BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dakwah islam adalah suatu istilah yang dipahami sebagai aktivitas penyampaian pesan ilahiah kepada umat manusia, karena dalam dakwah islam terjadi sebuah proses penyampaian ajaran agama, baik yang bersipat larangan maupun bersipat perintah dan anjuran dari sang pencipta. Masuknya berbagai ajaran atau pemahaman yang tidak relevan dengan nilai-nilai agama, yang cennderung membuat agama menjadi tidak berdaya dan yang lebih lagi ketika agama tidak lagi dijadikan sebagai pedoman hidup dalam berbagai bidang. Tentu saja keadaan seperti ini dapat berpengaruh apabila pemeluk agama gagal untuk memberikan suatu peradaban alternatif yang benar dan dituntut oleh setiap perubahan sosial yang terjadi. Dakwah dalam bentuk pengembangan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat adalah proses dari serangkaian kegiatan yang mengarah pada peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Dalam hal ini dakwah setidaknya ditempuh karena paling mendasar dan mendesak, dakwah dalam bentuk aksi-aksi nyata. Oleh karena itu untuk mendukung dakwah Islamiyah perlu adanya satu lembaga khusus yang bertugas dalam bidang dakwah Islamiyah berdasarkan asas keimanan dan persaudaraan tanpa adanya organisasi dan lembaga dakwah, dakwah Islamiyah tidak dapat berjalan dengan baik bahkan kemungkinan kemungkinan besar akan berhenti sama sekali. Melihat penomena di atas kita khususnya umat islam dilanda keperhatian yang dapat merusak moral keimanan sehingga mau tidak mau kita harus mencari solusi yang terbaik dan dikehendaki oleh islam yaitu melaksanakan dakwah secara efektif dan efisien. Karena islam adalah agama dakwah yang selalu mendorong umatnya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah. Maka maju mundurnya umat islam sangat tergantung dan berkaitan erat dengan kegiatan dakwah, dakwah, oleh sebab itu para da’i harus mempunyai pemahaman yang mendalam bukan hanya menganggap bahwa dakwah dalam bingkai ” Amar Ma’ruf Nahi Munkar “.
AIK III - Dakwah Bil Hal melalui pengembangan dan penerapan penerapan IPTEKS
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dakwah bil hal ? 2. Apa hadits-hadits yang menjelaskan mengenai dakwah bil hal ? 3. Bagaimana penerapan dakwah bil hal pada masa kini ?
1.3 Tujuan Makalah
1. Menjelaskan mengenai pengertian dakwah bil hal. 2. Mengetahui hadits-hadits yang menjelaskan mengenai dakwah bil hal. 3. Menjelaskan bagaimana penerapan dakwah bil hal pada masa kini.
AIK III - Dakwah Bil Hal melalui pengembangan dan penerapan IPTEKS
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Dakwah Bil Hal
Secara etimologi Dakwah bil Hal merupakan gabungan dari kata dua kata yaitu kata dakwah dan al-Haal. Kata dakwah artinya menyeru, memanggil. Sedangkan kata al-Haal berarti keadaan. Jika dua kata tadi dihubungkan maka dakwah bil hal mengandung arti “memanggil, menyeru dengan menggunakan keadaan, atau menyeru, mengajak dengan perbuatan nyata”. Sedangkan secara termonologis dakwah mengandung pengertian: mendorong manusia agar berbuat kebajikan dan menuntut pada petunjuk, menyeru mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan munkar agar mereka mendapatkan kebahagian dunia akhirat. Dengan demikian dakwah bil hal adalah: memanggil, menyeru manusia kejalan Alllah SWT untuk kebahagian dunia akhirat dengan menggunakan keadaan manusia yang didakwahi atau memanggil ke jalan Allah untuk kebahagiaan manusia dunia dan akhirat dengan perbuatan nyata yang sesuai dengan keadaan manusia. Dakwah bil al-hal adalah dakwah dengan perbuatan nyata seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, terbukti bahwa pertama kali tiba di Madinah yang dilakukan adalah pembangunan Masjid Quba, mempersatukan kaum Anshor dan Muhajirin dalam ikatan ukhuwah islamiyah dan seterusnya. Menurut E. Hasim dalam kamus, istilah Islam memberikan pengertian bahwa yang dimaksud dengan dakwah bil hal adalah dakwah yang dilakukan dengan perbuatan nyata, karena merupakan tindakan nyata maka dakwah ini lebih mengarah pada tindakan menggerakkan mad’u sehingga dakwah ini lebih berorentasi pada pengembangan masyarakat. Dakwah bi hal merupakan aktivitas dakwah Islam yang dilakukan dengan tindakan nyata atau amal nyata terhadap kebutuhan penerima dakwah. sehingga tindakan nyata tersebut sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh penerima dakwah. Misalnya dakwah dengan membangun rumah sakit untuk keperluan masyarakat sekitar yang membutuhkan keberadaan rumah sakit.
AIK III - Dakwah Bil Hal melalui pengembangan dan penerapan IPTEKS
3
Melaksanakan dakwah bukan hanya berpusat di masjid-masjid, di forum-forum diskusi, pengajian, dan semacamnya. Dakwah harus mengalami desentralisasi kegiatan. Ia harus berada di bawah, di pemukiman kumuh, di rumah sakit-rumah sakit, di teaterteater, di studio-studio film, musik, di kapal laut, kapal terbang, di pusat-pusat perdagangan, ketenagakerjaan, di pabrik-pabrik, di tempat-tempat gedung pencakar langit, di bank-bank, di pengadilan dan sebagainya Oleh karena itu al-Qur’an menyebutkan kegiatan dakwah dengan “Ahsanul Qaul Wal Haal” (ucapan dan perbuatan yang baik). Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Fushilat ayat 33, sebagai berikut:
“ Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”. (An-Fushilat: 33)
Usaha pengembangan masyarakat islam memiliki bidang garapan yang luas. Meliputi pengembangan pendidikan, ekonomi dan sosial masyarakat. Pengembangan pendidikan merupakan bagian penting dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini berarti bahwa pendidikan harus diupayakan untuk menghidupkan kehidupan bangsa yang maju, efisien, mandiri terbuka dan berorientasi masa depan. Pengembangan pendidikan mesti pula mampu meningkatkan penguasaan dan pemanfaatan
ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pendidikan diharapkan mampu
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam bidang ekonomi, pengembangan dilakukan peningkatan minat usaha dan etos kerja yang tinggi serta menghidupkan dan mengoptimalisasi sumber ekonomi umat. Sementara pengembangan sosial kemasyarakatan dilakukan dalam kerangka merespon problem sosial yang timbul karena dampak modernisasi dan globalisasi, seperti
masalah
pengangguran,
tenaga
kerja,
penegakan
hukum,
HAM
pemberdayaan perempuan.
AIK III - Dakwah Bil Hal melalui pengembangan dan penerapan IPTEKS
4
dan
2.1 Hadis Mengenai Dakwah Bil Hal
Adapun hadis-hadis yang menjelaskan tentang anjuran dakwah bil hal yaitu sebagai berikut:
)
.
(
“Tidaklah seorang nabi yang diutus Allah dari umat sebelumku, kecuali dari umatnya terdapat orang-orang hawariyun (para pembela dan pengikut) yang melaksanakan sunnahnya serta melaksanakan perintah-perintahnya. Kemudian, datang generasi setelah mereka; mereka mengatakan sesuatu yang tidak mereka kerjakan dan mereka mengerjakan sesuatu yang tidak diperintahkan. Oleh karena itu, siapa yang berjihad terhadap mereka dengan tangannya, maka ia adalah orang mukmin, siapa yang berjihad melawan mereka dengan lisannya, maka ia adalah orang mukmin. Dan siapa yang berjihad melawan mereka dengan hatinya, maka ia adalah orang mukmin. sedangkan di bawah itu semua tidak ada keimanan meskipun hanya sebesar biji sawi (H. R. Muslim)”.
2.3 Penerapan Dakwah Bil Hal Dalam Umat Islam
Sejak agama Islam masuk ke wilayah Indonesia pada abad ke VIII agama Islam telah mengalami pasang surut. Perkembangan Islam di Nusantara diawali dengan munculnya kerajaan-kerajaan Islam, seperti: kerajaan Samudera Pasai dan Perlak. Selanjutnya Islam melebarkan sayapnya ke berbagai penjuru Nusantara. Selanjutnya Islam mengalami kemunduran pada saat Indonesia dijajah oleh Belanda dimana aktivitas umat Islam terpasung. Politik Belanda terhadap Islam dilandasi dengan rasa curiga dan takut sehingga dengan cermat mereka mengawasi segala sesuatu yang berbau Islam. Kolonialisme tersebut meninggalkan jejak negatif yang panjang dalam perkembangan sosial, kultural, dan ekonomi masyarakat Indonesia, bahkan sampai sekarang. Selain itu juga pemilihan model pembangunan yang dipakai serta kesalahan
AIK III - Dakwah Bil Hal melalui pengembangan dan penerapan IPTEKS
5
dalam mengurus pemerintahan di masa lalu menjadi faktor dominan yang mendorong keterbelakangan umat. Secara realitas menunjukkan bahwa kualitas ummat islam indonesia belum membanggakan dari berbagai segi kehidupan, permasalahan-permasalahan ummat islam semakin kompleks baik permasalahan pendidikan, ekonomi, sosial budaya dan sebagainya. K.H. Badruddin Hsubki mencoba mrumuskan berbagai persoalan ummat islam di Indonesia sebagai berikut: 1. Keterbelakangan sosial ekonomi 2. Keterbelakangan dalam bidang pendidikan 3. Lemahnya etos kerja ummat islam. Etos kerja ini menyangkut penerapan disiplin, penghargaan terhadap waktu, penentuan orientasi kedepan dan kemampuan kerja keras dengan penuh semangat 4. Belum terealisasinya ukhuwah islamiah Isolasi diri ummat islam terhadap pergaulan dunia Melihat persoalan ummat islam diatas, maka dakwah islam harus dilakukan upaya yang serius dan butuh adanya kerja nyata yang mampu menimbulkan perubahan perubahan sosial kemasyarakatan dan mampu memberikan solusi bagi permasalahan umat. Dalam bidang ekonomi, menurut catatan resmi tahun 1993 jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan berjumlah 27 juta jiwa. Dan setelahnya, tahun 2002 terjadi krisis ekonomi yang diikuti dengan berbagai krisis dibidang lain. Ironisnya ummat islam sebagai mayoritas penduduk Indonesia merekalah yang terbanyak berada dibawah garis kemiskinan tersebut. Kelemahan-kelemahan ummat islam di bidang ekonomi kiranya tak lepas dari kebijakansanaan pemerintah dalam ekonomi yang lebih berorientasi pada kalangan atas, misalnya: kredit bank bagi pengusaha kecil hanya diberikan kepada mereka yang beraset 20 juta. Memasuki pecaturan ekonomi pada dasawarsa 1980-an suasana berubah. Para pengusaha mulai menghadapi kesulitan karena sistem ekonomi modern yang tidak terpisahkan dari perbankan dan manajemen modern yang tidak mereka kuasai dengan baik. Selain kemampuan manajemen yang tidak kompetitif, keraguan ummat islam terhadap status hukum bunga bank dan kuatnya mental tradisional dikalangan ulama dan ummat islam turut menghambat kemampuan mereka.
AIK III - Dakwah Bil Hal melalui pengembangan dan penerapan IPTEKS
6
Dalam bidang pendidikan setelah meraih kemerdekaan bangsa indonesia mulai berbenah diri dengan didirikannya sekolah-sekolah umum maupun agama. Namun, tercatat sejak tahun 1980-an yang sampai sekarang tingkat pendidikan ummat islam masih sangat memprihatinkan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh pendidikan islam yang masih tertinggal dari segi mutu dibandingkan dengan pendidikan umum. Lemahnya etos kerja ummat islam hampir melingkupi sebagian besar ummat islam. Hal ini kemungkinan disebabkan orientasi keakhiratan yang lebih mendominasi pemikiran ummat islam, sehingga gairah untuk kerja (urusan keduniaan berkurang) padahal Al Qur’an telah menjelaskan bahwa antara akhirat dan dunia harus seimbang. Permasalahan yang dihadapi
umat Islam Indonesia pada dasarnya sudah
dipahami dan dimengerti sejak lama, berbagai organisasi telah mencoba menjawab berbagai persoalan tersebut. Muhamadiyah telah mendirikan sekolah-sekolah, madrasahmadrasah, rumah sakit, surat kabar dan majalah. Begitu juga dengan NU telah mendirikan pesantren-pesantrennya dan berbagai organisasi Islam lainnya. Banyak muncul organisasi-organisasi keislaman yang muncul yang mereka bekerja untuk dakwah juga pribadi-pribadi yang secara individual melaksanakan dakwah bil hal. Kerja dakwah yang telah dilakukan juga sudah cukup beragam, seperti munculnya: perbankan- perbankan syari’ah, dompet dhu’afa’ dan pundi amal yang dilakukan oleh stasiun TV dalam rangka mengumpulkan dana untuk kepentingan ummat, munculnya majalah-majalah bernuansa islam, acara-acara islami di TV dan sebagainya. Meskipun berbagai persoalan telah ditangani nampaknya persoalan umat yang begitu banyak masih menuntut kerja ekstra umat Islam. Sekarang kita patut bergembira karena telah banyak muncul organisasi-organisasi ke-Islaman yang bekerja untuk dakwah juga pribadi-pribadi yang secara individual melaksanakan dakwah bil hal. Yang mana dakwah ini telah banyak bekerja misalnya: munculnya perbankkan-perbankkan Syari’ah, dompet Dhua’fah, dan pund i amal ynag dilakukan oleh stasiun TV dalam rangka mengumpulkan dana untuk kepentingan umat, munculnya majalah-majalah bernuansa Islam, dan lain sebagainya. Namun demikian, kiranya perlu digalakkan kembali Ukhuwah Islamiyah dalam bentuk kerja sama antar berbagai organisasi keagamaan atau pribadi-pribadi yang berkecimpung dalam bidang dakwah sehingga akan ada perkembangan kerja antara masing-masing yang dimaksudkan agar lahan dakwah tergarap secara merata.
AIK III - Dakwah Bil Hal melalui pengembangan dan penerapan IPTEKS
7
Kemajuan IPTEK pada era globalisasi ini pasti akan mewarnai pembangunan yang membawa fenomena. Batas-batas system nasional disemua Negara hampir hilang dan orang diseluruh dunia saling mempengaruhi meskipun tidak bertemu muka. Globalisasi merupakan hasil dari kemajuan IPTEK sebagai kelanjutan dari revolusi industri., memang telah banyak memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan manusia. Namun disisi lain manusia semakin tidak tenteram dan tidak ada kedamaian dalam kehidupannya akibat dari perasaan cemas dari dampak negative yang ditimbulkan oleh globalisasi. Dimana bencana dan bahaya setiap saat dapat mengancam kehidupan mereka. Dari sekian gejala social yang ditimbulkan oleh globalisasi diatas, ada fenomena umum yang dapat dirasakan atau dilihat dewasa ini apabila dikaitkan dengan dakwah, maka hal tersebut merupakan tantangan dan juga “pekerjaan rumah” bagi para da’i (juru dakwah). Artinya para da’i harus tampil dengan jurus -jurus jitu dalam menyampaikan bahasa agama pada kehidupan masyarakat yang sudah terkontaminasi dengan era globalisasi itu. Bila para da’i masih tampil dengan gaya lama, sementara kondisi kekinian tampil dengan problema globalisasi yang serba menantang, maka mau tidak mau, suka tidak suka pasti gaya lama akan “tergusur”. Akibatnya upaya -upaya untuk membumikan ajaran islam ditengah-tengah masyarakat, baik masyarakat kota maupun masyarakat pedesaan pasti mengalamai hambatan. Bila kita amatai dikawasan industri dan masyarakat perkotaan misalnya, berdomisili banyak ilmuan dari berbagai disiplin ilmu serta para usahawan yang sukses. Namun mereka haus ketenangan batin atau kertenangan jiwa. IPTEK yang dimilikinya tidak mampu memberikan kepuasan batin dan ketenangan jiwa, sehingga mereka berusaha menemukan itu melalui pendekatan ajaran spiritual keagamaan. Mereka berusaha memadukan antara disiplin ilmu yang ditekuninya dengan ajaran ajaran agama yang diyakininya , sehingga agama terasa dan terbukti semakin rasional dan menyentuh. Oleh karena itu dibutuhkanlah dakwah al bil-hal ini. 2.4 Setiap Muslim Adalah Da’i “Kita
adalah da’i sebelum menjadi apapun”. Dari kalimat tersebut dapat kita simpulkan
bahwa pada dasarnya, kita adalah seorang da’i sebelum kita menjabat suatu profesi apapun. Perkataan Hassan Al-Banna tersebut dapat menjadi cerminan, bahwa pada hakikatnya, seorang muslim adalah pendakwah. Ketika seseorang menuntut ilmu dan memiliki pengetahuan, saat itu pula ia memiliki kewajiban untuk menyebarluaskan ilmu yang AIK III - Dakwah Bil Hal melalui pengembangan dan penerapan IPTEKS
8
dimilikinya tersebut. Ketika seseorang sadar bahwa ia telah memiliki bekal untuk mengamalkan sunnah, saat itu pula ia berkewajiban menyeru orang lain kepada Islam. Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk mengaktualisasikan amanah dalam kita menjadi seorang da’i, salah satunya adalah menjadi seorang murobby. Murobby merupakan sumber atau penyalur ilmu dari sumber untuk disampaikan dan dipahamkan kepada mad’u atau sang murobby. Sebab itulah peranan murobby sangat mempengaruhi keberlangsungan serta output dari kegiatan tarbiyah. Sebagai simpul dakwah terhadap jama’ah, seorang murobby dituntut memikirkan kegiatan dakwah dengan segenap perhatiannya. Untuk menjadi seorang murobby idaman, kita hendaknya memperhatikan beberapa hal, seperti ruhiyah. Ruhiyah adalah dasar keberhasilan dakwah. Jika ruhiyah terabaikan, sebagus apapun retorika dakwah kita dan pemahaman kita terhadap kondisi mad’u semuanya akan sia-sia. Seorang murobby harus memiliki niat yang ikhlas. Ikhlas karena Allah Ta’ala semata, membuang jauh-jauh tendensi untuk mencari popularitas atau pujian apalagi niatnya adalah untuk mencari pengikut yang banyak. Niat yang ikhlas karena Allah Ta’ala bermakna seorang murobby melakukan tarbiyah untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah subuhanahu wa ta’ala,
memperbaiki hamba-Nya dan mengeluarkan mereka dari kegelapan
kebodohan dan kemaksiatan menuju cahaya ilmu ketaatan. Niat yang ikhlas juga akan menggiring seorang murobby melahirkan dakwahnya dari dasar kecintaan kepada Allah dan untuk agama- Nya, serta kecintaan kepada kebaikan untuk semua manusia. Allah Ta’ala berfirman yang artinya: “ Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia -sialah apa yang telah mereka kerjakan?” (QS. Hud: 15-16) 2.4 Bekerja Adalah Dakwah
Di dalam dunia pekerjaan, seorang Muslim adalah bertanggungjawab untuk berdakwah. Tidak kiralah apa kategori pekerjaan, sama ada bekerja di dalam pejabat yang berhawa dingin, di tapak pembinaan ladang dan sawah sekalipun, tanggungjawab sebagai Da’i itu terletak di bahu kita. Kita perlu dakwah di tempat kerja. Ia selaras dengan firman Allah subhanahu wa ta’ala
dalam Surah Ali Imran ayat 110 yang artinya:
“ Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah daripada yang munkar, dan beriman kepada Allah.” AIK III - Dakwah Bil Hal melalui pengembangan dan penerapan IPTEKS
9
Usaha berdakwah di tempat kerja ini janganlah disalahartikan dengan pengertian yang sempit. Dakwah bukan bermaksud untuk mengajak manusia melupakan tanggungjawab bekerja dan melaksanakan amal ibadah yang spesifik semata-mata. Bekerja itu sendiri merupakan satu amal ibadah apa lagi jika ianya diniatkan kerana Allah subhanahu wa ta’ala dan dilaksanakan dengan penuh amanah, fokus dan ikhlas. Usaha dakwah juga jangan ditafsirkan sebagai ‘hendak tunjuk alim’ atau ‘hendak tunjuk pandai’. Jika begitu, semua orang akan takut untuk berdakwah kerana seorang Da’i yang memberikan dakwah tidak mau dipandang sebagai penyibuk manakala yang menerima dakwah pula berasa tidak selaras dan menganggap konteks dakwah itu sebagai sesuatu yang ti dak bermanfaat. Adapun ganjaran usaha dakwah. Firman-Nya dalam surah Ali-Imran ayat 104 :
Artinya “ Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung."
Sebagai da’i di dalam konteks dunia pekerjaan, seseorang itu perlulah terlebih dahulu memperlengkapkan dirinya supaya usaha dakwahnya akan menjadi sempurna.
AIK III - Dakwah Bil Hal melalui pengembangan dan penerapan IPTEKS
10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan Islam di era globalisasi adalah pendidikan Islam yang mampu menyesuaikan perkembangan zaman dan perkembangan teknologi. Maka yang harus dilakukan adalah mengembangkan sistem pendidikan yang berwawasan global agar menghasilkan out put (lulusan) dari lembaga pendidikan Islam yang lebih bermutu, supaya mereka percaya diri dalam menghadapi persaingan global. Iptek adalah sarana hidup manusia untuk mampu dengan mudah menguasai dunia. Setiap muslim wajib mencari iptek, baik guna meraih kebahagian dunia dan akhirat. Iptek tanpa landasan agama, tanpa landasan moral, maka akan berdampak tak sekadar dosa, tetapi juga akan berakibat negaif bagi kehidupan manusia. Oleh sebab itu ilmuwan muslim harus giat agar berada pada garis depan dalam penguasaan iptek. Sejarah masa keemasan Islam di Timur Tengah membuktikan bahwa ilmuwan muslim mampu berada di garis depan dalam penguasaan iptek; Oleh sebab itu tiada kendala bagi ilmuwan muslim masa kini untuk mengulang kembali sukses masa lalu tersebut. Konsep pengembangan masyarakat islam dapat diserupakan dengan pengembangan prilaku individu dengan masalah yang dihadapi oleh masyarakat. pengembangan masyarakat Islam merupakan model empiris dan aksi sosial dalam bentuk pemberdayaan masyarakat. Model pengembangan masyarakat Islam ini menunjuk kepada model pemberdayaan tiga potensi dasar manusia, yaitu potensi fisik, potensi akal dan potensi kalbu. Kata peranan menurut kajian sosiologis, berarti aspek dinamis dari status, dan status adalah kedudukan seseorang atau kelompok yang diakui dalam masyarakatnya. Penting peranan penyuluh agama dalam pengembangan masyarakat secara konseptual, maka perlu menempatkan mereka dalam konteks atau serba kelembagaan dalam bidang dakwah, sosial, ekonomi, budaya, politik dan pemerintahan. Mendukung penyuluh agama sehingga dapat berperan dalam pengembangan masyarakat Islam. Adanya status penyuluh agama yang jelas sebagai pegawai negeri maupun tenaga honorer, adanya sikap keterbukaan, kerjasama dan toleransi, mendapat penghasilan, memiliki kompetensi yang relatif memadai dan sesuai dengan kondisi masyarakat.
AIK III - Dakwah Bil Hal melalui pengembangan dan penerapan IPTEKS
11
Masyarakat dalam kehidupan selalu mengalami perubahan dan perubahan itu tidak selalu lebih baik bahkan terjadi sebaliknya. Manusia akan mengalami krisis identitas dirinya sebagai makhluk yang mulia disisi Allah, karena itu dakwah juga mengalami perubahan sesuai dengan transformasi sosial yang berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era teknologi saat ini sudah selayaknya masyarakat Islam menunjukkan eksistensinya dimata dunia. Perkembangan masyarakat Islam dituntut dalam segala bidang dan tetap berpegang teguh pada cita-cita dan perjuangan Rasulullah dalam dakwah Islam. Untuk membuktikan perkembangan masyarakat Islam tersebut bukan saja dengan jalan dakwah bil-lisan tetapi lebih ditunjukkan dengan dakwah bil-hal.
AIK III - Dakwah Bil Hal melalui pengembangan dan penerapan IPTEKS
12
DAFTAR PUSTAKA
http://gembullranran.blogspot.co.id/2014/05/ Di akses pada tanggal 5 Juni pukul 14.00
http://elmuqorrobin.blogspot.co.id/2014/12/dakwah-bil-hal.html Di akses pada tanggal 5 Juni pukul 14.05
http://inafauzia95.blogspot.co.id/2015/05/dakwah-bil-hal-melalui-pengembangan-dan.html Di akses pada tanggal 5 Juni pukul 14.10
AIK III - Dakwah Bil Hal melalui pengembangan dan penerapan IPTEKS
13