BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Latar Belakan Belakang g
Dalam sejarah perkembangan manusia tak terdapat seorang pun yang dapat hidup menyendiri terpisah dari kelompok manusia lain, kecuali dalam keadaan terpaksa dan sifatnya sementara waktu, sebab manusia memiliki hasrat untuk berkumpul dengan sesamanya dalam satu kelompok, sebagai hasrat untuk bermasyarakat. Manusia sebagai individu mempunyai kehidupan jiwa yang menyendiri, namun manusia sebagai makhluk sosial sosial tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. masyarakat. Manusia lahir, hidup berkembang dan meninggal dunia di dalam masyarakat. Oleh sebab itu masyarakat merupakan komponen kesatuan hidup yang lahir dan batin yang y ang dapat dap at mendidik jiwa manusia dalam sebuah pergaulan hidup bersama di antara individu manusia. Hakikat manusia sebagai makhluk sosial yang lahir berdasarkan kodrat alam. Manusia di mana-mana pada zaman apapun selalu hidup bersama, hidup berkelompok-kelompok, atau sekurang-kurangnya kehidupan bersama itu terdiri dari dua orang yaitu suami-istri ataupun ibu dan anak. Hal tersebut merupakan sebuah realitas hidup bahwa manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain (human society). society).
ii
Pada zaman modern ini tidaklah mungkin bagi seorang untuk hidup secara layak dan sempurna tanpa bantuan dari ataupun kerjasama dengan orang lain. Hasrat Hasrat untuk untuk hidup hidup bersam bersamaa memang memang telah telah menjad menjadii bawaan bawaan manusi manusia, a, yang merupakan suatu keharusan badaniah untuk melangsungkan hidupnya. Persatuan manu manusi siaa yang yang timb timbul ul dari dari kodr kodrat at yang yang sama sama lazi lazim m dise disebu butt masy masyar arak akat at.. Masyarakat itu terbentuk apabila ada dua orang atau lebih yang hidup bersama, sehingga dalam pergaulan hidup itu timbul berbagai hubungan atau pertalian yang mengakibatkan seorang dan yang lain saling mengenal dan mempengaruhi. Di Indonesia dari catatan Komisi Perlindungan Anak (Hermawan, 2003 : 45) terdapat ± 45.000.000 jiwa anak yang tidak memperoleh pendidikan yang layak bagi kemanusiaan, kemanusiaan, dan ± 35.000.000 35.000.000 jiwa anak-anak dieksploitasi dieksploitasi melalui kerja paksa dan kekerasan anak oleh orang tua atau keluarga yang disharmonis. Berdasarkan Berdasarkan catatan Komisi Perlindungan Perlindungan Anak sejak tahun 2003 sampai sampai 2006 terdapat 17.200 kasus di Indonesia mengenai kekerasan kekerasan terhadap terhadap anak dan sekita sekitarr 15.300 15.300 kasus kasus kekera kekerasan san terhada terhadap p anak anak banyak banyak terjad terjadii di lingkun lingkungan gan keluarga yang disharmonis dan ± 1.900 kasus terjadi kekerasan terhadap anak pada lingkup sekolah dan lingkungan masyarakat. Catata Catatan n Komis Komisii Perlin Perlindung dungan an Anak Anak terseb tersebut ut di atas atas angka angka kekera kekerasan san terhadap terhadap anak dapat terlihat terlihat cukup memprihatinkan memprihatinkan dan peristiwa peristiwa tersebut tidak tertutup kemungkinan juga dapat terjadi di wilayah hukum Sulawesi Tenggara khususnya di Kabupaten Konawe.
ii
Kabupat Kabupaten en Konawe Konawe dalam dalam proses proses perkem perkemban bangann gannya ya diberb diberbaga agaii aspek aspek masi masih h
diha dihada dapk pkan an pada pada berb berbag agai ai pers persoa oala lan n
baik baik pers persoa oala lan n
pend pendid idik ikan an,,
kemisk kemiskina inan n maupun maupun keamanan keamanan dan ketert ketertiba iban. n. Hal terseb tersebut ut telah telah mendor mendorong ong kehidupan yang tidak wajar dalam pergaulan masyarakat sehingga melahirkan peningkatan kejahatan di kabupaten Konawe terutama mengenai kekerasan terhadap anak. Menurut catatan Asosiasi Perlindungan Anak Sulawesi Tenggara diperoleh keterangan awal penulis bahwa ± 11 kasus sejak tahun 2003 sampai 2006 telah terjadi kekerasan anak di wilayah hukum Kabupaten Konawe. Lebih lanjut hanya 8 kasus yang telah diproses secara hukum dan kebanyakan 8 kasus tersebut merupakan hasil laporan dari orang tua anak sendiri dalam hal ini ibu dari anak tersebut. Besarnya tingkat kekerasan terhadap anak di Kabupaten Konawe telah mendorong terciptanya kejahatan baru di lingkungan masyarakat yakni dengan adanya kejahatan kekerasan terhadap anak merupakan sebuah kejahatan yang lahi lahirr kare karena na dila dilata tarb rbela elaka kang ngii oleh oleh kondi kondisi si ekono ekonomi mi yang yang lema lemah, h, ting tingka katt pendidikan yang rendah serta sebagai akibat dari pergaulan bebas yang timbul dari dari pergaul pergaulan an masyar masyarakat akat yang yang diakib diakibatk atkan an oleh oleh pengar pengaruh uh modern modernisa isasi si dan wester westernis nisasi asi yang yang tidak tidak diimba diimbangi ngi dengan dengan pola pola pembin pembinaan aan sosial sosial di dalam dalam masyarakat. Gambaran tersebut di atas, merupakan kaji awal penulis dengan melihat dan menelaah secara obyektif terhadap peristiwa kekerasan terhadap anak yang
ii
terjadi saat ini di Indonesia maupun Kabupaten Konawe. Berdasarkan fenomena “Tinjauan Kriminologis Kriminologis Kekerasan Kekerasan Terhadap Terhadap tersebut penulis memilih judul “Tinjauan Anak di Kabupaten Konawe”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdas Berdasark arkan an uraian uraian latar latar belaka belakang ng yang dikemu dikemukaka kakan n di atas, atas, maka maka permasalahan yang hendak dikaji adalah sebagai berikut: 1.
Faktor-faktor
apakah
yang
menyebabkan
timbulnya
kejahatan kekerasan terhadap anak di Kabupaten Konawe ? 2.
Bagaimana upaya penanggulangan kejahatan kekerasan terhadap anak di Kabupaten Konawe ?
1.3. 1.3. Tu Tuju juan an dan dan Man Manfaa faatt Pene Penelit litian ian 1.3.1 Tujuan Penelitian
1.
Untuk
mengetahui
faktor-faktor
yang
menyebabkan
timbulnya kejahatan kekerasan terhadap anak di Kabupaten Konawe. 2.
Untuk
mengetahui
upaya
penanggulangan
kejahatan
kekerasan terhadap anak Kabupaten Konawe.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1.
Sebagai
bahan
banding
atau
referensi
bagi
peneliti
selanjutnya yang relevan bagi penelitian ini.
ii
2.
Sebagai su sumbangan pe pemikiran ya yang ko komprehensif, ut utuh da dan menyeluruh menyeluruh dalam upaya menanggulangi menanggulangi kejahatan kekerasan terhadap terhadap anak di Kabupaten Konawe.
3.
Sebagai tambahan pengetahuan bagi masyarakat dalam melihat melihat fenomena fenomena kejahatan kejahatan mengenai mengenai kejahatan kejahatan kekerasan kekerasan terhadap terhadap anak di lingkungan keluarga.
4.
Pene Penellitian tian ini ini diha diharrapka apkan n dapa dapatt mem memberi berika kan n kons konstr triibus busi kepa kepada da depart departeme emen n dan instan instansi si yang terkai terkaitt terhada terhadap p pemeca pemecahan han masala masalah h kejahatan kekerasan terhadap anak Kabupaten Konawe.
ii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Kriminologi
Pengert Pengertian ian krimin kriminolo ologi gi menuru menurutt para para pakar pakar ilmu ilmu hukum hukum member memberika ikan n defi defini nisi si yang yang komp kompre rehen hensi siff denga dengan n sudu sudutt panda pandang ng yang yang berbe berbeda. da. Hal Hal ini ini disebabkan adanya perbedaan pola kajian dengan menggunakan analisis yang didasarkan pada subyek dan obyek suatu kejahatan. Secara Secara etimol etimologi ogiss menuru menurutt Soesilo Soesilo (1985: (1985:1) 1) mengem mengemuka ukakan kan bahwa bahwa kriminologi berasal dari kata “crime “crime”” yang berarti kejahatan dan logos artinya pengetahuan. Jadi kriminologi berarti ilmu pengetahuan tentang kejahatan. Beberapa pendapat mengenai pengertian dan definisi tentang kriminologi yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain: Menurut Bonger (Soesilo, 1985: 1) menyatakan: “Kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan menyelidiki gejala kejah kejahat atan an
selu seluas as-l -luas uasnya nya (kri (krimi minol nologi ogi teor teorit itis is
dan dan
krim krimin inol ologi ogi murn murni) i)..
Kriminologi Kriminologi teoritis teoritis adalah ilmu pengetahuan pengetahuan berdasarkan berdasarkan pengalaman, yang seperti seperti ilmu-ilmu ilmu-ilmu pengetahuan lainnya lainnya yang sejenis, sejenis, memperhati memperhatikan kan gejalagejalagejal gejalaa dan dan menc mencob obaa menye menyeli lidi diki ki murn murnii atau atau krim krimin inol olog ogii teor teorit itis is disu disusu sun n kriminologi terapan”.
ii
Sela Selanj njut utny nyaa
Bong Bonger er
(Top (Topo o
Sant Santos oso, o,
Eva Eva
Achj Achjan aniz izul ulfa fa,,
2001 2001:1 :1))
menyatakan bahwa “kriminologi adalah ilmu pengetahuan umum yang bertujuan menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya”. Di lain pihak Wod (Topo (Topo Sant Santos oso, o, Eva Eva Achj Achjan aniz izul ulfa fa,, 2001: 2001:12 12)) menyatakan menyatakan bahwa: “Istilah “Istilah kriminol kriminologi ogi
meliputi meliputi keseluruhan keseluruhan pengetahua pengetahuan n
yang yang dipero diperoleh leh berdas berdasark arkan an teori teori atau atau pengal pengalama aman n yang yang bertal bertalian ian dengan dengan perbuatan jahat dan penjahat, termasuk di dalamnya mengenai reaksi dari masyarakat terhadap perbuatan jahat dan para penjahat”. Berdasarkan Vrij (Sahetapy, 1992:8) mendefinisikan kriminologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajar mempelajarii perbuatan perbuatan jahat, jahat, pertama-ta pertama-tama ma menangani menangani apakah perbuatan perbuatan jahat itu, tetapi tetapi selanjutny selanjutnyaa juga mengenai sebab musabab musabab dan akibat-akibatnya. Berdasarkan berbagai definisi yang dikemukakan di atas terdapat pula definisi yang membedakan kriminologi dalam arti luas dan kriminologi dalam arti sempit, definisi ini dikemukakan oleh Noach (Soesilo, 1985 : 2) :
Kriminologi dalam arti kata luas yang terdiri dari kriminologi dalam arti luas luas dan dan krim krimin inal alis isti tik. k. Krim Krimin inal alis isti tik k adala adalah h ilmu ilmu penge pengeta tahua huan n yang yang memp mempel elaj ajar arii keja kejahat hatan an sebag sebagai ai masa masala lah h tekn teknis is,, seba sebaga gaii alat alat untuk untuk mengadakan mengadakan pengajaran pengajaran atau penyidikan penyidikan perkara perkara kejahatan kejahatan secara secara teknis teknis dengan dengan menggu menggunaka nakan n ilmuilmu-ilm ilmu u alam alam kimia kimia dan lain-l lain-lain ain sepert sepertii ilmu ilmu kedokteran kedokteran kehakiman kehakiman (ilmu (ilmu kedokteran kedokteran forensik) ilmu alam kehakiman
ii
antara ilmu sidik jari (Dektiloskopi) dan ilmu kehakiman antara lain ilmu tentang keracunan (ilmu toksologi); dan
Kriminologi dalam arti kata sempit kalau kita mempunyai kata kriminologi saja artinya kriminologi dalam arti kata sempit, kriminologi tidak termasuk di situ, kecuali kecuali kata istilah kriminolog kriminologii dari lembaga kriminologi kriminologi UI yang dibidangnya meliputi kriminologi dan kriminalistik. Kriminologi dalam arti semp sempit it
adal adalah ah
ilmu ilmu
peng penget etah ahua uan n
yang yang
memp mempel elaj ajar arii
bent bentuk uk-b -ben entu tu
penjelmaan sebab-sebab dan akibat-akibat dari kriminalitas (kejahatankejahatan dan perbuatan-perbuatan buruk).
Mulyan Mulyanaa W. Kusuma Kusumah h (1981: (1981:3) 3) membag membagii ruang ruang lingkup lingkup krimin kriminalo alogi gi menjadi tiga aspek:
Sosiologi Sosiologi hukum sebagai sebagai analisa analisa ilmiah ilmiah kondisi-kon kondisi-kondisi disi berkembangnya berkembangnya hukum pidana;
Etiolo Etiologi gi kejahat kejahatan an yang yang mencoba mencoba melakuk melakukan an analis analisaa ilmiah ilmiah mengena mengenaii sebab-sebab kejahatan;
Penologi: menaruh perhatiannya pada upaya pengendalian kejahatan
Sahetapy Sahetapy dan Mardjono Mardjono Reksodiputr Reksodiputro o (1982:2) memberikan pengertian kejahatan sebagai berikut: “Kejahatan “Kejahatan mengandung mengandung konotasi konotasi tertentu, tertentu, merupakan merupakan suatu pengertian pengertian dan penamaan yang mengandung variabilitas dan dinamik serta bertalian dengan
ii
perbuatan atau tingka laku (baik aktif maupun pasif), yang dimulai oleh sebagian masyarakat, atau minoritas masyarakat sebagai perbuatan anti sosial, suatu pemerkosaan terhadap skala nilai sosial dan atau perasaan hukum yang hidup dalam masyarakat sesuai dengan ruang dan waktu”.
Manfaat dan Tempat Kriminologi
Di Erop Eropaa pada pada umum umumny nyaa bera berang ngga gapa pan n bahw bahwaa crimi rimino nolo logi gi as a subsidiary or accessory sciences to criminal law. Bila ditelaah pertumbuhan kriminologi sebagaimana yang dikemukakan oleh (Simandjuntak 1981 : 8) maka dapat diketahui manfaat kriminologi, yaitu:
Memperluas horizon pandangan pribadi Mempelajari kriminologi sebagai ilmu akan berguna memperkaya ilmu sehingga memperluas horizon pandangan tentang sesuatu masalah, terutama fenomena sosial. Kita menyadari sempitnya horizon sering membuat kita bersikap fanatik yang melahirkan sifat prejudice. sifat prejudice.
Pengabdian sosial Memperkaya diri dalam lapangan ilmu ditujukan kepada kesejahteraan sosial dan ketertiban sosial, bukan untuk l’art untuk l’art pour l’art , tapi l’art pour la vie. vie. Mempelajari Mempelajari kriminologi kriminologi seharusnya seharusnya ditujukan ditujukan membasmi membasmi kejahatan kejahatan untuk kesejahteraan manusia. Semboyan l’art pour la gu ere (perang) harus ditinggalkan.
ii
Mengembangkan ilmu Mendalami kriminologi juga ditujukan untuk pengembangan ilmu itu sendiri sehingga mendapat pengakuan dari ilmu lain sebagai ilmu yang otonom. Dalam mencari kedudukan dalam posisi ini sering ilmu mengalami kelesuan, demikianlah kriminologi dalam memperkenal- kan dirinya dirinya masih ada yang menganggapnya sebagai cabang sosiologi.
Menurut Mannheim (Simandjuntak, 1981:11) telah minta perhatian agar “Soci Sociol olog ogyy
of Crim Crimin inal al Law Law”
dibe dibeda daka kan n
dari daripa pada da
“Criminology” Criminology”
dan
“Sociological Jurisprudence”, Jurisprudence”, menyatakan tujuan ilmu masyarakat ini adalah menyelidiki susunan masyarakat dan macam-macam golongan serta lembagalembag lembaganya anya,, keduduk kedudukan an dan pengar pengaruhny uhnyaa dan sikapny sikapnyaa dalam dalam hubungan hubungannya nya dengan hukum pidana yang berlaku. Susunan, kedudukan serta kekuatan suatu golong golongan an terten tertentu tu berpeng berpengaru aruh h terhada terhadap p terjad terjadiny inyaa suatu suatu hukum hukum pidana pidana dan betapa aturan pidana itu berpengaruh kepada golongan-golongan ini. Pendapa Pendapatt terseb tersebut ut di atas atas dipert dipertegas egas oleh oleh Suther Sutherlan land d (Siman (Simandju djunta ntak, k, 1981 : 11) yang menganggap bahwa “Sociol “Sociology ogy of Law” Law” sangat penting. Tetapi mengingat mengingat lapangan lapangan kriminolo kriminologi gi sangat luas, kiranya kiranya perlu dipertimbangkan dipertimbangkan bahwa sosiologi hukum pidana dipisahkan dari kriminologi. Bila Bila ditela ditelaah ah lebih lebih lanjut lanjut keduduk kedudukan an krimi kriminol nologi ogi dalam dalam arena arena ilmu ilmu pengetahuan, maka harus dilihat kelompok ilmu lebih dahulu. Para ahli
ii
(Siman (Simandju djunta ntak k 1981:1 1981:13) 3) membua membuatt pengel pengelomp ompoka okan n ilmu ilmu penget pengetahua ahuan n atas atas 3 bagian, yaitu :
Ilmu Ilmu sosi sosial al ( social sciences), sciences), yakn yaknii kelo kelomp mpok ok ilmu ilmu penge pengeta tahu huan an yang yang meneliti meneliti hidup bersama manusia. manusia. Ahli-ahli Ahli-ahli memasukkan ilmu-ilmu ilmu-ilmu pada kelompok ini ialah: ekonomi, antropologi, psikologi, sejarah, sosiologi.
Ilmu Ilmu penge pengeta tahua huan n kero kerokh khani anian an (humanities humanities,, humaniora humaniora)), yakn yaknii ilmu pengetahuan yang mempelajari perwujudan spiritual kehidupan bersama. Dalam kelompok ini ialah: filsafat, kesenian, agama, ilmu bah asa.
Ilmu lmu
peng penget etah ahua uan n
alam alam (natura naturall
scienc sciences es)),
yakn yaknii
kelo kelom mpok pok
ilmu ilmu
pengetahuan yang mempelajari gejala alam. Para ahli memasukkan biologi dan fisika. Menurut Bonger (Simandjuntak, 1981:15) kriminologi dalam arti sempit terdiri dari:
Kriminologi teoritis yang meliputi sosiologi kriminal, antropologi Kriminal, neuro patologi kriminal.
Krimin Kriminolo ologi gi prakti praktiss yang yang meliput meliputii hygiene hygiene krimin kriminal, al, krimin kriminali alisti stik k dan politik kriminal.
Berdas Berdasark arkan an defini definisi si di atas atas dapat dapat disimp disimpulk ulkan an bahwa bahwa manfaa manfaatt dan tempat tempat kriminolog kriminologii merupakan merupakan sebuah sebuah bentuk kajian untuk melengkapi faedahfaedah mengenai ilmu kejahatan.
ii
Sebab Timbulnya Kejahatan
Dala Dalam m
perk perkem emba banga ngan n
krim krimin inol ologi ogi,,
pemb pembah ahas asan an menge mengena naii
seba sebab b
musabab kejahatan secara sistematis merupakan hal baru, meskipun sebenarnya hal tersebut telah dibahas oleh banyak ahli kriminologi. Teori tentang sebabmusabab kejahatan berubah menurut perkembangan zaman. Lombrosso (Siegel, 1983:156) mengemukakan yang selanjutnya dikenal dengan teori Lombrosso Lombrosso ( Biological Biological Theory) Theory) bahwa: Aliran kriminologi positif awal adalah aliran biologi awal, dikemukakan oleh Cesare Lombrosso di mana berdasarkan penelitian pen elitian yakni bahwa beberapa be berapa orang o rang memiliki ciri tertentu sejak lahir yang membuat mereka jahat Teori lain yang berhubungan dengan sebab-sebab kejahatan adalah teori kemauan bebas, teori ini berkembang berkembang sesuai dengan perkembangan perkembangan ilmu hidup dan filsa filsafat fat,, berpend berpendapa apatt bahwa bahwa manusi manusiaa itu itu bebas bebas untuk untuk berbuat berbuat menuru menurutt kemauan dan bebas untuk menentukan pilihannya. Teori ini dinamakan teori Klasikal (Classical (Classical Theorie) Theorie) oleh Siegel (1983:92) menyatakan: Pendeka Pendekatan tan klasik klasik terhad terhadap ap penyeba penyebab b kejahat kejahatan an memuat memuat sejuml sejumlah ah elemen dasar :
Manusi Manusiaa dalam dalam masyar masyaraka akatt memili memiliki ki kemaua kemauan n bebas bebas guna memili memilih h penyelesaian kriminal ataupun penyelesaian permasalahan mereka
Solusi kriminal mungkin lebih menarik dari solusi konvensional, hal ini karena biasanya tidak memerlukan upaya dengan tantangan berat
ii
Seorang manusia yang memiliki solusi kriminal dipengaruhi oleh reaksi sosial untuk bertindak demikian
Yang paling efisien untuk membuat membuat pencegahan pencegahan kejahatan adalah berupa hukuman yang cukup, guna menjadikan kriminal tidak dipilih.
Dala Dalam m perk perkem emba banga ngan n sela selanj njut utny nyaa teor teorii Lomb Lombro ross sso o mula mulaii tamp tampak ak ketidaktepatan namun masih terdapat teori mempertahankan seperti teori The Mental Testers yang menitikberatkan kepada Feeble kepada Feeble Minded sebagai Minded sebagai ciri khas seorang penjahat yang dapat membedakan bukan penjahat, penganut utama teori orang tua menurut hukum-hukum kebaikan dari mental mengakibatkan orangorang bersangkutan tidak mampu menilai tingkah laku. Di samping teori-teori tersebut di atas masih terdapat teori-teori penyakit jiwa di mana kondisi kejiwaan seseorang yang membuat orang tersebut melakuk melakukan an tindak tindakanan-tin tindaka dakan n kejaha kejahatan tan,, sehing sehingga ga penyaki penyakitt jiwa jiwa termas termasuk uk penyebab kejahatan. Menurut Soesilo (1985:22-23) menyatakan bahwa : Teori-teori lain yang banyak ragamnya menyangkut penyimpangan akan kepercayaan kepada Tuhan, sehingga banyak perceraian dan anak-anak tidak segan lagi kepada orang tua, melupakan cita-cita luhur para pejuang, kelakuan orang tua yang tidak semestinya, sehingga memberi contoh yang tidak baik bagi anak-anaknya, contoh-contoh yang buruk dari film, televisi, dan radio, dansa, night club, club, dan lain-lain.
ii
Berdasarkan uraian di atas maka munculnya kejahatan sebagai akibat adanya pengaruh pergaulan bebas dan kehendak yang dipengaruhi oleh tujuan yang hendak dicapai di dalam masyarakat, serta dipengaruhi adanya pola-pola kepercayaan yang hidup dan tumbuh di dalam masyarakat sebagai suatu perintah akan kepercayaan kepada Tuhan (Soesilo,1982 : 32). Berdas Berdasark arkan an pemiki pemikiran ran di atas atas untuk untuk menjel menjelask askan an masala masalah h penjaha penjahat, t, kejahatan serta reaksi sosial terhadap penjahat dan kejahatan di Indonesia, maka berikut ini penulis akan kemukakan beberapa teori penting dalam kriminologi yang berhubungan dengan sebab-sebab timbulnya kejahatan 1. Teori Differential Differential Association Association
Teori asosiasi diferensial yang dikemukakan oleh Sutherland terdiri atas 9 (sembilan) proposisi yaitu : 1.
Seseor Seseorang ang yang yang deli delinkue nkuen n diseb disebabk abkan an karen karenaa akses akses dari dari penge pengerti rtian an yang yang lebih lebih banyak banyak dnilai dnilai sebagai sebagai pelangg pelanggara aran n undangundang-und undang ang daripa daripada da pentaatan undang-undang yang berlaku.
2.
Lingkun Lingkungan gan perg pergaul aulan an yang yang ditanda ditandaii oleh oleh perb perbeda edaan-p an-perb erbeda edaan an ters tersebu ebutt dapat bervariasi/ berubah-ubah dan perubahan tergantung pada frekuensi jangka waktu, masa lampau dan intensitas.
3.
Pros Proses es memp mempel elaj ajar arii tingka tingkah h laku jaha jahatt melal melalui ui perga pergaul ulan an dengan dengan pola pola- pola kriminal dan anti kriminal meliputi semua mekanisme sebagaimana mempelajari yang lain.
ii
4.
Apabil Apabilaa tingka tingkah h laku laku krimi kriminal nal adal adalah ah ekspr ekspresi esi dari dari kebutu kebutuhanhan-kebu kebutuh tuhan an dan nilai-nilai yang umum, tidak dapat dijelaskan oleh nilai-nilai dan kebutuhan-kebutuhan yang umum tersebut. Hal ini disebabkan kelakuan yang tidak jahat pun merupakan ekspresi dari kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilai yang sama. Misalnya pencuri dan buruh yang jujur mereka bekerja untuk mendapatkan uang.
5.
Tingk Tingkah ah laku laku jahat jahat itu dipel dipelaj ajar arii Suther Sutherla land nd menyat menyatak akan an bahwa bahwa ting tingka kah h laku laku itu itu diwar diwaris isii sehi sehingg nggaa tida tidak k mung mungki kin n ada ada oran orang g jaha jahatt seca secara ra mekanis.
6.
Ting Tingka kah h laku laku jahat jahat itu itu dipe dipela laja jari ri dari dari oran orangg-or oran ang g lain lain dalam dalam suatu suatu proses interaksi.
7.
Bagi Bagian an yang yang terp terpen enti ting ng dari dari tingk tingkah ah laku laku jaha jahatt dipe dipela laja jari ri,, dipe dipero role leh h dalam kelompok pergaulan yang akrab.
2. Te Teori ori Tran Transmi smissi ssi Kebud Kebuday ayaan aan
Teori ini dikembangkan oleh Clifford R.Shaw dan Henry D.Mac Kay sebagaimana sebagaimana dikemukakan oleh Kusumah Kusumah (1984:39-43) (1984:39-43) yang menekankan menekankan pentingnya aspek pewarisan nilai-nilai dan norma-norma khususnya terhadap anak-anak yang tengah mengalami tahap proses sosialisasi. Efek kumulatif dari pewarisan nilai dan norma tersebut terlihat dari dua jenis data :
Studi tentang pelanggaran yang mengungkapkan type delinkuen tertentu cenderu cenderung ng merupak merupakan an ciri ciri wilaya wilayah-w h-wila ilayah yah kota kota terten tertentu. tu. Masing Masing--
ii
masing menyangkut teknik-teknik yang diajarkan, ukuran-ukuran serta patokan-patokan perilaku tersendiri.
Terbukti juga bahwa beberapa anggota kelompok delinkuen melakukan pelanggaran-pelanggarannya dengan disertai delinkuen yang lebih tua.
Berdasarkan teori tersebut di atas telah jelas adanya suatu hubungan langsung antara kondisi yang terdapat dalam masyarakat setempat di kotakota kota dan angka angka laju laju berbeda berbeda dalam dalam delink delinkuen uen dan kejaha kejahatan tan.. Masyar Masyaraka akatt setempat dengan angka rata-rata kejahatan yang tinggi mempunyai ciri-ciri sosial dan ekonomi yang berbeda dengan masyarakat setempat dengan angka laju kejahatan yang rendah.
3. Te Teor orii Kon Kontr trol ol
Para teoritis kontrol memandang bahwa manusia merupakan mahluk yang memiliki moral yang murni. Oleh karena itu setiap individu bebas untuk berbuat sesuatu. Kebebasan ini akan membawa seseorang pada tindakan yang ya ng bermacam-macam. Tindakan ini lazimnya didasarkan pada pilihan : taat pada huku hukum m atau atau mela melang ngga garr atur aturan an-a -atu tura ran n huku hukum. m. Tind Tindak akan an yang yang dipi dipili lih h didasarkan pada ikatan-ikatan sosial yang telah terbentuk. Seirin Seiring g dengan dengan perkem perkemban bangan gan ilmu ilmu krimin kriminolo ologi gi terdapa terdapatt beberap beberapaa teori yang menitik beratkan pada kondisi individu penjahat antara lain teori
ii
psikis, teori psikopati, teori yang menyatakan bahwa penjahat memiliki bakat yang di wariskan oleh orang tuanya. Pengertian Kejahatan
Menurut tata bahasa, kejahatan adalah merupakan suatu kata jadian atau kata sifat berasal dari kata jahat yang mendapatkan awalan “ke” dan akhiran “an”. Kata kejahatan sendiri adalah suatu kata benda yang berasal dari kata jahat yang menunjukkan orang yang melakukan delik itu atau subyek pelaku. Jadi kejahatan adalah suatu kata keterangan bahwa ada seseorang yang melakukan sesuatu hal. Menurut Ruth Coven (Mulyana W. Kusumah, 1952:30) mengemukakan bahwa: Kejahatan atau delik adalah suatu tindakan yang dilakukan orang karena gagal menyesuaikan diri terhadap tuntutan masyarakat di mana ketidaksesuaian norma-norma yang dianut masyarakat menjadi ukuran. Sebagai Sebagaiman manaa penulis penulis kemukak kemukakan an dalam dalam uraian uraian sebelu sebelumny mnyaa bahwa bahwa krim krimin inol olog ogii
memb membah ahas as
masa masala lah h
keja kejaha hata tan. n.
Timb Timbul ul
sebua sebuah h
pert pertan anyaa yaan n
sejauhmanakah suatu perbuatan/tindakan dikatakan sebagai kejahatan ? secara formal kejahatan dirumuskan sebagai perbuatan yang oleh negara diberi pidana (misdaad is een ernstige anti sociale handeling, waar tegen de staat bewust reageert ). ). Pemb Pember eria ian n pida pidana na terh terhad adap ap suat suatu u keja kejaha hata tan n dima dimaks ksudk udkan an untu untuk k meng mengem emba bali lika kan n
kese keseim imba bang ngan an
yang yang
terg tergan angg ggu u
akib akibat at
perb perbua uata tan n
itu. itu.
Keseim Keseimbang bangan an yang yang tergang terganggu gu itu itu adalah adalah ketert ketertiba iban n masyar masyaraka akatt tergan terganggu, ggu,
ii
masyarakat resah akibatnya penggangguan ini dianggap masyarakat anti sosial, di mana tindakan tindakan itu tidak sesuai sesuai dengan tuntutan tuntutan itu
masyarakat masyarakat
oleh
karena
masyarakat masyarakat bersifat bersifat dinamis, dinamis, maka tindakan tindakan pun harus dinamis dinamis sesuai
dengan irama perubahan masyarakat. Berdas Berdasark arkan an pengert pengertian ian-pen -penger gertia tian n atau atau rumusa rumusan-r n-rumu umusan san terseb tersebut ut maka kata kejahatan dalam artian bertentangan, tindakan salah, tidak pantas, mela melawa wan, n,
meny menyal alah ahii
atur aturan an-a -atu tura ran n
deng dengan an
apa apa
yang yang
seha seharu rusn snya ya
bisa bisa
dihubungkan perbuatan kejahatan dengan perdagangan perempuan. Maka dapat dikatakan bertentangan dengan apa yang dilarang dan yang seharusnya oleh undang-undang yang terkait dengan perdagangan perempuan.
Pengertian Anak
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termas termasuk uk anak anak yang yang masih masih dalam dalam kandung kandungan an (Pasal (Pasal 1 (1) UndangUndang-Unda Undang ng No.23 Tahun 2002). Anak Anak adal adalah ah tuna tunas, s, pote potens nsi, i, dan dan gener generas asii muda muda pene peneru russ cita cita-c -cit itaa perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan depan (Und (Undang ang-U -Unda ndang ng No.4 No.4 Tahu Tahun n 1979 1979 Tent Tentan ang g Kese Keseja jaht hter eraan aan Anak Anak,, Lembaran Negara No.32 Tahun 1979, Tambahan Lembaran Negara No.3143).
ii
Anak terlantar adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar baik fisik, mental, spiritual maupun sosial. (Pasal 1 (6) Undang-Undang No.23 Tahun 2002). Anak penyandang cacat adalah anak yang mengalami hambatan fisik dan/ata dan/atau u mental mental sehing sehingga ga menggan mengganggu ggu pertum pertumbuha buhan n dan perkem perkembang bangann annya ya secara wajar. (Pasal 1 (7) Undang-Undang No.23 Tahun 2002). Anak Anak angka angkatt adal adalah ah anak anak yang yang hakn haknya ya dial dialih ihka kan n dari dari lingk lingkun ungan gan keku kekuas asaa aan n kel keluar uarga oran orang g tua, ua, wali wali yang yang sah, ah, atau atau oran orang g lain ain yang yang bertanggungjawab atas perawatan, pendidikan, dan membesarkan anak tersebut ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan. (Pasal 1 (9) Undang-Undang No.23 Tahun 2002).
2.5.1
Pengertian Kejahatan Kekerasan
Menurut kamus bahasa Indonesia (Edisi 3, 2002) kejahatan kekerasan adalah perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang barang orang lain dengan secara paksa. Kata Kata kekeras kekerasan an yang yang dimaks dimaksud ud dalam dalam tulisa tulisan n ini adalah adalah kata kata yang yang diterjemahkan dari kata “violence “violence”” yang berasal dari gabungan kata bahasa latin “vis “vis”” (daya, kekuatan) dan “latus “latus”” (membawa) jika diartikan kekerasan berarti membawa kekuatan.
ii
Untuk Untuk mencar mencarii rumusa rumusannya nnya di dalam dalam Kitab Kitab UndangUndang-Und Undang ang Hukum Hukum Pidana Pidana (KUHP) (KUHP),, maka maka tidak tidak akan akan dapat dapat ditemu ditemuii kata kata “kekera “kekerasan san”” yang yang berdiri sendiri, melainkan pasti disertai (didahului atau diikuti) kata-kata yang lain, misalnya pada Pasal 89 KUHP dan Pasal 170 KUHP. Pasal 89 KUHP memberikan pengertian “melakukan kekerasan” sebagai berikut “yang disamakan melakukan kekerasan itu, membuat orang menjadi pingsan atau tidak berdaya lagi (lemah)”. Soesilo R. (1996 : 98) memberikan penjelasan Pasal 89 KUHP tersebut sebagai berikut : “Melakukan kekerasan” artinya : “mempergunakan tenaga atau kekuatan jasmani tidak kecil secara tidak sah”, misalnya memukul dengan tangan atau dengan segala macam senjata, menyepak, menendang, dan sebagainya. Yang disamakan dengan “melakukan kekerasan” menurut pasal ini ialah “membuat orang jadi pingsan atau tidak berdaya”. “Pin “Pings gsan an”” arti artiny nyaa “tid “tidak ak inga ingatt atau atau tida tidak k sada sadarr akan akan diri diriny nya” a”,, umpamanya umpamanya memberi memberi minum racun kecubung atau lain-lain lain-lain obat, sehingga orangnya tidak ingat lagi. Orang yang pingsan itu tidak dapat mengetahui apa yang terjadi akan dirinya. Penjel Penjelasa asan n Pasal Pasal 89 KUHP KUHP terseb tersebut, ut, Soesilo Soesilo berpend berpendapa apatt bahwa bahwa perbuatan mengancam orang dengan akan membuat orang itu pingsan atau tidak berdaya, tidak boleh disamakan dengan mengancam orang dengan kekerasan. Alasannya adalah bahwa pasal ini hanya menyatakan tentang
ii
“melakukan “melakukan kekerasan”, kekerasan”, bukan membicarakan membicarakan tentang “kekerasan” “kekerasan” atau “ancaman kekerasan”. Sela Selanj njut utny nyaa dala dalam m Pasa Pasall 170 170 KUHP KUHP meng mengat atur ur tent tentan ang g perbu perbuat atan an “melakukan kekerasan secara bersama-sama” yakni sebagai berikut: 1.
Barang siapa yang di muka umum bersama-sama melakukan kekera kekerasan san terhad terhadap ap orang orang atau atau barang, barang, dihukum dihukum penjar penjaraa selama selama-lamanya 5 tahun 6 bulan.
2.
Tersalah di dihukum : a. Dengan Dengan penjar penjaraa selama-l selama-lama amanya nya 7 tahun, tahun, jika ia dengan dengan sengaj sengajaa merusa merusakkan kkan barang barang atau atau jika jika kekera kekerasan san yang yang dilaku dilakukann kannya ya itu menyebabkan sesuatu luka b. Dengan penjara selama-lamanya 9 tahun, jika kekerasan itu menyebabkan luka berat pada tubuh c. Deng Dengan an penj penjar araa sela selama ma-l -lam aman anya ya 12 tahu tahun, n, jika jika keke kekera rasa san n itu itu menyebabkan matinya orang.
Dalam penjelasan penjelasan Pasal 170 KUHP, Soesilo (1996:147) berpendapat berpendapat bahwa perbuatan “melakukan kekerasan” yang diatur dalam Pasal 170 KUHP mempunyai beberapa syarat, antara lain sebagai berikut : 1.
Melaku Melakukan kan kekeras kekerasan an dala dalam m pasa pasall ini ini bukan bukan merupak merupakan an suat suatu u alat alat atau atau daya daya upaya upaya untuk untuk mencap mencapai ai sesuat sesuatu, u, akan tetapi tetapi merupak merupakan an suatu suatu tujuan.
ii
2.
Keke Kekera rasa san n itu harus harus dila dilakuk kukan an secar secaraa bersam bersama-s a-sam amaa yaitu yaitu dilak dilakuka ukan n oleh sedikitnya 2 orang atau lebih. Orang yang hanya mengikuti dan tidak benar-benar turut melakukan tidak dapat dikenakan pasal ini.
3.
Kekera Kekerasan san harus harus dituju ditujukan kan kepada kepada oran orang g atau atau barang, barang, termas termasuk uk hewa hewan n atau binatang.
4.
Keke Kekera rasa san n itu hany hanyaa dilaku dilakuka kan n di muka muka umum umum atau atau di tem tempa patt-ta tamp mpat at umum dimana masyarakat umum dapat melihatnya.
Pengertian kekerasan sangat luas dan banyak, tetapi pada prinsipnya mengarah mengarah pada suatu pemahaman yakni adanya suatu perbuatan atau suatu tindakan yang menggunakan kekuatan, paksaan dan tekanan yang keras. Dari kata kekerasan dapat timbul pertanyaan; “apakah semua kekerasan itu merupakan kejahatan?”. Persoalan ini telah banyak dibicarakan oleh para ahli dan pada hakikatnya mengemukakan bahwa tidak semua kekerasan merupakan kejahatan. Oleh karena itu, tergantung dari apa yang menjadi tujuan dan akibat dari kekerasan itu sendiri, serta tergantung pula pada persepsi kelompok-kelompok k elompok-kelompok tertentu dalam masyarakat, apakah kelompok berdasarkan ras, agama, dan ideologi (Romli Atmasasmita, 1992 : 53).
Dasar-Dasar Hukum Perlindungan Anak
Adapun yang menjadi instrumen dasar hukum yang digunakan dalam proses penegakan hukum terhadap kejahatan perdagangan anak dalam sistem hukum formal di Indonesia yakni :
ii
1. Pasa Pasall 20, Pasal Pasal 20 A ayat ayat (1), Pasa Pasall 28 B ayat (2), (2), dan Pasa Pasall 34 Undan UndanggUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2. Unda Undang ng-U -Und ndan ang g Nomo Nomorr 4 Tahu Tahun n 1979 1979 Tent Tentan ang g Kese Keseja jaht hter eraa aan n Anak Anak (Lembaran Negara Nomor 32 Tahun 1979, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3143). 3. Unda Undang ng-U -Und ndan ang g Nomo Nomorr 7 Tahu Tahun n 1984 1984 Tent Tentan ang g Peng Pengha hapu pusa san n Bent Bentuk uk Diskriminasi Terhadap Perempuan (Convention (Convention on The Elimination of All of All Form of Discrimination of Discrimination Against Women) Women) (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 29 dan Nomor 3277). 4. Undang-Undang Undang-Undang Nomor 3 Tahun Tahun 1997 Tentang Tentang Pengadilan Pengadilan Anak (Lembar (Lembaran an Negara Tahun 1997 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3835). 5. Pasal 80, 81 Undang-Undang Undang-Undang Nomor 23 Tahun Tahun 2002 Tentang Tentang Tindak Tindak Pidana Pidana Perlindungan Anak. 6. Unda Undang ng-U -Und ndan ang g Nom Nomor 20 Tahun ahun 1999 1999 Tent Tentan ang g Peng Penges esah ahan an ILO Convention Nomo Nomorr 130 Conce Concern rnin ing g Mini Minimum mum Age Age For For Admi Admiss ssio ion n to Employment (Lembaran Negara Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3835). 7. Unda Undang ng-U -Und ndan ang g Nomo Nomorr 39 Tahu Tahun n 1999 1999 Tent Tentan ang g Hak Hak Azas Azasii Manu Manusi siaa (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3886). 8. Undang-Undang Undang-Undang Nomor 3 Tahun Tahun 1997 1997 tentang tentang Peradi Peradilan lan Anak. Anak.
ii
9. Pasa Pasall 7 dan dan 8 Undan Undangg-Und Undan ang g Nomo Nomorr 3 Tahu Tahun n 1997 1997 tentan tentang g Perl Perlak akuan uan Khus Khusus us Terh Terhad adap ap Anak Anak Dala Dalam m Pros Proses es Perk Perkar araa Pers Persid idan anga gan n Dala Dalam m Pengadilan. BAB III METODE PENELITIAN
3.1 3.1
Loka Lokasi si Pene Peneli liti tian an
Penelitian ini dilaksanakan dalam wilayah hukum Kabupaten Konawe atas dasar pertimbangan bahwa kejahatan terhadap kekerasan anak yang terjadi di Kabupaten Konawe telah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan Kabupaten lain di wilayah hukum Sulawesi Tenggara.
3.2 Tipe Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum empiris yaitu dengan melihat, menganalisa, mengamati, dan mengkaji secara secara langsu langsung ng mengena mengenaii kejahat kejahatan an kekera kekerasan san anak anak yang pernah pernah terjad terjadii di Kabupaten Konawe.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Penentuan Penentuan populasi populasi dalam penelitian penelitian ini akan berupaya berupaya bertindak bertindak selektif dalam mencari informan yang dapat memberikan informasinya. Yang dimaks dimaksud ud dengan dengan populas populasii dalam dalam peneli penelitia tian n ini adalah adalah pelaku, pelaku,
ii
korban korban dan aparat aparat penegak penegak hukum hukum yang yang terkai terkaitt dalam dalam peneli penelitia tian n ini seperti pengadilan, POLRES, dan kejaksaan.
3.3.2 Sampel
Sampel diambil dari populasi yang dianggap cukup representatif untuk mewakili keseluruhan populasi yaitu 3 orang korban, 2 atau 3 oran orang g pela pelaku, ku, 1 oran orang g Haki Hakim m Peng Pengadi adila lan n Kona Konawe, we, 1 oran orang g Kasa Kasatt Reskrim POLRES Konawe, dan 1 orang Jaksa Penuntut Umum.
3.4 3.4 Jeni Jeniss dan dan Su Sumb mber er Data Data
Dalam penelitian ini diperlukan dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder sebagai berikut: 1. Data primer primer adalah adalah data data yang yang diperol diperoleh eh melalui melalui penelitian penelitian lapangan lapangan dengan pihak-pihak yang terkait seperti korban, pelaku, pihak kepolisian (POLRES) Konawe, Pengadilan Negeri Konawe dan Kejaksaan Negeri Konawe. 2. Data Data sekunder sekunder yaitu yaitu data yang yang diperole diperoleh h melalui melalui studi studi kepustak kepustakaan aan yaitu yaitu denga dengan n mene menela laah ah lite litera ratu tur, r, liput liputan an,, maja majala lah, h, kora koran n sert sertaa pera peratu tura ran n perundang-undangan yang terkait dengan penulisan topik kajian penulis.
3.5 3.5 Te Tekn knik ik Pen Pengu gump mpul ulan an Dat Data a
Adap Adapun un tekn teknik ik pengu pengump mpul ulan an data data yang yang penul penulis is gunak gunakan an dala dalam m penelitian ini untuk memperoleh data adalah :
ii
a.
Penelitian
kepustakaan
( Library Library
Research) Research)
yaitu
data
dikumpulkan dengan cara menelaah beberapa literatur serta bacaan-bacaan lain dan bahan-bahan hukum yang masih relevan serta berhubungan dengan penelitian ini terkait dengan kejahatan kekerasan anak. b.
Penelitian
lapangan
( Field Field
Research) Research),
yaitu
data
yang
dikumpulkan dengan mengadakan penelitian secara langsung di lapangan untuk untuk mendapa mendapatka tkan n data data yang yang akurat akurat.. Adapun Adapun cara cara terseb tersebut ut dilakuk dilakukan an dengan cara yaitu : 1)
Wawancara ( Interview), Interview), yaitu mengadakan tanya jawab secara langsung terh terhada adap p para para korb korban an,, pela pelaku ku,, piha pihak k kepol kepolis isia ian n (Pol (Polre res) s) Kona Konawe we,, Pengadi Pengadilan lan Negeri Negeri Konawe Konawe dan Kejaks Kejaksaan aan Negeri Negeri Konawe Konawe terkai terkaitt dengan kejahatan kekerasan anak.
2)
Pengamatan (Observation), Observation), yaitu yaitu mengad mengadakan akan pengama pengamatan tan langsu langsung ng terhadap korban dan pelaku kejahatan kekerasan anak.
3)
Dokumentasi ( Documentation) Documentation) yaitu mengadakan pemotretan langsung terhadap sampel atau obyek yang diteliti.
3.6
Analisis Data
Penulis dalam hal ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu gamb gambar aran an peng pengan anal alis isaa aan n data data yang yang dipe dipero role leh h dari dari stud studii lapa lapang ngan an dan dan kepustakaan kepustakaan dengan cara menjelaskan menjelaskan dan menerangkan menerangkan kenyataan kenyataan obyektif obyektif penelitian yang didapat dari hasil observasi dan wawancara di lapangan. Dalam
ii
hal ini apa yang dinyatakan responden baik itu korban, pelaku, dan instansi yang khusus menangani persoalan kejahatan kekerasan anak, sehingga dapat diperoleh sebuah gambaran yang obyektif mengenai kenyataan yang ada terkait dengan kasus kejahatan kekerasan anak. Selanjutnya data informasi yang ada dikaji lebih lanjut sesuai dengan permasalahan yang ada secara deskriptif. DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Azasi Manusia (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 165, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Peradilan Anak . Pasal 7 dan 8 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Perlakuan Khusus Terhadap Anak Dalam Proses Perkara Persidangan Dalam Pengadilan .
UndangUndang-Unda Undang ng Nomor Nomor 4 Tahun Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 9, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 Tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 182 Concerning Concerning The Prohibition Prohibition and Immediate Immediate Action For The Elimination Elimination of The Woist Form of Child Labour (Konven (Konvensi si ILO Nomor Nomor 182
Mengenai Pelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak).
ii
DAFTAR ISI
.......... ....... ....... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ....... ....... ...... ....... ......... .......... .......... ........ ... HALAMAN JUDUL .......
i
.......... ....... ...... ....... ....... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ..... .. DAFTAR ISI ......
ii
BAB I PENDAHULUAN ...... .......... ....... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ........ ....
1
1.1. 1.1. Latar Latar Belakan Belakang g ....... .......... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ....... ....... ...... ....... ....... ....... ......... .......... ........ ...
1
1.2 Rumusa Rumusan n Masal Masalah ah .... ........ ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ......... .......... ....... ..
4
1.3 Tujuan Tujuan dan Manfaa Manfaatt Penelit Penelitian ian ...... .......... ....... ...... ....... ....... ....... ....... ...... ....... ........ ......... .......... .......... .......
4
....... ..... .... .... ..... ..... .... .... ..... ..... .... .... ..... ..... .... ..... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ..... .. BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....
6
2.1 Peng Pengert ertian ian Kri Krimin minolo ologi gi ..... ......... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...
6
2.2 Manfaa Manfaatt dan Tempat Tempat Krimi Kriminol nologi ogi ....... .......... ...... ....... ....... ...... ........ .......... .......... .......... .......... ......... ....
9
2.3 Seba Sebab b Timbul Timbulnya nya Kejah Kejahata atan n ...... .......... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ....... ......... .......... ......... ....
12
2.4 Penger Pengerti tian an Kejahat Kejahatan an ........ ........... ...... ....... ....... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ....... ......... .......... .......... .......... .....
17
2.5 Pengerti Pengertian an Anak Anak ...... .......... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ....... ......... .......
18
2.6 DasarDasar-das dasar ar Hukum Hukum Perli Perlindun ndungan gan Anak Anak ....... .......... ...... ........ .......... .......... .......... .......... ......... ....
22
BAB III METODE PENELITIAN .... ....... ..... .... .... ..... ..... .... .... ..... ..... .... .... ..... ..... .... .... ..... ..... .... ..... ...... ...... ...... ...... .....
24
ii
3.1 Lokasi Lokasi Peneliti Penelitian an ...... .......... ....... ...... ....... ....... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ....... ....... ...... ....... ......... .....
24
3.2 Tipe Penelit Penelitian ian ........ ........... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ........ .......... .......... .......... .......
24
3.3 Popula Populasi si dan Sampe Sampell ........ ........... ...... ....... ....... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ........ .......... ......... ......
24
3.4 Jenis Jenis dan dan Sumber Sumber Data Data ....... ........... ....... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ....... ....... ...... ........ ......... ....
25
3.5 Tekhni Tekhnik k Pengumpu Pengumpulan lan Data Data ...... .......... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ....... ....... ...... ....... ......... .....
25
3.6 Ana Anali lisis sis Data ... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ......... ......... ...... ..
26
....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ........ ........ ... DAFTAR PUSTAKA ...
27
ii
Metode Penelitian Administrasi
TINJAUAN KRIMINOLOGIS KEKERASAN TERHADAP ANAK DI KABUPATEN KONAWE
Oleh : ANDI DARMAWAN 205 101 006
JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA
ii
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS LAKIDENDE KONAWE 2008
ii