APENDIKTOMI 1. Definisi Apendiktomi Apendiktomi adalah pembedahan untuk mengangkat apendiks yang dilakukan sesegera mungkkin untuk menurunkan resiko perforsi ( Smeltzer , 2001). Apendiktomi
tindakan pembedahan
yaitu dengan pengangkatan apendiks yang
meradang. 2. Macam – Macam Apendiktomi Pembedahan untuk mengangkat apendiks dapat dilakukan dengan apendiktomi terbuka dan apendiktomi laparoskopi. a. Apendiktomi Terbuka Bila apendiktomi terbuka, incise McBurney paling banyak dipilih oleh ahli bedah. Mc Burney/ Wechselschnitt/ muscle splitting adalah sayatan berubahubah sesuai serabut otot. Teknik Apendiktomi McBurney a. Pasien berbaring terlentang dalam anastesi umum ataupun regional. Kemudian dilakukan tindakan asepsis dan antisepsis pada daerah perut kanan bawah b. Dibuat sayatan menurut Mc Burney sepanjang kurang lebih 10 cm dan otot-otot dinding perut dibelah secara tumpul menurut arah serabutnya, berturut-turut m. oblikus abdominis eksternus, m. abdominis internus, m. transverses abdominis, sampai akhirnya tampak peritoneum c. Peritoneum disayat sehingga cukup lebar untuk eksplorasi d. Sekum beserta apendiks diluksasi keluar e. Mesoapendiks dibebaskan dann dipotong dari apendiks secara biasa, dari puncak ke arah basis f.
Semua perdarahan dirawat.
g. Disiapkan tabac sac mengelilingi basis apendiks dengan sutra, basis apendiks kemudian dijahit dengan catgut h. Dilakukan pemotongan apendiks apical dari jahitan tersebut i.
Puntung apendiks diolesi betadine
j.
Jahitan tabac sac disimpulkan dan puntung dikuburkan dalam simpul tersebut. Mesoapendiks diikat dengan sutra
k. Dilakukan pemeriksaan terhadap rongga peritoneum dan alat-alat didalamnya, semua perdarahan dirawat. l.
Sekum dikembalikan ke abdomen.
m. Sebelum ditutup, peritoneum dijepit dengan minimal 4 klem dan didekatkan untuk memudahkan penutupannya. Peritoneum ini dijahit jelujur dengan chromic catgut dan otot-otot dikembalikan. b. Apendiktomi Laparoscopi Pengangkatan usus buntu ini dilakukan untuk usus buntu akut. Apendiktomi laparoskopi merupakan alternatif yang baik untuk pasien dengan usus buntu akut, khususnya wanita muda pada usia subur, karena prosedur laparoskopi memiliki keunggulan diagnosa untuk diagnosa yang belum pasti. Keunggulan lainnya termasuk hasil kosmetik lebih baik, nyeri berkurang dan pemulihan lebih cepat. Pada apendiktomi laparoskopi, 3 bukaan kecil untuk memasukkan kamera miniature dan peralatan bedah dibuat melintang bagian bawah perut untuk mengangkat usus buntu. Ini dibandingkan dengan 4 hingga 6 cm sayatan yang dibutuhkan untuk apendiktomi terbuka.
3. Indikasi apendiktomi, yaitu: a. Apendiktomi terbuka -
apendisitis akut
-
periapendikuler infiltrate
-
apendisitis perforate
b. Apendiktomi Laparoskopi -
Apendisitis akut
-
Dan Appendicitis kronik
4. Kontraindikasi Appendiktomi Laparoskopi Konraindikasi appendiktomi laparoskopi menurut (Tulandi, 2009) adalah : -
Wanita dengan kehamilan trimester kedua dan ketiga
-
Penyulit radang pelvis dan endometriosis
-
Peritonitis akut terutama yang mengenai abdomen bagian atas, disertai dengan distensi dinding perut, sebab kelainan ini merupakan kontraindikasi untuk melakukan pneumoperitonium.
-
Diatese hemoragik sehingga mengganggu fungsi pembekuan darah
-
Tumor abdomen yang sangat besar,sehingga sulit untuk memasukkan trokar kedalam rongga pelvis oleh karena trokar dapat melukai tumor tersebut
-
Hernia abdominalis, dikawatirkan dapat melukai usus pada saat memasukkan trokar ke dalam rongga pelvis, atau memperberat hernia pada saat dilakukan pneumoperitonium.
-
Kelainan atau insufisiensi paru, jantung, hepar, atau kelainan pembuluh darah vena porta, goiter atau kelainan metabolisme lain yang sulit menyerap gas CO2.
5. Komplikasi a. Durante Operasi: perdarahan intra peritoneal, dinding perut, robekan sekum atau usus lain. b. Pasca bedah dini: perdarahan, infeksi, hamatom, paralitik ileus, peritonitis, fistel usus, abses intraperitoneal. 6. Pelaksanaan 1. Sebelum operasi
Pemasangan kateter untuk control produksi urin
Rehidrasi
Antibiotic dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara intravena.
Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil, largaktil untuk membuka pembuluh-pembuluh darah perifer diberikan setelah rehidrasi tercapai.
Bila demam, harus diturunkan sebelum diberi anestesi.
2. Operasi
Apendiktomi
Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perforasi bebas,maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika
Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV,massanya mungkin mengecil,atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu
beberapa hari. Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan operasi elektif sesudah 6 minggu sampai 3 bulan 3. Pasca operasi
Observasi TTV
Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah
Baringkan pasien dalam posisi semi fowler
Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama pasien dipuasakan
Bila tindakan operasilebih besar, misalnya pada perforasi, puasa dilanjutkan sampai fungsi usus kembali normal
Berikan minum mulai15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30 ml/jam. Keesokan harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya diberikan makanan lunak
Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2×30 menit
Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar
Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.
7. Asuhan Keperawatan a. Pengkajian 1. Anamnesa Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat khususnya mengenai:
Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu.Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas.
Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan masalah. kesehatan klien sekarang ditanyakan kepada orang tua.
Diet, kebiasaan makan makanan rendah serat.
Kebiasaan eliminasi.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit ringan/sedang/berat.
Sirkulasi : Takikardia.
Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
Aktivitas/istirahat : Malaise.
Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.
Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising usus.
Nyeri/kenyamanan, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.
Demam lebih dari 380C.
Data psikologis klien nampak gelisah.
Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan.
Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi.
Berat badan sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.
3. Pemeriksaan penunjang
Tanda-tanda peritonitis kuadran kanan bawah. Gambaran perselubungan mungkin terlihat “ileal atau caecal ileus” (gambaran garis permukaan cairan udara di sekum atau ileum).
Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat.
Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.
Peningkatan leukosit, neutrofilia, tanpa eosinofil.
Pada enema barium apendiks tidak terisi.
Ultrasound: fekalit nonkalsifikasi, apendiks nonperforasi, abses apendiks.
b. Diagnosa Keperawatan Pre Operasi 1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit. Tujuan: Nyeri dapat berkurang atau hilang. Kriteria Hasil:
Nyeri berkurang
Ekspresi nyeri lisan atau pada wajah
Kegelisahan atau ketegangan otot
Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 0-10
Menunjukkan teknik relaksasi yang efektif untuk mencapai kenyamanan
Intervensi
Lakukan
pengkajian
nyeri,
secara
komprhensif
meliputi
lokasi,
keparahan, factor presipitasinya.
Observasi ketidaknyamanan non verbal.
Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir dekat pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyamannya dengan cara: masase, perubahan posisi, berikan perawatan yang tidak terburu-buru.
Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan.
Anjurkan pasien untuk istirahat.
Libatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada anak.
Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,muntah, anoreksia. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nutrisi pasien adekuat. Kriteria Hasil:
Mempertahankan berat badan.
Toleransi terhadap diet yang dianjurkan.
Menunjukan tingkat keadekuatan tingkat energi.
Turgor kulit baik.
Intervensi
Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.
Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya.
Minimalkan faktor yang dapat menimbulkan mual dan muntah.
Pertahankan higiene mulut sebelum dan sesudah makan.
3. Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan, perubahan status kesehatan dan pemenuhan informasi.
Tujuan : kecemasan klien berkurang sampai hilang sehingga klien merasa tenang dan nyaman Kriteria Hasil:
Klien tampak tenang dan merasa nyaman
Intervensi:
Kaji ansietas klien
Ajarkan tehnik relaksasi
Beri informasi tentang proses penyakit dan tindakan
Kolaborasi dengan dokter dan tim kesehatan lainnya dalam pemberian obat anti depresan jika diperlukan
Post Operasi 1. Nyeri
berhubungan
dengan
terputusnya
kontinuitas
jaringan
/
insisi
pembedahan. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dapat berkurang atau hilang. Kriteria Hasil:
Nyeri berkurang
Ekspresi nyeri lisan atau pada wajah
Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 0-10.
Menunjukkan teknik relaksasi yang efektif untuk mencapai kenyamanan.
Intervensi
Lakukan
pengkajian
nyeri,
secara
komprhensif
meliputi
lokasi,
keparahan.
Observasi ketidaknyamanan non verbal
Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir dekat pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyamannya dengan cara: masase, perubahan posisi, berikan perawatan yang tidak terburu-buru.
Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan.
Anjurkan pasien untuk istirahat dan menggunakan tenkik relaksai saat nyeri.
Libatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada anak.
Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi pembedahan. Tujuan
:
mempercepat
proses
penyembuhan
luka
sehingga
dapat
meningkatkan integritas kulit. Kriteris hasil : Luka pasca operasi menunjukkan proses penyembuhan Intervensi : -
Kaji integritas kulit klien
-
Lakukan perawatan luka dengan adekuat
-
Beri informasi dan ajarkan klien dan keluarga klien mengenai hal-hal yang dapat mempercepat penyembuhan luka. Kolaborasi dengan dokter dan tim kesehatan lainnya (dermatologi) guna
-
meningkatkan integritas kulit. 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,muntah, anoreksia. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nutrisi pasien adekuat. Kriteria Hasil:
Mempertahankan berat badan.
Toleransi terhadap diet yang dianjurkan.
Menunjukan tingkat keadekuatan tingkat energi.
Turgor kulit baik.
Intervensi
Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.
Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya.
Minimalkan faktor yang dapat menimbulkan mual dan muntah.
Pertahankan higiene mulut sebelum dan sesudah makan.
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pasca operasi. Tujuan: Dengan bergerak, otot-otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan demikian penderita merasa sehat dan membantu memperoleh kekuatan dan mempercepat kesembuhan. Kriteria hasil :
mobilitas klien meningkat
klien aktif dan bersemangat dalam meningkatkan mobilisasi diri.
rasa nyeri klien berkurang
otot - otot perut dan panggul kembali normal
kekuatan otot perut meningkat
Intervensi: -
kaji tingkat mobilisasi klien
-
ajarkan rom aktif dan pasif
-
dorong klien dan keluarga dalam meningkatkan pergerakkan klien.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan port de entrée. Tujuan : mengurangi resiko infeksi akibat luka pasca operasi sehingga mempercepat proses penyambuhan. Kriteria hasil: - luka pasca operasi tidak menunjukkan tanda – tanda inflamasi - luka menunjukkan proses penyembuhan Intervensi :
Kaji tanda – tanda inflamasi pada luka operasi
Lakukan perawatan luka dengan tehnik steril
Beri tahu klien dan keluarga cara menjaga luka pasca operasi untuk menghindari resiko infeksi
Kolaborasi dengan dokter dan tim kesehatan lainnya dalam pemberian antibiotic.
6. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keseimbangan cairan pasien normal dan dapat mempertahankan hidrasi yang adekuat. Kriteria hasil:
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal.
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas, turgor kulit, membran mukosa lembab.
Tidak ada rasa haus yang berlebihan.
Intervensi
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
Monitor vital sign dan status hidrasi.
Monitor status nutrisi
Awasi nilai laboratorium, seperti Hb/Ht, Na+ albumin dan waktu pembekuan.
Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi.
Atur kemungkinan transfusi darah.