C ase R epor t Sessio Sessi on H ari / tang tanggg al: S abtu btu / 17 De D esem sembe berr 2016
NASKAH PSIKIATRI F25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresi
Nama Dokter Muda
Nama Perseptor Perseptor
: Teda Faadhila
P 1985 A
Muhammad Bintang Ilhami
P 1984 A
: dr. Shinta Brisma, Sp. KJ
BAGIAN PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2016
BAB I TINJAUAN PUSTAKA 3.1 SKIZOAFEKTIF 3.1.1 Definisi
Gangguan skizoafektif adalah penyakit penyakit mentalyang seriusyang memiliki gambaran skizofrenia dan gangguan afektif. Gangguan skizoafektif memiliki gejala khas skizofrenia yang jelas dan pada saat bersamaan juga memiliki gejala gangguan afektif yang menonjol. Gangguan skizoafektif terbagi dua yaitu tipe manik
dan
tipe
depresif.
mendistorsicaraseseorang merasakanrealitas,
Skizofrenia
berpikir,
adalah
bertindak,
danberhubungan
gangguanotakyang
mengungkapkanemosi,
denganorang
lain.
Depresiadalah
penyakityangditandai denganperasaan sedih, tidak berharga, atauputus asa, serta masalahberkonsentrasidanmengingatdetail. 1
3.1.2 Epidemiologi
Prevalensi seumur hidup pada gangguan skizoafektif kurang dari 1%, berkisar antara 0,5%-0,8%. Tetapi, gambaran tersebut masih merupakan perkiraan.Gangguan skizoafektif s kizoafektif tipe depresif lebih sering terjadi pada orang tua dibanding anak muda.Prevalensi gangguan tersebut dilaporkan perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, terutama perempuan yang sudah menikah.Usia awitan perempuan lebih sering dibandingkan laki-laki, seperti pada skizofrenia. Laki-laki engan gangguan skizoafektif mungkin memperlihatkan perilaku antisosial dan mempunyai afek tumpul yang nyata atau tidak sesuai. 2 3.1.3 Etiologi
Sulit untuk menentukan penyebab dari penyakit yang telah berubah begitu banyak dari waktu ke waktu.Dugaan saat ini bahwa gangguan skizoafektif mungkin mirip dengan etiologi skizofrenia.Oleh karena itu etiologi mengenai gangguan
skizoafektif
juga
mencakup
kausa
genetik
dan
lingkungan.Penyebabgangguan skizoafektif adalah tidak diketahui, namun empat model konseptual telah diajukan, yaitu:
1
BAB I TINJAUAN PUSTAKA 3.1 SKIZOAFEKTIF 3.1.1 Definisi
Gangguan skizoafektif adalah penyakit penyakit mentalyang seriusyang memiliki gambaran skizofrenia dan gangguan afektif. Gangguan skizoafektif memiliki gejala khas skizofrenia yang jelas dan pada saat bersamaan juga memiliki gejala gangguan afektif yang menonjol. Gangguan skizoafektif terbagi dua yaitu tipe manik
dan
tipe
depresif.
mendistorsicaraseseorang merasakanrealitas,
Skizofrenia
berpikir,
adalah
bertindak,
danberhubungan
gangguanotakyang
mengungkapkanemosi,
denganorang
lain.
Depresiadalah
penyakityangditandai denganperasaan sedih, tidak berharga, atauputus asa, serta masalahberkonsentrasidanmengingatdetail. 1
3.1.2 Epidemiologi
Prevalensi seumur hidup pada gangguan skizoafektif kurang dari 1%, berkisar antara 0,5%-0,8%. Tetapi, gambaran tersebut masih merupakan perkiraan.Gangguan skizoafektif s kizoafektif tipe depresif lebih sering terjadi pada orang tua dibanding anak muda.Prevalensi gangguan tersebut dilaporkan perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, terutama perempuan yang sudah menikah.Usia awitan perempuan lebih sering dibandingkan laki-laki, seperti pada skizofrenia. Laki-laki engan gangguan skizoafektif mungkin memperlihatkan perilaku antisosial dan mempunyai afek tumpul yang nyata atau tidak sesuai. 2 3.1.3 Etiologi
Sulit untuk menentukan penyebab dari penyakit yang telah berubah begitu banyak dari waktu ke waktu.Dugaan saat ini bahwa gangguan skizoafektif mungkin mirip dengan etiologi skizofrenia.Oleh karena itu etiologi mengenai gangguan
skizoafektif
juga
mencakup
kausa
genetik
dan
lingkungan.Penyebabgangguan skizoafektif adalah tidak diketahui, namun empat model konseptual telah diajukan, yaitu:
1
1. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe skizofrenia atau suatu tipe gangguan mood 2. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi bersama-sama dari skizofrenia dan gangguan afektif 3. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe psikosis ketiga yang berbeda, tipe yang tidak berhubungan dengan skizofrenia maupun gangguan afektif 4. Kemungkinan terbesar adalah bahwa gangguan skizoafektif adalah kelompok
gangguan
yang
heterogen
yang
meliputi
semua
tiga
kemungkinan yang pertama. Penelitian yang dilakukan untuk menggali kemungkinan-kemungkinan tersebut telah memeriksa riwayat keluarga, petanda biologis, respon pengobtanan jangka pendek, dan hasil hasil akhir jangka panjang.2 3.1.5 Manifestasi Klinis.
Pada gangguan skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik gejala gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari. 2 Bila gejala skizofrenik dan manik menonjol pada episode penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Sedangkan pada gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang menonjol.2 Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi, perubahan dalam berpikir, perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala gangguan suasana perasaan baik itu manik maupun depresif. 2,3 Skizofrenia
Gejala klinis berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ-III):3 Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas): a) - “thought echo” echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau
2
- “thought insertion or withdrawal ” = isi yang asing dan luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal ); dan - “thought broadcasting ”= isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya; b) - “delusion of control ” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau - “delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus) - “delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat; c) Halusinasi Auditorik: - Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau - Mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau - Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh. d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain) Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas: 3
e) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus; f) Arus pikiran yang terputus (break ) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme; g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement ), posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor; h) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika; Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik ( prodromal ). Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi ( personal behavior ), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri ( self-absorbed attitude) dan penarikan diri secara sosial.6 Depresi
Nafsu makan yang berkurang
Pengurangan berat badan
Perubahan dari pola tidur biasanya ( sedikit atau banyak tidur )
Agitasi
Merasa tidak ada semangat
Kehilangan rasa untuk melakukan kebiasaan sehari-hari
Merasa tidak ada harapan
4
Selalu merasa bersalah
Tidak dapat berkonsentrasi
Mempunyai pikiran untuk melakukan percobaan bunuh diri
3.1.6 Diagnosis
Konsep gangguan skizoafektif melibatkan konsep diagnostik baik skizofrenia maupun gangguan mood, beberapa evolusi dalam kriteria diagnostik untuk gangguan skizoafektif (Tabel 3) mencerminkan perubahan yang telah terjadi di dalam kriteria diagnosis untuk kedua kondisi lain. Tabel 3. Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Skizoafektif (DSM-IV) 5
Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Skizoafektif A. Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu waktu. Terdapat baik episode depresif berat, episode manik, atau suatu episode campuran dengan gejala yang memenuhi kriteria A untuk skizofrenia Catatan : Episode depresi berat harus termasuk kriteria A1: mood terdepresi B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama sekurangnya 2 minggu tanpa adanya gejala mood yang menonjol C. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode ditemukan untuk sebagian bermakna dari lama total periode aktif dan residual dari penyakit D. Gangguan bukan kareka efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum Sebutkan tipe: Tipe bipolar: Jika gangguan termasuk suatu episode manik atau campuran (atau suatu manik
suatu episode campuran dan episode depresi berat) Tipe depresif: Jika gangguan hanya termasuk episode depresi berat Tabel dari DSM-IV, diagnostic and statistical manual of mental disorders.Ed. 4.Hak cipta American Psychiatric Association. Washington. 1994
Tabel 4. Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif berdasarkan PPDGJIII6
Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala de finitive adanya skizofrenia dan gangguan skizofrenia dan gangguan afektif dama-sama menonjol pada saat yang bersamaan (stimultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai
5
konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau depresif.
Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gelaja skizofrenia dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbedah.
Bila seseorang pasien skizoafrenik menunjukkan gejala depresif setelah mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F.20.4 (Depresi Pasca-skizofrenia)
Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoefektif berulang, baik berjenis manik (F25.0) maupun depresif (F.25.1) atau campuran dari keduanya (F.25.2). pasien lain mengalami satu atau dua episode manik atau depresi ( F30-F33)
3.1.7 Diagnosis Banding
Pada setiap diagnosis banding gangguan psikotik, pemeriksaan medis lengkap harus dilakukan untuk menyingkirkan penyebab organik. semua kondisi yang dituliskan di dalam diagnosis banding skizofrenia dan gangguan mood perlu dipertimbangkan. Pasien yang diobati dengan steroid, penyalahgunaan amfetamin dan phencyclidine (PCP), dan beberapa pasien dengan epilepsi lobus temporalis secara khusus kemungkinan datang dengan gejala s kizofrenik dan gangguan mood yang bersama-sama.1Selain itu, apabila pasien menunjukkan gejala klinis lain seperti aktivitas motorik katatonia yang khas, dapat pula didiagnosis banding dengan skizofrenia katatonik. Setiap kecurigaan terhadap kelainan neurologis perlu didukung dengan pemeriksaan pemindaian (CT Scan) otak untuk menyingkirkan kelainan anatomis dan elektroensefalogram untuk memastikan setiap gangguan yang mungkin. 1,4 3.1.8Terapi Farmakoterapi
Beberapa obat dapat diberikan pada pasien skizoafektif tipe depresi diantaranya: 1. Antipsikotik Antipsikotik dapat diberikan utuk meringankan dan menghilangkan gejala psikotik pada pasien baik gejala positif dan gejala negatif. Obat antipsikotik yang diberikan berupa obat antipsikotik golongan atipikal maupun tipikal. 2. Antidepresan
6
Antidepresan diberikan pada pasien skizoafektif tipe depresif, tetapi harus dengan perhatian yang ketat karena dapat terjadi pergeseran gejala dari episode depresif menjadi episode manik pada pemberian antidepresan. Antidepresan lini pertama yang diberikan adalah golongan SSRI, karena selain cukup efektif, obat ini juga memiliki sedikit efek samping pada sistem kardiovaskular. Pasien skizoafektif dengan gejala agitasi atau insomnia lebih berespon dengan obat golongan trisiklik.
Psikoterapi
Pada pasien skizoafektif selain menggunakan farmakoterapi, pengobatan juga dapat dilakukan dengan psikoterapi kepada pasien maupun keluarga pasien. 1. Kepada pasien: Psikoterapi suportif Memberikan dukungan, kehangatan, empati, dan optimistic kepada pasie n, membantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan emosinya. Psikoedukasi Membantu pasien untuk mengetahui lebih banyak mengenai gangguan yang dideritanya, diharapkan pasien mempunyai kemampuan yang semakin efektif untuk mengenali gejala, mencegah munculnya gejala dan segera mendapatkan pertolongan. Menjelaskan kepada pasien untuk menyadari bahwa obat merupakan kebutuhan bagi dirinya a gar sembuh. 2. Kepada keluarga: Psikoedukasi Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif, dan edukatif tentang penyakit pasien (penyebab, gejala, hubungan antara gejala dan perilaku, perjalanan penyakit, serta prognosis). Pada akhirnya, diharapkan keluarga bisa mendukung proses penyembuhan dan mence gah kekambuhan. Serta menjelaskan bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang membutuhkan pengobatan yang lama dan berkelanjutan. Terapi Memberi penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada pasien (kegunaan obat terhadap gejala pasien dan efek sa mping yang mungkin
7
timbul pada pengobatan). Selain itu, juga ditekankan pentingnya pasien kontrol dan minum obat secara teratur.
8
BAB II LAPORAN KASUS I. IDENTITAS KETERANGAN PRIBADI PASIEN
Nama (inisial)
: Tn. A
Jenis kelamin
:Laki-laki
Tempat & tanggal lahir/ Umur
:Padang, 7 Mei 1991 / 25 tahun
Status perkawinan
: Belum kawin
Kewarganegaraan
: Indonesia
Suku bangsa
: Minangkabau
Negeri Asal
: Padang
Agama
: Islam
Pendidikan
: Tamat SMK
Pekerjaan
:Pedagang
Alamat
panggilan Alvin
:Kubu dalam no.9, Parak Karakah, Padang Timur, Kota Padang.
Nama, Alamat, No KTP keluarga terdekat di Padang (untuk pasien luar kota Padang)
:
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Keterangan/anamnesis di bawah ini diperoleh dari (lingkari angka di bawah ini) 1. Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 15 Desember2016 2. Alloanamnesis dengan keluarga pasien pada tanggal 16 Desember 2016 1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari pada huruf yang sesuai) a. Sendiri b. Keluarga c. Polisi d. Jaksa/ Hakim e. Dan lain-lain
9
2. Sebab Utama Mencoba bunuh diri satu hari sebelum masuk rumah sakit.
3. Keluhan Utama (Chief Complaint) Melukai diri sendiri sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit. 4. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang Pasien mencoba bunuh diri sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien menggunakan shabu-shabu sejak tahun 2012 hingga Februari 2016. Pasien menggunakan shabu-shabu hampir setiap hari. Shabu tersebut ia dapatkan dari teman-temannya. Pada bulan Februari 2016 pasien berhenti menggunakannya, namun setelah itu pasien sering mengeluhkan sakit kepala, mual dan muntah. Pasien tidak bekerja namun setiap kali meminta uang kepada orang tua dan kakaknya, selalu diberikan karena pasien merupakan anak bungsu dan satu-satunya anak laki-laki. Keluarga pasien sangat menyayangi pasien. Pasien mulai membantu pekerjaaan kakaknya dengan menjaga toko di padang panjang sejak februari 2016. Hanya berselang 3 bulan, pasien sakit dan sering mengeluhkan sakit kepala. Pasien kemudian kembali ke padang. Setelah kondisi pasien membaik, pasien kembali ke padang panjang. Namun hanya selang satu minggu, pasien kembali sakit dan dibawa lagi ke padang. Pasien bertengkar dengan pacarnya 5 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien marah-marah di telfon kemudian tidak tidur semalaman. Setelah itu pasien kembali mengeluh sakit kepala berat dan ingin bertemu dengan orang pintar. Pasien merasa ada yang mengikutinya dan mendengar bisikan yang menyuruh pasien minta maaf kepada semua orang. Selain itu, pasien juga terlihat murung, sering melamun, pandangan kosong, tidak mau makan. Pasien terlihat seperti orang sakit. Sayangnya, pacar pasien justru mengancam akan memputuskan pasien apabila sampai Desember ini pasien tidak sembuh. 3 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien dibawa ke poliklinik jiwa HB SAANIN. Pasien mendapat obat risperidon dan lorazepam. Pasien bisa tidur setelah mendapat obat, namun pasien minum obat tidak teratur. 1 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien gelisah, tidak tenang. Pasien kemudian dibawa berobat ke orang pintar di padang panjang. Pasien kembali tenang. 3 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien sudah senang dan tennag. Keesokan harinya pasien tiba-tiba minta maaf kepada semua orang. Malam harinya timbul halusinsasi. Pasien melihat jin di rumah mereka yang ada di padang panjang. 1 hari sebelum masuk rumah sakit pasien berobat kampung, tenang sebentar, kemudian menjadi ketakutan. Keesokan paginya, pasien bicara ngawur, berbicara soal jin dan terus berkata jangan salah kan aku. Siang
10
harinya pasien berkata bahwa ada orang yang jahat terhadap pasien dan ingin membunuhnya. Pasien terus-menerus bergumam,”Bukan salah alvin, orang itu yang salah.” Orang itu yang pasien maksud adalah seseorang yang ia panggil “uda”. Ia sering terlihat berbicara dengan uda tersebut, mengatakan bahwa ia tidak bersalah, meminta maaf dan juga memohon ampun. Kemudian pasien mengatakan bahwa ia ingin bunuh diri saja. Sore harinya, pasien kembali mengamuk, ingin bunuh diri. Keluarga kemudian memberikan obat dari rumah sakit ke pasien dan pasien kembali tenang dan tertidur. Pasien bangun jam 10 malam, meminta bertemu dengan orang pintar, stelah bertemu pasien tenang dan tidur lagi. Jam 12-an pasien kembali terbangun dan ingin bunuh diri, saat keluarga lengah pasien menusuk tangannya dengan pena berkali-kali. Keluarga berusaha menghentikan namun pasien mengamuk. Pasien tenang sebentar, namun ketika keluarga lengah, pasien mencoba bunuh diri dengan mengikat lehernya menggunakan ikat pinggang. Ketika dihentikan pasien malah membenturkan kepalanya ke dinding. Pasien merasa tidak tahan lagi dengan jin yang ada di tubuhnya. Saat diwawancara pasien mengaku sedih dan sering menangis apabila teringat dengan orang tuanya. Pasien merasa ada suara dari luar yang masuk ke hatinya dan membaca isi hatinya. 5. Riwayat Penyakit Sebelumnya a. Riwayat Gangguan Psikiatri Sudah berobat ke poli 20 hari yang lalu, mendapat risperidone 2x1 mg dan
lorazepam 1x0,5 mg. Setelah berobat tidak ada perbaikan. b. Riwayat Gangguan Medis Tidak ada riwayat hipertensi, DM, trauma, tumor, kejang, gangguan kesadaran, HIV dan penyakit fisik lain. c.Riwayat Penggunaan NAPZA Pasien merokok sejak 7 tahun yang lalu lebih kurang satu bungkus sehari, meminum alkohol sejak SMA namun sudah berhenti 2 tahun yang lalu, memakai shabu sejak SMP setiap hari. Terakhir memakai shabu kira-kira 10 bulan yang lalu. Pasien tidak punya kebiasaan meminum kopi. 6. Riwayat keluarga a) Identitas orang tua/ penganti
IDENTITAS Kewarganegaraan Suku bangsa
Orang tua/ Pengganti Bapak Ibu Indonesia Indonesia Minangkabau Minangkabau
11
Keterangan
Agama Pendidikan Pekerjaan
Islam
Islam
Umur Alamat
Hubungan pasien*
Akrab Akrab Biasa Biasa Kurang Kurang Tak peduli Tak peduli Dan lain-lain ::`Ket : * coret yang tidak perlu b) Sifat/ Perilaku Orang tuatua kandung/ pengganti............. : Bapak (Dijelaskan oleh pasien dapat dipercaya/ dira gukan) Pemalas ( - )**, Pendiam ( - ), Pemarah ( - ), Mudah tersinggung ( - ), Tak suka Bergaul ( - ), Banyak teman ( - ), Pemalu ( - ), Perokok berat ( - ), Penjudi ( - ), Peminum ( - ), Pecemas ( - ), Penyedih ( - ), Perfeksionis ( - ), Dramatisasi ( - ), Pencuriga ( - ), Pencemburu ( - ), Egois ( - ), Penakut ( - ), Tak bertanggung jawab ( - ). Ibu ( Dijelaskan oleh pasien dapat dipercaya/ diragukan ) Pemalas ( - )**, Pendiam( - ), Pemarah ( - ), Mudah tersinggung ( - ), Tak suka Bergaul ( - ), Banyak teman ( - ), Pemalu ( - ), Perokok berat ( ), Penj udi ( - ), Peminum ( - ), Pecemas ( - ), Penyedih ( - ), Perfeksionis ( - ), Dramatisasi ( - ), Pencuriga ( - ), Pencemburu ( - ), Egois ( - ), Penakut ( - ), Tak bertanggung jawab ( - ). c) Saudara Jumlah bersaudara 5 orang dan pasien anak ke-5 d)
Urutan bersaudara dan cantumkan usianya dalam tanda kurung untuk pasien sendiri lingkari nomornya.* 1. Lk/ Pr (36 tahun) 2. Lk/ Pr( 33 tahun) 3. Lk / Pr (meninggal) 4. Lk/ Pr ( 27 tahun) 5. Lk /Pr (25 tahun)
e) Gambaran sikap/ perilaku masing-masing saudara pasien dan hubungan pasien terhadap masing-masing saudara tersebut, hal yang dinyatakan serupa dengan yang dinyatakan pada gambaran sikap/ perilaku pada orang tua.* Saudara
Gambaran sikap dan perilaku
12
Kualitas
hubungan
ke
dengan saudara (akrab/ biasa,/kurang/tak peduli)
1 2 3
Biasa, suka bergaul Biasa, suka bergaul Biasa, suka bergaul
Akrab Akrab Akrab
4.
Biasa, suka bergaul
Akrab
Ket: *) coret yang tidak perlu **) diisi dengan tanda ( + ) atau ( - ) f)
Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan tingkah laku dan bagaimana pasien dengan mereka.* No Hubungan dengan pasien Gambaran sikap dan Kualitas tingkah laku hubungan (akrab/ biasa,/kurang/tak peduli)
Ket: untuk e) dan f) hanya diisi bila informan benar-benar mengetahuinya. g)
Apakah ada riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik (yang ada kaitannya dengan gangguan jiwa) pada anggota keluarga o.s :
Anggota keluarga Bapak Ibu Saudara 1 2 3 Nenek Kakek Dan lainlain
Penyakit jiwa -
Kebiasaankebiasaan -
-------------
Skema Pedegree
13
Penyakit fisik -
Keterangan :
: Pria
: Pasien
: Wanita
: Meninggal
h) Riwayat tempat tinggal yang pernah didiami pasien: No Rumah tempat Keadaan rumah tinggal Tenang Cocok Nyaman nyaman 1. Rumah orang tua Tenang Cocok Nyaman i) Dan lain-lain
Tidak
7. Gambaran seluruh faktor-faktor dan mental yang bersangkut paut dengan perkembangan kejiwaan pasien selama masa sebelum sakit ( premorbid ) yang meliputi : a) Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan. - Keadaan ibu sewaktu hamil (sebutkan penyakit-penyakit fisik dan atau kondisi- kondisi mental yang diderita si ibu )
Kesehatan Fisik
: Baik
Kesehatan Mental Keadaan melahirkan :
-
: Baik
Aterm ( ), partus spontan ( ), partus tindakan ( ) sebutkan jenis tindakannya
Pasien adalah anak yang direncanakan/ diinginkan(
Jenis kelamin anak sesuai harapan ()
)
b) Riwayat masa bayi dan kanak-kanak
Pertumbuhan Fisik
:
Minum ASI
:
Usia mulai bicara
:
Usia mulai jalan
:
Sukar makan ( - ), anoreksia nervosa ( - ), bulimia ( - ), pika ( - ), gangguan hubungan ibu-anak ( - ), pola tidur baik ( - ), cemas terhadap orang asing sesuai umum ( - ), cemas perpisahan (- ), dan lain-lain.....
c) Simtom-simtom sehubungan dengan problem perilaku yang dijumpai pada masa kanak-kanak, misalnya: mengisap jari ( - ), ngompol ( - ), BAB di tempat tidur (- ), night teror ( - ), temper tantrum ( - ), gagap ( - ), tik (- ), masturbasi (- ), mutisme selektif ( - ), dan lain-lain. 14
d) Toilet training Umur : Sikap orang tua: Perasaan anak untuk toilet training ini: e) Kesehatan fisik masa kanak-kanak : demam tinggi disertai menggigau ( - ), kejang-kejang ( - ), demam berlangsung lama ( - ), trauma kapitis disertai hilangnya kesadaran ( -), dan lain-lain. f) Temperamen sewaktu anak-anak : pemalu ( - ), gelisah ( - ) overaktif ( - ), menarik diri ( - ), kurang suka bergaul ( - ), suka berolahraga ( - ), dan lain-lain. g) Masa Sekolah Perihal Umur Prestasi*
SD Sedang
SMP Sedang
SMA Sedang
Aktifitas Sekolah*
Kurang
Kurang
Kurang
Sikap Terhadap Teman *
Baik
Baik
Baik
Sikap Terhadap Guru
Kurang
Kurang
Kurang
PT -
Kemampuan Khusus (Bakat) Tingkah Laku h) Masa remaja: Fobia ( - ), masturbasi ( - ), ngompol ( - ), lari dari rumah (-), kenakalan remaja ( - ), perokok berat ( - ), penggunaan obat terlarang (- ), peminum minuman keras (- ), problem berat badan ( - ), anoreksia nervosa (-), bulimia (-), perasaan depresi (-), rasa rendah diri ( - ), cemas ( - ), gangguan tidur ( - ), sering sakit kepala ( - ), dan lain-lain. Ket: * coret yang tidak perlu ** ( ) diisi (+) atau (-) i) Riwayat Pekerjaan Usia mulai berkerja 19 tahun, kepuasan kerja ( - ), pindah-pindah kerja ( ), pekerjaan yang pernah dilakukan Pedagang Konflik dalam pekerjaan : ( - ), konflik dengan atasan ( - ), konflik dengan bawahan ( - ), konflik dengan kelompok ( - ).
15
Keadaan ekonomi*: baik (menurut pasien) j) Percintaan, Perkawinan, Kehidupan Seksual dan Rumah Tangga
Mimpi basah (sudah/ belum), usia berapa.... tahun, persepsi......
Awal pengetahuan tentang seks …. tahun, sikap orang tua…
Hubungan seks sebelum menikah (-)
Riwayat pelecehan seksual (-)
Orientasi seksual (normal)
Keterangan pribadi istri Nama : Umur : Suku : Kebangsaan : Agama : Pendidikan : Pekerjaan : Status sosial/ ekonomi:menengah* Perkawinan didahului dengan pacaran (-), kawin terpaksa (-), kawin paksa (-), perkawinan kurang disetujui orang tua (-), kawin lari (-), sekarang ini perkawinan yang ke -. Kepuasaan dalam hubungan suami istri: sering, sesekali, tidak pernah (ai) *, Kelainan hubungan seksual (-) ai (bila ada jelaskan di halaman kiri). Kehidupan rumah tangga: rukun (-), masalah rumah tangga () Pasien sangat dimanja oleh orang tuanya. Keuangan : Kebutuhan sehari-hari terpenuhi (+), pengeluaran dan pendapatan seimbang (-), dapat menabung (-).
Mendidik Anak : suami-istri bersama-sama(-), istri saja (-) suami saja (-), selain orang tua sebutkan k) Situasi sosial saat ini: 1. Tempat tinggal : rumah sendiri (-), rumah kontrak (-), rumah susun (-), apartemen (-), rumah orang tua (+), serumah dengan mertua (-), di asrama (-) dan lain-lain (-). 2. Polusi lingkungan : bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-) dan lai n-lain.
Ket: * coret yang tidak perlu, ** ( ), diisi (+) atau (-) ai : atas indikasi
l) Perihal anak-anak pasien meliputi: Sex Umur Pendidikan Sikap&peril o akui
16
Kesehatan
Sikap pada anak
Fisik
Mental
m) Ciri Kepribadian sebelumnya/ Gangguan kepribadian (untuk axis II) Keterangan : ( ) beri tanda (+) atau (-) Kepribadian Gambaran Klinis Skizoid Emosi dingin ( - ), tidak acuh pada orang lain ( - ), perasaan hangat atau lembut pada orang lain ( - ), peduli terhadap pujian maupun kecaman ( - ), kurang teman ( - ), pemalu ( - ), sering melamun(-), kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual (-), suka aktivitas yang dilakukan sendiri ( - ) Paranoid Merasa akan ditipu atau dirugikan ( - ), kewaspadaan berlebihan (-), sikap berjaga-jaga atau menutup-nutupi ( - ), tidak mau menerima kritik ( - ), meragukan kesetiaan orang lain ( - ), secara intensif mencari-cari kesalahan dan bukti tentang prasangkanya ( - ), perhatian yang berlebihan terhadap motif-motif yang tersembunyi ( ),cemburu patologik ( - ), hipersensifitas ( -), keterbatasan kehidupan afektif ( - ). Skizotipal Pikiran gaib ( - ), ideas of reference ( - ), isolasi sosial ( - ), ilusi berulang (- ), pembicaraan yang ganjil ( - ), bila bertatap muka dengan orang lain tampak dingin atau tidak acuh ( - ). Siklotimik Ambisi berlebihan ( - ), optimis berlebihan ( - ), aktivitas seksual yang berlebihan tanpa menghiraukan akibat yang merugikan ( - ), melibatkan dirinya secara berlebihan dalam aktivitas yang menyenangkan tanpa menghiraukan kemungkinan yang merugikan dirinya ( - ), melucu berlebihan ( - ), kurangnya kebutuhan idur ( - ), pesimis (- ), putus asa (- ), insomnia ( - ), hipersomnia ( - ), kurang bersemangat (- ), rasa rendah diri (- ), penurunan aktivitas ( - ), mudah merasa sedih dan menangis ( - ), dan lain-lain. Histrionik Dramatisasi (- ), selalu berusaha menarik perhatian bagi dirinya (- ), mendambakan ransangan aktivitas yang menggairahkan ( - ), bereaksi berlebihan terhadap hal-hal sepele (- ), egosentris ( - ), suka menuntut ( - ), dependen ( - ), dan lain-lain. Narsisistik Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya ( - ), preokupasi dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan dan kecantikan ( - ), ekshibisionisme ( - ), membutuhkan perhatian dan pujian yang terus menerus ( - ), hubungan interpersonal yang eksploitatif (- ), merasa marah, malu, terhina dan rendah diri bila dikritik (- ) dan lainlain. Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain( - ), sikap yang amat tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus ( - ), tidak mampu mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat dari pengalaman ( - ), tidak peduli pada norma-norma, peraturan dan kewajiban sosial ( - ), tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama ( - ), iritabilitas ( - ), agresivitas ( - ), impulsif (), sering berbohong ( - ), sangat cendrung menyalahkan orang lain
17
Ambang
Menghindar
Anankastik
Dependen
atau menawarkan rasionalisasi yang masuk akal, untuk perilaku yang membuat pasien konflik dengan masyarakat ( - ) Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil ( - ), kurangnya pengendaian terhadap kemarahan ( - ), gangguan identitas ( - ), afek yang tidak mantap ( - ) tidak tahan untuk berada sendirian ( - ), tindakan mencederai diri sendiri ( - ), rasa bosan kronik ( - ), dan lain-lain Perasaan tegang dan takut yang pervasif ( - ), merasa dirinya tidak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain ( - ), kengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin disukai (-), preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolkan dalam situasi social (-), menghindari aktivitas sosial atau pkerjaan yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak. Perasaan ragu-ragu yang hati-hati yang berlebihan ( - ), preokupasi pada hal-hal yang rinci (details), peraturan, daftar, urutan, organisasi dan jadwal ( - ), perfeksionisme ( - ), ketelitian yang berlebihan ( - ), kaku da keras kepala ( - ), pengabdian yang berlebihan terhadap pekerjaan sehingga menyampingkan kesenangan dan nilai-nilai hubungan interpersonal ( - ), pemaksaan yang berlebihan agar orang lain mengikuti persis caranya mengerjakan sesuatu ( - ), keterpakuan yang berlebihan pada kebiasaan sosial ( - ) dan lain-lain. Mengalami kesuitan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa nasehat dan masukan dari orang lain (-), membutuhkan orang lain untuk mengambil tanggung jawab pada banyak hal dalam hidupnya (-), perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidakmampuan mengurus diri sendiri (-), takut ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya()
7. Stresor psikososial (axis IV) Pertunangan ( - ), perkawinan ( - ), perceraian( - ), kawin paksa ( - ), kawin lari ( - ), kawin terpaksa ( - ), kawin gantung ( - ), kematian pasangan ( - ), problem punya anak ( - ), anak sakit ( - ), persoalan dengan anak ( - ), persoalan dengan orang tua ( - ), persoalan dengan mertua ( - ), masalah dengan teman dekat ( + ), masalah dengan atasan/ bawahan ( - ), mulai pertama kali bekerja ( - ), masuk sekolah ( - ), pindah kerja ( - ), persiapan masuk pensiun ( - ), pensiun ( - ), b erhenti bekerja ( - ), masalah di sekolah ( - ), masalah jabatan/ kenaikan pangkat ( - ), pindah rumah ( ), pindah ke kota lain ( - ), transmigrasi ( - ), pencurian ( - ), perampokan ( - ), ancaman ( - ), keadaan ekonomi yang kurang ( - ), memiliki hutang ( - ), usaha bangkrut ( - ), masalah warisan ( - ), mengalami tuntutan hukum ( -), masuk penjara ( - ), memasuki masa pubertas( - ), memasuki usia dewasa ( - ), menopause ( - ), mencapai usia 50 tahun ( - ), menderita penyakit fisik yang parah ( - ), kecelakaan ( - ), pembedahan ( - ), abortus ( - ), hubungan yang buruk antar orang tua ( - ), terdapatnya gangguan fisik atau mental dalam keluarga ( - ), cara pendidikan anak yang berbeda oleh 18
kedua orang tua atau kakek nenek ( - ), sikap orang tau yang acuh tak acuh pada anak ( - ), sikap orang tua yang kasar atau keras terhadap anak ( - ), campur tangan atau perhatian yang lebih dari orang tua terhadap anak ( ), orang tua yang jarang berada di rumah ( - ), terdapat istri lain ( - ), sikap atau kontrol yang tidak konsisten ( - ), kontrol yang tidak cukup ( - ), kurang stimulasi kognitif dan sosial ( - ), bencana alam ( - ), amukan masa ( - ), diskriminasi sosial ( - ), perkosaan ( - ), tugas militer ( - ), kehamilan ( - ), melahirkan di luar perkawinan ( - ), dan lain-lain. 8. Pernah suicide (+), kemungkinan sebab suicidemasalah dengan pacar 9. Riwayat pelanggaran hukum Tidak pernah ada riwayat pelanggaran hukum 11. Riwayat agama Pasien beragama Islam, pendidikan terakhir tamat SMK.
12. Persepsi Dan Harapan Keluarga
Keluarga berharap agar pasien dapat sehat kembali 13. Persepsi Dan Harapan Pasien
Pasien menyatakan ingin sembuh dan beraktivitas seperti biasa.
Ket: ( ) diisi (+) atau (-)
GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT
Tahun 2016 Usia 25 tahun
Pasien mengamuk dan mencoba bunuh diri.
19
III. STATUS INTERNUS
Keadaan Umum
: sakit sedang
Kesadaran
: CMC
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 72x/menit
Nafas
: 18x/menit
Suhu
: 36,7 C
Tinggi Badan
: 165 cm
Berat Badan
:60 kg
Status Gizi
: Normoweight
Sistem Kardiovaskuler : Dalam batas normal
Sistem Respiratorik
: Dalam batas normal
Kelainan Khusus
: Tidak ditemukan
IV. STATUS NEUROLOGIKUS GCS : E4M5V6 Tanda ransangan Meningeal : tidak ada Tanda-tanda efek samping piramidal : Tremor tangan :tidak ada
Akatisia
:tidak ada
Bradikinesia
: tidak ada
Cara berjalan
: tidak ada
Keseimbangan
: tidak ada
Rigiditas
: tidak ada
Kekuatan motorik Sensorik Refleks
:tidak ada : tidak ada :-
V. STATUS MENTAL A. Keadaan Umum : compos mentis ( +), somnolen ( ), stupor 1. Kesadaran/ sensorium ( ), kesadaran berkabut ( ), konfusi ( ), koma ( ), delirium ( ), kesadaran berubah ( ), dan lain-lain….. 2. Penampilan
Sikap tubuh: biasa ( + ), diam ( ), aneh ( ), sikap tegang ( ), kaku ( ), gelisah ( ), kelihatan seperti tua ( ), kelihatan seperti muda ( ), berpakaian sesuai gender ( +).
20
Cara berpakaian : rapi ( + ), biasa ( ), tak menentu ( ), sesuai dengan situasi( + ),kotor ( ), kesan ( dapat/ tidak dapat mengurus diri)* Kesehatan fisik :sehat ( + ), pucat ( ), lemas ( ), apatis ( tangan basah ( ), dahi berkeringat ( ), mata terbelalak ( ).
), telapak
3. Kontak psikis Dapat dilakukan (+ ), tidak dapat dilakukan ( - ), wajar ( + ), kurang wajar ( - ), sebentar ( + ), lama ( - ).
4. Sikap Kooperatif ( + ), penuh perhatian ( - ), berterus terang ( + ), menggoda ( - ), bermusuhan ( - ), suka main-main ( - ), berusaha supaya disayangi ( ), selalu menghindar ( - ), berhati-hati ( - ), dependen (- ), infantil (- ), curiga ( - ), pasif ( - ), dan lain-lain. 5. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor
Cara berjalan : biasa ( + ), sempoyongan ( - ), kaku ( - ), dan lain-lain Ekhopraksia ( - ), katalepsi ( - ), luapan katatonik ( - ), stupor katatonik ( - ), rigiditas katatonik ( - ), posturing katatonik ( - ), cerea flexibilitas ( ), negativisme ( - ), katapleksi ( - ), stereotipik ( - ), mannerisme ( - ), otomatisme(-), otomatisme perintah ( -), mutisme ( - ), agitasi psikomotor ( - ), hiperaktivitas/ hiperkinesis ( - ), tik ( - ), somnabulisme ( - ), akathisia ( - ), kompulsi( - ), ataksia, hipoaktivitas ( - ), mimikri ( - ), agresi ( - ), acting out ( - ), abulia ( - ), tremor ( - ), ataksia ( - ), chorea ( - ), distonia ( - ), bradikinesia ( - ), rigiditas otot ( - ), diskinesia ( - ), convulsi ( - ), seizure ( - ), piromania ( - ), vagabondage ( - ). Ket : ( ) diisi (+) atau (-)
B. Verbalisasi dan cara berbicara
Arus pembicaraan*
: biasa,cepat, lambat
Produktivitas pembicaraan*
:biasa, sedikit, banyak
Perbendaharaan*
: biasa, sedikit, banyak
Nada pembicaraan*
: biasa, menurun, meninggi
Volume pembicaraan*
: biasa, menurun, meninggi
Isi pembicaraan*
: sesuai/ tidak sesuai
Penekanan pada pembicaraan*
: Ada/ tidak
Spontanitas pembicaraan *
: spontan/ tidak
Logorrhea ( - ), poverty of speech ( - ), diprosodi ( - ), disatria ( - ), gagap ( - ), afasia ( - ), bicara kacau ( - ). 21
C. Emosi
Hidup emosi*: stabilitas (stabil), pengendalian (adekuat/tidak adekuat), echt/unecht, dalam/dangkal, skala diffrensiasi ( sempit/luas), arus emosi (lambat).
1. Afek Afek appropriate/ serasi ( + ), afek inappropriate/ tidak serasi( - ), afek tumpul ( - ), afek yang terbatas ( - ), afek datar ( - ), afek yang labil ( - ).
2. Mood mood eutimik ( ), mood disforik ( - ), mood yang meluap-luap (expansive mood ) ( - ), mood yang iritabel ( - ), mood yang labil (swing mood) ( - ), mood meninggi (elevated mood/ hipertim)( - ), euforia ( - ), ectasy ( - ), mood depresi (hipotim) ( + ), anhedonia ( - ), dukacita ( - ), aleksitimia ( - ), elasi ( - ), hipomania ( - ), mania( - ), melankolia( - ), La belle indifference ( -), tidak ada harapan ( - ). 3. Emosi lainnya Ansietas ( - ), free floating-anxiety ( - ), ketakutan ( + ), agitasi ( - ), tension (ketegangan) ( - ), panic ( - ), apati ( - ), ambivalensi ( - ), abreaksional ( - ), rasa malu ( - ), rasa berdosa/ bersalah( - ), kontrol impuls ( - ). 4. Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood Anoreksia ( - ), hiperfagia ( - ), insomnia ( - ), hipersomnia ( - ), variasi diurnal ( - ), penurunan libido ( - ), konstispasi ( - ), fatigue ( - ), pica ( ), pseudocyesis ( - ), bulimia ( - ).
Keterangan : *)Coret yang tidak perlu, ( ) diisi (+) atau (-) D. Pikiran/ Proses Pikir (Thinking )
Kecepatan proses pikir (biasa/cepat /lambat)
Mutu proses pikir (jelas/tajam)
1. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran Gangguan mental ( - ), psikosis ( + ), tes realitas ( terganggu/ tidak), gangguan pikiran formal ( - ), berpikir tidak logis ( + ), pikiran autistik ( - ), dereisme ( - ), berpikir magis ( + ), proses berpikir primer ( - ). 2. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran
22
Neologisme ( - ), word salad ( - ), sirkumstansialitas ( - ), tangensialitas ( - ), inkohenrensia ( + ), perseverasi ( - ), verbigerasi ( - ), ekolalia ( - ), kondensasi ( - ), jawaban yang tidak relevan ( - ), pengenduran asosiasi ( - ), derailment ( - ), flight of ideas( + ), clang association ( - ), blocking ( ), glossolalia ( - ). 3. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran
Kemiskinan isi pikiran ( - ), Gagasan yang berlebihan (- )
Delusi/ waham waham bizarre ( - ), waham tersistematisasi ( - ), waham yang sejalan dengan mood ( - ), waham yang tidak sejalan dengan mood ( - ), waham nihilistik ( - ), waham kemiskinan ( - ), waham somatik ( - ), waham persekutorik ( - ), waham kebesaran( - ), waham referensi ( + ), thought of withdrawal ( - ), thought of broadcasting ( - ), thought of insertion ( ), thought of control ( - ), Waham cemburu/ waham ketidaksetiaan ( - ), waham menyalahkan diri sendiri ( - ), erotomania ( - ), pseudologia fantastika ( - ), waham agama ( - ).
Idea of reference Preokupasi pikiran ( - ), egomania ( - ), hipokondria ( - ), obsesi ( - ), kompulsi ( - ), koprolalia ( - ), hipokondria ( - ), obsesi ( - ), koprolalia ( - ), fobia ( - )Ulat noesis ( - ), unio mystica ( - ).
E. Persepsi
Halusinasi Non patologis: Halusinasi hipnagogik ( - ), halusinasi hipnopompik ( - ), Halusinasi auditorik( + ),halusinasi visual ( + ), halusinasi olfaktorik ( ), halusinasi gustatorik ( - ), halusinasi taktil ( - ), halusinasi somatik ( - ), halusinasi liliput ( - ), halusinasi sejalan dengan mood ( - ), halusinasi yang tidak sejalan dengan mood ( - ), halusinosis ( - ), sinestesia ( - ), halusinasi perintah (command halusination) (+), trailing phenomenon ( - ).
Ilusi ( - )
Depersonalisasi ( - ), derealisasi ( - )
F. Mimpi dan Fantasi Mimpi : Fantasi : -
Keterangan : *)Coret yang tidak perlu, ( ) diisi (+) atau (-) G. Fungsi kognitif dan fungsi intelektual 1. Orientasi waktu (baik/ terganggu), orientasi tempat (baik/ terganggu), orientasi personal (baik/ terganggu), orientasi situasi (baik/ terganggu).
23
2. Atensi (perhatian) ( + ), distractibilty ( - ), inatensi selektif ( - ), hipervigilance ( - ), dan lain-lain 3. Konsentrasi (baik/terganggu), kalkulasi ( baik/ terganggu ) 4. Memori (daya ingat) : gangguan memori jangka lama/ remote ( - ), gangguan memori jangka menengah/ recent past ( - ), gangguan memori jangka pendek/ baru saja/ recent ( - ), gangguan memori segera/ immediate ( - ). Amnesia ( - ), konfabulasi ( - ), paramnesia ( - ). 5. Luas pengetahuan umum: baik/ terganggu 6. Pikiran konkrit : baik/ terganggu 7. Pikiran abstrak : baik/ terganggu 8. Kemunduran intelek : (Ada/ tidak), Retardasi mental ( - ), demensia ( ), pseudodemensia ( - ). H. Dicriminative I nsight* Derajat I (penyangkalan) Derajat II (ambigu) Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain): Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab) Derajat V (tilikan intelektual) Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya)
I.
VI.
Discriminative Judgement :
Judgment tes
:tidak terganggu
Judgment sosial
:tidak terganggu
Pemeriksaan Laboratorium dan diagnostik khusus lainnya
VII.
VIII.
Rutin Darah rutin Anjuran Tes urin
Pemeriksaan oleh Psikolog / petugas sosial lainnya (tulisan dan gambar di halaman belakang)
Ikhtisar Penemuan Bermakna Telah diperiksa pasien Tn. A berusia 25 tahun, agama Islam, suku Minang dan belum menikah. Pasien dirawat di bangsal Gelatik RSJ HB Saanin Padang pada tanggal 13 Desember 2016 diantar oleh keluarga dengan keluhan mencoba bunuh diri satu hari sebelum masuk rumah sakit.
24
Pasien sering melamun,menyendiri, murung serta mendengar bisikan yang menyuruh pasien meminta maaf kepada semua orang. Selain itu pasien juga terlihat berbicara sendiri namun pasien merasa berbicara dengan seseorang yang ia panggil “uda” Dari pemeriksaan status mental didapatkan pasien laki-laki dengan usia sesuai, perilaki tenang selama wawancara, sikap kooperatif terhadap pemeriksa. Pembicaraan jelas dan spontan, mood hipotim, afek appropriate,ditemukan adanya halusinasi visual, halusinasi auditorik, halusinasi perintah dan waham referensi. Orientasi tidak terganggu dan tes realitas tidak terganngu. Dari pemeriksaan neurologis tidak ditemukan kelainan.
IX.
Diagnosis Multiaksial
Aksis I
: F25.1 Gangguan skizoafektif tipe depresi
Aksis II
:Belum ada diagnosa
Aksis III
: Belum ada diagnosa
Aksis IV
:Masalah psikososial dan lingkungan lain
AksisV
: GAF 20-11
X.
XI.
Diagnosis Banding Axis I - F15.5 Gangguan psikotik akibat penggunaan stimulansia lain termasuk kafein - F20.5 Skizofrenia Paranoid Daftar Masalah
XII.
Organobiologik Pasien tidak pernah mengalami trauma kepala atau riwayat kejang sebelumnya. Psikologis Lingkungan dan psikososial Pasien bertengkar dengan pacarnya.
Penatalaksanaan A. Farmakoterapi
B.
Risperidon2 x 2 mg
Lorazepam 1x 2 mg
Fluoxetin 1 x 20 mg
Non Farmakoterapi
25
C. Psikoterapi Kepada pasien:
Psikoterapi suportif Memberikan dukungan, kehangatan, empati, dan optimistic kepada
pasien,
membantu
pasien
mengidentifikasi
dan
mengekspresikan emosinya.
Psikoedukasi Membantu pasien untuk mengetahui lebih banyak mengenai gangguan yang dideritanya, diharapkan pasien mempunyai kemampuan yang semakin efektif untuk mengenali gejala, mencegah
munculnya
gejala
dan
segera
mendapatkan
pertolongan. Menjelaskan kepada pasien untuk menyadari bahwa obat merupakan kebutuhan bagi dirinya agar sembuh. Kepada keluarga:
Psikoedukasi Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif, dan edukatif tentang penyakit pasien (penyebab, gejala, hubungan antara gejala dan perilaku, perjalanan penyakit, serta prognosis).
Pada
akhirnya,
diharapkan
keluarga
bisa
mendukung proses penyembuhan dan mencegah kekambuhan. Serta menjelaskan bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang membutuhkan pengobatan yang lama dan berkelanjutan.
Terapi Memberi penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada pasien (kegunaan obat terhadap gejala pasien dan efek samping yang mungkin timbul pada pengobatan). Selain itu, juga ditekankan pentingnya pasien kontrol dan minum obat secara teratur.
XIII. PROGNOSIS Quo et vitam Quo et fungsionam Quo et sanctionam
: bonam :dubia et bonam :dubia et malam
26
XIV. DISKUSI/ ANALISIS KASUS Diagnosis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, dimana
ditemukan gejala klinis yang mengarah pada gangguan skizoafektif tipe depresi sesuai dengan pedoman diagnostic berdasarkan PPDGJ III. Pada pasien saat ini ditemukan gejala skizofrenia berupa halusinasi visual, halusinasi auditorik, halusinasi perintah dan waham referensi. Pada pasien ini juga ditemukan gejala depresi yaitu mudah meangis apabila teringat orang tua, sering melamun, murung, menyendiri dan tidak mau makan. Gejala skizofrenia dan gejala depresi muncul pada waktu yang bersamaan yaitu sekitar satu bulan sebelum masuk rumah sakit. Pada pasien diberikan, Risperidone 2 x 2 mg, lorazepam 1 x 2 mg dan fkuoxetin 1 x 2 mg.Risperidoen merupakan antipsikosis atipikal generasi kedua dan juga merupakan mood stabilizer. Risperidone bekerja dengan ; 1. menghambat
reseptor dopamin 2, mengurangi gejala positif psikosis dan
stabilisasi gejala afektif; 2. menghambat reseptor serotonin 2A, menyebabkan peningkatan pelapasan dopamin di regio sentral otak sehingga mengurangi efek samping motorik dan meningkatkan kognotif dan gejala afektif. Dosis yang biasa diberikan
2-8
mg/hari.
Lorazepam
merupakan
golongan
benzodiazepin.
Lorazepam bekerja dengan; 1. berikatan dengan reseptor benzodiazepin pada ligan GABA-A yng merupakan gerbang kompleks saluran klorida; 2. meningkatkan efek inhibitor GABA;3. menghambat aktivitas neuronal di amigdala yang bermanfaat untuk gangguan anxietas. Dosis yang biasa diberikan adalah 2-6 mg/hari. Fluoxetine bekerja dengan meningkatkan neurotransmitter serotonin menghambat pompa reuptake serotonin, desensitisasi resptor serotonin, dan meningkatkan neurotransmisi serotonergik. Dosis yang biasa digunakan adalah 20-80 mg untuk gangguan depresi dan anxietas.Untuk depresi inisial dosisnya adalah 20 mg/hari di pagi hari. Terapi non farmakologis memegang peranan yang juga penting pada pasien ini. Jenis terapi non farmakologis yang bisa dilakukan terhadap pasien ini adalah psikoterapi suportif, dan
psikoedukasi. Psikoterapi suportif bertujuan
untuk memperlihatkan minat kita pada pasien, memberikan perhatian, dukungan, dan optimis. Dalam psikoterapi suportif, terapis menunjukkan penerimaan terhadap kasus dengan cara menunjukkan perilaku yang hangat, ramah namun
27
tetap berwibawa. Tujuannya adalah agar pasien merasa aman, diterima dan dilindungi.
Lampiran 1. Kutipan wawancara psikiatri AUTOANAMNESA dilakukan pada tanggal 30Desember 2016 Pertanyaan Jawaban Interpretasi Assalamualaikum Waalaikumsalam Kooperatif Alvin, perkenalkan Boleh kak saya dokter muda Tedadan ini teman saya dokter muda Bintang. Kami mau memeriksa Alvin sebentar, boleh? Siapa nama lengkap Alvin Gunawan Alvin? Bagaimana kabar Takut kak. Alvin hari ini? Apa yang Alvin Takut aja melihat takutkan? orang ramai-ramai kak? Waham referensi Apakah Alvin merasa Iya, kak. bahwa orang-orang tersebut membicarakan Alvin? Apa yang terjadi - Ngga ada kak sebelum Alvin dibawa kesini? Ide untuk suicide Terus kenapa Alvin Alvin nusuk-nusuk dibawa kesini? tangan pakai pena kak Alvin mau bunuh Iya kak. Ada orang diri? Kenapa? yang tahu isi hati alvin. Dia bisa membaca isi hati alvin. Kenapa bunuh diri Ada jin di dalam gara-gara itu? tubuh alvin ini kak. - Berpikir magis Oh ya? Dari mana Terasa sama Alvin - Inkoherensia alvin tahu kalau ada kak. Dia bisa masuk jin di dalam tubuh ke tubuh Alvin. Alvin? Tidak Iya kak. Jin itu yang mungkin itu. sakit kak, bukan Alvin. - Halusinasi visual Apa yang pernah Oh, ada kak, Alvin
28
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Alvin rasa? Pernahkah melihat bayangan-bayangan? Sejak kapan Alvin sering melihat bayangan putih itu? Apakah Alvin pernah mendengar suarasuara atau merasa diraba-raba padahal Alvin sedang sendiri? Apa yang dia katakan?
-
-
-
Apa yang kemudian Alvin rasakan? Ap tanggapan Alvin terhadap suara tersebut? Selain takut apa yang Alvin rasakan? Pernah kah merasa bersedih? Sedihnya seperti apa? Sampai menangis kah? Sering menyendiri tidak? Malas keluar rumah kah? Sejak kapan itu berlangsung? Apakah bersamaan dengan melihat bayangan? Alvin tidurnya nyenyakkah?
-
Pernah masuk rumah sakit sebelumnya?
-
Kenapa Alvin berobat ke poli?
pernah lihat bayangan-bayangan di malam hari. Sekitar 1 bulan yang lalu kak. Kalau suara ada kak, suara itu langsung masuk ke dalam hati kak. Suara orang yang membaca isi hati Alvin kak. Dia bilang kalau dia tahu isi hati Alvin kak. Alvin takut kak.
-Halusinasi auditorik
-
Ada kak kalau ingat orang tua
-
Iya kak, sampai menangis
-
Iya kak, Alvin takut di sama orang ramai. Iya kak
-depresi
Satu bulan yang lalu kak. Iya kak
- Skizoafektif
-
-
-
Dulu Alvin ngga bisa tidur kak, sekarang sudah bisa. Belum kak, tapi kontrol ke poli sejak 20 hari yang lalu. Ya karena dimasuki jin itu kak. Alvin mau nya berobat kampung kak. Masalah seperti ini
29
-mood hipotim
-
-
-
-
-
-
-
tidak bisa dengan medis. Ada kak, tapi minumnya tidak teratur. Ngga kak.
-
Ngga ada kak.
Setelah itu masih berobat? Pernah putus obat? Alvin pernah ada masalah di keluarga? Kalau masalah di tempat kerja? Alvin tahu sekarang dimana? Alvin tahu kalau diri Alvin sakit
-
Sekin dulu wawancara kita ya Alvin. Terima Kasih banyak.
-
-
-
- putus obat
- Orientasi tempat baik Alvin ngga sakit kak, discriminative insight derajat I Alvin sehat kok. Yang sakit itu jin dalam tubuh Alvin kak. Sama-sama kak. Di RSJ padang kak
30