BAB I STATUS PASIEN
1.1
1.2
IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap
: Tn. W
Usia
: 65 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: Jalan Sam Ratulangi
Pekerjaan
: Buruh kuli bangunan, tukang besi
Status Perkawinan
: Menikah
Tgl pemeriksaan
: 13 Juli 2016
ANAMNESIS (Autoanamnesis/ Alloanamnesis)
Keluhan Utama
Gatal-gatal pada punggung dan tangan kiri sejak 2 tahun SMRS
Keluhan Tambahan
Bintik kemerahan, luka bekas garukan, perih, kulit terasa kering
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang ke poli kulit Rumah Sakit Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung dengan keluhan gatal pada punggung dan tangan kiri sejak 2 tahun SMRS. Awalnya gatal timbul di daerah telapak tangan, namun 2 bulan terakhir gatal juga dirasakan di daerah punggung. Gatal dirasakan hilang timbul, terutama dirasakan saat cuaca dingin. Keluhan disertai dengan bintik kemerahan, kulit terasa kering dan karena sering di garuk terdapat luka kecil- kecil dan terasa perih.
1
Pasien mengaku mandi 2 kali sehari dan sering menggunakan air panas. Pasien mengaku selalu menggunakan sabun yang sama dan tidak mengganti sabun pada beberapa bulan terakhir. Pasien juga mengaku tidak pernah menggunakan krim untuk mengurangi keluhan kulit kering tersebut dan tidak terkena bahan kimia sebelum keluhan dirasakan. Menurut pasien, pasien tidak memiliki riwayat alergi makanan.
Pengobatan yang Pernah Didapat
Pasien menggunakan bedak caladine untuk mengurangi gatal
Riwayat Penyakit Dahulu
Mengalami keluhan kulit seperti ini sebelumnya disangkal, riwayat DM dan hipertensi disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Mengalami keluhan kulit seperti pasien atau penyakit kulit lainnya disangkal
1.3
Riwayat alergi disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Vital Sign
Tekanan darah : tidak dilakukan Nadi
: tidak dilakukan
Suhu
: tidak dilakukan
Pernapasan
: tidak dilakukan
Rambut
: tidak ada kelainan
Kepala
2
Mata
: tidak ada kelainan
Hidung
: tidak ada kelainan
Mulut
: tidak ada kelainan
KGB
: tidak ada kelainan
Kelenjar tiroid : tidak ada kelainan
Leher
Thoraks
: tidak ada kelainan
Abdomen
: tidak ada kelainan
Ekstremitas
: pitting edema +/+
Status Dermatologi
Lokasi
: regio punggung dan tangan kiri
Inspeksi
: tampak eritema dan makula hiperpigmentasi berukuran miliar dan batas tidak tegas, lesi multipel, tampak skuama dan kulit kering.
3
Tes Manipulasi
Tidak dilakukan
Laboratorium
Tidak dilakukan
1.4
RESUME
Pria usia 65 tahun datang ke poli kulit Rumah Sakit Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung dengan keluhan gatal pada punggung dan tangan kiri sejak 2 tahun SMRS. Awalnya gatal timbul di daer ah tangan, namun 2 bulan terakhir gatal juga dirasakan di daerah punggung. Gatal dirasakan hilang timbul, terutama dirasakan saat cuaca dingin. Keluhan disertai dengan bintik kemerahan, kulit kering dan karena sering di garuk terdapat luka kecil- kecil dan terasa perih. Pasien tidak memiliki riwayat alergi.
1.5
DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja
: Dermatitis ec. Xerosis kutis
Diagnosis Banding
: Dermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak iritan
1.6
PENATALAKSANAAN
1. Umum -
Berhenti atau mengurangi penggunaan sabun atau pembersih kulit yang bersifat keras
2. Khusus a. Sistemik -
Antihistamin sistemik
b. Topikal
4
-
Menggunakan emolien setelah mandi dan menggunakan pelembab
-
Kortikosteroid topikal
1.7
PEMERIKSAAN ANJURAN
1.8
PROGNOSIS
o
Quo ad vitam
: ad bonam
o
Quo ad fungsionam
: ad bonam
o
Quo ad sanactionam : ad bonam
5
BAB II ANALISA KASUS
Pasien adalah seorang pria usia 70 tahun yang datang dengan keluhan gatal pada punggung dan kaki sejak 1 bulan SMRS. Awalnya gatal timbul di daerah kaki, namun 2 minggu terakhir gatal juga dirasakan di daerah punggung. Gatal dirasakan hilang timbul, terutama dirasakan saat cuaca dingin. Keluhan disertai dengan bintik kemerahan, kulit kering dan karena sering di garuk terdapat luka kecil- kecil dan terasa perih.
Kulit senile yang kering dan mudah menderita fisur (chapped skin) mudah menjadi pruritik. Pruritus senilis sering terjadi pada orang tua dengan usia 60 tahun atau lebih. Pruritus dapat terjadi dengan atau tanpa reaksi inflamatorik. Rasa gatal terjadi karena stimulasi ringan, seperti gosokan dengan pakaian atau perubahan suhu di sekitar penderita. Pruritus senilis biasanya merupakan gejala dari penyakit lain. Oleh karena itu penting untuk mengetahui penyebab dari gejala tersebut. Daerah yang tersering ialah daerah genital eksterna, perineal dan perianal. Selain pruritus senilis material pada orang tua, ada pula pruritus yang merupakan permulaan dermatitis eksfoliativa generalisata (eritroderma). Kadangkadang terdapat genesis dermatitis seboroik atau psoriasis. 1,2
Penyakit-penyakit yang biasanya mendasari dari pruritus senilis 3: a. Ekzema b. Neurodermatitis c. Urtikaria d. Infeksi jamur e. Penyakit kulit oleh parasit, seperti skabies
Penyebab yang paling sering pada pruritus senilis adalah kulit yang sangat kering (xerosis kutis atau xerodermia). Kejadian ini tidak hanya akibat dari natural skin
6
aging, pengaruh lingkungan, dapat juga oleh kulit yang sangat kering. Penyakit internal yang menjadi penyebab dari gejala pruritus adalah gangguan ginjal, gangguan fungsi hati dan diabetes mellitus. General pruritus juga dapat terjadi akibat interoleransi obat.3
Berdasarkan teori gejala yang dirasakan pada pasien sesuai dengan gejala pada penyakit dermatitis ec. xerosis kutis yaitu peradangan yang ditandai oleh kekeringan kulit dan rasa gatal. Xerosis umumnya dialami oleh orang lanjut usia, sesuai dengan teori, pasien merupakan seorang pria 65 tahun. Menurut pasien gatal dirasakan terutama saat cuaca dingin. Berdasarkan teori, epidemiologi dari penyakit dermatitis ec. xerosis tersebut banyak dikeluhkan pasien pada saat musim dingin.
Insiden dermatitis meningkat pada musim kering dengan kelembaban rendah. Lingkungan dengan kelembaban rendah menyebabkan peningkatan hilangnya kandungan air dalam kulit, selanjutnya terjadi perubahan komposisi lipid sawar epidermis sehingga kulit menjadi kering atau xerosis. 1
Aplikasi obat pada kulit yang lembab memungkinkan penetrasi yang lebih efektif dan penyembuhan lebih cepat. Ointment biasanya lebih efektif daripada krim karena mereka lebih oklusif, membentuk penghalang antara kulit dan lingkungan, dan lebih efektif menahan air ke dalam kulit. Emolien dan steroid topikal kelas IIII dapat digunakan jangka pendek. Contoh emollients yang sering digunakan antara lain ; aqueous cream, gliserine dan cetomacrogol cream, wool fat lotions.1
7
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1. DEFINISI
Dermatitis xerotik atau xerosis atau disebut juga dermatitis asteatotik atau eczema craquele atau winter itch adalah gangguan peradangan yang sering terjadi dan ditandai oleh kekeringan kulit hebat dan rasa gatal. Kekeringan diduga berkaitan dengan pengurangan lemak permukaan kulit, walaupun penyebab yang tepat tidak diketahui. Dermatitis xerotik paling sering terjadi pada orang lanjut usia.
Xerosis banyak ditemukan pada lanjut usia disebabkan oleh berkurangnya emulsi hidrolipid pada permukaan kulit karena aktivitas kelenjar sebasea dan kelenjar keringat menurun, berkurangnya kadar air dalam epidermis dan pajanan sinar matahari yang lama. Kelainan ini ditandai dengan gatal, kulit kering, bersisik, keriput dan kurang elastis.
3.2. EPIDEMIOLOGI
Kebanyakan pasien mengalami keluhan tersebut di musim dingin, terutama di daerah yang kelembabannya menurun seperti di dalam ruangan dengan Penghangat Ruangan. Frekuensi asteatotic dermatitis meningkat di Amerika Utara, terutama selama musim dingin. Meskipun kebanyakan kasus sembuh tanpa efek penyakit, dermatitis asteatotic dapat menjadi kronis yang sering dengan relapses selama musim dingin dan kelembaban rendah. Dermatitis asteatotic pada pria lebih dari 60 tahun meningkat dan lebih sering daripada perempuan. Usia rata-rata pada pasien adalah 69 tahun. Asteatosis juga bisa terjadi pada orang-orang muda.
8
3.3. ETIOLOGI
Beberapa faktor etiologi bisa hidup berdampingan dan menyebabkan dermatitis asteatotic, termasuk berikut: a.
Xerosis dan gesekan
b.
Terlalu sering dan terlalu lama mandi air panas
c.
Penurunan sebasea dan aktivitas kelenjar keringat usia l anjut
d.
Penurunan sintesis keratin di usia lanjut
e.
Lingkungan dengan kelembaban rendah dan dingin yang meningkatkan kehilangan air oleh konveksi
f.
Radiasi
g.
Malabsorpsi jangka panjang dari asam lemak esensial, termasuk asam linoleic dan asam linolenic
h.
Kekurangan gizi : defisiensi Zinc, defisiensi asam lemak esensial, seperti asam linoleat atau asam linolenat
i.
Atopi
j.
Ichthyosis
k.
Penyakit tiroid : myxedema dan penyakit tiroid lain dengan berkurangnya keringat dan aktivitas kelenjar sebaceous
l.
Gangguan neurologi : penurunan berkeringat di daerah dener vated
m. Obat : terapi anti androgen, terapi diuretik
3.4. PATOFISIOLOGI
Pada awalnya, kehilangan kelebihan air dari epidermis mengakibatkan dehidrasi dari stratum korneum dengan corneocytes. Lapisan luar keratin membutuhkan konsentrasi air 10-20% untuk mempertahankan integritas mereka. Penurunan yang signifikan dalam asam lemak bebas dalam lapisan tanduk ada pada orang dengan asteatotic dermatitis. Stratum korneum memiliki lipid yang bertindak sebagai Modulator air, dan hilangnya lipid kulit ini dapat meningkatkan kehilangan air transepidermal 75 kali dari kulit yang sehat. Pada usia lanjut dengan penurunan sebasea dan aktivitas
9
kelenjar keringat, pasien dalam terapi anti androgen, orang menggunakan degreasing agen beresiko untuk eksim asteatotic.
Ketika stratum korneum kehilangan air, sel-sel menyusut. Signifikan penurunan volume selular dapat menyebabkan stres elastisitas kulit, membuat celah (fisura). Edema pada dermis menyebabkan peregangan tambahan pada epidermis atasnya. Pecahnya fisura kapiler dermal, yang menyebabkan
pendarahan
klinis.
Gangguan
integritas
kulit
dapat
menyebabkan peradangan dengan risiko infeksi. Penyerapan transepidermal dari
allergen
dan
iritan
meningkat
sebagai
kerusakan
epidermis,
meningkatkan kerentanan terhadap dermatitis kontak alergi dan dermatitis kontak iritan. Dermatitis kontak alergi dan dermatitis kontak iritan dapat menyebabkan dermatitis persisten dan mungkin lebih luas meskipun mendapatkan
terapi.
Selain
itu,
kelembaban
rendah
lingkungan
berkontribusi untuk terjadinya xerosis, menciptakan sebuah gambar klinis dermatitis asteatotic dalam beberapa kondisi dermatologi, seperti dermatitis atopik.
3.5. MANIFESTASI KLINIK
Anamnesis Tanyakan faktor-faktor yang penting yang berhubungan dengan penyakit seperti : a.
Frekuensi mandi, jenis sabun atau pembersih yang digunakan
b.
Jenis krim pelembut kulit yang digunakan, metode dan frekuensi pemakaian
c.
Diet
d.
Medikasi
e.
Jenis pakaian yang dipakai (wol dapat menyebabkan iritasi)
f.
Suhu lingkungan
10
Jika erupsi terus berlanjut meskipun sudah diterapi, perubahan perilaku dan kepatuhan pengobatan, dermatitis kontak alergi dan dermatitis kontak iritan dan keganasan internal mungkin perlu diselidiki.
Pemeriksaan Fisik Lesi primer berupa skuama yang kering dan halus, kulit retak atau pecah pecah kelihatan seperti susunan genteng (crazy paving). Fisura-fisura tersebut dapat menjadi merah dan meradang. Lokasi yang sering yaitu melibatkan daerah pretibial, tetapi juga dapat terjadi pada paha, tangan, dan tubuh. Muka dan bagian lipatan yang lembab jarang terkena.
Lesi sekunder berupa ekskoriasi, eritematosa, edematous patches mungkin akibat dari menggosok atau menggaruk. Terdapat juga pendarahan celah sekunder akibat gangguan kapiler dermal, yang dimulai dari celah-celah yang dangkal di epidermis.
11
3.6. DIAGNOSIS BANDING
a.
Dermatitis kontak alergi
b.
Dermatitis kontak iritan
c.
Dermatitis statis
3.7. PENGOBATAN
Preparat emolien dibutuhkan pada kebanyakan kasus. Dianjurkan pasien mandi dengan minyak atau emolien daripada menggunakan sabun. Kortokosteroid yang ringan dapat digunakan. Triamcinolone (Aristocort) untuk inflamasi dermatosis responsif terhadap steroid, menurunkan peradangan dengan menekan migrasi polimorfonuklear dan membalikkan permeabilitas kapiler. Tersedia dalam salep (0,1%) dan krim (0, 025%, 0,1%, 0,5%).
Penggunaan salep steroid dengan polyethylene atau Unna boots adalah pengobatan pilihan resolusi yang cepat pada dermatitis asteatotic. Unna boots dengan steroid krim atau salep menambah efisiensi terapi dan kemudahan perawatan, terutama pada populasi rumah jompo. Unna boots dapat dibiarkan utuh biasanya selama 3-5 hari. Banyak pasien sembuh dengan topikal steroid ringan (kelas III-VI) saja, tergantung pada keparahan 12
dermatitis pasien, sesuai dengan pengobatan dan pengurangan dalam penggunaan sabun dan air panas untuk daerah yang terlibat. Beberapa penelitian telah melaporkan keberhasilan penggunaan pimecrolimus atau tacrolimus krim dalam kondisi selain dermatitis atopik, termasuk seborrheic dermatitis dan eksim asteatotic. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menjelaskan peran inhibitor calcineurin topikal dalam mengobati gangguan ini.
Umumnya penggunaan pelembab, terutama berbasis petrolatum, sendiri atau dalam kombinasi dengan topikal steroid untuk kasus-kasus ringan dermatitis asteatotic dianjurkan. Metode rendam dan smear hydrating kulit dengan mandi atau perendaman daerah yang terkena diikuti oleh penerapan salep steroid sekali sehari telah terbukti untuk membersihkan lebih bahwa 90% dari pasien dalam 4-14 hari. Ini terbaik dilakukan pada mala m hari.
3.8. PENCEGAHAN
a.
Mandi menggunakan air yang suhunya sedikit diturunkan
b.
Berhenti atau mengurangi penggunaan sabun atau pembersih kulit yang bersifat keras
c.
Menggunakan emolien setelah mandi dan menggunakan pelembab.
d.
Menerapkan penggunaan steroid salep dengan atau tanpa oklusi polietilen.
3.9. PROGNOSIS
Asteatotic dermatitis berespon baik terhadap terapi, namun, jika faktor kausatif tersebut tidak dihilangkan, memungkinkan untuk berulang.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Suria Djuanda, editors. Hubungan Kelainan Kulit dan Penyakit Sistemik. In: Djuanda A, Mochtar H, Aisah S, editors. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2008. 2. Wolff K, Lowel AG, Stephen IK, Barbara AG, Amy SP, David JL, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in general medicine. 7 th ed. New York: McGraw – Hill; 2008. 3. Norman RA. Xerosis and pruritus in the elderly: recognition and management. Dermatol Ther 2003; 16: 254 – 259.
14