BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 1.
Kolesterol
a.
Definisi Kolesterol Kolesterol
merupakan
lipid
amfipatik
dan
merupakan
komponen struktural esensial pada membran sel dan lapisan luar lipoprotein plasma. Senyawa ini disentesis di jaringan dari asetilkoA dan merupakan prekursor semua steroid lain di tubuh, termasuk kortikosteroid, hormon seks, asam empedu, dan vitamin D (Murray, et al, 2013). Kolesterol adalah suatu zat putih seperti lemak yang berada di dalam jaringan tubuh manusia dan ditemukan juga pada berbagai makanan hewani, terutama pada bagian otak, ginjal, hati, dan kuning telur (Lean, 2013). Menurut Freeman & Christine (2008), kolesterol adalah zat yang menyerupai lemak, dan pembuat hormon steroid. Kolesterol adalah zat yang menyerupai lemak yang dihasilkan dalam tubuh manusia dan ditemukan pada makanan yang berasal dari hewani (Kozier, et al, 2010). Menurut LIPI (2009), kolesterol sebenarnya merupakan salah satu komponen lemak. Lemak merupakan salah satu sumber energi yang memberikan kalori paling tinggi. Di samping sebagai sumber
16
energi, sebenarnya lemak atau khususnya kolesterol memang merupakan zat sangat dibutuhkan oleh tubuh kita terutama untuk membentuk dinding sel-sel dalam tubuh. b.
Proses Metabolisme Kolesterol Metabolisme kolesterol dilakukan oleh organ hati. Kolesterol yang berasal dari asupan makanan akan dibawa kilomikron kedalam hati untuk dimetabolisme. Kolesterol sebagian mengalami sirkulasi enterhepatik membentukasam empedu dan sebagian lainnya menjadi satu dengan Very Low Density Lipoprotein Lipoprotein (VLDL). VLDL kemudian dimetabolisme oleh lipoprotein lipase menjadi Low Density Lipoprotein (LDL) melalui zat antara IDL secara endositis. IDL
bergabung
dengan
lisosm
dan
enzim
lisosm
guna
menghidrolisis menjadi kolesterol. Kolesterol diubah menjadi ester kolesterol ke dalam aparat golgi berdifusi ke dalam membran sel. Hal ini mampu meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Selanjutnya, kolesterol yang berlebih akan kembali ke hati oleh High Density Lipoprotein (HDL). Hal ini mampu menurunkan kadar kolesterol dalam darah dan mencegah kolesterol tinggi (Ganong, 2008). Berdasarkan penjelasan di atas, kolesterol memiliki jalur metabolisme kolesterol di bagi beberapa jalur, yaitu seperti gambar berikut:
17
1)
Jalur Metabolisme Eksogen dan Endogen
Gambar: 2.1 Metabolisme Eksogen dan Endogen (Ganong, 2008) 2)
Jalur Reverse Cholesterol Transport
Gambar: 2.2 Reverse Cholesterol Transport (mediscape, 2001) c.
Jenis-jenis Kolesterol Total Kolesterol total disusun oleh berbagai zat termasuk kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan Trigliserida, komponen-komponen kolesterol tersebut yaitu:
18
1) Low Density Lipoprotein (LDL) Lipoprotein (LDL) Kolesterol LDL biasanya disebut kolesterol jahat, LDL mengangkut kolesterol yang ada di hati ke sel-sel seluruh tubuh. Kolesterol LDL dapat melekat pada dinding pembuluh darah yang mampu mengakibatkan penyembutan di pembuluh darah. LDL
yang
terlalu
banyak
bersirkulasi
dalam
darah
mengakibatkan penumpukan LDL pada sekeliling dinding arteri, menghambat masuknya oksigen dan nutrisi dalam darah yang akan keseluruh tubuh (Bull & Jonathan, 2007). Kolesterol LDL mengangkut kolesterol paling banyak di dalam darah. Tingginya kadar LDL menyebabkan pengendapan kolesterol dalam arteri. Kolesterol LDL disebut merupakan faktor resiko utama penyakit jantung koroner. LDL disebut lemak jahat karena kecenderungan melekat di dinding pembuluh darah sehingga dapat menyempitkan aliran pembuluh darah. LDL bisa melekat karenan mengalami oksidasi atau dirusak oleh radikal bebas (LIPI, 2009). 2) High Density Lipoprotein (HDL) Kolesterol HDL disebut kolesterol baik, HDL bekerja sebaliknya dari LDL sehingga sering disebut kolesterol baik. Kolesterol HDL membersihkan kelebihan kolesterol yang mengendap di arteri sehingga memperlambat terbentuknya plak di dinding pembuluh darah (Stoppard, 2010).
19
Kolesterol HDL mengangkut lebih sedikit dari LDL dan sering disebut kolesterol baik karena dapat membuang kelebihan kolesterol jahat di pembuluh darah dari proses ateroklerosis. Dari hati, kolesterol diangkut oleh lipoprotein yang bernama LDL untuk dibawa ke sel-sel tubuh yang memerlukan, termasuk ke sel otot jantung, otak dan lain-lain agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya (LIPI, 2009). 3)
Trigliserida Meningkatnya kadar trigliserida dalam darah juga dapat meningkatnya mempengaruhi
kadar
kolesterol.
kadar
Sejumlah
trigliserida
dalam
faktor darah
dapat seperti
kegemukaan, konsumsi alkohol, gula, dan makan berlemak. Tingginya kadar trigliserida dapat dikontrol dengan diet rendah karbohidrat (LIPI, 2009). Menurut Harti (2014), trigliserida dibentuk dalam hati dari gliserol dan lemak yang berasal dari makanan dengan rangsangan insulin atau kelebihan di sebabkan asupan yang berlebihan. Konsumsi makanan manis, alkohol, santan dan karbohidrat secara berlebih mengakibatkan kadar trigliserida meningkat
sehingga
menambah
terjadinya
resiko
stroke,
penyakit jantung, gangguan gangguan tekanan darah, dan diabetes melitus. d. Nilai Normal Kolesterol Tabel: 2.1 Nilai Kadar Kolesterol Dalam Darah
20
Kadar Kolesterol Kolesterol Total
Kategori Kolesterol Total
< 200 mg/dl
Normal
200-239 mg/dl
Sedang
≥ 240 mg/dl
Tinggi
Kadar Kolesterol LDL
Katagori Kolesterol LDL
< 100 mg/dl
Normal
100-129 mg/dl
Sedang
130-159 mg/dl
Batas atas
160-189 mg/dl
Tinggi
≥ 190 mg/dl
Sangat tinggi
Kadar Kolesterol HDL
Katagori Kolesterol HDL
< 40 mg/dl
Rendah
≥ 40 mg/dl
Normal
Kadar Trigliserida
Katagori Trigliserida
< 150 mg/dl
Normal
150-199 mg/dl
Sedang
200-499 mg/dl
Tinggi
≥ 500 mg/dl
Sangat tinggi
Sumber: Riset Kesehatan Dasar (2013). e.
Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Kolesterol Total Kadar kolesterol darah meningkat dilihat dari kolesterol LDL dalam darah melebihi nilai normal. Nilai normal dari kolesterol LDL kurang dari 130 mg/dl dan kolesterol HDL lebih dari 40 mg/dl (Harti, 2014). Kejadian peningkatan kolesterol darah memiliki banyak macam-macam macam-ma cam faktor yang mengakibatkan kolesterol dalam darah meningkat dari batas normal yang ditentukan yaitu untuk usia dewasa
kurang
dari
200
mg/dl.
Berikut
mengakibatkan peningkatan kolesterol darah.
21
ini
faktor
yang
1)
Genetik Kolesterol darah dihasilkan tubuh manusia sebanyak 80% dari yang dibutuhkan oleh tubuh, selebihnya didapatkan dari mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol (Harti, 2014). Sebagian orang memiliki keturunan hiperkolesterolemia, kondisi genetik ini mengakibatkan kadar kolesterol darah yang tinggi turun-temurun dalam anggota keluarga mengakibatkan seseorang resiko tinggi terkena serangan jantung lebih awal (Kurniadi & Ulfa, 2014). Kondisi
genetik
mengakibatkan
seseorangan
harus
mengkonsumsi obat-obatan untuk menurunkan kadar kolesterol darah, sedangkan kebanyakan orang mengendalikan kolesterol darah hanya mengunakan diit rendah kolesterol dan gaya hidup sehat (Durtine, 2012). 2)
Usia dan Jenis kelamin Penuaan merupakan hal yang alami untuk peningkatan kadar kolesterol darah dikarenakan saat usia semakin menua aktivitas seseorang semakin menurun begitu juga fungsi organ tubuh. Kolesterol darah meningkat seiring bertambahnya usia, pada pria maupun wanita peningkatan tertinggi kadar kolesterol pada usia 45-64 tahun (Bull & Jonathan, 2007). Menurut Nilawati, et al (2008), mengatakan wanita usia menopause mempunyai kadar kolesterol total yang lebih rendah
22
pada laki-laki dengan usia yang sama, akan tetapi setelah menopuase kadar kolesterol LDL pada wanita cenderung mengalami peningkatan. 3)
Pola Konsumsi Mitos tentang kolesterol menyebutkan bahwa seorang individu tidak memiliki kolesterol seandainya melakukan pola hidup sehat dan diit rendah lemak. Kolesterol darah berasal dari sumber yaitu makanan 20% dan tubuh sendiri menghasilkan 80% kolesterol dari kebutuhan tubuh (Jauhari & Nita, 2013). Pola konsumsi untuk menghindari peningkatan kadar kolesterol darah yaitu menghindari konsumsi lemak jenuh dan membatasi asupan makanan kolesterol kurang dari 300 mg/hari, serta menghindari konsumsi alkohol, obat-obatan dan merokok (Harti, 2014), menurut Adriani & Bambang (2012), gaya hidup tidak sehat seperti merokok, minum-minuman beralkohol dan minuman kafain berlebih, mengkonsumsi makan berbahan pengawet serta fast serta fast food dan junk food.
4)
Olahraga dan Aktivitas Fisik Olahraga
teratur
dan
aktivitas
fisik
secara
positif
mempengaruhi profil lipid darah dan lipoprotein, namun setelah melakukan olahraga tidak selalu merubah kolesterol total darah hanya ada penuruanan berat badan, tetapi dengan melakukan olahraga dan aktivitas fisik secara positif adalah cara kolesterol
23
dibawa oleh lipoprotein darah ikut berubah sehingga banyak HDL yang ditemukan dalam darah (Durstine, 2012). Menurut Shabela (2012), kurang aktivitas fisik dan olahraga dapat meningkatkan kadar LDL meningkat dan menurunkan kadar HDL. 5)
Alkohol Alkoholisme menyebabkan akumulasi lemak di hati, hiperkolesterolemia dan akhinya sirosis. Beberapa penelitian menunjukan adanya peningkatan kadar asam lemak bebas pada tikus setelah pemberian dosis tunggal intoksikasi. Peningkatan asam lemak dapat meningkatkan kadar kolesterol (Guyton & Hall, 2007).
6)
Merokok Suatu penelitian menganalisis hubungan merokok dengan kadar lipid dan lipoprotein darah dari 54 penelitian yang dipublikasikan menunjukan hubungan yang bermakna antar kadar kolesterol tingggi, kadar trigliserida tinggi, kolesterol LDL tinggi, serta kadar kolesterol HDL rendah dengan kebiasaan merokok. Rokok memperlihatkan efek dose respone yang signifikan untuk kolesterol (Craig WY, et al, 1989 dalam Sari, et al, 2014). Penelitian Garisson et al (1978) pada 4.107 sampel wanita dan pria menemukan hubungan yang bermakna antara merokok dengan peningkatn kolesterol HDL darah.
24
Peningakatan kolesterol HDL pada perokok pria sekitar 4 mg/dl dan perokok wanita 6 mg/dl (Sari, et al, 2014). f.
Penatalaksanaan Kolesterol Tatalaksana kolesterol tinggi di Indonesia menurut PERKENI, sesuai dengan National Cholesterol Education Program-Adult Treatment Panel III (NCEP-ATP III), terdiri atas terapi non farmakologis dan terapi farmakologis (Aura, et al, 2012). Terapi non farmakologis terdiri atas perubahan pola hidup terapeutik (Therapeutic Lifestyle Changes/TLC). Penggunaan terapi farmakologis, berupa obat-obatan yang direkomedasikan oleh NCEP-ATP III ialah golongan HMG-CoA reductase inhibitor tergantung dari jumlah faktor resiko yang dimiliki (Aura, et al, 2012).
g.
Tempat dan Langkah-langkah Pemeriksaan Kolesterol Tempat untuk pemeriksaan kolesterol yang umum dilakukan tenaga kesehatan yaitu pada pengambilan darah kapiler atau dikenal dengan istilah skinpuncture istilah skinpuncture yang yang berarti proses pengambilan sampel darah dengan tusukan kulit. Tempat yang digunakan untuk pengambilan darah kapiler adalah (Joyce Lefever K, 2007): a)
Ujung jari tangan ( fingerstick ) atau anak daun telinga.
b)
Untuk anak kecil dan bayi diambil di tumit ( heelstick ) pada 1/3 bagian tepi telapak kaki atau ibu jari kaki.
25
c)
Lokasi pengambilan tidak boleh menunjukkan adanya gangguan peredaran, seperti vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang, trauma, dsb), kongesti atau sianosis setempat. Pengambilan darah kapiler dilakukan untuk sampel dengan
volume kecil , misal pemeriksaan kadar koleterol. Langkah-langkah: a)
Siapkan peralatan sampling : handskul, lancet steril, kapas alcohol 70%, sediakan strip (cholesterol, Hb dll) untuk bahan uji coba dan pendokumentasian.
b)
Pilih lokasi pengambilan lalu desinfeksi dengan kapas alkohol 70%, biarkan kering.
c)
Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya rasa nyeri berkurang.
d)
Tusuk dengan lancet steril. Tusukan harus dalam sehingga darah tidak harus diperas-peras keluar. Jangan menusukkan lancet jika ujung jari masih basah oleh alkohol. Hal ini bukan saja karena darah akan diencerkan oleh alkohol, tetapi darah juga melebar di atas kulit sehingga susah ditampung dalam wadah.
e)
Setelah darah keluar, buang tetes darah pertama dengan memakai kapas kering, tetes berikutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan.
f)
Pengambilan darah diusahakan tidak terlalu lama dan jangan diperas-peras untuk mencegah terbentuknya jendolan.
26
2.
Bekam
a.
Definisi Bekam Bekam atau hijamah (bahasa lainnya canduk, kop, cupping) adalah terapi bertujuan membersihkan tubuh dari darah yang mengandung toksin dengan tususkan-tusukan kecil pada permukaan kulit (Sangkur, et al, 2016). Bekam (hijamah) merupakan metode pengobatan dengan d engan cara mengeluarkan darah mengeluarkan darah kotor dari dalam tubuh melalui permukaan kulit. Bekam merupakan Bekam merupakan pengobatan yang sudah dikenal sejak ribuan tahun tahun sebelum masehi. masehi. Nama lain dari bekam adalah canduk , canthuk , kop, kop, mambakan. mambakan. Di Eropa bekam dikenal dengan istilah "Cuping Therapeutic Method". Dalam bahasa Mandarin disebut Mandarin disebut Pa Pa Hou Kuan (Kasmui, Kuan (Kasmui, 2014). Menurut Ridho (2015) bekam adalah metode pengobatan dengan tabung atau gelas yang ditelungkupkan pada permukaan kulit agar menimbulkan bendungan local. Terjadinya bendungan local disebabkan tekanan negative dalam tabung yang sebelumnya benda benda dibakar dan dimasukan kedalam tabung agar terjadi pengumpulan darah local. Darah yang terkumpul dikeluarkan dari kulit dengan hisapan, dengan tujuan meningkatkan sirkulasi Qi (energi) dan Xue (darah) akan menimbulkan efek analgetik, anti bengkak, serta mengusir patogen angina dingin dingin maupun lembab. Bekam adalah teknik pengobatan atau penanganan penyakit yang
melibatkan
penarikan
27
Qi
(energi)
dan Xue
(darah)
kepermukaan kulit yang menggunkan alat kop atau gelas bekam yanag dapat meciptakan ruang hampa udara (vakum) yang dapat dikeluarkan 6 patogen dari luar tubuh seperti : angina, panas, dingin, kering, lembab, dan api (Ridho, 2015). b.
Jenis-jenis Bekam Menurut Ridho (2015) bekam terbagi menjadi 4 jenis yaitu : bekam basah, bekam kering, bekam api, dan moksibusi. 1)
Bekam basah adalah proses pembekaman dengan melakukan sayatan untuk mengeluarkan darah yang ada dikapiler epidermis dan mengeluarkan pathogen yang berada dari luar tubuh seperti angin, panas, dan api serta darah statis.
2)
Bekam kering adalah pengkopan dengan pompa tampa mengeluarkan darah, bekam kering mengeluarkan pathogen angina, api, panas. Bekam kering tidak mengeluarkan darah tapi mengeluarkan energy, sehingga diperlukan kehati-hatian bagi orang dengan kondisi energy yang lemah. Teknik ini sangat bagus untuk menangani sindrom panas defisiensi Yun Xu. Meskipun prinsip sindrom Yin Xu terapi utamanaya adalah dengan tonik Yin Yin bukan dengan bekam kering, tetapi bekam kering akan membantu mengeluarkan pathogen angin dan menurunkan panas pada orang dengan kondisi Yin Xu.
3)
Bekam api adalah proses pembekaman dnegan bantuan api sebagai media pembuatan ruang hampa udara dalam gelas
28
vakum. Bekam api mengeluarkan pathogen angina, dingin, dan lembabyang tidak bisa dikeluarkan dengan bekam bssah dan bekam kering. 4)
Moksibusi
adalah
teknik
tambahan
bagi
pasien
dengan
kekurangan Yang/Yang Xu. Keadaan ini biasanya ditandai dengan badan lemah, letih, lesu, dan loyo yang disesrtai keluarnya keringat dingin, angota gerak terasa dingin, nafas pendek, diare, dan rona wajah pucat. Pada kondisi ini sangat tidak
boleh
dilakukan
pembekaman.
Solusinya
dengan
menguatkan Yan Qi tubuh dengan terapi moksibusi. Dalam dunia pengobatan moksa sudah banyak diganti dengan tarapi mederen seperti infra red dan TDP (Teding (Teding Diancibo Pu) yaitu alat terapi gelombang panas yang biasanya digunakan dalam terapi akupuntur yang berfungsi untuk menghangatkan. Kemudian ada tambahan 2 jenis bekam menurut Kasmui (2014) yaitu bekam luncur dan bekam tarik: 1)
Bekam luncur adalah bekam dnegan menkop bagian tubuh yang lainya, teknik ini biasanya untuk pemanasan pasien dengan fungsi melancarkan peredaran darah, pelemasan otot, dan menyehatkan kulit.
2)
Bekam tarik adalah teknik bekam dengan cara ditarik-tarik hingga kulit yang dibekam menjadi merah.
29
c.
Manfaat Bekam Menurut Mahmoud, et al. (2013) beberapa penyakit medis yang bisa dilakukan pengobatan bekam diantaranya adalah 1) Nyeri musculoskeletal : fibromyalgia dan fibrosis, knee osteroarthritis, back pain dan lumbar pain, simple arthralgia, arthiritis and musculoskeletal pain, lumbar disc prolapse (as non surgical treatment unless surgery is indicated), skeletal pain in general, neck and shoulder pain, cervical spondylosis and lumbar dischermination, persisten non specific low back pain, trauma strain sprain and post fracture conditions, plantar fascilitis. 2)
Penyakit kardiovaskular : hypertension (through excreting excess serum fluid and vasoconstrictors, myocardial ischemia and arrhythmia , atherosclerosis, some conditions of circulatory insufficiency, vascular thrombosis (e.g. in the leg), hypotension, edema (to clear interstitial spaces from excess fluid)
3) penyakit neorologi : syndrome,
epilepsy,
headache, migraine, carpal tunnel early
cerebral
infraction,
bradicial
paraeshetica noctuna, trigeminal neuralgia, trigemia neuritis,, facial neuritis, laziness, lassitude and somnolence, impaired memoery or concentration, some pschyatric conditions.
30
4) penyakit gastrointestinal : gastritis, irritable bowel syndrome, intoxication (toxin, food and drugs administration to clear bood from roxins) 5)
Penyakit respirasi : brochial asthma, motion sickness, tonsillitis, chronic sinusitis (antibiotic-resistent chronic sinusitis), otitis media.
6)
Penyakit autoimmune : rheumatoid arthritis, vitiligo, thyroid autoimmunity (grave’s disease and hashimoto’s thyroiditis), systemic lupus eryhematosus, goodpasture’s disease, multiple sclerosis, scleroderma, addison’s dease, insulin-dependent insulin-dependent diabetes militus, autoimmune anemia and pemicious anemia, myasthenia gravis, acanthosis nigricans, ankylosing spondylitis, cold agglutinin disease.
7)
Penyakit metabolik : : gout and gouty arthritis, thyroid dysfunction, conditions of hormonal imbalance, hyperlipidemia ande hypercholesterolemia.
8)
Infeksi : cellulitis , herpes zoster, hepatitis B and C, diabetic foot.
9)
Kondisi darah : thalassemia (to excrete excess iron and fragmented cell), sideroblastic anemia, homeosiderosis and hemochromatosis, hemolysis (to exrete liberated hemoglobin and fragmeted cell)
31
10) Miscellaneous : condition of impaired immunity, alopecia, glaucoma, pain of dysmenorrehea, some ovulatory disorders cause
odf
female
infertility,
which
may
be
due
hyperestrogenemia, errors of metabolism (to clear blood from accumatated substrates and metabolites). d.
Titik-titik Bekam Menurut Kasmui 2014, setiap bagian tubuh memiliki kode inisial beserta nomor secara berurutan menurut kebutubuhan masingmasing, yaitu : 1)
UM
: Titik di bagian atas kepala.
2)
RA 1-25
: Titik-titik di baggian kepala.
3)
KHL 1-2
: Titik di bawah leher belakang.
4)
YA 1-12
: Titik-titik di tangan bagian depan & belakang.
5)
UN 1-9
: Titik-titik di bagian leher, muka dari belakang.
6)
AK 1-4
: Titik-titik di bagian bahu.
7)
SA 1-8
: Titik-titik di bagian dada.
8)
BA 1-12
: Titik-titik di bagian perut.
9)
ZA 1-27
: Titik-titik di bagian pungggung.
10) ZI 1-2
: Titik di bagian tulang ekor.
11) WA 1-2
: Titik di bagian pangkal paha atas.
12) RI 1-31
: Titik-titik di bagian kaki.
Menurut Kasmui, (2014), adapun dalam pemberian terapi yang di lakukan pada titik-titik meridian untuk menurunkan kolesterol
32
tingggi yaitu (1) KHL1, (2) UN2, (3) UN3, (4) AK1, dan (5) AK2. Seperti pada gambar 2.3 berikut ini:
Gambar: 2.3 Titik Bekam Kolesterol Tinggi (Refleksi Id, 2017) e.
Mekanisme Kerja Bekam Mekanisme kerja bekam menurut modern medicine Ridho (2015) dalam bukunya sembuh dalam satu titik yaitu bahwa kulit, otot, maupunn fascia terdapat satu poin untuk satu titik yang mempunyai sifat istimewa, dimana diantara titik poin satu dan poin lainya saling berhubungan ada yang membejur dan melintang sehingga membentuk jarring-jarin atau jala. Titik meridian ini mrnghubungkan antara organ-organ tubuh dengan jaringan bawah kulit, antara organ dengan tangan dan kaki, antara organ padat dan berongga, antara bagian tubuh kiri dan kanan, antara bagian dalam dengan luar, sehingga membentuk kesatuan yang tak terpisa hkan dan dapat bereaksi secara serentak. Kelainan atau gangguan yang terjadi pada satu titik dapat mempenagruhi titik lainya. Sebaliknya, pengobatan pada satu titik poin akan menyembuhkan poin lainya,
33
teori ini dapat menjelaskan bahwa seseorang yang sakit matanya tidak perlu dibekam pada matanya, namun dapat dibekam di daerah kepala atau sekitar tengkuk. Poin istimewa yang merupakan “motor “ motor poins” pada poins” pada perlekatan neuromuscular
yang
mengandung
banyak
mitokondria,
kaya
pembuluh darah, mengandung miogoblin tinggi, dan sebagian besar selnya menggunakan metabolisme oksidatif kemudian lebih banyak mengandung cell mast , kapiler, venula, kelenjar limpe, bundle dan pleksus saraf, serta ujung saraf akhir. Ilmu medis barat membuktikan bahwa apabila dilakukan pembekaman pada satu poin maka kulit , , jaringan bawah kulit , fascia, dan ototnya akan terjadi te rjadi kerusakan cell mast dan lain-lain. Akibat dari kerusakan ini akan dilepaskan beberapa zat seperti serotonin, histamine, bradikinin, slow reacthing substance (SRS) serta zat-zat lain yang belum diketahui. Dari zat-zat ini lah yang menyebabkan terjaddinya dilatasi kapiler dan arteriol, serta flare reaction pada daerah yang dibekam. Dilatasi kapiler juga dapat terjadi
ditempat
yang
jauh
dari
tempat
pembekaman
ini
menyebabkan terjadi perbaikan mikrosirkulasi pembeluh darah, akibatnya timbul efek relaksasi (pelemasan) otot-otot yang kaku serta akibat vasodilatasi umum akan menurunkan tekanan darah secara stabil.
34
Hal
paling
penting
adalah
dilepaskanya
corticotrophin
releasing factor (CRF), serta releasing factors lainya oleh adenohifise. CRF selanjutnya menyebabkan terbentuknya ACTH, corticotrophin,dan corticotrophin,dan corticosteroid. Corticosteroid ini
mempunyai
efek menyembuhkan peradangan serta menstablilkan permaebilitas sel. Salah satu teori bekam Taibah menjelaskan tentang CPS (Causative Pathogical Subtance ) apa yang terlarut di dalam serum darah. Sesusatu yang terlarut di dalam serum darah jika jumlahnya berlebih akan menimbulkan penyakit. Teori ini menyampaikan dengan pembekaman maka ekses serum akan dikeluarkan. Ekses serum yang dimaksud adalah kolesterol darah, trigliserida, glukosa, asam urat, kelebiahan ion dan ferritini pada penyakit thalassemia, dan lain sebagainya (Ridho, 2015). f.
Indikasi dan Kontraindikasi Bekam 1)
Indikasi Berdasarkan teori taibah, bekam di indikasikan untuk mengobati penyakit secara maksimal atau sebagian dengan cara membersihkan darah dan ruang interstitial dari CPS melalui eksresi cairan intravascular berlebih. Salah satu contoh penyakit penyakit dengan peningkatan volume cairan ekstraseluler dan interstitial adalah hipertensi (Ridho, 2015).
35
2)
Kontraindikasi Kondisi yang tidak boleh dibekam yaitu kondisi terkena infeksi terbuka, cacar air, terdapat varises di kaki, penyakit liver kronis, selesai makan (maksimal 2 jam), diabetes militus, anemia, tekanan darah rendah, pingsan, epilepsi (saat terjadi serangan),
teralu
lapar
atau
kenyang,
menggunakan
hemodialysis, sesudah mandi, mengomsumsi obat pengencer darah, dalam ketakutan, lansia, hamil tiga bulan pertama, wanita sering keguguran, penderita kanker darah, anak-anak mengalami dehidrasi, penderita hepatitis, dan riwayat hemophilia (Ridho, 2015). g.
Alat dan Langkah-langkah Bekam Basah Peralatan yang harus dipersiapkan untuk melakukan terapi bekam yaitu, penghisap pen ghisap (handpump), gelas bekam (cup), pena jarum (lanset device), bengkok, handscoon, masker, kapas/swab alkohol, dan kassa/tisue.
Gambar: 2.4 Peralatan Set Bekam (Clutctheworld, 2011).
36
Menurut Sayet, et al (2014), langkah-langkah terapi bekam basah dikenal dengan “Tripel S” (suction, skin scarification, and second suction). Suction Suction merupakan hisapan pada permukaan kulit. Skin Scarification merupakan Scarification merupakan prosedur perlukaan pada kulit. Second suction merupakan hisapan yang sudah dilukai. Langkah-langkah terapi bekam basah menurut (Sayed, et al, 2014) sebagai berikut: 1)
Pilih gelas bekam (cup) berdasarkan tingkat penyakit dan postur tubuh klien.
2)
Tentukan titik bekam.
3)
Bersihkan bagian kulit yang akan dibekam mengunakan kapas/swab alkohol.
4)
Pasang gelas dan pompa bekam kemudian lakukan pehisapan pada kulit dan biarkan selama 3-5 menit.
5)
Lepas gelas bekam (cup).
6)
Tusuk kulit dengan lanset.
7)
Pasang kembali gelas (cup) pada kulit yang di tusuk dengan lanset dan tunggu selama 3-5 menit sampai darah keluar.
8)
Lepas gelas bekam pada semua titik yang di bekam dan buang darah yang keluar.
9)
Bersihkan kembali bagian kulit yang di bekam.
10) Oleskan minyak zaitun pada bekas tusukan/sayatan bekam jika ada.
37
3.
Infrared
a.
Definisi infrared Infrared
adalah
radiasi
elektromagnetik
dari
panjang
gelombang lebih panjang dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi gelombang radio. Namanya bearti “bawah merah” (dari bahasa latin infra, “bawah”), merah merupakan warna dari cahaya tampak dengan gelombang terpanjang. Radiasi infrared memiliki jangkauan tiga “order” dan memiliki panjang gelombang antara 700 nm dan 1 mm. Infrared ditemukan secara tidak sengaja oleh Sir William Herschell, astronom kerjaan Inggris ketika sedang mengadakan penelitian mencari bahan penyaring optis yang akan digunakan untuk mengurangi kecerahan gambar matahari pada teleskop tata surya (Prastio R. P, 2014). Modul terapi infrared yang sudah banyak beredar dipasaran seperti gambar 2.5 dimana pada modul ini tidak terdapat display LCD dan LCD dan kontrol timer.
Gambar 2.5 Alat Terapi Infrared Merk Philips (Ga leri Medika, 2016)
38
b.
Jenis-jenis Infrared Terdapat beberapa jenis-jenis infared berdasarkan panjang gelombang antara lain (Pratio R. P, 2014): 1)
Infrared jarak dekat dengan panjang gelombang 0.75-1.5 µm
2)
Infrared jarak menengah dengan panajang gelombang 1.50-10 µm
3)
Infared jarak jauh atau Far Infra Red (FIR) dengan panjang gelombang 10-100 µm Far Infra Red (FIR) salah satu infrared yang paling banyak
diaplikasikan adalah menggunakan FIR. Tubuh manusia 70% nya terdiri dari air dan mengandung tinggi protein. Energi FIR dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit, menembus kulit sedalam 2-4 inci. Panas yang dihasilkan dari FIR ini akan merangsang getaran mikro di dalam molekul tubuh, menggetarkan satu dengan yang lainnya dengan cepat. FIR mengionisasi dan mengaktifkan molekul air di dalam dan sel tubuh manusia, membantu meningkatkan sirkulasi darah. c.
Karakteristik Infrared Infared memiliki beberapa karakteristik (Soemarjono A, 2015) seperti : 1)
Tidak dapat dilihat oleh manusia
2)
Tidak dapat menembus materi yang tidak tembus pandang
3)
Dapat ditimbulkan oleh komponen yang menghasilkan panas
39
4)
Panjang gelombang pada infrared memiliki hubungan yang berlawan atau berbanding terbalik dengan suhu. Ketika suhu mengalami kenaikan, maka panjang gelombang mengalami penurunan.
d.
Prinsip Kerja Terapi Infared Terapi infrared (IR) akan memberikan pemanasan superfisial pada daerah kulit yang diterapi sehingga menimbulkan beberapa efek fisiologis yang diperlukan untuk penyembuhan. Efek-efek fisiologis tersebut berupa mengaktifasi reseptor panas panas superfisial di kulit yang akan merubah transmisi atau konduksi saraf sensori dalam menghantarkan nyeri, sehingga nyeri akan dirasakan berkurang, pemanasan ini juga kan menyebabkan pelebaran pembukuh darah (vasodilitasi) dan meningkatkan aliran darah pada daerah tersebut sehingga akan memberikan oksigen yang cukup pada daerah yang diterapi,
meningkatkan
aktifitas
enzim-enzim
tertentu
yang
digunakan untuk metabolisme jaringan dan membuang sisa-sisa metabolisme yang tidak terpakai sehingga pada akhirnya akan membantu mempercepat proses penyembuhan jaringan (Soemarjono A, 2015). e.
Radiasi Infrared Radiasi infrared digunakan untuk keluhan yang hanya sampai di bagian kulit. Sebagian besar radiasi infrared yang datang pada kulit akan diserap lapisan kulit bagian luar. Bagian dalam kulit akan
40
mengalami pemanasan dari aliran darah. Seperti gambar 2.6 sebagai berikut:
Gambar: 2.6 Proses Radiasi IR ke Kulit (Efek Radiasi,2013) f.
Manfaat Infared Dengan adanya panas temperatur naik dan pengaruh-pengaruh lain akan terjadi. Pengaruh tersebut antara lain lai n (Iwanpw, 2013): 1)
Meningkatkan proses metabolisme Seperti telah dikemukakan oleh Hukum Vant Hoff bahwa suatu reaksi kimia akan dapat dipercepat dengan adanya panas atau kenaikan temperatur akibat pemanasan. Proses metabolisme terjadi pada lapisan amperficial kulit akan meningkat sehingga pemberian oksigen dan nutrisi kepada jaringan lebih diperbaiki bagitu juga pengeluaran sampah dari proses pembakaran. Hal ini membantu pemecahan lemak dari proses metabolisme untuk penurunan kadar kolesterol.
41
2)
Vasodilatasi pembuluh darah Dilatasi pembuluh darah kapiler dan arteriolase akan terjadi segera setelah penyinaran, sehingga kulit akan segera tampak kemerahan tetapi tidak merata, berkelompok atau seperti bergaris-garis. Keadaan ini sebenarnya merupakan reaksi tubuh terhadap adanya sinar panas dan reaksi peradangan. Kulit yang reaksi dan berwarna kemerahan ini disebut erythema. Erythema ini disebabkan oleh adanya energi panas yang diterima ujungujung syaraf sensoris yang kemudian mempengaruhi mekanisme pangatur panas (heat regulating mechanis). Untuk mekanisme vasomotor mengadakan reaksi dengan pelebaran pembuluh darah sehingga sejumlah panas dapat diratakan keseluruh jaringan lewat sirkulasi darah. Dengan sirkulasi darah yang meningkat ini, maka pemberian nutrisi dan oksigen kepada jaringan akan ditingkatkan, dengan demikian kadar sel darah putih dan anti body di dalam jaringan tersebut akan meningkat. Dengan demikian pemeliharaan jaringan menjadi lebih baik dan perlawanan terhadap agen penyebab proses radang juga semakin baik.
3)
Pigmentasi Penyinaran yang berulang-ulang dengan sinar inframerah akan dapat menimbulkan pigmentasi pada tempat yang disinari. Hal ini dapat dilihat misalnya pada kulit kaki yang sering
42
mendekat pada api pada musim dingin. Pigmentasi yang terjadi oleh karena sinar inframerah bentuknya berkelompok dan tidak merata.. Hal tersebut disebabkan oleh karena adanya perusakan pada sebagian sel-sel darah merah di tempat tersebut. 4)
Pengaruh terhadap syaraf sensoris Mild heating (pemanasan yang ringan) mempunyai pengaruh sedatif terhadap ujung-ujung syaraf sensoris, sedang pemanasan yang keras justru dapat menimbulkan menimbulkan iritasi.
5)
Pengaruh terhadap jaringan otot Kenaikan temperatur selain membantu terjadinya relaksasi juga akan meningkatkan kemampuan otot untuk berkontraksi (ingat fisiologi otot). Spasme yang terjadi akibat penumpukan asam susu (asam laktat) dan sisa-sisa pembakaran lainnya dapat dihilangkan dengan pemberian pemanasan. Hal ini dapat terjadi, mungkin oleh karena pemanasan akan mengaktifkan terjadinya pembuangan sisa-sisa hasil metabolisme. Sedangkan keadaan spastis (akibat kerusakan upper motor neuron) apabila diberikan penyinaran hanya akan diperoleh relaksasi yang bersifat sementara.
6)
Destruksi jaringan Penyinaran bisa terjadi apabila penyinaran yang diberikan menimbulkan kenaikan temperatur jaringan yang cukup tinggi
43
dan berlangsung dalam waktu yang lama sehingga di luar toleransi jaringan penderita. 7)
Menaikkan temperatur tubuh Penyinaran yang luas yang berlangsung dalam waktu yang relative cukup lama dapat mengakibatkan kenaikan temperatur tubuh. Hal ini dapat terjadi oleh karena penyinaran akan memanasi darah dan jaringan yang berada di daerah superficial kulit, panas ini kemudian akan diteruskan ke seluruh tubuh ( ke bagian-bagian yang lain) dengan cara konduksi dan konveksi. Sebagai kelanjutan dari proses ini, maka di samping terjadi pemerataan panas, juga akan terjadi penurunan tekanan darah sistemik oleh karena adanya panas akan merangsang pusat pengatur panas tubuh untuk meratakan panas yang terjadi dengan jalan timbul dilatasi yang bersifat general, vasodilatasi ini akan mengakibatkan tahanan perifer menurun. Penurunan tahanan perifer akan diikuti dengan penurunan tekanan darah sistemik.
g.
Kegunaan Infrared Untuk Kesehatan Terdapat beberapa kegunaan infrared dalam kesehatan (Prastio R. P, 2014) diantaranya: 1)
Mengaktifkan molekul air dalam tubuh. Hal ini disebabkan karena infrared mempunyai getaran yang sama dengan molekul air. Sehingga, ketika molekul tersebut pecah maka akan
44
terbentuk molekul tunggal yang dapat meningkatkan cairan tubuh. 2)
Meningkatkan sirkulasi mikro. Bergetarnya molekul air dan pengaruh infrared akan menghasilkan panas yang menyebabkan pembuluh kapiler membesar, dan meningkatkan suhu kulit, memperbaiki sirkulasi darah dan mengurangi tekanan jantung.
3)
Meningkatkan metabolisme tubuh. jika sirkulasi mikro dalam tubuh meningkat, racun dapat dibuang dari tubuh kita melalui metabolisme. Hal ini dapat mengurangi beban liver dan ginjal.
4)
Mengembangkan Ph dalam tubuh. Sinar infrared dapat membersihkan darah, memperbaiki tekstur kulit dan mencegah stroke karena kolesterol yang tinggi.
5)
Infrared jarak jauh banyak digunakan pada alat-alat kesehatan. Pancaran panas yang berupa pancaran sinar infrared dari organorgan tubuh dapat dijadikan sebagai informasi kondisi kesehatan organ tersebut. Hal ini sangat bermanfaat bagi dokter dalam diagnosis kondisi pasien sehingga dapat membuat keputusan tindakan yang sesuai dengan kondisi pasien tersebut. Selain itu, pancaran panas dalam intensitas tertentu dipercaya dapat digunakan untuk proses penyembuhan penyakit seperti cacar.
6)
Contoh penggunaan infrared yang menjadi trend saat ini adalah adanya gelang kesehatan. Dengan memanfaatkan infrared jarak
45
jauh, gelang tersebut dapat membersihkan dalam dan membasmi kuman atau bakteri dalam tubuh.
Gambar: 2.7 Grafik Panjang Gelombang Infrared (Prastio R. P, 2014)
Gambar: 2.8 Grafik Penyerapan Gelombang Infrared (Prastio R. P, 2014) Pada grafik 2.7 dan 2.8 koefisien serapan air pada rentang cahaya tampak sangat kecil sehingga air tampak transparan. Semakin panjang gelombang infrared, koefisien serapan semakin membesar. Artinya sinar infrared diserap oleh molekul air sehingga molekul air akan bergetar. Getaran ini meningkatkan energi dari molekul air 46
tersebut. Karena energinya meningkat maka suhunya meningkat dan tubuh yang terpapar sinar infrared akan terasa hangat. Efek lainnya adalah pembuluh darah menjadi lebih lebar dan aliran darah akan semakin lancar. Terapi ini juga dapat mengurangi rasa nyeri. Jadi penggunaan sinar infrared untuk terapi kemampuan menembus jaringan dan dapat menggetarkan molekul air dalam tubuh, sehingga menghangatkan dan memperlancar aliran darah (Prastio R. P, 2014). h.
Kontraindikasi dan Efek Samping Terapi Infrared Terapi Infrared merupakan salah satu jenis terapi yang aman dalam bidang Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (Soemarjono A, 2015). Meskipun ada beberapa kontraindikasi untuk mendapatkan terapi ini dan sebaiknya seseorang yang mempunyai kontraindikasi di bawah ini memberitahu terlebih dahulu kepada terapis sebelum mendapatkan terapi ini. Kontraindikasi absolut (yang mutlak tidak boleh) meliputi: 1)
Kelainan perdarahan.
2)
Kelainan pembuluh darah vena/peradangan pembuluh darah, seperti Thrombophlebitis. Thrombophlebitis.
3)
Gangguan sesoris berupa rasa raba maupu terhadap suhu.
4)
Gangguan mental.
5)
Tumor ganas atau kanker
6)
Penggunaan infrared pada mata.
47
Kontraindikasi
relatif
(boleh
diberikan
tetapi
dengan
pengawasan ketat dari terapis yang memberikan) meliputi: 1)
Trauma atau peradangan akut.
2)
Kehamilan.
3)
Gangguan sirkulasi darah.
4)
Gangguan regulasi suhu tubuh.
5)
Bengkak atau edema.
6)
Kelainan jantung.
7)
Adanya metal di dalam tubuh.
8)
Luka terbuka.
9)
Pada kulit yang sudah di olesi obat topikal/gosok.
10) Kerusakan saraf. Secara umum terapi Infrared sangat jarang menimbulkan efek samping, bila terjadi efek samping pun bersifat reversibel atau dapat kembali sempurna setelah terapi dihentikan atau dalam waktu 2-3 hari. Efek samping yang dapat terjadi: 1)
Luka bakar derajat ringan.
2)
Bertambahnya peradangan.
3) Nyeri bertambah. 4)
Alergi kulit, terhadap suhu panas.
5)
Perdarahan yang bertambah pada luka terbuka.
6)
Pingsan.
48
i.
Pelaksanaan Terapi Infrared Sebelum mendapatkan terapi infrared sebaiknya menggunakan pakaian longgar yang memudahkan untuk proses terapi, untuk bagian atas tubuh menggunakan baju longgar, kemudian untuk bagian bawah tubuh sebaiknya menggunakan rok longgar atau celana pendek. Dan juga tidak menggunakan lotion ataupun obatobatan gosok yang dapat menyebabkan iritasi kulit pada saat diberikan pemanasan dengan infrared. Pelaksaan Terapi Infrared (Soemarjono A, 2015): 1)
Menggunakan pakaian yang longgar dan nyaman.
2)
Terapis akan memeriksa kembali daerah yang akan diberikan terapi dan melakukan wawancara kembali mengenai kelainan yang diderita dan kemungkinan kontra indikasi untuk pemberian terapi dan riwayat alergi terhadap suhu panas. Terapis akan menjelaskan sekali lagi tujuan terapi infrared sesuai kondisi dan keadaan seseorang, tiap individu berbeda.
3)
Terapis akan membersihkan daerah yang akan diterapi dari minyak ataupun kotoran yang menempel di kulit termasuk dari lotion
atau
obat-obat
gosok
yang
dipakai
sebelumnya
menggunakan kapas alkohol atau kapas yang diberi air. Bila mempunyai kulit yang sensitif dan kering sekali sebaiknya diberitahukan kepada terapis yang akan menerapi, sehingga
49
tidak akan digunakan kapas alkohol yang kadang dapat menyebabkan iritasi kulit. 4)
Terapis akan memposisikan bagian yang akan diterapi senyaman mungkin, bagian yang akan diterapi tidak ditutupi oleh pakaian sehingga
infrared
akan
langsung
mengenai
kulit
dan
memberikan hasil yang optimal. 5)
Terapis akan melakukan setting dosis waktu dan posisi alat infrared.
6)
Kemudian segera infrared akan diberikan dan jangan menatap langsung lampu inframerah.
7)
Bila terasa nyeri atau panas berlebihan saat terapi berlangsung segera bilang kepada terapis yang menerapi.
8)
Selesai terapi akan ditandai oleh bunyi timer dari alat infrared. Jangan langsung berdiri atau duduk, tetap berbaring beberapa saat untuk mengembalikan aliran darah ke normal.
9)
Terapis akan kembali melakukan pemeriksaan dan wawancara mengenai efek yang dirasakan setelah selesai terapi. Frekuensi pemberian terapi infrared tergantung dari tujuan
terapi dan respon dari penderita. Tentunya tergantung respon terapi dan analisis terapis yang memeriksa. Jumlah terapi yang diberikan dan dosis yang digunakan tergantung pengalaman klinis terapis yang memberikan terapi di pusat terapi tersebut, setiap terapis yang memberikan terapi infrared di suatu pusat terapi memiliki
50
pengalaman yang berbeda-beda dengan terapis di pusat terapi yang lain, sehingga dosis yang diberikan dan jumlah terapi nya tidak sama meskipun alatnya sama. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dengan tujuan untuk meningkatkan elastisitas jaringan lunak diperlukan 6 kali terapi dengan frekuensi 2-3 kali per minggu dengan waktu pemberian 30 menit setiap kali terapi, tentunya dengan diikuti terapi lainnya seperti terapi latihan, tidak bisa hanya mengandalkan satu modalitas terapi saja.
51
B. Kerangka Teori
Faktor yang mempengaruhi
Terapi Bekam basah dan Terapi Infrared
kadar kolesterol:
Genetik
Usia dan Jenis kelamin
Pola konsumsi
Olahraga dan aktivitas
Kadar kolesterol Total
fisik
Alkohol
Merokok
Gambar: 2.9 Kerangka Teori. Sumber
:Modifikasi
Dari
((Bull
&
Jonathan,
2007),(Guyton
&
Hall,
2007),(Durstine, 2012),(Harti, 2014),(Sari, et al, 2014),(Kasmui, 2014),(Soemarjono A, 2015)).
52
C. Kerangka konsep
kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara variabe-variabel yang akan diamati melalui penelitian yang akan di lakukan (Notoadmdjo, 2012). Kerangka konsep pada penelitian ini yaitu melihat pengaruh terapi bekam basah dan terapi infrared terhadap penurunan kadar kolesterl total. Variabel independen/bebas pada penelitian ini yaitu terapi bekam basah dan terapi infrared. Variabel dependen/terikat pada penelitian ini yaitu kadar kolesterol total. Variabel confounding/perancu pada penelitian ini yaitu genetik, usia dan jenis kelamin, pola konsumsi, olahraga dan aktivitas fisik, alkohol, dan merokok. Berdasarkan uraian tersebut maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah: Variabel Bebas Variabel Terikat Terapi Bekam Basah dan Terapi Infrared
Kadar kolesterol Total
Variabel Perancu 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Genetik Usia dan Jenis kelamin Pola konsumsi Olahraga dan aktivitas fisik Alkohol Merokok
Gambar: 2.10 kerangka Konsep. Keterangan: = Diteliti
= Diteliti
= Tidak diteliti
= Tidak diteliti
53
D. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah pemberian terapi bekam dan infrared pada waktu yang signifikan bisa menurunkan kadar kolesterol total pada klien di Puskesmas Gantung Kabupaten Belitung Timur.
54
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis
penelitian
ini
merupakan
penelitian
kuantitatif
dengan
mengunakan penelitian Exsperimen Semu (quasi experimental), experimental), yaitu dengan desain pre test and post test nonequivalent control group. Pada desain ini, peneliti tidak melakukan randomisasi, sehingga berisiko untuk terjadi ketidakseimbangan krakteristik sampel antara kelompok perlakuan dan kontrol. Meminamalisir ketidakseimbangan karakteristik antar kelompok yaitu penentuan kriteria inklusi yang tepat (Dharma, 2011). Rancangan penelitian ini digambarkan sebagai berikut :
R
R1 : 01 ----------> X1 ----------> 02 R2 : 01 ----------> X0 ----------> 02
Keterangan : R
: Responden penelitian
R1 : Responden kelompok perlakuan R2 : Responden kelompok kontrol 01 : Pre Pre test pada pada kelompok 1 dan 2 02 : post test pada kelompok 1dan 2 X1 : Intervensi pada kelompok perlakuan (bekam dan infrared) X0 : Intervensi pada kelompok kelompok kontrol kontrol (bekam). (bekam).
55
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian akan dilakukan mulai tahap penyususunan proposal pada bulan Oktober 2017 sampai Januari 2018 dan dilanjutkan pada tahap t ahap pengumpulan data atau informasi pada bulan Febuari sampai April 2018. Tempat penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Gantung Kabupaten Belitung Timur. C. Populasi , Sampel dan Teknik Sampling
1.
Populasi Menurut Notoatmodjo (2012), populasi penelitian merupakan seluruh objek yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh klien yang penderita kolesterol tinggi yang akan melakukan terapi bekam dan infrared di Puskesmas Gantung Kabupaten Belitung Timur. Jumlah populasi dari hasil data studi pendahuluan dalam tiga bulan terakhir sebanyak 1.269 pasien.
2.
Sampel Menurut Notoatmodjo (2012), sampel merupakan objek penelitian yang dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel penelitian adalah sekelompok individu yang merupakan bagian dari populasi dimana peneliti langsung mengumpulkan data atau pengamatan/pengukuran pada unit ini (Dharma, 2011). Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah klien yang akan melakukan terapi bekam dan terapi infrared di puskesmas Gantung yang memenuhi meme nuhi kriteria inklusi dan ekslusi sebagai berikut :
56
Kriteria Inklusi : 1)
Pasien bersedia dan siap menjadi responden.
2)
Jenis kelamin laki-laki maupun perempuan.
3)
Usia 20 – 20 – 59 59 tahun.
4)
Pasien yang melakukan pemeriksaan kolesterol di Puskesmas Gantung.
Kriteria Ekslusi : 1)
Responden dengan kontraindikasi bekam dan infrared (kondisi terkena infeksi/luka terbuka, cacar air, terdapat varises di kaki, penyakit liver kronis, selesai makan (maksimal 2 jam), diabetes militus, anemia, tekanan darah rendah, pingsan, epilepsi (saat terjadi serangan), teralu lapar atau kenyang, menggunakan hemodialysis, sesudah mandi, mengomsumsi obat pengencer darah, dalam ketakutan, lansia, hamil tiga bulan pertama, wanita sering keguguran, penderita kanker darah/tumor, dehidrasi, penderita hepatitis, HIV, dan riwayat hemophilia).
2)
Responden yang mengkonsumsi obat-obatan penurunan kadar kolesterol.
3)
Responden yang mengkonsumsi alkohol.
4)
Responden yang menjalani diet rendah lemak. Rumus besar sampel yang digunakan dalam penelitian berdasarkan
rumus penelitian beda dua mean kelompok berpasangan seperti berikut (Rahman, 2016) :
57
= (
∝
)
Z1Z1- /2 +Z1+Z1-β σ 2 µ1µ1-µ2
Keterangan : n : besar sampel Z1-α/2 devisiasi untuk α 1,96 (kesalahan 5%) 1-α/2 : standar normal devisiasi Z1-β 1-β
: standar normal deviasi untuk untuk β 1,282 (kesalahan 10%)
µ1-µ2 : beda mean yang yang dianggap bermakna secara klinik sebelum perlakuan (pre test) dan test) dan setelah perlakuan (post test) σ : estimasi standar devisiasi dari beda mean data pre test dan post test berdasarkan literature 19. Berdasarkan rumus beasar sampel dapat dihitung :
= (
)
∝
Z1Z1- /2 +Z1+Z1-β σ 2 µ1µ1-µ2
= (
)
1,96+1,282 19 2 15,6
= 15,59 = 16 Pada penelitian ini jumlah sampel minimal yang diperlukan untuk satu kelompok eksperimen adalah 16 orang untuk mengantisipasi drop out maka maka di tambah 10%. n total
= 16 + (10%) = 16 + 2 = 18
Jadi total responden yang dibutuhkan pada penelitian ini sebanyak 18 responden untuk kelompok perlakuan dan 18 responden untuk
58
kelompok kontrol, jadi total 36 responden. Responden ditentukan dengan kriteria inklusi dan eksklusi di Puskesmas Gantung Kabupaten Belitung Timur. 3.
Teknik Sampling Dalam penelitian ini peneliti mengunakan teknik Non Probality Sampling dengan dengan metode coseccutive sampling. Menurut Dharma (2011), teknik Non Probability Sampling adalah pemilihan sampel yang tidak dilakukan secara acak dimana teknik ini menghasilkan peluang yang tidak sama pada individu dalam populasi untuk terpilih menjadi sampel. Pada teknik ini dengan menentukan kriteria inklusi yang dipilih oleh peneliti. Metode consecutive sampling adalah suatu metode pemilihan sampel yang dilakukan dengan memilih semua individu yang ditemui dan memenuhi kriteria pemilihan sampai jumlah sampel yang diinginkan terpenuhi. Pada metode penelitian ini responden ditemui pada waktu itu datang ke puskesmas untuk pemerikasaan kolesterol dan responden memenuhi kriteria inklusi dengan tidak terdapat kriteria ekslusi oleh peneliti, kemudian peneliti menawarkan untuk melakukan terapi bekam dan terapi infrared dengan dengan memberikan inform consent consent terlebih dahulu dan menjelasankann jalan terapi sampai selesai.
D. Variabel dan Definisi Operasional
1.
Variabel Penelitian a.
Variabel bebas (Independent variabel) variabel) disebut juga variabel sebab yaitu
karakteristik
dari
subjek
59
yang
dengan
keberadaannya
menyebkan perubahan pada variabel lainya (Dharma, 2011). Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas (independent variabel ) adalah bekam basah dan infrared. b.
Variabel terikat (dependent variabel) variabel) adalah variabel akibat atau variabel yang akan berubah akibat pengaruh atau perubahan yang terjadi pada variabel independent (Dharma, 2011). Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat (dependent (dependent variabel ) adalah kadar kolesterol total.
c.
Variabel perancu (counfouding variabel) merupakan variabel lain berhubungan baik dengan variabel bebas maupun variabel terikat. Keberadaan variabel perancu akan mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, sehingga harus diidentifikasi secara konseptual, dikendalikan ketika menentukan kriteria sampel penelitian atau dikendalikan saat uji statistik pada hasil penelitian (Dharma, 2011). Pada penelitian ini yang menjadi variabel perancu (counfouding variabel) faktor yang yang mempengaruhi kadar kadar kolesterol kolesterol total antara lain (genetik, usia, jenis kelamin, pola konsumsi, aktivitas fisik, merokok, dan alkohol). Variabel perancu yang dikendalikan oleh peneliti adalah pola konsumsi obat-obatan dan alkohol dengan cara memasukan ke dalam kriteria ekslusi. Sedangkan variabel perancu yang tidak dikendalikan adalah diet karena peneliti tidak mampu mengontrol diet yang rendah lemak.
60
2.
Definisi Operasional Tabel: 3.1 Definisi operasional “efek terapi bekam basah kombinasi infrared terhadap kadar kolesterol pada klien di puskesmas gantung” gantung”.
Variabel
Definisi Operasional
Alat ukur
parameter
Skala data
Bekam Basah
Melakukan satu kali SOP (terapi 0.Tidak Nominal pengekopan pada titik bekam dilakukan bekam KHL1, UN2, UN3, basah) 1.Dilakukan AK1, AK2 untuk kolesterol dengan waktu 5 menit dengan dilakukan bekam kering terlebih dahulu, kemudian bekam basah melakukan penyayatan pada titik bekam yang dikop dengan cepat, tipis, dikop kembali selama 5-10 menit.
Infrared
Melakukan satu kali SOP (terapi 0.Tidak Nominal penyinaran pada titik bekam infrared) dilakukan KHL1, UN2, UN3, AK1, 1.Dilakukan AK2 untuk kolesterol pada waktu bersamaan setelah melakukan penyayatan bekam basah selama 5-10 menit.
Kadar Kolesterol
Hasil pengukuran kadar kolesterol pre test dan post test pada klien di Puskesmas Gantung dengan melakukan cek darah tepi dijari tengah/jari manis responden, dilakukan pengukuran kadar kolesterol 5-10 menit sebelum dan sesudah dilakukan bekam basah dan infrared.
61
Alat bantu digital Cholesterol meter dengan merk dagang easy touch GCU
Angka hasil pengukuran kadar kolesterol mg/dl.
Rasio
E. Teknik Pengumpulan Data
1.
Data Primer Data primer diperoleh dengan cara melakukan pengukuran kadar kolesterol pre test dan post test setelah dilakukan bekam basah dan infrared. Sampel yang akan diteliti yaitu klien di Puskesmas Gantung yang diminta menjadi responden sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan, yang akan diberikan penjelasan tentang tujuan dilakukan pengukuran kadar kolesterol pre test dan post dan post test te st serta serta informed consent. Dalam data primer lainnya antara lain usia, jenis kelamin, pola konsumsi, olahraga, aktivitas fisik, alkohol, dan merokok. Dalam pengumpulan data penelitian dibantu oleh minimal 1 orang asisten terdiri dari 1 perawat puskesmas dengan kriterian meliliki STR dan berkeahlian bekam. Asisten dan peneliti menentukan responden sesuai kriteria inklusi dengan cara pekajian/wawancara pada calon responden terlebih dahulu dan responden memenuhi kriteria dalam penelitian
akan
dilanjutkan
memberikan inform
conset
sebelum
dilakukan tindakan bekam dan infrared dengan penjelasan perjalanan selama terapi. Pada pengumpulan data ini asisten membantu peneliti untuk melakukan terapi bekam dan infrared. Peneliti melakukan pengukuran pre dan post kadar kolesterol menggunakan cholesterol meter untuk mengetahui kadar kolesterol responden setelah dan sebelum dilakukan terapi bekam dan infrared. Setelah itu peneliti dan asisten menggumpulkan hasil pengukuran kadar kolesterol untuk dianalisis.
62
2.
Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara penanggung jawab mahasiswa di Puskesmas Gantung. Data D ata berupa data pasien yang dilakukan terapi bekam dalam tiga bulan terakhir untuk kepentingan penyusunan latar belakang.
F. Alat Ukur Penelitian
1.
Terapi Bekam Basah a.
Cupping set set basah Digunakan untuk menarik kulit dan darah dari tubuh responden.
b.
Korentang Digunakan untuk menggambil semua alat steril dari tromol penampungan.
c.
Pisau bedah atau pen lanset Digunakan untuk penyayatan pada titik bekam responden.
d.
Antiseptik Digunakan sebagai cairan desinfektan titik bekam responden.
e.
Minyak Zaitun atau minyak minyak herbal yang yang lain Digunakan sebagai pelican saat melakukan bekam kering sehingga mengurangi iritasi kulit dan mengurangi rasa perih pada saat dilakukan pengekopan.
f.
Kasa steril dan kapas Digunakan untuk membersihkan darah pada titik bekam dan kop bekam.
63
g.
Handscoon, celemek, dan masker Digunakan sebagai alat perlindungan diri.
h.
Baskom Digunakan sebagai tempat desinfektan cup bekam set sebanyak 2 buah.
i.
Kom, bak instrumen Digunakan sebagai tempat kapas dan kasa steril.
j.
Bengkok Digunakan untuk meletakan sampah yang digunakan saat proses bekam.
k.
Bak sampah medis Digunakan untuk membuang sampah medis yang digunakan saat bekam.
l.
Standar Operating Procedure (SOP) Penelitian menggunakan standar operasional prosedur (SOP) bekam basah, rincian SOP terlampir dilampiran 5
2.
Terapi Infrared a.
Lampu set infrared (merk infrared philips 150 watt) Digunakan untuk penyinaran pada kulit/tubuh pada responden.
b. Alarm/Stopwacth Digunakan untuk menghitung batasnya waktu selesai terapi. c. Kapas alkohol/air meneral Digunakan untuk membersihkan area/tempat yang akan diterapi.
64
d. Kabel/sakelar Digunakan untuk menghidupkan infrared dengan menyambungkan infrared ke aliran listrik. e.
Standar operating procedure (SOP) procedure (SOP) Penelitian menggunakan SOP terapi infared, rincian SOP teralmpir dilampiran 7.
3.
Pengukuran Kadar Kolesterol a.
Cholesterol meter (merk easy touch GCU) Digunakan untuk mengukur kadar kolesterol total responden.
b.
Lanset dan jarum lanset Digunakan untuk menusuk tempat pengambilan darah ,misalnya ujung jari untuk mengeluarkan darah dan untuk dilakukan pengukuran kadar kolesterol.
c.
Alkohol swab Digunakan untuk desinfektan area yang akan dilakukan pengambilan darah kapiler.
d.
Strip kolesterol Digunakan untuk mengukur kadar kolesterol responden.
e.
Safety box Digunakan untuk tempat membuang jarum lanset.
f.
Table pengukuran kadar kolesterol Digunakan untuk dokumentasi hasil kadar kolesterol pre test dan post test .
65
g.
Standar Operating Procedure (SOP) Penelitian menggunakan menggunakan SOP pengukuran kadar kolesterol, rincian SOP terlampir dilampiran 6.
G. Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen Instrumen
1.
Uji Validitas Uji validitas adalah syarat mutlak bagi suatu alat ukur agar dapat digunakan dalam suatu pengukuran. Suatu penelitian meskipun didesain dengan tepat, namun tidak akan memperoleh hasil penelitian akurat jika menggunkan alat ukur yang tidak valid (Dharma, 2011). Pada penelitian ini menggunakan alat ukur cholesterol meter yang telah dilakukan uji validitas dengan rapid test dengan melakukan pengukuran kadar kolesterol pada 10 orang.
2.
Uji Realibilitas Realibilitas adalah tingkat konsitensi dari suatu pengukuran. Realibilitas menunjukan apakah pengukuran menghasilkan data yang konsisten jika instrumen digunakan kembali secara berulang. Realibilitas dipengaruhi oleh random error yang bersumber variasi observer, variasi subjek, dan variasi instrumen (Dharma, 2011). Realibilitas suatu instrumen ditentukan berdasarkan perhitungan statistik dengan rentang 0-1. Nilai 1 menunjukan realibilitas yang sempurna. Nilai realibilitas yang dapat digunakan dalam suatu suatu penelitian
memiliki nilai realibilitas >0,80. Skor
realibilitas menunjukkan proporsi total varian hasil observasi yang merupakan
66
skor sebenarnya (variance (variance true score), score), sedangkan sisanya merupakan varian error. Pada penelitian ini metode untuk menentukan realibilitas instrumen yaitu mengguankan metode stabilitas ( stability). stability). Metode stabilitas yaitu suatu instrument dapat diuji menggunakan uji statistik test retest correlation. Uji ini dilakukan dengan cara instrumen digunakan mengukur sebayak 2 kali pada jumlah responden yang sama. Upaya yang dilakukan peneliti untuk meningkatkan realibilitas alat ukur yaitu dengan memperhatikan SOP cara mengukur kadar kolesterol dengan menggunakan alat choleterol meter H. Pengolahan dan Analisa Data
1.
Teknik Pengolahan Data Menurut Notoatmodjo (2012), teknik pengolahan data merupakan tahapan penting untuk sebuah penelitian, karena data yang didapat nantinya masih berupa data mentah dan belum dapat disajikan. Data yang didapat nantinya akan diolah menggunkan software computer . Tahaptahap dari pengolahan data tersebut yaitu a. Editing Pada tahap editing digunakan untuk memeriksa kelengkapan data dan kesalahan pada data yang diperoleh. Pada penelitian ini peneliti mengecek nama, jenis kelamin, usia. b.
Coding
67
Tahap coding adalah mengelompokan jenis data berdasarkan variabel dengan memberi kode tertentu untuk mempermudah pengolahan data. Pada penelitian ini pre test diberi kode (1), post test diberi kode (2) . c. Entry Tahap memasukkan data yang telah diberikan kode dalam aplikasi software aplikasi software computer. d.
Clening Tahap dimana data dari setiap responden sudah selesai dimasukan,
penelitian
mengecek
kembali
untuk
melihat
kemungkinan adanya kesalahan, ketidaklengkapan, dan kemudian dikoreksi. e.
Tabulating Penyusunan data dengan mengelompokkan data berdasarkan variabel dari seluruh responden agar data lebih mudah disusun untuk dibentuk tabel dengan bantuan komputer.
2.
Teknik Analisa Data Langkah akhir dari penelitian ini adalah analisa data. Analisa data dilakukan secara bertahap melalui proses kompeterisasi. Analisa dats pada penelitian ini ialah: a.
Analisa Univariat Analisa
univariat
bertujuan
untuk
menjelaskan
atau
mendiskripsikan karakterisktik sikap variabel penelitian. Bentuk
68
analisa univariat tergantung dari jenis datanya. Penelitian deskripstik numberik bergantung pada sebaran datanya (Dahlan, 2014). Dalam penelitian ini yang dianalisis adalah kadar kolesterol pre test dan post test. Analisa univariat dapat dapat diukur dengan dengan melihat nilai maksimal, minimal , median, mean, modus, dan standar deviasi. b.
Analisis Bivariat Analisis bivariate bivariate dilakukan bertujuan untuk mengetahui efektivitas terapi bekam basah kombinasi infrared terhadap kadar kolesterol pada klien di Puskemas Gantung Kabupaten Belitung Timur. Pada penelitian ini analisa bivariat yang dilakukan menggunakan Uji Normalitas Data menggunakan uji shapiro-wilk karena jumlah sampel < 50. Data dikatakan normal jika nilai (p) > 0,05. Jika data berdistribusi normal menggunakan uji T-test paired merupakan uji beda dua sampel berpasangan dengan distribusi yang normal. Uji Wilcoxon beda dua sampel berpasangan dengan distribusi data yang tidak normal. Hasil uji dikatakan terdapat perbedaan jika nilai signifikan < nilai alpha (0,05) (Dharma, 2011). 2011).
I. Rencana Jalanya Penelitian
1.
Tahap Persiapan a.
Penentuan judul proposal, konsultasi dengan dosen pembimbing, permohonan izin studi pendahuluan, pendahuluan, dan pembuatan proposal.
b.
Permohonan pada instansi terkait untuk memperoleh persetujuan pelaksanaan penelitian sesuai dengan aturan yang berlaku.
69
c. 2.
Ujian seminar proposal telah dilaksanakan pada bulan Januari 2018.
Tahap pelaksanaan a.
Mendatangi dan mencari informasi/data di puskesmas Gantung Kabupaten Belitung Timur.
b.
Mencari responden yang bersedia menjadi responden dan memenuhi kriteria inklusi.
c.
Responden yang bersedia menjadi responden dan memenuhi kriteria inklusi dilakukan pengukuran kadar kolesterol di bantu oleh petugas di puskesmas.
d.
Responden yang sudah dilakukan
pengukuran kadar kolesterol
dilakukan bekam basah dan infrared dibantu oleh petugas di puskesmas. e.
Responden setelah selesai dilakukan bekam basah dan infrared dilakukan pengukuran kadar kolesterol
kembali dibantu oleh
petugas puskesmas. f.
Melakukan pengumpulan data.
g.
Melakukan olah data dan kemudian penyusunan laporan penelitian dibawah arahan dosen pembimbing.
h.
Menyusun hasil serta pembahasan dari penelitian yang telah dilaksanakan.
i.
Melaksanakan seminar hasil penelitian.
j.
Mempertanggungjawabkan hasil penelitian di depan Tim Penguji Skripsi.
70
3.
Tahap Pelaporan a.
Melaporkan hasil olahan data penelitian kepada dosen pembimbing.
b.
Melaporkan hasil penelitian pada pihak terkait.
J. Etika Penelitian
Dharma (2011), menyatakan secara umum terdapat empat prinsip utama dalam etik keperawatan, yakni: 1.
Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity) Penelitian harus dilaksanakan dengan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Subjek memiliki hak asasi dan kebebasan untuk menentukan pilihan ikut atau menolak penelitian (autonomi ( autonomi). ). Tidak boleh ada paksaan atau penekanan tertentu agar subjek bersedia ikut dalam penelitian. Subjek dalam penelitian juga berhak mendapatkan informasi yang terbuka dan lengkap tentang pelaksanaan penelitian meliputi tujuan dan mafaat penelitian, prosedur penelitian, risiko penelitian, keuntungan yang mungkin di dapat, dan kerahasian informasi. Setelah
mendapatkan
penjelasan
yang
lengkap
dan
mempertimbangkan dengan baik, subjek kemudian menentukan apakah ikut serta atau menolak sebagai subjek penelitian. Prinsip ini tertuang dalam
pelaksanaan
informed
consent yaitu
persetujuan
untuk
berpartisipasi sebagai subjek penelitian setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap dan terbuka dari peneliti tentang keseluruhan pelaksanaan penelitian.
71
Peneliti melakukan beberapa hal yang berhubungan dengan informed consent antara lain: a.
Mempersiapkan formulir persetujuan yang akan ditandatangani oleh subjek penelitian. Isi formulir informed consent mencakup : 1)
Penjelasan tentang judul penelitian, tujuan dan manfaat penelitian.
2)
Permintaan kepada subjek untuk berpartisipasi dalam penelitian.
3)
Penjelasan prosedur penelitian.
4)
Gambaran
tentang
risiko
dan
ketidaknyamanan
selama
penelitian. 5)
Penjelasan tentang jaminan kerahasiaan dan anominitas.
6)
Hak untuk mengundurkan diri dari keikutsertaan sebagai subjek penelitian, kapanpun sesuai untuk keinginan keinginan subjek penelitian.
7)
Persetujuan peneliti untuk memberikan informasi yang jujur terkait dengan prosedur penelitian.
8)
Pernyataan persetujuan dari subjek untuk ikut serta dalam penelitian.
b.
Meberikan penjelasan langsung kepada subjek mencakup seluruh penjelasan yang tertulis dalam formulir informed concent dan penjelasan lain yang diperlukan untuk memperjelas pemahaman subjek tentang pelaksanaan penelitian.
72
c.
Memberikan kesempatan kepada subjek untuk bertanya tentang aspek-aspek yang belum dipahami penjelasan peneliti dan menjawab seluruh pertanyaan subjek dengan terbuka.
d.
Memberikan waktu yang cukup kepada subjek untuk menentukan pilihan mengikuti atau menolak ikut serta sebagai subjek penelitian.
e.
Meminta subjek untuk menandatangani formaulir infoemed concent, jika ia menyetujui ikut serta dalam penelitian.
2.
Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (respect ( respect for privacy and confidentiality). Manusia sebagai subjek penelitian memiliki hak asasi untuk mendapatkan kerahasiaan informasi. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa penelitian menyebabkan terbukanya informasi tentang subjek. Sehingga peneliti perlu merahasiakan berbagai informasi yang menyangkut privasi subjek yang tidak ingin identitas dan segala informasi yang menyangkut identitas subjek tak terekspos secara luas. Dalam penelitian ini, peneliti menjamin kerahasiaan responden dan hasil intevensi pada responden hanya digunakan untuk kepentingan penelitian, dan jika peneliti tidak bisa
menjaga
kerahasiaan
responden
maka
responden
berhak
membatalkan atau menuntut peneliti. 3.
Menghormati
keadilan
dan
inklusivitass
( respect (respect
for
justice
inclusiveness) Prinsip keterbukaan dalam penelitian ini mengandung makna bahwa penelitian dilakukan secara jujur, tepat, cermat, hati-hati, dan
73
secara professional. Sedangkan prinsip keadilan mengandung makna bahwa penelitian memberikan keuntungan dan beban secara merata sesuai dengan kebutuhan dan kemapuan subjek. 4.
Mempertimbangkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan ( balancing harm and benefits) benefits ) Prinsip
ini
mempertimbangkan
mengandung manfaat
makna
yang
bahwa
setiap
sebesar-besarnya
penelitian
bagi
subjek
penelitian dan populasi dimana hasil penelitian diterapkan (beneficience ( beneficience). ). Meminimalisir risiko/dampak yang merugikan bagi subjek penelitian (nonmaleficience). nonmaleficience). Peneliti juga menjelaskan kerugian dalam penelitian seperti dalam hal cara melakukan proses pengukuran kadar asam urat dilakukan dua kali dimana jari responden akan ditusuk dua kali pada ujung jari responden. Prinsip ini harus diperhatikan oleh peneliti ketika mengajukan usulan penelitian untuk mendapatkan persetujuan etik dari komite penelitian. Peneliti harus mempertimbangkan rasio antara manfaat dan kerugian/risiko dari penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti juga menjelaskan manfaat dari penelitian tersebut kepada responden misalnya responden mengetahui kadar kolesterol setelah dan sebelum dilakukan bekam basah dan infrared.
74