Case report
BRONKOPNEUMONIA
Oleh :
IRA MASYKURA MASYKURA
05120111 05120111
Pembimbing : Dr. Afdal, SpA
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK RSUP DR. M.DJAMIL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011
BAB I TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Pneumoni adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan benda asing.
1.2 Epidemiologi
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika pneumo pneumonia nia menunj menunjukka ukkan n angka angka 13% dari dari seluru seluruh h penyaki penyakitt infeks infeksii pada anak anak di bawah umur 2 tahun. Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Dari Dari data data SEAMIC SEAMIC Health Health Stati Statisti sticc 2001 influe influenza nza dan pneumo pneumonia nia merupak merupakan an penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza. Insidensi pneumonia komuniti di Amerika adalah 12 kasus per 1000 orang per tahun dan merupakan penyebab kematian utama akibat infeksi pada orang dewasa di negara itu. Angka kematian akibat pneumonia di Amerika adalah 10 %.Di Amerika dengan cara invasif pun penyebab pneumonia hanya ditemukan 50%. Penyebab pneumonia sulit ditemukan ditemukan dan memerlukan memerlukan waktu beberapa beberapa hari untuk mendapatkan mendapatkan hasilnya, sedangkan sedangkan pneumonia pneumonia dapat menyebabkan menyebabkan kematian bila tidak segera diobati, maka pada pengobatan awal pneumonia diberikan antibiotika secara empiris.Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia. Di SMF Paru RSUP Persahabatan tahun 2001 infeksi juga merupakan penyakit paru utama, 58 % diantara penderita rawat jalan adalah kasus infeksi dan 11,6 % diantaranya kasus nont nontub uber erku kulo losi sis, s, pada pada pende penderi rita ta rawa rawatt inap inap 58,8 58,8 % kasu kasuss infe infeks ksii dan 14,6 14,6 % diantaranya kasus nontuberkulosis. Di RSUP H. Adam Malik Medan 53,8 % kasus infeks infeksii dan 28,6 28,6 % dianta diantaran ranya ya infeks infeksii nontub nontuberk erkulo ulosis sis.. Di RSUD RSUD Dr. Soetom Soetomo o
2
Surabaya didapatkan data sekitar 180 pneumonia komuniti dengan angka kematian antara 20 - 35 %. Pneumonia komuniti menduduki peringkat keempat dan sepuluh penyakit terbanyak yang dirawat per tahun. 1.3 Etiologi
Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada perbedan dan kekhasan pneumonia anak, terutama dalam spektrum etiologi, gambaran klinis, dan strategi pengobatan. Spektrum mikroorganisme penyebab pada neonatus dan bayi kecil berbeda dengan anak yang lebih besar. Etiologi pneumonia pada neonatus dan bayi kecil meliputi Streptococcus grup B dan bakteri gram negatif seperti E. Colli, Pseudomonas sp, atau Klebsiella sp. Pada bayi yang lebih beeasr dan anak balita, pneumonia sering disebabkan disebabkan oleh infeksi infeksi Streptococus Streptococus pneumoniae, pneumoniae, Haemophillu Haemophilluss inflienzae inflienzae tipe B, dan Staphylococcusa Staphylococcusaureus, ureus, sedangkan pada anak yang lebih besar dan remaja, selain bakteri tersebut, sering juga ditemukan infeksi Mycoplasma pneumoniae. Di negara negara maju, maju, pneumon pneumonia ia pada anak anak teruta terutama ma disebab disebabkan kan oleh oleh virus, virus, disamping bakteri, atau campuran bakteri dan virus. Virkki dkk. Melakukan peneli penelitia tian n pada pada pneumon pneumonia ia anak anak dan menemu menemukan kan etiolo etiologi gi virus virus sebany sebanyak ak 32%, 32%, campur campuran an bakter bakterii dan virus virus 30%, 30%, dan bakteri bakteri saja saja 22%. 22%. Virus Virus yang yang terbany terbanyak ak Respirator toryy Syncyti Syncytical cal Virus Virus ( RSV ), Rhinov Rhinovirus irus,, dan virus ditemukan ditemukan adalah Respira Paraifluenza. Kelompok anak usia 2 tahu ke atas mempunyai etiologi infeksi bakteri yang lebih banyak daripada daripada anak berusia di bawah 2 tahun. Secara klinis, umumya pneumoia bakteri sulit dibedakan dengan pneumonia virus. Demikian juga dengan pemerikksaan radiologis dan laboratorium, biasanya tidak dapat menentuka etiologi. Usi Usia
Etio Etiolo log gi yan yang serin ering g Bakteri E.colli Sreptococcus group B Listeria Monocytogenes
Lahir – 20 hari
Etiol iologi ogi yan yang jaan jaang g Bakteri Bakteri anaerob Streptococcus group D Haemophillus influenza Streptococcus pneumoniae Ureaplasma urealyticum Virus Virus Sitomegalo Virus Herpes simpleks Bakteri Bordetella pertussis Hamophillus influenza tipe B Moraxella catharallis Staphylococcus aureus Ureaplasma urealyticum Virus Virus Sitomegalo
Bakteri Virus Virus Adeno Virus Influenza Virus Parainfluenza 1,2,3 Repiratory Syncytial virus
3 minggu – 3 bulan
3
Bakteri
4 bulan - 5 tahun
Chlamydia trachomatis Mycoplasma pneumoniae Streptococcus pneumoniae
Bakteri Hamophillus influenza tipe B Moraxella catharallis Neisseria meningitidis Staphylococcus aureus
Virus Virus varisella zoster
Virus Virus adeno Virus influenza Virus parainfluenza Virus rino Repiratory Syncytial virus
Bakteri
5 tahun – remaja
Chlamydia trachomatis Mycoplasma pneumoniae Streptococcus pneumoniae
Bakteri Hamophillus influenza tipe B Legionella sp Staphylococcus aureus Virus Virus adeno Virus Epstein Barr Virus influenza Virus parainfluenza Virus rino Repiratory Syncytial virus Virus varisella zoster
1.4 Patologi dan patogenesis
Umumnya mikroorganime penyebab terhisap ke paru bagian perifer melalui saluran respiratori. Mula – mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang mempermudah proliferasi dan penybaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan cairan edema, edema, dan ditemu ditemukann kannya ya kuman kuman di alveol alveoli. i. Stadi Stadium um ini disebu disebutt stadiu stadium m hepatisasi merah. Selanjutnya, deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukasit PMN di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut stadium stadium hepatisasi hepatisasi kelabu. Selanjutnya, Selanjutnya, jumlah jumlah makrofag meningkat meningkat di alveoli, alveoli, sel akan mengalami degenerasi , fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium ini disebut stadium reolusi. Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akan tetap normal. Antibiotik yang diberikan sedini mungkin dapat memotong perjalanan penyak penyakit, it, shingg shinggaa stadiu stadium m khas yang yang telah telah diurai diuraikan kan sebelu sebelumny mnyaa tidak tidak terjad terjadi. i. Bebera Beberapa pa bakteri bakteri terten tertentu tu sering sering menimb menimbulk ulkan an gambar gambaran an patolo patologis gis terten tertentu tu bila bila Streptococcus pneumoniae pneumoniae diband dibanding ingkan kan dengan dengan bakter bakterii lain. lain. Infeks Infeksii Streptococcus
4
biasanya
bermanifestasi sebagai bercak – bercak konsolidasi merata di seluruh lapanga paru ( bronkopneumonia ), dan pada anak besar atau remaja dapat berupa konsolidasi pada satu lobus ( pneumonia lobaris ). Pneumotokel atau abses kecil sering disebabkan oleh Staphylococc Staphylococcus us aureus pada neonatus atau bayi kecil karena Staphylococcus aureus meghasilkan berbagai toksin dan enzim seperti hemolisin, lekosidin, stafiloki stafilokinase nase , dan koagulase. Toksi dan enzim ini enyebabkan enyebabkan nekrosis, perdarahan perdarahan dan kavitasi. Koagulase berinteraksi dengan faktor plasma dan menghasilka bahan aktif yang mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin, sehingga terjadi eksudat fibrinopur fibrinopurulen. ulen. Terdapat Terdapat korelasi korelasi antara antara produksi produksi koagulase koagulase dan virulensi virulensi kuman. Staphylococcus yang tidak menghasilk menghasilkan an koagulase koagulase jarang jarang menimbulkan menimbulkan penyakit yang serius. Pneumotokel dapat menetap hingga berbulan – bulan, tetapi biasanya tidak memerlukan terapi lebih lanjut.
1.5 Manifestasi Klinis
Sebagian Sebagian besar gambaran gambaran klinis klinis pneumonia pneumonia pada anak berkisar antara ringan hingga sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil yang berat, mengan mengancam cam kehidu kehidupan pan,, dan mungki mungkin n terdapa terdapatt kompli komplikas kasii sehing sehingga ga memerl memerlukan ukan perawatan di RS. Beberapa faktor yang mempengaruhi gambaran klinis pneumonia pada anak adalah imaturitas imaturitas anatomikdan anatomikdan imunologik, imunologik, mikroorgani mikroorganisme sme penyebab penyebab yang luas, gejala gejala klinik klinik yang yang kadang kadang – kadang kadang tidak tidak khas khas teruta terutama ma pada bayi, terbat terbatasn asnya ya penggunaan prosedur diagnostik invasif, etiologi non infeksi yang relatif lebih sering, dan faktor patogenesis. Gambar Gambaran an klinis klinis pneumonia pneumonia pada pada bayi bayi dan anak anak bergan bergantun tung g pada berat ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut:
Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan afsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mutah atau diare; kadang – kadang ditemukan geala infeksi ekstrapulmoner.
Gejala Gejala gangguan gangguan respir respirato atori, ri, yaitu yaitu batuk, batuk, sesak sesak nafas, nafas, retrak retraksi si dada, dada, takipnea, nafas cuping hidung, air hunger , merintih, dan sianosis.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda kliis seperti pekak perkusi, suara nafas melemah, dan ronkhi. Akan tetapi pada neonatus dan bai kecil gejala gejala dan tanda pneumonia lebih beragam dan tidak selalu jelas terlihat. Pada perkusi dan auskultasi paru umumnya tidak ditemukan kelainan. 1. Pneumonia Pneumonia pada pada Neonatus Neonatus dan dan Bayi Bayi Kecil Kecil
5
Pneumonia pada neonatus sering kali terjadi akibat transmisis vertikal ibuanak yang berhubungan dengan proses persalinan. Infeksi terjadi akibat kontaminasi dengan sumber infeksi dari ibu, misalnya melalui aspirasi mekonium, cairan amnion, atau dari servix ibu. Infeksi dapat berasal dari kimtaminasi dengan sumber infeksi dari RS (hospital-acquired (hospital-acquired pneumoni ). Disamping itu dapat terjadi akibat kontaminasi
dengansumber
infeksi
dari
masyarakat
(
community-acquired
pneumonia). pneumonia). Gambaran pneumonia pada neonatus dan bayi kecil tidak khas, mencakup serangan apnea, sianosis, merintih, nafas cuping hidung, takipnea, letargi, muntah, tidak mau minum, takikardi atau bradikardi, retraksi subkosta, dan demam. Ada bayi BBLR sering terjadi hipotermi. Gambaran klinis tersebut sulit dibedakan antara sepsis dan meningitis. Sepsis pada pneumonia neonatus dan bayi kecil sering ditemukan sebelu sebelum m 48 jam pertam pertama. a. Angka Angka mortal mortalita itass sangat sangat tiggi tiggi di negara negara maju, maju, yaitu yaitu dilaporkan 20-50%. Angka kematian di Indonesia dan di negara berkembang lainnya diduga lebih tinggi. Oleh karena itu, setiap kemungkinan adanya pneumonia pada neonatus dan bayi kecil berusia dibawah 2 bulan harus segera dirawat di RS. infeksi infeksi oleh Chamydia Chamydia trachomatis trachomatis merupakan merupakan infeksi infeksi perinatl dan dapat menyeb menyebabka abkan n pneumo pneumonia nia pada pada bayi bayi berusi berusiaa dibawa dibawah h 2 bulan bulan. Umumny Umumnyaa bayi bayi entree infeksi meliputi mendapatkan infeksi dari ibu pada masa persalinan. Port d’ d’entree mata, mata, nasofa nasofari ring, ng, salura saluran n respir respirato atori, ri, dan vagina. vagina. Gejala Gejala timbu timbull pada usia usia 4-12 4-12 minggu. minggu. Gejala Gejala umum ; gejala gejala infeksi infeksi respirator respiratorii ringan-seda ringan-sedang, ng, ditandai ditandai dengan batuk-batuk stacatto ( inspirasi diantara setiap satu kali batuk ), kadang – kadang disertai muntah, umumnya pasien tidak demam. Beberapa kasus infeksi berkembang menjadi pneumonia berat ( sindrom pneumonitis ) dan memerlukan perawatan. Gejala klinis klinis melipu meliputi ti ronki ronki atau atau mengi, mengi, takipn takipnea, ea, dan sianos sianosis. is. Gambar Gambaran an foto foto rontge rontgen n thorak thorakss tidak tidak khas, khas, umumny umumnyaa terlih terlihat at tanda— tanda—tan tanda da hiperi hiperinfl nflasi asi bilate bilateral ral dengan dengan berbagai bentuk infiltrat difus, seperti infiltrat iinterstisial, retikulonoduler, atelektasis, bronkopneumonia, dan gambarn milier. Antibiotik pilihan adalah makrolid intravena. 2. Pneumonia Pneumonia pada Balita Balita dan Anak Anak yang yang Lebih Besar. Pada anak yang lebih besar dan remaja, Mycoplasma pneumonae merupakan etiologi pneumonia atipik yang cuup signifikan. Keluhan meliputi demam, menggigil, batuk, batuk, sakit sakit kepala kepala,, anorek anoreksia sia,, kadang kadang – kadang kadang keluha keluhan n gastro gastroint intest estina inal. l. Secara Secara klinis ditemukan gejala- gejala respiratori seperti takipnea, retraksi subkosta, nafas cupi cuping ng hidu hidung, ng, ronki ronki dan sian sianos osis is.. Anak Anak besa besarr denga dengan n pneum pneumoni oniaa lebi lebih h suka suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Ronki hanya ditemkan bila ada infiltrat alveolar. Retraksi dan takipnea merupakan gejala
6
pneumonia yang bermakna. Bila terjadi efusi pleura atau empiema gerakan dada tertinggal di daerah efusi. Gaerakan dada juga akan tergnggu bila terdapat nyeri dada akibat iritasi pleura. Bila efusi pleura bertambah, sesak nafas akan semakin bertambah, tetapi nyeri pleura semakin berkurang d an berubah menjadi nyeri tumpul. Kadang – kadang timbul nyeri abdomen bila terdapat pneumonia lobus kann bawah bawah yang yang menimb menimbulk ulkan an iritas iritasii diafr diafragm agma. a. Nyeri Nyeri abdome abdomen n dapat dapat menyeb menyebar ar ke kuadran kanan bawah menyerupai apendisistis. Abdomen mengalami distensi kibat dilatasi dilatasi lambung yang disebabkan disebabkan oleh aerofagi atau ileus paralitik. paralitik. Hati mungkin mungkin terba karena tertekan oleh difragma, atau memang membesar karena terjadi gagal jantung kongestif sebagai komplikasi pneumonia.
1.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Darah Perifer Perifer Lengkap Pada Pada pneumoi pneumoiaa virus virus dan juga juga mikopl mikoplasm asmaa umumny umumnyaa ditemu ditemukan kan leukosi leukositt dalam dalam baas baas normal normal atau atau sediki sedikitt mening meningkat kat.. Akan Akan tetapi tetapi pada pada pneumon pneumonia ia bakter bakterii didapatkan leukositosis ( 15.000 – 40.000/mm3 ). Dengan prdominan PMN. Leuk Leukope openi niaa ( < 5000/ 5000/mm mm3 ) menunj menunjukka ukkan n prognos prognosis is yang yang buruk. buruk. Pada Pada infeks infeksii Chlamydia kadang – kadang ditemukan eosinofilia. Pada efusi pleura didapatkan sel PMN pada cairan eksudat berkisar 300-100.000/mm3, protein > 2,5 g/dl, dan glukosa relati relatigf gf lebih lebih rendah rendah daripa daripada da glukos glukosaa darah. darah. Kadang Kadang – kadang kadang terdap terdapat at anemia anemia ringan ringan dan LED yang yang mening meningkat kat.. Secara Secara umum umum hasil hasil penerik peneriksaa saan n darah darah perife perifer r lengkap tidak dapat membedakan antara infeksi virus dan bakteri secara pasti. 2. C- Reakti Reaktiff P Protei rotein n ( CRP ) CRP adalah suatu protein fase akut yang disisntesis oleh hepatosit. Sebagai respon infeksi atau inflamasi jaringan, produksi CRP secara cepat distimulasi oleh sitokin, terutama IL-6, IL-1 da TNF. Meskipun fungsi pastinya belum diketahui, CRP sangat mungkin berperan dalam opsonisasi mikroorganisme atau sel rusak. Secara Secara klinis klinis CRP digunak digunakan an sebaga sebagaii alat alat diagno diagnosti stik k untuk untuk membeda membedakan kan antara faktor infeksi dan noninfeksi, infeki virus dan bakteri, atau infeksi superfisialis atau profunda. Kadar CRP biasanya lebih rendah pada infeksi virus atau infeksi superfisialis daripada profunda. 3. Uji Serolo Serologis gis Uji serologik untuk mendateksi antigen dan antibodi pada infeksi bakteri tipik mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang rendah. Secara umum, ui serologis tidak terlalu bermanfaat dalam mendiagnosis infeksi bakteri tipik, namun bakteri atipik sepert Mycoplasma dan chlamydia tampak peningkatan anibodi IgM dan IgG. 4. Pemeriksaa Pemeriksaan n mikrobiolo mikrobiologis gis
7
Untuk pemeriksaan mikrobiologik, spesimen dapat iambil dari usap tenggorok, sekret nasofaring, bilasan bronkus, darah, punksi pleura atau aspirasi paru. Diagnosis dikatakan definitif apabila kuman ditemukan dari darah, cairan pleura, atau aspirasi paru. Kultur darah jarang positif pada infeksi Mycoplasma dan Chlamydia, 5.
Pemeriksaan rontgen Thoraks
Secara umum gambaran oto thoraks terdiri dari :
Infiltrat
interstisial,
ditandai
dengan
peningkatan
corakan
bronkovaskuler, peribronchial cuffing dan cuffing dan hiperaerasi
Infiltrat
alveoler,
merupakan
konsolidasi
paru
dengan air
bronchogram. bronchogram. Konsolidasi dapat mengenai satu lobus ( pneumonia lobaris ), atau terlihat sebagai lei tunggal yang biasanya cukup besar, berbentuk sferis, batas tidak terlalu tegas, menyerupai lesi tumor paru, dikenal sebagai round pneumonia
Bronkopneumonia, ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru, berupa bercak – bercak infiltrat yang meluas hingga ke daerah perifer paru, disertai dengan peningkatan corakan peribronkial.
Gambar Gambaran an radiol radiologi ogiss pneumo pneumonia nia melipu meliputi ti infil infiltra tratt ringan ringan pada satu satu paru paru hingga konsolidasi luas pada kedua paru. Pada satu penelitian, ditemukan bahwa lesi pneumonia pada anak terbanyak berada di paru kanan, terutama di lobus atas. Bila ditemukan di pru kiri dan terbanyak di lbus bawah, hal itu merupakan prediktor perjalanan penyakit yang lebih berat dengan deng an resiko terjadinya pleuritis lebih besar.
1.7 Diagnosis
Diagnosis etiologi berdasarkan pemeriksaan mikrobiologis dan / atau serologis merupakan dasar terpi yang optimal. Akan tetapi penemuan bakteri penyebab tidak selalu mudah karena memerlukan laboratorim yang memadai. Prediktor paling kuat adanya pneumonia adalah demam, sianosis, dan lebih dari satu gejala respiratori sebagai berikut : takipnea, batuk, nafas cuping hidung, rtraksi, ronki dan suara nafas melemah serta didukung oleh gambaran radiologis. Akibat tingginya tingginya angka morbiditas morbiditas dan mortalita mortalitass pneumonia pneumonia pada balita, balita, maka dalam upaya peanggulangannya WHO mengembangkan pedoman diagnosis dan tatalaksana pneumonia yang sederhana. Berikut adalah klasifikasi pneumonia berdasarkan pedoman tersebut.
Bayi dan anak berusia 2 bulan – 5 tahun
8
o
o
Pneumonia berat
Bila ada sesak nafas
Harus dirawat dan diberikan antibiotik
Pneumonia
Bila tidak ada sesak nafas
Ada nafas cepat dengan laju nafas
o
•
> 50 x / menit untuk anak usia 2 bulan – 1 tahun
•
> 40 x / menit untuk anak usia >1-5 tahun
Tidak perlu dirawat, diberikan antibiotik oral
Bukan pneumonia
Bila tidak ada nafas cepat dan sesak nafas
Tidak perlu dirawat dan tidak perlu antibiotik, hanya diberikan pengobatan simptomatis seperti penurun panas.
Bayi berusia dibawah 2 bulan o
o
Pneumoniaarus dirawat dan diberikan antibiotik
Bila ada nafas cepat ( > 60 x / menit ) atau sesak nafas
Harus dirawat dan diberikan antibiotik
Bukan pneumonia
Tidak ada nafas cepat atau sesak nafas
Tidak perlu dirawat, cukup diberikan pengobatan simptomatis
1.8 Penatalaksanaan
Sebagian pneumoni pada anak tidak perlu dirawat inap. Indikasi perawatan trutama trutama berdasarkan berdasarkan berat ringannya ringannya penyakit, penyakit, misalnya misalnya toksis,dis toksis,disters ters pernafasan, pernafasan, tidak mau makan atau minum, atau ada penyakit dasaryang lain, komplikasi, dan terutama mempertimbangkan usia pasien. Neonarus dan bayi kecil dengan kemungkinan klinis pneumonia harus dirawat inap. Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal dengan antibiotik yang sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan suportif meliputi pemeberin cairan intravena, oksigen, koreksi terhadap gangguan asa basa, elektrolit, dan gula gula darah. darah. Untuk Untuk nyeri nyeri dan demam demam dapat dapat diberi diberikan kan analget analgetik ik /antip /antipire iretik tik.. Suplementasi vitamin A tidak terbukti efektif. Penggunaan antibiotik yang tepat merupakan kunci utma keberhasilan pengobatan. Terapi antibiotik harus segera diberikan pada anak dengan pneumonia yang diduga disebabkan oleh bakteri
9
Pneumonia Rawat Jalan
Pada pneumonia rawat jalan diberikan antibiotik lini pertama secara oral, misalnya amoksisilin atau kotrimoksazol. Dosis amoksisilin yang diberikan adalah 25 mg/kgBB,
sedangkan
kotrimoksazol
adalah
4mg/kgBB
TMP-20
mg/kgBB
sulfametoksazol. Makrolid, baik eritromisin maupun makrolid baru dapat digunakan sebagai terapi alternatif beta laktam untuk pengobatan inisial pneumonia, dengan pertimbangan pertimbangan adanya aktivitas aktivitas ganda terhadap terhadap S.pneumonia S.pneumonia da bakteri bakteri atipik. atipik. Dosis eritroisn 30-50 mg/kgBB/hari, diberikan setiap 6 jam selama 10-14 hari. Klaritromisin diberikan 2 kali sehari dengan dosis 15 mg/kgBB. Azitromisin 1 kali sehari sehari 10mg/kgBB 10mg/kgBB 3-5 hari(hari pertama) dilanjutka dilanjutka dengan dosis 5mg/kgBB 5mg/kgBB untuk hari berikutnya. Pneumonia Rawat Inap
Pada pneumonia rawat inap antibiotik yang diberikan adalah beta laktam, ampisilin atau amoksisis amoksisislin lin dikombinasi dikombinasikan kan degan kloramfeni kloramfenikol. kol. Antibioti Antibiotik k yang dibrikan dibrikan brupa : Penisilin G intrvena ( 25.000 U/kgBB setiap 4 jam ) dan kloramfenikol ( 15 mg/kgBB setiap 6 jam ), dan seftriaxon intravena ( 50 mg/kgBB setiap 12 jam ). Keduanya diberikan selama 10 hari.
1.9 Komplikasi
Kompli Komplikas kasii pneumo pneumonia nia pada anak anak melipu meliputi ti empiem empiemaa torasi torasis, s, perika perikardi rditis tis purulenta, pneumotoraks, atau infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis purulenta. Empiem Empiemaa torasi torasiss merupa merupakan kan kompli komplikas kasii terser tersering ing yang yang terjad terjadii pada pneumo pneumonia nia bakteri.
10
BAB II LAPORAN KASUS
Identitas Pasien •
Nama
:M
•
Jeni Jeniss Kela Kelam min
: per perempu empuan an
•
Anak Anak ke
•
Umur
: 2 bulan
•
Suku uku Bangs ngsa
: Minan nangkabau bau
•
Alamat
: Kampung Dalam Pariaman
: Pert Pertam amaa (tung (tungga gal) l)
Alloanamnesis : Diberikan oleh ibu kandung Seorang pasien permpuan umur 2 bulan dirawat di bangsal anak RSUPdr. M Djamil Padang dengan Kelu Keluha han n utam utamaa
: sesak sesak nafa nafass seja sejak k 3 hari hari yang yang lalu lalu
Riwayat Penyakit Sekarang
Demam sejak 4 hari yang lalu, tidak tinggi, tidak terus menerus, tidak menggigil, dan tidak disertai kejang
Muntah 4 hari yang lalu, frekuensi 2 kali, banyaknya 3-4 sdm/kali, isi sisa minuman.
Batuk sejak 3 hari yang lalu, batuk berdahak, pilek tidak ada
Sesak nafas sejak 3 hari yang lalu, tidak berbunyi menciut, tidak diengaruhi oleh makanan, cuaca dan aktivitas.
Anak saat ini mendapatkan ASI saja
Riwayat tersedak sebelumnya disangkal
Riwayat atopi atau biring susus tidak ada
Riwayat kontak dengan unggas mati mendadak tidak ada
BAK jumlah dan warna biasa
11
BAB warna dan konsistensi biasa
Anak telah dibawa ke RSUD Pariaman, dirawat selama 3 hari dan telah diberikan O2. 2l/menit, IVFD KAEN 1B + KCl 6 tts/menit, cefotaxime 4 x 300 mg, ampicilin 4 x 200 mg, aminofilin 3 x 0,8 cc, iazepam 3 x 0,7, dexam dexamet etha haso sone ne 3 x 1/3 1/3 tabl tablet et,, ASI? ASI?PA PASI SI 6 x 300 300 cc/N cc/NGT GT.. Kare Karena na persedaan oksien habis, anak dirujuk ke RSUP M Djaml Padang dengan keterangan bronkopneuminia
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada pernah menderita berak-berak encer sebelumnya Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah pasien memiliki riwayat alergi ( udang dan ikan )
Tidak ada anggota keluarga yang menderita sesak nafas seperti ini
Riwayat Kehamilan
Ibu kontrol sekali sebulan secara teratur ke bidan. Riwayat Kelahiran
Lahir spontan, ditolong bidan , langsung menangis kuat, BB lahir 3000 gram, panjang lahir 49 cm. Riwayat minum dan makan ASI
: sejak lahir - sekarang
Riwayat Imunisasi :
Kesan Kesan
BCG : -
DPT : -
Polio : -
Hepaitis B : -
Campak : -
: imunis imunisasi asi dasar dasar pada pasien pasien belum belum dierik dierikan an
Riwayat Sosial Ekonomi dan Keluarga Pasien anak pertama ( tunggal ), ayah bekareja sebagai wiraswasta dengan penghasilan penghasilan Rp.900.000/b Rp.900.000/bulan ulan dan ibu adalah ibu rumah rumah tangga, tinggal di rumah rumah semipermanen, sumber air minum berasal dari PDAM, buang air besar di jamban, pekarangan cukup luas, sampah rumah tangga dibakar
PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum
: sakit sedang
12
Kesadaran
: sadar
Frekuensi nadi
: 130 x / menit
Frek Frekue uens nsii naf nafas
: 58 x / menit enit
Suhu
: 37,3º C
Berat badan
: 5,7 kg
Tinggi badan
: 57 cm
BB/U : 5,7/ 5 x 100% = 114 % TB/U : 57/57 x 100% = 95,36 % BB/TB : 5,7/5 x 100% = 114 % Kesan : gizi baik
PEMERIKSAAN SISTEMIK Kulit Kepa Kepala la
: Teraba hangat, turgor baik , sianosis (-), ikterik (-), pucat (-) : Bent Bentuk uk sime simetr tris is,, ramb rambut ut hitam hitam,, tida tidak k muda mudah h dica dicabut but,, ubun ubun-u -ubu bun n tida tidak k cekung.
Mata Mata
: mata mata terl terlih ihat at ceku cekung ng,, konj konjun ungt gtiv ivaa anem anemis is,, skle sklera ra tida tidak k ikte ikteri rik k Pupil isokor, Reflek cahaya +/+ normal
Teling Telingaa
: Tidak Tidak ada kelain kelainan an
Hidung
: Nafas cuping hidung (-)
Mulu Mulutt
: Mulu Mulutt tida tidak k keri kering ng,, lida lidah h koto kotorr (-), (-), sian sianos osis is (-) (-)
Thorak Paru
Inspeksi
: norm ormochest, retraksi epigas gastrium (+)
Palp Palpas asii
: frem fremit itus us suka sukarr dini dinila laii
Perkus kusi
: sonor nor kir kiri = kana
Auskultasi Auskultasi
: bronkovesiku bronkovesikuler, ler, rhonki basah halus nyaring nyaring di kedua lapangan paru, ekspirasi memanjang
Jantung
Inspeksi
: iktus tidak terlihat
Palp Palpas asii
: iktu iktuss tera terapa pa pada pada LMCS LMCS RIC RIC V
Perk Perkus usii
: bata batass jant jantun ung g suka sukarr dini dinila laii
Auskul Auskultas tasii
: irama irama teratu teratur, r, bising bising tidak tidak ada.
Abdomen Inspeksi
: perut tidak membuncit, distensi tidak ada
Palpasi
: hepar teraba 1/3 – ¼ , lien tidak teraba.
Perkusi
: timpani
Auskul Auskultas tasii
: bising bising usus usus (+) normal normal
Alat kelamin: tidak ada kelainan
13
Extremitas : akral teraba hangat, refilling kapiler baik, reflek patella +/+ N, achilles +/+ N. Reflek patologis : Babinsky +/+
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah :
Urin Urin
:
Hb
: 11,6 gr%
Leuko ukosit
: 18.3 8.300/mm3
Hitung Hitung jenis
: 0/0/1/50/48/ 0/0/1/50/48/1 1
Makros Makroskopi kopiss : Warna Warna kuning kuning Mikroskopi Mikroskopiss
: leukosit leukosit : (-) Eritrosit : (-) Silinder : (-) Kristal : (-) Epitel : gepeng (-) Protein :(-) Glukosa :(-) Bilirubin (-) Urobilinogen (+)
Feses : Makroskopis : warna kuning, konsistensi lunak, darah (-), (-), lendir (-) Mikroskopis Mikroskopis : Eritrosi Eritrositt 0-1 Leukosit (-) Telur cacing (-) Diagnosis Kerja: Bronkopneumonia DD/
Terapi : •
O2 2 liter/ menit
•
IVFD Ka En 1B 105cc/kgBB/hari : 24 tetes/menit ( mikro )
•
Cefotaxime 2 x 300 mg IV
14
•
Dexamethason 3x1 mg IV
•
Paracetamol 60 mg ( T> 38,5 C)
•
Sementara Puasa
Rencana Pemeriksaan :
Periksa elektrolit
Analisa Gas Darah (AGD)
Kultur darah
Röntgen toraks AP
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Analisa Gas Darah •
pH :7,38
•
pCO2
: 45 mmHg
•
pO2
: 113
•
HCO3-
: 26,6 mmol/L
•
BE : 0,8 mmol/L
•
Saturasi O2:98 %
mmHg
Kesan: hperoksemia → turunkan O2 menjadi 1 liter/menit Elektrolit •
Na : 138 mmol/L
•
K : 5,1 mmol/ mmol/L L
Kesan : hiperkalemia → belum perlu dikoreksi GDR : 74 mg/dl
Kesan dalam batas normal Rontgen thoraks •
Tampak infiltrat di perihiller dan parakardial di kedua lapangan paru
•
Cor dalam bats normal
•
Sinus dan diafragma baik
Kesan : Bronkopneumonia
Follow Up Tanggal 3/2 2011 Pukul 07.00
Subjektif
15
•
Demam tidak ada
•
Sesak nafas masih ada, tidak bertambah
•
Kebiruan tidak ada
•
Kejang tidak ada
•
Muntah tidak ada
•
BAK jumlah dan warna biasa
•
BAB warna dan konsistensi biasa
Objektif KU
KES
NADI
NAFAS
SUHU
Sedang
sadar
122x/’
52x/’
36,9 C
Mata Mata
: konj konjun ungt gtiv ivaa tida tidak k anem anemis is,, skle sklera ra tida tidak k ikte ikteri rik k
Hidu Hidung ng
: nafa nafass cupi cuping ng hidu hidung ng tida tidak k ada ada
Thorak Thorakss
: retrak retraksi si epigas epigastri trium um dan interk interkost ostaa menuru menurun n
Jant Jantung ung
: iram iramaa tera teratu tur, r, bisi bising ng tidak tidak ada ada
Paru Paru
: bron bronko kove vesi siku kule lerr rhon rhonki ki +/+, +/+, whee wheezi zing ng -/-/-
Abdome Abdomen n
: disten distensi si (-), (-), BU (+) normal normal
Ekstrimita Ekstrimitass
: akral hangat, hangat, perfusi perfusi baik
Kesan/ perbaikan minimal Balance cairan p.o
:-
urine
: 70cc
p.e
: 140 cc
IWL
: 60 cc
140 cc Balance
: +100cc
Urine
: 0,05 cc/kgBB/jam
130 cc
Terapi •
O2 1 liter/ menit
•
IVFD Ka En 1B 105cc/kgBB/hari : 24 tetes/menit ( mikro )
•
Cefotaxime 2 x 300 mg IV
•
Dexamethason 3x1 mg IV
•
Paracetamol 60 mg ( T> 38,5 C)
•
Coba minum 1x5cc/NGT
Bila toleransi minum baik lakukan pemberian ASI bertahap melalui NGT
Pukul 09.00
Subjektif •
Demam tidak ada
16
•
Sesak nafas masih ada, tidak bertambah
•
Kebiruan tidak ada
•
Kejang tidak ada
•
Muntah tidak ada
•
BAK jumlah dan warna biasa
•
BAB warna dan konsistensi biasa
•
Intake masuk per NGT
Objektif KU
KES
NADI
NAFAS
SUHU
Sedang
sadar
118 x/’
38 x/’
37 C
Mata Mata
: konj konjun ungt gtiv ivaa tida tidak k anem anemis is,, skle sklera ra tida tidak k ikte ikteri rik k
Hidu Hidung ng
: nafa nafass cupi cuping ng hidu hidung ng tida tidak k ada ada
Thorak Thorakss
: retrak retraksi si epigas epigastri trium um dan interk interkost ostaa minima minimall
Jant Jantung ung
: iram iramaa tera teratu tur, r, bisi bising ng tidak tidak ada ada
Paru Paru
: bron bronko kove vesi siku kule lerr rhon rhonki ki +/+, +/+, whee wheezi zing ng -/-/-
Abdome Abdomen n
: disten distensi si (-), (-), BU (+) normal normal
Ekstrimita Ekstrimitass
: akral hangat, hangat, perfusi perfusi baik
Kesan/ perbaikan Terapi •
O2 1 liter/ menit
•
IVFD Ka En 1B 105cc/kgBB/hari : 24 tetes/menit ( mikro )
•
Cefotaxime 2 x 300 mg IV
•
Dexamethason 3x1 mg IV
•
Paracetamol 60 mg ( T> 38,5 C)
•
ASI 8 x 10 cc /NGT
Follow Up 4/2 2011
Subjektif •
Demam ada, tidak tinggi
•
Sesak nafas berkurang
•
Kebiruan tidak ada
•
Kejang tidak ada
•
Muntah tidak ada
•
BAK jumlah dan warna biasa
•
BAB warna dan konsistensi biasa
17
Objektif KU
KES
NADI
NAFAS
SUHU
Sedang
sadar
110x/’
36x/’
37,6 C
Mata Mata
: konj konjun ungt gtiv ivaa tida tidak k anem anemis is,, skle sklera ra tida tidak k ikte ikteri rik k
Hidu Hidung ng
: nafa nafass cupi cuping ng hidu hidung ng tida tidak k ada ada
Thorak Thorakss
: retrak retraksi si epigas epigastri trium um dan interk interkost ostaa menuru menurun n
Jant Jantung ung
: iram iramaa tera teratu tur, r, bisi bising ng tidak tidak ada ada
Paru Paru
: bron bronko kove vesi siku kule lerr rhon rhonki ki +/+, +/+, whee wheezi zing ng -/-/-
Abdome Abdomen n
: disten distensi si (-), (-), BU (+) normal normal
Ekstrimita Ekstrimitass
: akral hangat, hangat, perfusi perfusi baik
Kesan/ perbaikan minimal Balance cairan p.o
: 80 cc
urine
: 200cc
p.e
: 140 cc
IWL
: 228 cc
480 cc Balance
: +52cc
Urine
: 1,46 cc/kgBB/jam
428 cc
Terapi •
O2 1 liter/ menit
•
IVFD Ka En 1B 105cc/kgBB/hari : 24 tetes/menit ( mikro )
•
Cefotaxime 2 x 300 mg IV
•
Dexamethason 3x1 mg IV
•
Paracetamol 60 mg ( T> 38,5 C)
•
ASI 8 x 15 cc /NGT
Follow Up 5/2 2011
Subjektif •
Demam tidak ada
•
Sesak nafas berkurang
•
Intake sesuai ( lewat NGT )
•
Kebiruan tidak ada
•
Kejang tidak ada
•
Muntah tidak ada
•
BAK jumlah dan warna biasa
•
BAB warna dan konsistensi biasa
Objektif
18
KU
KES
NADI
NAFAS
SUHU
Sedang
sadar
120x/’
40x/’
37 C
Mata Mata
: konj konjun ungt gtiv ivaa tida tidak k anem anemis is,, skle sklera ra tida tidak k ikte ikteri rik k
Hidu Hidung ng
: nafa nafass cupi cuping ng hidu hidung ng tida tidak k ada ada
Thorak Thorakss
: retrak retraksi si epigas epigastri trium um dan interk interkost ostaa menuru menurun n
Jant Jantung ung
: iram iramaa tera teratu tur, r, bisi bising ng tidak tidak ada ada
Paru Paru
: bron bronko kove vesi siku kule lerr rhon rhonki ki +/+, +/+, whee wheezi zing ng -/-/-
Abdome Abdomen n
: disten distensi si (-), (-), BU (+) normal normal
Ekstrimita Ekstrimitass
: akral hangat, hangat, perfusi perfusi baik
Kesan/ perbaikan Terapi •
O2 1 liter/ menit
•
IVFD Ka En 1B 105cc/kgBB/hari : 24 tetes/menit ( mikro )
•
Cefotaxime 2 x 300 mg IV
•
Dexamethason 3x1 mg IV
•
Paracetamol 60 mg ( T> 38,5 C)
•
ASI 8 x 30 cc /NGT
Pasien dipindahkan ke Bangsal Akut
19