Kekerasan Terhadap Perempuan MAKALAH SOSIOLOGI
Disusun Oleh :
Nama
: NURMAN APRIALDI
NIM
: 1002120498
Program Program Studi Studi : Ekonomi Ekonomi Pembangunan Pembangunan Fakultas
: EKONOMI
UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2010
KAT KATA PENGANTAR PENG ANTAR
Puji Puji syuk syukur ur penu penuli liss panj panjat atka kan n keha kehadi dira ratt Alla Allah h SW SWT, T, kare karena na atas atas limp limpah ahan an karuniaNya, penyusun dapat menyelesaikan makalah Sosiologi yang berjudul “Kekerasan Terhadap Perempuan” dengan tepat waktu tanpa halangan suatu a papun. Diharapkan makalah ini dapat dapat member memberika ikan n wawasa wawasan n kepada kepada pembac pembacaa tentan tentang g bagaim bagaimana ana kehidu kehidupan pan dunia dunia prostitusi di Indonesia saat ini. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada: 1. Tuha Tuhan n Yan Yang g Mah Mahaa Esa Esa 2. Ibu Indrawat Indrawati, i, selaku selaku dosen dosen pengampu pengampu mata kuliah kuliah Sosiol Sosiologi. ogi. 3. Pihak lain lain yang telah menduk mendukung ung sehingg sehinggaa terselesaikann terselesaikannya ya makalah makalah ini. Bagaim Bagaimana anapun pun penyus penyusun un telah telah berusa berusaha ha membua membuatt makalah makalah ini dengan dengan sebaik sebaik- baiknya, baiknya, namun tidak ada kesempurna kesempurnaan an dalam karya manusia. manusia. Penyusun Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penyusun harapkan untuk lebih menyempurnakan makalah ini. Mudah-mud Mudah-mudahan ahan sedikit sedikit yang penyusun sumbangkan sumbangkan ini, akan dicatat oleh Allah SWT dan akan menjadi ilmu yang bermanfaat.
i
DAFTAR ISI Kata Pengantar ................................................................................................................ i
................................................................... .............................................. ......................................................... .................................. ii Daftar Isi ............................................
BAB I – PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Belakang .......... ............... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......1 ..1
1.2
Permasalahan .............................................. ..................................................................... .............................................. ....................................... ................ 2
BAB II – PEMBAHASAN
2.1
Perempuan Sebagai Korban ............................................. .................................................................... .........................................3 ..................3
2.2
Beberapa Hal Pendorong Kriminalitas ............................................. .................................................................... .........................8 ..8
2.3
Kepedu Kepedulian lian Hukum Hukum Terh Terhada adap p Kekeras Kekerasan an Pada Pada Perempu Perempuan an ...... ......... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ... 10
BAB III – PENUTUP
3.1
Kesimpulan Kesimpulan .......... ............... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ....... 12
3.2
Saran ........ ............. .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ........ ... 12
.................................................................. .............................................. ....................................... ................ 14 DAFTAR PUSTAKA ...........................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Be Belakang Makalah ini mengambil topik tentang kekerasan pada perempuan yang akhirakhir ini semakin marak kasusnya baik di dalam maupun luar negeri. Perbincangan tentang kekerasan pada perempuan telah berkembang yang tidak hanya menjadi suatu pertukaran argumen belaka namun menjadi suatu gerakan sosial permulaan. Penelitian krimin kriminalit alitas as yang yang dilaku dilakukan kan di Inggri Inggriss dan Wales Wales pada pada tahun tahun 1985 1985 (Hough (Hough and Mayhew, 1985) yang melibatkan responden perempuan menghasilkan bahwa hampir seteng setengah ah dari dari mereka mereka menyat menyataka akan n merasa merasa tidak tidak aman aman apabil apabilaa berjal berjalan an sendir sendirii di kege kegela lapa pan n diba diband ndin ingk gkan an deng dengan an respo respond nden en laki laki – laki laki yang yang tida tidak k menc mencap apai ai setengahny setengahnyaa dengan dengan kasus kasus yang sama. Penelitian Penelitian ini menunjukan menunjukan bahwa perempuan perempuan masih dijadikan sasaran utama untuk tindak kejahatan. Berdas Berdasark arkan an fakta fakta – fakta fakta yang yang ada, ada, terbuk terbukti ti bahwa bahwa kasus kasus kekeras kekerasan an pada pada per perem empu puan an belu belum m menj menjad adii isu isu sent sentra rall oleh oleh masy masyar arak akat at untu untuk k dice dicega gah h dan dan ditanggulangi. Ada beberapa sebab berkaitan dengan hal ini yaitu pertama, persoalan hak asasi manusia masih dianggap hanya sebagai persoalan 4ocial sehingga kekerasan terh terhad adap ap pere peremp mpua uan n yang yang dila dilaku kuka kan n di 4ocia 4ociall 4oci 4ocial4 al4cc tida tidak k dian diangg ggap ap seba sebaga gaii pela pelang ngga garan ran hak hak asas asasii manu manusi sia, a, kedu kedua, a, pers persep epsi si masy masyar arak akat at,, tida tidak k terke terkecu cual alii masyarakat perempuan sendiri, tentang kekerasan terhadap perempuan masih terbatas pada kekerasan fisik (perkosaan), ketiga, kekerasan terhadap perempuan masih dilihat sebagai sebagai masalah masalah antar individu, individu, dan belum dipandang dipandang sebagai problem 4ocial yang berkaitan dengan segala bentuk penyiksaan, kekerasan, kekejaman dan pengabaian hak-hak hak-hak peremp perempuan uan sebaga sebagaii makhlu makhluk k Tuhan Tuhan,, keempa keempat, t, ada gejala gejala sinism sinismee yang yang berbahaya pada sebagian masyarakat bahwa kekerasan terhadap perempuan dilihat sebagai sebab yang dimunculkan oleh perempuan itu sendiri.
1
1.2
Permasalahan Makalah ini akan mengambil satu permasalahan utama dalam topik ini yakni jenis – jenis kriminalitas apakah yang dialami oleh perempuan dalam kehidupannya. Di sini sini akan akan dijela dijelaska skan n dan dijaba dijabarka rkan n jenis jenis – jenis jenis krimin kriminalit alitas as tersebu tersebutt serta serta pandangan badan hukum maupun masyarakat awam akan hal ini. Masalah ini pun akan dikaitkan dengan studi jender dan budaya masyarakat tentang peran perempuan sebagai “orang kedua” dibandingkan laki – laki.
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Perempuan Sebagai Korban Kekerasan terhadap perempuan merupakan fenomena universal, terjadi pada semua lapisan masyarakat, tidak membedakan kelas sosial dan bersifat lintas budaya. Keke Kekera rasa san n pada pada perem perempu puan an dapa dapatt diart diartik ikan an seba sebaga gaii tind tindak akan an atau atau sika sikap p yang yang dilakukan dengan tujuan tertentu sehingga dapat merugikan perempuan baik secara fisik maupun secara psikis (Ihromi, 2000 : 267). Terdapat empat kategori dalam kekerasan terhadap perempuan yaitu (Tong, 1984 : 125 – 126) : a)
Physical battering Term ermasu asuk
dala dalam m
kateg ategor orii
ini ini
adal adalah ah
pen penampa ampara ran, n,
pemu emukula kulan n,
pemba pembakar karan, an, penend penendang angan, an, penemb penembaka akan, n, penusu penusukan kan,, dan semua semua bentuk bentuk kekerasan fisik non seksual. b)
Sexual battering Yang Yang termasu termasuk k dalam dalam katego kategori ri kedua kedua adalah adalah semua semua kekeras kekerasan an yang yang
berkaitan dengan seksualitas seperti pemukulan di payudara atau kelamin, dan perkosaan secara oral, anal, dan vaginal. c)
Psychological battering Katego Kategori ri yang yang ketiga ketiga ini selalu selalu diangg dianggap ap paling paling minimal minimal dampak dampakny nyaa
namun kenyataannya justru yang paling menyakiti korban. Banyak perempuan yang yang meng mengala alami mi keke kekeras rasan an mela melapo pork rkan an bahw bahwaa psychol psychologic ogical al batterin battering g merupakan kekerasan yang paling merusak keadaan jiwa mereka. d)
The destruction pets and property Kategori yang terakhir ini merupakan kategori yang tidak lazim dilakukan
oleh para pelaku kekerasan, baik dalam segi sandang, papan, maupun properti lain milik korban.
Secara umum terdapat dua jenis kekerasan yang paling sering dialami oleh para perempuan yaitu : a)
Kekerasan Dalam Rumah Tangga Masalah kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga dipengaruhi
3
banyak faktor, bersifat kompleks, dan multidimensi. Merupakan komplikasi dari faktor faktor internal, internal, seperti seperti kegagalan kegagalan hubungan hubungan interpersonal, interpersonal, disfungsi disfungsi marital, marital, personal psikopatologi. Selain itu, faktor eksternal, khususnya struktrur sosial budaya yang meminggirkan peran dan kedudukan perempuan. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) atau kekerasan domestik adalah sega segala la bent bentuk uk peri perila laku ku keke kekera rasa san n yang yang terja terjadi di dalam dalam ling lingku kup p kehi kehidu dupa pan n keluarga. Pelaku biasanya adalah sosok yang mempunyai peran otoritas atau berstatus lebih kuat (suami atau orang tua), sedangkan korban adalah anggota keluarga yang berstatus subordinat atau lebih lemah (istri atau anak). Kekerasan dala dalam m ruma rumah h tang tangga ga seri sering ng kali kali bers bersem embu buny nyid idu u bali balik k tata tatana nan n buda budaya ya patern paternalis alistik tik patriar patriarki, ki, yang yang menemp menempatk atkan an suami suami sebaga sebagaii sebaga sebagaii kepala kepala keluarga wajib dipatuhi. Istri sebagai ibu rumah tangga yang wajib melayani. Selain itu, anak yang harus tunduk dan patuh kepada orang tua. Damp Dampak ak keke kekera rasa san n dala dalam m ruma rumah h tang tangga ga terh terhad adap ap perem perempu puan an yait yaitu u (Belknap, 1996 : 195) : •
Battered women syndrome
Merupakan sindroma psikologik yang ditemukan pada perempuan hidup dalam siklus KDRT yang berkepanjangan. Dicirikan dengan perilaku tak berdaya, menyalahkan diri, ketakutan akan keselamatan diri dan anaknya, anaknya, serta ketidakberd ketidakberdayaan ayaan untuk menghindar menghindar dari pelaku kekerasan.
•
Gangguan stres pascatrauma
Merupakan problem mental serius yang terjadi pada korban yang mengalami mengalami penganiaya penganiayaan an luar biasa (perkosaan, (perkosaan, penyiksaan penyiksaan,, dan ancaman pembunuhan). Ciri khas dari stres pascatrauma (PTSD) adalah penderita tampak selalu tegang dan ketakutan, menghindari situasi – situasi tertentu, gelisah, tidak bisa diam, takut tidur, takut sendirian, sendirian, serta mimpi buruk, seperti mengalami mengalami kembali kembali peristiwa peristiwa traumatisnya.
4
•
Depresi
Merupakan problem kejiwaan yang paling sering ditemukan pada korb korban an KDRT KDRT.. Geja Gejala la yang yang khas khas adal adalah ah pera perasa saan an muru murung ng,, kehilangan kehilangan gairah hidup, hidup, putus putus asa, perasaan bersalah dan berdosa, berdosa, serta pikiran bunuh diri sampai usaha bunuh diri. Gejala depresi sering sering tersel terselubu ubung ng dalam dalam wujud wujud keluha keluhan n fisik, fisik, sepert sepertii kelela kelelahan han kronis, problem seksual, kehilangan nafsu makan (atau sebaliknya), dan gangguan tidur.
•
Gangguan panik
Merupak Merupakan an ganggu gangguan an cemas cemas akut akut yang yang sering sering dijump dijumpai ai korban korban KDRT. Penderita mengalami serangan ketakutan katastrofik bahwa diriny dirinyaa akan akan mati mati atau menjad menjadii gila gila (biasa (biasanya nya didahu didahului lui keluha keluhan n subjektif, seperti sesak napas, perasaan tercekik, berdebar – debar, atau perasa perasaan an dureali durealisas sasi). i). Gangua Ganguan n panik panik yang yang tidak tidak ditang ditangani ani dengan dengan benar benar akan akan berkem berkemban bang g menjad menjadii agorafo agorafobia bia,, yakni yakni takut takut keramaian dan cenderung menghindar dari kehidupan sosial.
•
Keluhan psikosomatis
Perempuan korban KDRT sering kali datang ke fasilitas kesehatan deng dengan an kelu keluha han n fisik fisik kron kronis is,, sepe sepert rtii saki sakitt kepa kepala la,, gang ganggu guan an pen pence cern rnaa aan, n, sesa sesak k napa napas, s, dan dan jant jantun ung g berd berdeb ebar ar.. Namu Namun, n, pada pada pemer pemeriks iksaan aan medis medis tidak tidak ditemu ditemukan kan penyak penyakit it fisik. fisik. Kondis Kondisii ini disebu disebutt sebaga sebagaii gangg gangguan uan psikos psikosoma omatis tis.. Keluha Keluhan n psikos psikosoma omatis tis bukan bukan ganggu gangguan an buatan buatan atau atau sekada sekadarr upaya upaya mencari mencari perhat perhatian ian.. Namun, merupakan penderitaan yang sungguh dirasakan penderita, yakni konversi dari problem psikis yang tak mampu diungkapkan.
b)
Perkosaan “ Perkosaan adalah hubungan seksual yang dilakukan tanpa kehendak
5
bersama, dipaksakan oleh satu pihak pada pihak yang lainnya. Korban Korban dapat dapat berada berada di bawah ancaman ancaman fisik fisik dan atau psikologis psikologis,, kekerasan, dalam keadaan tidak sadar atau tidak berdaya, berada di bawah umur, atau mengalami keterbelakangan mental sehingga tidak sunguh – sungguh mengerti, atau dapat bertanggung jawab atas apa yang terjadi padanya” (Ihromi, 2000 : 278) .
Sekitar tahun 1970, perkosaan akhirnya diakui sebagai salah satu masalah sosial yang memfokuskan dirinya pada perkosaan orang dewasa oleh orang asing. Terdapat dua jenis perkosaan yakni stranger rapes dimana korban dan pelaku tidak memiliki relasi dan acquaintance rapes ketika pemaksaan aktivitas seksual dilakukan oleh orang yang dikenal oleh korban (Belknap, 1996 : 141). Selama perkembanga perkembangannya, nnya, perkosaan perkosaan dilengkapi dilengkapi dengan dengan beberapa beberapa mitos yang diyakini oleh masyarakat. Mitos – mitos tersebut yaitu (Ihromi, 2000 : 278) : a.
Korb Korban an mem” mem”pr prov ovok okas asi” i” pela pelaku ku deng dengan an tind tindak akan an – tind tindak akan an yang yang
mengundang; b.
Peremp Perempuan uan dapat dapat meng menghin hindar darii terja terjadin dinya ya perk perkosa osaan; an;
c.
Pere Peremp mpua uan n meng mengak aku u dipe diperk rkos osaa untu untuk k memb membal alas as dendam dendam,, mend mendap apat at
santunan, atau karena ia punya karakteristik kepribadian khusus (misal : ingin cari perhatian); d.
Perk Perkos osaan aan hany hanyaa terj terjad adii di daer daerah ah asi asing ng slum pada malam hari;
e.
Perkos Perkosaan aan dila dilakuk kukan an oleh oleh laki laki – laki laki yang yang “saki “sakit” t” atau atau krim krimina inal; l;
f.
Laki Laki – laki laki yang yang sopan sopan dapa dapatt terang terangsa sang ng untu untuk k mempe memperk rkos osaa karena karena
provokasi tindakan atau pakaian yang dikenakan perempuan; dan g.
Perk Perkos osaan aan terja terjadi di karena karena pelaku pelaku tidak tidak dapa dapatt meng mengen enda dalik likan an impuls impuls –
impuls seksualnya. Mitos – mitos ini tidaklah benar setelah data menunjukkan menunjukkan bahwa mitos – mitos tersebut bertentangan dengan fakta – fakta yang ada. Seor Seoran ang g korb korban an perk perkos osaa aan n akan akan lebi lebih h mend mender erit itaa secar secaraa psik psikol olog ogis is dibandingkan fisik.
6
Dari Dari sisi sisi fisik fisik dapat dapat terjad terjadii luka luka – luka luka di alat alat kelami kelamin n dan sekitarn sekitarnya, ya, anus, mulut, maupun bagian – bagian tubuh lain, pendarahan, infeksi, dan penularan penyakit penyakit seksual, seksual, kehamilan kehamilan bahkan bahkan kematian. kematian. Sedangkan Sedangkan secara psikologi psikologiss biasanya biasanya akan dimulai dimulai dengan dengan beberapa beberapa reaksi setelah kejadian perkosaan atau serangan seksual yaitu (Ihromi, 2000 : 279 – 280) : a.
Fase Fase aku akutt (seg (segera era sete setela lah h sera serang ngan an ter terja jadi di))
Pada fase ini individu mengalami shock dan rasa takut yang sangat kuat, kebing kebingung ungan, an, dan disorg disorgani anisas sasii serta serta rasa rasa lelah lelah dan lemah lemah yang yang intens intens.. Karena itu, terdapat kemungkinan korban tidak dapat menjelaskan secara rinc rincii
dan tep tepat apa apa
yang ang
sesun esungg gguh uhny nyaa
terj terjad adii
pad pada
dia, ia,
siap siapaa
penyerangnya, ciri – ciri penyerang secara detil dan seterusnya.
b. b.
Fase Fase kedu keduaa (ad (adap apta tasi si awal awal))
Indivi Individu du mengha menghayat yatii emosi emosi negati negatiff sepert sepertii pember pemberont ontaka akan, n, rasa rasa marah marah ketakutan, ketakutan, terhina, rasa malu, dan jijik yang kemudian kemudian dapat ditanggap ditanggapii mela melalu luii repres represii dan dan peng pengin ingk gkar aran an (upa (upaya ya untu untuk k menc mencob obaa menu menutu tupi pi penga pengalam laman an menyak menyakitk itkan, an, menola menolak k mengin mengingat gat lagi lagi atau minima minimalis lisasi asi,, menganggap yang terjadi bukan suatu hal yang sangat serius. Korban dapat menampilkan ekspresi emosi yang sangat kuat (menangis, eksplosif) atau tampil tenang dan dingin, seolah – olah tanpa penghayatan.
c.
Fase Fase reo reorg rgan anis isas asii jang jangka ka pan panja jang ng
Fase ini dapat membutuhkan waktu bertahun – tahun hingga individu keluar dari dari trauma trauma yang yang dialam dialamii dan sungguh sungguh – sungg sungguh uh menerim menerimaa apa yang yang terjadi sebagai suatu yang faktual. Pada fase ini, individu tidak jarang masih menampilkan ciri – ciri depresi, serta mengalami mimpi – mimpi buruk atau kilas balik. Tidak jarang terjadi gangguan dalam fungsi dan aktivitas seksua seksuall misaln misalnya ya ketaku ketakutan tan pada pada seks, seks, hilang hilangnya nya gairah gairah seksua seksual, l, dan keti ketida dakm kmam ampu puan an
meni menikm kmat atii
hubu hubung ngan an
seks seks..
Bahk Bahkan an
meng mengal alam amii
dysparenuia (merasakan sakit saat berhubungan seks) maupun vaginismus (kekejangan otot – otot vagina).
7
2.2
Beb Beberap erapaa Hal Hal Pen Pendoro doron ng Kri Krimi min nalit alitas as Berikut ini merupakan hal - hal yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan kriminal : a. Diri Send endiri Untuk Untuk terjad terjadiny inyaa suatu suatu pelang pelanggar garan an dibutu dibutuhka hkan n dua unsur unsur utama utama yaitu yaitu niat niat untuk untuk melaku melakukan kan suatu suatu pelang pelanggar garan an dan kesemp kesempata atan n untuk untuk melaks melaksana anakan kan niat niat tersebut. Apabila hanya terdapat satu unsur saja dalam kedua unsur tersebut, maka pelan pelangga ggaran ran tidakl tidaklah ah mungk mungkin in terjad terjadi. i. Terdap Terdapat at bebera beberapa pa faktor faktor – faktor faktor baik baik langsung maupun tidak langsung yang dapat mempengaruhi kedua unsur ini. Faktor – faktor ini yaitu : •
Faktor – faktor langsung (faktor endogin) Faktor - faktor endogin adalah faktor – faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri yang mempengaruhi tingkah lakunya, yaitu : a) Cacat Cacat yang yang bersi bersifat fat biol biologi ogiss dan psik psikis. is. b) Perkem Perkemban bangan gan keprib kepribadi adian an dan intelegen intelegensi si yang yang terhamb terhambat at sehing sehingga ga tidak bisa menghayati norma – norma yang berlaku (Widiyanti, 1987 : 116). Faktor – faktor endogin ini hanya mempengaruhi unsur niat.
•
Faktor – faktor tidak langsung (faktor eksogin) Faktor - faktor eksogin adalah faktor – faktor yang berasal dari luar diri seseorang yang mempengaruhi tingkah lakunya, yaitu : a) Pengar Pengaruh uh negati negatiff dari dari oran orang g tua; tua; b) Pengaruh Pengaruh negatif negatif dari dari lingkungan lingkungan sekolah; sekolah; c) Pengar Pengaruh uh negati negatiff dari lingku lingkunga ngan n masyarak masyarakat; at; d) Tidak Tidak ada/kur ada/kurang ang pengaw pengawasa asan n pemerint pemerintah; ah; e) Tidak Tidak ada/ku ada/kuran rang g pengawa pengawasan san masya masyarak rakat; at; f) Tidak/ Tidak/kur kurang ang peng pengisi isian an waktu waktu yang yang sehat sehat;; g) Tida Tidak k ada ada peke pekerja rjaan an;;
8
h) Lingku Lingkunga ngan n fisik fisik kota kota yang yang besar besar;; i) Anonim Anonimita itass karena karena banyakny banyaknyaa penduduk penduduk kota kota – kota kota besar (Widiy (Widiyant anti, i, 1987 : 117) Fakt Faktor or – fakto faktorr ekso eksogi gin n dari dari poin poin a hing hingga ga c memp mempen enga garu ruhi hi unsu unsurr niat niat,, sedangkan poin d hingga k mempengaruhi unsur kesempatan.
b. Keluarga Kelu Keluarg argaa meru merupa paka kan n fakto faktorr utam utamaa kedu keduaa yang yang memp mempen enga garu ruhi hi sese seseor oran ang g melakukan tindak kejahatan. Hubungan erat yang terjalin antara orang tua dengan anak anak semasa semasa keciln kecilnya ya hingga hingga dewasa dewasa menjad menjadika ikan n keluar keluarga ga memain memainkan kan perana peranan n penting dalam pembentukan pola – pola tingkah laku seseorang. Keluarga dapat diartikan sebagai :
“The family is a social group characterized by common residence, economic cooper cooperati ation, on, and repro reproduc ducti tion. on. It inclu includes des adult adultss of whom whom mainta maintain in a soci sociall allyy approved, own or adopted to the sexually cohabiting adults” (Spiro, 1954 : 839). Terdapat Terdapat beberapa beberapa kondisi kondisi dalam keluarga yang menjadi menjadi faktor faktor penyebab penyebab seseorang menjadi seorang kriminal yaitu : a) Anggota Anggota – anggota anggota keluarg keluargaa yang lainnya lainnya juga juga penjahat, penjahat, pemabuk, pemabuk, dan dan imoral. imoral. b) Tidak adanya adanya satu satu orang orang tua atau kedua kedua – duany duanyaa karena kematian kematian,, perceraian, perceraian, atau melarikan diri. c) Kurang Kurangnya nya pengaw pengawasa asan n orang orang tua, karena karena masa masa bodoh bodoh,, cacat cacat inderan inderanya, ya, atau sakit. d) Ketida Ketidakse kseras rasian ian karena karena adanya adanya yang “main “main kuasa kuasa sendiri” sendiri”,, iri hati, cemburu, cemburu, terlalu padatnya anggota keluarga, atau pihak lain yang turut campur. e) Perbed Perbedaan aan rasial rasial dan agama, ataupun ataupun perbeda perbedaan an adat istiadat istiadat,, rumah rumah piatu, piatu, panti – panti asuhan. f) Tekana Tekanan n ekonom ekonomi, i, sepert sepertii pengan penganggu gguran ran,, kurang kurangnya nya penghas penghasila ilan, n, ibu yang yang bekerja di luar (Martasaputra, 1973 : 271).
9
2.3 2.3
Kepe Kepedu duli lian an Huku Hukum m Ter Terha hada dap p Kek Keker eras asan an Pada Pada Pere Peremp mpua uan n Beraga Beragam m kebija kebijakan kan hukum hukum telah telah dibuat dibuat untuk untuk menang menanggul gulang angii masala masalah h kekerasan pada perempuan. Terutama dari segi nasional, Indonesia, terdapat beberapa sumber hukum yang memiliki sumber utama dari Konvensi Wanita yaitu :
a)
Hukum Perdata
Mencakup pembahasan mengenai diskriminasi yang mengacu pada pasal 1 dan pasal 2 Konvensi Wanita, lalu pasal 5 mengenai hal – hal yang berkaitan dengan pola tingkah laku sosial dan budaya pria dan wanita sebagai salah satu sumb sumber er terj terjad adin inya ya disk diskrim rimin inas asi. i. Lalu Lalu pasa pasall 16 meng mengen enai ai peng pengha hapu pusa san n diskriminasi dalam semua unsur yang berhubungan dengan perkawinan dan hubungan kekeluargaan atas dasar persamaan pria dan wanita. Terakhir, pasal 15 mengenai kedudukan pria dan wanita yang sama di muka hukum.
b)
Hukum Pidana
Dalam hukum pidana Indonesia mencakup sumber hukum pidana (Konvensi Wanita yang diratifikasi melalui UU No. 7/1984 dan Deklarasi Penghapusan Kekeras Kekerasan an Terhad Terhadap ap Peremp Perempuan uan). ). Bagian Bagian – bagian bagian dalam dalam KUHP KUHP (Kitab (Kitab Undang – Undang Hukum Pidana) mengacu pada Konvensi Wanita pasal 6 yaitu : •
Delik kesusilaan (pemerkosaan, aborsi, perdagangan wanita);
•
Deli Delik k terh terhad adap ap bada badan n atau atau nyaw nyawaa (ter (terma masu suk k keke kekera rasa san n dala dalam m
keluarga); •
Delik terhadap harta benda.
Satu Satu delik delik terakh terakhir ir yang yang berada berada di luar luar KUHP KUHP yakni yakni subver subversi si (Konve (Konvensi nsi Wanita pasal 9, Deklarasi Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan pasal 3).
10
c)
Hukum Islam
keluar keluarga ga dan Konve Konvensi nsi Wanita Wanita (pengh (penghapu apusan san diskri diskrimin minasi asi dalam dalam bidang bidang per perka kawi wina nan n dan dan hubu hubung ngan an keke kekelu luarg argaa aan) n) serta serta meng mengen enai ai disk diskri rimi mina nasi si (Konvensi Wanita pasal 1) dan pola tingkah laku sosial budaya laki – laki dan wanita (Konvensi Wanita pasal 5) sebagai salah satu sumber diskriminasi.
d)
Hukum Perburuhan
Mencak Mencakup up pembah pembahasa asan n mengen mengenai ai diskri diskrimin minasi asi dan eksplo eksploita itasi si (Konve (Konvensi nsi Wanita pasal 1), penghapusan diskriminasi terhadap perempuan dalam bidang ketenagakerjaan (Konvensi Wanita pasal 11), Konvensi ILO No. 100, isu – isu keke kekera rasa san n terh terhad adap ap buru buruh h pere peremp mpua uan n di pabr pabrik ik maup maupun un buru buruh h imig imigran ran perempuan (Deklarasi Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan pasal 1, 2) dan hak – hak sipil dan politk perempuan (Konvensi Wanita pasal 7).
Terdapat beberapa hukum lain di Indonesia yang isinya terdapat kaitan dengan kekerasan terhadap perempuan yaitu hukum tata negara, hukum administrasi negara, hukum internasional, hukum acara pidana, hukum acara perdata, hukum adat, hukum pajak, dan hukum agraria. Sumber hukum utama yang mendasari daripada semua hukum nasional tentang kekerasan pada perempuan adalah Konvensi Wanita atau
Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women yang dibuat pada tahun 1979. Konvensi ini adalah konvensi mengenai penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap wanita yang diterima oleh negara – negara anggota PBB berda berdasar sarkan kan suatu suatu pertim pertimban bangan gan hukum hukum,, bahwa bahwa diskri diskrimin minasi asi terhad terhadap ap wanita wanita merupakan pelanggaran terhadap asas – asas persamaan hak dan rasa hormat terhadap martab martabat at manusi manusiaa (Ihrom (Ihromi, i, 2000 2000 : 120). 120). Konven Konvensi si yang yang terdiri terdiri dari dari 30 pasal pasal ini meletakkan kewajiban kepada negara penandatangan maupun peserta konvensi untuk melakukan tindakan yang bertujuan menghapus segala bentuk diskriminasi terhadap wanita di berbagai bidang kehidupan. Terdapat enam bidang yang mendapat perhatian dan pengaturan dalam konvensi ini yaitu bidang sosial budaya, bidang politik, bidang hukum, bidang ketenagakerjaan, bidang ekonomi, dan bidang sipil.
11
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan Perkosaan dan pelecehan istri (kekerasan dalam rumah tangga) adalah yang pal palin ing g umum umum terj terjad adii di anta antara ra bany banyak ak kasu kasuss lain lain tent tentan ang g keke kekeras rasan an terha terhada dap p perempuan. Perempuan pun bukan satu – satunya pihak utama yang bertanggung jawab untuk hal ini namun lebih kepada laki – laki dan patriarki sosial. Keluarga yang dikenal masyarakat sebagai tempat berlindung yang aman tidak dapat menjadi satu – satunya tempat perempuan mencari pertolongan. Pada akhirnya, kedua tipe kekerasan ini ini buka bukanl nlah ah hal hal yang yang jara jarang ng terja terjadi di namu namun n sang sangat at seri sering ng dan dan memb membut utuh uhka kan n penanganan yang lebih serius.
3.2
Sa ra n Menurut Suparman Marzuki terdapat beberapa hal – hal yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi kekerasan pada perempuan berhubungan dengan pembentukan dan perubahan hukum yaitu : a) Pembaharuan Pembaharuan KUHP, KUHP, khususn khususnya ya pasal-pasal pasal-pasal yang berkaita berkaitan n dengan kesusila kesusilaan; an; b) Pembentuka Pembentukan n aturan hukum hukum Pemban Pembantu tu Rumah Rumah Tangga Tangga (PRT); (PRT); c) Pemb Pembah ahar arua uan n KUHA KUHAP, P, dan dan d) Mengkaji Mengkaji muatan muatan pasal-pasal pasal-pasal rencana rencana menjadikan menjadikan KOMNAS KOMNAS HAM sebagai sebagai institusi institusi yang yang memi memili liki ki keku kekuat atan an yudi yudisi sial al,, term termas asuk uk rencan rencanaa pemb pemben entu tuka kan n peng pengad adil ilan an pelanggaran HAM. Penanggul Penanggulangan angan kekerasan pada perempuan perempuan pun harus melibatkan melibatkan seluruh seluruh lapisan, baik individu, masyarakat, maupun pemerintah. Berikut ini merupakan cara – cara cara yang yang dapa dapatt kita kita laku lakuka kan n untu untuk k penc penceg egah ahan an mara marakn knya ya keke kekera rasa san n pada pada perempuan : a)
Tida Tidak k melak melakuk ukan an semu semuaa jenis jenis keke kekera rasa san n (emos (emosio iona nal, l, fisi fisik, k, seks seksua ual, l, maup maupun un
ekonomi). b)
Tidak mau menjadi korban KDRT.
c)
Meli Melind ndun ungi gi dan dan sena senant ntia iasa sa berp berpih ihak ak pada pada korb korban an KDRT KDRT..
12
d)
Mela Melapo pork rkan an pada pada yang yang ber berwa waji jib b bila bila menya menyaks ksik ikan an tind tindak akan an keke kekera rasa san n pada pada
perempuan. e)
Memb Memban antu tu korb korban an keke kekera rasa san n unt untuk uk mend mendap apat atka kan n per perto tolo long ngan an..
13
DAFTAR PUSTAKA
Dispulahta POLRI. 1991. POLRI Dalam Angka. Jakarta : Dispuhlanta POLRI.
Martasaputra, Momon. 1963. Asas – Asas Kriminologi . Bandung : Alumni
Morris, Allison. 1987. Women, Crime And Criminal Justice . Great Britain : Billing and Sons Ltd.
Pfohl, Stephen. 1994. Images of Deviance and Social Control . USA : McGraw Hill, Inc.
Purnianti dan Kemal Darmawan. 1994. Mashab dan Penggolongan Teori Dalam
Kriminologi . Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.
Tong, Rosemarie. 1984. Women, Sex, and the Law . New Jersey : Rowman & Allanheld.
Vold, George B. 1979. Theoretical Criminology . Oxford : Oxford University Press.
Widiyanti, Ninik dan Yulius Waskita. 1987. Kejahatan Kejahatan Dalam Masyarakat dan
Pencegahannya . Jakarta : PT. Bina Aksara.
14