PENGAUDITAN 2 BAB 13 PENYELESAIAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN PENGUMPULAN PIUTANG : PIUTANG USAHA
OLEH KELOMPOK 4:
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA 2017
RINGKASAN MATA KULIAH
1.1 MENJELASKAN METODELOGI PERANCANGAN PENGUJIAN RINCI SALDO
1
Dalam memutuskan bukti yang sesuai untuk melakukan pengujian rincian saldo sangat rumit sebab harus diputuskan secara objektif satu-persatu, dan disana ada beberapa interaksi yang mempengaruhi pengambilan keputusan. Sebagai contoh, auditor harus mengevaluasi kemungkinan adanya kecurangan, dan juga mempertimbangkan resiko melekat, yang mungkin berbeda untuk setiap tujuan, dan hasil dari pengujian substantive atas penjualan dan penerimaan tunai, yang tujuannya juga bervariasi. Auditor harus pula mempertimbangkan hasil pengujian pengawasan dan penilaian resiko pengawasan. Dalam merancang pengujian rincian saldo untuk rekening piutang, penting untuk memenuhi 8 (delapan) tujuan audit yang berkaitan dengan saldo. Hal ini disebut tujuan audit rekening piutang yang berkaitan dengan saldo,terdiri dari : 1. Rekening umur piutang dalam neraca saldo sesuai jumlahnya dengan data asli lainnya, dan totalnya ditambah dengan benar dan sesuai dengan jurnal buku besar (detail tie-in). 2.
Piutang usaha yang dicatat ada (existence).
3. Piutang usaha yang ada telah dicantumkan (completeness). 4. Piutang usaha sudah akurat (accuracy). 5.
Piutang usaha telah diklasifikasikan dengan benar (classification).
6.
Pisah batas piutang usaha sudah benar (cut-off).
7.
Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi (realizable value).
8. Klien memiliki hak atas piutang usaha (rights).
Metodologi yang dilakukan auditor dalam mendesain pengujian atas rincian saldo untuk rekening piutang terdiri dari beberapa fase, ilustrasi berikut menggambarkan metodologi dalam mendesain pengujian atas rincian saldo.
2
1.1.1 Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien Yang Berhubungan dengan Piutang Usaha (Tahap I)
Pemahaman mengenai industri dan lingkungan eksternal klien serta mengevaluasi tujuan manajemen digunakan untuk mengidentifikasi risiko bisnis klien yang signifikan, yang dapat mempengaruhi laporan keuangan termasuk piutang usaha. Maka oleh karena itu auditor harus melaksanakan prosedur analitis untuk menunjukkan kenaikan risiko salah saji piutang usaha. Ketika mengevaluasi risiko inheren dan bukti yang direncanakan dalam piutang usaha, auditor mengembangkan risiko yang mempengaruhi piutang usaha. Contoh : auditor dapat meningkatkan risiko inheren untuk nilai realisasi bersih piutang usaha
1.1.2 Menentapkan Kesalahan Penyajian Bisa Ditoleransi dan Risiko Bawaan
Auditor harus memutuskan perimbangan pendahuluan mengenai materialitas laporan keuangan secara keseluruhan dan kemudian mengalokasikan jumlah pertimbangan pendahuluan ke setiap akun neraca yang signifikan, termasuk piutang usaha. Secara khusus piutang usaha merupakan salah satu akun yang
3
paling material, bahkan untuk saldo piutang yang paling kecil sekalipun, transaksi dalam silkus penjualan dan penagihan yang mempengaruhi saldo piutang usaha hampir pasti sangat signifikan. Auditor harus mengidentifikasi secara formal risiko kecurangan tertentu menyangkut pengakuan pendapatan. Hal ini akan mempengaruhi penilaian risiko inheren oleh auditor untuk tujuan-tujuan berikut: keberadaan atau eksistensi, pisah batas penjualan, serta pisah batas retur dan pengurangan penjualan. Jadi sudah biasa bagi klien untuk menyalahsajikan pisah batas baik karena kesalahan maupun karena kecurangan. Juga sudah biasa bagi klien untuk menyalah sajikan secara tidak sengaja atau secara sengaja penyisihan piutang tak tertagih (nilai realisasi ) karena sulit menentukan saldo yang benar.
1.1.3 Menetapkan Risiko Pengendalian Untuk Siklus Penjualan dan Pengumpulan Piutang
Pengendalian internal terhadap penjualan dan penerimaan kas serta piutang usaha terkait setidaknya harus cukup efektif karena manajemen sangat menginginkan catatan yang akurat untuk mempertahankan hubungan baik dengan pelanggan. Auditor harus memperhatikan tiga asp ek pengendalian internal: 1. Pengendalian yang mencegah atau mendeteksi penggelapan 2. Pengendalian terhadap pisah batas 3. Pengendalian yang terkait dengan penyisihan piuang tak tertagih Auditor harus menghubungkan risiko pengendalian untuk tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dengan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dalam memutuskan risiko deteksi yang direncanakan dan bukti yang direncanakan bagi pengujian atas rincian saldo. Contoh : auditor menyimpulkan bahwa risiko pengendalian untuk transaksi penjualan maupun penerimaan kas adalah rendah bagi tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi keakuratan. Karena itu, auditor dapat menyimpulkan bahwa pengendalian bagi tujuan audit yang berkaitan dengan saldo keakuratan untuk piutang usaha sudah efektif karena satu-satunya transaksi yang mempengaruhi piutang usaha adalah penjualan dan penerimaan kas. Jika retur dan pengurangan penjualan serta penghapusan piutang usaha tak tertagih berjumlah signifikan, penilaian risiko pengendalian juga harus dipertimbangkan untuk kedua kelas transaksi tersebut. Dua aspek hubungan yang disajikan perlu disinggung secara khusus: a. Untuk penjualan, tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi-keterjadian mempengaruhi tujuan audit yang berkaitan dengan saldo- eksistensi/keberadaan. Akan t etapi untuk penerimaan kas, tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi-keterjadian mempengaruhi tujuan audit yang berkaitan dengan saldo-kelengkapan. Penyebab kesimpulan mengejutkan bahwa kenaikan penjualan meningkatkan piutang usaha tetapi kenaikan penerimaan kas justru menurunkan pitang usaha. Contoh : pencatatan penjualan sebenarnya tidak ada melanggar tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi-keterjadian dan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo-eksistensi (keduannya lebih saji). Pencatatan penerimaan kas yang sebenarnya tidak ada melanggar tujuan audit yang berkaitan 4
transaksi- keterjadian maupun tujuan audit yang berkaitan dengan saldo-kelengkapan untuk piutang usaha, karena piutang yang masih beredar tidak lagi dicantumkan dalam cat atan. b. Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang usaha-nilai realisasi dan hak, serta tujuan yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan, tidak terpengaruh oleh penilaian risiko pengendalian untuk tujuan-tujuan
tersebut,
auditor
harus mengidentifikasi
dan menguji
pengendalian secara terpisah demi mendukung tujuan-tujuan tersebut. Tiga baris penilaian resiko pengawasan : satu untuk penjualan, satu untuk penerimaan tunai, dan satu untuk pengawasan tambahan yang berhubungan dengan saldo rekening piutang. Sumber dari setiap resiko pengawasan penjualan dan penerimaan tunai adalah matrik resiko pengawasan, yang mengasumsikan bahwa hasil pengujian pengawasan mendukung penilaian yang sebenarnya. Auditor membuat pemisah penilaian resiko pengawasan untuk tujuan yang berhubungan hanya dengan saldo rekening piutang.
1.1.4 Merancang dan Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi (Tahap II)
Bab sebelumnya membahas prosedur audit untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi, memutuskan ukuran sampel, dan mengevaluasi hasil pengujian-pengujian tersebut. Hasil pengujian pengendalian akan menentukan apakah penilaian risiko pengendalian untuk penjualan dan penerimaan kas harus direvisi. Auditor menggunakan hasil pengujian untuk menentukan sejauh mana risiko deteksi yang direncanakan akan dipenuhi bagi setiap tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang usaha.
1.1.5 Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III)
Prosedur analitis sering kali dilakukan selama tiga tahap audit: perencanaan, ketika melaksanakan pengujian yang terinci, dan sebagai bagian dari penyelesaian audit. Sebagian besar prosedur analitis yang dilaksanakan selama tahap pengujian dilakukan setelah tanggal neraca tetapi sebelum pengujian atas rincian saldo. Auditor melaksanakan prosedur analitis untuk siklus penjualan dan penagihan secara keseluruhan, bukan hanya piutang usaha. Hal ini dikarenakan hubungan yang erat antara akun-akun laporan laba rugi dan neraca. Jika auditor mengidentifikasi salah saji yang mungkin terjadi dalam retur dan pengurangan penjualan dengan menggunakan prosedur analitis, piutang usaha mungkin akan mengoffset salah saji itu. Jika prosedur analitis dalam siklus penjualan dan penagihan mengungkapkan fluktuasi yang tidak biasa, auditor harus melontarkan pertanyaan tambahan kepada manajemen. Respon manajemen harus dievaluasi secara kritis.
1.1.6 Merancang dan Melaksanakan Pengujian Detil Saldo Piutang Usaha (Tahap III) 5
Pengujian rincian saldo yang tepat tercantum pada kertas kerja perencanaan. Risiko deteksi ditunjukkkan pada baris kedua dari bawah. Hal tersebut merupakan keputusan subjektif auditor setelah mngkombinasikan kesimpulan yang dicapai mengenai setiap factor yang tercantum. Tugas menhubungkan factor yang direncanakan sangatlah kompleks karena pengukuran factor bersifat tidak jelas. Bukti audit yang direncanakan adalah kebalikan dari risiko deteksi yang direncanakan. Setelah memutuskan bukti yang direncanakan bagi tujuan tertentu adalah tinggi, sedang, rendah, kemudian auditor harus memutuskan prosedur audit yang sesuai, ukuran sampel, item yang dipilih, dan penetapan waktu. Prosedur Analitis untuk siklus Penjualan dan Pengumpulang Piutang Prosedur Analitis
Kemungkinan Kesalahan Penyajian
-Perbandingan % laba kotor dgn tahun lalu
Lebih/Kurang saji penjualan dan piutang usaha
-Perbandingan Penjualan perbulan sepnjng periode
Lebih/Kurang saji penjualan dan piutang usaha
-P. Retur penjualan sbg % dari penjualan bruto
Lebih/Kurang saji penjualan dan piutang usaha
-P. Saldo individual pelanggan dengan tahun lalu
Kesalahan penyajian piutang usaha dan akun laba rugi yang bersangkutan
-P. Beban Kerugian piutang sbg % dari penj. Bruto
Piutang usaha tidak dpt ditagih tapi tidak di cadangkan
-P. % piutang per kategori umum dgn tahun lalu
Lebih/Kurang saji penjualan dan piutang usaha
-P. Cad. Kerugian piutang sbg % dr piutang lalu
Lebih/Kurang saji penjualan dan piutang usaha
-P. Piutang yang dihapus sbg % dr total piutang
Lebih/Kurang saji penjualan dan piutang usaha
Note P = Perbandingan
1.2 MENJELASKAN PERANCANGAN PENGUJIAN RINCI SALDO
Walaupun lebih menekankan akun neraca ketika melakukan pengujian atas rincian saldo auditor tidak boleh mengabaikan akun – akun laporan laba rugi karena akun-akun itu di uji sebagai produk smapingan dari pengujian neraca.sebagai contoh jika auditor mengkorfirmasi saldo piutang usaha dan menemukan lebih saji yang disebabkan oleh kesalahan dalam menagih pelanggan ,maka baik piutang usaha maupun penjualan akan lebih saji. Ketika membahas pengujian atas rincian saldo piutang usaha , kita akan berfokus pada tujuan audit yang berkaitan dengan saldo. Kita juga akan mengasumsikan dua hal : 1. Auditor telah menyelesaikan kertas kerja perencanaan bukti 2. Auditor telah memeutuskan resiko deteksi yang direncanakan untuk pengujian atas rincian saldo bagi setiap tujuan audit yang berkaitan dengan saldo. 6
Prosedur audit yang dipilih dan ukuran sampelnya akan sangat tergantung pada apakah bukti yang direncanakan untuk tujuan tertentu adalah rendah , sedang , atau tinggi.
1.2.1 Kecocokan Saldo Dalam Catatan
Konfirmasi piutang usaha merupakan pengujian atas rincian saldo piutang usaha yang paling penting.sebagian besar pengujian piutang usaha dan penyisihan piutang tak tertagih didasarkan pada aged trial balance.aged trial balance menyajikan daftar saldo – saldo dalam file induk piutang usaha pada tanggal neraca,termasuk saldo pelanggaran individual yang beredar dalam rincian saldo pada waktu antara tanggal penjualan dan tanggal neraca.
1.2.2 Keberadaan – Piutang Usaha
Konfirmasi saldo pelanggan merupakan pengujian atas rincian saldo yang paling penting untuk menentukan keberadaan atau eksistensi piutang usaha yang dicatat jika pelanggan tidak merespon konfirmasi,auditor juga memeriksa dokumen pendukung guna menverfikasi pengiriman barang dan bukti penerimaan kas untuk menentukan apakah piutang tak tertagih.
1.2.3 Kelengkapan – Piutang Usaha
Sulit bagi auditor untuk menguji saldo akun yang dihilangkan dari aged trial balance,kecuali mengandalkan pada sifat menyeimbangkan sendiri pada file induk piutang usaha.
1.2.4 Ketelitian – Piutang Usaha
Konfirmasi akun yang sudah dipilih dari neraca saldo nmerupakan pengujian atas rincian saldo yang paling umum bagi keakuratan piutang usaha.jika pelanggan tidak merespon permintaan konfirmasi ,auditor akan memeriksa dokumen pendukung dengan cara yang sama seperti yang diuraikan untuk tujan keberadaan.
1.2.5 Penggolongan – Piutang Usaha
Biasanya auditor dapat mengevaluasi klasivikasi piutang usaha relative jauh lebih mudah dengan mereview aged trial balance untuk piutang yang material dari klasifikasi,dari pejabat ,direktur,atau pihak terkait lainnya.
1.2.6 Pisah Batas – Piutang Usaha
Terjadi apabila transaksi periode berjalan dicatat dalam periode selanjutnya.tujuan dari pengujian pisah batas,tampa memandang jenis transaksi,adalah untuk menverfikasi apakah t ransaksi yang mendekati akhir priode akuntansi telah dicatat pada periode yang tepat.salah saji pisah batas dapat terjadi untuk 7
penjualan,retur dan pengurangan penjualan,dan penerimaan kas. bagi masing-masing pos tersebut,auditor memerlukan pendekatan rangkap tiga untuk menentukan kelayakan pisah bata s: 1. Memutuskan kriteria pisah batas yang tepat 2. Mengevaluasi apakah klien memiliki prosedur yang memadai yang ditetapkan untuk memastikan kelayakan pisah batas 3. Menguji apakah pisah batas sudah benar. 1.2.6.1 Pisah batas penjualan
Sebagian besar klien perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur mencatat penjualan berdasarkan criteria pengiriman barang akan dapat terjadi sebelum pengiriman (seperti pada kasus barang yang di buat secara massal) 1.2.6.2 Pisah batas retur penjualan
Prinsip – prinsip akuntansi yang diterima umum mengharuskan bahwa retur dan pengurangan penjualan ditandingkan dengan penjualan yang terkait jika jumlahnya material,akan tetapi bagi sebagia n besar retur dan pengurangan penjualan dicatat pada periode aqkuntansi dimana hal itu terjadi. 1.2.6.3 Pisah batas penerimaan kas
Untuk sebagian besar audit,pisah batas penerimaan yang benar kurang begitu penting dibandingkan pisah batas penjualan karena pisah batas kas yang tidak tepat hanya mempengaruhi saldo kas dan piutang usaha.jauh lebih mudah menguji salah saji pisah batas pene rimaan kas yang (yang sering disebut sebagai penyelenggaraan pembukuan penerimaan kas terbuka )dengan menelusuri penerimaan kas yang dicatat kesetoran bank periode selanjutnya pada laporan bank.
1.2.7 Nilai Bersih yang Bisa Direalisasikan – Piutang Usaha
Sama dengan piutang usaha kotor dikurangi penysihan piutang tak tertagih untuk menghitng penjualan mengestimasi total jumlah piutang usaha yang di perkirakan tidak dapat di tagih. 1.2.7.1 Beban kerugian piutang
Setelah auditor puas dengan penyisihan piutang tak tertagih ,akan jauh lebih mudah memverifikasi beban piutang tak tertagih .asumsikan bahwa:
saldo awal akun penyisihan diverifikasi sebagai bagian dari audit sebelumnya penghapusan piutang tak tertagih diverifikasi sebagai bagian dari pengujian subtansif atas transaksi
saldo akhir akun penyisihan telah diverifikasi dengan berbagai cara.
8
1.2.8 Hak Klien Atas – Piutang Usaha
Pada umumnya hak klien atas piutang usahatidakmenimbulkan masalah karena biasanya piutang milik klien .akan tetapi dari beberapa kasus sebagian dar piutang mungkin telah digadaikan sebagai jaminan,dibebankan kepada orang lain.difaktorkanatau di jual dengan discount.
1.2.9 Penyajian dan Pengungkapan – Piutang Usaha
Pengujian terhadap empat tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan umumnya dilakukan sebagai bagian dari tahap penyelesaian audit.akan tetapi beberapa pengujian atas penyajian dan pengungkapan sering kali dlakukan dengan pengujian untuk memenuhi tujuan audit yang berkaitan dengan saldo.
1.3 MENJELASKAN KONFIRMASI PIUTANG USAHA
Tujuan konfirmasi piutang usaha adalah untuk memenuhi tujuan keberadaan, ketelitian, dan pisah batas. Konfirmasi eksternal adalah bukti audit yang diperoleh sebagai suatu respons tertulis langsung kepada auditor dari pihak ketiga (pihak yang dikonfirmasi).
1.3.1 Ketentuan Dalam Standar Audit
Standar Audit (SA) 500 (bukti audit) mengidikasikan bahwa keandalan bukti audit dipengaruhi oleh sumber dan sifatnya dan ini tergantung pada kondisi individual yang dari situ bukti audit diperoleh. SA juga mencakup generalisasi berikut yang relevan terhadap bukti audit:
Bukti audit lebih andal ketika diperoleh dari sumber independen di luar entitas.
Bukti audit yang diperoleh secara langsung oleh auditor lebih andal daripada bukti audit yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui penarikan kesimpulan.
Bukti audit lebih andal dalam bentuk format dokumen, baik dalam bentuk kertas, elektronik, atau media lain.
1.3.2 Jenis-Jenis Konfirmasi 1.3.2.1 Konfirmasi positif
Komunikasi dengan debitur untuk mengonfirmasi apakah saldo yang dinyatakan pada permintaan konfirmasi itu benar atau salah. Konfirmasi kosong adalah sejenis konfirmasi positif tetapi konfirmasi tsb tidak menyebutkan jumlah. Konfirmasi faktur adalah Jenis konfirmasi positif lainnya dimana setipa faktur akan dikonfirmasi , dan bukan saldo piutang usaha pelanggan secara keseluruhan. 1.3.2.2 Konfirmasi negatif 9
Ditujukan kepada debitur tetapi hnaya akan meminta respon jika debitur tidak setuju dengan jumlah yang dinyatakan.
1.3.3 Saat Pengiriman Konfirmasi
Bukti yang paling dapat diandalkan dari konfirmasi baru akan diperoleh jika konfirmasi itu dikirim sedekat mungkin dengan tanggal neraca (akhir tahun buku). Hal ini memungkinkan auditor untuk secara langsung menguji saldo piutang usaha yang tercantum di neraca tanpa harus memutahirkan saldo dengan transaksi yang terjadi antara tanggal konfirmasi dan tanggal neraca.
1.3.4 Ukuran Sampel Untuk Konfirmasi 1.3.4.1 Ukuran sampel
Faktor yang memepengaruhi ukuran sampel : 1. Salah saji yang dapat di toleransi 2. Resiko inheren (ukuran relatif total piutang, jumlah akun, hasil tahun lalu, dan kesalahan penyajian yang diperkirakan) 3. Resiko Pengendalian 4. Resiko deteksi yang dicapai dari pengujian subtansif lainnya Jenis Konfirmasi (konfirmasi negatif biasanya memerlukan ukuran sampel yang lebih besar) 1.3.4.2 Pemilihan unsur-unsur untuk diuji
Akan diperlukan beberapa jenis stratifikasi pada sebagian besar konfirmasi.dalam suatu pendekatan umum stratifikasi untuk memilih saldo yang akan di konfirmasi ,auditor mempertimbangkan baik nilai dolar piutang maupun lamanya waktu piutang yang telah beredar.
1.3.5 Pemeriksaan Alamat dan Pengawasan Atas Konfirmasi
Auditor harus melaksanakan prosedur untuk memeriksa alamat atau alamat e-mail yang digunakan dalam konfirmasi. Untuk konfirmasi yang dikirim melalui pos, auditor harus melaksanakan pengawasan sampai jawaban diterima debitur.
1.3.6 Tidak Lanjut Atas Konfirmasi Tak Berjawab
Untuk setiap konfirmasi yang positif yang tidak di kembalikan ,auditor dapat memeriksa dokumentasi berikut untuk memferifikasi eksistensi dan keakuratan setiap transaksi penjualan yang membentuk saldo akhir piutang usaha : 1.3.6.1 Penerimaan kas kemudian
10
Bukti penerimaan kas selanjutnya pada tanggal konfirmasi meliputi pemeriksaan remittance advice,ayat jurnal dalam catatan penerimaan kas,atau mungkin kredit selanjutnya dalam file induk piutang usaha. 1.3.6.2 Duplikat faktur penjualan
Hal ini memanfaatkan dalam memverifikasi penerbitan faktur penjualan actual dan tanggal penagihan actual. 1.3.6.3 Dokumen pengiriman barang
Hal ini penting dalam menentukan apakah pengiriman telah benar-benar dilakukan dalam sebagian pengujian pisah batas. 1.3.6.4 Korespondensi dengan klien
Biasanya auditor tidak perlu mereview korerpondensi sebagai bagian dari prosedur alternative,tetapi korespondensi dapat digunakan untuk mengunkapkan piutang yang diperselisihkan dan yang meragukan yang tidak terungkap oleh cara lainnya.
1.3.7 Analisis Selisih
Apabila konfirmasi dikembalikan oleh debitur, auditor harus menentukan apa yang menyebabkan terjadi selisih. Dalam banyak hal, perbedaan sering disebabkan karena perbedaan waktu pencatatan klien dengan debiturnya. Jenis-jenis penyebab perbedaan dalam konfirmasi yang sering dijumpai :
1.3.7.1 Pembayaran telah dilakukan debitur
Selisih antara catatan klien dengan catatan debitur seringkali timbul apabila debitur telah melakukan pembayaran sebelum tanggal konfirmasi, tetapi klien belum menerima pembayaran tersebut sampai tanggal konfirmasi.
1.3.7.2 Barang belum diterima debitur
Timbulnya perbedaan ini biasanya disebabkan karena klien mencatat penjualan pada tanggal penerimaan barang, sedangkan pembeli mencatat pembelian barang ketika barang tersebut diterima.
1.3.7.3 Barang telah dikembalikan (retur)
Apabila klien lupa mencatat suatu kredit memo bisa menjadi salah satu penyebab perbedaan.
1.3.7.4 Kesalahan pencatatan atau kerancuan jumlah
Jenis penyebab selisih yang sering terjadi adalah kesalahan klien mencatat harga harga barang, barang rusak, barang yang diterima pembeli tidak sesuai dengan jumlah yang tertulis dalam dokumen dan sebagainya. 11
1.3.8 Menarik Kesimpulan
Apabila semua selisish telah dipecahkan, termasuk yang dijumapai dalam pelaksanaan prosedur alternatif, auditor harus mengevaluasi ulang pengendalian internal. Apabila terjadi sejumlah kesalahan penyajian signifikan yang tidak konsisten dengan taksiran resiko pengendalian, auditor perlu merevisi penetapan dan mempertimbangkan pengaruh revisi terhadap audit. Auditor harus selalu mengevaluasi kesalahan penyajian dalam sampel yang bersifat kualitatif, berapapun besarnya jumlah rupiah taksiran kesalahan penyajian dalam populasi. Keputusan akhir tentang piutang usaha dan penjualan adalah apakah bukti kompeten yang cukup telah diproses melalui pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi, prosedur analitis, prosedur pisah batas, konfirmasi, dan pengujian subsatntif lain untuk mendukung penarikan kesimpulan tentang kebenaran saldo.
1.4 MENJELASKAN PROGRAM AUDIT PENGUJIAN RINCI SALDO
Terdapat beberapa sumber dari setiap baris dalam kertas kerja untuk pengujian rinci saldo yang direncanakan, yaitu:
Kesalahan penyajian bisa ditoleransi
Resiko audit bisa diterima
Resiko bawaan
Resiko pengendalian
Hasil pengujian substantif transaksi
Prosedur analitis
Resiko deteksi direncanakan dan bukti audit direncanakan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Jusup, Haryono Al. 2011. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA). Edisi II. Yogyakarta: Unit Penerbitan dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN
13