Cara Menegakkan Diagnosis Pada Kasus Keratitis Dibuat oleh: Lisa La Rosma Dewi,Modifikasi terakhir pada Mon 30 of Aug, 2 010 [00:11] Highlighted words: keratitis numularis
Cara Menegakkan Diagnosis Pada Kasus Keratitis
Abstraks Keratitis merupakan
peradangan pada kornea. Radang pada kornea biasanya diklasifikasikan menurut lokasinya dalam lapis kornea yang terkena yaitu keratitis superficialis apabila mengenai lapisan epitel atau keratitis profunda atau keratitis interstitialis yang mengenai lapisan stroma. Peradangan pada kornea secara umum memberikan gejala-gejala pokok yaitu: epifora, fotofobia, blefarospasme, perikornea perikornea injeksi, dan infiltrat kornea. Pemeriksaan mata dapat dilakukan dengan penilaian dari visus, pemeriksaan eksternal mata (meliputi keadaan umum pasien, penilaian sklera, konjunctiva, apparatus nasolakrimal, dan pemeriksaan kornea), dan biomikroskopi slit lamp. Pada pasien ini didapatkan keluhan bahwa pasien mempunyai riwayat konjungtivitis yang disertai disertai rasa mengganjal. Setelah dilakukan pemeriksaan dengan slit lamp ditemukan adanya gambaran inflitrat titik-titik halus pada permukaan kornea. Hal ini dimungkinkan keratitis tersebut merupakan akibat komplikasi dari konjungtivitis, dikarenakan letak infiltratnya infiltratnya yang superficial. Dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan yang benar, kita dapat mendiagnosis secara tepat. Diagnosis yang tepat akan mempengaruhi keberhasilan terapi.
Keyword : Keratitis
HISTORY
Sejak 2 minggu yang lalu pasien mengeluh mata kanan merah, terasa mengganjal dan belekan , lalu pasien memeriksakan dirinya ke puskesmas dan diberi obat tetes mata bertutup merah. Sepuluh hari kemudian pasien merasa mata merah merah dan belekan sudah berkurang, namun mata masih tersa mengganjal. mengganjal. Pasien lalu memeriksakan dirinya dirinya ke poli mata RSUD kodya wirosaban dan diberi tetes mata gentamycin dan sohobion. Tiga hari berikutnya pasien control control dan masih merasakan mata mengganjal, sakit jika terkena cahaya, penglihatan masih kabur, mata berair namun tidak nrocos, gatal (-), perih (-), mata terasa kemeng, namun tidk bengkak, demam (-). Mata kiri sudah tidak berfungsi sejak kecil, karena terjatuh pisau saat saat kecil.
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat sakit mata sebelumnya (-) Riwayat alergi (-) Riwayat DM (-) Riwayat HT (-) Riwayat terkena infeksi herpes simpleks (HSV), virus herpes zoster (HZV) (-) Pemeriksaan Visus Jauh Kornea Ukuran Kecembungan Limbus Permukaan
OD 20/40
OS
-
12 mm Tdl Tdl Tdl Tenang Tdl terdapat Tdl gambaran infiltrate halus bertitik-titik pada permukaan
DIAGNOSIS
OD : keratitis puncta superficial OS : pthisis TERAPI
a.
Kausal
b.
Simptomatik
c.
Suportif
: Antibiotik, antiinflamasi : siklopegik : memakai kaca mata hitam
DISKUSI
Pada pasien ini didapatkan keluhan bahwa pasien mempunyai riwayat konjungtivitis yang disertai rasa mengganjal. Setelah konjungtivitis sembuh pasien merasa masih ada rasa mengganjal dimata. Setelah dilakukan pemeriksaan dengan slit lamp ternyata ditemukan adanya gambaran inflitrat titik-titik halus pada permukaan kornea. Hal ini dimungkinkan keratitis tersebut merupakan akibat komplikasi dari konjungtivitis, dikarenakan letak infiltratnya juga superficial. Diagnosis keratitis juga dapat ditegakkan dengan pemeriksaan medis pada mata pasien secara menyeluruh. Hal-hal berikut dapat mengarahkan diagnosis keratitis : 1.
Riwayat penyakit. Pengetahuan mengenai riwayat pasien secara detail sangat penting bagi diagnosis bakterial keratitis . Informasi barikut dibutuhkan pada bakterial keratitis . Gejala-gejala pada mata seperti derajat sakit, mata yang kemerahan, discharge, berkurangnya penglihatan, fotofobia, durasi dari gejala-gejala. Informasi dari faktor resiko pasien seperti riwayat terkena infeksi herpes simpleks (HSV), virus herpes zoster (HZV), riwayat bakterial keratitis sebelumnya, riwayat operasi mata sebelumnya, pemakaian lensa kontak. Informasi dari riwayat penyakit sistemik lain. Riwayat pemakaian obat-obatan mata. Riwayat alergi. Pemeriksaan mata termasuk penilaian dari visus, pemeriksaan eksternal mata (meliputi keadaan umum pasien, penilaian sklera, konjunctiva, apparatus nasolakrimal, dan pemeriksaan kornea), dan biomikroskopi slit lamp.
2.
Suatu kultur sangat penting pada pengobatan bakterial keratitis . Kultur dapat diartikan sebagai identifikasi dari organisme penyebab dan satu-satunya cara untuk menentukan sensitivitas dari antibiotik yang akan digunakan. Kultur akan sangat menolong untuk memandu modifikasi pengobatan dari pasien dengan suatu tanggapan klinis yang kurang kepada pengobatan dan untuk mengurangi toksisitas terhadap obat yang digunakan dengan men gurangi obat-obat yang tidak diperlukan.
KESIMPULAN
Penegakkan diagnosis keratitis dapat diperoleh dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Namun pada beberapa kasus perlu juga dilakukan pemeriksaan tambahan yaitu pemeriksaan laboratorium dengan kultur.
DAFTAR PUSTAKA
1. Al-Ghozie, Mu’tasimbillah.,2003.,Handbook of Ophtalmology A Guide to Medical Examination.,Edisi ke 1.,Penerbit GTA Press.,Yogyakarta.
2. Dorland., 2002.,Kamus Kedokteran Dorland.,Edisi 29.,Penerbit Buku Kedokteran EGC.,Jakarta. 3. Ilyas, Sidarta.,2004., Ilmu Penyakit Mata.,Edisi ke 3.,Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.,Jakarta. 4. Ilyas, Sidarta.dkk.,2002.,Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Kedokteran,Edisi ke 2.,Sagung Seto.,Jakarta.
Mahasiswa
5. Mansjoer, Arief.,2004.,Kapita Selekta Kedokteran.,Jilid I.,Penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.,Jakarta. 6. Soemarsono, A.,1998.,Diagnosis Fisik Penyakit Mata., Edisi ke 1.Penerbit Gadjah Mada University Press.,Yogyakarta.