ARTIKEL HASIL PRAKTIKUM ANALISIS AKTIVITAS ANTIMIKROBA DARI BAHAN ALAM
Dipersiapkan dan disusun oleh Litha F. Makatita 15020130067 telah dipertahankan di depan asisten pendamping pada tanggal .................................................
Telah disetujui oleh:
Asisten Pendamping,
Nur Vicky Syafriani
tanggal,..................................
ANALISIS AKTIVITAS ANTIMIKROBA DARI BAHAN ALAM
Litha F.Makatita 1 Dan Nur Vicky Syafriani2 1
2
Mahasiswa Fakultas Farmasi, UMI. Asisten Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi, UMI Email :
[email protected] INTISARI
Latar Belakang: Antimikroba adalah bahan yang membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme lainnya. Antimikroba yang berasal dari alam itu banyak digunakan dalam pengobatan. Cara yang lazim digunakan untuk mengetahui keampuhan antimikroba adalah antibiogram atau uji kepekatan antimikroba terhadap patogen penyebab penyakit yang menjadi hipotesa dari suatu tanaman. Beberapa tanaman juga diketahui dapat menghasilkan senyawa–senyawa yang bersifat antimikroba sehingga dapat digunakan untuk mengobati penyakit infeksi, sehingga perlu dilakukan pengujian untuk memastikan adanya sifat antimikroba dari suatu tanaman. Tujuan Penelitian untuk mengetahui ada tidaknya daya hambat suatu senyawa (ekstrak) dari tanaman pada pertumbuhan mikroba serta menentukan efektivitas ekstrak daun tembelekan terhadap bakteri tertentu. Metode yang digunakan yaitu metode eksperimental dengan rancangan praktikum One-Shot Study. Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas antimikroba dengan metode difusi agar menggunakan bakteri shigella dysenteria pada konsentrasi 0,1% terdapat zona hambat, konsentrasi 1% terdapat zona hambat, dan konsentrasi 10% terdapat zona hambat, sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun paku hatta efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Shigella dysenteria Kata Kunci: Ekstrak daun paku hatta bakteri uji Pseudomonas aeroginosa, dan Shigella dysenteria PENDAHULUAN Mikroorganisme adalah makhluk hidup yang memiliki aktivitas yang berupa tumbuh
dan
berkembang.
Kadang
kala
pertumbuhan
dan
perkembangan
mikroorganisme ini terganggu. Hal ini dapat dipengaruhi baik dari mikroba itu sendiri ataupun dari luar. Salah satu pengaruh yang paling berkompoten adalah antimikroba1 Anti mikroba adalah senyawa yang dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme hidup. Senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
disebut bakteriostatik dan yang dapat membunuh bakteri disebut bakterisida. Atau dengan kata lain disebut juga antiboitika yaitu bahan-bahan yang bersumber hayati yang pada kadar rendah sudah menghambat pertumbuhan mikroorganisme hidup2. Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau menghambat aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara. Senyawa antimikroba terdiri atas beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya kerjanya atau tujuan penggunaannya. Bahan antimikroba dapat secara fisik atau kimia dan berdasarkan peruntukannya dapat berupa desinfektan, antiseptic, sterilizer, sanitizer dan sebagainya3. Mekanisme daya kerja antimikroba terhadap sel dapat dibedakan atas beberapa kelompok sebagai berikut diantaranya merusak dinding sel, mengganggu permeabiitas sel, merusak molekul protein dan asam nukleat, menghambat aktivitas enzim, menghambat sintesa asam nukleat. Aktivitas antimikroba yang dapat diamati secara langsung adalah perkembangbiakannya. Oleh karena itu antimikroba dibagi menjadi dua macam yaitu antibiotic dan disinfektan. Antibiotik adalah senyawa yang dihasilkan oleh microorganisme tertentu yang mempunyai kemapuan menghambat pertumbuhan bakteri atau bahkan membunuh bakteri walaupun dalam konsentrasi yang rendah. Antibiotik digunakan untuk menghentikan aktivitas mikroba pada jaringan tubuh makhluk hidup sedangkan desinfektan bekerja dalam menghambat atau menghentikan pertumbuhan mikroba pada benda tak hidup, seperti meja, alat gelas, dan lain sebagainya. Pembagian kedua kelompok antimikroba tersebut tidak hanya didasarkan pada aplikasi penerapannya melainkan juga terhadap konsentrasi mikroba yang digunakan4. Antibiotik adalah bahan yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau sintetis yang dalam jumlah kecil mampu menekan menghambat atau membunuh mikroorganisme lainnya. Antibiotik memiliki spektrum aktivitas antibiosis yang beragam. Antiseptik adalah zat yang biasa digunakan untuk menghambat pertumbuhan dan membunuh mikroorganisme berbahaya (patogenik) yang terdapat pada permukaan tubuh luar mahluk hidup. Secara umum, antiseptik berbeda dengan
obat-obatan maupun disinfektan. Disinfektan yaitu suatu senyawa kimia yang dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan benda mati seperti meja, lantai dan pisau bedah sedangkan antiseptik digunakan untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan tubuh, misalnya kulit. Zat antiseptik yang umum digunakan diantaranya adalah iodium, hidrogen peroksida dan asam borak. Kekuatan masing-masing zat antiseptik tersebut berbeda-beda5. Mekanisme kerja antiseptik terhadap mikroorganisme berbeda-beda, misalnya saja
dengan
mendehidrasi
(mengeringkan)
bakteri, mengoksidasi sel
bakteri,
mengkoagulasi (menggumpalkan) cairan di sekitar bakteri, atau meracuni sel bakteri. Beberapa contoh antiseptik diantaranya adalah yodium (povidene iodine 10%), hydrogen peroksida, etakridin laktat (rivanol), dan alkohol6. Aktivitas antibakteri diuji dengan metode difusi agar menggunakan cakram kertas dan dengan metode pengenceran agar. Metode difusi agar dilakukan dengan cara mencampur sebanyak 50 ml masing-masing suspense Bakteri ke dalam 15 ml media agar yang telah dicairkan dalam cawan petri dan kemudian dibiarkan menjadi padat. Cakram kertas dengan diameter 6 mm diletakkan pada permukaan media padat. Dibiarkan selama 3 menit pada suhu kamar sebelum dimasukkan ke incubator 370C7. Antibiotik adalah bahan yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau sintetis yang dalam jumlah kecil mampu menekan menghambat atau membunuh mikroorganisme lainnya. Antibiotik memiliki spektrum aktivitas antibiosis yang beragam. Antiseptik adalah zat yang biasa digunakan untuk menghambat pertumbuhan dan membunuh mikroorganisme berbahaya (patogenik) yang terdapat pada permukaan tubuh luar mahluk hidup. Secara umum, antiseptik berbeda dengan obat-obatan maupun disinfektan. Disinfektan yaitu suatu senyawa kimia yang dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan benda mati seperti meja, lantai dan pisau bedah sedangkan antiseptik digunakan untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan tubuh, misalnya kulit. Zat antiseptik yang umum
digunakan diantaranya adalah iodium, hidrogen peroksida dan asam borak. Kekuatan masing-masing zat antiseptik tersebut berbeda-beda8. Ada yang memiliki kekuatan yang sangat tinggi, ada pula yang bereaksi dengan cepat ketika membunuh mikroorganisme dan sebaliknya. Sebagai contoh merkuri klorida, zat antiseptik yang sangat kuat, akan tetapi dapat menyebabkan iritasi bila digunakan pada bagian tubuh atau jaringan lembut. Perak nitrat memiliki kekuatan membunuh yang lebih rendah, tetapi aman digunakan pada jaringan yang lembut, seperti mata atau tenggorokan. Iodium dapat memusnahkan mikroorganisme dalam waktu kurang dari 30 detik. Antiseptik lain bekerja lebih lambat, tetapi memiliki efek yang cukup lama. Kekuatan suatu zat antiseptik biasanya dinyatakan sebagai perbandingan antara kekuatan zat antiseptik tertentu terhadap kekuatan antiseptik dari fenol (pada kondisi dan mikroorganisme yang sama), atau yang lebih dikenal sebagai koefisien fenol (coefficient of phenol). Fenol sendiri, pertama kali digunakan sebagai zat antiseptik oleh Joseph Lister pada proses pembedahan9. Mekanisme kerja antiseptik terhadap mikroorganisme berbeda-beda, misalnya saja dengan mendehidrasi (mengeringkan) bakteri, mengoksidasi sel bakteri, mengkoagulasi (menggumpalkan) cairan di sekitar bakteri, atau meracuni sel bakteri. Beberapa contoh antiseptik diantaranya adalah yodium (povidene iodine 10%), hydrogen peroksida, etakridin laktat (rivanol), dan alkohol10. Zat antimikroba adalah senyawa yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme.
Zat
antimikroba
dapat
bersifat
membunuh
mikroorganisme (microbicidal) atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme (microbiostatic). Disinfektan yaitu suatu senyawa kimia yang dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan benda mati seperti meja, lantai dan pisau bedah. Adapun antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan tubuh, misalnya kulit11.
METODE PRAKTIKUM
Jenis dan Rancangan Praktikum : Jenis praktikum ini adalah experimental dengan rancangan praktikum OneShot Study. Bahan dan Alat Penelitian Adapun bahan dan alat yang digunakan yaitu autoklaf, cawan petri, Chamber, Eluen n-heksan:etil asetat, Enkas, erlenmeyer, inkubator (Memmert®), kapas, lampu spiritus, lempeng silica gel, medium NA (Nutrient Agar) (no. reg: 1.05450.0500 Merck KG A, 64271 Darmstadt), ose bulat, Paper disk, penggaris, plastik wrap, spidol, spoit, vial, dan tissue. Sampel Praktikum Sampel yang digunakan pada praktikum ini adalah Ekstrak daun paku hata dan Shigella dysenteria Cara kerja Uji Skrining Dimasukan 10 mg ekstrak lalu di larutkan dengan DMSO dalam vial steril. Selanjutnya dimasukkan medium NA 9,8 mL ke dalam vial tersebut kemudian dihomogenkan. Kemudian dimasukan ke dalam cawan petri, yang terlebih dahulu dipatron. Lalu dilakukan penggoresan mikroba uji pada tiap-tiap bagian yang telah dipatron dengan mikroba uji yang berbeda-beda. Diinkubasi selama 1x24 jam pada 37°C dan diamati zona hambat yang terbentuk dalam cawan petri. Uji Aktivitas Antimikroba- Metode Difusi Agar Ekstrak metanol daun paku hata dibuat dengan konsentrasi 0,1%, 1%, dan 10%. Dimasukkan 10 mL medium NA kedalam vial steril dan 1 ose suspensi biakan bakteri hasil uji skrining. Dihomogenkan lalu dimasukkan dalam cawan petri yang telah dipatron dan dibiarkan memadat. Setelah memadat, dimasukkan paper disk yang telah direndam dalam ekstrak tiap konsentrasi. Diinkubasi selama 1x24 jam pada 37°C dan diamati zona hambat yang terbentuk dalam cawan petri. Uji Aktivitas Antimikroba- KLT-Bioautografi
Dimasukkan 10 mL medium NA dalam vial steril dan 1 ose suspense biakan bakteri hasi uji skrining. Dihomogenkan lalu dimasukkan dalam cawan petri yang telah dipatron dan dibiarkan setengah memadat.
Setelah setengah memadat,
ditempekan lempeng silica gel yang telah dielusi menggunakan eluen yang sesuai diatas medium selama 30 menit. Lalu lempeng silica gel dikeluarkan, dari cawan petri. Dan cawan petri lalu diinkubasi selama 1x24 jam pada 37°C dan dihitung nilai Rf noda. Analisis Hasil Pada percobaan ini parameter yang dianalisis yaitu dilakukan pengujian aktivitas antimikroba pada Ekstrak metanol daun paku hata berdasarkan pembentukan zona hambatan pada medium Nutrien Agar, dan nilai Rf yang diperoleh pada metode KLT bioautografi. HASIL PRAKTIKUM Tabel 1. Uji Skrining KLP I II
III
IV
Sampel Ekstrak daun paku Hata Ekstrak daun jambu biji Ekstrak daun tembeleka n Ekstrak daun sirih hutan
%
Bakteri Uji SA PA EC BS
SD
VC
0,1%
+
-
-
-
-
-
-
-
-
0,1%
-
-
-
+
-
-
+
-
-
0,1%
-
-
-
-
-
-
+
-
-
0,1%
-
-
-
+
-
-
+
-
-
Tabel 2. Metode Difusi agar
ST
SE SM
KLP
Sampel
I
Ekstrak paku hata
II
Ekstrak daun jambu biji
III
Ekstrak Tembeleka n
IV
Ekstrak Daun sirih hutan
Bakteri Konsentras Uji i 0,1% SD 1% 10% 0,1% PA 1% 10% 0,1% ST 1% 10% 0,1% ST 1% 10% 0,1% PA 1% 10% 0,1% ST 1% 10%
Zona Hambat (mm) 5 5 5 0 0 11 0 0 12 0 7 11 25 0 0 0 0 0
Table 3. Metode KLT-Bioautografi secara langsung
5 5 5 0 0 12 0 0 13 0 8 12 25 0 0 0 0 0
5 5 5 0 0 11 0 0 11 0 9 13 37 0 0 0 0 0
Rata-Rata (mm) 5 5 5 0 0 11,33 0 0 12 0 8 12 29 0 0 0 0 0
Klp
Sampel
Bakteri Uji
Eluen
Nilai Rf
I
Ekstrak daun paku hata
SD
n-heksan:etil asetat 4:1
0,547
PA II
Ekstrak daun jambu biji ST
III
Ekstrak daun tembelekan
IV
Ekstrak daun Sirih hutan
ST
PA
ST
n-heksan:etil asetat 2:1 n-heksan:etil asetat 2:1 n-heksan:etil asetat 2:1 n-heksan:etil asetat 2:1 n-heksan:etil asetat 2:1
0,453 0,527 0,4723 0,3272 0,327
0,218
PEMBAHASAN Metode untuk menentukan aktivitas antimikroba memiliki keterbatasan. Masing-masing
metode memiliki kelebihan dan keurangan. Metode-metode uji
biaktivitas antimikroba seperti metode difusi, metode pengernceran (dilusi), dan metode biautografi tidak diterapkan untuk semua keadaan atau setiap kasus. Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau menghambat aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara. Senyawa antimikroba terdiri atas beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya kerjanya atau tujuan penggunaannya. Bahan antimikroba dapat secara fisik atau kimia dan berdasarkan peruntukannya dapat berupa desinfektan, antiseptik, sterilizer, sanitizer dan sebagainya. Pada praktikum ini menggunakan metode pengujian difusi agar untuk mengetahui aktivitas antimikroba. Mikroba uji dicampurkan dengan media
pertumbuhan (Nutrien agar) dan dituang ke dalam cawan petri sehingga membentuk lempeng agar. Nilai diameter hambat masing-masing kelompok uji di rata-ratakan, kemudian hasilnya dibandingkan dengan nilai rata-rata diameter hambat kelompok kontrol. Selanjutnya dilakukan Uji aktivitas antimikroba pada ekstrak metanol daun paku hatta dengan menggunakan metode difusi agar yaitu ekstrak metanol daun paku hatta dibuat dengan konsentrasi 0,1 %, 1 % dan 10 % disuspensikan dengan pelarut DMSO. Dari uji aktivitas, diperoleh hasil yaitu, ekstrak metanol daun paku hatta efektif menghambat bakteri Salmonella thyposa dengan konsentrasi 0,1 %, 1% dan 10 % dengan rata-rata zona hambatan yaitu 5 mm. Metode difusi agar dilakukan untuk dapat melihat bagaimana pengaruh dari kosentrasi yang berbeda-beda dari ekstrak tanaman yang ada terhadap mikroba yang digunakan. Pada percobaan ini digunakan pelarut untuk ekstrak yaitu DMSO (Dimethyl sulfoksida) karena merupakan pelarut yang bersifat polar yang mana mampu menarik senyawa- senyawa yang bersifat polar dan non polar. Untuk KLT bioautografi ekstrak metanol daun paku hatta digunakan eluen nHeksan : etil asetat dengan perbandingan 2:1 dalam 2 mL terhadap bakteri uji shigella dysenteria Dan diperoleh hasil KLT-bioautografi yaitu ekstrak metanol daun paku hatta pada eluen n-Heksan : etil asetat pada perbandingan 2 : 1 efektif menghambat bakteri dengan nilai Rf pada bakteri uji shigella dysenteria adalah 0,547. KESIMPULAN Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun paku hatta efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Shigella dysenteria SARAN Sebaiknya durasi penjelasan mengenai cara kerja praktikum lebih diefisienkan agar praktikum berjalan cepat. DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, 2016 “Penuntun Praktikum Analisis Mikrobiologi Farmasi”. Universitas Muslim Indonesia : Makassar. 2. Djidje, M.N., Sartini., 2005, “Instrumentasi Mikrobiologi Farmasi”, Lab. Mikrobiologi Farmasi, Jurusan Farmasi, UNHAS, Makassar. 3. Neneng, L., 2009. Isolasi dan Karakteristik Bakteri Penghasil Antibiotik Inhibitori β-Laktamase Tipe TEM-1 dari Ekosistem Air Hitam. 4. Pratiwi, S.T., 2008. Mikrobiologi Farmasi. Penerbit Erlangga, Jakarta. 5. Waluyo, lud, 2008, Teknik Metode Dasar Mikrobiologi, penerbit UMM Press, Malang 6. Tjay, T.H., Rahardja, K., 2007, “Obat-Obat Penting”, Edisi VI, PT Elex Media Komputindo, Gramedia,Jakarta.