BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningitis tergolong penyakit serius dan bisa mengakibatkan kematian. Penderita meningitis yang bertahan hidup akan menderita kerusakan otak sehingga lumpuh, tuli, epilepsi, retardasi mental. Penyakit meningitis dan pneumonia telah membunuh jutaan balita di seluruh dunia. Data WHO menunjukkan bahwa dari sekitar 1,8 juta kematian anak balita di seluruh dunia setiap tahun, lebih dari 700.000 kematian anak terjadi di negara kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Ada tiga bakteri penyebab meningitis, yaitu
Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae tipe b, dan Niesseria meningitides. meningitides. Dari ketiga bakteri itu, Streptococcus pneumoniae (pneumokokus) adalah bakteri yang paling sering menyerang bayi di bawah usia 2 tahun. Masa inkubasi (waktu yang diperlukan untuk menimbulkan gejala penyakit) kuman tersebut sangat pendek yakni sekitar se kitar 24 jam. Bakteri pneumokokus adalah salah satu penyebab meningitis terparah. Penelitian yang diungkapkan konsultan penyakit menular dari Leicester Royal Infirmary, Inggris, Dr Martin Wiselka, menunjukkan bahwa 2030 persen pasien meninggal dunia akibat penyakit tersebut, hanya dalam waktu 48 jam. Angka kematian terbanyak pada bayi dan orang lanjut usia. Pasien yang terlanjur koma ketika dibawa ke rumah sakit, sulit untuk bisa bertahan hidup. Infeksi pneumokokus lebih sering terjadi pada anak dibanding orang dewasa karena tubuh anak belum bisa memproduksi antibodi yang dapat melawan bakteri tersebut. Sebanyak 50 persen pasien meningitis yang berhasil sembuh biasanya menderita kerusakan otak permanen yang berdampak pada kehilangan pendengaran, kelumpuhan, atau keterbelakangan mental. Komplikasi penyakit tersebut akan timbul secara perlahan dan semakin parah setelah beberapa bulan.
1
B. Tujuan 1. Tujuan umum
Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar jurusan keperawatan khususnya pada mata kuliah keperawatan dewasa tentang asuhan keperawatan klien dengan meningitis.
2. Tujuan Khusus
a) Dapat mengetahui pengertian dari meningitis. b) Mengetahiu penyebab terjadinya meningitis. c) Dapat memahami tanda dan gejala dari meningitis. d) Dapat mengatahui dan menjelaskan patofisiologi meningitis. e) Mengatahui Pemeriksaan diagnostik penyakit meningitis. f)
Untuk memahami Komplikasi dari penyakit meningitis.
g) Dapat mengetahui bagaimana penatalaksanaan medis untuk klien meningitis. h) Dapat mengetahui asuhan keperawatan pada klien yang mengalami meningitis.
2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi dan Rita Yuliani, 2007). Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meningen, yaitu membran atau selaput yang melapisi otak dan medulla spinalis, dapat disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk ke dalam darah dan berpindah ke dalam cairan otak (Black & Hawk, 2005). Meningitis adalah infeksi ruang subaraknoid dan leptomeningen yang disebabkan oleh berbagai organisme pathogen.(Jay Tureen. Buku Ajar Pediatri Rudolph,vol.1, 2006 ). Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri dan virus merupakan penyebab utama dari meningitis (Brnner & Suddarth, 2003). Meningitis adalah inflamasi yang terajdi pada meningen otak dan medulla spinalis,gangguan ini biasanya merupkan komplikasi bakteri ( infeksi sekunder ) seperti sinutisis, otitis media,pneumonia,endokarditis atau osteomielitis. Secara anatomi meningen menyelimuti otak dan medulla spinalis. Selaput otak terdiri atas tiga lapisan dari luar kedalam yaitu duramater, arakhnoid, dan piamater. Duramater terdiri dari lapisan yang berfungsi kecuali di dalam tulang tengkorak, dimana lapisan terluarnya melekat pada tulang dan terdapat sinus venosus. Falks serebri adalah lapisan vertikel dura meter yang memisahkan kedua hemisfer serebri pada garis tengah. Tentorium serebri adalah ruang horizontal dari dura meter yang memisahkan lobus oksipitalis dari serebellum. Arakhnoid merupakan membrane lembut yang bersatu di tempatnya dengan pia meter, diantaranya terdapat ruang subarachnoid dimana terdapat arteri dan vena serebri dan dipenuhi oleh cairan serebrospinal. Sisterna magna adalah bagian terbesar dari ruang subarachnoid di sebelah belakang otak belakang, memenuhi celah di antara serebellum dan medulla oblongata. Pia meter merupakan membrane halus yang kaya akan pembuluh darah kecil yang menyuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak. Pia meter adalah lapisan yang langsung melekat dengan permukaan otak dan seluruh medulla spinalis. Secara singkat pengertian dari meningitis adalah radang pada meningen/membrane (selaput) yang mengelilingi otak dan medulla spinalis. 3
B. Etiologi
Penyebab-penyebab dari meningitis meliputi: 1. Bakteri piogenik yang disebabkan oleh bakteri pembentuk pus, terutama meningokokus, pneumokokus, dan hasil influenza. 2. Virus yang disebabkan oleh agen-agen virus yang sangat bervariasi. 3. Organisme jamur. Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, antara lain : 1. Bakteri : Haemofilus influenza tipe B, streptococcus pneumoniae, nisseria meningitides, β-hemolytic streptococcus, staphylococcus aureus, eschericia coli. 2. Faktor predidposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering dari wanita. 3. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan. 4. Faktor imunlogi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobuin, anak yang mendapat obat imunosupresi. 5. Anak dengan kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem persarafan. Kebanyakan pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang.
C. Klasifikasi
Jenis meningitis ada 3 yaitu : 1. Meningitis bacterial /purulenta /septik Meningitis bakterial merupakan karakteristik inflamasi pada seluruh meningen, dimana organisme masuk kedalam ruang arahnoid dan subarahnoid. Meningitis bakterial merupakan kondisi emergensi neurologi dengan angka kematian sekitar 25 % (Ignatavicius & Wrokman, 2006). Meningitis bacterial adalah suatu peradangan pada selaput otak, ditandai dengan peningkatan jumlah sel polimorfonuklear dalam cairan serebrospinal dan terbukti adanya bakteri
penyebab
infeksi
dalam
cairan
serebrospinal.
(Arif
Mansjoer.Kapita
Selekta.2000:437). Meningitis purulenta adalah radang selaput otak yang menimbulkan eksudasi berupa pus, disebabkan oleh kuman non spesifik dan nonvirus. (Ngastiyah: 2005) Meningitis bakterial jika cepat dideteksi dan mendapatkan penanganan yang tepat akan mendapatkan hasil yang baik. Meningitis bakterial sering disebut juga sebagai meningitis purulen atau meningitis septik. 4
Bakteri yang dapat mengakibatkan serangan meningitis adalah; Streptococcus pneuemonia
(pneumococcus),
Neisseria
meningitides,
Haemophilus
influenza,
(meningococcus), Staphylococcus aureus dan Mycobakterium tuberculosis.(Ginsberg, 2008). Streptococcus pneumoniae (pneumococcus), bakteri ini penyebab tersering meningitis akut, dan paling umum menyebabkan meningitis pada bayi ataupun anakanak . Neisseria meningitides (meningococcus) bakteri ini merupakan penyebab kedua terbanyak setelah Streptococcus pneumoniae, Meningitis terjadi akibat adanya infeksi pada saluran nafas bagian atas yang kemudian bakterinya masuk kedalam peredaran darah. Haemophilus influenza, Haemophilus influenzae type b (Hib ) adalah jenis bakteri yang juga dapat menyebabkan meningitis. Jenis bakteri ini sebagai penyebab terjadinya infeksi pernafasan bagian atas, telinga bagian dalam dan sinusitis. Pemberian vaksin (Hib vaksin) telah membuktikan terjadinya angka penurunan pada kasus meningitis yang disebabkan bakteri jenis ini.Staphylococcus aureus, Mycobakterium tuberculosis jenis hominis. 2. Meningitis virus Meningitis virus adalah suatu sindrom infeksi virus susunan saraf pusat yang akut dengan gejala rangsang meningeal,pleiositosis dalam likuor serebrospinalis dengan deferensiasi terutama limfosit,perjalanan penyakit tidak lama dan selflimited tanpa komplikasi.(Ngastiyah:2005) Virus penyebab meningitis dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu virus RNA (ribonuclear acid) dan virus DNA (deoxyribo nucleid acid). Contoh virus RNA adalah enterovirus (polio), arbovirus (rubella), flavivirus (dengue), mixovirus (influenza, parotitis, morbili). Sedangkan contoh virus DNA antara lain virus herpes, dan retrovirus (AIDS) (PERDOSSI, 2005) Meningitis virus biasanya dapat sembuh sendiri dan kembali seperti semula (penyembuhan secara komplit) (Ignatavicius & W rokman,2006). Pada kasus infeksi virus akut, gambaran klinik seperti meningitis akut, meningoensepalitis akut atau ensepalitis akut. Prognosis pada meningitis virus : Penyakit ini self limited dan penyembuhan sempurna dijumpai setelah 3-4 hari pada kasus ringan dan setelah 7-14 hari pada keadaan yang berat. 3. Meningitis jamur
5
Infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat merupakan penyakit oportunistik yang pada beberapa keadaan tidak terdiagnosa sehingga penanganannya juga sulit. Manifestasi infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat dapat berupa meningitis (paling sering) dan proses desak ruang (abses ata u kista). Angka kematian akibat penyakit ini cukup tinggi yaitu 30% -40% dan insidensinya meningkat seiring dengan pemakaian obat imunosupresif dan penurunan daya tahan tubuh (Martz, 1990 dalam Depkes RI, 1998). Meningitis kriptokokus neoformans biasa disebut meningitis jamur, disebabkan oleh infeksi jamur pada sistem saraf pusat yang sering terjadi pada pasien acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). (Ignatavicius & Wrokman, 2006; Wilkinson, 1999).
D. Manifestasi Klinis
1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering) 2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letar gik, tidak responsif, dan koma. 3. Iritasi meningen mengakibatkan:
Rigiditas nukal (kaku leher). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya. 5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat purulen dan
edema
serebral
dengan
tanda-tanda
perubahan
karakteristik
tanda-tanda
vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran. 6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal. 7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata.
E. Patofisiologi 6
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Hitung darah lengkap dengan perbedaanya: Memperlihatkan adanya peningkatan sel darah putih dan neutrofil 2. Kultur darah : Mengindikasikan adanya organisme 3. Lumbal fungsi dengan kultur CSS: Peningkatan hitung sel , mengindikasikan adanya organisme, pada pemeriksaan CSS untuk mengetahui adanya peningkatan glukosa, protein dalam cairan serebro spinal.. 4. MRI atau CT-Scan dengan / tanpa kontras : Untuk mengetahui adanya kelainan/ adanya kecacatan.
7
G. Komplikasi
a.
Hidrosefalus obstruktif
b. MeningococcL Septicemia (mengingocemia) c.
Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)
d. SIADH (Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone) e.
Efusi subdural
f.
Kejang
g. Edema dan herniasi serebral h. Cerebral palsy i.
Gangguan mental
j.
Gangguan belajar
H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat perlu menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja yang berguna sebagai bahan kolaborasi dengan tim medis. Secara ringkas penatalaksanaan pengobatan meningitis meliputi: Pemberian antibiotic yang mampu melewati barier darah otak ke ruang subarachnoid dalam konsentrasi yang cukup untuk menghentikan perkembangbiakan bakteri. Baisanya menggunakan sefaloposforin generasi keempat atau sesuai dengan hasil uji resistensi antibiotic agar pemberian antimikroba lebih efektif digunakan. Obat anti-infeksi (meningitis tuberkulosa):
Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg selama 1 setengah tahun.
Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1 tahun.
Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari selama 3 bulan. Obat anti-infeksi (meningitis bakterial):
Sefalosporin generasi ketiga
Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6 x sehari
Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari.
8
Pengobatan simtomatis:
Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal: 0,4-0,6 mg/kgBB, atau fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari atau Fenobarbital 5-7 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari.
Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.
Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat digunakan untuk mengobati edema serebri.
Pemenuhan oksigenasi dengan O2. Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik: pemberian tambahan volume cairan intravena.
9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian
1. Biodata - Insiden tertinggi pada anak usia 2 bulan sampai 12 tahun. - Laki-laki lebih sering dibandingkan dengan wanita. 2. Keluhan Utama - Kejang dan kesadaran menurun. 3. Riwayat Penyakit sekarang a. Gejala infeksi akut : keadaan umum lemah, nafsu makan menurun,muntah serta pada anak sering mengeluh sakit kepala. b. Gejala tekanan intra kranial :anak sering muntah, nyeri kepala(pada orang dewasa), pada neonatus kesadaran menurun dari apatis sampai koma, kejang umum. 4. Riwayat Penyakit Dahulu - Tuberkulosa, trauma kepala. 5. Riwayat Penyakit Keluarga - Dalam keluarga ada yang menderita penyakit tuberkulosis paru pada meningen tuberkulosis. 6. ADL a. Nutrisi : Menurunnya nafsu makan, mual, muntah dan klien mengalami kesukaran/tidak dapat menelan, dampak dari penurunan kesadaran. b. Aktivitas : Mengalami kelumpuhan dan kelemahan yang mengakibatkan gerak serta ketergantungan dalam memenuhi kebutuhan. c. Tidur : Terdapat gangguan akibat nyeri kepala yang dialami. d. Eliminasi : Terjadi obstipasi dan inkontinensia urin. e. Hygiene : Sangat tergantung dalam hal perawatan diri karena penurunan kesadaran. 7. Pemeriksaan a. Pemeriksaan Umum -
Suhu tubuh lebih dari 38 C.
-
Nadi cepat, tapi jika terjadi peningkatan tekanan intra kranial nadi menjadi cepat.
-
Nafas lebih dari 24 x/menit
10
b. Pemeriksaan Fisik -
Kepala dan leher : Ubun-ubun besar dan menonjol, strabismus dan nistagmus (gerakan bola mata capat tanpa disengaja, diluar kemauan), pada wajah ptiachiae, lesi purpura, bibir kering,sianosis serta kaku kuduk.
-
Thorak / dada : Bentuk simetris, pernafasan tachipnea, bila koma pernafasan cheyne stokes, adanya tarikan otot-otot pernafasan, jantung S1-S2.
- Abdomen : Turgor kulit menurun, peristaltik usus menurun. -
Ekstremitas : pada kulit ptiachiae, lesi purpura dan ekimosis, reflek Bruzinsky dan tanda Kernig positif, tanda hemiparesis.
-
Genetalia : Inkontinensia uria pada stadium lanjut.
c. Pemeriksaan Penunjang -
Pungsi lumbal.
-
Kultur darah.
-
CT-scan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan kelelahan, kelemahan dan penurunan tingkat kesadaran. 2. Perubahan perfusi jaringan (otak) berhubungan dengan proses inflamasi adanya peningkatan tekanan intra kranial 3. Perubahan volume cairan (defisit) berhubungan dengan inadekuatnya intake dan kehilangan yang abnormal. 4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan anoreksia, kelemahan, mual, muntah. 5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilitas, diaforesis
dan defisit
neurologis. 6. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan istirahat yang lama dan infasi meningeal.
11
C. Perencanaan
Diagnosa Keperawatan I Tujuan : Bersihan jalan nafas efektif, pemenuhan kebutuhan O2 sesuai kebutuhan. Kriteria Hasil : 1. Tidak ada suara nafas tambahan 2. Frekwensi pernafasan dalam batas normal (20-24 x/menit) 3. Kebersihan jalan nafas terjaga. Rencana Tindakan : 1. Dengarkan suara nafas setiap 4 jam, segera laporkan adanya suara nafas tambahan seperti whezing dan ronchi. R/: Timbulnya akumulasi segera pada saluran nafas ditandai dengan adanya suara nafas tambahan. 2. Jaga kebersihan jalan nafas, persiapkan peralatan suction didekat pasien. R/: Penempatan peralatan suscion didekat pasien merupakan salah satu alternatif untuk kecepatan dalam pemberian tindakan. 3. Lakukan program kolaborasi dan pemberian O 2 sesuai dengan kebutuhan. R/: Pemberian terapi O 2 sesuai dengan kebutuhan akan mencegah timbulnya hipoksia jaringan. Diagnosa Keperawatan II Tujuan : Perfusi jaringan keotak dapat terjaga. Kriteria Hasil : 1. Individu dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan sirkulasi perifer. 2. Terhindar dari trauma. 3. Keluarga dapat melaporkan perubahan pasien dalam peningkatan kenyamanan. Rencana tindakan : 1. Observasi gejala-gejala dari peningkatan tekanan intra kranial. R/: Peningkatan tekanan intra kranial merupakan salah satu penyebab terjadinya syok 2. Observasi TTV tiap 1 jam. R/: Perubahan jalan nafas, meningkatnya denyut nadi tanda dari tekanan intra kranial meningkat 3. Anjurkan pasien untuk bedrest. R/: Aktivitas menyebabkan meningkatnya metabolisme yang dapat memperburuk keadaan dan TIK.
12
Diagnosa Keperawatan III Tujuan : Tercapai keseimbangan cairan dan elektrolit dalam darah. Kriteria Hasil : 1. Keadaan serum dan elektrolit darah dalam batas normal. 2. TTV normal. 3. Kulit lembab, turgor kulit kembali dalam waktu 1 detik. 4. Suhu normal (36,5 C-37,5 C). Rencana Tindakan : 1. Obsevasi TTV tiap 4 jam. R/: Perubahan suhu tubuh dan peningkatan nadi merupakan salah satu tanda terjadi dehidrasi 2. Deteksi tanda-tanda dari dehindrasi seperti membran mukosa kering,rasa haus , penurunan BB, penurunan produksi urine. R/: Pengawasanan terjadi dehidrasi sangat membantu menentukan output yang abnormal dan kriteria beratnya dehidrasi. Diagnosa Keperawatan IV Tujuan : Nutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh. Kriteria Hasil : 1. Pasien tidak mual dan tidak muntah. 2. Pasien mengkonsumsi 75% nutrisi sesuai dengan umur. 3. Menunjukkan peningkatan BB. Rencana tindakan : 1. Kaji makanan yang disukai pasien. R/: Dengan mengetahui jenis makanan yang disukai pasien akan sangat membantu dalam pemberian kalori sesuai dengan tingkat usia. 2. Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering. R/: Pengkajian makanan mempengarui selera makan dan proses ogertif. 3. Libatkan keluarga dalam penentuan jenis diet yang digunakan. R/: Partisipasi keluarga sangat menunjang dalam keberhasilan perawatan dan proses penyembuhan pasien. 4. Observasi peningkatan BB. R/: Peningkatan BB merupakan salah satu tanda keberhasilan dari program yang dilakukan.
13
Diagnosa Keperawatan V Tujuan : Tidak terjadi kerusakan kulit. Kriteria Hasil : 1. Perubahan posisi secara teratur. 2. Dapat mengidentifikasi kerusakan kulit. 3. Kulit selalu dalam keadaan kering. Rencana tindakan : 1. Jaga kulit dalam keadaan bersih dan kering. R/: Keadaan kulit yang kotor dan basah mempengaruhi sirkulasi yang menyebabkan kematian jaringan dan terjadi ulkus 2. Ubah posisi tidur pasien setiap 2 jam. R/: Penekanan yang lama pada kulit akan mempengaruhi sirkulasi yang menyebabkan kematian jaringan dan terjadi ulkus. 3. Gunakan pakaian tipis dan menyerap panas. R/: Pakaian yang tipis dan tidak menyerap panas akan membantu. 4. Lakukan masase pada daerah kulit yang terjadi penekanan tiap 4 jam. R/: Masase pada daerah kulit yang terjadi penekanan akan membantu sirkulasi darah. Diagnosa Keperawatan VI Tujuan : Pasien menunjukkan peningkatan rasa nyaman. Kriteria Hasil : 1. Tidak menunjukkan tanda-tanda kaku kuduk dan infasi meningkat. 2. Tidak terdapat nyeri kepala, kekuatan dan fotofobia. 3. TTV normal. 4. Tanda kernig dan brudzenski. Rencana tindakan : 1. Observasi tanda-tanda infasi meningeal. R/: Adanya infasi meningeal akan meningkatkan rasa nyeri. 2. Observasi tanda-tanda peningkatan TIK. R/: Adanya peningkatan TIK dapat menyebabkan syok meningeal. 3. Atur posisi pasien senyaman mungkin. R/: Posisi nyaman mengurangi penekanan pada saraf perifer. 4. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi. R/: Mengurangi ketegangan pada otot 14
5. Kolaborasi pada tim medis untuk pemberian analgesik. R/: Kolaborasi pada tim medis untuk pemberian analgesik.
15
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi dan Rita Yuliani, 2007). Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri dan virus merupakan penyebab utama dari meningitis (Brnner & Suddarth, 1984). B.
Saran
Demikian makalah ini kami susun sebagaimana mestinya semoga bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi tim penyusun dan semua mahasiswa dan mahasiswi kesehatan pada umumnya. Saran kami, lebih banyak membaca untuk meningkatkan pengetahuan. Kami sebagai penyusun menyadari akan keterbatasan kemampuan yang menyebabkan kekurangsempurnaan dalam makalah ini, baik dari segi isi maupun materi, bahasa dan lain sebagainya. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan-perbaikan selanjutnya agar makalah selanjutnya dapat lebih baik.
16
DAFTAR PUSTAKA
Adele Pelliteri. (2001). Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : EGC. Brunner & Suddarth. (2003). Medical Surgical Nursing . Philadelphia : JB Lippincot Company. Doenges, Marilyn E, dkk. (2003). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien . Alih Bahasa, I Made Kariasa, N Made Sumarwati.
Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester, Yasmin asih. Ed.3. Jakarta : EGC. Donnad. (2005). Medical Surgical Nursing . WB Saunders. Harsono. (2003). Buku Ajar Neurologi Klinis . Ed.I. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Kapita Selekta Kedokteran FKUI. (2003). Jakarta : Media Aesculapius. Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan. Ngastiyah. (2007). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC. Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Price, Sylvia Anderson. (2003). Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes . Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC. Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth . Alih bahasa, Agung Waluyo, dkk. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester.
Ed.8. Jakarta : EGC. Suriadi. (2001). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: PT. Fajar Interpratama. Suriadi & Yuliani, Rita. (2001). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi pertama. Jakarta : KDT. Tucker, Susan Martin et al. (1998). Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And Outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC.
17