GEOTECHNICAL INVESTIGATION
PEMBANGUNAN JEMBATAN KILANGAN SINGKIL ACEH
1. Pendahuluan
Penyelidikan geoteknik adalah salah satu kegiatan dalam bidang geoteknik
yang dilakukan untuk memperoleh sifat dan karakteristik tanah untuk
kepentingan rekayasa (engineering). Ada dua jenis penyelidikan geoteknik
yang dilakukan yaitu (1) penyelidikan lapangan (in situ test) dan (2)
penyelidikan laboratorium (laboratory test). Penyelidikan lapangan
umumnya terdiri machine boring, SPT (Standard Penetration Test), CPT
(Cone Penetration Test), DCP (Dynamic Cone Penetration), Pressuremeter
Test (PMT), Dilatometer Test (DMT), Field Permeability Test, dll.
Sedangkan penyelidikan laboratorium terdiri dari index properties (water
content, spesific gravity, atterberg limit,sieve analysis, unit weight),
engineering properties (direct shear test, consolidation test, triaxial
test, permeability test, compaction test, CBR test).
Pemilihan jenis pengujian yang dilakukan sangat tergantung kepada jenis
konstruksi yang akan dikerjakan pada lokasi. Jenis penyelidikan akan
berbeda untuk bangunan tinggi, galian dalam (deep excavation), timbunan
(fill), terowongan (tunelling), jalan raya (highway), bendungan , dermaga
dll.
Penyelidikan geoteknik yang dilakukan adalah penyelidikan lapagan (in
situ test) yang terdiri dari Boring Machine, Standard Penetration Test
(SPT) dan Pengujian Laboratorium yang terdiri dari moisture content,
specific gravity, atterberg limit, unit weight, grain size analisys,
consolidation dan direct shear.
2. Tujuan Penyelidikan Geoteknik
Tujuan penyelidikan geoteknik yang dilakukan, adalah:
a. Mengetahui stratigrafi atau sistem pelapisan tanah di lokasi.
Stratigrafi tanah dapat diperoleh berdasarkan hasil boring di lapangan
hingga kedalaman tanah keras dengan nilai N SPT>50 untuk tanah pasir
dan N SPT > 30 untuk tanah lempung.
b. Mengetahui kedalaman muka air tanah (ground water level) di lokasi.
Hal ini dapat diperoleh dari hasil boring.
c. Mengambil sampel tanah (undisturbed sample) dari lokasi untuk diuji di
laboratorium. Hal ini dapat diperoleh melalui boring .
d. Menentukan sifat fisis dan mekanis lapisan tanah berdasarkan hasil uji
laboratorium terhadap sampel tanah yang terganggu (disturbed soil) dan
sampel tanah tidak terganggu (undisturbed soil).Mengetahui kekuatan
tanah pada setiap kedalaman tertentu. Hal ini dapat diperoleh dari
hasil Standard Penetration Test (SPT) yang dinyatakan dengan jumlah
pukulan per 30 cm penetrasi.
Dari hasil penyelidikan tanah tersebut di atas dapat dilakukan:
a. Menentukan daya dukung pondasi dangkal (shallow fondation) dan pondasi
dalam (deep fondation) berdasarkan parameter kuat geser tanah atau in
situ test.
b. Mengevaluasi besarnya penurunan tanah akibat beban kerja baik
penurunan segera (immidiately settlement), penurunan konsolidasi
(consolidation settlement) dan penurunan setempat (differential
settlemen) berdasarkan parameter konsolidasi atau in situ test.
3. Jenis In Situ Test
Jenis pengujian yang dilakukan adalah penyelidikan lapangan (in situ
test), yang terdiri dari machine boring dengan Standard Penetration test
SPT dilakukan setiap interval 2.0 m dan UDS interval 5.0 m sebanyak 2
(dua) titik. Standard Penetration Test berdasarkan ASTM D 1586-84.
4. Boring dan Standard Penetration Test (SPT)
Pada bagian ini akan dijelaskan hasil in situ test di lapangan mulai dari
machine boring dan standard penetration test.
Dari hasil boring BH-01 muka air tanah ditemukan pada kedalaman 0.40 –
0.60 m. Sedangkan sistem pelapisan tanah yang dideskripsikan secara
visual di lapangan di peroleh seperti Tabel 1 & 2.
Tabel 1 Sistem pelapisan tanah berdasarkan deskripsi visual BH-01
"Kedalaman (m) "Deskripsi "
" "Jenis tanah "Relative "
" " "Density/Consisten"
" " "cy "
"0.00 – 1.00 "Pasir berlempung "Lepas "
"1.00 – 13.50 "Pasir bercampur kayu lapuk "Lepas - sedang "
"13.50 – 17.00 "Lempung berpasir "Sedang "
"17.00 – 25.00 "Lempung "Sedang – lunak - "
" " "sedang "
"25.00 – 37.00 "Lempung berpasir "Sedang – kaku - "
" " "sedang "
"37.00 – 41.50 "Lempung "Kaku "
"41.50 – 48.50 "Pasir "Sangat padat "
Tabel 2 Sistem pelapisan tanah berdasarkan deskripsi visual BH-02
"Kedalaman (m) "Deskripsi "
" "Jenis tanah "Relative "
" " "Density/Consisten"
" " "cy "
"0.00 – 0.70 "Pasir berlempung "Sedang "
"0.70 – 3.50 "Lempung berpasir "Lepas "
"3.50 – 10.00 "Pasir bercampur kayu lapuk "Sedang – kaku "
"10.00 – 17.50 "Pasir berlempung "Sedang – padat "
"17.50 – 21.00 "Lempung berpasir " "
"21.00 – 29.00 "Lempung " "
"29.00 – 33.00 "Pasir berlempung " "
"33.00 – 39.00 "Lempung " "
"39.00 – 41.00 "Lempung " "
"41.00 – 43.50 " " "
"43.50 – 48.50 "Pasir berlempung " "
Hasil SPT pada setiap kedalaman berdasarkan BH-01 & BH-02 dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Nilai N-SPT pada setiap kedalaman untuk BH-01 & BH-02.
"Kedalaman "N-SPT "N-SPT "
"(m) "(pukulan/ 30 "(pukulan/ 30 "
" "cm) "cm) "
" "BH - 01 "BH - 01 "
"0 "0 "0 "
"2 "10 "6 "
"4 "18 "16 "
"6 "8 "19 "
"8 "8 "21 "
"10 "14 "5 "
"12 "23 "10 "
"14 "6 "5 "
"16 "7 "4 "
"18 "5 "6 "
"20 "5 "7 "
"22 "4 "3 "
"24 "5 "4 "
"26 "8 "5 "
"28 "6 "7 "
"30 "9 "11 "
"32 "8 "6 "
"34 "8 "6 "
"36 "8 "9 "
"38 "9 "8 "
"40 "10 "9 "
"42 "20 "15 "
"44 "51 "54 "
"46 "58 "60 "
"48 "57 "60 "
Gambar 1. N-SPT terhadap kedalaman untuk BH-01 & BH-02
Gambar 1 menunjukkan nilai N-SPT terhadap kedalaman untuk boring BH-01 &
BH-02 relatif sama. Dengan menganggap untuk tanah keras nilai SPT lebih
besar atau sama dengan 50 pukulan/ 30 cm, maka untuk titik boring BH-01
kedalaman tanah keras ditemukan pada kedalaman 44.0 m dengan N_SPT 51
pukulan/ 30 cm dan untuk BH-02 kedalaman tanah keras ditemukan pada
kedalaman 44.0 m dengan N_SPT 54 pukulan/30 cm.
5. Daya Dukung Pondasi
Ada dua jenis pondasi yang biasa digunakan sebagai pondasi bangunan,
yaitu pondasi dangkal (shallow foundation) dan pondasi dalam (deep
foundation) Pondasi dangkal terdiri dari pondasi setempat (spread
footing) dan pondasi menerus (continuous footing). Pondasi dalam terdiri
dari pondasi tiang kayu, pondasi tiang beton, pondasi tiang komposit,
berdasarkan jenis materialnya. Berdasarkan metode instalasinya pondasi
tiang bor (drilled shaft pile), pondasi tiang pancang (driven pile).
Berdasarkan proses pembuatan tiangnya, pondasi tiang pracetak (precast
pile), pondasi tiang cetak di tempat (cast in place pile).
Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam mendesain sistem pondasi yaitu
(i) daya dukung pondasi harus lebih besar dari beban yang bekerja pada
pondasi (ii) besarnya penurunan pondasi harus lebih kecil dari penurunan
yang diijinkan.
5.1. Daya Dukung Pondasi Dangkal
Daya Dukung Terzaghi (1943).
Asumsi yang digunakan pada formula daya dukung Terzaghi adalah
1. Kedalaman pondasi lebih kecil dibandingkan lebar pondasi (D/B(1, di
mana D = kedalaman pondasi, B = lebar pondasi)
2. Tidak terjadi keruntuhan akibat geser
3. Tanah di bawah dasar pondasi adalah homogen
4. Tejadi keruntuhan umum
5. Tidak terjadi konsolidasi
6. Pondasi sangat kaku
Formula daya dukung pondasi dangkal dari Terzaghi dapat dilihat pada
tabel 4.
"Tipe Pondasi Dangkal "Formula "
"Pondasi Menerus " "
"Pondasi Bujursangkar " "
"Pondasi Lingkaran " "
Tabel 4. Daya Dukung Terzaghi
Faktor daya dukung didefinisikan sebagai berikut :
` (4.1)
(4.2)
(4.3)
di mana
Coduto (1994) mengembangkan suatu persamaan untuk menentukan besarnya N(
yang berbeda sekitar 10 % terhadap kurva yang dikembangkan oleh Terzaghi,
di mana nilai tersebut didekati
Nilai Nc, Nq dan Nγ adalah factor daya dukung, factor-faktor daya dukung
ini sebanding dengan sudut geser tanah dan dapt ditabelkan sebagai
berikut:
"φ "Nc "Nq "Νγ "Nc' "Nq' "Νγ "
"0o "5.71 "1.00 "0.00 "3.81 "1.00 "0.00 "
"15o "7.32 "1.64 "0.00 "4.48 "1.39 "0.00 "
"10o "9.64 "2.70 "1.20 "5.34 "1.94 "0.00 "
"15o "12.80 "4.44 "2.40 "6.46 "2.73 "1.20 "
"20o "17.70 "7.43 "4.60 "7.90 "3.88 "2.00 "
"25o "25.10 "12.70 "9.20 "9.86 "5.60 "3.30 "
"30o "37.20 "22.50 "20.00 "12.70 "8.32 "5.40 "
"35o "57.80 "41.40 "44.00 "16.80 "12.80 "9.60 "
"40o "95.60 "81.20 "114.00 "23.20 "20.80 "19.10 "
"45o "172.00 "17.00 "320.00 "34.10 "35.10 "27.00 "
5.1.1. Daya Dukung Tanah Pondasi Dangkal Berdasarkan Hasil Sondir
Berdasarkan Formula L. Herminier
Berdasarkan hasil sondir dapat dihitung daya dukung ijin pondasi dangkal
dengan menggunakan formula L. Herminier, sebagai berikut:
(4.4)
(4.5)
Dimana :
Qu = daya dukung ultimate tanah ( ton/m2)
Qi = daya dukng ijin tanah (ton/m2)
CR = perlawanan ujung konus ( cone resistant)
15 = factor reduksi
FK = factor keamanan ( diambil 2)
Berdasarkan Formula Schmertmann
Daya dukung dikorelasikan dengan tahanan ujung konus qc untuk fondasi
dangkal dengan
D/B 1,5 (Schmertmann 1978), dengan penjelasan sebagai berikut.
a) Daya dukung batas tanah nonkohesif dihitung dengan rumus:
Untuk lajur qu = 28 – 0,0052 (300 – qc )1,5
(4.6)
Untuk persegi qu = 48 – 0,0090 (300 – qc )1,5
(4.7)
dengan qu dan qc dalam satuan tsf atau kg/cm2 .
b) Daya dukung batas tanah kohesif dapat dihitung dengan rumus:
Untuk lajur qu = 2 + 0,28 qc
(4.8)
Untuk persegi qu = 5 + 0,34 qc (4.9)
dengan satuan dalam tsf atau kg/cm2 .
5.1.2. Daya Dukung Tanah Pondasi Dangkal Berdasarkan SPT
SPT dapat digunakan langsung untuk menghitung daya dukung izin tanah pada
besaran penurunan khusus berdasarkan pada korelasi sebelumnya.
a) Fondasi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan modifikasi
Meyerhof (Meyerhof
1956, Meyerhof 1974) untuk meningkatkan daya dukung sampai 50 % (Bowles,
1988).
B 4 ft (1,2 m), qa, 1 = ( Nn / F1 ) Kd
(4.10)
B > 4 ft (1,2 m), qa, 1 = (Nn/F2) [ (B+F3)/B]2
(4.11)
dengan: qa, 1 adalah daya dukung izin untuk penurunan sebesar 1 inci
(ksf; 1 ksf = 0,4882 ton/m2), Kd = 1 + 0,33 (D/B) £ 1,33, Nn adalah
tahanan penetrasi standar terkoreksi sampai n% x tenaga.
Persamaan (40b) dapat digunakan untuk fondasi sampai selebar 4,5 m (15 ft).
1) Faktor F bergantung pada besarnya tenaga pukulan. Nilai n kira-kira
sebesar 55 % untuk tahanan penetrasi tidak terkoreksi dan F1 = 2,5; F2 =
4; dan F3 = 1. Faktor F terkoreksi sampai n = 70 % x tenaga adalah F1 =
2; F2 = 3,2; dan F3 = 1.
2) Gambar-gambar pada EM 1110-1-1904 memberikan grafik-grafik untuk
menentukan qa pada penurunan sebesar 1 inci dari data uji SPT dengan
menggunakan pendekatan modifikasi Terzaghi dan Peck.
b) Daya dukung bentuk tikar (mats) dapat dihitung dengan rumus
qa, 1 = ( Nn / F2 ) Kd (4.12)
dengan: qa,1 adalah daya dukung izin untuk batasan penurunan sampai 1
inci. Daya dukung izin untuk setiap penurunan qa kemungkinan dapat
berbanding linier dengan penurunan izin sebesar 1 inci, yang diperoleh
dari persamaan (40) dengan anggapan penurunan bervariasi sesuai dengan
tekanan.
qa = r qa, 1 (4.13)
dengan: r adalah penurunan (m),
qa, 1 adalah daya dukung izin untuk penurunan sebesar 1 inci (t/m2).
5.2. Daya Dukung Pondasi Tiang
5.2.1. Teori Analisis Pondasi Tiang Berdasarkan Hasil Sondir
Perhitungan Daya Dukung Tiang Berdasarkan Metode Schmertmann-Nottingham
Schertmann-Nottingham (1975) menganjurkan perhitungan daya dukung ujung
pondasi tiang menurut cara Bagemann, yaitu diambil nilai rata-rata
perlawanan ujung sondir 8D di atas ujung tiang dan 0.4D-0.7D di bawah
ujung tiang.D adalah diameter tiang.
Daya dukung ujung Tiang
Formula yang digunakan adalah:
(4.14)
di mana:
Qp : daya dukung ujung tiang
qc1 : nilai rata-rata qc 0.7D – 4.0D di bawah ujung tiang
qc2 : nilai rata-rata qc 8D di atas ujung tiang
Ap : Luas proyeksi penampang tiang
Bila zona lembek di bawah tiang masih berada pada kedalaman 4D-10D, maka
perlu dilakukan reduksi terhadap nilai rata-rata tersebut.Pada umumnya
nilai perlawanan ujung diambil tidak lebih dari 150 kg/cm2 untuk tanah
pasir dan 100 kg/cm2 untuk tanah pasir kelanauan.
Daya dukung selimut tiang
Formula yang digunakan adalah:
(4.15)
Qs : daya dukung selimut tiang
K : nilai koreksi fess untuk tanah pasir (Ks) dan untuk
tanah
lempung (Kc)
z : kedalaman di mana fess diambil
d : diameter tiang
fs : gesekan selimut sondir
As : luas bidang kontak setiap interval kedalaman fs.
L : panjang total tiang yang terbenam.
Apabila tanah trediri dari berbagai lapisan pasir dan lempung,
Schmertmann menganjurkan untuk menghitung daya dukung setiap lapisan
secara terpisah.Namun demikian perlu diingat bahwa nilai Ks,c pada
persamaan (2) di atas dihitung berdasarkan total dihitung dari permukaan
tanah.
Nilai fs dibatasi hingga 1.2 kg/cm2 untuk tanah pasir dan 1.0 kg/cm2
untuk pasir kelanauan.
Hal penting diperhatikan di dalam menggunakan metode ini adalah masalah
klsifikasi tanah. Karena pengujian lapangan hanya menggunakan sondir maka
klasifikasi tanah pada setiap kedalaman dilakukan dengan menggunakan
korelasi. Grafik yang dapat digunakan dalam hal ini adalah Begemann,
Schertmann, Ribertson & Campanella.
Besarnya nilai keamanan yang digunakan dalam analisis sangat tergantung
kepada metode instalasi tiang dan juga tingkat keandalan karakteristik
tanah yang diperoleh dari hasil pengujian. Hunt R.E (1986), besarnya
nilai keamanan berkisar antara 2-3. Dalam analisis ini digunakan safety
factor 2.5 dengan pertimbangan jika menggunakan minipile yang
diinstlasikan dengan cara penekanan maka tingkat gangguan pada tanah akan
l;ebih kecil yang disebut dengan small displacement pile, sedangkan
tiangkat keandalan karakteristik tanah berdasarkan hasil sondir juga
cukup baik karena tingkat gangguan tanah pada saat dilakukan penyelidikan
relative kecil.
5.2.2. Teori Analisis Pondasi Tiang Berdasarkan S.P.T (Standard
Penetration Test)
5.2.2.1. Perhitungan Daya Dukung Tiang Berdasarkan L. Decourt dalam
"Prediction of the Bearing Capacity of Piles Based Exclusively on N
Valuse of the SPT".
Daya dukung tiang berdasarkan data SPT, dapat dihitung berdasarkan L.
Decourt dalam " Prediction of the Bearing Capacity of Piles Based
Exclusively on N Valuse of the SPT".
(4.16)
Syarat : (4.17)
Ni kurang dari 3 harus dianggap sama dengan 3.
(4.18)
(4.19)
(4.20)
Dengan K = koefisien tanah, dapat dilihat dari table dibawah :
Jenis tanah K(t/m2)
Lempung 12
Lanau berlempung 20
Lanau berpasir 25
Pasir 40
5.2.2.2 Perhitungan Daya Dukung Tiang Berdasarkan Meyerhof 1976
Daya dukung tiang berdasarkan data SPT, dapat dihitung berdasarkan
Meyerhof
syarat jika tidak memenuhi pakai 40 (4.21)
atau (4.22)
(4.23)
(4.24)
(4.25)
(4.26)
Dimana ;
Qp = daya dukung ultimate ujung tiang
N = Nilai penetrasi baku
Ap = Luas dasar piler
D = Diameter piler
Qs = Daya dukung ultimate akibat gesekan disepanjang tiang
As = Luas permukaan tiang pancang
L = Kedalaman penyelidikan dilapangan
Qu = Daya dukung ultimate
Qa = Daya dukung ijin
N = Nilai SPT
C = Koefisien tanah
K = Koefisien tanah
Fs = Skin fractional stress
N' = Nilai rata-rata N SPT sepanjang batang
Dengan C = koefisien tanah, dapat dilihat dari table dibawah :
Jenis tanah K(t/m2)
Lempung 12
Lanau berlempung 20
Lanau berpasir 25
Pasir 40
5.3. Tiang Group
Efisiensi dari kapasitas tiang group dapat didefenisikan sebagai berikut:
(4.27)
: efisiensi tiang group
Qg(u) : kapasitas ultimat tiang group
Qu : kapasitas ultimat dari tiang tunggal (individual
pile).
Beberapa metode yang digunakan untuk menghitung efesiensi group tiang
adalah:
a. Persamaan Converse-Labarre
(4.28)
b. Persamaan Los Angeles Group Action
(4.29)
c. Persamaan Seiler –Keeney
(4.30)
di mana:
D : diameter tiang
d : jarak antara as-as tiang yang berdekatan
n1,n2 : jumlah tiang pada setiap potongan melintang dan memanjang
Menurut Kisida dan Meyerhoff (1965) pada tanah loose dan medium sand
besarnya actor efisiensi tiang group lebih besar dari satu. Hal ini terjadi
karena selama instalasi tiang terjadi proses pemadatan (densification).
Berdasarkan observasi eksperimental maka perlikaku dari tiang group pada
pasir dapat dinyatakan sebagai berikut (Das B.M., 2004):
a. Untuk tiang group yang terdiri dari tiang pancang (driven pile)
pada pasir jika , Qg(u) sama dengan .
b. Untuk tiang group yang terdiri dari tiang bor pada pasir dengan
, Qg(u) diambil 2/3 -3/4 kali .
5.4. Penurunan elastis dari tiang group
Penurunan elastis tiang group berdasarkan data sondir (Meyerhoff, 1976):
(4.31)
(4.32)
(4.33)
(4.34)
qc : nilai perlawanan konus rata-rata sejauh Bg di bawah ujung
bawah tiang
Bg : dimensi terkecil dari pile cap
Daya dukung tiang pancang berdasarkan hasil N SPT dapat dilihat pada
tabel 5 – 10.
Tabel 6. Daya Dukung Tiang Pancang/Bore Pile diameter 30 cm berdasarkan
hasil BH-01
" " " "Diameter 30 cm "
"Depth "N "N' "AS (D "Ap "Qp "Qs "Qu "Qa "
"(m) " " "=0.3 m ) "(D=0.30 "(ton) "(ton)"(ton)"(ton)"
" " " " "m) " " " " "
"0.00 "0 "0.00 "0.00 "
"Depth "N "N' "AS (D "Ap "Qp "Qs "Qu "Qa "
"(m) " " "=0.4 m ) "(D=0.4"(ton) "(ton)"(ton) "(ton)"
" " " " "0 m) " " " " "
"0.00 "0 "0.00 "0.00 "
"Depth "N "N' "AS (D "Ap "Qp "Qs "Qu "Qa "
"(m) " " "=0.6 m ) "(D=0.60 "(ton) "(ton)"(ton)"(ton)"
" " " " "m) " " " " "
"0.00 "0 "0.00 "0.00 "
"Depth "N "N' "AS (D "Ap "Qp "Qs "Qu "Qa "
"(m) " " "=0.3 m ) "(D=0.30 "(ton) "(ton)"(ton)"(ton)"
" " " " "m) " " " " "
"0.00 "0 "0.00 "0.00 "
"Depth "N "N' "AS (D "Ap "Qp "Qs "Qu "Qa "
"(m) " " "=0.4 m ) "(D=0.40 "(ton) "(ton)"(ton)"(ton)"
" " " " "m) " " " " "
"0.00 "0 "0.00 "0.00 "
"Depth "N "N' "AS (D "Ap "Qp "Qs "Qu "Qa "
"(m) " " "=0.3 m ) "(D=0.30 "(ton) "(ton)"(ton)"(ton)"
" " " " "m) " " " " "
0.00 "0 "0.00 "0.00 "0.2826 "0.00 "0.00 "0.00 "0.00 " "2.00 "6 "3.00 "3.77
"0.2826 "20.35 "2.26 "22.61 "7.54 " "4.00 "16 "11.00 "7.54 "0.2826 "180.86
"16.58 "197.44 "65.81 " "6.00 "19 "13.67 "11.30 "0.2826 "214.78 "30.90
"245.67 "81.89 " "8.00 "21 "15.50 "15.07 "0.2826 "237.38 "46.72 "284.11
"94.70 " "10.00 "5 "13.40 "18.84 "0.2826 "56.52 "50.49 "107.01 "35.67 "
"12.00 "10 "12.83 "22.61 "0.2826 "113.04 "58.03 "171.07 "57.02 " "14.00 "5
"11.71 "26.38 "0.2826 "56.52 "61.80 "118.32 "39.44 " "16.00 "4 "10.75
"30.14 "0.2826 "45.22 "64.81 "110.03 "36.68 " "18.00 "6 "10.22 "33.91
"0.2826 "20.35 "69.33 "89.68 "29.89 " "20.00 "7 "9.90 "37.68 "0.2826 "23.74
"74.61 "98.34 "32.78 " "22.00 "3 "9.27 "41.45 "0.2826 "10.17 "76.87 "87.04
"29.01 " "24.00 "4 "8.83 "45.22 "0.2826 "13.56 "79.88 "93.45 "31.15 "
"26.00 "5 "8.54 "48.98 "0.2826 "16.96 "83.65 "100.61 "33.54 " "28.00 "7
"8.43 "52.75 "0.2826 "23.74 "88.92 "112.66 "37.55 " "30.00 "11 "8.60 "56.52
"0.2826 "37.30 "97.21 "134.52 "44.84 " "32.00 "6 "8.44 "60.29 "0.2826
"20.35 "101.74 "122.08 "40.69 " "34.00 "6 "8.29 "64.06 "0.2826 "20.35
"106.26 "126.60 "42.20 " "36.00 "9 "8.33 "67.82 "0.2826 "30.52 "113.04
"143.56 "47.85 " "38.00 "8 "8.32 "71.59 "0.2826 "27.13 "119.07 "146.20
"48.73 " "40.00 "9 "8.35 "75.36 "0.2826 "30.52 "125.85 "156.37 "52.12 "
"42.00 "15 "8.67 "79.13 "0.2826 "50.87 "137.16 "188.02 "62.67 " "44.00 "54
"10.73 "82.90 "0.2826 "610.42 "177.85 "788.27 "262.76 " "46.00 "60 "12.87
"86.66 "0.2826 "678.24 "223.07 "901.31 "300.44 " "48.00 "60 "14.83 "90.43
"0.2826 "678.24 "268.28 "946.52 "315.51 " "
Gambar 3. Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Berdasarkan Nilai N-SPT pada
titik Borehole BH-02
6. Kesimpulan
Dari hasil penyelidikan geoteknik di lapangan dapat disampaikan
beberapa hal yaitu:
1. Muka air tanah di lapangan berdasarkan hasil boring ditemukan pada
kedalaman 0.40 – 0.60 m, hal ini perlu untuk pelaksanaan penggalian
pondasi.
1. Sistem pelapisan tanah di lokasi terdiri dari pasir berlempung,
lempung berpasir, lempung dan pasir berlempung.
2. Dengan menganggap untuk tanah keras nilai SPT lebih besar atau
sama dengan 50 pukulan/ 30 cm, maka untuk titik boring BH-01
kedalaman tanah keras ditemukan pada kedalaman 44.0 m dengan N_SPT
51 pukulan/ 30 cm dan untuk BH-02 kedalaman tanah keras ditemukan
pada kedalaman 44.0 m dengan N_SPT 54 pukulan/30 cm.
3. Untuk lokasi proyek disarankan untuk menggunakan pondasi tiang
pancang atau bore pile pada kedalaman 44.0 m.
Referensi
1. Annual Book of ASTM Standard 1989 Volume 04.08
2. Bowles,J.E.," Engineering Properties of Soil and Their
Measurements", Mc Graw Hill Book Company.
3. CPT Versi 2.0-95, Universitas Katolik Parahyangan.
4. Das, B.M.," Principle of Geotechnical Engineering"PWS Publishing
Company, Boston
5. Das, B.M.," Principle of Foundation Engineering", Thomson, Books
6. Hunt, R.E.," Geotechnical Engineering Techniques and Practice", Mc
Graw Hill Book Company.
7. Guy Sanglerat, Gilbert Olivari, Bernard Cambou " Mekanika Tanah &
Teknik Pondasi"
8. Suyono Sosrodarsono " Mekanika Tanah & Teknik Pondasi" 1980
Disusun : Ir. Origen Ridwan