1
BAB I KONSEP DASAR MEDIS A. DEFINISI Dermatitis kontak adalah inflamasi pada kulit yang terjadi karena kulit telah terpapar oleh bahan yang mengiritasi kulit atau menyebabkan reaksi alergi. Dermatitis kontak akan menyebabkan ruam yang besar, gatal dan rasa terbakar dan hal ini akan bertahan sampai berminggu-minggu. Gejala dermatitis kontak akan menghilang bila kulit sudah tidak terpapar oleh bahan yang mengiritasi kulit tersebut.(Rochman, 2010). Dermatitis kontak iritan adalah efek sitotosik lokal langsung dari bahan iritan baik fisika maupun kimia, yang bersifat tidak spesifik, pada selsel epidermis dengan respon peradangan pada dermis dalam waktu dan konsentrasi yang cukup (Health and Safety Executive, 2004) B. ETIOLOGI Dermatitis kontak iritan dicetuskan dari paparan ke bahan yang toksin atau iritatif ke kulit manusia, dan tidak disebabkan reaksi alergi (Rochman, 2010). 1. Pada anak-anak, bahan iritan yang paling sering menyebabkan dermatitis kontak iritan adalah popok bayi. Hal ini akan menyebabkan keadaan yang dinamakan “diaper dermatitis”, reaksi kulit di daerah yang terpapar popok bayi yang disebabkan kontak terlalu lama dengan bahan kimia alami terdapat di air seni dan tinja. 2. Selain itu dapat pula dermatitis kontak iritan terjadi di sekitar mulut karena kulit terpapar dengan makanan bayi ataupun air liur. 3. Pada orang dewasa, dermatitis kontak iritan terjadi seringkali karena paparan sabun atau deterjen, bahan pelarut, minyak pelumas, asam alkali, serbuk kayu, bahan abrasif, dsb (Djuanda, 2003) 4. Faktor individu juga berpengaruh pada dermatitis kontak iritan 5. Faktor lain yang mempengaruhi antara lain lama kontak, kekerapan (terus menerus atau berselang), adanya oklusi menyebabkan kulit lebih permeabel, suhu dan kelembaban lingkungan juga berperan (Fregert, 1998).
2
Dermatitis popok kandida. Plak eritematosa ukuran plakat, batas tegas, disekitarnya terdapat lesi satelit
C. PATOFISIOLOGI Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan melaui kerja kimiawi atau fisis. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk dan mengubah daya ikat air kulit. Kabanyakan bahan iritan (toksin) merusak membran lemak keratinosit tetapi sebagian dapat menembus membran sel dan merusak lisosim, mitokondria, atau komplemen inti (Streit, 2001). Rentetan kejadian tersebut menimbulkan gejala peradangan klasik di tempat terjadinya kontak di kulit tergantung pada bahan iritannya. Iritan kuat akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama dan hampir semua orang menimbulkan gejala berupa eritema, edema, panas, dan nyeri. Sedangkan iritan lemah hanya pada mereka yang mengalami kontak berulang-ulang, dimulai dari kerusakan stratum korneum oleh karena delipidasi yang menyebabkan desikasi dan kehilangan fungsi sawar, sehingga mempermudah kerusakan sel (Djuanda, 2003) D. MANIFESTASI KLINIS Dermatitis kontak biasanya hanya terjadi di tempat yang berkontak langsung dengan alergen, walaupun beberapa kasus yang berat dapat mengenai daerah di luar yang berkontak langsung atau meluas ke seluruh tubuh. Terkadang alergen berpindah dari jari tangan, sehingga daerah yang tidak terpikirkan akan terkena seperti daerah kelopak mata atau kemaluan. (Rochman,2010) Gejala dan tanda dematitis kontak antara lain: (Rochman,2010) 1 Bintik-bintik atau benjolan kemerahan 2 Gatal dan bengkak
3
3
Keluar cairan dari kulit yang terkena atau timbul lenting-lenting dan bula
4
pada kasus yang berat Kemerahan atau lenting pada kulit terbatas pada area yang terkena saja
1
2
Gbr 1. DK alergik akibat plester. Kelainan kulit berbatas tegas, bentuk sesuai dengan bentuk penyebab, dengan efloresensi yang polimorfi terdiri atas eritema, papul, vesikel dan bula. Gbr 2. DK iritan akibat iritan kuat.Terlihat vesikel, bula dan ekskoriasi Gbr 3. DK iritan akibat iritan lemah. Ujung jari eritem, tipis, berkilat dan berskuama
3
E. PENCEGAHAN Pencegahan dermatitis kontak berarti menghindari berkontak dengan bahan yang telah disebutkan di atas. Strategi pencegahan meliputi: (Rochman, 2010)
4
1.
Bersihkan kulit yang terkena bahan iritan dengan air dan sabun. Bila dilakukan secepatnya, dapat menghilangkan banyak iritan dan
alergen dari kulit. 2. Gunakan sarung tangan saat mengerjakan pekerjaan rumah tangga 3.
untuk menghindari kontak dengan bahan pembersih. Bila sedang bekerja, gunakan pakaian pelindung atau sarung tangan untuk menghindari kontak dengan bahan alergen atau iritan.
F. PEMERIKSAAN LABORATORIUM Uji Temple (Patch Test) a. Dilakukan bila dermatitis sudah tenang. b. Lokasi yang dipilih lokasi yang representatif seperti punggung atau lengan atas, bahan yang digunakan bahan standar dan yang dicurigai. c. Peralatan yang digunakan antara lain: kertas saring, tutup plastik, kain kasa, plester. d. Hasil dibaca 48 jam setelah dilakukan uji tersebut dan tunggu 20-30 menit setelah dibuka bila setelah 72 jam/96 jam sejak dilakukan uji tersebut tidak terdapat apa-apa Negatif. e. Pembacaan atas test uji tersebut adalah sebagai berikut: // 0/- : Tidak ada reaksi // +
: Erithema, Papul
// ++ : Erithema, Vesikel // +++: Erithema, Bula G. PENATALAKSANAAN 1. Hal paling penting dalam pengobatan dermatitis kontak adalah mengidentifikasi penyebab iritasi dan kemudian menghindarinya. Bila hal ini dilakukan, dibutuhkan waktu dua sampai empat minggu 2.
untuk pemulihan iritasi dan kemerahan pada kulit. (Rochman,2010) Pada kasus ringan dan sedang, penghindaran bahan iritan (penyebab iritasi) dan penggunaan krim yang mengandung hidrokortison (kortikosteroid) dapat membantu mengurangi gatal dan kemerahan di kulit.
5
3.
Pada kasus yang berat, obat yang diminum jenis kortikosteroid dan antiradang diperlukan untuk mengurangi peradangan dan gatal. (Rochman,2010)
H. TERAPI/PENGOBATAN 1. Umum Hilangkan bahan penyebab. 2. Topikal : a. Akut Kompres salicil 10/00 atau Permanganas Kalicus 1/10.000 b. c. 3. Sistemik a. b. c.
Bila kering Krim Kortikosteroid KortikosteroidDapat juga untuk kronik Antibiotik Toksik akut luas : Penicillin / Ponicillin,
semisintetik peroral Kortikosteroid : Tipe Alergen Kortikosterois Antihistamin : Untuk mendapatkan efek sedatifnya.
I. KOMPLIKASI Adapun komplikasi DKI adalah sebagai berikut: 1. DKI meningkatkan resiko sensitisasi pengobatan topical 2.
Lesi kulit bisa mengalami infeksi sekunder,
3.
khusunya oleh stafilokokus aureus Neurodermatitis sekunder bisa terjadi terutama pada pekerja yang terpapar iritan ditempat kerjanya atau dengan stres psikologik.
4.
Hiperpigmentasi atau hipopigmentasi post inflamasi
pada area terkena DKI 5. Jaringan parut muncul pada paparan bahan korosif atau ekskoriasi.
J. PROGNOSIS Prognosis baik pada individu non atopi diamna DKI didiagnosis dan diobati dengan baik. Individu dengan dermatitis atopi rentan terhadap DKI (Hogan, 2009). Bila bahan iritan tidak disingkirkan sempurna, prognosisnya
6
kurang baik, diaman kondisi ini sering pada DKI kronis yang penyebabnya multifaktor (Djuanda, 2003)
7
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Identitas klien Tanggal dan waktu pengkajian harus dicantumkan guna mengetahui perkembangan penyakit. Anamnesis/wawancara yang dilakukan meliputi: Biodata (Nama, Umur (penting untuk mengetahui angka prevalensi), Jenis kelamin, Pekerjaan (pada beberapa kasus penyakit kulit, banyak terkait dengan faktor pekerjaan) 2. Keluhan utama. Penderita biasanya mengeluh rasa gatal, rasa nyeri pada bagian yang mengalami fissure (retak kulit), kulit kering, kemerahan pada kulit, eritema, skuama, lambat laun kulit tebal dan terjadi likenifikasi. 3. Riwayat kesehatan, yang harus dikaji meliputi: a. Riwayat keluhan utama: Dalam mengkaji riwayat kesehatan sekarang, pola PQRST dapat digunakan untuk menanyakan keluhan klien.(Dwi Rahariyani. 2007). P= Provocative/paliatif (pencetus), Q= Quality/Quantity (kualitas), R= Region/radiasi (Lokasi), S= Severity Scale (tingkat keparahan), T= Timing (waktu). Pada beberapa kasus DKI penderita mengeluhkan adanya gatal, rasa nyeri dan panas pada daerah yang terkena bahan iritan seperti kedua tangan, gatal dan nyeri yang terus menerus atau hilang timbul b. Riwayat kesehatan keluarga Etiologi penyakit dermatitis kontak iritan adalah paparan ke bahan yang toksin atau iritatif ke kulit manusia. Tapi belum diketahui apakah faktor genetik/herediter ikut mempengaruhi dermatitis kontak iritan pada seseorang atau tidak. c. Riwayat kesehatan dahulu Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai golongan, umur, ras, dan jenis kelamin. Penggunaan bahan iritan seperti bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam alkali perlu dikaji. Seberapa lama penderita kontak dengan bahan iritan tersebut, apakah terus menerus atau selang seling. Kapan penderita
8
mulai merasakan tanda dan gejala seperti mengeluh rasa gatal, rasa nyeri pada bagian yang mengalami fissure (retak kulit), kulit kering, kemerahan pada kulit, eritema, skuama, lambat laun kulit tebal dan terjadi likenifikasi 4. Keadaan saat ini saat ini Kesadaran: compos mentis Apakah klien paham tentang penyakitnya atau tidak. 5. Pengkajian Kebutuhan Dasar a. Rasa nyaman nyeri 1) Pencetus nyeri: timbul bila ada kontak dengan bahan iritan 2) Kualitas nyeri: apakah tertusuk-tusuk, tajam, tumpul, teriris 3) Lokasi nyeri: daerah yang terkena bahan iritan 4) Skala nyeri skala 1-10 5) Waktu terjadinya nyeri: apakah hilang timbul atau terus menerus b. Nutrisi 1) Kebiasaan makan : tidak terdapat gangguan pada pemenuhan nutrisi 2) Berat badan jarang ditemukan terjadi penurunan pada klien dermatitis kontak iritan c. Kebersihan perorangan 1) Keadaan kulit pada penderita dermatitis kontak iritan biasanya kulit kering, kemerahan pada kulit, eritema, skuama, lambat laun kulit tebal dan terjadi likenifikasi. Bisa terdapat lesi apabila penderita sering menggaruk lukanya. 2) Keadaan kuku pada penderita dermatitis kontak iritan terutama pada daerah yang terkena iritasi terjadi penebalan kuku, kasar dan terjadi peradangan seiring dengan peradangan pada kulit tangan. Terdapat cekungan kecil pada lempeng-lempeng kuku. 3) Keadaan rambut pada penderita dermatitis kontak iritan biasanya tidak mengalami masalah terhadap kebersihan rambut. d. Cairan Pada daerah yang terkena bahan iritan nampak tekstur kulit jelek dan kering,
Terjadi
perubahan
warna
kulit,
tekstur,
elastisitas,
kelembapan, kebersihan, dan bau. e. Aktivitas dan latihan Pemenuhan aktivitas sehari-hari terganggu karena rasa gatal dan nyeri yang dirasakan. f. Eliminasi
9
Dermatitis kontak iritan umumnya tidak mempengaruhi proses buang air kecil dan buang air besar. g. Oksigenasi Dermatitis kontak iritan umumnya tidak mempengaruhi proses pernapasan dan sirkulasi. h. Tidur dan istirahat Pola tidur pasien dermatitis kontak iritan biasanya mengalami gangguan karena rasa gatal dan nyeri i. Neurosensoris Dermatitis kontak iritan umumnya tidak mengalami keluhan pada neurosensori j. Seksualitas Dermatitis kontak iritan umumnya tidak mengalami keluhan pada seksualitas. B. PEMERIKSAAN PENUNJANG Dari pemeriksaan penunjang seperti: (Dwi Rahariyani. 2007) 1. kultur kulit, biopsi, 2. uji alergi, atau 3. pemeriksaan darah, didapatkan kelainan C. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa yang mungkin muncul pada kasus: (Brunner & Suddarth. 2002) 1. Gangguan integritas kulit yang 2.
berhubungan dengan kerusakan jaringan Gangguan pola tidur/istirahat yang berhubungan dengan pruritus/gatal
3.
Resiko infeksi yang berhubungan
dengan tidak adanya perlindungan kulit 4. Gangguan 5.
citra
tubuh
yang
berhubungan dengan perubahan penampilan Kurang pengetahuan tentang faktor penyebab timbulnya lesi, cara pengobatan, dan perawatan diri.
10
11
D. RENCANA/INTERVENSI KEPERAWATAN Diagnosa/ masalah
. Rencana Keperawatan Intervensi
Tujuan dan kriteria hasil:
keperawatan Gangguan integritas
Setelah dilakukan tindakan 1.
kulit
disebabkan
keperawatan
oleh:
kerusakan
jaringan
Ditandai
tidak terjadi dengan kriteria hasil:
Bercak-bercak
1. Integritas
basah, berkrusta,
bersekret,
kulit
kering, 2. Melaporkan
gangguan sensasi atau
kemerahan, gatal
nyeri pada daerah kulit mengalami
jelas
dan
valid
jenis, dan distribusinya 2. Untuk mengurangi mobilisasi/ pergerakan 3.
Pertahankan
adanya
dengan
kerusakan jaringan, bentuk, ukuran,
yang 3.
skuama, erosi, bula,
integritas
dengan
jalan
jaringan
kulit
Mencegah
mempertahankan
adanya
iritasi
kulit
yang
bertambah luas
kebersihan dan kelembaban kulit 4.
4.
Pertahakan kebersihan dan kenyamanan Memberikan rasa nyaman pada pasien tempat tidur
gangguan 3. Mampu
ukuran, jenis, dan distribusinya 2. Anjurkan klien untuk banyak istirahat
baik bisa dipertahankan
yang
1.
selama…. Kaji kembali kerusakan jaringan, bentuk, Mengetahui
Gangguan integritas kulit
dengan:
Rasional
5. melindungi
kulit
dan
mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
Jika
5. terjadi
infeksi
sekunder,
kolaborasikan dengan tim medis untuk pemberian obat topikal
Untuk pemberian obat yang tepat obat topical diperlukan untuk mengurangi gatal dan sebagai antibiotik
12
4. Sensasi dan warna kulit normal
Diagnosa/ masalah
. Rencana Keperawatan Intervensi
Tujuan dan kriteria hasil:
Rasional
keperawatan Gangguan pola
Setelah dilakukan tindakan 1.
kaji pola tidur klien
tidur/istirahat
keperawatan selama ….
Jelaskan pentingnya
berhubungan dengan
gangguan pola tidur pasien
adanya
teratasi dengan kriteria
klien tentang pentingnya tidur yang
pruritus/gatal
hasil:
adekuat pada malam hari
Ditandai klien
menggaruk
DS:
batas normal
Bangun lebih lambat
3. Perasaan fresh sesudah tidur/istirahat 4. Mampu
Secara verbal
mengidentifikasi hal-hal
menyatakan
yang meningkatkan tidur
anjurkan klien untuk
mengetahui pola tidur klien sehari-hari
2.
3.
memfasilitasi untuk mempertahankan
2. Pola tidur,kualitas dalam batas normal
awal/lebih
tidur yang adekuat
dengan: 1. Jumlah jam tidur dalam 3.
kulit
2.
1.
menambah pengetahuan
mempercepat tidur klien dengan aktivitas sebelum tidur
aktivitas sebelum tidur (membaca) 4.
Kolaborasikan dengan
4.
obat farmakologi agar klien
tim medis dalam pemberian
dapat tidur dengan adekut dengan
antihistamin/ obat antigatal
mengurangi rasa gatal
13
tidak fresh sesudah tidur DO :
Penurunan kemempuan fungsi
Penurunan proporsi tidur REM
Penurunan proporsi pada tahap 3 dan 4 tidur.
Peningkatan proporsi pada tahap 1 tidur
Jumlah tidur kurang dari normal sesuai usia
14
Diagnosa/ masalah Tujuan dan kriteria hasil:
keperawatan Risiko infeksi
Setelah dilakukan tindakan 1.
berhubungan dengan
keperawatan
Pertahan tidak (kerusakan trauma gangguan peristaltik)
primer adekuat kulit, jaringan,
. Rencana Keperawatan Intervensi
Rasional
kaji kulit dan membran mukosa 1.
selama……
terhadap kemerahan, panas, drainase mengetahui adanya tanda-tanda infeksi 2. Monitor adanya luka pasien tidak mengalami 3. anjurkan Perawatan kulit setiap infeksi dengan kriteria 2. hari hasil: 4. anjurkan Pemakaian kompres luka merupakan media terjadinya infeksi 3. 1. Klien bebas dari tanda dingin untuk tetap menjaga kebersihan kulit dan gejala infeksi 5. anjurkan klien agar tidak 4. 2. Menunjukkan vasodilatasi pembuluh darah dan menggaruk dareah yang gatal kemampuan untuk 6. Penggunaan obat antibiotik mempertahankan kelembaban kulit mencegah timbulnya 5. infeksi
Untuk mencegah pecahan vesikel sehingga
3. Menunjukkan perilaku hidup sehat
tidak terjadi infeks sekunder. 6. mencegah terjadinya infeksi
15
Diagnosa Keperawatan/
Rencana keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Masalah Kolaborasi Gangguan citra
Setelah dilakukan tindakan
tubuh berhubungan
keperawatan selama ….
dengan perubahan
gangguan body image
penampilan
pasien teratasi dengan
DS:
kriteria hasil:
1.
Depersonalis
1.
asi bagian tubuh 2.
Perasaan
Mampu kekuatan personal Mendiskr
menyatakan
ipsikan secara faktual
perubahan gaya
perubahan fungsi tubuh
hidup DO : Perubahan aktual struktur dan
4.
frekuensi
mengkritik 2.
Jelaskan
mengetahui respon klien terhadap tubuhnya untuk mengukur indikator citra tubuh
tentang
pengobatan, 3.
perawatan, kemajuan dan prognosis
Pengetahuan
diharapkan
menurunkan ketakutan dan ansietas
penyakit
tubuh 3.
Monitor dirinya
Body
mengidentifikasi
Secara verbal
2.
image positif 2.
Kaji secara verbal dan nonverbal 1. respon klien terhadap tubuhnya
3.
negatif tentang 3.
1.
Mempert ahankan interaksi sosial
4.
Dorong
klien
mengungkapkan 4.
perasaannya 5.
berikan penguatan positif kepada 5. klien
Untuk
membuat
beberapa
rasa
terhadap situasi apa yang menakutkan kata-kata
penguatan
dapat
mendukung terjadinya perilaku koping positif
16
fungsi tubuh
Diagnosa
Rencana keperawatan
Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Kurang
Setelah dilakukan tindakan
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
Pengetahuan
keperawatan selama ….
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit
Berhubungan
pasien menunjukkan
dan bagaimana hal ini berhubungan
dengan : keterbatasan
pengetahuan tentang proses
dengan anatomi dan fisiologi, dengan
kognitif, interpretasi
penyakit dengan kriteria
cara yang tepat, serta bagaimana
terhadap informasi
hasil:
penanganannya
yang salah,
1
kurangnya keinginan
Pasien dan keluarga menyatakan
3. Diskusikan penanganan
pilihan
terapi
atau
1.
mengetahui
tingkat
2.
pengetahuan klien menambah
pengetahuan
klien
agar
klien
mengerti
tentang
penyakitnya
3.
keterlibatan klien dalam hal pengobatan penyakitnya
17
untuk mencari
pemahaman tentang
informasi, tidak
penyakit, kondisi,
atau mendapatkan second opinion
mengetahui sumber-
prognosis dan program
dengan
pengobatan Pasien dan keluarga
diindikasikan
sumber informasi. 2
mampu melaksanakan
DS:
Menyatakan secara verbal
3
dijelaskan secara benar Pasien dan keluarga
adanya
mampu menjelaskan
masalah
kembali apa yang
DO:
prosedur yang
dijelaskan perawat/tim ketidakakurat an mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai
kesehatan lainnya
4. Dukung pasien untuk mengeksplorasi 4. cara
yang
tepat
pengobatannya
atau
5. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
agar klien tidak ragu akan
5.
menambah
wawasan/
pengetahuan klien tentang penyakitnya
18
DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8 vol. 3. Jakarta: EGC Dwi rahariyani, Loetfia. 2007. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Integumen. Jakarta: EGC Price, Sylvia A & Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. Jakarta: EGC Rochman. 2010. Lecturer Notes Dermatologi edisi kedelapan. Jakarta: Penerbit Erlangga Sjamsoe, Emmy S.dkk. 2005. Penyakit Kulit yang Umum di Indonesia. Jakarta Pusat: PT Medical Multimedia Indonesia Sudi Astono, Herliani Sudarja. 2010. Penyakit Kulit di Kalangan Tenaga Kerja Industri Plywood di Propinsi Kalimantan Selatan (Artikel)