Contoh Penulisan Proposal KTI
PROPOSAL PENELITIAN
EVALUASI CAKUPAN IMUNISASI HEPATITIS B PADA BAYI USIA 12 – 24 BULAN DI KABUPATEN ASAHAN PROPINSI SUMATERA UTARA
Oleh : NAMA MAHASISWA NIM
NIM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit hepatitis B merupakan penyakit endemik disebabkan oleh virus hepatitis B. Secara epidemiologi penyakit ini tersebar di seluruh dunia, angka kejadian paling tinggi tercatat di Negara Afrika dan Asia, khususnya di daerah Afrika Sahara dan Asia Tenggara. Di Taiwan, satu di antara 7 orang dilaporkan mengidap virus hepatitis B. Di Indonesia, kejadiannya satu diantara 12 – 14 orang (Markum, 1997). Hepatitis B ini hampir 100 kali lebih infeksius dibandingkan dengan virus HIV (Akbar, 2006). Infeksi hepatitis B dapat berupa keadaan yang akut dengan gejala yang berlangsung kurang dari 6 bulan. Apabila penyakit berlangsung lebih dari 6 bulan, maka disebut hepatitis kronik. Anak-anak yang terinfeksi pada waktu lahir atau pada usia antara 1 dan 5 tahun maka akan terjadi penyakit hati yang kronik. Infeksi yang berjalan kronis mempunyai kemungkinan untuk menjadi kanker hati dan sirrosis hati. Mereka yang menderita infeksi kronis ini merupakan sumber untuk penularan penyakit hepatitis B. Penyakit kanker hati dan sirrosis hati sampai sekarang belum ada obatnya, biasanya penderita meninggal setelah beberapa bulan atau beberapa tahun (Markum, 1997; Prijanto, 2002). Oleh karena itu pencegahan merupakan kunci utama untuk mengurangi sumber penularan serta penurunan angka mortalitas dan morbiditas akibat penyakit hepatitis B. Pencegahan ini dapat dilakukan sedini mungkin pada bayi dan balita melalui pemberian imunisasi hepatitis B. Pemerintah Indonesia melalui Program Pengembangan Imunisasinya (PPI) sejalan dengan komitmen internasional Universal Child Immunization (UCI), telah menargetkan “Universal Child Immunization 80-8080” sebagai target cakupan imunisasi untuk BCG, DPT, polio, campak, dan hepatitis B, harus mencapai cakupan 80% baik di tingkat nasional, propinsi, kabupaten bahkan di setiap desa (Akbar, 2006) Saat ini data infeksi hepatitis B masih tinggi yaitu angka kejadiannya 4% 30% pada orang normal, sedangkan pada penyakit hati menahun angka kejadiannya 20% - 40% (Markum, 1997). Pada ibu hamil prevelensinya sebesar 4% dan penularan dari ibu hamil yang mengidap hepatitis ke bayinya sebesar 45.9% (Prijanto, 2002). Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit hepatitis B sejak
dini, maka WHO telah merekomendasi program imunisasi hepatitis B untuk semua bayi
(Universal
Chilhood
Immunization
Against
Hepatitis
B).
Sebagai
implemetasinya, pemerintah Indonesia memasukkan program imunisasi hepatitis B ke dalam program imunisasi rutin secara nasional sejak tahun 1997. Hingga saat ini program imunisasi hepatitis B masih terus berjalan walaupun banyak kendala yang dihadapi, misalnya belum tercapainya target cakupan imunisasi dan indek pemakaian vaksin yang rendah. Bila program imunisasi ini berhasil, diharapkan pada tahun 2015 (satu generasi kemudian) hepatitis B bisa diberantas dan bukan merupakan persoalan kesehatan masyarakat lagi (Ranuh, 2001).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka diperlukan suatu penelitian evaluatif terhadap pelaksaaan imunisasi hepatitis B untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu bagaimanakah cakupan imunisasi hepatitis B pada bayi usia 12 – 24 bulan di Kabupaten Asahan Propinsi Sumtera Utara.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum Menilai cakupan imunisasi hepatitis B pada bayi usia 12 - 24 bulan di Kabupaten Asahan Propinsi Sumatera Utara tahun 2008.
Tujuan Khusus 1. Mengetahui faktor-faktor penghambat dalam memperoleh imunisasi hepatitis B pada balita. 2. Mengetahui penggunaan tempat-tempat sarana pelayanan kesehatan untuk memperoleh imunisasi hepatitis B 3. Menilai persentase pemberian imunisasi hepatitis B berdasarkan frekuensi pemberiannya. 4. Mengetahui
gambaran
pengetahuan
berhubungan dengan imunisasi hepatitis B
ibu
terhadap
masalah
yang
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai: 1. Memberikan informasi tambahan bagi pengambil keputusan/kebijakn kesehatan serta sebagai perbandingan terhadap laporan cakupan imunisasi secara admistratif. 2. Menyediakan informasi untuk langkah-langkah strategis bagi peningkatan cakupan imunisasi hepatitis B khususnya dan imunisasi dasar umumnya. 3. Memberikan
informasi
bagi
sarana
pelayanan
kesehatan
dalam
memberikan pelayanan imunisasi hepatitis B agar lebih meningkatkan cakupan imunisasinya.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi merupakan hal yang terpenting dalam usaha melindungi kesehatan anak. Imunisasi merupakan suatu cara yang efektif untuk memberikan kekebalan khusus terhadap seseorang yang sehat, dengan tujuan utama untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Ada dua jenis imunisasi, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Disebut imunisasi aktif bila tubuh anak akan membuat sendiri zat anti terhadap rangsangan antigen dari luar tubuhnya, misalnya dengan pemberian imunisasi polio atau campak pada anak, dimana dalam imunisasi ini rangsangannya adalah virus yang telah dilemahkan. Dengan adanya rangsangan ini, kadar zat anti dalam tubuh anak akan meningkat sehingga anak menjadi imun atau kebal. Sedangkan imunisasi pasif, dilakukan penyuntikan sejumlah zat anti sehingga kadarnya dalam darah akan meningkat. Zat anti yang disuntikan tadi biasanya telah dipersiapkan pembuatannya di luar tubuh anak, misalnya zat anti yang terdapat dalam serum kuda yang telah dimurnikan. Jadi pada imunisasi pasif, kadar zat anti yang meningkat dalam tubuh anak itu bukan sebagai hasil produksi tubuh anak sendiri,melainkan diperoleh secara pasif melalui suntikan atau pemberian dari luar tubuh. Pemberian imunisasi pada anak biasanya dilakukan dengan cara imunisasi aktif, karena imunisasi aktif akan memberikan kekebalan yang lebih lama (bertahan selama bertahun-tahun), sedangkan imunisasi pasif hanya bertahan untuk beberapa bulan.
2.2. Imunisasi Dasar
Sesuai dengan program pemerintah (Departemen Kesehatan) tentang Program Pengembangan Imunisasi (PPI), maka setiap anak Indonesia harus mendapatkan imunisasai dasar sebagai perlindungan terhadap 7 jenis penyakit utama, yaitu penyakit tuberkulosis dengan pemberian imunisasi BCG, penyakit difteria, tetanus dan pertusiss (batuk rejan) dengan imunisasi DPT, penyakit poliomeyelitis dengan imunisasi polio, penyakit campak dengan imunisasi campak dan penyakit hepatitis B
dengan imunisasi hepatitis B. Imunisasi terhadap penyakit lain seperti tifus, mump, cacar air, rubella hepatitis A, radang selaput otak dan influenza tidak diwajibkan tetapi dianjurkan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005) Saat ini imunisasi hepatitis B sudah diwajibkan di Indonesia terhadap bayi berumur sampai 1 tahun sehingga imunisasi dasar hepatitis B diberikan secara cumacuma di tempat imunisasi seperti Puskesmas atau Posyandu.
2.3. Vaksin Hepatitis B
Vaksinasi dimaksudkan untuk mendapat kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B. Penyakit ini dalam istilah sehari-hari lebih dikenal sebagai penyakit lever. Jenis vaksin ini baru dikembangkan setelah diteliti bahwa virus hepatitis B mempunyai kaitan erat dengan terjadinya penyakit lever tadi. Vaksin terbuat dari bagian virus hepatitis B yang dinamakan HbsAg, yang dapat menimbulkan kekebalan tapi tidak menimbulkan penyakit. HbsAg ini dapat diperoleh dari serum manusia atau dengan cara rekayasa genetika dengan bantuan sel ragi. Dengan tehnik rekayasa genetik ini maka vaksin telah dapat diproduksi dalam jumlah yang lebih banyak dan biaya pengolahan lebih rendah, dengan mutu vaksin yang baik. Dengan demikian maka harga vaksin yang semula mahal dapat ditekan sehingga terjangkau oleh sebagian besar masyarakat. Daya proteksi vaksin hepatitis B cukup tinggi yaitu antara 94 – 96% (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005)
2.4. Penyakit Hepatitis B dan Epidemiologinya
Hepatitis B merupakan penyakit endemik di hampir seluruh bagian dunia. Pada anak sering menimbulkan gejala yang minimal bahkan sering terjadi sub-klinik, namun sering menyebabkan hepatitis kronik, yang dalam kurun waktu 10 – 20 tahun dapat berkembang menjadi sirosis ataupun hepatoma (kanker hati); sedangkan pada orang dewasa lebih sering menjadi hepatitis akut. Hepatitis B juga dapat berkembang menjadi bentuk fulminan, dengan angka kematian yang tinggi. Penyakit hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B. Penyakit ini tersebar di seluruh dunia, tetapi angka kejadian paling tinggi tercatat di Negara Afrika dan Asia, khususnya di daerah Afrika Sahara dan Asia Tenggara. Di Taiwan, satu di antara 7 orang dilaporkan mengidap virus hepatitis B. Di Indonesia, kejadiannya satu diantara 12 – 14 orang. Selanjutnya dinyatakan bahwa 10% di antara pengidap virus tadi akan
menjadi karier menahun, yang setelah beberapa tahun kemudian dapat menunjukkan gejala kanker hati atau cirrosis hati. Cara penularan hepatitis B dapat melalui mulut, transfusi darah, dan jarum suntik yang tercemar. Pada bayi cara penularannya adalah dari ibu melalui plasenta (uri) semasa dalam kandungan atau pada saat kelahiran Kelainan utama pada penyakit ini disebabkan oleh kerusakan pada hati. Virus hepatiti B yang masuk dalam tubuh akan berkembang biak di dalam jaringan hati dan kemudian merusaknya. Gejala yang timbul dapat bervariasi dari tanpa gejala sampai kelainan hati yang berat atau penyakit yang berjalan menahun (kronis). Biasanya gejala penyakit hepatitis ialah kekuningan pada mata, rasa lemah, mual, muntah, tidak nafsu makan dan demam. Pada bayi infeksi hepatitis B sebagian besar (90%) akan berjalan kronis. Risiko untuk menjadi kronis ini akan menurun dengan bertambahnya umur, pada usia anak sekolah risiko ini ialah sebesar 23 – 46% dan pada orang dewasa 3 – 10%. Infeksi yang berjalan kronis mempunyai kemungkinan untuk menjadi kanker hati dan cirrosis hati. Mereka yang menderita infeksi kronis ini merupakan sumber untuk penularan penyakit hepatitis B. Terhadap penyakit kanker hati dan sirrosis hati sampai sekarang belum ada obatnya. Biasanya penderita meninggal setelah beberapa bulan atau beberapa tahun.
2.5. Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi aktif dilakukan dengan cara pemberian suntikan dasar sebanyak 3 kali dengan jarak waktu satu bulan antara suntikan pertama dan kedua, dan lima bulan antara suntikan kedua dan ketiga. Imunisasi ulang diberikan 5 tahun setelah imunisasi dasar.
1,3,4
Cara pemberian imunisasi dasar tersebut dapat berbeda-beda, tergantung
dari rekomendasi pabrik pembuat vaksin hepatitis B mana yang kita pergunakan. Misalnya imunisasi dasar vaksin hepatitis B buatan Pasteur, Perancis berbeda dengan jadwal vaksinasi vaksin buatan MSD, Amerika Serikat. Khusus bagi bayi yang lahir dari seorang ibu pengidap virus hepatitis B, harus dilakukan imunisasi pasif memakai immunoglobulin khusus anti hepatitis B dalam waktu 24 jam setelah kelahiran. Berikutnya bayi tersebut harus pula mendapat imunisasi aktif 24 jam setelah lahir, dengan penyuntikan vaksin hepatitis B dengan cara pemberian yang sama seperti biasa.
Risiko penularan hepatitis B dari ibu ke bayinya sangat tinggi, oleh karena itu ibu hamil sebaiknya melakukan pemeriksaan darah untuk mendeteksi apakah ia mengidap virus hepatitis B, sehingga dapat dipersiapkan tindakan yang diperlukan menjelang kelahiran bayi. Adapun jadwal imunisasi dasar yang merupakan imunisasi wajib yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia adalah sebagai berikut (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1996).
Tabel 2. Jadwal Pemberian Imunisasi Wajib Pada Bayi
Vaksin
BCG
Pemberian
1x
DPT Polio
3x 4x
(OPV) Campak Hepatitis B
1x 3x
Interval
4 minggu 4 minggu 1 dan 6 bulan dari
Umur
Keterangan
0-11 bulan
Minimal,
tidak
ada
2-11 bulan 0-11 bulan
batasan minimal Lengkapi sebelum umur
9-11 bulan 0-11 bulan
1 tahun -
suntikan
pertama
2.6. Reaksi imunisasi
Reaksi imunisasi yang terjadi biasanya berupa nyeri pada tempat suntikan, yang mungkin disertai dengan timbulnya rasa panas atau pembengkakan. Reaksi ini akan menghilang dalam waktu 2 hari. Reaksi lain yang mungkin terjadi ialah demam ringan.
2.7. Efek samping
Selama pemakaian 10 tahun ini tidak dilaporkan adanya efek samping yang berarti. Berbagai suara di masyarakat tentang kemungkinan terjangkit oleh penyakit AIDS akibat pemberian vaksin hepatitis yang berasal dari plasma, merupakan berita yang terlalu dibesar-besarkan. Dan melalui suatu penelitian yang lebih luas WHO tetap menganjurkan pelaksanaan hepatitis B.
2.8. Indikasi kontra
Imunisasi tidak dapat diberikan kepada anak yang menderita sakit berat. Vaksinasi hepatitis B dapat diberikan kepada ibu hamil dengan aman dan tidak membahayakan janin. Bahkan akan memberikan perlindungan kepada janin selama dalam kandungan ibu maupun kepada bayi selama beberapa bulan setelah lahir.
2.9. Program Imunisasi di Sumatera Utara: Kelemahan dan Tantangan
Cakupan imunisasi di Sumatera Utara secara umum cukup tinggi, tetapi tidak merata setiap kabupaten, ada di antaranya dibawah 80 persen. Hal ini memungkinkan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit misalnya campak, polio, tetanus dan sebagainya. Sehingga peningkatan cakupan imunisasi yang tinggi harus terus diupayakan dan diharapkan dalam waktu 2 tahun ke depan, cakupan bisa mencapai minimal 80,5 persen di Sumatera Utara. Kelemahan-kelemahan pada program imunisasi Sumatera Utara, diantaranya, kelemahan pertama pada tenaga kesehatan yakni distribusi tenaga tidak merata, petugas lapangan dan praktek swasta belum semuanya mendapat pelatihan safety injection dan RR, tingginya mutasi di kabupaten/kota dan Puskesmas terhadap tenaga yang sudah dilatih, motivasi petugas masih rendah dan ketrampilan pengoperasian komputer masih kurang khususnya di tingkat kabupaten/kota. Kelemahan kedua yakni vaksin. Perubahan birokrasi pengadaan vaksin di Depkes terjadi keterlambatan distribusi vaksin (awal tahun 2007), terjadi kekosongan vaksin di provinsi dan kabupaten/kota tahun 2005 dan 2006 (BCG, DPT, Hepatitis B dan TT). Perubahan vaksin DPT & HB, pemakaian vaksin kurang optimal khususnya di daerah dengan geografi luas dan sulit dijangkau, seringnya terjadi pemadaman listrik telah menurunkan kualitas vaksin. Kelemahan ketiga pada logistik. Lebih dari setengah penyimpanan vaksin di Puskesmas sudah berumur kurang dari 10 tahun, keterbatasan suku cadang Refrigerator, sistem bundling belum terlaksana (dari provinsi ke lapangan), distribusi logistik yang tergantung biaya operasional, ADS (Auto Disable Syringe) dan safety box masih tergantung pengadaan pusat dan bantuan, form RR tidak dimanfaatkan secara efisien, manejemen logistik masih kurang. Kelemahan keempat yakni tempat pelayanan masih terjadi miss opportunities terutama di Rumah Sakit dan praktek swasta yakni HB Birth dose (0-7 hari),
kurangnya kerjasama dengan rumah sakit dan praktek swasta pada logistik, tata laksana vaksin dan sistem RR. Sedangkan biaya operasional masih minimnya dukungan Pemda untuk biaya operasional (transportasi ke lapangan, supervisi, pengambilan/distribusi vaksin dan logistik), anggaran tidak tepat waktu, tidak tersedia biaya operasional transpor terutama untuk daerah sulit dan terpencil. Kelemahan kelima pada sistem dan kemitraan yakni ketidakakuratan sistem RR di semua level, monev dan feed back kegiatan tidak rutin, kurang perhatian kepala puskesmas terhadap program imunisasi, masih kecilnya dukungan dari eksekutif dan legislatif untuk program imunisasi, kurangnya promosi program. Sedangkan yang menjadi tantangan antara lain meningkatkan motivasi petugas pengelola di kabupaten/kota dan petugas lapangan, penguatan supervisi support beserta tindak lanjutnya, pelembagaan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) di puskesmas, pertemuan koordinasi kecamatan, advokasi stakeholder, meningkatkan KIE dan training petugas, meningkatkan kerjasama dengan RS dan praktek swasta, penanganan khusus untuk daerah sulit dan terpencil, pemanfaatan for RR oleh petugas pengelola dan petugas lapangan, peremajaan refrigerator di Puskesmas, transport kenderaan beserta biaya operasional untuk petugas ke lapangan (Sulani, 2007)
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASONAL
3.1 Kerangka Konsep
Pada penelitian ini kerangka konsep tentang cakupan imunisasi Hepatitis B pada balita 12 – 24 bulan ini akan diuraikan berdasarkan variabel-variabel karakteristik demografi, pengetahuan dan sarana pelayanan kesehatan.
- Karekteristik demografi ibu dan balita Cakupan Imunisasi Hepatitis B
- Pengetahuan ibu - Sarana Pelayanan Kesehatan
Gambar 3. Kerangka konsep cakupan imunisasi Hepatitis B
3.2 Variabel dan Definisi Operasional
Variabel-variabel yang akan diteliti mencakup karakteristik demografi, pengetahuan dan sarana pelayanan kesehatan serta cakupan imunisasi Hepatitis B. Karakteristik demografi ibu mencakup umur, pendidikan, pekerjaan, dan jumlah anak sedangkan karakteristik balita meliputi, jenis kelamin, tempat lahir dan penolong persalinan. Pengetahuan ibu yaitu mencakup sejauhmana pengetahuan ibu tentang imunisasi hepatitis B dan penyakitnya. Sarana pelayanan kesehatan yaitu mencakup pelaksanaan imunisasi Hepatitis B oleh unit-unit pelayanan imunisasi pemerintah seperti Rumah Sakit Umum, Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Posyandu maupun oleh unit-unit pelayanan imunisasi non pemerintah. Cakupan imunisasi adalah bila seorang bayi usia 12 bulan sudah mendapat imunisasi tiga dosis hepatitis B.
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penilitian ini adalah penelitian evaluatif yang akan menilai program pemberian imunisasi hepatitis B pada balita. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah cross sectional study , dimana akan dilakukan pengumpulan data berdasarkan survey terhadap rumah tangga.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Kabupaten Asahan Propinsi Sumatera Utara. Waktu penelitian direncanakan pada bulan Agustus – November 2008.
4.3. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah seluruh balita usia 12 – 24 bulan yang berada di wilayah penelitian. Penentuan usia 12 -24 bulan ini berdasarkan pertimbangan bahwa pada rentang usia tersebut diperkirakan seorang anak balita sudah seharusnya mendapat imunisasi hepatitis B yang lengkap dan periode waktu tersebut bagi ibu dari balita yang terpilih dianggap cukup baik untuk mengingat kembali imunisasi hepatitis B anaknya. Perkiraan besar sample yang minimal pada penelitian ini diambil berdasarkan rumus dibawah ini, dimana tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95% dan tingkat ketepatan relatif 10% (Sastroasmoro dan Ismael, 2002). Maka diperoleh 97 sampel. Jumlah sampel ini dibulatkan menjadi 100 sampel:
n = Z α 2pq d2
dimana: p = 0.5 d = 0.1
q = 0.5 Z α = 1.96
Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan tehnik cluster sampling, dimana unit adminstratif terkecil adalah desa/kelurahan. Pada tahap awal akan dipilih 10 cluster desa/kelurahan dari Kabupaten Asahan. Survei akan mengambil data dari 10 subjek dari tiap cluster, sehingga ukuran sample menjadi 100 subjek.
4.4. Tehnik Pengumpulan Data
Responden pada penelitian evaluatif ini adalah ibu yang anaknya terpilih sebagai sample pada survey ini. Ibu tersebut akan diwawancari oleh seorang pewawancara dengan menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan status imunisasi hepatitis B anak mereka. Data kegiatan imunisasi anak yang ada pada Kartu Menuju Sehat (KMS) ataupun buku Kesehatan Ibu Anak (KIA) dan catatan yang sejenisnya yang dimiliki ibu juga akan dicatat sebagai verifikasi atas wawancara yang dilakukan pada ibu. Instrumen (kuesioner) untuk survei yang digunakan merupakan modifikasi kuesioner dari panduan rujukan survey cluster cakupan imunisasi WHO dan cakupan pengetahuan praktis untuk kesehatan ibu dan anak.
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Data dari setiap pewawancara akan diperiksa silang (cross-checked ) oleh supervisor dilapangan. Setiap ketidakkonsistenan atau ketidaklengkapan informasi akan diperbaiki sebelum meninggalkan lokasi penelitian. Kuesioner yang lengkap akan dibersihkan dan dimasukkan ke dalam komputer oleh programmer. Pada proses pemasukan data akan dilakukan pengecekan ganda oleh tenaga entry data dan analisis cakupan imunisasi dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan SPSS for
windows 11.5.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar N, 2006. Hepatitis B, Dexa Media Jurnal Kedokteran dan Farmasi , Vol. 19. Anwar C, 2001. Cost Effectiveness Analysis Pelaksanaan Imunisasi Hepatitis B dengan Penggunaan Alat Suntik Uniject dan Alat Suntik Sekali Pakai (Disposable) di Kabupaten Bantul Tahun 2000 . Badan Litbang Kesehatan. http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk-gdl-res-2001-anwar2c-2150uniject&q=imunisasi.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1996. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Imunisasi Hepatitis B, edisi II, Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Dep Kes RI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005. Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi, Jakarta. Herawati MH, 1999. Program Pengembangan Imunisasi dan Produk Vaksin Hepatitis B di Indonesia. Cermin Dunia Kedokteran No. 124. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/11ProgramPengembanganImunisasidanProduk Vaksin124.pdf/11ProgramPengembanganImunisasidanProdukVaksin124.html.
Markum AH, 1997. Imunisasi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Edisi Kedua. Prijanto M dkk, 2002. Evaluasi Imunoserologi Pada Pasca Imunisasi Hepatitis B Lengkap. Buletin Penelitian Kesehatan. Departemen Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Vol.30 No. 3; Ranuh IGN, Soeyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita S, 2001. Buku Imunisasi di Indonesia. Satgas Imunisasi-Ikatan Dokter Anak Indonesia. Edisi Pertama. Sastroasmoro S dan Ismael S, 2002. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis . CV Sagung Seto, Jakarta, Edisi kedua. Suara Merdeka CyberNews, 2006. Cakupan Imunisasi Hepatitis B Perlu Diperluas.16Agustus2006.http://www.suaramerdeka.com/cybernews/harian/0608/ 16/nas38.htm
Sulani F, Provinsi
2007. Kelemahan Dan Tantangan Program Imunisasi Sumatera Utara. Waspada online 25 September 2007.
http://www.waspada.co.id/Ragam/Kesehatan/Kelemahan-Dan-Tantangan-ProgramImunisasi-Provinsi-Sumatera-Utara.html
World Health Organization, 2001. Introduction of hepatitis B vaccine into childhood immunization services: Management guidelines, including information for health workers and parents. Department Of Vaccines and Biologicals, Geneva. Kuesioner Penelitian EVALUASI CAKUPAN IMUNISASI HEPATITIS B PADA BALITA USIA
12 – 24 BULAN DI KABUPATEN ASAHAN PROPINSI SUMATERA UTARA
Karekteristik responden:
Nama : (ibu yang mempunyai balita usia 12 – 24 bulan) Umur : tahun Alamat : Pendidikan : Pekerjaan : Agama : Suku : Jumlah anak : Dimana melahirkan : (balita yang menjadi sampel) Siapa menolong persalinannya: Pendapatan keluarga per bulan: Balita yang menjadi sampel Nama : Jenis kelamin : Umur : bulan Berat badan : kg
Riwayat Imunisasi Hepatitis B: Imunisasi hepatitis B dan tempat pelayanannya HepB1 Ada tanggal pada kartu Di kartu tanda ( √) Ibu menjawab imunisasi diberikan Imunisasi tidak diberikan Tidak tahu Tempat pelayanan Posyandu RS pemerintah RS swasta Puskesmas Klinik swasta LSM Lainnya, sebutkan
HepB2 Ada tanggal pada kartu Di kartu tanda ( √)
ya
tidak
ket
Ibu menjawab imunisasi diberikan Imunisasi tidak diberikan Tidak tahu Tempat pelayanan Posyandu RS pemerintah RS swasta Puskesmas Klinik swasta LSM Lainnya, sebutkan HepB3 Ada tanggal pada kartu Di kartu tanda ( √) Ibu menjawab imunisasi diberikan Imunisasi tidak diberikan Tidak tahu Tempat pelayanan Posyandu RS pemerintah RS swasta Puskesmas Klinik swasta LSM Lainnya, sebutkan
Status Imunisasi hepatitis B lengkap?
Bila imunisasi hepatitis B tidak lengkap, alasan kegagalan imunisasi: Alasan-alasan
ya
tidak
ket
Tidak diimunisasi Status imunisasi
Diimunisasi sebagian Kurang menyadari kebutuhan untuk imunisasi Kurang menyadari kebutuhan untuk kembali diimunisasi pada dosis kedua dan ketiga
Kurang informasi
Tidak tahu tempat dan/atau waktu imunisasi Takut efek samping Anggapan salah tentang kontraindikasi Lainnya……………………………………….. menunda di lain waktu Tidak percaya imunisasi
Kurang motivasi
Desas-desus tentang imunisasi Lainnya……………………………………………….. Tempat imunisasi terlalu jauh Waktu imunisasi tidak sesuai Petugas vaksin tidak hadir Vaksin tidak tersedia Ibu sangat sibuk
Hambatan
Masalah keluarga, termasuk kesakitan pada ibu Anak sakit-tidak dibawa Anak sakit-anak dibawa tapi tidak diimunisasi Waktu tunggu lama Alasan biaya pelayanan imunisasi Lainnya, Sebutkan…………………………………………….
Pengetahuan ibu tentang imunisasi hepatitis B dan penyakitnya:
No
Pernyataan
ya
tidak
tidak
tahu
1. 2.
Imunisasi hepatitis B dapat mencegah penyakit hepatitis Imunisasi hepatitis B sebaiknya diberikan sedini mungkin pada bayi
3.
pada hari-hari pertama kelahirannya Imunisasi hepatitis B sebaiknya diberikan sebanyak tiga kali dengan
4.
interval waktu satu bulan dan enam bulan setelah pemberian pertama Imunisasi ulang hepatitis B dapat diberikan 5 tahun kemudian setelah
5 6.
imunisasi dasar hepatitis B Imunisasi hepatitis B umumnya tidak mempunyai efek samping Penyakit hepatitis B dapat menular dari ibu hamil yang menderita
7.
hepatitis ke bayi yang dikandungnya Penyakit hepatitis B dapat menular dari ibu yang menderita hepatitis
8
ke bayinya sewaktu proses persalinan. Penyakit hepatitis B dapat menular jarum suntik yang telah tercemar
9 10
darah penderita hepatitis Penyakit hepatitis dapat menular melalui transfusi darah Penyakit hepatitis yang konis dapat berkembang menjadi kanker hati