BAB I PENDAHULUAN
Gangguan skizoafektif adalah kelainan mental yang rancu yang ditandai dengan adanya gejala kombinasi antara gejala skizofrenia dan gejala gangguan afektif.Penyebab gangguan skizoafektif tidak diketahui, tetapi empat model konseptual telah dikembangkan.Gangguan dapat berupa tipe skizofrenia atau tipe gangguan mood.Gangguan skizoafektif mungkin merupakan tipe psikosis ketiga yang berbeda,
yang
bukan
merupakan
gangguan
skizofrenia
maupun
gangguan
mood.Keempat dan yang paling mungkin, bahwa gangguan skizoafektif adalah kelompok heterogen gangguan yang menetap ketiga kemungkinan pertama. Pada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik gejala gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari. Bila gejala skizofrenik dan manik menonjol pada episode penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Dan pada gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang menonjol.Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi, perubahan dalam berpikir, perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala gangguan suasana perasaan baik itu manik maupun depresif. Kriteria
diagnostik
gangguan
skizoafektif
berdasarkan
DSM-IV-TR,
merupakan suatu produk beberapa revisi yang mencoba mengklarifikasi beberapa diagnosis, dan untuk memastikan bahwa diagnosis memenuhi kriteria baik episode manik maupun depresif dan menentukan lama setiap episode secara tepat.Pada setiap diagnosis banding gangguan psikotik, pemeriksaan medis lengkap harus dilakukan untuk menyingkirkan penyebab organik.semua kondisi yang dituliskan di dalam diagnosis banding skizofrenia dan gangguan mood perlu dipertimbangkan. Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai prognosis di
1
pertengahan antara prognosis pasien dengan skizofrenia dan prognosis pasien dengan gangguan mood.Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang lebih buruk daripada pasien dengan gangguan depresif maupun gangguan bipolar, tetapi memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan skizofrenia.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah
Di tahun 1913 George H. Kirby dan pada tahun 1921 August Hoch keduanya menggambarkan pasien dengan ciri campuran skizofrenia dan gangguan afektif (mood).Karena pasiennya tidak mengalami perjalanan demensia prekoks yang memburuk, Kirby dan Hoch mengklasifikasikan mereka di dalam kelompok psikosis manic-depresif Emil Kraepelin. Di
tahun
1933
Jacob
Kasanin
memperkenalkan
istilah
“gangguan
skizoafektif” untuk suatu gangguan dengan gejala skizofrenik dan gejala gangguan mood yang bermakna.Pasien dengan gangguan ini juga ditandai oleh onset gejala yang tiba-tiba, seringkali pada masa remajanya.Pasien cenderung memiliki tingkat fungsi premorbid yang baik, dan seringkali suatu stressor yang spesifik mendahului onset gejala.Riwayat keluarga pasien sering kali terdapat suatu gangguan mood.Kasanin percaya bahwa pasien memiliki suatu jenis skizofrenia. Dari 1933 sampai kira-kira tahun 1970, pasien yang gejalanya mirip dengan gejala pasien-pasien Kasanin secara bervariasi diklarifikasi menderita gangguan skizoafektif, skizofrenia atipikal, skizofrenia dalam remisi, dan psikosis sikloid – istilah-istilah yang menekankan suatu hubungan dengan skizofrenia.
2.2. Definisi
Gangguan
Skizoafektif
mempunyai
gambaran
baik
skizofrenia
maupun gangguan afektif.Gangguan skizoafektif memiliki gejala khas skizofrenia yang jelas dan pada saat bersamaan juga memiliki gejala gangguan afektif yang menonjol. Gangguan skizoafektif terbagi dua yaitu, tipe manik dan tipe depresif. 2
3
2.3. Epidemiologi
Prevalensi seumur hidup gangguan skizoafektif kurang dari 1%, mungkin berkisar antara 0,5% – 0,8%. Tetapi gambaran tersebut masih merupakan perkiraan.Gangguan skizoafektif tipe depresif mungkin lebih sering terjadi pada orang tua daripada orang muda, prevalensi gangguan tersebut dilaporkan lebih rendah pada laki-laki dibanding perempuan, terutama perempuan menikah.Usia awitan perempuan lebih lanjut daripada laki-laki, seperti pada skizofrenia. Laki-laki dengan gangguan skizoafektif mungkin memperlihatkan perilaku antisosial dan mempuinyai afek tumpul yang nyata a tau t id ak sesuai. National comorbidity study : 66 orang yang di diagnosa skizofrenia, 81% pernah didiagnosa gangguan afektif yang terdiri dari 59% depresi dan 22% gangguan bipolar .2
2.4. Etiologi
Sulit untuk menentukan penyebab penyakit yang telah berubah begitu banyak dari waktu ke waktu.Dugaan saat ini bahwa penyebab gangguan skizoafektif mungkin mirip dengan etiologi skizofrenia.Oleh karena itu teori etiologi mengenai gangguan skizoafektif juga mencakup kausa genetik dan lingkungan. Penyebab gangguan skizoafektif adalah tidak diketahui, tetapi empat model konseptual telah diajukan2 : 1. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe skizofrenia atau suatu tipe gangguan mood 2. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi bersama-sama dari skizofrenia dan gangguan mood 3. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe psikosis ketiga yang berbeda, tipe yang tidak berhubungan dengan skizofrenia maupun suatu gangguan mood
4
4. Kemungkinan terbesar adalah bahwa gangguan skizoafektif adalah kelompok gangguan yang heterogen yang meliputi semua tiga kemungkinan yang pertama.
Penelitian yang dilakukan untuk menggali kemungkinan-kemungkinan tersebut telah memeriksa riwayat keluarga, petanda biologis, respon pengobatan jangka pendek, dan hasil akhir jangka panjang.2 Walaupun banyak pemeriksaan terhadap keluarga dan genetika yang dilakukan untuk mempelajari gangguan skizoafektif didasarkan pada anggapan bahwa skizofrenia dan gangguan mood adalah keadaan yang terpisah sama sekali, namun beberapa data menyatakan bahwa skizofrenia dan gangguan mood mungkin berhubungan secara genetic. Beberapa kebingungan yang timbul dalam penelitian keluarga pada pasien dengan gangguan skizoafektif dapat mencerminkan perbedaan yang tidak absolute antara dua gangguan primer. Dengan demikian tidak mengejutkan bahwa penelitian terhadap sanak saudara pasien dengan gangguan skizoafektif telah melaporkan hasil yang tidak konsisten. Peningkatan prevalensi skizofrenia tidak ditemukan diantara sank saudara pasien yang pasien dengan skizoafektif, tipe bipolar; tetapi, sanak saudara pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe depresif, mungkin berada dalam resiko yang lebih tinggi menderita skizofrenia daripada suatu gangguan mood2.
2.5. Manisfestasi Klinis
Pada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik gejala gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari. Bila gejala skizofrenik dan manik menonjol pada
5
episode penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Dan pada gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang menonjol. 2 Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi, per uba han dal am be rp ik ir , per uba han da la m pe rs ep si di se rt ai de ng an ge ja la gangguan suasana perasaan baik itu manik maupun depresif.2 Gejala klinis berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ-III) 1 : Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasan ya dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang je la s) : 1 a) - “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau be rg em a da la m ke pal an ya (t id ak ke ra s) , dan is i pik ir an ul an ga n, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau - “thought insertion or withdrawal ” = isi yang asing dan luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal ) ; dan - “thought broadcasting ” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya; b) - “delusion of control ” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau - “delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan d ari luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pi ki ra n, ti nda kan , at au pe ngi nde ra an kh us us )
6
- “delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat; c) Halusinasi Auditorik: - Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap pe ri la ku pa si en , ata u - Mendiskusikan perihal pasien p asein di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau - Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh. d) Waham-waham
menetap
jenis
lainnya,
yang
menurut
budaya
setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya pe ri ha l ke ya ki nan ag ama ata u po li ti k te rten tu , at au kek uat an da n kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain)1 Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas: 1 e) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai ba ik
ol eh
wa ha m
ya ng
me ng am ban g
ma up un
yang
se te nga h
be rb en tu k ta np a ka nd un ga n af ek ti f ya ng je la s, ata up un di se rt ai ol eh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
7
f) Arus pikiran yang terputus ( break ) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme. g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement ), po si si
tu buh
te rt en tu
(p os tu ri ng ),
at au
fl ek si bi li ta s
ce re a,
negativisme, mutisme, dan stupor. h) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang ja ra ng, da n re sp on s em os io nal yang me num pul at au ti dak wa ja r, bi as an ya ya ng me nga kib at kan pen ar ik an di ri da ri per ga ul an so si al dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika; Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik ( pro dr om al ) . Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan ber ma kn a da la m mut u ke se lu ru han (overall quality) dan beberapa aspek per il ak u pr ib ad i ( per so na l be ha vio r ) , bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri ( se lf -a bso rb ed at ti tu de) dan penarikan diri secara sosial. 1
2.6. Diagnosis
Karena konsep gangguan skizoafektif melibatkan konsep diagnostik baik skizofrenia maupun gangguan mood, beberapa evolusi dalam kriteria diagnostik untuk gangguan skizoafektif mencerminkan perubahan yang telah terjadi di dalam kriteria diagnostik untuk kedua kondisi lain.2 Kriteria diagnostik utama untuk gangguan skizoafektif (Tabel 1) adalah bahwa pasien telah memenuhi kriteria diagnostik untuk episode depresif berat atau
8
episode manik yang bersama-sama dengan ditemukannya kriteria diagnostik untuk fase aktif dari skizofrenia. Di samping itu, pasien harus memiliki waham atau halusinasi selama sekurangnya dua minggu tanpa adanya gejala gangguan mood yang menonjol.Gejala gangguan mood juga harus diteukan untuk sebagian besar periode psikotik aktif dan residual. Pada intinya, kriteria dituliskan untuk membantu klinisi menghindari mendiagnosis suatu gangguan mood dengan ciri psikotik sebagai suatu gangguan skizoafektif.2
Tabel 1. Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Skizoafektif (DSM-IV) 2
Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Skizoafektif
A. Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu waktu. Terdapat baik episode depresif berat, episode manik, atau suatu episode campuran dengan gejala yang memenuhi kriteria A untuk skizofrenia. Catatan: Episode depresif berat harus termasuk kriteria A1: mood
terdepresi. B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama sekurangnya 2 minggu tanpa adanya gejala mood yang menonjol. C. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode mood ditemukan untuk sebagian bermakna dari lama total periode aktif dan residual dari penyakit. D. Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum. Sebutkan tipe: Tipe bipolar: jika gangguan termasuk suatu episode manik atau campuran (atau
suatu manik suatu episode campuran dan episode depresif berat) Tipe depresif: jika gangguan hanya termasuk episode depresif berat.
Tabel dari DSM-IV, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders.Ed. 4.Hak cipta American Psychiatric Association. Washington. 1994.
9
DSM-IV juga membantu klinisi untuk menentukan apakah pasien menderita gangguan skizoafektif, tipe bipolar, atau gangguan skizoafektif, tipe depresif.Seorang pasien diklasifikasikan menderita tipe bipolar jika episode yang ada adalah dari tipe manik atau suatu episode campuran dan episode depresif berat.Selain itu, pasien diklasifikasikan menderita tipe depresif. Pada PPDGJ-III, gangguan skizoafektif diberikan kategori yang terpisah karena cukup sering dijumpai sehingga tidak dapat diabaikan begitu saja. Kondisikondisi lain dengan gejala-gejala afektif saling bertumpang tindih dengan atau membentuk sebagian penyakit skizofrenik yang sudah ada, atau di mana gejala-gejala itu berada bersama-sama atau secara bergantian dengan gangguan-gangguan waham menetap jenis lain, diklasifikasikan dalam kategori yang sesuai dalam F20-F29. Waham atau halusinasi yang tak serasi dengan suasana perasaan (mood) pada gangguan
afektif
tidak
dengan
sendirinya
menyokong
diagnosis
gangguan
skizoafektif.1
Tabel 2. Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif berdasarkan PPDGJ-III
Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya skizofrenia dan gangguan skizofrenia dan gangguan afektif sama sama menonjol pada saat yang bersamaan (simultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau depresif.
Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyaki yang berbeda.
Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (Depresi Pasca-skizofrenia)
10
Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif berulang, baik berjenis manik (F25.0) maupun depresif (F25.1) atau campuran dari keduanya (F25.2). Pasien lain mengalami satu atau dua episode manik atau depresif (F30-F33)
Menurut PPDGJ-III : F25.0 Gangguan skizoafektif tipe manic 1 Pedoman Diagnostik 1
Kategori ini digunakan
baik untuk episode skizoafektif tipe manic yang
tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe manic.
Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tak begitu menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak.
Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik lagi dua, gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia, F20.-pedoman diagnostic (a) sampai (d).
F 25.1 Skizoafektif tipe depresif Pedoman diagnostik 1
Kategori ini harus dipakai baik untuk episode skizoafektif tipe depresif yang tunggal, dan untuk gangguan berulang dimana sebagian besar di dominasi oleh skizoafektif tipe depresif.
11
Afek depresif harus menonjol, disertai oleh sedikitnya 2 gejala khas, baik depresif maupun kelainan prilaku terkait seperti tercantum dalam uraian untuk episode depresif (F 32)
Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik lagi dua, gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia, F20.-pedoman diagnostic (a) sampai (d).
F25.2 Gangguan Skizoafektif Tipe Campuran 1
Gangguan dengan gejala-gejala skizofrenia (F20.-) berada secara bersamasama dengan gejala-gejala afektif bipolar campuran (F31.6)
F25.8 Gangguan Skizoafektif Lainnya F25.9 Gangguan Skizoafektif YTT
2.7. Diagnosis Banding
Pada setiap diagnosis banding gangguan psikotik, pemeriksaan medis lengkap harus dilakukan untuk menyingkirkan penyebab organik. semua kondisi yang dituliskan di dalam diagnosis banding skizofrenia dan gangguan mood perlu dipertimbangkan. Pasien yang diobati dengan steroid, penyalahgunaan amfetamin dan phencyclidine (PCP), dan beberapa pas ie n de ng an ep il ep si lo bus te mp or al is se ca ra kh us us kem un gk in an datang dengan gejala skizofrenik dan gangguan mood yang bersama-sama. Setiap kecurigaan terhadap kelainan neurologis perlu didukung dengan pem er ik sa an pe mi nd aia n (C T Sca n) ot ak unt uk me nyingk ir ka n ke la in an
12
anatomis dan elektroensefalogram untuk memastikan setiap gangguan yang mungkin. Diagnosis banding psikiatrik juga termasuk semua kemungkinan yang dipertimbangkan untuk skizofrenia dan gangguan mood.Di dalam pra kti k kli ni s, psi ko si s pa das aa t da ta ng mu ngk in me ng ga ngg u de te ks i gejala
gangguan
mood
pada
masa
tersebut
atau
masalalu.
Dengan
demikian, klinisi boleh menunda diagnosis psikiatrik akhir sampai gejala psi kosis yang pal in g ak ut te la h te rk en dal i. 2
2.8. Penatalaksanaan
Modalitas terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif adalah per aw at an di ru ma h sa ki t, me di ka si , da n in te rv en si psi ko so si al . •
Terapi
kognitif
(Cognitive
Behavioral
Therapy)
dengan
megembangkan cara berpikir alternatid, fleksibel, dan positif serta melatih kembalirespon kognitif dan pikiran yang baru. •
Psikoedukasi terhadap pasien jika kondisi sudah membaik:
Pengenalan terhadap penyakit, manfaat pengobatan, cara pen go bot an , efe k sa mp in g pe ngo ba ta n.
Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur dan rajin kontrol setelah pulang dari perawatan.
Menggali kemampuan pasien yang bisa dikembangkan.
A. Pengobatan Psikososial
Pasien dapat terbantu dengan kombinasi terapi keluarga, latihan keterampilan ps ik ia tr i
sosial,
su li t
dan
rehabilitasi
me mu tu sk an
di ag no si s
kognitif.Oleh da n
karena
pr og no si s
bidang
ga nggu an
skizoafektif yang sebenarnya, ketidakpastian tersebut harus dijelaskan
13
kepada
pasien.Kisaran
gejala
mungkin
sangat
luas,
karena
pasien
mengalamaikeadaan psikosis dan variasi kondisi mood yang terus be rl an gs ung .
An gg ot a
ke lu ar ga
dap at
me ng al am i
ke su li ta n
unt uk
menghadapi perubahan sifat dan kebutuhan pasien tersebut.2
B. Pengobatan Farmakoterapi
Prinsip skizoafektif pe mb er ia n
dasar
yang
mendasari
adalah
dengan
an ti man ik
at au
farmakoterapi
pemberian
antipsikotik
an ti de pre sa n.P em ber ia n
untuk
gangguan
disertai ob at
dengan
an tipsi kot ik
diberikan jika perlu dan untuk pengendalian jangka pendek.
Skizoafektif,Episode Manik atau Campuran (fase akut) 3 Injeksi : olanzapin 2x 5-10 mg/ hari dengan diazepam 2x10 mg/hari. Oral
:
Terapi kombinasi: 1. Olanzapin 1x10-30mg/hari atau risperidon 2x1-3 mg/hari atau quetiapin hari I (200mg), hari II (400mg), hari III (600mg) dan seterusnya atau aripirazol. 2. Litium karbonat 2x400mg, dinaikan sampai kisaran terapeutik 0,8-1,2 mEq/L (biasanya dicapai dengan dosis litium karbonat 1200-1800 mg/hari, pada fungsi ginjal normal) atau divalproat dengan dosis 2x250 mg/hari (atau konsentrasi plasma 50-125 ug/L) 3. Lorazepam 3x1-2 mg/hari kalau perlu
Skizoafektif,Episode Depresi mayor (fase akut) 3 Injeksi : olanzapin 2x 5-10 mg/ hari dengan diazepam 2x10 mg/hari.
14
Oral :
Terapi kombinasi 1. Litium karbonat 2x400mg, dinaikan sampai kisaran terapeutik 0,8-1,2 mEq/L (biasanya dicapai dengan dosis litium karbonat 1200-1800 mg/hari, pada fungsi ginjal normal) atau divalproat dengan dosis 2x250 mg/har dan dinaikan setiap beberapa hari hingga
kadar
plasma
mencapai
50-100
mg/L
atau
Karbamazepin dengan dosis awal 300-800 mg/hari dan dosis dapat dinaikan 200 mg setiap dua-empat hari hingga mencapai kadar plasma 4-12 ug/ML. Sesuia dengan Karbamazepin 8001600 mg/hari atau Lamotrigin dengan dosis 200-400 mg/hari. 2. Antidepresan, SSRI, misalnya Fluoksetin 1x10-20 mg/hari. 3. Antipsikotika generasi kedua Olanzapin 1x10-30mg/hari atau risperidone 2x1-3 mg/hari atau quetiapin hari I (200mg), hari II (400mg), hari III (600mg) dan seterusnya atau aripirazol 1x1030mg/hari
Skizoafektif (fase lanjutan) Monoterapi :
Litium Karbonat 0,6-1 mEq/L biasanya dicapai dengan dosis 9001200 mg/hari sekali sehari malam. 1. Divalproat 500mg/hari 2. Olanzapin 1x10 mg/hari 3. Quentiapin 450-600 mg/hari 4. Risperidon 1-4 mg/hari 5. Aripirazol 10-20 mg/ hari 6. Klozapin 300-750mg/hari
15
2.9. Prognosis
Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai prognosis di pertengahan antara prognosis pasien dengan skizofrenia dan pasien dengan gangguan mood. Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai prognosis yang jauh lebih buruk dibandingkan pasien dengan gangguan depresif, memiliki prognosis yang lebih buruk dari pasien dengan gangguan bipolar, dan memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan skizofrenia. Generalitas tersebut telah didukung oleh beberapa penelitian yang mngikuti pasien selama dua sampai lima tahun setelah episode yang ditunjuk dan yang menilai fungsi sosial dan pekerjaan, dan juga perjalanan gangguan itu sendiri. Data menunjukkan bahwa pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe bipolar, mempunyai prognosis yang mirip dengan pasien dengan gangguan bipolar I dan bahwa pasien dengan gangguan pramorbid yang buruk; onset yang perlahan -perlahan; tidak ada factor pencetus; menonjolnya gejala psikotik, khususnya gejala deficit atau gejala negative; onset yang awal; perjalanan yang tidak mengalami remisi; dan riwayat keluarga adanya skizofrenia. Lawan dari masing-masing karakteristik tersebut mengarah pada hasil akhir yang baik. Adanya atau tidak adanya gejala urutan pertama dari Scheneider tampaknya tidak meramalkan perjalanan penyakit
16
BAB III KESIMPULAN Gangguan skizoafektif merupakan suatu gangguan jiwa yang memiliki gejala skizofrenia dan gejala afektif yang terjadi bersamaan dan sama-sama menonjol. Prevalensi gangguan telah dilaporkan lebih rendah pada laki-laki dibandingkan para wanita, khususnya wanita yang menikah.Usiaonset untuk wanita adalah lebih lanjut daripada usia untuk laki-laki seperti juga pada skizofrenia. Teori etiologi mengenai gangguan skizoafektif mencakup kausa genetik dan lingkungan. Tanda dan gejala klinis gangguan skizoafektif adalah termasuk semua tanda dan gejala skizofrenia,episode manik, dan gangguan depresif. Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif bersama -sama menonjol pada saat yang bersamaan, atau dalam beberapa hari sesudah yang lain , dalam episode yang sama. Sebagian
diantara
pasien
gangguan
skizoafektif
mengalami
episode
skizoafektif berulang, baik yang tipe manik, depresif atau campuran keduanya.Terapi p e n g e m b a n g a n
dilakukan skill
sosial
dengan dan
melibatkan
berfokus
pada
keluarga, rehabilitasi
kognitif. Pada
farmakoterapi,digunakan
kombinasi
anti
psikotik
d e n g a n a n t i d e p r e s a n b i l a m e m e n u h i k r i t e r i a d i a g n o s t i k ga ng gu an skizoafektif tipe depresif. Sedangkan apabila gangguan skizoafektif tipe manik terapi kombinasi yang diberikan adalah antara anti psokotik dengan mood stabilizer. Prognosis bisa diperkirakan dengan melihat seberapa ja uh men on jol nya ge jal a sk iz ofr e ni an ya , ata u ge ja la ga ngg ua n afe kti fn ya . Semakin menonjol dan persisten gejala skizofrenianya maka pronosis nya buruk. Dan sebaliknya semakin persisten gejala gangguan afektifnya, pro gno si s dip er ki ra kan ak an le bih bai k.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim, R. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya : Jakarta. 2001. Hal 46-57 2. Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatri. 9th ed . Philadelpia: Lippincott William & Wilkins. 2003. Hal.
3. Elvira, S. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta. 2013. Hal. 119-203
18