BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG “Low back pain” (LBP), sering disebut nyeri punggung bawah (NPB), nyeri pinggang, boyok, merupakan merupakan keluhan yang sering dijumpai. Hampir 70-80 % penduduk di Negara maju pernah mengalami mengalami LBP. Setiap tahun 15-45 % orang dewasa menderita LBP, dan satu diantara 20 penderita harus dirawat dirumah sakit karena serangan akut. LBP sangat umum pada umur 35-55 tahun. Hampir 80 penduduk di negara-negara industri pernah mengalami NBP. Di Amerika Serikat prevalensinya dalam satu tahun berkisar antara 15%-20% sedangkan insidensi berdasarkan kunjungan pasien baru kedokter adalah 14,3%. Data epidemiologik mengenai NBP di indonesia belum ada. Diperkirakan 40% penduduk Jawa Tengah berusia di atas 65 tahun pernah menderita nyeri pinggang dan prevelensinya pada laki-laki laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%. Prevalensi ini meningkat sesuai dengan meningkatnya usia insidensi berdasarkan kunjungan pasica ke beberapa rumah rumah sakit di indonesia berkisar antara antara 3%-17%. NBP paling serimh dijumpai pada usia dekade ketiga dan awal dekade keempat. Data dari rumah sakit di Indonesia menunjukkan bahwa lebih dari setengah pasien berusia antara dekade kedua samapi awal dekade keempat. keempat. Sekitar 90% NPB akut maupun kronik benigna akan mengalami penyembuhan spontan dalam 4-6 minggu tetapi cenderung berulang. Bahkan pada umumnya episode NPB atau siatika akan sembuh spontan dalam dua minggu dan sebagian kecil dalam 6-12 minggu. Hanya 1%-2% kasus yang memerlukan evaluasi untuk tindakan bedah. Nyeri punggung yang buka benigna (red Flags) Flags) disebabkan oleh fraktur kompresi, spondilolistesis, keganasan, spondilitis ankilopoitika, osteomielitis vertebra.(dr.Mahadewa,Tjokorda G.B,M.Kes,Spbs G.B,M.Kes,Spbs 2009)
1|
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum Agar mahasiswa mampu menjelaskan pencegahan perimer,sekunder,tersier Gangguan Low Back Pain. 2. Tujuan Khusus a.
Mahasiswa mampu memahami pengertian nyeri punggung bawah
b. Mahasiswa mampu memahami memahami etiologi nyeri punggung bawah c.
Mahasiswa mampu memahami nyeri punggung bawah
d. Mahasiswa mampu memahami manifestasi kelinis nyeri punggung bawah e.
Mahasiswa mampu memahami memahami patofisiologi yeri punggung bawah
f.
Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan penunjang nyeri punggung bawah
g. Mahasiswa mampu memahami pencegahan nyeri punggung bawah. h. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan nyeri punggung bawah. i.
Mahasiswa mampu memahami kaloborasi nyeri punggung bawah.
C. METODE
Metode penulisan yang kami gunakan adalah metode deskriptif berdasarkan berdasarkan tinjauan beberapa literatur seperti seperti buku dan internet.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I
: Latar belakang, belakang, tujuan, metode penulisan dan Sistematika penulisan
BAB II
: Tinjauan teori (anatomi fisiologi, definisi,etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi,pemeriksaan patofisiologi,pemeriksaan penunjang, pencegahan, pencegahan, penatalaksanaan, penatalaksanaan, kaloborasi)
BAB III
: Penutup (kesimpulan dan saran)
2|
BAB II TINJAUAN TEORI
A. ANATOMI FISIOLOGI Columna vertebralis atau spine dibentuk oleh 33 buah tulang vertebra yang masing-masing bagian memiliki kekhususan sendiri. Ke 33 tulang tersebut dikelompokkan menjadi 7 vertebra cervical, 12 vertebra thoracal, 5 vertebra lumbal, 5 vertebra sacral, dan 4-5 vertebra coccygeus. Satu buah vertebra secara umum terdiri dari corpus vertebra, facet articularis, processus spinosus, dan processus transversus
(gambar kolum vetebralis)
Secara fungsional, vertebra terdiri atas beberapa segmen junghan, yang terdiri atas: a.
Tulang bagian depan(corpus) dan tulang bagian belakang (arcus)
b.
Discus intervertebralis, yang tersusun atas nucleus pulposus dan anulus fibrosus
c.
Facet (zygapophyseal joint)
d. Canalis spinalis e.
Forament intervertebralis
f.
Costo vertebral/ costo transversal pada daerah thoracal
g. Sistem ligamenta, terdiri atas:
3|
1) Ligamentum longitudinal anterior, terbentang sepanjang bagian depan corpus. 2) Ligamentum longitudinal posterior, pada bagian belakang corpus dan menutup bagian depan spinal canal. 3) Ligamentum interspinal, menghubungkan tiap processus spinosus atas dan bawahnya . 4) Ligamentum supra spinal, terletak dibelakang ligamentum interspinal
(gambar ligamen) Pada vertebrae juga terdapat otot-otot yang terdiri atas : 1. Musculus trapezius 2. Muskulus latissimus dorsi 3. Muskulus rhomboideus mayor 4. Muskulus rhomboideus minor 5. Muskulus levator scapulae 6. Muskulus serratus posterior superior 7. Muskulus serratus posterior inferior 8. Muskulus sacrospinalis 9. Muskulus erector spinae 10. Muskulus transversospinalis 11. Muskulus interspinalis
4|
(gambar otot di vertebrae) B. DEFINISI
NPB adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular atau keduanya.Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu didaerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri kearah tungkai dan kaki. Nyeri yang berasal dari daerah punggung bawah dapat dirujuk kedaerah lain atau sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah (refered pain).( dr.Mahadewa,Tjokorda G.B,M.Kes,Spbs 2009) Nyeri punggung bawah atau LBP adalah kondisi yang tidak mengenakan di sertai adanya keterbatasan aktivitas dan nyeri apabila melakukan pergerakan atau mobilisasi.(Muttaqin,arif,s.kep,ns 2011)
C. ETIOLOGI
Kebanyakan nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari berbagai masalah muskuloskeletal ( misalnya: renggangan lumbalsakral akut, ketidakstabilan ligemen lumbosakral dan kelemahan otot, osteoartritis tulang belakang, stenosis tulang belakang, masalah diskus intervertebralis, ketidaksamaan panjang tungkai). Pasien lansia bisa menderita penyakit punggung bawah yang berhubungan dengan
5|
fraktur tulang osteoporosis atau metastasis tulang. Penyebab lainnya meliputi gangguan ginjal, masalah pelvis, tumor retroperitoneal, aneurisma abdominal. Kebanyakan nyeri punggung akibat gangguan muskuloskeletal dan diperberat dengan aktivitas, sedangkan nyeri akibat keadaan lainnya tidak dipengaruhi oleh aktivitas. (C. Smeltzer,Suzanne. 2001)
D. MANIFESTASI KLINIS
Pasien biasanya mengeluh nyeri punggung akut maupun nyeri punggung kronis (berlangsung selama 2 bulan tanpa perbaikan) dan kelemahan. Selama wawancara awal, dikaji lokasi nyeri, sifatnya, dan penjalarannya sepanjang saraf (Sciatika). Nyeri yang berasal dari masalah muskuloskeletal biasanya akan semakin jelas pada gerakan. Pemeriksaan fisik dapat menemukan spasme otot paravertebralis(peningkatan tonus otot tulang postural belakang yang berlebihan) disertai hilangnya lengkungan lordotik lumbal yang normal dan mungkin ada deformitas tulang belakang. Bila pasien diperiksa dalam keadaan telungkup, otot paraspinal akan relaksasi dan deformitas yang diakibatkan oleh spasmus akan menghilang. Bila pasien mengalami radikulopati ( gangguan serabut saraf ) atau nyeri punggung kronik, diperlukan pemeriksaan diagnostik multipel.Kadang-kadang, dasar organik nyeri punggung tak dapat ditemukan. Kecemasan dan stres dapat membangkitkan spasme otot dan nyeri. Nyeri punggung bawah bisa merupakan menifestasi depresi atau konflik mental atau reaksi terhadap stresor lingkungan dan kehidupan. (Baughman, Diane C. 2000) Manifestasi yang biasa terjadi pada pasien nyeri punggung bawah: 1. Pasien mengeluh baik nyeri punggung akut atau nyeri punggung kronis (berlangsung lebih dari 2 bulan tanpa perbaikan) dan keletihan. 2. Pemeriksaan
fisik
dapat
menemukan
adanya
spasme
otot
paravertebralis(peningkatan tonus otot tulang postural belakang yang berlebihan) disertai hilangnya lengkungan lordotik lumbal yang normal dan mungkin ada deformitas tulang belakang. 3. Nyeri menjalar sepanjang radiks saraf (skiatika); meningkat dengan gerakan. 4. Nyeri berkaitan dengan meluruskan tungkai (iritasi radiks spinal)
6|
5. Spasme otot paravertebral (meningkatkan tonus otot punggung postural) dengan kehilangan sejumlah kurva lordotik lumbal dan kemungkinan deformitas spinal. . 6. Radikulopati (masalah radiks saraf) atau nyeri punggung kronis. (Baughman, Diane C. 2009)
E. PATOFISIOLOGI
Dari sekian banyak otot di tubuh kita, yang rata-rata paling berat dibebani adalah otot-otot panjang dari punggung. Bila kita membungkuk dan mengangkat sesuatu yang berat dari lantai secara tidak tepat, otot-otot tersebut dan urat-urat yang saling mengikat ruas-ruas tulang punggung menjadi sangat tertarik-tarik dengan kuat. Pembebanan berlebihan juga terjadi pada suatu gerakan salah atau bila berdiam dalam posisi terputar selama waktu yang lama atau pada berat badan berlebihan. Oleh karena itu mudah terjadi robek-robek dan perdarahan mikro pada tempat penyematan (pertautan) dari otot-otot kecil tertentu. Akibatnya ialah nyeri pada suatu sisi yang hebat di bagian bawah punggung, yang (hampir) tidak menjalar ke kaki. Setiap gerakan, berdiri atau berjalan, batuk atau bersin menimbulkan rasa nyeri seperti teriris-iris, yang ada-kalanya hanya mereda bila berbaring. Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus merupakan penyebab nyeri punggung yang biasa. Diskus lumbal bawah, L4-L5,L5-S1, menderita distres mekanisme paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus(Herniasi Nukleus Pulposus) atau kerusakan sendi faset dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut. (C.Smeltzer, Suzanne. 2001)
7|
Pathway nyeri punggung bawah
Usia tua (proses degenerasi)
masalah muskuloskeletal
(Penurunan kalsium,kekurangan vitamin D,gangguan fungsi hormon paratiroid dan kalsitonin,obesitas,kelemahan otot abdominal,masalah struktur)
Diskus intervertebralis mengalami perubahan
fibrokartilago yang padat dan tidak teratur
Diskus lumbal ( L4 - L5 dan L5 – SI ) mengalami stress paling berat
perubahan degenerasi berat
Penonjolan diskus ( HNP ) / kekerusakan sendi
Penekanan pada akar syaraf
Nyeri punggung bawah
Nyeri menyebar ke ekstremitas bawah
Sumber: Suzanne C.Smeltzer. 2001( yang telah dimodifikasi)
8|
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Neurofisiologik Pemeriksaan neurofisiologik dikerjakan pada NBP dengan penjalaran nyeri ketungkai untuk mendata radikulopati dan menyingkirkan neuropati perifer akibat kelainan sistemik seperti diabetes melitus. Pemeriksaan ini dapat membantu menentukan tinggi lesi, derajat disfungsi serta menentukan relevansinya dengan gambaran radiologik. Pemeriksaan yang banyak dikerjakan adalah kecepatan hartar saraf tepi dan pemeriksaan elektromiografi (EMG) jarum pada radikulopati. EMG jarum dan H-reflex dianjurkan bila disfungsi radiks lebih dari 3-4 minggu. H-reflex sangat sensitif untuk pemeriksaan radikulopati S I saraf sensoris. b) Somatosensory Evoked Potential (SEP) Umumnya yang diperiksa n. Tibialis posterior atau n. Peroneus SEP sensitif untuk stenosis kanal yang disertai mielopati.Sebaiknya jangan hanya berpatokan pada gejala klinis saja, diagnostik selalu mulai dengan yang paling tidak infasif begitu pula terapinya. c) Radiologi Foto polos Foto polos vertebra lumbosakral tidak dilakukan secara rutin, kecuali ada indikasi. Berguna untuk melihat fraktur dan dislokasi. Biasanya cukup proyeksi AP dan leteral. Foto oblik bila ada dugaan spondilolistesis atau kelainan sendi faset. Kadang-kadang diperlukan pemeriksaan proyeksi leteral dalam keadaan fleksi-ekstensi. Dinilai ABCs ( Aligment, bony changes, Cartilagineus changes, Soft tissue changes). Perhatikan kelainan visera pada foto. Indikasipemeriksaan foto polos: adanya riwayat trauma yang bermakna, belum dapat ditentukan secara pemeriksaan klinis, dugaan lesi patologik atau infeksi, terdapat defisit neurologik dan tersangka kelainan sakroiliaka. d) Mielografi Periksaan ini jarang sebagai pemeriksaan rutin NPB. Beberapa kelainan yang dapat dilihat dengan mielografi adalah HNP, tumor, kista, hgematom, stenosis kanal dan arakhnoiditis. Indikasi mielografi yaitu pasien yang gagal terapi konservatif dan akan dioperasi, kelemahan motorik nyata pada radikulopati, riwayat NPB lama dan tidak mengalami perbaikan dengan terapi konservatif, dugaan neoplasma. Kontra indikasi mutlak tidak ada. Hati-hati pada
9|
riwayat bangkitan epilepsi, riwayat sensitif zat kontras, minum antridepresan, derivat fenotiasin atau peminum alkohol. e) Computer Tomography scan (CT scan) CT scan dapat menentukan kelainan tulang, tetapi kurang baik untuk menilai isi kanalis spinalis. Membantu diagnosis HNP pada pasien dengan teka spinal yang sempit atau pendek dan ruang kanalis spinalis yang lebar seperti pada HNP L5-SI atau yang jarang pada HNP yang sanagt leteral. Juga membantu diagnosis stenosis kanala. Mielogram CT scan. Berguna untuk pasien yang tidak dapat diam selama pemeriksaan atau klaustrofobia pada MRI atau sebelumnya telah dilakukan prosedur spinal. f)
Magnetic Resanance Imaging (MRI) MRI terutama berguna untuk melihat defek intra dan ekstra dural serta melihat jaringan lunak. MRI diperlukan pada penyakit dengan matastatis ke vertebra dan HNP servikal, torakal dan lumbal. Di daerah lumbal CT scan sangat membantu melihat HNP serta struktur tulang dan sendi, dan kelainan degenerasi dibanding MRI. Di daerah servikal dengan MRI selain diskus juga terliaht medula spinalis dan radiks saraf yang tidak mungkin terlihat pada CT scan. Pada lesi medula spinalis MRI merupakan pemeriksaan pilihan. Blok saraf somatik paravetebral dengan anastesi lokal membantu menentukan lokasi lesi bila pemeriksaan lain tidak menunjang. Apabila dicurigai nyeri miofasial, suntikan pad titik picu dapat sebagai diagnostik selain terapi.
g) Laboratorium Pemeriksaan laboratorium atas indikasi antara lain laju endap darah, darah perifer lengkap, C-reaktif protein (CRP), faktor rematoid, fosfatase alkali/asam, kalsium. Urin analisa berguna untuk penyakit nonspesifik seperti infeksi, hematurin.
Pemeriksaan
likuor
serebrospinal
atas
indikasi.
.(dr.Mahadewa,Tjokorda G.B,M.Kes,Spbs 2009)
10 |
G. PENCEGAHAN PRIMER,SEKUNDEER,TERSIER
1. A. Pencegahan Primer Pencegahan sebelum terjadinya LBP . Pencegahan primer mengutamakan pada penguatan flexible lines of defense dengan cara mengurangi faktor-faktor resiko,Intervensi dilakukan jika resiko atau masalah sudah diidentifikasi tapi sebelum reaksi terjadi. Faktor faktornya: a) Kasur empuk Alas tidur yang terlalu empuk dan melengkung di bagian tengah akan membuat struktur tulang berubah
(kasur empuk) b) Memakai sepatu hak tinggi. Mengenakan sepatu dengan hak yang lebih tinggi dari 3-4 cm tidaklah sehat. Sepatu hal tinggi mendorong berat tubuh ke arah depan sehingga menambah tekanan pada punggung.
(Memakai Sepatu Hak Tinggi)
c) Memilintir pinggang Semua gerakan yang melibatkan rotasi di bagian perut atas secara berulang-ulang akan menyebabkan trauma mikro pada tulang punggung
11 |
bawah. Kerusakan ini akan berakumulasi dan beresiko menyebabkan kerusakan di kemudian hari.
(Melintirkan Pinggang) d) Duduk membungkuk Duduk
dengan
punggung
melengkung
dalam
waktu
lama
akan
menyebabkan tulang lumbal tidak tersangga dengan baik sehingga tekanan pada diskus semakin besar.
(Duduk Membungkuk) e) Istirahatkan punggung Duduk memberikan tekanan lebih banyak pada punggung dari pada berdiri: apabila anda harus duduk di meja anda untuk waktu yang lama atau anda harus menempuh perjalanan jauh dengan pesawat, kereta api, atau mobil, sering-seringlah mengubah posisi duduk dan memberi punggung Anda kesempatan beristirahat dengan berdiri dan berjalan-jalan kira-kira setiap satu jam sekali.
12 |
(Istirahat Punggung) f)
Posisi tidur Hindari tidur tengkurap. Posisi seperti ini membuat leher menjadi panjang dan membuat tekanan pada persendian lebih besar . Yang ideal adalah tidur menyamping dengan menggunakan bantal sebagai penyangga di antara kedua kaki dan punggung. Bila Anda lebih nyaman tidur terlentang, letakkan bantal di bawah lutut. (Posisi Tidur
(Posisi Tidur) g) Mengangkat barang Saat mengangkat barang,jaga punggung di tetap lurus dan angkat beban sedekat mungkin dengan tubuh.Angkat dengan otot tungkai besar,bukan dengan otot punggung.
(Mengangkat barang)
13 |
B. Penatalaksanaan 1. Pendidikan klien di rumah. Diperlukan waktu 6 bulan bagi seseorang untuk menyesuaikan kebiasaan postural. Melatih postur untuk perlindungan dan pertahanan, posis, dan mekanika tubuh akan menghasilkan penguatan alamiah punggung dan mengurangi kekambuhan nyeri punggung bawah. a.
Berdiri:
Hindari berdiri dan berjalan lama.
Jika harus berdiri lama, istirahatkan salah satu kaki, pijakan kecil atau kotak untuk mengurangi lordosis pinggang.
Hindari posisi kerja membungkuk ke depan.
b. Duduk:
Stress pada punggung akan lebih besar dalam posisi duduk dari pada berdiri. Hindari duduk terlalu lama. Duduk dengan punggung tegak dan dukungan pada punggung yang memadi. Pergunakan pijatan kaki untuk memposisikan lutut lebih tinggi dari pada pinggul. Pertahankan penyangga punggung pada saat duduk. Lindungi terhadap regangan ekstensi, seperti meraih, mendorong, duduk dengan tungkai lurus.
Mengganti posisi duduk dengan berdiri/berjalan dalam periode tertentu. Berbaring:
c.
Istirahat diutamakan karena kelelahan menyebabkan spasme otot punggung.
Letakan papan keras dibawah kasur.
Hindari tidur dengan posisi telungkup.
Ketika tidur telentang, gunakan sebuah bantal dibawah lutut untuk mengurangi lordosis.
d. Mengangkat: Saat mengangkat barang, jaga agar punggung tetap lurus dan angkat beban sedekat mungkin dengan tubuh. Angkat dengan otot tungkai besar, bukan dengan otot punggung.
Lindungi punggung dengan korset penyangga punggung pada saat mengangkat barang. Jika jongkok, pertahankan punggung tetap l urus. Hindari memuntir batang tubuh, mengangkat di atas pinggang, dan menjakau sesuatu dalam waktu lama.
14 |
e. f.
Latihan: Berjalan kaki diluar rumah secara bertahap meningkatkan jarak dan kecepatan Mendorong klien untuk: Menyesuaikan area pekerjaan untuk menghindari stres pada pinggang.
dengan
Menyesuaikan tinggi kursi dan meja kerja.
Menggunakan penyangga lumbal saat duduk di kursi.
Menghindari berdiri lama dan tugas yang berulang-ulang.
Menghindari membungkuk, memutar, dan mengangkat benda berat.
Menghindari pekerjaan dengan getaran terus-menerus.
2. Pencegahan sekunder Pencegahan Meliputi berbagai tindakan yang dimulai setelah ada gejala dari stressor. Pencegahan sekunder mengutamakan pada penguatan internal lines of resistance, mengurangi reaksi dan meningkatkan faktor-faktor resisten sehingga melindungi struktur dasar melalui tindakan-tindakan yang tepat sesuai gejala Tujuannya adalah untuk memperoleh kestabilan sistem secara optimal dan memelihara energi.Faktor-faktornya nyeri punggung: a) Olahraga berat di akhir pecan Kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor risiko yang membuat seseorang lebih rentan terkena nyeri punggung. Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan olahraga berlebihan hanya di akhir pekan. Jika kita melakukan sesuatu yang berat setelah sepanjang minggu lebih banyak beraktivitas pasif, kita sangat beresiko mencederai diri. Olahraga high impact yang dilakukan tanpa pemanasan untuk menguatkan batang tubuh (core) akan membuat otot-otot tidak kuat mendukung gerakan yang dilakukan. Karena itu disarankan agar setidaknya kita melakukan latihan dasar untuk penguatan batang tubuh 15 menit setiap hari serta pemanasan agar batang tubuh dan otot-otot lebih siap ketika kita berolahraga lebih intens di akhir pekan.
15 |
(Olahraga Berat Di Akhir Pekan) b) Menggendong anak Menggendong anak di punggung, terlebih jika berat badan anak cukup besar, akan menyebabkan tekanan yang besar pada tulang punggung. Apalagi jika si anak banyak bergerak.
(Menggendong Anak) c) Merokok Merokok akan menyebabkan diskus memburuk dengan cepat. Diskus atau bantalan tulang ini memiliki dinding fibrosa di bagian luar yang melindungi gel di dalamnya.
(Merokok) d) Kurang tidur Diskus tulang belakang tidak memiliki pembuluh darah sehingga mereka tidak mendapat cukup nutrisi. Akibatnya diskus lebih rentan retak dan dehidrasi. Usahakan untuk tidur cukup minimal 7 jam setiap malam karena di malam hari diskus akan terhidrasi kembali.
16 |
(Kurang Tidur) B. Penatalaksanaan 1. Meredakan nyeri. a.
Istirahat.perawat perlu memotivasi klien agar memperbanyak istirahat dengan memasuki tirah baring.
b. Pengaturan posisi tidur. Pengubahan posisi tidur diperlukan agar memperbaiki fleksi lumbal. c.
Manajemen nyeri. Ajarkan klien untuk dapat melakukan relaksasi napas dalam ketika nyeri muncul, menggunakan metode distraksi, dan manajemen sentuhan diperlukan untuk mengurangi stimulus nyeri.
d. Masase jaringan lunak. Masase dengan lembut sangat berguna untuk mengurangi spasme otot, memperbaiki peredaran darah, dan mengurangi nyeri. 2. Mempertahankan mobilitas fisik. a.
Mobilitas fisik dipantau melalui pengkajian berkelanjutan. Perawat mengkaji cara klien melakukan perubahan posisi, cara bergerak atau berdiri. Ketika nyeri punggung berkurang, aktivitas perawatan diri boleh dilanjutkan dengan perubahan posisi dan regangan minimal pada struktur lumbal yang mengalami cedera.
b. Perubahan posisi dilakukan secara perlahan atau jika perlu dibantu oleh orang lain. Klien harus diajarkan turun dari tempat tidur dengan rasa tidak nyaman seminimal mungkin. Gerakan memutar dan lenggok harus dihindari. c.
Klien dianjurkan untuk tidak melakukan aktivitas berjalan, duduk,atau berdiri terlalu lama, tetapi dilakukan dalam tempo yang sedang dan tidak terlalu cepat.
17 |
d. Latihan mobilitas dilakukan untuk memperkuat kelenturan, mengurangi lordosis, memperkuat otot abdominal dan batang tubuh, dan mengurangi regangan pada tulang belakang. Klien dianjurkan untuk memperbaiki posturnya, mempergunakan mekanika tubuh seperti berjalan atau berenang untuk memperkuat punggung yang sehat. e.
Aktivitas rekreasi tidak boleh menyebabkan tegangan atau regangan pada tulang punggung yang akan memperberat nyeri punggung bawah.
3. A. Pencegahan tersier Dilakukan setelah sistem ditangani dengan strategi-strategi pencegahan sekunder. Pencegahan tersier difokuskan pada perbaikan kembali ke arah stabilitas sistem klien secara optimal. Tujuan utamanya adalah untuk memperkuat resistansi terhadap stressor untuk mencegah reaksi timbul kembali atau regresi, sehingga dapat mempertahankan energi.Faktor-faktornya nyeri punggung: a) Karena osteoporosis Pada usia lanjut,terutama pada kaum wanita,sering muncul keluhan nyeri pinggang
akibat
ketuaan
atau
pengapuran
tulang-tulang
belakang
(osteoporosis).Rasa nyeri bersifat pegal atau nyeri yang searah dengan jalur saraf yang keluar dari tulang belakang.Pada nyeri ini sering juga di sertai dengan retaknya tulang belakang (dapat di lihat dengan foto ronteng). Perawat bisa di lakukan dengan pemberian obat anti sakit dan kalsium atau suntikan Nandrolone decanoate.Akrih-akhir ini di anjurkan pula suntikan calcitionin,suatu hormon yang menghambat pengapuran tulang.Hormon ini juga memiliki sifat sebagai obat anti sakit.
(Osteoporosis) b) Istirahat yang cukup Berbaringan di tempat tidur selama beberapa hari sampai beberapa minggu.Atau dengan tidur selama 1-2 jam setiap siang hari.Hal tergantung
18 |
dari berat ringanya penyakit.Umumnya istirahat cukup di rumah dengan kasur agak keras yang dilandasi papan,sudah mampu mengurangi rasa nyeri nya.
(Istirahat Yang Cukup) c) Hernia nukleus pulposus(HNP) Perawatan pada nyeri ini adalah dengan istirahat berbaring di tempat tidur selama 2-3 minggu.Terapi panas dengan memakai handuk yang di rendam air panas,atau dengan botol berisi air panas yang di bungkus handuk dan di tempelkan pada pinggang.Juga pemberian obat obatan antik sakit dan traksi pinggul.Traksi pinggul ini ditunjukan untuk mengendorkan otot-otot yang tegang.(Sitorus Ronal H 1996)
(Kopres Hangat) d) Jaga nutrisi dan
diet yang tepat untuk mengurangi dan mencegah berat
badan berlebihan, terutama lemak di sekitar pinggang. Diet harian yang cukup kalsium, fosfor, dan vitamin D membantu menjaga pertumbuhan tulang baru.
(Vitamin D)
19 |
B. Penatalaksanaan 1. Meningkatkan mekanika tubuh yang tepat. a.
Mekanika dan postur tubuh sangat penting untuk mencegah kekambuhan nyeri pinggang. Klien diajari mengenai cara berdiri, berbaring, dan mengangkat benda dengan benar. Anjurkan klien untuk mempertahankan kurvatura tulang belakang pada setiap aktivitas yang melibatkan peregangan dari tulang belakang.
b. Klien yang terpaksa harus berdiri lama atau sering melakukan pengangkatan barang dianjurkan untuk mengatur postur berdiri yang benar dengan menegakkan punggung dan dengan tumpuan kedua kaki yang lurus. Jika klien duduk, lutut dan pinggul harus menekuk, dan lutut harus sama atau lebih tinggi dari pinggul untuk meminimalkan lordosis. Kaki selalu datar diatas lantai. c.
Posisi tidur sebaiknya miring dengan lutut dan pinggul ditekuk, atau telentang dengan lutut disangga dalam posisi fleksi dan harus dihindari tidur dengan posisi telungkup.
2. Mengubah nutrisi untuk penurunan berat badan. Obesitas menyebabkan ketegangan punggung dengan memberikan stres pada otot punggung.anjurkan untuk mempatuhi program terapi diet sangat mendukung usaha mengurangi tegangan otot dan mengurangi nyeri. 3.
Modifikasi nutrisi untuk reduksi berat nadan. Berikan rencana nutrisi yang masuk akal yang mencakup perubahan dalam kebiasaan makan untuk mempertahankan berat badan yang diinginkan.
Pantau penurunan berat badan,perhatikan pencapaian,berikan dorongan dan penguatan yang positif,serta pemudah kepatuhan.
20 |
H. Tindakan Kolaborasi Medis
1. Analgesik standar (parasetamol, kodein, dan dehidrokodein yang diberikan tersendiri atau dalam kombinasi). 2. NSAID: penghambat siklooksigenase (ibuprofen, naproxen, diklofenak) dan penghambat siklooksigenase-2 (na-bumeton, etodolak, dan meloxicam). 3. Analgesik kuat: potensi sedang (meptazinol, dan penta-zosin), potensi kuat (buprenorfin, tramadol) dan potensi sangat kuat (diamorfin dan morfin). 4. Relaksan otot: esperison HC1. 5. Antidepresan/antikonvulsan: amitriptilin atau gabapen-tin.( Baughman,Diane C.2000)
21 |
BABIII PENUTUP A. KESIMPULAN
Low back pain (LBP) merupakan penyakit punggung bawah yang disebabkan oleh berbagai faktor yaitu terlalu banyak berdiri,mengangkat beban yang berlebihan,tidur di tempat tidur yang terlalu empuk,kurangnya peregangan pada saat melakukan aktifitas berolah raga,menulis dengan cara membungkuk,memakai sendal hak inggi,dan penyakit LBP dapat mengangu aktifitas keseharian dan pada saat beristirahat.
B. SARAN
Agar terhindar dari serangan penyakit LBP seharusnya menghindari terlalu lama beraktifitas seperti terlalu lama berdiri,duduk atau pun terlalu lama berbaring pada tempat tidur yang empuk,dan menghindari pemakaian sendal hak tinggi yang lebih penting adalah melakukan peregangan sebelum berolah raga ataupun beraktifitas.
22 |
DAFTAR PUSTAKA
dr.Mahadewa,Tjokorda G.B,M.Kes,Spbs 2009, Diagnostik dan Tatalaksana Kegawat Darurat Tulang Belakang .Jakarta Baughman,Diane C.2000, Keperawatan medikal-bedah.Jakarta:EGC Sitorus, Ronal H 1996, Pedoman perawatan dan pengobatan berbagai penyakit ,bandung Mansjoer,arif,2000,kapita elekta keokteran.jakarta media aesculapius. Muttaqin,arif,2011 ,buku saku gangguan muskuloskeletal ,jakarta:EGC
23 |