BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat adalah suatu zat za t yang digunakan untuk diagnosa, mencegah mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka ata u kelainan badaniah atau rokhaniah pada manusia atau pada hewan, memperelok badan atau bagian badan manusia.Meskipun obat dapat menyembuhkan, tetap saja memiliki banyak efek samping apabila penggunaannya tidak sesuai aturan. Banyak kasus yang terjadi bahwa seseorang telah menderita akibat keracuna nobat. Sehingga dapat dikatakan bahwa obat dapat bersifat sebagai racun. Obat itu akan bersifat sebagai obat apabila digunakan secara tepat dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi bila penggunaan obat tersebut salah dalam proses pengobatannya, misalnya dosis yang diberikan lebih dari ketenuan maka akan menimbulkan keracunan. amun bila dosisnya lebih kecil kita tidak memperoleh penyembuhan. Oleh karena itu, penggunaan penggunaan obat harus tepat sesuai dengan dosis atau ketentuan penggunaan obat yang baik !"nief,#$$%&. 'i (ndonesia cukup banyak laporan tentang kasus hepatotoksisitas, walaupun jumlah kematian akibat toksisitas ini tidak begitu tinggi. Salah satu penyebab dari toksisitas ini adalah pemakaian dalam jangka waktu yang lama atau o)erdosis dari suatu obat seperti *arasetamol. 'ilaporkan juga bahwa pemakaian parasetamol dengan dosis yang tinggi ata atau u peng enggunaan aan dalam alam jan jangka wak waktu yang ang lam lama dap dapat menyebabkan gangguan fungsi hati berupa nekrosis dan dapat juga terjadi nekrosis pada tubulus ginjal. Melalui berbagai kasus keracunan yang terjadi akibat penggunaan obat *arasetamol, maka di dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai toksisitas *arasetamol. 1.2. Rumusan Masalah Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah+ a.
Bagaimana rute paparan toksisitas *arasetamol b. "pa saja antidotum yang tepat bagi pasien dengan keracunan *arasetamol c. Bagaimana mekanisme antidotum tersebut d. Bagaimana cara pemberian dosis paracetamol pada pasien e. Bagaimana penatalaksanaan bagi pasien geriatric dengan toksisitas *aracetamol
1.3. Tujuan Tujuan Tujuan pembuatan makalah ini adalah: a.
Mengetahui rute paparan dalam tubuh dari peristiwa keracunan Parasetamol. b.
Mengetahui antidotum yang tepat bagi pasien dengan keracunan Parasetamol. Parasetamol. c.
Mengetahui mekanisme antidotum bagi pasien dengan keracunan Parasetamol. Parasetamol. d.
Mengetahui penatalaksanaan bagi pasien yang keracunan Parasetamol, terutama pada pasien geriatri.
BB !! T!"#$" P$%T& '.1. Parasetamol Parasetamol (asetamino)en* merupakan obat analgetik non narkotik dengan cara kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di %istem %yara) Pusat (%%P*. Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk sediaan tunggal sebagai analgetik+antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain dalam sediaan obat u, melalui resep dokter atau yang dijual bebas. (-usiana arsono, '//'* Parasetamol adalah para amino)enol yang merupakan metabolit )enasetin dan telah digunakan sejak tahun 103 (2ilmana, 1*. Parasetamol (asetamino)en* mempunyai daya kerja analgetik, antipiretik, tidak mempunyai daya kerja anti radang dan tidak menyebabkan iritasi serta peradangan lambung (%artono,13*. 4al ini disebabkan Parasetamol bekerja pada tempat yang tidak terdapat peroksid sedangkan pada tempat inamasi terdapat lekosit yang melepaskan peroksid sehingga e)ek anti inamasinya tidak bermakna. Parasetamol berguna untuk nyeri ringan sampai sedang, seperti nyeri kepala, mialgia, nyeri paska melahirkan dan keadaan lain (&at5ung, '/11* Parasetamol, mempunyai daya kerja analgetik dan antipiretik sama dengan asetosal, meskipun secara kimia tidak berkaitan. Tidak seperti setosal, Parasetamol tidak mempunyai daya kerja antiradang, dan tidak menimbulkan iritasi dan pendarahan lambung. %ebagai obat antipiretika, dapat digunakan baik setosal, %alsilamid maupun Parasetamol. iantara ketiga obat tersebut, Parasetamol mempunyai e)ek samping yang paling ringan dan aman untuk anak+ anak. $ntuk anak+anak di bawah umur dua tahun sebaiknya digunakan Parasetamol, kecuali ada pertimbangan khusus lainnya dari dokter. dokter. ari penelitian pada anak+anak dapat diketahui bahawa kombinasi setosal dengan Parasetamol bekerja lebih e)ekti) terhadap demam daripada jika diberikan sendiri+sendiri. (%artono 16*.
'.'. %i)at 7isika &imia Parasetamol 8ambar '.1. %truktur &imia Parasetamol %inonim : 9+4idroksiasetanilida BeratMolekul : 11.16 umus ;mpiris : <04"='. Pemerian : %erbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit. &elarutan : -arut dalam air mendidih dan dalam "a=4 1"> mudah larut dalam etanol. #arak lebur : ntara 160 ? dan 1@' ? . '.3. 7armakodinamik dan 7armakokinetik Parasetamol '.3.1
7armakodinamik
;)ek analgesik Parasetamol dan 7enasetin serupa dengan %alisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. &eduanya menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan e)ek sentral seperti salisilat. ;)ek anti+inamasinya sangat lemah, ol eh karena itu Parasetamol dan 7enasetin tidak digunakan sebagai antireumatik. Parasetamol merupakan penghambat biosintesis prostaglandin (P8* yang lemah. ;)ek iritasi, erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat pada kedua obat ini, demikian juga gangguan pernapasan dan keseimbangan asam basa. (7armakologi $!* '.3.'. 7armakokinetik Parasetamol diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. &onsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu A jam tersebar ke seluruh cairan tubuh. alam plasma, ' parasetamol terikat oleh protein plasma. =bat ini dimetabolisme oleh en5im mikrosom hati. %ebagian asetamino)en (0/* dikonjugasi dengan asam glukuronat dan sebagian kecil laiinya dengan asam sul)at. %elain itu obat ini juga dapat mengalami hidroksilasi. Metabolit hasil hidroksilasi ini dapat menimbulkan methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit. =bat ini
dieksresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagian parasetamol (3* dan sebagian besar dalam bentuk konjugasinya. '.9. osis Parasetamol Paracetamol Tablet
ewasa dan anak di atas 1' tahun : 1 tablet, 3 C 9 kali sehari.
nak+anak 6 C 1' tahun : A
C 1, tablet 3 C 9 kali sehari. Paracetamol %irup 1' mgD ml
nak usia / C 1 tahun : A sendok takar ( m-*, 3 C 9 kali sehari.
nak usia 1 C ' tahun : 1 sendok takar ( m-*, 3 C 9 kali sehari.
nak usia ' C 6 tahun : 1 C ' sendok takar ( m-*, 3 C 9 kali sehari.
nak usia 6 C tahun : '
C 3 sendok takar ( m-*, 3 C 9 kali sehari.
nak usia C 1' tahun : 3 C 9 sendok takar ( m-*, 3 C 9 kali sehari. '.. &omposisi
Paracetamol Tablet
%etiap tablet mengandung Parasetamol // mg.
Paracetamol %irup 1' mgD ml
%etiap ml (1 sendok takar* mengandung Parasetamol 1' mg.
Paracetamol %irup 16/ mgD ml
%etiap ml (1 sendok takar* mengandung Parasetamol 16/ mg.
Paracetamol %irup 7orte '/ mgD ml
%etiap ml (1 sendok takar* mengandung Parasetamol '/ mg. '.6. !ndikasi Parasetamol merupakan pilihan lini pertama bagi penanganan de mam dan nyeri sebagai antipiretik dan analgetik. Parasetamol digunakan bagi nyeri yang ringan sampai sedang.(
'.0. ;)ek %amping eaksi alergi terhadap deriFate para+amino)enol jarang terjadi. Mani)estasinya berupa eritem atau urtikaria dan gejala yang lebih berat berupa demam dan lesi pada mukosa. 7enasetin dapat menyebabkan anemia hemolitik, terutama pada pemakaian kronik. nemia hemolitik dapat terjadi berdasarkan mekanisme autoimmune, deGsiensi en5im 86P dan adanya metabolit yang abnormal. Methemoglobinemia dan %ul)hemoglobinemia jarng menimbulkan masalah pada dosis terapi, karena hanya kira+kira 1+3 4b diubah menjadi met+4b. Methemoglobinemia baru merupakan masalah pada takar lajak. !nsidens ne)ropati analgesik berbanding lurus dengan penggunaan 7enasetin. Tetapi karena 7enasetin jarang digunakan sebagai obat tunggal, hubungan sebab akibat sukar disimpulkan. ;ksperimen pada hewan coba menunjukkan bahwa gangguan ginjal lebih mudah terjadi akibat setosal daripada 7enasetin. Penggunaan semua jenis analgesik dosis besar secara menahun terutama dalam kombinasi dapat menyebabkan ne)ropati analgetik. '.. Mekanisme =bat Parasetamol Mekanisme kerja parasetamol menghambat produksi prostaglandin (senyawa penyebab inamasi*. Telah dibuktikan bahwa parasetamol mampu mengurangi bentuk teroksidasi en5im siklooksigenase (<=H*, dengan cara menghambat suatu en5im yang namanya <=H+3 (siklooksigenase* yang ada di otak. Berbeda dengan obat+obat analgesik yang lain seperti aspirin, ibupro)en, metampiron atau golongan
"%! mereka menghambat <=H+1 dan <=H+' yang ada di sistem syara) peri)er (tepi*. Penghambatan tersebut untuk membentuk senyawa penyebab inamasi. Paracetamol juga bekerja pada pusat pengaturan suhu pada otak. Tetapi mekanisme secara spesiGk belum diketahui. Ternyata di dalam tubuh e)ek analgetik dari parasetamol diperantarai oleh aktiFitas tak langsung reseptor canabinoid
arakidonat menjadi prostaglandin 4', suatu molekul yang tidak stabil, yang dapat berubah menjadi berbagai senyawa pro+inamasi. Mekanisme kerja lain parasetamol ialah bahwa parasetamol menghambat en5im siklooksigenase seperti halnya aspirin mengurangi produksi prostaglandin, yang berperan dalam proses nyeri dan demam sehingga meningkatkan ambang nyeri, namun hal tersebut terjadi pada kondisi inamasi, dimana terdapat konsentrasi peroksida yang tinggi. Pada kondisi ini oksidasi parasetamol juga tinggi, sehingga menghambat aksi anti inamasi. 4al ini menyebabkan parasetamol tidak memiliki khasiat langsung pada tempat inamasi, namun malah bekerja di sistem syara) pusat untuk menurunkan temperatur tubuh, dimana kondisinya tidak oksidati). '..1.
Mekanisme reaksi Paracetamol bekerja dengan mengurangi produksi prostaglandins dengan mengganggu en5im cyclooksigenase (<=H*. Parasetamol menghambat kerja <=H pada sistem syara) pusat yang tidak e)ekti) dan sel edothelial dan bukan pada sel kekebalan dengan peroksida tinggi. &emampuan menghambat kerja en5im <=H yang dihasilkan otak inilah yang membuat paracetamol dapat mengurangi rasa sakit kepala dan dapat menurunkan
demam tanpa menyebabkan e)ek samping,tidak seperti analgesik+analgesik lainnya '.1/.
!nteraksi =bat Parasetamol pada dosis tinggi dapat memperkuat e)ek antikoagulansia. Masa paruh kloramphenikol dapat sangat diperpanjang. '.11.
Peringatan dan perhatian
Bila setelah ' hari demam tidak menurun atau setelah hari nyeri tidak menghilang, segera hubungi $nit Pelayanan &esehatan.
8unakan Parasetamol berdasarkan dosis yang dianjurkan oleh dokter. Penggunaan paracetamol melebihi dosis yang dianjurkan dapat menyebabkan e)ek samping yang serius dan oFerdosis.
4ati+hati penggunaan parasetamol pada penderita penyakit hatiDliFer, penyakit ginjal dan alkoholisme. Penggunaan parasetamol pada penderita yang mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko kerusakan )ungsi hati.
4ati+hati penggunaan parasetamol pada penderita 86P deGciency.
4ati+hati penggunaan parasetamol pada wanita hamil dan ibu menyusui. Parasetamol bisa diberikan bila man)aatnya lebih besar dari pada risiko janin atau bayi. Parasetamol dapat dikeluarkan melalui %! namun e)ek pada bayi belum diketahui pasti.
BB !!! P;MB4%" 3.1. &asus &eracunan Parasetamol Meninggal 8ara+gara =Ferdosis Parasetamol Merry 2ahyuningsih + detik4ealth %enin, 1D/3D'/1' 1':/1 2!B %hrewsbury, !nggris, Parasetamol dikenal sebagai obat penurun demam dan pereda nyeri seperti sakit kepala, sakit gigi, sakit waktu haid dan sakit pada otot. "amun penggunaannya harus memperhatikan dosis yang diresepkan. Bila tidak, nyawa bisa melayang seperti yang di alami
Mirror.co.uk, %enin (1D3D'/1'*. Penyelidikan menemukan bahwa kurangnya kesadaran tentang pedoman mengenai obat yang paling banyak digunakan di antara dokter senior dan apoteker di oyal %hrewsbury 4ospital. 3. 1
Mekanisme Toksisitas 3.1.1.
ute Paparan Parasetamol umumnya dikonFersi oleh en5im sitokrom P9/ di hati menjadi metabolit reakti)nya, yang disebut "+acetyl+p+ben5oJuinoneimine ("PK!* .
Proses ini disebut aktiFasi metabolik , dan "PK! berperan sebagai radikal bebas yang memiliki lama hidup yang sangat singkat. Meskipun metabolisme parasetamol melalui ginjal tidak begitu berperan, jalur aktiFasi metabolik ini terdapat pada ginjal dan penting secara toksikologi. alam keadaan normal, "PK! akan didetoksikasi secara cepat oleh en5im glutation dari hati. 8lutation mengandung gugus sul)hidril yang akan mengikat secara koFalen radikal bebas "PK!, menghasilkan konjugat sistein. %ebagiannya lagi akan diasetilasi menjadi konjugat asam merkapturat , yang kemudian keduanya dapat diekskresikan melalui urin. Pada dosis terapi, "+asetil+p+ben5oJuinoneimine ("PK!* bersi)at hepatotoksik, dimana pada dosis berlebih (oFer dosis* produksi metabolit hepatotoksik meningkat melebihi kemampuan glutation untuk mendetoksiGkasi, sehingga metabolit tersebut bereaksi dengan sel+sel hepar dan timbulah nekrosis sentro+lobuler. =leh karena itu pada penanggulangan keracunan Parasetamol terapi ditujukan untuk menstimulasi sintesa glutation. 3.1.'. osis Toksik
Parasetamol dosis 19/ mgDkg pada anak+anak dan 6 gram pada orang dewasa berpotensi hepatotoksik. osis 9g pada anak+anak dan 1g pada dewasa dapat menyebabkan hepatotoksitas berat sehingga terjadi nekrosis sentrolobuler hati. %ebagaimana juga obat+obat lain, bila penggunaan parasetamol tidak benar, makaberisiko menyebabkan e)ek yang tidak diinginkan. Parasetamol dalam jumlah 1/ C 1g ('/+3/ tablet* dapat menyebabkan kerusakan serius pada hati dan ginjal. &erusakan )ungsi hati juga bisa terjadi pada peminum alkohol kronik yang
mengkonsumsi parasetamol dengan dosis 'gDhari atau bahkan kurang dari itu.Pada alkoholisme, penderita yang mengkonsumsi obat+obat yang menginduksi en5im hati, kerusakan hati lebih berat, hepatotoksik meningkat karena produksi metabolit meningkat 3.1.3. 8ambaran &linis 8ejala keracunan parasetamol dapat terdiri atas 9 )ase : 7ase 1 : &ehilangan na)su makan, mual, muntah, perasaan tak menentu pada tubuh yang tak nyaman ( malaise * dan banyak mengeluarkan keringat. %aluran pencernaan dapat mengakti)kan pusat muntah oleh stimulasi mekanoreseptor atau kemoreseptor trigger 5one (
7ase ' Pembesaran liFer (4epatomegali*, peningkatan bilirubin dan konsentrasi en5im hepatik, waktu yang dibutuhkan untuk pembekuan darah menjadi bertambah lama dan kadang+kadang terjadi penurunan Folume urin. &erusakan akan organ hati dapat menganggu kemampuan tubuh manusia untuk memecah sel darah merah dari toksin atau racun yang terkandung didalamnya. Bilirubin pada darah serta racun lain yang ada pada darah pun tidak akan mampu dikeluarkan tubuh sehingga tetap mengendap dan menetap dalam hati, sehingga hati mengalami kerusakan dan hati mengalami penurunan kemampuan dalam memecah protein . 7ase 3 : Berulangnya kejadian pada )ase 1 (biasanya 3+ hari setelah munculnya gejala awal* serta terlihat gejala awal gagal hati seperti pasien tampak kuning karena terjadinya penumpukan pigmen empedu di kulit, membran mukosa dan sklera ( jaundice *, hipoglikemia, kelainan pembekuan darah, dan penyakit degenerati) pada otak ( encephalopathy *. Pada )ase ini juga mungkin terjadi gagal ginjal dan berkembangnya penyakit yang terjadi pada jantung ( cardiomyopathy *.
7ase 9 : Terjadi proses penyembuhan, tetapi jika kerusakan hati luas dan progresi) dapat terjadi sepsis, isseminated !ntraFascular
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan sebagai pertolongan pertama saat menemukan korban yang dicurigai keracunan parasetamol adalah sebagai berikut:
1.
Berikan arang akti) (norit* dengan dosis 1// gram dalam '// ml air untuk orang dewasa dan larutan 1 gDkg bb untuk anak+anak untuk mengikat obat yang tersisa di saluran pencernaan. '.
pabila keracunan parasetamol dalam hitungan menit dapat dicoba untuk mengosongkan perut. 4al ini dapat dicapai dengan menginduksi muntah atau dengan menempatkan sebuah tabung besar melalui mulut seseorang dan masuk ke perut, memasukkan cairan kedalam perut kemudian memompa keluar (gastric laFage*. 3.
Pemberian "+asetilsistein ("<* "+asetilsistein merupakan antidotum terpilih untuk keracunan parasetamol. "+ konjugasi sul)at pada parasetamol. Methionin per oral, juga bisa asetilsistein bekerja
mensubstitusi glutation, meningkatkan sintesis glutation dan meningkatkan digunakan sebagai antidotum yang e)ekti), tetapi absorbsi lebih lambat dibandingkan dengan "+asetilsistein.
Mekanisme &erja "< : a*
8lutathione (8%4* sendiri butuh sistein sebagai salah satu prekursornya. engan pemberian "< maka sistein dalam tubuh akan meningkat dan demikian pula pembentukan 8lutathione (8%4*. #ika 8%4 ada banyak dan jumlahnya mampu mengimbangi atau melebihi jumlah "PK! maka tidak ada lagi "PK! bebas yang akan mengikat protein hati b*
"< punya atom % dalam gugus tiolnya (%+4*, sehingga "< dapat menyumbangkan % nya ini untuk digunakan dalam proses metabolisme parasetamol sul)atasi. engan adanya sul)at dari "< maka sul)atasi akan dapat berjalan lagi sehingga metabolisme di
"< dapat menggandeng "PK! karena dia juga punya nukleoGl, hal i ni dapat mencegah pembentukan ikatan "PK! dengan protein hati.
egimen dose pemberian "< sebagai berikut: 1.
diberikan loading dose 1/ mg D kgBB selama 1+3/ menit '.
maintenance dose / mg D kgBB dalam // cc deNtrose selama 9 jam 3.
1// mg D kgBB dalam 1/// cc deNtrose selama 6 jam
Berdasarkan graGk diatas dapat ditentukan tentang pemberian "<. pabila titik tersebut berada di bawah kedua garis (daerah low risk* maka tidak perlu diberikan "<
karena kemungkinan hepatotoksik rendah, namun apabila di atas kedua garis (daerah probable risk* maka perlu diberikan "<. Terapi asetilsistein paling e)ekti) bila diberikan dalam waktu 0+1/ jam pasca penelanan parasetamol. "+asetilsistein harus diberikan secara hati+hati dengan memperhatikan kontraindikasi dan riwayat alergi pada korban, terutama riwayat asthma bronkiale .
;)ek samping penggunaan "< 1.
eaksi naGlaksis pada Pasien tanpa !ntoksikasi Parasetamol. Pasien yang diterapi dengan asetilsistein, sedangkan kadar parasetamol serum berada dalam rentang kadar terapeutik atau nontoksik beresiko mengembangkan reaksi anaGlaksis. awson et al. menyatakan bahwa pasien tanpa intoksikasi parasetamol yang me nerima terapi asetilsistein, akan mengembangkan e)ek merugikan dari asetilsistein tersebut. "amun dia tidak menjabarkan e)ek+e)ek buruk tersebut. '.
Bronkospasme
setilsistein dapat menginduksi bronkospasme pada pasien+pasien asma akibat adanya pelepasan histamin lokal atau karena adanya penghambatan tachyphylaNis terhadap alergen 3.
%tatus ;pileptikus da laporan studi yang mengaitkan status epileptikus sehubungan penggunaan asetilsistein. 4al ini terjadi pada pasien dengan oFerdosis asetilsistein.
BB !O P;"$T$P 9.1. &esimpulan Berdasarkan penjelasan diatas dapat dibuat beberapa kesimpulan yaitu: 1.
"PK! pada dosis berlebih (oFer dosis* menyebabkan produksi metabolit hepatotoksik meningkat melebihi kemampuan glutation untuk mendetoksiGkasi, sehingga metabolit tersebut bereaksi dengan sel+sel hepar dan timbulah nekrosis sentro+lobuler. '.
ntidotum spesiGk bagi pasien keracunan parasetamol adalah "+asetilsistein dan metionin. 3.
"+asetil+sistein bekerja mensubstitusi glutation, meningkatkan sintesis glutation dan meningkatkan konjugasi sul)at pada parasetamol. 9.
Penatalaksanaan bagi pasien keracunan parasetamol disesuaikan dengan kondisi pasien, terutama pasien geriatric. 9.'. %aran
alam pemberian dosis hendaknya diberikan sesuai dengan luas permukaan tubuh pasien. #angan hanya sekedar melihat umur dari si pasien.
alam melakukan praktik kesehatan seharusnya melakukan prinsip pharmaceutical care. #adi dengan menggunakan system ini komunikasi dan kerja antara dokter, )armasis, dan perawat bisa melakukan pekerjaan dengan baik. an dapat meminimalisir miss komunikasi.
#angan sekali+kali menyalahgunakan parasetamol. &arena e)eknya bisa sangat )atal.
#ika terjadi keracunan segera dilakukan penanganan yang tepat sedini mungkin. $ntuk meminimalisir hal+hal yang tidak diinginkan.
7T P$%T& nie), Moh. 1@. !lmu Meracik =bat
.Eogyakarta: 8adjah Mada $niFersity Press. epartemen 7armakologi dan Terapeutik 7& $!. '//. 7armakologi dan Terapi ;disi . #akarta: Balai Penerbit 7&$! epartemen &esehatan irjen P=M. 1. 7armakologi !ndonesia ;disi !O . #akarta: epartemen &esehatan epublik !ndonesia. &at5ung, Bertram 8. '//@. 7armakologi asar dan &linik ;disi 1/ . #akarta: Penerbit Buku &edokteran ;8<.
Putus Cinta Lalu Tenggak B!re" Cam#ur $#rite Ra%u& ' (uni 2)12 )2*+' ,IB
- (/0S1"S( TRIBUNNE,$.C-M& NA,I / 'ianto ugroho !#2& terpaksa dilarikan ke ruang (nstalasi 1awat 'arurat !(1'& 1S0' dr Soeroto, Selasa !%34356#5& sore.
Siswa kelas #6 SM7 *81( 5 8eneng, gawi, Jawa imur diduga o)er dosis karena menenggak tiga butir obat sakit kepala dicampur minuman bersoda. ubuh 'ianto langsung tergolek lemah dan tak sadarkan diri. (a mengalami dehidrasi, dan kekebalan tubuhnya menurun. "ksi percobaan bunuh diri ini diduga dilatarbelakangi putus cinta. 7asus percobaan bunuh diri warga 'esa Semen, 7ecamatan *adas, 7abupaten gawi berawal ketika 'ianto pulang sekolah. Masih mengenakan seragam putih abu9abu, 'ianto masuk ke kamar dan menguncinya dari dalam. Melihat gelagat itu, kedua orangtua korban merasa khawatir dan was9was. ak ingin kecolongan anaknya berbuat nekat, *aimin !:%& dan Sriningsih !:#& langsung menggedor9gedor pintu kamar. 7arena tidak segera mendapatkan jawaban, *aimin langsung mendobrak pintu kamar korban. Saat pintu terbuka, orangtua mendapati korban sudah tergeletak lemas dalam keadaan setengah sadar. ;/ihat anak saya berbuat nekat seperti itu, saya shock berat,; terang *aimin kepada Surya, di ruang (1'. *aimin mengaku tidak tahu persis penyebab anaknya berbuat nekat seperti itu. Sebab, selama ini tidak pernah ada masalah keluarga. "palagi, komunikasi orangtua dan anaknya terjalin dengan baik dan harmonis.
dr -ndah *itarti, salah satu dokter yang menangani 'ianto mengatakan, pasiennya mengalami o)er dosis obat. Menurutnya, 'ianto menenggak tiga butir Bodre< dicampur Sprite. 'okter lantas mencuci lambungnya. -ndah mengungkapkan, 'ianto nekat menenggak obat dengan paracetamol berdosis tinggi, karena mengalami gangguan psikis. Berdasarkan pengakuan 'ianto saat sadar, ia baru diputuskan cintanya oleh salah satu siswi SM7 # *aron. 0
htt#s*33!enikrisna.4r!#ress.5m32)113123163saha%at/#arasetaml/hati/hati/hatimu3 htt#*33444.al!kter.5m3#ara5etaml at a glan5e halaman 126 htt#*33444.ama7ine.53228963:er!sis/%at/ge;ala/#enanganan/kera5unan/ #ara5etaml3 htt#*33