DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN
PANDUAN PENGUJIAN INDIVIDUAL KEBARUAN, KEUNIKAN, KESERAGAMAN DAN KESTABILAN GUIDELINES FOR THE CONDUCT OF TEST FOR DISTINCTNESS, HOMOGENEITY AND STABILITY
JAGUNG MAIZE ( Zea mays L. ) nama lain alternative names Botanical name
English
Indonesia
Zea mays L.
Maize
Jagung
PVT/PPI/17/1 Tanggal: 02 Juli 2006 Dengan Adendum Baru: Tidak
Panduan Pengujian ini harus dibaca bersamaan dengan dokumen Panduan Umum Pengujian BUSS, yang berisi penjelasan mengenai prinsip umum mengenai panduan yang telah diterbitkan These test guidelines should be read in conjunction with Panduan Umum Pengujian BUSS document, which contains explanatory notes on the general principles on which the guidelines have been established.
Kata Pengantar
Dok. PVT/PPI/17/1
Buku Panduan Pengujian Individual (PPI) untuk spesies Jagung disusun dalam rangka memberikan pedoman pelaksanaan pengujian Kebaruan, Keunikan, Keseragaman dan Kestabilan (BUSS) bagi para penguji dan para pemeriksa PVT serta para pihak yang memerlukan informasi ini.
Penggunaan dan penerapan buku panduan ini mengacu kepada Buku Panduan Umum Pengujian BUSS yang dikeluarkan oleh Pusat PVT dengan nomor dokumen: Dok.PVT/PP/1/1. Kepada para penguji dan para pemeriksa diwajibkan untuk mengacu pada Buku Pandum tersebut dan PPI spesies Jagung dalam melakukan tugasnya untuk menguji BUSS spesies Jagung.
PPI spesies Jagung disusun mengacu kepada Guidelines for The Conduct of Test of DUS (GCT) spesies Zea mays L. yang dikeluarkan oleh UPOV dengan nomor
dokumen: TG/104/4 ++ Add .
Penyesuaian PPI spesies Jagung dengan Panduan dari UPOV tersebut dilakukan oleh Komisi PVT dan Tim Teknis ahli di bidang tanaman Jagung. Pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada para penyusun.
Kritik dan saran perbaikan sebagai umpan balik dari penerbitan buku panduan ini sangat kami harapkan terutama dari para pengguna buku panduan ini, sehingga akan memberikan kemudahan bagi para pengguna maupun pembaca lainnya dalam melakukan pengujian dan pemeriksaan BUSS spesies Jagung.
Pusat Perlindungan Varietas Tanaman Kepala,
Ir. Hindarwati. MSc. NIP. 080 037 383
DAFTAR ISI TABLE OF CONTENTS
[Indonesia]
Halaman I. Subjek Panduan II.
1
Bahan yang Dibutuhkan
1
III. Pelaksanaan Pengujian
2
IV. Metoda dan Pengamatan
4
V. Pengelompokan Varietas
6
VI. Karakteristik dan Simbol
7
VII. Tabel Karakteristik
8
VIII. Penjelasan Tabel Karakter
15
[English]
Page I. Subject of these Test Guidelines II. Material Required
1 1
III. Conduct of Tests
2
IV. Methods and Observations
4
V. Grouping of Varieties VI. Characteristics and Symbols VII. Table of Characteristics VIII. Explanations of the Table of Characteristics
6 7 8 15
PANDUAN PENGUJIAN INDIVIDUAL (PPI) JAGUNG
GUIDELINES FOR THE CONDUCT OF TEST (GCT/ PPI) MAIZE
I. Subjek pada Panduan Subject of these Test Guidelines Panduan pengujian ini berlaku untuk semua varietas jagung ( Zea mays (L.)) baik galur inbrida, hibrida maupun varietas bersari bebas, tidak termasuk varietas ornamen. These Test Guidelines apply to the following types of varieties of Zea mays L.: inbred lines, hybrids and open pollinated varieties, excluding ornamental varieties.
II. Bahan yang Dibutuhkan Material Required 1. Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (PPVT) memutuskan kapan, di mana, kualitas dan kuantitas kebutuhan benih untuk pengujian varietas yang harus diberikan. Pemohon yang menyerahkan material pengujian dari negara lain di luar negara tempat pelaksanaan pengujian, harus menjamin semua formalitas pabean dilengkapi dan dilampirkan. Jumlah minimum benih yang harus disediakan oleh pemohon adalah sebagai berikut (a)
Untuk galur inbrida: 1500 biji
(b)
Untuk hibrida dan varietas bersari bebas: 1 kg biji
Untuk varietas hibrida perlu menyerahkan 1500 biji jagung tambahan untuk setiap komponen hibrida (contoh: galur inbrida, hibrida silang tunggal = ST). Kualitas benih yang dimohonkan harus terpenuhi termasuk daya berkecambah, kadar air benih dan kemurnian benih untuk benih yang dipasarkan di dalam negeri yang dilakukan oleh pemohon.
The competent authorities decide on the quantity and quality of the plant material required for testing the variety and when and where it is to be delivered. Applicants submitting material from a state other than that in which the testing takes place must ensure that all customs formalities and phytosanitary requirements are complied with. As minimum, the following quantity of plant material is recommended:
1
(a)
1500 grains for inbred lines
(b)
1 kg for hybrid and open-pollinated varieties
In the case of hybrid varieties, an additional 1500 grains of each component (e.g. inbred line, single cross hybrid) should be submitted. The seed should at least meet the minimum requirement for germination capacity in which the application is made. The germination capacity should be as high as possible.
2. Materi tanaman atau benih tidak boleh mendapat perlakuan apapun, kecuali apabila pihak PPVT mengizinkan atau memintakan beberapa perlakuan. Apabila diberi perlakuan, rincian perlakuan yang diberikan harus dijelaskan. The plant material should not have undergone any treatment unless the competent authorities allow or request such treatment. If it has been treated, full details of the treatment must be given.
III.
Pelaksanaan pengujian Conduct of Tests 1. Lama pengujian harus dilakukan minimal pada dua musim t anam yang sama. The minimum duration of tests should normally be two similar growing periods.
2. Pengujian secara normal dilakukan pada satu lokasi. Apabila terdapat suatu karakter penting dari varietas tersebut tidak dapat dilihat pada tempat itu maka varietas tersebut harus diuji pada lokasi lain. The test sould be conducted in at least one place. Depending on the range of earliness in a given country, two places may be preferable.
3. Pengujian harus dilakukan dalam kondisi yang menjamin pertumbuhan secara optimal. Pengujian harus dirancang sedemikian rupa sehingga tanaman atau bagian tanaman dapat diambil untuk tujuan pengukuran atau penghitungan tanpa mempengaruhi hasil pengamatan yang harus dilakukan pada akhir siklus pertumbuhan tanaman. Jumlah minimal setiap pengujian yang akan dimohonkan adalah: 40 tanaman untuk galur inbrida dan hibrida silang tunggal 80 tanaman untuk hibrida lain dan varietas bersari bebas
Dalam setiap tempat pengujian, harus dibagi ke dalam dua atau lebih ulangan dalam plot-plot yang terpisah. Pengamatan dan pengukuran hanya dapat digunakan jika mereka mempunyai lingkungan yang seragam.
2
The field test should be carried out under conditions ensuring normal growth. The size of plots should be such that plants or parts of plants may be be removed for measurement and counting without prejudice to the observations which must be made up to the end of the growing period. As a minimum, each test at each testing place should include per growing periode:
40 plants for inbred lines and single-cross hybrida 80 plants for other hybrids and open-pollinated varieties
In each testing place, the test should be divided between two or more replicates. Separate plots for observations and for measuring can only be used if they have been subject to similar environmental conditions.
4. Pengujian tambahan untuk tujuan khusus dapat dilakukan, contoh: pengujian pada baris tongkol, maka pihak PPVT menerima data hasil optimal dari pemohon sebelum tanggal pengajuan. Additional tests for special purpose may be established, e.g. ear-row tests in the event of competent authority accepting the results carried out by the applicant before the date of application.
5. Dalam melakukan pemeriksaan pada rumus hibrida dengan bantuan metode elektroforesis enzim, suatu pengujian memasukkan empat koleoptil dari setiap galur inbrida. Apabila disangsikan maka dapat ditambahkan 16 koleoptil untuk dianalisis. Pada hibrida silang tunggal yaitu sebanyak dua koleoptil dan hibrida silang tiga jalur sebanyak enam koleoptil.
In the event of the formula of hybrids being checked with the help of electrophoresis of enzymes, a test should be carried out on four coleoptiles from each inbred line. In case of doubt, 16 additional coleoptiles should be analysed. For single-cross hybrids two coleoptiles should be analysed and for three-way cross hybrids six coleoptiles. In case of doubt, additional coleoptiles should be analysed.
6. Apabila metode elektroforesis enzim digunakan untuk pengujian keunikan maka minimal 20 koleoptil harus dianalisis. If enzyme electrophoresis is used for testing distincness, at least 20 coleoptiles should be analysed.
3
IV.
Metode dan Pengamatan Methods and Observations 1. Karakteristik yang dijabarkan dalam Bab VII harus digunakan untuk pengujian keunikan pada galur inbrida dan varietas bersari bebas. The characteristic described in Chapter VII should be used for the testing of distincness of inbred lines, hybrids and open-pollinated varieties.
2. Tetapi untuk penilaian keunikan hibrida sistem penyaringan awal atas dasar penentuan tetua dan formula ditentukan berdasarkan rekomendasi berikut : (i)
Deskripsi galur tetua berdasarkan Panduan Pengujian Individual (PPI)
(ii)
Pemeriksaan asal usul tetua dalam perbandingannya dengan koleksi acuan berdasarkan pada karakter pada Bab VII untuk menyaring galur inbrida yang terdekat hubungan kekerabatannya.
(iii)
Pemeriksaan asal usul hibridanya dalam perbandingannya dengan varietas hibrida yang telah umum diketahui dengan memperhatikan galur inbrida yang terdekat hubungan kekerabatannya.
(iv) Penilaian perbedaan pada varietas hibrida dengan varietas yang mirip However, to assess distincness of hybrids, a prescreening system on the basis of the parental lines and the formula may be established according to the following recomendations: (i)
Descriptions of parental lines according to The Test Guidelines;
(ii)
Check of the originality of those parental lines in comparison with the reference collection, based on the characteristics in chapter VII in order to screen the closest inbred lines;
(iii) Check of the originality of the hybrid formula in comparison with those of the hybrids in common knowledge, taking into account the closest inbred lines; (iv) Assessment of the distincness at the hybrid level of varieties with a similar formula.
3. Jumlah minimal tanaman untuk semua pengamatan pada penilaian keunikan dan keseragaman adalah sebanyak 40 tanaman atau bagian tanamannya (tidak termasuk tanaman persilangan campuran pada galur inbrida dan tanaman hasil menyerbuk sendiri pada tetua hibrida silang tunggal) All observations for the assessment of distincness and uniformity should be made on at least 40 plants or parts of plants (excluding outcrossed plants in inbred lines and excluding plants obviously resulting from the selfing of a parent line in singlecross hybrids).
4. Semua pengamatan pada bagian tongkol harus dilakukan pada tongkol teratas. All observations on the ear should be made on the upper well-developed ear.
4
5. Untuk penilaian keseragaman dari galur inbrida dan hibrida silang tunggal diperlukan standar populasi 3% dengan peluang 95%. Apabila sampel yang dilakukan sebanyak 40 tanaman, maka jumlah maksimum tipe simpang adalah tiga tanaman. Sebagai tambahan, populasi standar yang sama dan peluang yang diterima harus berlaku untuk tanaman hasil persilangan campuran dalam galur inbrida seperti tanaman hasil silang diri dari galur tetua hibrida silang tunggal (perbedaan yang jelas pada tinggi tanaman, ukuran tongkol atau kegenjahan serta bukti kesukaran dengan terlalu besar perubahan untuk menyesuaikan sistem mereka terhadap aturan-aturan yang baru diadopsi, maka pedoman pengujian dapat diadopsi selama kurun waktu dua tahun yang dapat diterima sebelum mereka membuat peraturan baru. Untuk hibrida silang tiga jalur (STJ), hibrida silang ganda (SG), dan varietas bersari bebas, keragaman dalam varietas tidak boleh melampaui keragaman varietas pembanding yang telah dikenal.
For the assessment of uniformity of inbred lines and single-cross hybrids a populations standard of three per cent with an acceptance probability of 95 per cent should be applied. In the case of a sample of 40 plants, the maximum number of off-types allowed would be three in addiotion, the same populations standard and acceptance probability should apply to clear cases resulting from the selfing of a parent line in single-cross hybrids (clear difference in plant height, size of ear or earliness as well as proof difficulties with too large a change to adjust their system to the newly adopted rules, a possible interim period of two years from the adoption of The Test Guidelines would be acceptable before they change to the new rules. For three-way cross hybrids, double-cross hybrids and open-pollinated varieties, the variability within the varieties should not exceed the variability of comparable varieties already known.
6. Pada hibrida silang tiga jalur (STJ) dan hibrida silang ganda (SG), karakteristik dapat bersegregasi akibat beberapa pengaruh ekspresi terjadi bersamaan dalam suatu varietas. Karakteristik khusus yang dari pengalaman diketahui menimbulkan segregasi dalam hibrida STJ dan SG diberi tanda “S”.
In three-way cross hybrids and double-cross hybrids, characteristics may segregate with the effect that several states of expression occur side by side in a variety. Certain characteristics which from experience are known to give rise to such segregrations in three-way cross hybrids and double-cross hybrids are identified with an “S”.
7. Apabila metode elektroforesis enzim digunakan untuk pengujian keunikan, maka harus diberlakukan standar populasi yang sama dan peluang yang sama diterimanya sebagai mana karakter lain. Tetapi, pendekatan analisis bertahap dapat digunakan untuk mengurangi beban kerja. Seluruh galur inbrida harus dipertimbangkan persilangan campuran dimana dua atau lebih lokus-lokus merupakan heterosigos dengan satu alel pada lokus galur inbrida (contoh AX). Semua kasus yang terjadi pada satu lokus adalah heterosigos atau jika terdapat dua alel asing maka dianggap sebagai tipe simpang.
5
If enzyme electrophoresis is used for testing distincness, the same population standard and the same acceptance probability as for other characteristic should be applied. However, a sequential analysis approach could be applied to reduce the workload. All inbred lines should be considered out-crossess where two or more loci are heterozygous with one allele of the locus of the inbred line (e.g AX). All cases where one locus is heterozygous or where two foreign alleles are present should be considered off-types.
V.
Pengelompokan Varietas Grouping of Varieties 1. Koleksi varietas yang akan ditanam harus dibagi ke dalam kelompok-kelompok untuk memudahkan penilaian keunikan. Karakter yang sesuai untuk tujuan pengelompokan adalah yang diketahui dari pengalaman tidak terlalu beragam atau hanya sedikit beragam dalam suatu varietas. Berbagai penampilan harus didistribusikan secara merata dan menyeluruh dalam koleksi varietas.
The collection of varieties to be grown should be divided into groups to facilitate the assessment of distincness. Characteristic which are suitable for grouping purposes are those which are known from experience not to vary, or to vary only slighty, within a variety. Their various states of expression should be fairly evenly distributed throughout the collection.
2. PPVT merekomendasikan untuk menggunakan karakteristik berikut dalam pengelompokan varietas: (i) Malai : waktu antesis (pecahnya tepung sari) (karakteristik 7) (ii) Tongkol : warna antosianin pada rambut tongkol (karakteristik 16) (iii) Tanaman : Panjang atau tinggi (karakteristik 22.1/22.2) (iv) Tongkol : tipe biji (karakteristik 30) (v) Tongkol : warna antosianin pada kelopak janggel (karakteristik 33)
It is recommended that the competent authorities use the following characteristic for grouping varieties:
(i)
Tassel: time of anthesis (characteristik 7)
(ii)
Ear : anthocyanin coloration on silk (characteristic 16)
(iii)
Plant : length (characteristic 22.1/22.2)
(iv)
Ear : type of grain (characteristic 30)
(v)
Ear : anthocyanin coloration of glumes of cob (characteristic 33)
6
V.
Karakteristik dan Simbol Characteristics and Symbols
1. Penilaian keunikan, kebaruan, keseragaman dan kestabilan serta karakteristik dan aturan sebagaimana tercantum dalam Panduan Umum (Pandum) dan Panduan Pengujian Individual (PPI) jagung. The assess distinctness, homogeneity and stability, the characteristic and their states as given in General Guidelines (GG)of and this Guidelines for the Conduct of Test (GCT) for maize.
2. Notasi (1-9), untuk tujuan proses data elektronik, diberikan disamping sifat-sifat untuk karakteristik yang berbeda. Notes (1 to 9), for the purpose of electronic data processing, are given opposite the states of the different characteristics:
3. Legenda Legend (*) Karakteristik yang harus selalu digunakan pada setiap periode tumbuh untuk menguji semua varietas dan harus selalu disertakan pada deskripsi varietas, kecuali ekspresinya tidak muncul karena pengaruh kondisi lingkungan. (*) Characteristics that should be used every growing period for the examinations of all varieties and should always be included in the description ef the variety, except when the state of expression of a preceding characteristics or regional environmental conditions render this imposibble.
(+) Karakter bertanda + dijelaskan pada Bab VIII (+) See explanations on the Table of Characteristic in Chapter VIII. (1) Tingkat pertumbuhan optimal untuk penilaian setiap karakter diindikasikan dengan jumlah pada kolom kedua. Tingkat pertumbuhan dicatat pada masingmasing jumlah yang dijelaskan pada akhir Bab VIII. (1) The optimum stage of development for the assessment of each characteristic is indicated by a number in the second column. The stages of development denoted by each number are described at the end of Chapter VIII.
(S) Lihat penjelasan terjadinya segregasi pada Bab IV paragraf 6. (S) See explanations possible segregation in Chapter IV paragraph 6.
7
VI.
No
Umur / Stage
Karakter / Characteristic
Tabel Karakteristik / Table of Characteristics
Indonesia
English
Varietas Contoh / Example Varieties P 21 Bima 1 -
Inbrida Contoh / Example Inbreds Mr 4 Mr 13 -
Notasi / Note
1
12 (S)
Daun pertama: warna antosianin pada pelepah daun First Leaf : anthocyanin coloration of sheath
tidak ada atau sangat lemah lemah sedang kuat sangat kuat
absent or very weak weak medium strong very strong
2. (+)
14
Daun pertama: bentuk ujung daun First Leaf : tip shape
runcing runcing agak bulat bulat bulat agak tumpul tumpul
pointed pointed to round round round to spatulate spatulate
Bisi 2 Bima 1 -
Mr 4 -
1 2 3 4 5
3 (+) .
61
Daun: sudut diantara helai daun dan batang (pada daun diatas tongkol teratas) Leaf : angle between blade and stem (on leaf just above upper ear):
sangat kecil (< 5o) kecil (5 - 25o) sedang (25,1 - 50o) besar (50,1 - 75o) sangat besar (> 75o)
very small (< 5o) small (5 - 25 o) medium (25,1 - 50 o) o large (50,1 - 75 ) very large (> 75 o)
P 21 Bima 1 -
Mr 4 -
1 3 5 7 9
4. (+)
61
Daun: Pola helai daun (menerangkan no 3) Leaf: attitude of blade (as for 3)
lurus lurus agak bengkok bengkok tajam dan bengkok sangat bengkok
straight slightly recurved recurved strongly recurved very strongly recurved
P 21 Bima 1 -
Mr 4 Mr 13 -
1 3 5 7 9
5.
65
Batang: derajat zigzag Stem: degree of zigzag
tidak ada atau sangat ringan ringan kuat
absent or very slight slight strong
Bima 1 -
Mr 14 Mr 4 -
1 2 3
1 3 5 7 9
8
Batang: warna antosianin pada akar tunjang Stem: anthocyanin coloration of brace roots.
tidak ada atau sangat lemah lemah sedang kuat sangat kuat
absent or very weak weak medium strong very strong
Bima 1 Bisi 2 -
Mr 4 Mr 14 -
1 3 5 7 9
65
Malai: Umur antesis (pada tengah pertiga poros utama, 50% dari jumlah tanaman) Tassel: time of anthesis (on middle third of main axis, 50% of plants)
sangat genjah (< 38 hst) sangat genjah hingga genjah ( 38 - 41 hst) genjah (41.1 - 44 hst) genjah hingga sedang (44.1 - 47 hst) sedang (47.1 - 50 hst) sedang hingga lambat (50.1 - 53 hst) lambat (53.1 - 56 hst) lambat hingga sangat lambat (56.1 - 59 hst) sangat lambat (> 59 hst)
very early (< 38 hst) very early to early ( 38 - 41 hst) early (41.1 - 44 hst) early to medium (44.1 - 47 hst) medium (47.1 - 50 hst) medium to late (50.1 - 53 hst) late (53.1 - 56 hst) late to very late (56.1 - 59 hst) very late (> 59 hst)
P 21 Bima 1 -
Mr 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9
8. (+)
65 (S)
Malai: warna antosianin pada dasar kelobot (pada tengah pertiga poros utama) Tassel: anthocyanin coloration at base of glume (in middle third of main axis)
tidak ada atau sangat lemah lemah sedang kuat sangat kuat
absent or very weak weak medium strong very strong
Bima 1 Bisi 2 -
Mr 4 -
1 3 5 7 9
9.
65 (S)
Malai: warna antosianin tidak termasuk dasar kelopak (menerangkan no 8) Tassel: anthocyanin coloration of glume excluding base (as for 8)
tidak ada atau sangat lemah lemah sedang kuat sangat kuat
absent or very weak weak medium strong very strong
Bima 1 Bisi 2 -
Mr 4 -
1 3 5 7 9
10.
65 (S)
Malai: warna antosianin pada kepala sari yang masih segar Tassel: anthocyanin coloration of anthers (as for 8: on fresh anthers)
tidak ada atau sangat lemah lemah sedang kuat sangat kuat
absent or very weak weak medium strong very strong
Bima 1 Bisi 2 -
Mr 13 Mr 4 -
1 3 5 7 9
6.
65-75 (S)
(*) 7.
9
Batang: warna antosianin pada akar tunjang Stem: anthocyanin coloration of brace roots.
tidak ada atau sangat lemah lemah sedang kuat sangat kuat
absent or very weak weak medium strong very strong
Bima 1 Bisi 2 -
Mr 4 Mr 14 -
1 3 5 7 9
65
Malai: Umur antesis (pada tengah pertiga poros utama, 50% dari jumlah tanaman) Tassel: time of anthesis (on middle third of main axis, 50% of plants)
sangat genjah (< 38 hst) sangat genjah hingga genjah ( 38 - 41 hst) genjah (41.1 - 44 hst) genjah hingga sedang (44.1 - 47 hst) sedang (47.1 - 50 hst) sedang hingga lambat (50.1 - 53 hst) lambat (53.1 - 56 hst) lambat hingga sangat lambat (56.1 - 59 hst) sangat lambat (> 59 hst)
very early (< 38 hst) very early to early ( 38 - 41 hst) early (41.1 - 44 hst) early to medium (44.1 - 47 hst) medium (47.1 - 50 hst) medium to late (50.1 - 53 hst) late (53.1 - 56 hst) late to very late (56.1 - 59 hst) very late (> 59 hst)
P 21 Bima 1 -
Mr 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9
8. (+)
65 (S)
Malai: warna antosianin pada dasar kelobot (pada tengah pertiga poros utama) Tassel: anthocyanin coloration at base of glume (in middle third of main axis)
tidak ada atau sangat lemah lemah sedang kuat sangat kuat
absent or very weak weak medium strong very strong
Bima 1 Bisi 2 -
Mr 4 -
1 3 5 7 9
9.
65 (S)
Malai: warna antosianin tidak termasuk dasar kelopak (menerangkan no 8) Tassel: anthocyanin coloration of glume excluding base (as for 8)
tidak ada atau sangat lemah lemah sedang kuat sangat kuat
absent or very weak weak medium strong very strong
Bima 1 Bisi 2 -
Mr 4 -
1 3 5 7 9
10.
65 (S)
Malai: warna antosianin pada kepala sari yang masih segar Tassel: anthocyanin coloration of anthers (as for 8: on fresh anthers)
tidak ada atau sangat lemah lemah sedang kuat sangat kuat
absent or very weak weak medium strong very strong
Bima 1 Bisi 2 -
Mr 13 Mr 4 -
1 3 5 7 9
6.
65-75 (S)
(*) 7.
9
lax medium dense
Bisi 2 Bima 1
Mr 14 Mr 4 -
3 5 7
sangat kecil (< 5o) kecil (5 - 25o) sedang (25,1 - 50o) besar (50,1 - 75o) sangat besar (> 75o)
very small (< 5o) small (5 - 25 o) medium (25,1 - 50 o) large (50,1 - 75 o) very large (> 75 o)
Bima 1 Bisi 2 -
Mr 13 Mr 4 Mr 14 -
1 3 5 7 9
Malai: Letak percabangan samping (menerangkan no 12) Tassel: attitude of lateral branches (as for 12)
lurus lurus agak bengkok bengkok sangat bengkok amat sangat bengkok
straight slightly recurved recurved strongly recurved very strongly recurved
Bima 1 Bisi 2 NK 77 -
Mr 13 Mr 14 -
1 3 5 7 9
65
Malai: Jumlah cabang samping utama Tassel: number of primary lateral branches
tidak ada atau sangat sedikit (≤ 6 ) sedikit (6,1 - 9 ) sedang ( 9,1 - 12 ) banyak ( 12,1 - 15 ) sangat banyak (≥ 15)
absent or very few (< 6 ) few (6,1 - 9 ) medium (9,1 - 12 ) many (12,1 - 15 ) very many (> 15)
NK 77 Bima 1
Mr 14 Mr 4
1 3 5 7 9
65
Tongkol: umur munculnya rambut (50 % jumlah tanaman) Ear: time of silk emergence (50% of plants)
sangat genjah (< 38 hst) sangat genjah hingga genjah ( 38 - 41 hst) genjah (41.1 - 44 hst) genjah hingga sedang (44.1 - 47 hst) sedang (47.1 - 50 hst) sedang hingga lambat (50.1 - 53 hst) lambat (53.1 - 56 hst) lambat hingga sangat lambat (56.1 - 59 hst) sangat lambat (> 59 hst)
very early (< 38 dap) very early to early ( 38 - 41 dap) early (41.1 - 44 dap) early to medium (44.1 - 47 dap) medium (47.1 - 50 dap) medium to late (50.1 - 53 dap) late (53.1 - 56 dap) late to very late (56.1 - 59 dap) very late (> 59 dap)
P 21 Bima 1 -
Mr 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9
11.
65
Malai: Kerapatan bulir (menerangkan jarang no 8) sedang Tassel: density of spikelets (as for 8) rapat
(*) 12. (+)
65
Malai: Sudut diantara poros utama dan cabang samping (pada malai bagian pertiga bawah) Tassel: angle between main axis and lateral branches (in lower third of tassel)
(*) 13. (+)
65 (S)
(*) 14.
15.
10
lax medium dense
Bisi 2 Bima 1
Mr 14 Mr 4 -
3 5 7
sangat kecil (< 5o) kecil (5 - 25o) sedang (25,1 - 50o) besar (50,1 - 75o) sangat besar (> 75o)
very small (< 5o) small (5 - 25 o) medium (25,1 - 50 o) large (50,1 - 75 o) very large (> 75 o)
Bima 1 Bisi 2 -
Mr 13 Mr 4 Mr 14 -
1 3 5 7 9
Malai: Letak percabangan samping (menerangkan no 12) Tassel: attitude of lateral branches (as for 12)
lurus lurus agak bengkok bengkok sangat bengkok amat sangat bengkok
straight slightly recurved recurved strongly recurved very strongly recurved
Bima 1 Bisi 2 NK 77 -
Mr 13 Mr 14 -
1 3 5 7 9
65
Malai: Jumlah cabang samping utama Tassel: number of primary lateral branches
tidak ada atau sangat sedikit (≤ 6 ) sedikit (6,1 - 9 ) sedang ( 9,1 - 12 ) banyak ( 12,1 - 15 ) sangat banyak (≥ 15)
absent or very few (< 6 ) few (6,1 - 9 ) medium (9,1 - 12 ) many (12,1 - 15 ) very many (> 15)
NK 77 Bima 1
Mr 14 Mr 4
1 3 5 7 9
65
Tongkol: umur munculnya rambut (50 % jumlah tanaman) Ear: time of silk emergence (50% of plants)
sangat genjah (< 38 hst) sangat genjah hingga genjah ( 38 - 41 hst) genjah (41.1 - 44 hst) genjah hingga sedang (44.1 - 47 hst) sedang (47.1 - 50 hst) sedang hingga lambat (50.1 - 53 hst) lambat (53.1 - 56 hst) lambat hingga sangat lambat (56.1 - 59 hst) sangat lambat (> 59 hst)
very early (< 38 dap) very early to early ( 38 - 41 dap) early (41.1 - 44 dap) early to medium (44.1 - 47 dap) medium (47.1 - 50 dap) medium to late (50.1 - 53 dap) late (53.1 - 56 dap) late to very late (56.1 - 59 dap) very late (> 59 dap)
P 21 Bima 1 -
Mr 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9
11.
65
Malai: Kerapatan bulir (menerangkan jarang no 8) sedang Tassel: density of spikelets (as for 8) rapat
(*) 12. (+)
65
Malai: Sudut diantara poros utama dan cabang samping (pada malai bagian pertiga bawah) Tassel: angle between main axis and lateral branches (in lower third of tassel)
(*) 13. (+)
65 (S)
(*) 14.
15.
10
(*) 16.
65 (S)
Tongkol: warna antosianin pada rambut Ear: anthocyanin coloration on silk
tidak ada ada
absent present
Bima 1
Mr 14 Mr 4
1 9
(*) 17.
65 (S)
Tongkol: Intensitas warna antosianin rambut Ear: intencity anthocyanin coloration on silk
(*) 18.
71 (S)
Daun: warna antosianin seludang daun (pada pertengahan tinggi tanaman) Leaf: anthocyanin coloration of sheath (in middle of plant)
tidak ada atau sangat lemah lemah sedang kuat sangat kuat tidak ada atau sangat lemah lemah sedang kuat sangat kuat
absent or very weak weak medium strong very strong absent or very weak weak medium strong very strong
Bima 1 P 21 Bisi 2 NK 77 P 21 Bima 1 -
Mr 14 Mr 4 Mr 13 Mr 4 Mr 13 -
1 3 5 7 9 1 3 5 7 9
19. (+)
71
Malai: Panjang poros utama di atas cabang samping terbawah Tassel: length of main axis above lowest side branch
Sangat pendek (< 10 cm) Pendek (10,1 - 15 cm) Sedang (15,1 - 20 cm) Panjang (20,1 - 25 cm) Sangat panjang (> 25 cm)
very short (< 10 cm) short (10,1 - 15 cm) medium (15,1 - 20 cm) long (20,1 - 25 cm) very long (> 25 cm)
P 21 Bima 1 -
Mr 14 Mr 13 Mr 4 -
1 3 5 7 9
(*) 20.
71
Malai: Panjang poros utama di atas cabang samping bagian lebih atas Tassel: length of main axis above upper side branch
Sangat pendek (< 10 cm) Pendek (10,1 - 15 cm) Sedang (15,1 - 20 cm) Panjang (20,1 - 25 cm) Sangat panjang (> 25 cm)
very short (< 10 cm) short (10,1 - 15 cm) medium (15,1 - 20 cm) long (20,1 - 25 cm) very long (> 25 cm)
P 21 Bima 1 -
Mr 14 Mr 13 Mr 4 -
1 3 5 7 9
21.
71
Malai: Panjang cabang samping (menerangkan no 16) Tassel: length of side branches
Sangat pendek (< 18 cm) Pendek (18,1 - 23 cm) Sedang (23,1 - 29 cm) Panjang (29,1 - 35 cm) Sangat panjang (> 35 cm)
very short (< 18 cm) short (18,1 - 23 cm) medium (23,1 - 29 cm) long (29,1 - 35 cm) very long (> 35 cm)
P 21 Bima 1
Mr 13 Mr 4 Mr 14
1 3 5 7 9
(*) 22.
75
Hanya untuk galur inbrida. Tanaman: Panjang (termasuk malai)
Sangat pendek (< 100 cm) Pendek (100,1 - 150 cm)
very short (< 100 cm) short (100,1 - 150 cm)
Mr 13
1 3
11
(*) 16.
65 (S)
Tongkol: warna antosianin pada rambut Ear: anthocyanin coloration on silk
tidak ada ada
absent present
Bima 1
Mr 14 Mr 4
1 9
(*) 17.
65 (S)
Tongkol: Intensitas warna antosianin rambut Ear: intencity anthocyanin coloration on silk
(*) 18.
71 (S)
Daun: warna antosianin seludang daun (pada pertengahan tinggi tanaman) Leaf: anthocyanin coloration of sheath (in middle of plant)
tidak ada atau sangat lemah lemah sedang kuat sangat kuat tidak ada atau sangat lemah lemah sedang kuat sangat kuat
absent or very weak weak medium strong very strong absent or very weak weak medium strong very strong
Bima 1 P 21 Bisi 2 NK 77 P 21 Bima 1 -
Mr 14 Mr 4 Mr 13 Mr 4 Mr 13 -
1 3 5 7 9 1 3 5 7 9
19. (+)
71
Malai: Panjang poros utama di atas cabang samping terbawah Tassel: length of main axis above lowest side branch
Sangat pendek (< 10 cm) Pendek (10,1 - 15 cm) Sedang (15,1 - 20 cm) Panjang (20,1 - 25 cm) Sangat panjang (> 25 cm)
very short (< 10 cm) short (10,1 - 15 cm) medium (15,1 - 20 cm) long (20,1 - 25 cm) very long (> 25 cm)
P 21 Bima 1 -
Mr 14 Mr 13 Mr 4 -
1 3 5 7 9
(*) 20.
71
Malai: Panjang poros utama di atas cabang samping bagian lebih atas Tassel: length of main axis above upper side branch
Sangat pendek (< 10 cm) Pendek (10,1 - 15 cm) Sedang (15,1 - 20 cm) Panjang (20,1 - 25 cm) Sangat panjang (> 25 cm)
very short (< 10 cm) short (10,1 - 15 cm) medium (15,1 - 20 cm) long (20,1 - 25 cm) very long (> 25 cm)
P 21 Bima 1 -
Mr 14 Mr 13 Mr 4 -
1 3 5 7 9
21.
71
Malai: Panjang cabang samping (menerangkan no 16) Tassel: length of side branches
Sangat pendek (< 18 cm) Pendek (18,1 - 23 cm) Sedang (23,1 - 29 cm) Panjang (29,1 - 35 cm) Sangat panjang (> 35 cm)
very short (< 18 cm) short (18,1 - 23 cm) medium (23,1 - 29 cm) long (29,1 - 35 cm) very long (> 35 cm)
P 21 Bima 1
Mr 13 Mr 4 Mr 14
1 3 5 7 9
(*) 22.
75
Hanya untuk galur inbrida. Tanaman: Panjang (termasuk malai)
Sangat pendek (< 100 cm) Pendek (100,1 - 150 cm)
very short (< 100 cm) short (100,1 - 150 cm)
Mr 13
1 3
11
1
(*) 22. 2.
23
75
Inbred lines only: Plant: length (tassel included)
Sedang (150,1 - 200 cm) Panjang (200,1 - 250 cm) Sangat panjang (> 250 cm)
medium (150,1 - 200 cm) long (200,1 - 250 cm) very long (> 250 cm)
Hanya untuk varietas hibrida dan bersari bebas: Tanaman: Panjang (termasuk malai) Hybrids and open pollinated varieties only: Plant: length (tassel included)
Sangat pendek/ very short (< 100 cm) Pendek/ short (100,1 - 150 cm) Sedang/ medium (150,1 - 200 cm) Panjang/ long (200,1 - 250 cm) Sangat panjang/ very long (> 250 cm)
very short (< 100 cm) short (100,1 - 150 cm) medium (150,1 - 200 cm) long (200,1 - 250 cm) very long (> 250 cm)
Tanaman: Rasio panjang letak tongkol paling atas terhadap panjang tanaman Plant : Ratio of height of upper ear insertion to plant length
sangat kecil (<0.5) kecil (0.51 – 0.99) sedang (1-1.49) besar (1.5 – 1.99) sangat besar (>2)
very small (<0.5) small (0.51 – 0.99) medium (1-1.49) large (1.5 – 1.99) very large (>2)
Mr 4 Bima 1
5 7 9 1 3 5 7 9
Mr 14
1 3 5 7 9
24. (+)
75
Daun : lebar helai daun (pada daun tongkol teratas) Leaf: width of blade (leaf of upper ear)
sangat sempit (< 5 cm) sempit (5,1 - 7 cm) sedang (7,1 - 9 cm) lebar (9,1 - 11 cm) sangat lebar (>11 cm)
very narrow (< 5 cm) narrow (5,1 - 7 cm) medium (7,1 - 9 cm) wide (9,1 - 11 cm) very wide (>11 cm)
P 21 Bima 1
Mr 13 Mr 4 Mr 14
1 3 5 7 9
25.
85
Tongkol: Panjang tangkai Ear: length of peduncle
Sangat pendek (< 5 cm) Pendek (5,1 - 10 cm) Sedang (10,1 - 15 cm) Panjang (15,1 - 20 cm) Sangat panjang (> 20 cm)
very short (< 5 cm) short (5,1 - 10 cm) medium (10,1 - 15 cm) long (15,1 - 20 cm) very long (> 20 cm)
P 21 Bima 1 -
Mr 4 Mr 14 -
1 3 5 7 9
(*) 26.
92
Tongkol: Panjang (tanpa kelobot) Ear: length (without husk)
Sangat pendek (< 5 cm) Pendek (5,1 - 10 cm) Sedang (10,1 - 15 cm) Panjang (15,1 - 20 cm) Sangat panjang (> 20 cm)
very short (< 5 cm) short (5,1 - 10 cm) medium (10,1 - 15 cm) long (15,1 - 20 cm) very long (> 20 cm)
NK 77 Bima 1
Mr 4 Mr 14 -
1 3 5 7 9
12
1
(*) 22. 2.
23
75
Inbred lines only: Plant: length (tassel included)
Sedang (150,1 - 200 cm) Panjang (200,1 - 250 cm) Sangat panjang (> 250 cm)
medium (150,1 - 200 cm) long (200,1 - 250 cm) very long (> 250 cm)
Hanya untuk varietas hibrida dan bersari bebas: Tanaman: Panjang (termasuk malai) Hybrids and open pollinated varieties only: Plant: length (tassel included)
Sangat pendek/ very short (< 100 cm) Pendek/ short (100,1 - 150 cm) Sedang/ medium (150,1 - 200 cm) Panjang/ long (200,1 - 250 cm) Sangat panjang/ very long (> 250 cm)
very short (< 100 cm) short (100,1 - 150 cm) medium (150,1 - 200 cm) long (200,1 - 250 cm) very long (> 250 cm)
Tanaman: Rasio panjang letak tongkol paling atas terhadap panjang tanaman Plant : Ratio of height of upper ear insertion to plant length
sangat kecil (<0.5) kecil (0.51 – 0.99) sedang (1-1.49) besar (1.5 – 1.99) sangat besar (>2)
very small (<0.5) small (0.51 – 0.99) medium (1-1.49) large (1.5 – 1.99) very large (>2)
Mr 4 Bima 1
5 7 9 1 3 5 7 9
Mr 14
1 3 5 7 9
24. (+)
75
Daun : lebar helai daun (pada daun tongkol teratas) Leaf: width of blade (leaf of upper ear)
sangat sempit (< 5 cm) sempit (5,1 - 7 cm) sedang (7,1 - 9 cm) lebar (9,1 - 11 cm) sangat lebar (>11 cm)
very narrow (< 5 cm) narrow (5,1 - 7 cm) medium (7,1 - 9 cm) wide (9,1 - 11 cm) very wide (>11 cm)
P 21 Bima 1
Mr 13 Mr 4 Mr 14
1 3 5 7 9
25.
85
Tongkol: Panjang tangkai Ear: length of peduncle
Sangat pendek (< 5 cm) Pendek (5,1 - 10 cm) Sedang (10,1 - 15 cm) Panjang (15,1 - 20 cm) Sangat panjang (> 20 cm)
very short (< 5 cm) short (5,1 - 10 cm) medium (10,1 - 15 cm) long (15,1 - 20 cm) very long (> 20 cm)
P 21 Bima 1 -
Mr 4 Mr 14 -
1 3 5 7 9
(*) 26.
92
Tongkol: Panjang (tanpa kelobot) Ear: length (without husk)
Sangat pendek (< 5 cm) Pendek (5,1 - 10 cm) Sedang (10,1 - 15 cm) Panjang (15,1 - 20 cm) Sangat panjang (> 20 cm)
very short (< 5 cm) short (5,1 - 10 cm) medium (10,1 - 15 cm) long (15,1 - 20 cm) very long (> 20 cm)
NK 77 Bima 1
Mr 4 Mr 14 -
1 3 5 7 9
12
27
92
Tongkol: Diameter (di tengahtengah) Ear: diameter (in the middle)
28.
92
Tongkol: Bentuk Ear: shape
kerucut silindris mengerucut silindris
29.
92
Tongkol: Jumlah baris biji pada tongkol Ear : number of rows of grain
30
92 (S)
Tongkol: tipe biji (pada tengah pertiga tongkol) Ear: type of grain ( in middle third of ear)
Bisi 2
sangat kecil (< 5 cm) kecil (5,1 - 10 cm) sedang (10,1 - 15 cm) besar (15,1 - 20 cm) sangat besar (> 20 cm)
very small (< 5 cm) small (5,1 - 10 cm) medium (10,1 - 15 cm) large (15,1 - 20 cm) very large (> 20 cm)
Bima 1 P 21
Mr 4 Mr 14 -
1 3 5 7 9
conical conico-cylindrical cylindrical
Bima 1 Bisi 2
Mr 4 -
1 2 3
tidak ada atau sangat sedikit ( < 8 baris) sedikit ( 8,1 - 10 baris) sedang ( 10,1 - 12 baris) banyak ( 12,1 - 14 baris) sangat banyak ( > 14 baris) mutiara seperti mutiara antara mutiara dan gigi seperti gigi gigi manis brondong
very few ( < 8 lines) few ( 8,1 - 10 lines) medium ( 10,1 - 12 lines) many ( 12,1 - 14 lines) very many ( > 14 lines) flint flint like intermediate dent-like dent sweet pop
Bisi 2 Bima 1 P 21
Mr 4 Mr 13 -
1 3 5 7 9 1 2 3 4 5 6 7
(*) 31
92 (S)
Tongkol: Warna permukaan biji Ear: color of top of grain
putih putih kekuningan kuning oranye kuning oranye oranye merah merah merah gelap biru hitam
white yellowish white yellow yellow orange orange red orange red dark red blue black
Bima 1 -
Mr 4 Mr 13 -
1 2 3 4 5 6 7 8 9
32.
92 (S)
Tongkol: Warna sisi dasar biji Ear: color of dorsal side of grain
putih putih kekuningan
white yellowish white
-
-
1 2
13
27
92
Tongkol: Diameter (di tengahtengah) Ear: diameter (in the middle)
28.
92
Tongkol: Bentuk Ear: shape
kerucut silindris mengerucut silindris
29.
92
Tongkol: Jumlah baris biji pada tongkol Ear : number of rows of grain
30
92 (S)
Tongkol: tipe biji (pada tengah pertiga tongkol) Ear: type of grain ( in middle third of ear)
Bisi 2
sangat kecil (< 5 cm) kecil (5,1 - 10 cm) sedang (10,1 - 15 cm) besar (15,1 - 20 cm) sangat besar (> 20 cm)
very small (< 5 cm) small (5,1 - 10 cm) medium (10,1 - 15 cm) large (15,1 - 20 cm) very large (> 20 cm)
Bima 1 P 21
Mr 4 Mr 14 -
1 3 5 7 9
conical conico-cylindrical cylindrical
Bima 1 Bisi 2
Mr 4 -
1 2 3
tidak ada atau sangat sedikit ( < 8 baris) sedikit ( 8,1 - 10 baris) sedang ( 10,1 - 12 baris) banyak ( 12,1 - 14 baris) sangat banyak ( > 14 baris) mutiara seperti mutiara antara mutiara dan gigi seperti gigi gigi manis brondong
very few ( < 8 lines) few ( 8,1 - 10 lines) medium ( 10,1 - 12 lines) many ( 12,1 - 14 lines) very many ( > 14 lines) flint flint like intermediate dent-like dent sweet pop
Bisi 2 Bima 1 P 21
Mr 4 Mr 13 -
1 3 5 7 9 1 2 3 4 5 6 7
(*) 31
92 (S)
Tongkol: Warna permukaan biji Ear: color of top of grain
putih putih kekuningan kuning oranye kuning oranye oranye merah merah merah gelap biru hitam
white yellowish white yellow yellow orange orange red orange red dark red blue black
Bima 1 -
Mr 4 Mr 13 -
1 2 3 4 5 6 7 8 9
32.
92 (S)
Tongkol: Warna sisi dasar biji Ear: color of dorsal side of grain
putih putih kekuningan
white yellowish white
-
-
1 2
13
kuning oranye kuning oranye oranye merah merah merah gelap biru hitam
yellow yellow orange orange red orange red dark red blue black
Bima 1 Bisi 2 -
Mr 4 Mr 14 Mr 13 -
3 4 5 6 7 8 9
(*) 33
93 (S)
Tongkol: antosianin pada kelopak janggel Ear: anthocyanin coloration of glume of cob
tidak ada ada
absent present
1 2
34
93 (S)
Tongkol: Intensitas warna antosianin pada kelopak janggel Ear: intensity of anthocyanin coloration of glume of cob
tidak ada atau sangat lemah lemah sedang kuat sangat kuat
absent or very weak weak medium strong very strong
1 3 5 7 9
14
kuning oranye kuning oranye oranye merah merah merah gelap biru hitam
yellow yellow orange orange red orange red dark red blue black
Bima 1 Bisi 2 -
Mr 4 Mr 14 Mr 13 -
3 4 5 6 7 8 9
(*) 33
93 (S)
Tongkol: antosianin pada kelopak janggel Ear: anthocyanin coloration of glume of cob
tidak ada ada
absent present
1 2
34
93 (S)
Tongkol: Intensitas warna antosianin pada kelopak janggel Ear: intensity of anthocyanin coloration of glume of cob
tidak ada atau sangat lemah lemah sedang kuat sangat kuat
absent or very weak weak medium strong very strong
1 3 5 7 9
14
VII.
Penjelasan Tabel Karakter Explanations of table Characteristic
Daun Pertama : Bentuk ujung daun First leaf: shape of tip
tajam pointed
tajam agak bulat pointed to round
bulat round
bulat agak tumpul round to spatulate
tumpul spatulate
VII.
Penjelasan Tabel Karakter Explanations of table Characteristic
Daun Pertama : Bentuk ujung daun First leaf: shape of tip
tajam pointed
tajam agak bulat pointed to round
bulat round
bulat agak tumpul round to spatulate
tumpul spatulate
Daun dan Malai: sudut Leaf and Tassel: angle
sangat kecil very small
kecil small
sedang medium
besar large
sangat besar very large
15
Daun dan Malai: letak helai daun dan percabangan samping Lea and Tassel : attitude of blade and of lateral branches
lurus straight
lurus agak bengkok slightly recurved
bengkok recurved
tajam bengkok strongly recurved
sangat bengkok very strongly recurved
Malai : pewarnaan antosianin pada dasar kelopak Tassel : anthocyanin coloration at base of glume
16