3.6 Diagnosis
Saat ini tidak ada kriter kriteria ia diagn diagnosis osis yang unifo uniform rm untu untuk k meneg menegakan akan diagnosis dry eye. Kombinasi dari anamnesis dan beberapa tes pemeriksaan biasa dipakai untuk menentukan gejala dan tanda dari dry eye. Diag Di agno nosis sis da dan n pe pend ndera erajat jatan an ke kead adaa aan n ma mata ta ke keri ring ng da dapa patt di dipe pero role leh h de deng ngan an tel telit itii memakai cara diagnostik berikut: A.
Tes Schirmer Tes ini dilakukan dengan mengeringkan film air mata dan memasukkan strip
Schirmer (kertas saring Whatman o. !"# kedalam cul de sac konjungti$a inferior pada batas sepertiga tengah dan temporal dari palpebra inferior. %agian basah yang terpapar diukur & menit setelah dimasukkan. 'anjang bagian basah kurang dari " mm tanpa anestesi dianggap abnormal. %ila dilakukan tanpa anestesi) tes ini mengukur fungsi kelenjar lakrimal utama) yang akti$itas sekresinya dirangsang oleh iritasi kertas saring itu. Tes Schirmer yang dilakukan setelah anestesi topikal (tetracaine .&*# mengukur fungsi kelenjar lakrimal tambahan (pensekresi basa#. Kurang dari & mm dalam & menit adalah abnormal. Tes Schirmer adalah tes saringan bagi penilaian produksi air mata. Dijumpai hasi ha sill false positive dan false negative. +asil renda rendah h kadan kadang,kad g,kadang ang dijum dijumpai pai pada orang normal) dan tes normal dijumpai pada mata kering terutama yang sekunder terhadap defisiensi musin.")&
-ambar !. Test Schirmer B.
Tear film break-up time 'engukuran tear film
break-up
time
kada ka dang ng,k ,kad adan ang g
berg be rgun unaa
untu un tuk k
memperkirakan kandungan musin dalam cairan air mata. Kekurangan musin mungkin tidak mempengaruhi tes Schirmer namun dapat berakibat tidak stabilnya film air mata. ni yang menyebabkan lapisan itu mudah pecah. %intik,bitik kering terbentuk dalam
1
film air mata) sehingga memaparkan epitel kornea atau konjungti$a. 'roses ini pada akhirnya merusak sel,sel epitel) yang dapat dipulas dengan bengal rose. Sel,sel epitel yang rusak dilepaskan kornea) meninggalkan daerah,daerah kecil yang dapat dipulas) bila permukaan kornea dibasahi flourescein.")& Tear film break-up time dapat diukur dengan meletakkan secarik keras berflourescein pada konjungti$a bulbi dan meminta pasien berkedip. /ilm air mata kemudian diperiksa dengan bantuan saringan cobalt pada slitlamp) sementara pasien diminta agar tidak berkedip. Waktu sampai munculnya titik,titik kering yang pertama dalam lapisan flourescein kornea adalah tear film break-up time. %iasanya 0aktu ini lebih dari "& detik) namun akan berkurang nyata oleh anestetika lokal) memanipulasi mata) atau dengan menahan palpebra agar tetap terbuka. Waktu ini lebih pendek pada mata dengan defisiensi air pada air mata dan selalu lebih pendek dari normalnya pada mata dengan defisiensi musin.")&
-ambar &. ndeks 'erlindungan 1kular 2.
Tes /erning 3ata Sebuah tes sederhana dan murah untuk meneliti mukus konjungti$a dilakukan
dengan mengeringkan kerokan konjungti$a di atas kaca obyek bersih. Arborisasi (ferning# mikroskopik terlihat pada mata normal. 'ada pasien konjungti$itis yang meninggakan parut (pemphigoid mata) sindrom ste$ens johnson) parut konjungti$a difus#) arborisasi berkurang atau hilang. ")&
2
a. ferning mukus uniform dan bercabang banyak b. ferning mukus lebih kecil dengan cabang lebih sedikit c. ferning mukus kecil dengan hampir tanpa cabang d. tidak ada ferning D.
Sitologi mpresi Sitologi impresi adalah cara menghitung densitas sel goblet pada permukaan
konjungti$a. 'ada orang normal) populasi sel goblet paling tinggi di kuadran infra, nasal. +ilangnya sel goblet ditemukan pada ksus keratokonjungti$itis sicc) trachoma) pemphigoid mata cicatri4) sindrom ste$ens johnson) dan a$itaminosis A.")& a. berkurangnya sel goblet pada konjungti$a
3
b. jumlah sel goblet normal pada konjungti$a 5.
'emulasan /lourescein 3enyentuh konjungti$a dengan secarik kertas kering berflourescein adalah
indikator baik untuk derajat basahnya mata) dan meniskus air mata mudah terlihat. /lourescein akan memulas daerah,daerah tererosi dan terluka selain defek mikroskopik pada epitel kornea.")&)6
'e0arnaan fluoresein dari kornea dibagi menjadi tingkat sampa 7 berdasarkan densitas pe0arnaan fluoresein. 8ntuk grading yang lebih spesifik) konea dapat dibagi menjadi lima area dan grading dilakukan untuk setiap area. /.
'emulasan %engal 9ose %engal rose lebih sensitif dari flourescein. 'e0arna ini akan memulas semua sel
epitel non,$ital yang mengering dari kornea konjungti$a. ")&
4
-ambar 6. 'e0arnaan %engal rose -.
'enguji Kadar iso;im Air 3ata 'enurunan konsentrasi liso;im air mata umumnya terjadi pad a0al perjalanan
sindrom Sjorgen dan berguna untuk mendiagnosis penyakit ini. Air mata ditampung pada kertas Schirmer dan diuji kadarnya. 2ara paling umum adalah pengujian secara spektrofotometri.")& +. 1smolalitas Air 3ata +iperosmollitas air mata telah dilaporkan pada keratokonjungti$itis sicca dan pemakaian kontak lens dan diduga sebagai akibat berkurangnya sensiti$itas kornea. aporan,laporan menyebutkan bah0a hiperosmolalitas adalah tes paling spesifik bagi keratokonjungti$itis sicca. Keadaan ini bahkan dapat ditemukan pada pasien dengan Schirmer normal dan pemulasan bengal rose normal. ")& 1smolaritas normal untuk air mata adalah <=&,7= mosm>. 1smolaritas film air mata direkomendasikan oleh ational 5ye nstitute untuk menentukan dry eye. Sebuah penelitian oleh Tomlinson dan peneliti lainnya menghasilkan batas ukur bagi osmolalitas air mata pada dry eye adalah 7"6 m1sm>liter.")& Tiga metode digunakan untuk mengukur osmolaritas air mata yaitu dengan free;ing point depression (/D'#) tekanan uap) dan kondukti$itas elektrik. 8ntuk melakukan tes tekanan uap dan kondukti$itas elektrik dibutuhkan sample air mata sebanyak .? mikroliter sampai .=6 mikroliter dan untuk mendapatkan air mata sebanyak itu perlu dilakukan stimulasi terhadap glandula lakrimal untuk merangsang refleks menangis. Sedangkan /D' memerlukan jumlah air mata yang lebih sedikit yaitu .< mikroliter namun berpotensi untuk menghasilkan hasil yang tidak akurat karena adanya proses e$aporasi atau penguapan. Karena alasan tersebut) pengukuran osmolaritas air mata jarang digunakan karena tidak adanya standarisasi dan peralatan
5
yang memadai. amun sekarang sudah terdapat instrumen yang mudah untuk mengukur osmolalitas air mata yaitu dengan system Tearab dan Tear 1smometer atau osmometer airmata. System tearab menentukan osmolalitas dengan mengukur akti$itas elektrik dari air mata berdasarkan kandungan garam pada airmata. Tes ini membutuhkan sample airmata sebanyak .& mikroliter dan memakan 0aktu 7 detik. 1smometer air mata menghitung osmolalitas memakai /D' atau free;ing point depression dan membutuhkan sample airmata yang lebih banyak. 'ada pengukuran dengan free;ing point depression atau osmometer airmata) sample didinginkan hingga titik bekunya. Air beku pada nol derajat celcius namun solusi (campuran air dengan ;at lain# misalnya garam) akan membeku pada suhu lebih rendah yaitu diba0ah nol derajat jadi semakin rendah titik bekunya suatu cairan solusi) maka semakin tinggi osmalaritasnya.")& 2ontoh pengukuran osmolalitas airmata dengan menggunakan tearab
Tear osmometer
.
actoferrin actoferrin dalam cairan air mata akan rendah pada pasien dengan hiposekresi
kelenjar lakrimal. Kotak penguji dapat dibeli dipasaran. ")& 3.7 Manajemen dry eye Tindakan bedah pada mata kering adalah pemasangan sumbatan pada punktum yang bersifat temporer (kolagen# atau untuk 0aktu lebih lama (silikon#) untuk menahan
6
sekret air mata. 'enutupan puncta dan kanalikuli secara permanen dapat dilakukan dengn terapi themal (panas#) kauter listrik atau dengan laser.")<) 3.8 Prognosis
Secara umum) prognosis untuk ketajaman $isual pada pasien dengan sindrom mata kering baik." 3.9 Komplikasi
'ada a0al perjalanan keratokonjungti$itis sicca) penglihata sedikit terganggu. Dengan memburuknya keadaan) ketidaknyamanan sangat menggangu. 'ada kasus lanjut) dapat timbul ulkus kornea) penipisan kornea) dan perforasi. Kadang,kadang terjadi infeksi bakteri sekunder) dan berakibat parut dan $askularisasi pada kornea) yang sangat menurunkan penglihatan. Terapi dini dapat mencegah komplikasi, komplikasi ini.")<)7
DAFTAR PUTAKA
7
".
@augan) Daniel) Taylor Asbury) 'aul 9iordan,5$a alih bahasa : Ban
Tamboyang) %raham 8. 'endit editor C. Boko Suyono. 'alpebra dan Apparatus lakrimalis dalam 1ftalmologi 8mum) edisi "!. Bakarta: <. +al =!. Widya 3edika <. Skuta) -regory et al. American Academy of 1phtalmology : 1rbit 5yelids and acrimal System . San /ransisco: <"" . American Academi of 1phtalmology 7. @augan) Daniel) Taylor Asbury) 'aul 9iordan,5$a alih bahasa : Ban Tamboyang) %raham 8. 'endit editor C. Boko Suyono. 1ftalmologi 8mum) edisi "!. Bakarta: <. +al =&. Widya 3edika !. lyas) Sidarta. lmu 'enyakit 3ata) edisi ketiga. Bakarta: <?. %alai 'enerbit /K8. &.
'lugfelder) Stephen 2 et al. Dry 5ye and 1cular Surface Disorders. e0
york : <!. 3arcell Decker.
2.1 Diagnosa
tabel 2.3 Tabel Diagnosis Investigation and Management Dry Eyes, Academy For Eye CareExcellence 20! "Amit #atel, 202$
2.2 Treatment Terapi dry eye syndrome bergantung dari keparahannya
(Amit Patel,
2012):
8
tabel 2.! Tabel Tera%i "Investigation and Management Dry Eyes, Academy For Eye CareExcellence 20!$
1. Higienitas palpebra
untuk
menstabilkan flm
air
mata
dengan
mengkompres menggunakan air hangat selama 2 menit, 2-4 kali sehari. Kemudian bersihkan dengan sampo bayi dengan mengggunakan ujung jari tangan seap setelah mengkompres
(Amit Patel, 2012). 2. Pengganan
dan
smulasi
air
mata.
Cairan
hipotonik
direkomendasikan dan sangat membantu untuk kasus yang
ringan (Amit Patel, 2012). 3. Kondisi yang menyertai
Campuran antara lubria!i n"rmal #an $ung!i pember!i%an #ari air mata maupun &ang ber%ubungan #engan penurunan li!"'im bere!i" timbuln&a in$e!i gra#e ren#a% r"ni!. n$e!i &ang mengenai tepi palpebra #apat memperburu "n#i!i #e$i!ien!i air mata &ang !u#a% a#a, #an blep%ariti! anteri"r ataupun !uperi"r %aru! #iterapi #engan %igienita! palpebra &ang a#euat, antiin$lama!i, #anatau antibi"ti (Amit Patel, 2012). 4. klusi pun!ta
9
*ilauan +ia #iaibatan eap"ra!i air mata &ang berlebi%an (Amit Patel, 2012). 5. Therapeutc conac lens herapy "#$C%&
Hydrophilic bandage lenses biasanya disediakan untuk menampung air mata jika digunakan dengan kombinasi air mata artifisial yang banyak. Lensa terbaru yaitu gas-permeable scleral contact lenses sangat eekti (Amit Patel, 202!. 6. Laeral arsorrhaphy
*apat menurunan eap"ra!i air mata (Amit Patel, 2012). 7. 'etode lain
-amar lembab #apat #iapai #engan !ebua% pla!ti pelin#ung mata #apat membantu pa#a beberapa a!u!. -aa mata #engan !i!i !amping &ang terlin#ung +uga memberian e$e &ang !ama. /embran
amni"n
#an
cadaveric
epithelial
stem
cell
transplantation #apat #igunaan untu !e+umla% pa!ien #engan
eru!aan permuaan b"la mata &ang para% !eperti: mata ering berat, ba%an baar imia, #an ul!er neur"tr"pi. erapi +anga pan+ang #engan an#r"gen t"pial untu men!tabilan !ere!i min&a #ari elen+ar meib"mian #an tpial &l"!p"rin untu menean &t"liti l&mp%"&te! #an agen #e!truti$ in$lama!i lainn&a (Amit Patel, 2012). DAFTAR PUSTAKA Patel, Amit, %unil a%. 2012. ne!tigati"n an# /anagement *r& &e. A!!"iati"n "$ pt"metri!t relan#.
0