DERMATITIS KONTAK IRITAN DI TEMPAT KERJA
Mata Kuliah: Penyakit Akibat Kerja PJMA: Dr. dr. L. Meily Kurniawidjaja M.Sc., Sp.Ok Kelas: Selasa, 10.00-12.30 WIB
Kelompok 11: Desy Sulistiyorini 1006668481 Indah khoirun Nisa 1006669263 Reny Setyowati 1006670246
DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK, 2012
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Kami dengan ini menyatakan bahwa makalah ini dibuat dengan sejujurnya dengan mengikuti kaidah Etika Akademik UI serta menjamin bebas Plagiarisme. Kami Kami juga juga menyad menyadari ari bahwa bahwa jika jika dianta diantara ra kami kami tidak tidak menand menandatan atangan ganii surat surat pernyataan ini berarti kami tidak berkontribusi dalam pembuatan makalah serta bersedia tidak memperoleh nilai karena kesalahan tersebut. Bila Bila kemudi kemudian an diketah diketahui ui kami kami melang melanggar gar Etika Etika Akadem Akademik ik maka maka kami kami bersedia menerima konsekuensinya.
Depok, Oktober 2012 Tanda tangan kelompok :
Nama /NPM
Tandatangan
Desy Sulistiyorini
(1006668481)
Inda Indah h kho khoir irun un Nisa Nisa
(100 (10066 6669 6926 263) 3)
Reny Setyowati
(1006670246)
DAFTAR ISI DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11
Page 2
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Kami dengan ini menyatakan bahwa makalah ini dibuat dengan sejujurnya dengan mengikuti kaidah Etika Akademik UI serta menjamin bebas Plagiarisme. Kami Kami juga juga menyad menyadari ari bahwa bahwa jika jika dianta diantara ra kami kami tidak tidak menand menandatan atangan ganii surat surat pernyataan ini berarti kami tidak berkontribusi dalam pembuatan makalah serta bersedia tidak memperoleh nilai karena kesalahan tersebut. Bila Bila kemudi kemudian an diketah diketahui ui kami kami melang melanggar gar Etika Etika Akadem Akademik ik maka maka kami kami bersedia menerima konsekuensinya.
Depok, Oktober 2012 Tanda tangan kelompok :
Nama /NPM
Tandatangan
Desy Sulistiyorini
(1006668481)
Inda Indah h kho khoir irun un Nisa Nisa
(100 (10066 6669 6926 263) 3)
Reny Setyowati
(1006670246)
DAFTAR ISI DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11
Page 2
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME……………………… 2 DAFTAR ISI…………………………………………………………….………..3 BAB I LATAR BELAKANG DAN ANATOMI………………….…………. 4 1.1 Latar Belakang……………………… Belakang……………………………………… ……………………….……… ……….………………4 ………4 1.2 Review Anatomi Fisiologi …………………………….…… …………………………….…………………… ………………..5 ..5 1.3 Mekanisme Inflamasi …………………………………… …………………………………………………… …………………..8 …..8 BAB II DERMATITIS KONTAK IRITAN ………………………………….10 2.1 Jenis Dermatitis Kontak Iritan………….…………………………………10 2.2 Faktor-faktor Faktor-faktor Predisposisi …………………………… …………………………………………… …………………… …… 15 2.3 Interaksi Pajanan dan Gangguan Kesehatan …………………………….16 2.4 Gejala Klinik dan Diagnosis ………………………………………………19 2.5 Differential 2.5 Differential Diagnosis……………………………………………………… Diagnosis……………………………………………………… 22 2.6 Pekerja yang Berisiko …………………………………………………….23 BAB
III
SISTEM
SURVEILANS
PROGRAM
PROMOSI
DAN
PENCEGAHAN………………………………………………………………..24 3.1 Metode Surveilans…………………………………………………………. 26 3.2 Program Promosi dan Pencegahan………………………………………..27
BAB I DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11
Page 3
LATAR BELAKANG DAN ANATOMI FISIOLOGI
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia, sebagai negara yang sedang berkembang, tengah mengalami perkembangan di dunia industri. Dengan berkembangnya industri di Indonesia ini tentunya membuat pemakaian bahan kimia bahan iritan lain semakin meningkat. Sehingga terjadi kontak antara pekerja dengan bahan kimia dan zat iritan tersebut. Kontak kulit langsung antara pekerja dengan bahan kimia dapat menyebabkan dermatitis kontak. Dermatitis adalah inflamasi yang terlokalisir pada kulit, di mana secara umum yang dimaksud dengan inflamasi adalah kondisi dalam tubuh yang mencoba untuk bereaksi untuk melokalisir terjadinya cedera pada suatu jaringan. (CCOHS, 2008). Dermatitis kontak iritan adalah inflamasi kutaneus yang berkembang sebagai hasil dari efek langsung bahan kimia pada kulit. Tidak diperlukan proses sensitisasi dan respon antigen-spesifik imun tidak terdeteksi. Dermatitis kontak iritan timbul pada semua pekerja yang terpajan pada durasi (length of time) dan konsentrasi yang adekuat. (Levy et al, 2005, p. 179-180). Sedangkan menurut NIOSH, dermatitis kontak iritan adalah reaksi nonimunologis yang termanifestasi dalam sebuah proses inflamasi pada kulit yang disebabkan oleh kerusakan langsung (direct damage) pada kulit akibat pajanan hazard di mana terjadinya reaksi hanya terlokalisasi pada lokasi yang kontak langsung. (NIOSH, 2012) Di Amerika Serikat, 90% klaim kesehatan akibat kelainan kulit pada pekerja diakibatkan oleh dermatitis kontak. Di Skandinavia yang telah lama memakai uji temple (patch test) sebagai standar, terlihat insiden dermatitis kontak iritan lebih tinggi daripada Amerika. Bila dibandingkan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita dermatitis kontak alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang kulitnya sangat peka (hipersensitif). Dermatitis kontak iritan timbul pada 80% dari seluruh penderita dermatitis kontak sedangkan dermatitis kontak
DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11
Page 4
alergik kira-kira hanya 10-20%. (Keefner, 2004; sebagaimana dikutip Sumantri, Febriani, & Musa, n.d, p. 2). Pekerja yang menderita dermatitis kontak iritan akan mengalami gangguan dan bahkan cacat pada kulit. Kesehatan dan produktifitas kerja yang terganggu mengakibatkan kerugian (loss) bagi pekerja itu sendiri dan juga bagi institusi (perusahaan) tempat kerjanya. Hal ini mengakibatkan tingginya biaya penggantian medis, meningkatkan angka absenteisme, menurunkan produktifitas kerja, dan dapat menambah biaya untuk rekruitmen pekerja baru. Maka untuk itu diperlukan penanganan dan tindakan khusus untuk mencegah terjadinya dermatitis kontak iritan di tempat kerja, mulai dari tahap rekognisi hingga pengendalian. 1.2 Review Anatomi dan Fisiologi Kulit
Kulit mempunyai sejumlah fungsi penting. Diantaranya yaitu melindungi tubuh dari invasi mikroorganisme, melindungi organ dalam yang vital dari cedera, sebagai persepsi sensori, dan memunculkan sensasi nyeri, sentuhan, gatal, tekanan, panas, dingin, dan hangat. (Plog, 2002, p. 51). Kulit memiliki mekanisme perlindungan terhadap bahan kimia. Pada lapisan epidermis terdapat stratum corneum yang berfungsi
sebagai blokade dari penetrasi agen kimia dan
menghindari kehilangan air. (Plog, 2002, p. 56)
Sumber gambar: Tortora & Derrickson, 2009, p. 148 DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11
Page 5
Terdapat tiga lapisan yang menyusun kulit, mulai dari permukaan terus ke bawah, yaitu lapisan epidermis, dermis, dan lapisan subkutan. Ketebalan dari kulit bervariasi mulai dari lapisan paling tipis, yaitu pada lipatan mata dengan ketebalan 0,5 mm (memiliki dermis paling tipis) hingga yang paling tebal, yaitu pada telapak tangan dan telapak kaki yang mencapai 3-4 mm (memiliki epidermis paling tebal). (Plog, 2002, p. 52) Epidermis Lapisan teratas dari epidermis tersusun atas sel-sel mati yang disebut lapisan tanduk atau lapisan keratin, atau stratum corneum. Lapisan ini menahan dari bahan kimia dengan cukup baik dengan catatan pengecualian pada alkali. Lapisan ini berperan sebagai penghalang (barrier) dalam melawan absorpsi dari air dan larutan berbahan air (aqueous solution) tetapi memiliki perlindungan terbatas terhadap gas dan material larut lemak (lipid soluble material) seperti pelarut organic (organic solvent). (Plog, 2002, p. 52) Lapisan tanduk mengelupas secara bertahap. Secara konstan lapisan ini akan digantikan dengan sel-sel yang muncul dan terdorong di permukaan sebagaimana terbentuknya sel-sel baru di lapisan bawahnya, yang disebut stratum germinativum. Mekanisme pengelupasan dan regenerasi di sini berperan sebagai perlindungan terhadap bahan kimia dan mikroorganisme. (Plog, 2002, p.52)
Sumber gambar: Scanlon & Sanders, 2007, p. 92
DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11
Page 6
Dalam lapisan epidermis, terdapat tiga tipe sel: 1. Sel keratinosit, yaitu sel yang memperbaiki epidermis, terbentuk dari bawah dan terangkat ke lapisan atas menjadi sel tanduk yang mati. 2. Sel melanosit, yaitu sel pembentuk pigmen, mensintesis granula-granula melanin (pigmen) yang kemudian ditransfer ke keratinosit. 3. Sel langerhans, terletak pada epidermis bagian tengah, memiiki presentase kecil dalam sel epidermis dan memerankan peranan penting dalam berbagai macam proses imun, khususnya untuk dermatitis kontak. Sel langerhans dibuat di sumsum tulang merah dan bersifat mobile. Sel langerhans melakukan ingesti tgerhadap patogen kemudia bermigrasi ke nodus limfa dan membawa patogen tersebut ke limfosit sebagai pemicu proses imun. (Plog, 2002, p. 52-53) Dermis Dermis itu keras dan kenyal dan melindungi dari trauma. Ketika terluka dapat membentuk jaringan baru, yaitu berupa parut (scar) untuk memperbaiki diri. (Plog, 2002, p. 53). Terdapat Folikel rambut dan kelenjar keringat juga berperan sebagai rute masuk bahan kimia melalui proses absorpsi. Melalui mekanisme ini, terkadang dimanfaatkan oleh ahli medis untuk memberikan obat oles melalui kulit. (Plog, 2002, p. 53
Subcutaneous Layer Di bawah lapisan dermis terdapat lapisan subkutan dengan bantalan lemak dan menjadi insulator bagi lapisan kulit di atasnya. Juga terdapat kelenjar keringat ekrin dan apokrin dan rambut, sel dan pembuluh darah dan limfe dan jaringan pemisah yang terdiri atas kolagen, jaringan elastis, dan reticulum. Lapisan ini menghubungkan antara dermis dengan jaringan yang menutupi otot dan tulang. (Plog, 2002, p. 53) Kelenjar (glands) pada Kulit DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11
Page 7
Dua tipe utama dari kelenjar berlokasi di dermis. Tipe pertama yaitu kelenjar keringat (sweat gland). Di bawah mikroskop tampak seperti gulungan. Tipe yang kedua yaitu kelenjar sebasea atau kelenjar minyak (sebaceous/ oil gland). (Plog, 2002, p. 53) Pembuluh Darah Kulit kaya akan suplai pembuluh darah kapiler. (Plog, 2002, p. 53). Sehingga keberadaan pembuluh darah ini membantu dalam proses inflamasi. Rambut Folikel rambut dan kelenjar keringat juga berperan sebagai rute masuk bahan kimia melalui proses absorpsi. Melalui mekanisme ini, terkadang dimanfaatkan oleh ahli medis untuk memberikan obat oles melalui kulit. Sebuah jaringan otot pengikat yang bersifat tak sadar (involuntary) yaitu arrectores pilorum berfungsi untuk menegakkan rambut, berlokasi di bawah kelenjar sebasea dan berada di jaringan penghubung pada dermis bagian atas. (Plog, 2002, p. 53) 1.3 Mekanisme Inflamasi (Peradangan)
Secara umum, agen-agen yang menyebabkan cedera pada jaringan akan menimbulkan proses inflamasi (peradangan), yang prosesnya memiliki pokok pokok yang sama sebagai berikut: 1. Terjadi cedera jaringan berupa degenerasi (kemunduran) atau kematian jaringan 2. Terjadi pelebaran (dilatasi) kapiler yang disertai oleh cedera dinding kapiler 3. Terkumpulnya cairan plasma, sel darah dan sel jaringan pada tempat radang yang disertai proliferasi sel jaringan makrofag, fibroblast 4. Terjadinya proses fagositosis 5. Terjadinya perubahan-perubahan imunologik. (Bagian Patologi Anatomik FKUI, 1990, p.46) DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11
Page 8
Pada kulit, khususnya pada dermatitis kontak iritan, mekanisme terjadinya inflamasi memiliki kekhususan sendiri. Pada dermatitis kontak iritan, zat iritan tersebut menyebabkan kerusakan pada kulit tanpa proses sensitisasi 1. Kerusakan membrane, dalam hal ini lapisan keratinosit (Chew, 2006, 116) menyebabkan aktivasi phospolipase yang kemudian memicu proses dikeluarkannya asam arakidonat (arachidonic acid) untuk mensintesis eikosanoid 2. T-Cell diaktifkan oleh IL-1, GMCSF, dan eikosanoid 3. Eikosanoid
menyebabkan
vasodilatasi
meningkatkan
permeabilitas
pembuluh darah, dan aktivasi mast cell. (Anonim, n.d) 4. Terjadi
perubahan vaskuler,
yang menimbulkan
terjadinya reaksi
erythema atau reaksi pustular. (Chew, 2006, 115-116)
DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11
Page 9
BAB II DERMATITIS KONTAK IRITAN
2.1 Jenis Dermatitis Kontak Iritan dan Penyebabnya
a. Dermatitis Kontak Iritan akut Dermatitis kontak iritan akut disebabkan oleh single exposure yang biasanya terjadi karena kecelakaan (accident ). Dermatitis ini bergantung pada dosis dan kekuatan atau jenis iritan yang mengenai kulit. Tanda-tanda fisik klasik dari dermatitis kontak iritan akut adalah eritema (kemerahan pada kulit karena dilatasi pembuluh darah), edema (penimbunan cairan), inflamasi, dan vesiculation ( pembentukan vesikula ). Tingkat keparahan penyakit ini mulai dari erite ma ringan through exudative cutaneous inflammation hingga ulcerative lesion dan nekrosis epidermis yang jelas, tergantung pada jenis iritan dan lamanya paparan. Pada tingkat ekstrim dapat berupa “chemical burn” dengan kerusakan jaringan yang parah yang diakibatkan oleh senyawa yang bersifat sangat basa dan sangat asam. Gejala-gejala dermatitis kontak iritan akut adalah pruritus, burning, stinging, dan pain. Daerah inflamasi hanya pada area yang kontak dengan pajanan dan berbatas tegas. Efek yang ditimbulkan sama pada hampir semua orang, terlepas dari kerentanan individu, berbeda dengan dermatitis kontak iritan kronis. (Chew, 2006, p.6-7). Zat yang bersifat asam dan basa yang dapat menyebabkan chemical burn dan nekrosis bila konsentrasinya cukup adalah hydroflouric acid , semen, chromic acid , phosphorus, ethylene oxide, phenol , dan metal salt . (Wolff, 2009, p.21)
Gambar tangan pekerja yang tekena pelarut:
DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11
Page 10
(Wolff, 2009, p.23) b. Dermatitis Kontak Iritan Kronik Dermatitis kontak iritan kronis disebabkan karena pajanan berulang oleh iritan lemah, sehingga frekuensi pajanan terlalu tinggi berkaitan dengan pemulihan kulit ketika luka. Kebanyakan penyakit ini terlokalisasi di tangan. Penyakit ini ditandai dengan kekeringan (dryness), pecah-pecah ( fissuring ), dan hyperkeratosis (penebalan yang terjadi karena penebalan stratum korneum/lapisan teratas kulit) dan didiagnosis ketika berlangsung selama lebih dari 6 minggu. Penyakit ini merupakan kelainan multifaktor dengan faktor endogen dan eksogen yang terlibat dalam perkembangannya. Faktor eksogen berkaitan dengan paparan langsung yang diterima kulit, sedangkan faktor endogen berkaitan dengan kerentanan individu. (Johansen, 2011, p. 46)
DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11
Page 11
(Johansen et al, 2011, p. 317)
c. Dermatitis Kontak Iritan Gesekan ( Friction ICD) Gesekan berulang dengan intensitas yang rendah dapat menyebabkan pembentukan callus, yaitu penebalan kulit (hyperkeratosis dan acanthosis), hiperpigmentasi, dan kulit melepuh. Respon awal pada area kontak gesekan adalah eritema, scaling, pecah-pecah (fissuring), and gatal-gatal (itching). (Chew, 2006, p.9)
DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11
Page 12
(Johansen, 2011, p.323)
d. Dermatitik Kintak Iritan Akneiform ( Acneiform) Dermatitis kontak iritan akneiform disebut juga dermatitis kontak iritan pustular atau dermatitis kontak follicular karena iritan menyerang folikel dan menyebabkan pustular dan papulopustular sehingga tanda yang tampak seperti jerawat. Iritannya berupa logam, minyak mineral, naptalena. (Wolff, 2009, p.24).
(Frosch, 2006, p.220)
Berbagai jenis iritan yang dapat menyebabkan dermatitis: (Johansen et al., 2011, p.311)
Iritan Air dan zat
Jenis Garam, dan oksida kalsium, magnesium, dan besi
aditifnya Pembersih kulit
Sabun, detergen, “waterless cleanser ” dan zat aditifnya
Zat pembersih di
(pasir, silika) Detergen, surface-active agents, sulfonated oils, wetting
industri (industrial
agents, emulsifiers, enzymes
DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11
Page 13
cleaning agents) Basa
Sabun, soda, amonia, potasium and natrium hidroksida, semen, lime, sodium silicate, trisodium phosphate, dan
Asam
berbagai jenis amina Iritasi parah (caustic): sulfuric, hydrochloric, nitric, chromic, dan asam hidroflorik.
Minyak (oils)
Iritasi sedang: acetic, oxalic, dan salicylic acids Cutting oils dengan berbagai zat aditifnya (air, emulsifiers, antioxidants, anticorrosive agents, bahan pengawet, pewarna, dan parfum)
Pelarut organik
pelumas dan spindle oils White spirit, benzene, toluene, trichloroethylene, perchloroethylene, methylene chloride, chlorobenzene Methanol, ethanol, isopropanol, propylene glycol Ethyl acetate, acetone, methyl ethyl ketone, ethylene glycol monomethyl ether, nitroethane, turpentine, carbon disulfide
Agen pengoksidasi
Thinner (campuran dari alkohol, keton, dan toluen) Hydrogen peroxide, benzoyl peroxide, cyclohexanone
Agen pereduksi Tanaman
peroxide, sodium hypochlorite Phenols, hydrazines, aldehydes, thioglycolates Cairan dan kulit jeruk, flower bulbs, bawang putih, bawang merah, nanas, pelargonium, mentimun, buttercups, asparagus, mustard , barley, chicory, jagung Various plants of the spurge family (Euphorbiaceae), Brassicaceae family (Cruciferae) dan Ranunculaceae
Produk hewan Iritan lainnya
family Enzim pankreatik, hasil sekresi tubuh Senyawa Alkyl tin dan penta-, tetra-, and trichlorophenols (wood preservatives) Bromine (pada gasolin, bahan kimia di pertanian, industri kertas, flame retardant) Methylchloroisothiazolinone dan methylisothiazolinone (iritan pada konsentrasi tinggi selama proses produksi atau pada penggunaan yang tidak tepat)
DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11
Page 14
senyawa pada proses pengolahan plastik (formaldehyde, phenol, cresol, styrene, di-isocyanates, acrylic monomers, diallyl phthalate, aliphatic and aromatic amines, epichlorohydrin) Metal polishes Pupuk Propionic acid (pengawet pada makanan hewan) Rust-preventive products Penghapus cat (alkil bromida) Acrolein, crotonaldehyde, ethylene oxide, mercuric salts, zinc chloride, chlorine 2.2 Faktor-faktor predisposisi
Faktor tidak langsung atau faktor predisposisi yang berpengaruh terhadap perkembangan dermatitis antara lain: •
Area tubuh: Efek pajanan terhadap zat iritan juga dipengaruhi oleh area tubuh yang terpajan karena tingkat sensitifitas area tubuh berbeda-beda. Area tubuh yang sensitif antara lain: wajah, post auricular (daerah di belakang telinga), dan daerah genital karena berkurangnya barrier dan banyaknya pori (kelenjar keringat dan folikel rambut) di daerah tersebut. (Johansen, et al., 2011. p.326)
•
Musim/suhu Musim berpengaruh terhadap perkembangan dermatitis. Pada musim dingin berangin, kulit menjadi kering karena adanya pengurangan kapasitas stratum korneum untuk mempertahankan air pada suhu yang rendah. Pada iklim panas yang lembab, berkeringat, dan gesekan dapat menimbulkan dermatitis kontak iritan. (Johansen et al., 2011. p.326)
•
Ras Kulit ras kulit hitam umumnya kurang sensitif dibandingkan kulit ras kulit putih. Ras kulit putih lebih hipereaktif terhadap bahan kimia dibandingkan ras kulit hitam (hyperirritable). Penyebab hyperirritable masih belum
DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11
Page 15
diketahui. Namun diperkirakan hal tersebut berkaitan dengan ketebalan pada stratum korneum yang berpengaruh pada penetrasi zat kimia dan banyaknya mediator inflamasi yang dilepaskan. Stratum korneum pada ras kulit hitam lebih tebal daripada ras kulit putih. (Johansen, et al., p.327328) •
Usia Kulit orang lanjut usia umumnya lebih kering daripada orang yang lebih muda sehingga lebih rentan mengalami dermatitis kontak iritan ketika terpajan zat iritan (Plog, 2001, p.62)
•
Riwayat Atopi (alergi keturunan) Orang yang mempunyai riwayat atopi lebih cenderung terkena dermatitis karena kulit mereka kurang resisten terhadap iritasi kimiawi, mempunyai kulit yang kering, dan terdapat banyak bakteri Staphylococcus aureus. (Plog, 2002, p.63)
2.3 Interaksi Pajanan dan Gangguan Kesehatan Rute Pajanan
Jalur masuk zat iritan kedalam kulit adalah melalui absorsi. Terdapat tiga mekanisme difusi zat iritan ke dalam kulit, antara lain: •
Jalur interselular lipid (intercellular lipid pathway) Stratum korneum (lapisan terluar kulit) terdiri dari sel-sel yang disebut sebagai korneosit (corneocytes). Celah antar sel korneosit diisi oleh zat seperti lemak, minyak, atau zat lilin yang disebut sebagai lipid. Beberapa bahan kimia dapat menembus lapisan kulit melalui celah ini.
Gambar: Ilustrasi difusi melalui jalur interseluler lipid DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11
Page 16
•
Permeasi Transelular (Transcellular Permation) Jalur lain masuknya zat kimia adalah melalui penyerapan langsung zat kimia ke dalam kulit dimana molekul-molekul zat kimia menyebar langsung ke dalam sel-sel korneosit.
Gambar: Ilustrasi difusi melalui jalur permeasi transelular
•
Melalui folikel rambut dan kelenjar (through the appendages) Jalur ketiga difusi zat kimia adalah melalui folikel rambut dan kelenjar. Jalur ini biasanya tidak signifikan karena luas permukaannya yang sangat kecil jika dibandingkan dengan luas kulit.
Gambar: Ilustrasi difusi melalui folikel rambut dan kelenjar (CDC, 2012)
Patogenesis
Dermatitis kontak iritan akut: Iritan yang memajan kulit dapat menyebabkan dermatitis kontak akut dalam beberapa detik atau jam. Mekanisme: DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11
Page 17
•
Zat iritan menembus/penetrasi kulit
•
Zat iritan merusak membran sel kulit
•
Kerusakan sel mendorong pelepasan bahan kimia yang memicu sistem kekebalan tubuh. Respon ini disebut respon inflamasi. Bahan kimia yang terlibat (mediator inflamasi) adalah lisosim, prostaglandin, histamine, dan kinin.
•
Beberapa mediator inflamasi dapat menyebabkan peningkatan tekanan aliran darah sementara mediator lain menarik inflamasi mediator lainnya. (Lewis, 2011)
•
Terjadi peradangan, dengan tanda-tanda: rubor/kemerahan (karena banyak darah yang mengalir pada mikrosomal lokal pada tempat peradangan), kalor/panas (dikarenakan lebih banyak darah yang disalurkan ditempat peradangan
daripada
(dikarenakan
disalurkan
pembengkakan
ke
daerah
jaringan
normal),
mengakibatkan
dolor/nyeri peningkatan
tekanan pada sel syaraf dan juga karena ada pengeluaran zat histamine dan zat bioaktif lainnya), tumor/pembengkakan (pengeluaran cairancairan ke jaringan interstisial).
Dermatitis kontak iritan kronik: Dermatitis ini dapat muncul berbulan-bulan atau bertahun-tahun selama terpajan zat iritan. Mekanisme: •
Zat iritan yang memajan kulit berkali-kali akan secara berangsur-angsur menganggu lapisan terluar kulit.
•
Setiap kali kulit terpajan, mediator inflamasi dilepaskan.
•
Lapisan atas kulit (epidermis) secara bertahap akan menebal (sebagai konsekuensi dari pencetus inflamasi/zat iritan, sehingga sel-sel inflamasi memproduksi different growth factor, termasuk epidermal growth factor / EGF dan keratinocyte growth factor /KGF yang menstimulasi proliferasi sel fibroblast dan sel keratinosit, sehingga mengakibatkan hyperkeratosis (Johansen et al., 2011, p.46))
•
Lipid lapisan dalam kulit secara bertahap juga akan rusak.
DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11
Page 18
Lambat laun, kulit yang terkena dapat kehilangan kemampuannya sebagai
•
barrier, sehingga pajanan lebih lanjut akan mengakibatkan yang kerusakan lebih parah. Hasil akhirnya, kulit akan mengalami kekeringan, bersisik (scaling), dan
•
penebalan. (Lewis, 2011)
2.4 Gejala Kilinik dan Dasar Diagnosis Gejala klinis
1. Dermatitis Kontak Iritan akut Gejala: Gejala dermatitis kontak akut berbeda-beda tergantung tingkat keparahan dan jenis iritannya. Sensasi nyeri dapat terjadi dalam hitungan detik setelah terpajan, khususnya oleh zat iritan yang kuat seperti asam, kloroform, dan methanol. Paparan terhadap aluminium chloride, phenol, atau propylene glycol menimbulkan gejala dengan sensasi menyegat (stinging) yang baru dirasakan satu sampai dua menit kemudian, memuncak pada lima hingga sepuluh menit kemudian, dan pada menit ke 30 sensasi itu mulai menghilang. Sedangkan untuk pajanan terhadap anthralin, ethylene oxide, atau benzalkonium chloride, gejala objektif kulit (tanda) baru muncul 8-24 jam setelah terpajan (disebut sebagai acute delayed irritant contact dermatitis) dan disertai dengan rasa terbakar ketimbang rasa gatal. (Wolff, p.21). Iritan lain yang dapat menyebabkan delayed acute ICD adalah hexanediol, butanediol diacrylates, calcipatriol dan lainnya.
2. Dermatitis Kontak iritan kronik Gejala: Ditandai dengan gejala rasa menyegat (stinging), perih (smarting), terbakar (burning), gatal (itching), sakit (pain) sebagai perkembangan fissure.
(Wolff,
p.22). karakteristik lain dari chronic dermatitis yaitu erythema, scaling, dan pruritus. (Johansen, 2011, p. 262).
3. Dermatitis kontak iritan gesekan ( Friction ICD) Gejala: DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11
Page 19
Friction dermatitis memiliki gejala berupa erythema, scaling, fissuring, dan itching. Pajanan brulang dengan intensitas rendah menyebabkan pembentukan kalus (hyperkeratosis dan acanthosis), penhgerasan kulit, hiperpigmentasi, dan melepuh pada kulit normal. (Chew, 2006, p.8). Pemicu dari terjadinya dermatitis kontak iritan gesekan yaitu misalnya pada pemakaian helm, sepatu safety, pakaian dan alat tertentu
4. Dermatitis kontak iritan akneiform Gejala: Ditandai dengan pembentukan pustular yang sifatnya steril. Terbentuknya dermatitis kontak iritan akneiform ini diakibatkan oleh pajanan terhadap logam, minyak mineral, tar, aspal, dan cutting oil. Selain itu dapat juga terbentuk akibat pajanan hidrokarbon aromatis. (Chew, 2006, p.7)
Dasar Diagnosis
1. Riwayat Klinis dan Pemeriksaan Riwayat pekerjaan berupa deskripsi pekerjaan, seperti tugas kerja, jenis hazard (bahan, kondisi lingkungan), alat pelindung diri yang digunakan, hubungan temporal dermatosis dengan pekerjaan (misalnya, adanya pengurangan gejala dermatitis ketika berlibur atau bertambah berat tanda dan gejala dermatitis ketika kembali bekerja), dan apakah ada pekerja lain yang terkena. Selain itu, riwayat medis terdahulu (past medical history), termasuk riwayat atopi dan riwayat dermatitis pada pekerjaan sebelumnya harus dicantumkan. Begitu juga dengan kebiasaan atau hobi yang biasa dilakukan oleh pekerja juga harus dicantumkan, misalnya berkebun, woodwork, atau melukis. (Chew, 2006, p.118-119) Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara melihat tanda-tanda dan gejala penyakit dermatitis kontak iritan. Pemeriksaan laboratorium secara histopathology: •
Pada dermatitis kontak iritan akut: nekrosis sel epidermis, neutrophils, vesiculation, dan nekrosis.
•
Pada dermatitis kontak iritan kronik: acanthosis, hyperkeratosis, infiltrasi lymphocytic. (Wolff, 2009, p.22)
DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11
Page 20
2. Patch Testing Patch testing seringkali penting digunakan untuk membedakan apakah dermatitis kontak merupakan dermatitis kontak alergi atau dermatitis kontak iritan. Untuk beberapa pekerjaan yang diketahui memiliki resiko tinggi dermatitis kontak, seperti penata rambut, pengrajin logam, dan doketr gigi, standar patch testingnya telah tersedia secara komersil. Patch testing umumnya diaplikasikan selama 48 jam dan biasanya dibaca dua kali, yaitu pada 48 jam jam dan 96 jam setelah aplikasi. Hasil yang positif menunjukkan adanya alergi, dan untuk hasil yang negatif masih memerlukan pertimbangan apakah itu iritasi atau bukan. 3. Workplace Survey Survey tempat kerja mungkin diperlukan, terutama ketika riwayat klinis, pemeriksaan, dan hasil patch test terbukti tidak meyakinkan. Manfaat dari survey adalah dapat diketahui zat atau hazard lain yang mungkin secara tidak sengaja terkena pada pekerja dan dapat mengevaluasi tingkat paparan iritasi untuk menilai kontribusi iritan terhadap dermatitis. Faktor-faktor lingkungan seperti ventilasi, kelembaban, dan kebersihan umum ditempat kerja juga harus diperhitungan. Material Safety Data Sheets (MSDSs) yang mengandung informasi berharga tentang potensi iritasi di tempat kerja juga harus ditinjau selama kunjungan. (Chew, 2006, p.118-119). Dokter okupasi dapat mengetahui informasi yang diperlukan melalui petugas K3 yang mempunyai data-data yang lengkap tentang hazard-hazard yang ada pada tempat kerja dan apa saja yang mempengaruhinya.
2.5 Differential Diagnosis
Dermatitis kontak iritan mempunyai gejala yang hampir mirip dengan dermatitis kontak alergi. Berikut ini adalah tabel tentang perbedaan antara dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi:
DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11
Page 21
(Wolff, 2009, p.32)
2.6 Pekerja yang Berisiko
Pekerja yang berisiko terpapar iritan: (Johansen et al., 2011, p. 320-321) No Pekerjaan Pekerja pertanian 1 2 3
Iritan Pestisida, pupuk buatan, bensin, minyak solar,
Pekerja seni (artists)
tanaman, sekresi hewan Pelarut (solvent), sabun dan detergen, penghapus
Pembuat kue
cat (paint remover) Sabun dan detergen, pembersih oven, jus buah,
4
Pekerja
5
(bartender) Cleaning service
asam cuka, asam laktat dan asam askorbat, ragi. bar Lingkungan basah (wet work), sabun dan detergen, jus buah, alkohol. Lingkungan basah, sabun dan detergen, klorin.
DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11
Page 22
6 7
Penjilid buku Pekerja bangunan
Lem, solvent Semen, kapur,
asam
hidroklorik
dan
asam
hidroflorik, pelindung kayu (wood representative), lem. Sabun dan detergen, lingkungan basah, bumbu,
8
Tukang daging
9
daging. Industri makanan dan Sabun dan detergen, lngkungan basah, air garam
pengalengan 10 Tukang kayu 11 Pekerja Farmasi
(brine), sirup, sayuran, buah, ikan, daging. Pelitur, solvent, lem, pembersih. Sabun dan detergen, lingkungan basah, solvent, zat-
Pertambangan Pekerja catering
zat kimia. Minyak, pelumas, semen, batu gamping. Sabun dan detergen, lingkungan basah, sayuran,
12 13 14
Dokter
gigi
15
teknisinya Dyers
16
warna) Industri elektronik
buah, bumbu, ikan, daging, cuka. dan Sabun dan detergen, lingkungan basah, soldering,
bahan perekat, acrylic monomers, pelarut. (pencelup Pelarut, agen pengoksidasi dan agen pereduksi, hipoklorit. Soldering flux, pembersih logam, epoxy resin
hardener Lingkungan basah, minyak, bensin, ikan. 17 Nelayan Pupuk, pestisida, tanaman yang dapat iritan. 18 Tukang kebun 19 Pekerja pengecoran Pembersih, minyak, phenol-formaldehyde dan resin 20
logam Penata/pencukur
lainnya. Sabun, lingkungan basah, sampo, zat pemutih
21
rambut Pekerja rumah sakit
(bleaching). Sabun dan detergen, lingkungan basah, disinfektan,
Ibu rumah tangga
senyawa quaternary ammonium. Sabun dan detergen, lingkungan basah, pembersih,
Pembuat perhiasan
semir, makanan. Asam dan basa pada pembersih logam, polishes,
Pekerja laundry Mekanik
soldering flux, penghilang karat, adhesives. Detergen, lingkungan basah, pemutih, pelarut. Detergen, pelumas, oli, bensin, minyak solar, cairan
22 23 24 25
sistem pendingin (cooling system fluid), soldering 26
Tukang cat
flux Pelarut, emulsi cat, penghapus cat, pembersih tangan
DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11
Page 23
27 28
Potografer Pekerja
Basa, asam, pelarut, agen pengoksidasi dan agen
di
plastic
pereduksi industri Pelarut, asam, agen pengoksidasi, styrene, diisocyanates,
acrylic
monomers,
phenol,
formaldehyde, diallyl phthalate, komposisi dalam sistem epoxy resin. ledeng/pipa Lingkungan basah, pembersih tangan, minyak,
29
Pekerja
30 31 32
(plumbers) soldering flux. Pekerja industri karet Talc, zink stearate, pelarut Pembuat sepatu Pelarut, semir, adhesives, kulit sapi yang kasar Penyamak kulit Lingkungan basah, asam, basah, agen pengoksidasi
33 34
(tanners) Pekerja tekstil Dokter hewan
dan agen pereduksi, pelarut, enzim proteolitik. Pelarut, agen pemutih (bleaching), detergen Sabun dan detergen, hypochlorite, cresol, sekresi
Tukang las
hewan Minyak, pembersih logam
35
DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11
Page 24
BAB III SISTEM SURVEILANS, PROGRAM PROMOSI DAN PENCEGAHAN
3.1 Metode Surveilans Surveilans kesehatan kerja
Surveilans
kesehatan
kerja
merupakan
strategi/metode
untuk
mendeteksi/menilai secara sistematik efek merugikan dari pekerjaan terhadap kesehatan pekerja secara dini (Sulaksmono, n.d.). Untuk meminimalisasi kejadian penyakit akibat kerja diperlukan pemantauan terus-menerus terhadap pekerja maupun lingkungan kerja. Salah satu caranya dengan melaksanakan surveilans kesehatan kerja. Demikian halnya dengan PAK dermatitis kontak iritan, surveilans dilakukan untuk mencegah atau setidaknya meminimalisasi jumlah kejadian penyakit tersebut terutama pada pekerja berisiko. Surveilans kesehatan pekerja
Surveilans kesehatan
pekerja
adalah kegiatan mengakses kondisi
kesehatan pekerja dalam upaya mengidentifikasi dan mendeteksi setiap kelainan untuk digunakan dalam program peningkatan dan pencegahan kesehatan individu atau kelompok pekerja Surveilans kesehatan pekerja harus sesuai dengan risikorisiko yang ada di tempat kerja (Sulaksmono, n.d.). Kegiatan surveilans kesehatan pekerja untuk dermatitis kontak iritan meliputi:
1. Pemeriksaan kesehatan pekerja Bila telah teridentifikasi hazard apa saja yang ada di tempat kerja yang, maka dapat ditentukan pekerja yang berisiko terkena pajanan agen yang DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11
Page 25
menyebabkan dermatitis kontak iritan tersebut. Pemeriksaan kesehatan kemudian dilakukan dengan sasaran pekerja yang kontak langsung dengan hazard penyebab dermatitis kontak iritan. Data pemeriksaan kesehatan dapat diperoleh dari anamnesis. 2. Melakukan survei maupun kuesioner untuk mengetahui kondisi kesehatan pekerja dan perilaku hidup pekerja terkait dengan kemungkinan terkena dermatitis kontak iritan. Surveilans lingkungan kerja
Surveilans lingkungan kerja adalah kegiatan mengidentifikasi dan mengevaluasi faktor-faktor resiko di tempat kerja yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan pekerja. Faktor risiko di lingkungan kerja yang dapat menyebabkan dermatitis kontak iritan antara lain bahan kimia, tanaman, dan produk hewan. Kegiatan surveilans lingkungan kerja untuk dermatitis kontak iritan meliputi : 1. Pemantauan dan pengukuran faktor risiko yang ada di tempat kerja setiap kurun waktu tertentu. Dalam kaitannya dengan dermatitis kontak iritan faktor risiko yang dipantau dan diukur antara lain bahan kimia, keberadaan tanaman dan hewan di tempat kerja. Pemantauan dan pengukuran faktor risiko ini dapat digunakan dalam menentukan langkah-langkah apa yang dapat diambil untuk mengendalikan faktor risiko penyebab dermatitis kontak iritan pada pekerja. 2. Memantau dan mengontrol sanitasi atau housekeeping lingkungan kerja. Penyimpanan bahan kimia sesuai dengan karakteristiknya penting untuk mencegah kontak dan menghindari salah penggunaan ( miss used ) bahan kimia penyebab dermatitis kontak iritan. 3. Penetapan alat pelindung diri dan mengevaluasi manfaat dari alat pelindung diri tersebut. Berbagai alat pelindung diri dapat digunakan pada pekerja berisiko terkena dermatitis kontak iritan, misalnya sarung tangan, apron, sepatu kerja, dan lain-lain. Pemantauan kondisi alat pelindung diri juga perlu diperhatikan apakah masih layak pakai atau tidak. DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11
Page 26
3.2 Program Promosi dan Pencegahan
Pencegahan:
1. Eliminasi atau Subtitusi Jika dimungkinkan, zat yang dapat menyebabkan iritasi dieliminasi atau disubtitusi dengan bahan lain yang tidak toksik atau kurang toksik dibandingkan dengan bahan sebelumnya. Misalnya, mengganti cat berbasis solvent dengan cat berbasis air pada industri sablon. 2. Engineering control dengan cara otomatisasi proses kerja bila dimungkinkan. 3. Administrative control: housekeeping yang baik, penyimpanan bahan kimia pada tempat yang sesuai dengan karakteristik zatnya, serta pelabelan bahan kimia. 4. Alat Pelindung Diri Alat pelindung diri yang biasa digunakan adalah sarung tangan. Penggunaan sarung tangan harus tepat sesuai dengan karakteristik zat yang ditanganinya. Selain sarung tangan, alat pelindung lainnya dapat berupa pakaian pelindung kerja yang tepat, sepatu kerja, topi, dan lain-lain. Alat pelindung diri harus selalu diperiksa secara berkala agar dapat diketahui kondisinya, apakah terdapat lubang atau terjadi degradasi pada bahan alat pelindung diri tersebut.
(English, 2004)
DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11
Page 27
6. Personal hygiene Kebersihan diri juga ukuran yang penting dalam pencegahan dermatitis. Fasilitas cuci tangan yang memadai harus disediakan untuk pekerja. Pembersih kulit yang digunakan harus dapat menghilangkan lemak, minyak, dan benda asing lainnya tanpa merusak kulit .
Promosi:
Setengah dari penyakit dermatitis kontak kerja muncul pada dua tahun pertama kerja yang biasanya merupakan periode pelatihan. Hal itu disebabkan karena kurangnya kesadaran terhadap potensi hazard kesehatan ditempat kerja. Upaya yang dilakukan adalah meningkatkan kesadaran dan identifikasi kegiatan kerja dimana paparan iritan mungkin terjadi. Pekerja juga perlu dilatih bagaimana mengenal tanda-tanda awal dan gejala dermatitis, alat pelindung apa yang dipakai, serta bagaimana menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan pribadi. Pelatihan dapat menggunakan pamflet, kaset video, atau dengan metode ceramah dan peragaan. Pendidikan harus dilakukan sebelum pekerja ditempatkan pada area yang mempunyai potensi pajanan iritan dan harus diulang secara berkala. Di Jerman, promosi kesehatan yang dilakukan pada penata rambut menghasilkan sepuluh kali lipat penurunan dermatitis pada penata rambut. (English, 2004). Selain itu pekerja juga perlu diberi pelatihan bagaimana mengetahui cara membaca simbol bahan kimia dan penyimpanannya berdasarkan MSDS.
DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11
Page 28
DAFTAR PUSTAKA
Tortora, GJ & Derrickson, B. (2009). Principles of Anatomy and Physiology. New Jersey: John Willey & Sons. Plog, BA (ed). (2002). Fundamental of Industrial Hygiene. National safety Council. Scanlon, VC & Sanders, T. (2007). Essentials of Anatomy and Physiology Fifth Edition. Philadelphia: F. A Davis Company. Johansen, Jeanne Duus, Peter J. Frosch, & Jean Pierre Lepoittevin (ed). (2011). Contact Dermatitis Fifth Edition. Heidelberg: Springer. Chew, Ai-Lean & Howard I. Maibach. (2006). Irritant Dermatitis. Heidelberg: Springer. Wolff, Klaus & Richard Allen Jhonson (ed). (2009). Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology Sixth Edition. New York: The McGrawHill Companies. Frosch, P J, T. Menne, J.-P Lepoittevin (ed). (2006) Contact Dermatitis 4th Edition. Heidelberg: Springer. Lewis, Victoria. “Contact Dermatitis.” http://www.netdoctor.co.uk/diseases/facts/contactdermatitis.htm (18 Okt. 2012) English, J S C. “Current Concept of Irritant Contact Dermatitis.” http://oem.bmj.com/content/61/8/722.full.html (19 Okt. 2012) CDC. “Skin Exposure & Effect.” Style Sheet. http://www.cdc.gov/niosh/topics/skin/ (18 Okt. 2012)
DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11
Page 29