Perbandingan Jumlah Daun
LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH BUDIDAYA TANAMAN HORTIKULTURA
UBU JALAR
Oleh
Muhammad Prayoga J3W412014
PROGRAM KEAHLIAN
PRODUKSI DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN TERPADU
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ubi jalar ( Ipomoea batatas (L.) Lamb.) di Indonesia merupakan tanaman pangan sumber karbohidrat setelah padi dan jagung. Namun didaerah Indonesia bagian timur ( Papua, NTT, NTB, DLL.) ubi jalar adalah salah satu makanan pokok mereka. Peran ubi jalar tidak hanya terbatas untuk bahan pangan dan sekarang telah berkembang menjadi produk industri yang memiliki nilai tambah lebih tinggi. Namun diindonesia pemanfaatannya masih terbatas sebagai bahan pangan dan sedikit sebagai bahan baku industri. Padahal, didunia internasional dibawah perserikatan bangsa-bangsa ( PBB) telah meliriknya sebagai tanaman pangan yang sangat relevan untuk dikembangkan. Guritno et al (1996) menyatakan bahwa ubi jalar sangat potensial dikembangkan melalui program diversivikasi baik sebagai bahan mentah (dalam bentuk ubi segar), produk setengah jadi(tepung ubi jalar dan pasta ubi jalar), atau produk akhir berupa pangan olahan ( kripik,gula cair atau sirup). Potensi itu masih belum dihiraukan oleh masyarakat. Padahal, kuantitas ubi jalar cukup melimpah dan kuantitasnya dapat diataur karena tanamannya mudah dibudidayakan oleh petani ( Heriyanto,1999).
Sampai kini perkembangan ubijalar dindonesia belum menunjukan sesuatu nilai yang signifikan. Produksinya cenderung stabil bahkan menurun setiap tahunnya(Balitkabi,2000). Namun semangkin kesini pemerintah mulai konsen terhadap budidaya ubijalar untuk meningkatkan produksi maupun dalam hal penggunaannya. Pemerintah melalui BALITKABI telah dan sedang melekuan beberapa penelitan dalam hal untuk memproleh varietas unggul maupun teknologi budidayanya agar produksi serta pemanfaatannya dapat dioptimalkan.
Luas panen ubijalar diindonesia sekitar 230.000 ha dengan produktivitas sekitar 10ton/ha. Apabila mengunakan variaetas unggul ubi jalar maka produktivitas akan meningkat menjadi lebih dari 30 ton umbi basah/ha. Terdapat tiga jenis ubi jalar yang banyak dibudidayakan diindonesia yaitu ubi jalar berwarna putih kecoklatan ,merah,dan ungu. Ketiga jenis ubi jalar tersebut memiliki varieatas unggul dengan produktivitas tinggi. Beberapa varietas ubijalar yang banyak dibudidayakan ialah varietas cilembu, ibaraki, murasaki, lampeneng, georgia, borobudur, prambanan, mendut,dan kalasan. Budidaya ubi jalar cocok dilakukan didaerah tropis yang panas dn lembab. Suhu ideal bagi tanaman ini adalah 21 – 27 ̊ C dengan curah hujan 750-1500 mm/tahun. Budidaya ubijalar memerlukan penyinaran matahari sekitar 11-12 jam / hari. Diindonesia ,budidaya ubi jalar mencapai produktivitasnya yang paling optimal bila ditanam didataran rendah hingga ketinggian 500 meter dari permuakaan air laut. Namun, tanaman ini masih bias tumbuh baik pada ketinggian diatas 1000 meter diatas permukaan air laut. Hanya saja jangka waktu panennya lebih panjang,
Pada praktikum budidaya tanaman pangan , ubijalar merupakan salah satu komoditas pangan yang ditanam dalam praktikum ini. Namun, hanya dua jenis dan dua varietas yang ditanam yaitu jenis umbi yang berwarna ungu dengan variaetas murasaki dan umbi yang berwarana merah dengan varietas balitkabi.
B. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengenalkan terhadap teknik budidaya ubi jalar mulai dari aspek persiapan lahan sampai pemeliharaannya sedangkan tujuan pembuatan lapaoran ini adalah untuk mengarsipkan segala bentuk hal yang dikerjakan selama praktikum khususnya aspek dalam budidaya ubi jalar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Botani
Tumbuhan bergetah putih,umbi akarnya sangat bervariasi, bentuk, ukuran, warna daun dan sulur, warna kulit luar umbi(putih,coklat,kuning tua,merah,ungu atau jingga, warna daging dalam umbi( putih,kuning tua,merah,ungu atau jingga). Batang menjalar dan bercabang-cabang. Daun tunggal tersusun spiral,helaian daun membundar telur,rata, bersudut atau bercuping menjari. Bunga aksiler, tunggal atau pembungaan terbatas,mahkota bunga berbentuk corong, putih atau lembayung muda, ungu dibagian dalam tabungnya. Buah kapsul dengan biji 1-4 biji.
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiosspermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : convolvulales
Family : convolvulaceae
Genus : Ipomoea
Spesies : I.batatas
Nama inggris :sweet potato
Nama Indonesia : ubi jalar
Nama lokal : ketela rambat(jawa),huwi boled(sunda)
Tanaman ketela rambat ada 3 jenis, yaitu ketela rambat kuning, merah dan ungu. Dibanding ketela rambat putih,tekstur ketela rambat merah atau ungu lebih berair dan masir (sandy) tetapi lebih lembut. Rasanya tidak semanis putih padahal kadar gulanya tidak jauh berbeda. Ketela rambat putih mengandung 260 mkg(869 SI) betakaroten per 100 gram, ubi merah yang berwarna kuning emas tersimpan 2900 mkg (9675 SI) betakaroten, ubi merah yang berwarna jingga 9900 mkg(32967 SI) betakaroten. Makin pekat warna jingganya makin tinggi kadar betakarotennya yang merupakan bahan pembentuk vitamin A dalam tubuh. Namun dari ketiganya,yang mengandung paling banyak antisian adalah jenis yang berwarna ungu. Dua varieatas ketela rambat ungu introduksi ( ayamurasaki dan yamagawa-murasaki) saat ini telah diusahakan secara komersial dibeberapa daerah dijawa timur dengan potensi hasil 15 – 20 ton/ha. Beberapa jenis local sesungguhnya juga ada yang daging umbinya berwarna ungu,hanya intensitasnya masih jauh dibandingkan kedua jenis tersebut ( Riata,2010).
Ubi jalar atau ketela rambat atau "sweet potato" diduga berasal dari Benua Amerika. Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika bagian tengah. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, memastikan daerah sentrum primer asal tanaman ubi jalar adalah Amerika Tengah. Ubi jalar mulai menyebar ke seluruh dunia, terutama negara-negara beriklim tropika pada abad ke-16. Orang-orang Spanyol menyebarkan ubi jalar ke kawasan Asia, terutama Filipina, Jepang, dan Indonesia.
Plasma nutfah (sumber genetik) tanaman ubi jalar yang tumbuh di dunia diperkirakan berjumlah lebih dari 1000 jenis, namun baru 142 jenis yang diidentifikasi oleh para peneliti. Lembaga penelitian yang menangani ubi jalar, antara lain: International Potato centre (IPC) dan Centro International de La Papa (CIP). Di Indonesia, penelitian dan pengembangan ubi jalar ditangani oleh Pusat Peneliltian dan Pengembangan Tanaman Pangan atau Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan umbi-Umbian (Balitkabi), Departemen Pertanian.
Varietas atau kultivar atau klon ubi jalar yang ditanam di berbagai daerah jumlahnya cukup banyak, antara lain: lampeneng, sawo, cilembu, rambo, SQ-27, jahe, kleneng, gedang, tumpuk, georgia, layang-layang, karya, daya, borobudur, prambanan, mendut, dan kalasan.
Varietas yang digolongkan sebagai varietas unggul harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) Berdaya hasil tinggi, di atas 30 ton/hektar.
b) Berumur pendek (genjah) antara 3-4 bulan.
c) Rasa ubi enak dan manis.
d) Tahan terhadap hama penggerek ubi (Cylas sp.)dan penyakit kudis oleh cendawan Elsinoe sp.
e) Kadar karotin tinggi di atas 10 mg/100 gram.
f) Keadaan serat ubi relatif rendah.
Varietas unggul ubi jalar yang dianjurkan adalah daya, prambanan, borobudur, mendut, dan kalasan. Deskripsi masing-masing varietas unggul ubi jalar adalah sebagai berikut:
a) Daya
1. Varietas ini merupakan hasil persilangan antara varietas (kultivar) putri selatan jonggol.
2. Potensi hasil antara 25-35 ton per hektar.
3. Umur panen 110 hari setelah tanam.
4. Kulit dan daging ubi berwarna jingga muda.
5. Rasa ubi manis dan agak berair.
6. Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.
b) Prambanan
1. Diperoleh dari hasil persilangan antara varietas daya x centenial II.
2. Potensi hasil antara 25-35 ton per hektar.
3. Umur panen 135 hari setelah tanam.
4. Kulit dan daging ubi berwarna jingga.
5. Rasa ubi enak dan manis.
6. Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.
c) Borobudur
1. Varietas ini merupakan hasil persilangan antara varietas daya x philippina.
2. Potensi hasil antara 25-35 ton per ha.
3. Kulit dan daging ubi berwarna jingga.
4. Umur panen 120 hari setelah tanam.
5. Ubi berasa manis.
6. Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.
d) Mendut
1. Varietas ini berasal dari klon MLG 12653 introduksi asal IITA, Nigeria tahun 1984.
2. Potensi hasil antara 25-50 ton per ha.
3. Umur panen 125 hari ssetelah tanam.
4. Rasa ubi manis.
5. Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.
e) Kalasan
1. Varietas diintroduksi dari Taiwan.
2. Potensi hasil antara 31,2-42,5 ton/ha atau rata-rata 40 ton/ha.
3. Umur panen 95-100 hari setelah tanam.
4. Warna kulit ubi cokelat muda, sedangkan daging ubi berwarna orange muda (kuning).
5. Rasa ubi agak manis, tekstur sedang, dan agak berair.
6. Varietas agak tahan terhadap hama penggerek ubi (Cylas sp.).
7. Varietas cocok ditanam di daerah kering sampai basah, dan dapat beradaptasi di lahan marjinal.
B. Hama dan penyakit
1. Hama
a) Penggerek Batang Ubi Jalar
Stadium hama yang merusak tanaman ubi jalar adalah larva (ulat). Cirinya adalah membuat lubang kecil memanjang (korek) pada batang hingga ke bagian ubi. Di dalam lubang tersebut dapat ditemukan larva (ulat).
Gejala: terjadi pembengkakan batang, beberapa bagian batang mudah patah, daun-daun menjadi layu, dan akhirnya cabang-cabang tanaman akan mati.
Pengendalian: (1) rotasi tanaman untuk memutus daur atau siklus hama; (2) pengamatan tanaman pada stadium umur muda terhadap gejala serangan hama: bila serangan hama >5 %, perlu dilakukan pengendalian secara kimiawi; (3) pemotongan dan pemusnahan bagian tanaman yang terserang berat; (4) penyemprotan insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti Curacron 500 EC atau Matador 25 dengan konsentrasi yang dianjurkan.
b) Hama Boleng atau Lanas
Serangga dewasa hama ini (Cylas formicarius Fabr.) berupa kumbang kecil yang bagian sayap dan moncongnya berwarna biru, namun toraknya berwarna merah. Kumbang betina dewasa hidup pada permukaan daun sambil meletakkan telur ditempat yang terlindung (ternaungi). Telur menetas menjadi larva (ulat), selanjutnya ulat akan membuat gerekan (lubang kecil) pada batang atau ubi yang terdapat di permukaan tanah terbuka.
Gejala: terdapat lubang-lubang kecil bekas gerekan yang tertutup oleh kotoran berwarna hijau dan berbau menyengat. Hama ini biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang sudah berubi. Bila hama terbawa oleh ubi ke gudang penyimpanan, sering merusak ubi hingga menurunkan kuantitas dan kualitas produksi secara nyata.
Pengendalian: (1) pergiliran atau rotasi tanaman dengan jenis tanaman yang tidak sefamili dengan ubi jalar, misalnya padi-ubi jalar-padi; (2) pembumbunan atau penimbunan gulu dan untuk menutup ubi yang terbuka; (3) pengambilan dan pemusnahan ubi yang terserang hama cukup berat; (4) pengamatan/monitoring hama di pertanaman ubi jalar secara periodik: bila ditemukan tingkat serangan > 5 %, segera dilakukan tindakan pengendalian hama secara kimiawi; (5) penyemprotan insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti Decis 2,5 EC atau monitor 200 LC dengan konsentrasi yang dianjurkan; (6) penanaman jenis ubi jalar yang berkulit tebal dan bergetah banyak; (7) pemanenan tidak terlambat untuk mengurangi tingkat kerusakan yang lebih berat.
c) Tikus (Rattus rattus sp)
Hama tikus biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang berumur cukup tua atausudah pada stadium membentuk ubi. Hama Ini menyerang ubi dengan caramengerat dan memakan daging ubi hingga menjadi rusak secara tidak beraturan. Bekas gigitan tikus menyebabkan infeksi pada ubi dan kadang-kadang diikuti dengan gejala pembusukan ubi.
Pengendalian: (1) sistem gerepyokan untukmenangkap tikus dan langsung dibunuh; (2) penyiangan dilakukan sebaikmungkin agar tidak banyak sarang tikus disekitar ubi jalar; (3) pemasangan umpan beracun, seperti Ramortal atau Klerat.
2. Penyakit
a) Kudis atau Scab
Gejala: adanya benjolan pada tangkai sereta urat daun, dan daun-daun berkerut seperti kerupuk.Tingkat serangan yang berat menyebabkan daun tidak produktif dalam melakukan fotosintesis sehingga hasil ubi menurun bahkan tidak menghasilkan sama sekali. Pengendalian: (1)pergiliran/rotasi tanaman untuk memutus siklus hidup penyakit; (2) penanaman ubijalar bervarietas tahan penyakit kudis, seperti daya dan gedang; (3) kultur teknik budi daya secara intensif; (4) penggunaan bahan tanaman (bibit) yang sehat. Penyebab: cendawan Elsinoe batatas.
b) Layu fusarium
Gejala: tanaman tampak lemas, urat daun menguning, layu, dan akhirnya mati. Cendawan fusarium dapat bertahan selama beberapa tahun dalam tanah. Penularan penyakit dapat terjadi melalui tanah, udara, air, dan terbawa oleh bibit.
Pengendalian: (1) penggunaan bibit yang sehat (bebas penyakit); (2) pergiliran /rotasi tanaman yang serasi di suatu daerah dengan tanaman yang bukan famili; (3) penanaman jenis atau varietas ubi jalar yang tahan terhadap penyakit Fusarium. Penyebab: jamur Fusarium oxysporum f. batatas.
c) Virus
Beberapa jenis virus yang ditemukan menyerang tanaman ubi jalar adalah Internal Cork, Chlorotic Leaf Spot, Yellow Dwarf.
Gejala: pertumbuhan batang dan daun tidak normal, ukuran tanaman kecil dengan tata letak daun bergerombol di bagian puncak, dan warna daun klorosis atau hijau kekuning-kuningan. Pada tingkat serangan yang berat, tanaman ubi jalar tidak menghasilkan. Pengendalian: (1) penggunaan bibit yang sehat dan bebas virus; (2) pergiliran/rotasi tanaman selama beberapa tahun, terutama di daerah basis (endemis) virus; (3)
pembongkaran/eradikasi tanaman untuk dimusnahkan.
C. Syarat pertumbuhan
1. Iklim
a. tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab. Daerah yang paling ideal untuk budidaya ubi jalar adalah daerah yang bersuhu 21-27 Derajat c.
b. daerah yang mendapat sinar matahari 11-12 jam/hari merupakan daerah yang disukai. Pertumbuhan dan produksi yang optimal untuk usaha tani ubi jalar tercapai pada musim kering (kemarau). Di tanah yang kering (tegalan) waktu tanam yang baik untuk tanaman ubi jalar yaitu pada waktu musim hujan, sedang pada tanah sawah waktu tanam yang baik yaitu sesudah tanaman padi dipanen.
c. tanaman ubi jalar dapat ditanam di daerah dengan curah hujan 500-5000 mm/tahun, optimalnya antara 750-1500 mm/tahun.
2. Media Tanam
a. Hampir setiap jenis tanah pertanian cocok untuk membudidayakan ubi jalar. Jenis tanah yang paling baik adalah pasir berlempung, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi serta drainasenya baik. Penanaman ubi jalar pada tanah kering dan pecah-pecah sering menyebabkan ubi jalar mudah terserang hama penggerek (Cylas sp.). Sebaliknya, bila ditanam pada tanah yang mudah becek atau berdrainase yang jelek, dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman ubi jalar
kerdil, ubi mudah busuk, kadar serat tinggi, dan bentuk ubi benjol.
b. Derajat keasaman tanah adalah pH=5,5-7,5. Sewaktu muda memerlukan kelembaban tanah yang cukup.
c. Ubi jalar cocok ditanam di lahan tegalan atau sawah bekas tanaman padi, terutama pada musim kemarau. Pada waktu muda tanaman membutuhkan tanah yang cukup lembab. Oleh karena itu, untuk penanaman di musim kemarau harus tersedia air yang memadai.
3. Ketinggian Tempat
Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab. Tanaman ubi jalar juga dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan tumbuh karena daerah penyebaran terletak pada 300 LU dan 300 LS. Di Indonesia yang beriklim tropik, tanaman ubi jalar cocok ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 500 m dpl. Di dataran tinggi dengan ketinggian 1.000 m dpl, ubi jalar masih dapat tumbuh dengan baik, tetapi umur panen menjadi panjang dan hasilnya rendah.
4. Pembibitan
Tanaman ubi jalar dapat diperbanyak secara generatif dengan biji dan secara vegetatif berupa stek batang atau stek pucuk. Perbanyakan tanaman secara generatif hanya dilakukan pada skala penelitian untuk menghasilkan varietas baru.
a. Persyaratan Bibit
Teknik perbanyakan tanaman ubi jalar yang sering dipraktekan adalah dengan stek batang atau stek pucuk. Bahan tanaman (bibit) berupa stek pucuk atau stek batang harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a.a. Bibit berasal dari varietas atau klon unggul.
b.a. Bahan tanaman berumur 2 bulan atau lebih.
c.a. Pertumbuhan tanaman yang akan diambil steknya dalam keadaan sehat, normal, tidak terlalu subur.
d.a. Ukuran panjang stek batang atau stek pucuk antara 20-25 cm, ruas-ruasnya rapat dan buku-bukunya tidak berakar.
e.a. Mengalami masa penyimpanan di tempat yang teduh selama 1-7 hari.
Bahan tanaman (stek) dapat berasal dari tanaman produksi dan dari tunas-tunas ubi yang secara khusus disemai atau melalui proses penunasan. Perbanyakan tanaman dengan stek batang atau stek pucuk secara terus-menerus mempunyai kecenderungan penurunan hasil pada generasi-generasi berikutnya. Oleh karena itu, setelah 3-5 generasi perbanyakan harus diperbaharui dengan cara menanam atau menunaskan umbi untuk bahan perbanyakan.
b. Penyiapan Bibit
Tata cara penyiapan bahan tanaman (bibit) ubi jalar dari tanaman produksi adalah sebagai berikut:
a.b. Pilih tanaman ubi jalar yang sudah berumur 2 bulan atau lebih, keadaan pertumbuhannya sehat dan normal.
b.b. Potong batang tanaman untuk dijadikan stek batang atau stek pucuk sepanjang 20-25 cm dengan menggunakan pisau yang tajam, dan dilakukan pada pagi hari.
c.b. Kumpulkan stek pada suatu tempat, kemudian buang sebagian daun-daunnya untuk mengurangi penguapan yang berlebihan.
d.b. Ikat bahan tanaman (bibit) rata-rata 100 stek/ikatan, lalu simpan di tempat yang teduh selama 1-7 hari dengan tidak bertumpuk.
BAB III
BAHAN DAN METODE
A. Bahan dan alat
Bahan yang digunakan untuk menunjang kegiatan praktikum adalah bibit ubi jalar, pupuk kandang, lahan tanam dan sebagainya.
Alat yanag diguankan untuk menunjang kegiatan praktikum daiantaranya adalah cangkul,kored,meteran, dan alat lainnya.
B. Waktu dan tempat
Praktikum ini dimulai pada tanggal 23 september 2013 – pengamatan terakhir pada tanggal 25 november. Praktikum ini dilakukan di lahan percobaan gunung gede diploma IPB,cilibende.
C. Metode kerja
Dalam kegiatan praktikum penanaman ubi jalar hal pertama yang dilakukan adalah persiapan lahan. Dalam persiapan lahan yang harus dilkukan adalah membersihkan lahan dari gulma-gulma atau tanaman lain yang mengganggu. Buat bedengan atau guludan dengan tinggi guludan 30 cm dan lebar 60 cm dan panjang guludan disesuaikan dengan lahan yang ada. Guludan dibuat sebanyak 3 guludan dengan jarak antar guludan 40 cm. setelah itu campurkan pupuk kandang ke setiap guludan ratakan hingga tercampur. Jika persiapan lahan sudah dilakuakan selanjutnya adalah proses penanamannya , jarak tanam yang digunakan adalah 40 cm x 30 cm. namun, sebelum menanam bagi dulu bibit yang akan ditanam karena dalam praktikum ini ada dua varietas yang akan ditanam yaitu varietas murasai dan balitkabi,bedakan kedua varietas tersebut karena setiap varietas akan ditanam diguludan yang berbeda. Setelah semua itu disiapkan, ambil stek batang ubi jalar ditanam dengan cara membenamkan 2/3 bagian stek batang kedalam tanah. Stek ditanam miring ( 60-70 derajat). Setiap lubang tanam ditanam satu stek ubi jalar. Siram dengan air setelah semua stek ditanam hingga lembab pada barisan tanaman. Setelah itu hal yang penting dilakukan adalah pemeliharaan , dalam pemeliharaan yang umum dilakukan meliputi penyiangan gulma secara manual, pengendalian hama dan penyakit, pemangkasan jika tanaman terlalu rimbun. Tanaman ubi jalar tidak tahan terhadap genangan sehingga perlu dijaga saluran drainase pada lahan. Dalam praktikum ini juga dilkukan pengamatan hal yang diamati yaitu jumlah daun, perbedaan kedua varieatas tersebut dari segi warna daun dan mengamati gejala hama dan penyakit.
Berikut denah dan bentuk guludan untuk tanaman ubi jalar:
Created by: Muhammad prayogaSTBULubang tanamJarak antar tanaman(30 cm)guludanLebar guludan (60 cm)Jarak antar guludan(40cm)
Created by: Muhammad prayoga
S
T
B
U
Lubang tanam
Jarak antar tanaman(30 cm)
guludan
Lebar guludan (60 cm)
Jarak antar guludan(40cm)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi tanaman
Varietas balitkabi( daya )
Dilepas tahun
1977
Nomor seleksi klon
380
Asal
Putri selatan/jongga,bogor 1958
Hasil rata-rata
23 ton/ha
Umur tanaman
4 bulan
Tinggi batang
-
Bentuk daun
Bentuk hati berlekuk dangkal
Warna pucuk daun
Hijau keungu-unguan
Warna tangkai daun
-
Warna tulang daun
-
Warana batang muda
-
Warna batang tua
-
Warna kulit umbi
Kuning jingga (bagian luar)
Warna daging umbi
Kuning jingga
Kualitas rebus
Kurang baik
Rasa
-
Kadar tepung
-
Kadar protein
0,8%
Kadar HCN
-
Ketahanan terhadap penyakit
Cukup tahan lanas(Cylas formicarius) dan tahan penyakit kriting daun( sweet potato curl)
Sumber: Balitkabi,2013.
Varietas murasaki(ayamurasaki)
Dilepas tahun
-
Nomor seleksi klon
-
Asal
Jepang
Hasil rata-rata
15-20 ton/ha
Umur tanaman
-
Tinggi batang
-
Bentuk daun
Bentuk hati berlekuk dangkal
Warna pucuk daun
Warna tangkai daun
-
Warna tulang daun
-
Warana batang muda
-
Warna batang tua
-
Warna kulit umbi
ungu (bagian luar)
Warna daging umbi
Ungu
Kualitas rebus
-
Rasa
-
Kadar tepung
-
Kadar protein
-
Kadar HCN
-
Ketahanan terhadap penyakit
-
Sumber:Balitkabi,2013.
B. Pertumbuhan
Pengamatan Minggu Ke-
Varietas Ayamurasaki
Varietas Balitkabi(Daya)
Jumlah Daun (Helai)
Jumlah Daun (helai)
I
9
12
II
32
43
III
38
49
IV
45
52
V
51
58
VI
57
64
Tabel 1: Data pengamatan jumlah daun
Tabel diatas adalah tabel data pengamatan jumlah daun pada setiap varietas ubi jalar yang ditanam pada praktikum ini. Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung daun yang yang tumbuh dan hidup, dihitung secara manual dimulai dari minggu pertama setelah tanam hingga minggu keenam setelah tanam. Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan jumlah daun disetiap varietas,untuk dibandingkan mana yang lebih tinggi pertumbuhan jumlah daunnya antara kedua varietas tersebut.
Dari data tabel diatas dapat dlihat bahwa pertumbuhan setiap minggunya mengalami peningkatan. Pada minggu pertama untuk varietas ayamurasaki jumlah daunnya hanya 9 helai sedangkan untuk varietas balitkabi(Daya) memiliki 12 helai daun. Minggu kedua varietas ayamurasaki jumlah daunnya 32 helai sedangkan untuk varietas balitkabi(daya) memiliki jumlah daun 43 helai. Pada minggu ketiga untuk varietas ayamurasaki memiliki jumlah daun 38 helai sedangkan varietas balitkabi(daya) memiliki jumlah daun 49 helai. Minggu keempat varietas ayamurasaki memiliki jumlah daun 45 helai sedangkan untuk varietas balitkabi(daya) memiliki jumlah daun 52 helai. Pada minggu kelima untuk varietas ayamurasaki memiliki jumlah daun 51 helai sedangkan untuk varietas balitkabi(daya) memiliki jumlah daun 58 helai. Pada minggu terakhir pengamatan yaitu minggu keenam untuk varietas ayamurasaki memiliki jumlah daun 57 helai sedangkan untuk varietas balitkabi(daya) memiliki junlah daun 64 helai. Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa perbandingan pertumbuhan jumlah daunnya lebih tinggi varietas balitkabi(daya) dibandingkan dengan varietas ayamurasaki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut.
Grafik 1: Perbandingan jumlah daun
Grafik diatas adalah grafik untuk perbandingan pertumbuhan jumlah daun pada kedua varietas tersebut. Dari grafik diatas dapat dilihat pertumbuhan setiap minggunya mengalami peningkatan baik untuk varietas ayamurasaki maupun untuk varietas balitkabi( daya). Garafik diatas menunjukan bahwa pada varietas balitkabi memiliki pertumbuhan daun lebih tinggi dibandingkan varietas ayamurasaki. Hal ini memang mencirikan hasil dari pemuliaannya,varietas balitkabi(daya) adalah hasil persilangan beberapa jenis ubijalar sehingga pertumbuhannya tinggi dan hal-hal lainya juaga bagus. Begitu juga untuk varietas ayamurasaki adalah hasil pemuliaan atau persilangan beberapa varietas sehingga memiliki kelebihannya tersendiri. Kedua varietas ini memiliki kelebihannya masing-masing untuk pertumbuhan jumlah daun varietas balitkabi memiliki kelebihan pertumbuhan jumlah daunnya yang lebih tinggi dan untuk varietas ayamurasaki memiliki kelebihan di faktor rasa yang lebih enak dibandingkan dengan varietas balitkabi( daya). Setiap varietas yang telah dimuliakan pasti memiliki kelebihan masing – masing sesuai tujuan yang memulikannya.
C. Gejala serangan OPT
Selama pengamatan gejala serangan hama yang ditemukan berupa daun yang berlubang akibat geregan ulat horn worn. Dan gejala terserang penyakit terlihat pada daun yang menguning yang diakibatkan oleh cendawan jamur Fusarium oxysporum f. batatas.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari semua uraian diatas ialah untuk mendapatkan hasil yang baik perlu diperhatikan beberapa hal diantaranya faktor lingkungan,perlakuan ,kualitas bibit,varieatas, gunakan varietas yang unggul,unggul diproduktivitasnya,unggul dirasanya,unggul dipasaran dan lainnya. Diantara kedua varietas yang ditanam pada praktikum ini varietas balitkabi( daya ) memiliki keunggulan pada pertumbuhan jumlah daunnya dibandingkan varietas ayamuasaki yang masih rendah dibandingkan varietas balitkabi(daya).
DAFTAR PUSTAKA
Balai penelitian kacang-kacangan dan umbi-umbian,2013[website(diakses 5 desember 2013)]
Rukmana, Rahmat. (1997). Ubi jalar: budi daya dan pascapanen. Yogyakarta:
Kanisius,1997.
Najiyati, Sri. (1998). Palawija: budidaya dan analisis usaha tani. Jakarta:
PT.Penebar Swadaya, 1998.