@ejala+gejala positif dengan onset yang akut.
o
Katatonia
o
!i1ayat terapi ECT dengan hasil yang baik.
Indikasi Sekunder ECT
. Katatonia Katatonia
merupakan suatu gejala
yang berkaitan dengan gangguan mood#
ski*ofrenia# dan gangguan medis dan neurologis yang efektif diberikan terapi ECT. . ,enyakit ,arkinson 6
ECT dapat bermanfaat bagi penyakit parkinson# khususnya berkaitan dengan on+off phenomenon atau fenomena nyala+mati. %. -indrom
ECT tidak memiliki kontra indikasi mutlak# hanya dimana pasien berada dalam resiko tinggi dan memerlukan pemantauan yang lebih ketat. "erikut ini merupakan keadaan yang merupakan kontra indikasi dari pelaksanaan ECT5 / +
,enyakit kardiovaskuler yang berat dan tidak stabil# seperti infark miokard# unstable angina#
gagal
jantung# penyakit katup
jantung
yang
berat
termasuk stenosis aorta yang berat. +
alformasi vaskuler dan aneurisma yang dapat rupture dengan peningkatan tekanan darah. 3al ini dapat disebabkan terapi elektrokonvulsi dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah sementara# sehingga hipertensi harus dikontrol# paling tidak sebelum setiap pengobatan.
+
,eningkatan tekanan intracranial karena adanya tumor otak atau lesi desak ruang pada cerebri. 3al ini dikarenakan terapi elektrokonvulsi dapat menyebabkan peningkatan tekanan intracranial.
+
;nfark cerebri.
+
@angguan pernapasan seperti# penyakit paru obstruksi kronik# asma# dan pneumonia. 3al ini dikarenakan pasien dengan kelainan pernapasan tidak mampu mentolelir efek anestesi umum singkat.
!. Prosedur Kerja
7
Persia"an ECT#
. ,ersetujuan Tertulis ,ersetujuan tertulis harus dilakukan sebelum pelaksanaan ECT. ,sikiater# pasien dan keluarga pasien# harus membahas5 a. -ifat dan keseriusan dan gangguan mental b. Kemungkinan perjalanan penyakit dengan dan tanpa ECT. c. -ifat prosedur d. Kemungkinan resiko dan manfaat (termasuk penjelasan mengenai kebingungan pasca+pengobatan dan gangguan fungsi memori). e. ,ilihan pengobatan alternative (termasuk pilihan tanpa pengobatan). . !ekam edis !ekam medis yang teliti harus disimpan oleh psikiater dan rumah sakit atau klinik yang melakukan ECT. 3al ini meliputi5 a. -ifat dan ri1ayat keadaan yang menyebabkan dipertimbangkannya ECT. b. ,erincian pengobatan sebelumnya# termasuk respons terapeutik dan reaksi berla1anan. c. 6lasan untuk memilih ECT. d. ,erincian dari semua pembahasan yang relevan untuk mengi*inkan ECT. e. >ormulir persetujuan dengan tanda tangan pasien dan atau keluarga atau 1ali jika memang sesuai. f. ,endapat konsultan yang ditandatangani# jika hal ini diminta. %. Evaluasi ,ra ,engobatan a. Terapi elektrokonvulsi merupakan suatu prosedur yang dapat memberikan stress pada susunan kardiovaskuler# pernapasan# muskuloskelet# dan saraf# sehingga diperlukan evaluasi pra pengobatan yang seksama. 8
o
,emeriksaan fisik dan ri1ayat medis standar (termasuk pemeriksaan neurologis).
o
4ji darah dan kemih (sesuai ri1ayat pemeriksaan# tetapi termasuk elektrolit dan urinalisis rutin).
o
Elektrokardiogram.
b. ,ada sebagian besar keadaan (contohnya# adanya peenyakit skelet atau ri1ayat ECT)# harus didapatkan foto rontgen torakolumbal. ,ada kasus dugaan penyakit cranial dan intracranial# elektroensefalogram (EE@) dan atauskan tomografi komputasi kepala merupakan hal yang sesuai. c. -ebelum prosedur ini pasien harus dievaluasi oleh seorang anastesis atau dokter yang
berpengalaman
dalam
penggunaan
anesthesia#
untuk mengevaluasi
sepenuhnya resiko anesthesia dan kemungkinan interaksi obat untuk setiap individu. ,ada hakekatnya pasien harus bebas litium# karena litium meningkatkan sekuele susunan saraf pusat dari ECT dan memperpanjang aksi obat+obatan neuromuskuler. "eberapa ahli menduga inhibitor monoamine oksidase (6A) harus dihentikan minggu sebelum pengobatan untuk menghindari penyulit anestetik.
-edative
dan
anti
konvulsan
dapat
menganggu
kemampuan
untuk menimbulkan kejang# dan obat ini harus dikurangi atau dihentikan secepatnya jika layak secara klinik. Prosedur Kerja $
a. ,engobatan harus digunakan pada suatu daerah yang dirancang untuk ECT dan diperlengkapi untuk pemulihan media yang dia1asi# termasuk peralatan dan medikasi untuk resusitasi kardiopulmoner. Elektrokardiogram# tekanan darah# nadi# dan pernapasan harus dipantau selama prosedur. b. Kepada pasien tidak boleh diberikan sesuatu per oral selama 7+ jam sebelum setiap pengobatan# dan segera setalah prosedur# staf harus berusaha agar pasien sepenuhnya mengosongkan rectum dan kandung kemihnya.
9
c. 4ntuk mencegah bradikardia terkait pengobatan dan untuk memperkecil sekresi# seringkali diberikan obat antikolinergik (8#2 hingga # mg atropine atau 8#+8#& mg glikopirolat) secara intramuskuler atau subkutan dalam 1aktu %8 menit. d. 6kses venosa perifer harus dimulai dan dipertahankan hingga pasien pulih sepenuhnya. Tepat sebelum memulai pengobatan harus dilakukan pemeriksaan gigi# untuk melepaskan semua perlengkapan gigi atau untuk mencatat adanya gigi yang longgar atau gompel. e. 6nesthesia ringan untuk memperkecil efek samping yang berla1anan dari anestesi maupun kecenderungan obat+obatan yang biasa digunakan untuk meningkatkan ambang kejang (dan dengan demikian memerlukan intensitas stimulasi listrik yang lebih tinggi). 6nestetik yang biasa digunakan adalah metoheksital (8#/+#8 mgDkg) atau tiopental (% mgDkg). kadang+kadang etomidat (8#/+8#%8 mgDkg) atau malah digunakan ketamin intramuskuler (2+8 mgDkg). ,ada pasien harus diberi ventilasi melalui masker dengan oksigen 88 sejak mulai timbul anestesi hingga pulihnya pernapasan spontan yang adekuat. f. -etelah timbul efek anestetik# diberi perelaksasi otot suksinilkolin (8#/+#/mgDkg). tujuannya adalah relaksasi cukup untuk menghentikan sebagian besar tetapi tidak seluruh pergerakan iktal tubuh# kecuali pada beberapa kasus penyakit mukuloskeletal atau penyakit jantung dimana diperlukan relaksasi otot total. Kerja suksinilkolin# penyekat depolarisasi# ditandai dengan fasikulasi otot yang bergerak secara rostrokaudal. 'ika hal ini hilang# maka telah terjadi relaksasi maksimal. !elaksasi juga harus dinilai dengan suatu coretan pada kaki pasien dengan cara seperti untuk menimbulkan tanda babinski. ,ada relaksasi otot minimal# tidak akan terjadi respon plantar. -timulator saraf dapat digunakan sebagai metode alternatif untuk menguji relaksasi otot. g. ,emantauan kejang dapat dicapai melalui teknik EE@ dan atau melalui teknik Fmanset. Bengan hal ini# suatu manset tensimeter ditempatkan pada lengan atau tungkai pasien dan inflasi hingga tekanan yang lebih besar daripada sistolik sebelum menyuntikkan suksinilkolin. 3al ini memungkinkan terjadinya gerakan konvulsif tidak termodifikasi dari ekstremitas tersebut dan ditentukan 1aktunya. Penem"aan E%ekroda$ 10
Terdapat banyak alternative untuk penempatan elektroda. Lead harus dikenalkan dengan gel penghantar# pada kulit kepala yang bersih. ,ada ECT bilateral# kedua electrode dapat ditempatkan secara bifrontotemporal# dengan masing+masing sekitar inci diatas titik tengah garis yang ditarik dari meatus akustikus eksternus ke sudut lateral mata. ,ada ECT unilateral# kedua electrode ditempatkan diatas hemisferum non dominan. -atu ditempatkan diatas areafrontotemporal# seperti untuk ECT bilateral# sementara yang lain biasanya ditempatkan pada kulit kepala sentroparietal nondominan# tepat lateral dari vertek garis tengah. 'arak antara titik tengah dua electrode sekitar / inci. Gang bertangan tidak kidal sangat berkorelasi dengan dominan hemiferik kiri. Simu%us Lisrik dan Kejan&
6mbang kejang dan lamanya sangat bervariasi diantara pasien dan kemungkinan sukar untuk ditentukan. Tujuannya ialah untuk mencapai kejang anatar /+28 detik dengan menggunakan jumlah energy listrik terkecil. -ejumlah peralatan ECT memungkinkan penentuan energy stimulus sebenarnya# dan nilai ini harus dipertahankan serendah mungkin. Kejang yang lebih besar dari 28 detik sering menunjukkan bah1a stimulus adalah ambang supra dan harus dikurangi pada saat pengobatan berikutnya. 'ika tidak terjadi kejang# stimulasi harus segera diikuti dengan stimulasi berulang pada intensitas stimulus yang lebih tinggi. ,ada kejang yang berlangsung kurang dari / detik# stimulus harus diulang sekali. 'ika hal ini menghasilkan suatu kejang yang pendek# maka intensitas stimulus harus ditingkatkan# dan harus diberikan stimulus ketiga. 'ika stimulasi gagal untuk menimbulkan kejang yang adekuat# maka saat pengobatan harus diakhiri. Karena keadaan refrakter terhadap kejang berikut yang terjadi setelah kejang# maka harus dibiarkan berlalu interval 28 hingga $8 detik sebelum mengulangi stimulasi# selama 1aktu ini pasien harus diventilasi dengan oksigen. 'um%ah dan 'arak Pen&o(aan ECT
'umlah pengobatan dalam suatu rancangan bervariasi dan harus ditentukan berdasarkan respon klinis. Keputusan untuk mengehentikan rancangan ECT biasanya didasarkan atas pencapaian respon maksimal atau tidak adanya perbaikan bermakna setelah sejumlah pengobatan tertentu. Enam sampai dua belas kali pengobatan biasanya efektif# 1alaupun beberapa pasien mungkin memerlukan 8+/ pengobatan.
11
BAB III PENUTUP
Kesim"u%an
12
Terapi ElektroKonvulsif (ECT) adalah terapi yang aman dan efektif untuk pasien dengan gangguan depresi berat# episode manik# dan gangguan mental seriuslainnya. Terapi Elektrokonvulsi (ECT) merupakan suatu pengobatan untuk penyakit psikiatri berat dimana pemberian arus listrik singkat pada kepala digunakan untuk menghasilkan suatu kejang tonik+ klonik umum. "ila melihat sejarah penggunaan terapi ini# maka terapi ini sudah dimulai pada tahun $% dimana saat itu Ladislas '. on eduna melaporkan terapi yang berhasil dari katatonia dan gejala ski*ofrenia lain dengan kejang yang ditimbulkan secara farmakologis. ;ndikasi ,rimer ECT yaitu gangguan depresi mayor# mania# ski*ofrenia# sedangkan indikasi sekunder ECT yaitu katatonia# penyakit parkinson# sindrom neuroleptik maligna dan delirium.
DA!TA) PUSTAKA
. Kaplan dan -adock. 88. -inopsis ,sikiatri# ;lmu ,engetahuan ,erilaku# ,sikiatri Klinis. Tangerang5 "ina !upa 6ksara.
13
. aramis# 0illy > dan 6lbert aramis. 88$. Catatan ;lmu Kedokteran 'i1a. -urabaya5 6irlangga 4niversity ,ress. %. Electroconvulsive Therapy (ECT)# ,ridmore -. Bo1nload of ,sychiatry# Chapter 7. Last modified5 6pril# 8%. Biakses melalui5 http5DDeprints.utas.edu.auD79D &. Bonahue# 6nne ". Electroconvulsive Therapy 6nd emory Loss# ermont# 4-6. Biakses melalui5 retina.anatomy.upenn.eduDpdfilesD//&.pdf /. ;rving . !eti# .".".-. Electroconvulsive Therapy Today. ;n+Bepth !eport. Biakses melalui5 111.hopkinsmedicine.orgD...DBep"ulletin&89
14