UNIVERSITAS INDONESIA
GAMBARAN PERILAKU CARING PERAWAT PERAWAT TERHADAP PASIEN DI RUANG RAWAT INAP UMUM RS DR. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh memperoleh gelar Sarjana Keperawatan
ADE LISNA YULIAWATI 1006823154
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA EKSTENSI DEPOK JULI 2012
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul: “Gambaran Perilaku Caring Perawat Perawat Terhadap Pasien di Ruang Rawat Inap umum RS DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor” ini. Laporan ini dibuat dalam
rangka memenuhi tugas akhir untuk mendapatkan gelar sarjana keperawatan pada Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia.
Dalam penyusunan laporan skripsi ini, penulis mendapat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, Untuk itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1. Ibu Dewi Irawaty MA., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia; 2. Yossie Susanti, Skp. MN, selaku pembimbing dalam penyusunan skripsi ini yang telah banyak memberikan masukan. 3. Kuntarti, Skp. M Biomed, selaku koordinator mata ajar tugas akhir keperawatan. 4. Dr. Erie Dharma Irawan, SpKJ. Selaku Direktur Utama RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor, yang telah memberikan izin untuk dilakukan penelitian. 5. Kepala ruangan serta rekan-rekan perawat di Ruang Rawat Inap Umum RSMM Bogor yang telah mendukung dan membantu dalam proses penelitian ini. 6. Oki Oktovana suamiku serta anak-anakku Alif dan Ain, yang selalu memberikan dukungan dan semangat selama proses perkuliahan sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi ini. 7. Mamah, bapak, papah, dan mamah mertua, serta keluarga besarku yang senantiasa mendoakan dan mendukung saya untuk dapat menyelesaikan kuliah.
iv
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
8. Rekan-rekan ekstensi 2010 yang selalu memberikan semangat, kerjasama dan dukungan selama masa perkuliahan, dan membuat masa perkuliahan menjadi begitu indah dan berwarna. 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Akhir kata, Penulis berharap skripsi ini dapat diterima dan dapat menjadi bahan untuk penelitian selanjutnya. Sehingga hasil dari penelitian ini tidak hanya bermanfaat
bagi
penulis
namun
dapat
memberikan
kontribusi
dalam
pengembangan pelayanan keperawatan di RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor khususnya, dan pengembangan ilmu keperawatan umumnya.
Depok, 2 Juli 2012 Penulis
v
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
ABSTRAK
Nama : Ade Lisna Yuliawati Program Studi : Ilmu Keperawatan Judul : Gambaran Perilaku Caring Perawat Terhadap Pasien di Ruang Rawat Inap Umum RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Perilaku caring merupakan bentuk dukungan emosional perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang merupakan komitmen moral untuk melindungi, meningkatkan martabat manusia, dan merupakan inti dari keperawatan yang membedakan perawat dengan profesi lain. Penelitian kuantitatif ini menggunakan metode survey deskriptif, yang bertujuan untuk melihat sejauh mana perilaku caring perawat perawat di Ruang Rawat Inap Umum RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor berdasarkan penilaian dari pasien. Sampel sebanyak 108 pasien yang sedang menjalani perawatan yang diambil dengan cara stratified random sampling. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah CBA ( Caring Behaviour Assessment) yang telah dimodifikasi oleh peneliti. Hasil Penelitian menunjukan 98,1% responden menilai perilaku caring perawat sudah baik. Peningkatan pengetahuan dan menciptakan iklim motivasi untuk menerapkan perilaku caring menjadi caring menjadi rekomendasi dari penelitian ini. Kata kunci: caring , perilaku, perawat, pasien
ABSTRACT
Name Study Program Title
: Ade Lisna Yuliawati : Nursing Science : Overview of Nurse Caring Behavior For Patients Non Psychiatric Ward in Dr. H. Marzoeki Marzoeki Mahdi Hospital
Caring is an emotional support in providing nursing care to protect patiens, enhance human dignity, and it was the core which made a difference from other professions. This is quantitative study that used descriptive survey s urvey methods. The purpose of this study was to know behavior of nursing care in non psychiatric ward Marzoeki Mahdi Hospital, based on patient valuation. Samples used in this study were 108 patients being treated, taken by stratified random sampling. The instrument of this study used CBA (Caring Behavior Assessment Tool) which has been modified by researchers. The results showed 98.1% of respondents high nurse caring behavior. Increase of knowledge and creating the motivation that support nurses to apply the nurse caring behavior, that had recommendations of of this study. Key word: caring, behavior, nurse, patient
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………. HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS …………………………. HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….. …………………………………………….... KATA PENGANTAR ……………………………………………………... HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ………….. ABSTRAK …………………………………………………………………. …………………………………………………………………. DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. ……………………………………………………………….. DAFTAR TABEL ………………………………………………………….. DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………. DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………. …………………………………………………….
i ii iii iv vi vii viii x xi xii
1. PENDAHULUAN ……………………………………………………. 1.1.Latar 1.1. Latar Belakang ……………………………………………………... 1.2.Rumusan 1.2. Rumusan Masalah Penelitian …………………………………........ 1.3.Tujuan 1.3. Tujuan Penelitian …………………………………………………... 1.4.Manfaat 1.4. Manfaat Penelitian …………………………………………….........
1 1 5 6 7
2.
TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………... 2.1.Konsep Dasar Caring ………………………………………………. Caring ………………………………………………. 2.2.Perilaku Caring Perawat…………... Caring Perawat…………... ………………………………. 2.2.1. Perilaku Caring perawat menurut Watson …………………... 2.2.2. Perilaku Caring Perawat Menurut Swanson ………………… 2.2.2. Perilaku Caring Perawat Menurut Potter dan Perry ………… 2.3.Klasifikasi Perilaku Caring Perawat ……………………………….. 2.3.1. Perilaku afektif Caring Perawat ……………………………. 2.3.2. Perilaku Instrumental Caring Perawat ……………………… 2.4.Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku caring perawat perawat ……..... 2.4.1. Beban Kerja Perawat ……………………………………….. 2.4.2. Lingkungan Kerja …………………………………………... 2.4.3. Pengetahuan Dan Pelatihan ………………………………… 2.5.Harapan 2.5.Harapan Pasien …………………………………….………………. 2.6.Dampak Caring ………………...………………………………….. Caring ………………...………………………………….. 2.6.1. Dampak Perilaku Caring Perawat Bagi Perawat …………… 2.6.2. Dampak Perilaku Caring Perawat Bagi Pasien …………….. 2.7.Meningkatkan 2.7.Meningkatkan Perilaku Caring Perawat…...……………………….. 2.7.1. Pendekatan Individu ………………………………………... 2.7.2. Pendekatan Psikologis ……………………………………… 2.7.3. Pendekatan Organisasi ……………………………………...
8 8 9 10 16 17 19 19 20 20 21 21 22 22 24 24 25 25 26 26 27
3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN …………………………….. 3.1.Kerangka 3.1.Kerangka Konsep …………………………………………………... 3.2.Definisi 3.2.Definisi Operasional ………………………………………………..
28 28 29
4. METODE PENELITIAN …………………………………………….
31
viii
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
4.1.Desian 4.1.Desian Penelitian …………………………………………………... 4.2.Populasi 4.2.Populasi dan Sampel …………………………………………......... 4.3.Tempat 4.3.Tempat Penelitian ………………………………………………….. 4.4.Waktu 4.4.Waktu penelitian …………………………………………………... 4.5.Etika 4.5.Etika Penelitian ………………………………………………......... 4.6.Alat 4.6.Alat pengumpulan Data ………………………………………......... 4.7.Uji Validitas dan reliabilitas ……………………………………….. 4.8.Prosedur 4.8.Prosedur Pengumpulan data ………………………………………... 4.9.Pengolahan 4.9.Pengolahan dan Analisa Data ………………………………………
31 31 35 35 35 38 39 41 42
5. HASIL PENELITIAN ……………………………………………….. 5.1.Karakteristik 5.1.Karakteristik Responden …………………………………………… 5.2.Perilaku 5.2.Perilaku Caring Perawat ……………………………………………
45 45 47
6. PEMBAHASAN ……………………………………………………… 6.1.Interpretasi 6.1.Interpretasi dan Diskusi Hasil Penelitian ………………………….. 6.2.Keterbatasan 6.2.Keterbatasan Penelitian …………………………………………….. 6.3.Implikasi Keperawatan ……………………………………………..
51 51 63 64
7. KESIMPULAN ………………………………………………………. 7.1.Kesimpulan 7.1.Kesimpulan ………………………………………………………… 7.2.Saran 7.2.Saran ……………………………………………………………….. ……………………………………………………... ... DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… LAMPIRAN
66 66 67 69
ix
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
DAFTAR TABEL
abel 3.1
Definisi Operasional, Cara ukur, Skala Ukur dan Hasil Ukur
29
abel 4.1
Jumlah Sampel Untuk Masing-Masing Ruang Perawatan
34
abel 4.2
Analisis Univariat Perilaku Caring Perawat Perawat dan Karakteristik Responden Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Dan Lama Hari Rawat di Ruang Rawat Inap Umum RSMM Bogor, Mei 2012 (n=108) Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden di Ruang Rawat Inap Umum RSMM Bogor bulan Mei 2012 (n=108) Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden di Ruang Rawat Inap Umum RSMM Bogor, Mei 2012 (n=108)
44
abel 5.1
abel 5.2 abel 5.3
x
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
46
46 47
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1
Kerangka konsep penelitian …………………………………
Gambar 5.1
Distribusi Frekuensi Perilaku Caring Caring Perawat Terhadap Pasien di Ruang Rawat Inap Umum RSMM Bogor ………... Distribusi Frekuensi Perilaku Caring Perawat Berdasarkan Subvariabel di Ruang Rawat Inap Umum RSMM Bogor Mei 2012 (n=108) ………………………………………………...
Gambar 5.2
xi
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
28 48 49
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Izin Penelitian ……………………………………….
74
Lampiran 2
Jadual Kegiatan Penelitian ………………………………...
75
Lampiran 3
Kisi-Kisi Kisi-Kisi Instrumen Penelitian …………………………….
76
Lampiran 4
Lembar Penjelasan Penelitian Bagi Responden …………...
77
Lampiran 5
Formulir Persetujuan Setelah Penjelasan ( Inform Inform Consent).. Consent)..
78
Lampiran 6
Data Responden ……………………………………………
79
Lampiran 7
Koesioner Penellitian ………………………………………
80
xii
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kemajuan teknologi di berbagai bidang telah memberikan banyak dampak bagi kehidupan manusia, selain dampak positif, kemajuan teknologi juga telah menyebabkan peningkatan masalah kesehatan yang berdampak pada status kesehatan masyarakat. Hal ini mendorong peningkatan kebutuhan akan pelayanan kesehatan, yang salah satunya adalah pelayanan keperawatan. Keperawatan merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan manusia, dan memberikan pelayanan komprehensif terhadap seluruh aspek kehidupan yaitu bio-psiko-sosial dan spiritual.
Pelayanan keperawatan merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang unik dan berbeda dengan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter ataupun profesi lain. Filosofi dari keperawatan adalah humanism, humanism, holism holism dan care care (Nursalam, 2004). Keperawatan merupakan profesi yang mengedepankan sikap “ care”, care”, atau kepedulian, dan kasih sayang terhadap pasien. Keperawatan mengedepankan pemahaman mengenai perilaku dan respon manusia terhadap masalah masal ah kesehatan, bagaimana berespon terhadap orang lain, serta memahami kekurangan dan kelebihan pasien (Potter & Perry, 2005). Beberapa tokoh keperawatan seperti Watson (1979), Leininger (1978), dan Benner (1989) menempatkan caring sebagai dasar dan sentral dalam praktek keperawatan (Kozier, 2004).
Caring merupakan merupakan bentuk kepedulian perawat terhadap pasien, caring juga juga dapat didefinisikan sebagai memberikan perhatian atau penghargaan terhadap manusia, yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya (Linberg, 1990 dalam Nursalam, 2004). Watson (2004) mendefinisikan Caring sebagai Caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh. Sehingga dapat disimpulkan bahwa caring adalah suatu bentuk dukungan emosional dalam memberikan 1
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
2
asuhan keperawatan kepada klien dan keluarga yang merupakan komitmen moral untuk melindungi, meningkatkan martabat manusia, dan merupakan esensi dari perawatan yang membedakan keperawatan dengan profesi lain.
Caring memberikan kemampuan pada perawat untuk memahami dan menolong pasien. Seorang perawat harus memiliki kesadaran tentang asuhan keperawatan, dalam memberikan bantuan bagi klien dalam mencapai atau mempertahankan kesehatan atau mencapai kematian dengan damai. Perilaku caring perawat perawat adalah pengetahuan, sikap dan keterampilan seorang tenaga perawat dalam merawat pasien dan keluarga dengan memberikan dorongan positif, dukungan dan peningkatan pelayanan perawatan (Pryzby, 2004). Perilaku yang ditampilkan oleh perawat adalah dengan memberikan rasa nyaman, n yaman, perhatian, kasih sayang, peduli, pemeliharaan kesehatan, memberi dorongan, empati, minat, cinta, percaya, melindungi, kehadiran, mendukung, memberi sentuhan dan siap membantu serta mengunjungi pasien (Leinenger, 1997 dalam Watson, 2004). Perilaku seperti itu akan mendorong klien dalam perubahan aspek fisik, psikologis, spiritual, dan sosial kearah yang lebih baik.
Dampak perilaku caring bagi pasien adalah meningkatkan hubungan saling percaya, meningkatkan penyembuhan fisik, keamanan, memiliki banyak energy, biaya perawatan lebih rendah, serta menimbulkan perasaan lebih nyaman (Swanson 1999 dalam Watson, 2004). Hasil penelitian Agustin (2002) serta Palese (2011) menunjukan hasil adanya hubungan yang positif antara perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien. Semakin baik caring perawat akan meningkatkan proporsi kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan. Kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan merupakan indikator penting dari kualitas pelayanan Rumah Sakit (RS), karena sebagian besar pelayanan yang ada di rumah sakit diberikan oleh perawat (Wolf & Mill er, 2003).
Pelayanan
keperawatan
yang
berkualitas,
tidak
hanya
ditunjukan
oleh
pengetahuan tentang penyakit pasien, keterampilan melakukan tindakan, atau keterampilan mengoperasikan alat-alat kesehatan. Izumi, Bags, dan Knafl (2010) Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
3
menyebutkan bahwa kualitas pelayanan keperawatan ditentukan oleh empat domain, yaitu: kompetensi, caring , profesionalisme, dan demeanor (cara bertindak). Caring sebagai salah satu faktor yang menunjang kualitas pelayanan keperawatan, hendaknya diterapkan dalam perilaku keseharian setiap perawat dalam melakukan perawatan terhadap pasien. Namun pada kenyataannya, masih banyak perawat yang kehilangan makna caring dalam pekerjaannya sehingga hari-harinya sibuk dengan peralatan medis untuk pengobatan pasien, dan tindakan-tindakan seperti memberikan suntikan, memasang infus, memasang NGT, mengganti balutan luka, atau pemeriksaan diagnostik pada pasien yang sebenarnya bukan inti dari praktek keperawatan. Perawat menganggap caring hanya sebagai ungkapan atau sesuatu yang akan dikerjakan jika punya waktu (Williams, Mc. Dowell, & Kautz, 2011). Perawat lebih banyak menghabiskan waktu di depan komputer, monitor, atau catatan pasien dari pada melakukan caring dengan dengan pasien atau keluarga.
Agustin (2002) dalam penelitiannya di salah satu rumah sakit besar di kota Palembang, mendapatkan hasil bahwa masih banyak perawat yang belum menerapkan perilaku caring yaitu sebesar 48,5% dari 101 orang pasien yang menjadi responden menilai perawat tidak caring . Penelitian yang dilakukan oleh Juliani (2009) dengan jumlah responden 24 pasien yang dirawat di ruang rawat inap sebuah Rumah Sakit di kota Jakarta, juga mendapatkan hasil pelaksanaan perilaku caring perawat
masih rendah yaitu 54,2% responden menganggap
perilaku caring perawat masih rendah, dan beban kerja perawat memiliki hubungan yang signifikan terhadap pelaksanaan perilaku caring . Hasil penelitian Agustin (2002) dan Juliani (2009) tersebut menunjukan bahwa perilaku caring masih belum sepenuhnya diterapkan oleh perawat dalam melakukan perawatan terhadap pasien.
Penelitian lainnya mendapatkan hasil masih adanya penilaian negatif dari pasien tentang pelayanan perawat, seperti yang diungkapkan oleh Peluw (2007) (2007) bahwa masih ada persepsi negatif dari masyarakat terhadap perawat di sebuah RS di kota Ambon. Persepsi negatif ini meliputi perilaku perawat dalam melakukan tindakan Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
4
yang kurang tepat, kurang terampil, kurang komunikasi dengan pasien, dan kurang cepat menanggapi keluhan pasien. Wolf, dkk (1998), mengemukakan bahwa sebagian pasien yang menjadi responden penelitiannya merasa belum mendapatkan dukungan emosional yang cukup dari perawat. Perawat hanya datang mengunjungi pasien bila akan melakukan sesuatu terhadap pasien, dan pergi secepatnya meninggalkan pasien. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa perawat belum menampilkan perilaku caring yang yang menjadi nilai dasar dari keperawatan.
Sebagai satu-satunya tenaga kesehatan di RS yang selama 24 jam bersama pasien, dan
memberikan
pelayanan
untuk
membantu
pasien
meningkatkan
kesejahteraannya, perawat harus mampu menampilkan perila ku yang didasari oleh nilai-nilai caring. Persepsi dan penilaian positif dari pasien sebagai pengguna jasa di RS, terhadap perilaku caring seorang perawat, dapat membangun citra yang baik tentang RS dimata masyarakat, sehingga masyarakat percaya dengan pelayanan yang diberikan oleh RS. Begitupun dengan RS RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor (RSMM) sebagai rumah sakit jiwa pusat rujukan, dikenal oleh masyarakat luas sebagai tempat perawatan bagi pasien psikiatrik. Sehingga dalam memberikan pelayanan terhadap pasien umum (non psikiatrik) yang mulai dikembangkan sejak tahun 2002, perlu membangun citra baru dari masyarakat tentang pelayanan yang diberikan terutama pela yanan umum.
Membangun citra yang positif dimata masyarakat, dibutuhkan oleh RSMM untuk dapat bersaing dengan rumah sakit umum lainnya yang lebih dulu melakukan pelayanan bagi pasien umum. Citra yang baik dapat dibangun dengan memberikan pelayanan yang optimal terhadap masyarakat dengan memenuhi semua harapan dari pasien. Sebagai tenaga kesehatan yang jumlahnya paling banyak dalam sebuah rumah sakit, perat perawat dalam membangun citra masyarakat terhadap RS sangat besar. Perawat harus mampu menampilkan perilaku yang baik untuk memenuhi harapan pasien. Terpenuhinya harapan pasien terhadap pelayanan di RS dapat menimbulkan kepuasan.
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
5
Hasil survey kepuasan pelanggan terhadap pelayanan keperawatan yang ada di ruang rawat inap umum RSMM, menunjukan hasil 64% pelanggan sangat puas dengan pelayanan keperawatan, 35% pelanggan puas dan 1% pelanggan yang tidak puas dengan pelayanan keperawatan (Laporan tahunan Bidang Perawatan RSMM, 2011). Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa tingkat kepuasan pasien yang dirawat di ruang rawat inap umum RSMM cukup tinggi. Namun, survey tersebut
tidak
secara
khusus
melihat
perilaku
caring perawat,
hanya
menggambarkan pelayanan keperawatan secara umum saja. Belum adanya penelitian khusus tentang perilaku caring perawat membuat peneliti merasa tertarik untuk melakukan survey tentang perilaku caring perawat, perawat, dengan tujuan untuk melihat sejauh mana perilaku caring perawat perawat khususnya di ruang perawatan umum RSMM Bogor, berdasarkan penilaian pasien sebagai penerima perilaku caring perawat. perawat.
1.2.Rumusan Masalah Penelitian
Keperawatan merupakan profesi yang mengedepankan sikap “ care”, care”, atau kepedulian, dan kasih sayang terhadap pasien. Beberapa tokoh keperawatan menempatkan menempatkan caring sebagai dasar dan sentral dalam praktek keperawatan (Kozier, 2004). Perilaku caring perawat merupakan pengetahuan, sikap dan keterampilan seorang perawat dalam merawat pasien dan keluarga. Perilaku caring yang dapat diberikan oleh perawat adalah dengan memberikan rasa nyaman, perhatian, kasih sayang, peduli, pemeliharaan kesehatan, memberi dorongan, empati, minat, cinta, percaya, melindungi, kehadiran, mendukung, memberi sentuhan dan siap membantu serta mengunjungi pasien (Leinenger, 1997dalam Watson, 2004). Perilaku seperti itu akan mendorong klien dalam perubahan aspek fisik, psikologis, spiritual, dan sosial kearah yang yang lebih baik.
Dampak perilaku caring bagi pasien adalah meningkatkan hubungan saling percaya, meningkatkan penyembuhan fisik, keamanan, memiliki banyak energi, biaya perawatan lebih rendah, serta menimbulkan perasaan lebih nyaman (Swanson, 1999 dalam Watson, 2004). Penelitian Agustin (2002) serta penelitian
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
6
Palese (2011), menyatakan bahwa perilaku caring perawat dapat memberikan kontribusi terhadap kepuasan pasien.
Masih banyak perawat yang kehilangan makna caring dalam pekerjaannya sehingga hari-harinya sibuk dengan peralatan medis untuk pengobatan pasien, dan tindakan-tindakan yang sebenarnya bukan inti dari praktek keperawatan. Hasil penelitian Agustin (2002) dan Juliani (2009) mendapatkan hasil bahwa pelaksanaan perilaku caring perawat perawat berdasarkan penilaian pasien masih rendah. Hal ini menunjukan bahwa perilaku caring masih belum sepenuhnya diterapkan dalam keperawatan.
Di Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor (RSMM), yang mulai tahun 2002 mengembangkan pelayanan bagi pasien non psikiatrik, belum memiliki catatan tentang perilaku caring perawat. Padahal pelayanan keperawatan sebagai pelayanan utama dalam sebuah RS, harus memiliki citra yang baik dimata pengguna pelayanan Rumah Sakit. Hasil survey kepuasan pelanggan yang ada di RSMM, menunjukan hasil yang baik, namun belum adanya survey khusus yang menilai tentang perilaku caring perawat membuat peneliti merasa tertarik untuk melihat sejauh mana perilaku caring oleh perawat di Ruang Perawatan Umum RSMM Bogor, berdasarkan penilaian
dari pasien sebagai penerima penerima perilaku
caring perawat. perawat.
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana perilaku caring perawat perawat terhadap pasien di Ruang Rawat Inap Umum RSMM Bogor.
1.3.2. Tujuan khusus 1.3.2.1.Mengidentifikasi karakteristik pasien yang dirawat di Ruang Rawat Inap Umum RSMM. 1.3.2.2.Mengidentifikasi gambaran perilaku caring perawat terhadap pasien di Ruang Rawat Inap Umum RSMM berdasarkan penilaian pasien. Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
7
1.3.2.3.Mengidentifikasi proporsi perilaku caring yang dilakukan perawat terhadap pasien di Ruang Rawat Inap Umum RSMM.
1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1 Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang perilaku caring yang yang dilakukan oleh perawat terhadap pasien dan mengetahui sejauh mana caring dilakukan dilakukan oleh perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan terhadap pasien. Informasi ini dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran dan motivasi perawat untuk menerapkan perilaku caring dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien.
1.4.2 Peneliti Penelitian ini dapat memberikan pengalaman dalam melakukan riset keperawatan dan menambah pengetahuan tentang perilaku caring perawat caring perawat terhadap pasien.
1.4.3 Aplikasi Pelayanan di Rumah Sakit Penelitian ini akan menambah informasi bagi rumah sakit yang dapat dijadikan bahan bacaan dan acuan untuk melakukan dan mengembangkan penelitian selanjutnya. Penelitian ini juga dapat memberikan gambaran mengenai penilaian pasien yang dirawat di pelayanan umum terhadap perilaku caring perawat, sehingga dapat disusun strategi untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan di RSMM.
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka ini menguraikan teori, konsep dan hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan masalah penelitian. Pokok bahasan meliputi konsep dasar caring , perilaku caring perawat, harapan pasien terhadap caring perawat, serta dampak perilaku caring terhadap terhadap perawat dan pasien.
2.1.Konsep Dasar Caring
Caring adalah suatu bentuk pemeliharaan hubungan yang berhubungan dengan menghargai orang lain disertai perasaan memiliki dan tanggung jawab (Swanson, 1991 dalam Watson, 2005). Caring erat kaitannya dengan hubungan antar manusia, dan kemampuan berdedikasi berdedikasi untuk orang lain, perasaan empati terhadap orang lain serta perasaan sayang terhadap orang lain. Kepedulian terhadap orang lain telah menjadi dasar bagi terbinanya sebuah hubungan yang saling percaya dalam kehidupan manusia. Sebagai profesi yang selalu berhadapan dengan manusia, perawat diharuskan memiliki kemampuan untuk peduli terhadap orang lain. Hubungan antara perawat dan klien adalah hubungan memberi dan menerim a yang terbentuk dari saling mengenal dan peduli antara perawat dan kli en (Potter & Perry, 2010).
Berbagai teori tentang keperawatan telah menempatkan caring sebagai inti dari keperawatan, dan memberikan bentuk pada praktek keperawatan dimana perawat membantu klien untuk pulih dari sakitnya, memberikan penjelasan tentang penyakitnya dan mengelola atau membangun me mbangun kembali hubungan (Potter & Perry, Per ry, 2010). Caring juga juga menekankan penghargaan terhadap harga diri individu, artinya dalam melakukan praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu menghargai klien dengan menerima kelebihan maupun kekurangan klien.
Caring adalah adalah esensi dari keperawatan yang membedakan dengan profesi lain dan merupakan
komitmen
moral
untuk
melindungi,
mempertahankan,
dan
meningkatkan martabat manusia (Watson, 2002). Sikap ini diberikan melalui 8
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
9
kejujuran, kepercayaan, dan niat baik. Perilaku caring menolong pasien dan keluarga dalam meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik, psikologis, spiritual, dan sosial.
Theory of Human Care Care mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia sehingga mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh (Watson, 2005). Teori ini mengedepankan hubungan interpersonal perawat-klien. Teori human caring yang dikembangkan oleh Watson berkisar pada sepuluh faktor karatif sebagai suatu kerangka untuk memberikan suatu bentuk dan fokus terhadap fenomena keperawatan. Tokoh keperawatan lain yang juga mengeluarkan teori caring adalah Swanson (1991). Teori Swanson memberikan petunjuk bagaimana membangun strate gi caring yang yang berguna dan efektif.
2.2.Perilaku Caring Perawat Perawat
Perilaku caring perawat adalah pengetahuan, sikap dan keterampilan seorang tenaga perawat dalam merawat pasien dan keluarga dengan memberikan dorongan positif, dukungan dan peningkatan pelayanan perawatan (Pryzby, 2004). Perilaku caring dalam dalam asuhan keperawatan merupakan bagian dari bentuk kinerja perawat dalam merawat pasien. Sikap caring adalah kecenderungan perawat untuk berperilaku caring terhadap pasien, sedangkan perilaku caring adalah tindakan nyata seorang perawat dalam menampilkan nilai-nilai caring (Koswara, 2002). Caring memberikan arahan dan motivasi kepada perawat untuk peduli dan membantu klien. Perilaku caring tidak tumbuh dengan sendirinya di dalam diri seseorang, tetapi merupakan hasil dari budaya, nilai-nilai, pengalaman dan hubungan individu dengan orang lain (Potter & Perry, 2010). Untuk membangun perilaku caring perawat dibutuhkan peningkatan pengetahuan perawat tentang manusia, aspek tumbuh kembang, respon terhadap lingkungan yang terus berubah, keterbatasan dan kekuatan serta kebutuhan dasar manusia.
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
10
Sikap dan perilaku caring perawat perawat terhadap setiap orang berbeda-beda (Leininger, 1988 dalam Potter & Perry, 2010), sesuai dengan kebutuhan, masalah dan nilainilai yang dianut oleh klien. Sehingga dalam menerapkan perilaku caring harus memperhatikan aspek nilai dan budaya. Perilaku caring seorang perawat dapat ditunjukan melalui sikap perawat selama memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Keterampilan dalam tindakan, sopan, sentuhan, memberi harapan, dan selalu siap untuk pasien merupakan sikap perawat yang menunjukan perilaku caring .
2.2.1. Perilaku Caring perawat perawat menurut Watson Perilaku caring dirumuskan oleh Watson (1979) kedalam sepuluh faktor karatif yang
disempurnakan
kembali
menjadi
clinical
caritas
processes yang processes
memberikan arahan bagi perawat dalam menerapkan perilaku caring (Watson, 2005). Perilaku caring perawat yang tercantum dalam sepuluh faktor karatif Watson yaitu:
2.2.1.1.Membentuk 2.2.1.1.Membentuk sistem nilai humanistik dan altruistik ( Forming a humanistikaltruistik) Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, perawat hendaknya menanamkan nilai-nilai humanistik dan altruistik. Perilaku ini tercermin dari sikap perawat dalam menghormati dan manghargai pasien dengan menerapkan nilai kebaikan, empati, cinta terhadap diri dan orang lain yang merupakan nilai-nilai yang mendasari perilaku caring . Perawat menerapkan nilai-nilai cinta dan kebaikan serta ketenangan hati sesuai dengan harapan caring (Watson, 2005). Alligood (2010) menyebutkan bahwa seorang perawat berusaha untuk mengenal siapa kliennya, memberikan perhatian terhadap pasien, dan bagaimana seorang perawat berperilaku sesuai dengan keadaannya.
Bentuk nyata perilaku perawat dalam membentuk sistem nilai humanistic dan altruistic altruistic adalah: mengenali nama pasien, mengenali kelebihan dan karakteristik khusus dari pasien, memanggil pasien dengan panggilan yang disenangi oleh Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
11
pasien, selalu mendahulukan kepentingan pasien daripada kepentingan pribadi, menyediakan waktu bagi pasien walaupun sedang sibuk, mendengarkan apapun yang menjadi keluhan dan kebutuhan pasien, menghargai dan menghormati pendapat dan keputusan pasien terkait dengan perawatannya, memberikan dukungan sosial untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan status kesehatan pasien (Nurrachmah, 2000).
2.2.1.2.Menanamkan kepercayaan dan harapan (Instilling faith & hope ) Dalam melakukan asuhan keperawatan, seorang perawat harus mampu membangkitkan kepercayaan serta optimisme pada klien sehingga mampu menyesuaikan diri dan optimis dengan keadaannya. Kepercayaan dan harapan pasien dibutuhkan pasien untuk terjadinya perubahan perilaku ke arah peningkatan kesehatan pasien. Kehadiran seorang perawat yang memungkinkan dan mendukung sistem kepercayaan, kesadaran diri dan harapan seseorang (Watson, 2005).
Bentuk nyata perilaku caring perawat dalam menanamkan kepercayaan dan harapan yaitu: selalu memberi harapan yang realistis terhadap kondisi kesehatan pasien, memotivasi pasien untuk menghadapi penyakitnya walaupun penyakit terminal, mendorong pasien untuk menerima tindakan pengobatan dan perawatan yang akan dilakukan terhadapnya, memotivasi dan mendorong pasien dalam mencari alternatif terapi secara rasional, memberi penjelasan bahwa takdir berbeda pada setiap orang, dan memberikan keyakinan bahwa kehidupan dan kematian sudah ditentukan sesuai takdir (Nurrachmah, 2000)
2.2.1.3.Menumbuhkan kepekaan terhadap diri dan orang lain sensitivity to one’s self )
(Cultivating
Seorang perawat harus mampu merasakan dan mamahami segala perubahan yang terjadi pada dirinya dan orang lain. Seorang perawat yang terbiasa peka terhadap perasaan dan kebutuhan diri sendiri akan lebih mudah untuk untuk merasakan kebutuhan dan perasaan orang lain. Menumbuhkan praktek spiritual, hubungan transpersonal, Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
12
bekerja diluar ego diri, dan menjadi sensitif terhadap diri sendiri dan orang lain (Watson, 2005).
Bentuk nyata perilaku caring perawat dalam menumbuhkan kepekaan terhadap diri dan orang lain diantaranya: perawat bersikap empati dan mampu menempatkan diri pada posisi pasien, ikut merasakan atau prihatin atas ungkapan penderitaan yang diungkapkan pasien serta siap membantu setiap saat, dapat mengendalikan perasaan ketika pasien bersikap kasar terhadap perawat, dan mampu memenuhi keinginan pasien terhadap sesuatu yang logis (Nurrachmah, 2000).
2.2.1.4.Mengembangkan 2.2.1.4.Mengembangkan hubungan saling percaya dan membantu (Developing a helping-trust relation) Membina hubungan saling percaya, jujur, dan empati dalam menjalin hubungan interpersonal yang terapeutik dengan tujuan untuk menolong orang lain merupakan perilaku yang harus diterapkan seorang perawat. Hubungan interpersonal antara pasien dan perawat merupakan aktualisasi dari hubungan manusia dalam proses caring (Watson, 2007). Hubungan interpersonal tersebut diperlihatkan melalui hubungan saling percaya dan membantu. Hubungan ini diawali dengan adanya hubungan baik antara perawat dan pasien. Penggunaan komunikasi yang efektif, keterbukaan, jujur, tidak menghakimi dan empati merupakan salah satu cara yang dapat digunakan dalam membangun sebuah hubungan saling percaya dan membantu (Suryani, 2010).
Bentuk nyata perilaku caring perawat dalam membina hubungan saling percaya yaitu: memperkenalkan diri kepada pasien saat awal pertemuan, membuat kontrak dengan pasien saat akan berkomunikasi, meyakinkan pasien bahwa perawat akan hadir untuk menolong dan memberikan bantuan saat pasien membutuhkannya, berusaha mengenali keluarga pasien dan hal-hal yang disukai oleh pasien, bersikap
hangat,
bersahabat,
menyediakan
waktu
bagi
pasien
untuk
mengekspresikan perasaan dan pengalamannya melalui komunikasi yang efektif, dan selalu menjelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan (Nurrochmah, 2000) Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
13
2.2.1.5.Meningkatkan 2.2.1.5.Meningkatkan penerimaan terhadap ekspresi perasaan positif dan negatif (Expressing & feeling) Perawat mendukung pasien untuk mengungkapkan perasaannya. Perawat dapat membantu pasien untuk bersikap realistis terhadap fikiran dan perasaan sesuai dengan kondisi yang dialaminya (Watson, 1979 dalam Carson, 2004). Seorang perawat mampu mengekspresikan perasaannya dan merasakan perasaan orang lain serta mendorong orang lain untuk mengekspresikan perasaan positif dan negatif.
Periaku caring perawat yang dapat diperlihatkan diantaranya: perawat mampu menjadi pendengar yang aktif dengan cara mendengarkan keluhan pasien dengan sabar, mendengarkan ekspresi perasaan pasien tentang keinginannya untuk sembuh dan upaya yang akan dilakukannya jika sembuh, memotivasi pasien untuk mengungkapkan perasaannya baik positif maupun negatif serta menerima aspek positif dan negatif sebagai bagian dari kekuatan yang oleh pasien (Nurrochmah, 2000).
2.2.1.6.Menggunakan 2.2.1.6.Menggunakan proses pemecahan masalah yang sistematis (Using creative problem-solving caring process) Dalam melakukan asuhan keperawatan, seorang perawat harus mampu mengambil keputusan secara kreatif dengan dengan menggunakan metode pemecahan masalah yang yang ilmiah dan sistemik dalam menyelesaikan masalah klien. Perawat mampu menggunakan diri dan pengetahuannya secara kreatif sebagai bagian dari proses caring dan dan penyembuhan pasien (Watson, 2005).
Bentuk nyata perilaku caring perawat dalam menggunakan metode pemecahan masalah yaitu perawat menggunakan proses asuhan keperawatan yang sistematis dan dalam mengatasi masalah pasien yang meliputi proses pengkajian, menegakkan diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi proses evaluasi evaluasi yang dilakukan secara sistematis (Nurrochmah, 2000).
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
14
2.2.1.7.Meningkatkan 2.2.1.7.Meningkatkan proses pembelajaran (Promoting interpersonal teachinglearning) Perawat memberikan pengajaran atau pendidikan kesehatan kepada klien dalam upaya promosi kesehatan. Salah satu peran perawat adalah sebagai educator atau pendidik, peran ini merupakan peran perawat yang dapat meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga agar dapat meningkatkan meningkatkan kesehatannya.
Bentuk nyata perilaku caring perawat yang dapat dilihat dari perilaku seorang perawat seperti; menjelaskan setiap keluhan pasien secara rasional dan ilmiah sesuai dengan tingkat pemahaman pasien serta cara mengatasinya, selalu menjelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan, menunjukan situasi yang bermanfaat agar pasien memahami proses penyakitnya, mengajarkan cara pemenuhan kebutuhan sesuai se suai masalah yang dihadapi pasien, menanyakan menan yakan kepada pasien tentang kebutuhan pengetahuan yang ingin diketahui terkait dengan penyakitnya, dan meyakinkan pasien pasi en bahwa perawat siap untuk menjelaskan m enjelaskan apa yang ingin pasien ketahui tentang kondisinya (Nurrochmah, 2000).
2.2.1.8.Menyediakan 2.2.1.8.Menyediakan lingkungan fisik, mental, sosial, dan spiritual yang suportif, protektif dan korektif (Providing a supportive, protective, or corrective mental-phisical sociocultural & spiritual environment) Perawat menciptakan lingkungan yang dapat mendukung peningkatan kesehatan dan kesejahteraan klien. Hal ini merupakan salah satu langkah dalam memberikan pelayanan yang berkualitas dan komprehensif. Lingkungan Lingkungan yang mendukung proses penyembuhan dapat mengakibatkan terciptanya kecantikan, kenyamanan, peningkatan martabat, dan perdamaian (Watson, 2005). Perilaku yang dapat ditunjukan oleh seorang perawat adalah dengan memberikan privacy, keamanan, kebersihan, dan memberikan lingkungan yang nyaman bagi pasien (Watson, 2007).
Perilaku yang dapat diperlihatkan oleh seorang perawat adalah dengan mendukung aktivitas spiritual pasien, seperti menyetujui keinginan pasien untk bertemu dengan pemuka agama, memfasilitasi memfasi litasi dan menyediakan keperluan pasien Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
15
ketika pasien akan beribadah, bersedia menghubungi keluarga atau teman yang sangat diharapkan pasien untuk mengunjunginya (Nurrachmah, 2000).
2.2.1.9.Membantu 2.2.1.9.Membantu kebutuhan dasar manusia (Assisting with the gratification of human needs) Membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia melalui berbagai bentuk intervensi yang dilakukan dengan penuh keikhlasan, kehangatan, belas kasih, dan kemurahan/kebaikan hati. Perawat membantu pemenuhan kebutuhan dasar manusia sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan secara fisik dan psikologis, serta timbulnya semangat untuk sembuh (Watson, 2005).
Bentuk nyata perilaku caring perawat diantaranya adalah: selalu bersedia memenuhi kebutuhan dasar pasien dengan ikhlas, menyatakan perasaan bangga dapat menjadi orang yang bermanfaat bagi pasien, mampu menghargai pasien dan privasi pasien saat memenuhi kebutuhannya dan mampu menunjukan bahwa pasien adalah orang yang pantas dihormati dan dihargai (Nurrochmah, 2000).
2.2.1.10. Menghargai kekuatan eksistensial, fenomenologi dan spiritual (Allowing for existential-phenomenologic forces) Perawat membuka dan meningkatkan dimensi spiritual pasien (Watson, 2005). Perawat memberi kesempatan dan mendorong klien untuk
menunjukan
kemampuan, kekuatan yang dimiliki, membantu pasien dalam menentukan coping yang efektif dalam menghadapi masalahnya, serta menemukan makna dari kehidupannya.
Bentuk nyata perilaku caring perawat adalah memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk melakukan hal-hal yang bersifat ritual demi proses penyembuhannya, penyembuhannya, memotivasi pasien dan keluarganya untuk selalu berserah diri kepada Tuhan YME, dan mampu menyiapkan pasien dan keluarganya ketika menghadapi fase berduka. (Nurrochmah, 2000).
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
16
2.2.2. Perilaku Caring Menurut Menurut Swanson Teori yang dikemukakan oleh Swanson (1991) mendefinisikan caring sebagai suatu pemeliharaan hubungan dan menghargai orang lain disertai perasaan memiliki dan tanggung jawab. Teori ini mengemukakan bahwa caring terdiri terdiri dari lima proses yaitu; (1) berusaha untuk memahami suatu kejadian, memiliki makna bagi kehidupan orang lain (knowing), (knowing), (2) secara emosional hadir untuk orang lain (being with), with), (3) melakukan suatu untuk orang lain seperti dia akan melakukannya untuk dirinya sendiri (doing for), (4) for), (4) memfasilitasi jalan orang lain untuk melalui transisi kehidupan atau kejadian yang tidak dikenal (enabling), (enabling), (5) mendukung keyakinan pada kapasitas orang lain untuk melewati suatu kejadian atau transisi dan menghadapi masa depan dengan penuh harapan dan makna (maintaining belief).
2.2.2.1. Knowing Knowing (Mengetahui) (Mengetahui) Perilaku perawat yang ditunjukan yaitu perawat berusaha mengerti kejadian yang berarti dalam kehidupan seseorang, dengan cara menghindari asumsi terhadap pasien, perawat memfokuskan pelayanan terhadap satu orang, mencari dan mnegkaji petunjuk yang mendukung untuk lebih mengenal pasien, memberikan penilaian terhadap keadaan pasien secara menyeluruh, dan membangun hubungan yang terapeutik dengan pasien.
2.2.2.2. Being Being With (Melakukan With (Melakukan Bersama) Prinsip ini mengandung makna perawat hadir secara emosioal bersama dengan pasien, dan membantu pasien dalam menghadapi masalahnya. Perilaku yang dapat ditunjukan oleh seorang perawat yaitu, perawat ada bersama pasien, menunjukan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki, berbagi perasaan dengan pasien, dan tidak mudah marah.
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
17
2.2.2.3. Doing Doing for (Melakukan Untuk) Makna dari perilaku prinsip ini adalah bahwa perawat sebisa mungkin melakukan tindakan kepada orang lain seperti melakukannya terhadap diri sendiri, sehingga perawat dapat merasakan respon yang mungkin ditimbulkan dari tindakan tersebut. Perilaku yang ditunjukan perawat yaitu selalu memberikan kenyamanan kepada pasien, tindakan antisipasi terhadap faktor resiko dan adanya efek lain yang ditimbulkan, melindungi pasien dan menunjukan kepercayaan dan keterampilan dalam melakukan tindakan.
2.2.2.4. Enabling Enabling (Kemampuan) (Kemampuan) Prinsip ini bermakna perawat senantiasa memiliki kemampuan untuk membantu individu dalam menjalani transisi kehidupan (seperti kelahiran, kematian, dan kesakitan) atau kejadian luar biasa. bias a. Perilaku yang ditunjukan oleh seorang perawat diantaranya yaitu perawat mampu menjelaskan, mendukung, mencari alternative pemecahan masalah, focus terhadap pasien, dan memberikan umpan balik.
2.2.2.5. Mantaining Mantaining Belief (Mengatasi (Mengatasi Kepercayaan) Perawat menaruh kepercayaan terhadap kemampuan seseorang dalam menjalani hidup atau transisi kehidupan serta menghadapi masa depan dengan memegang kepercayaan pasien dan mempercayai pasien, mempertahankan sikap penuh pengharapan, dan menawarkan keyakinan keyakinan yang realistik.
2.2.3. Perilaku Caring Perawat Perawat Menurut Potter dan Perry Potter dan Perry (2010) menggambarkan bentuk perilaku caring yang diberikan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan terhadap pasien yaitu kehadiran, sentuhan, mendengarkan dan memahami klien.
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
18
2.2.3.1.Kehadiran Perilaku caring perawat dapat ditunjukan dengan kehadiran perawat. Kehadiran perawat merupakan sesuatu yang berarti bagi pasien (Watson, 2005). Kehadiran perawat, kontak mata, bahasa tubuh, nada suara, mendengarkan, memiliki sikap positif dan semangat perawat dalam berinteraksi dengan pasien dapat membentuk suasana keterbukaan dan saling mengerti (Potter & Perry, 2010). Kehadiran seorang perawat untuk membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan dasar yang tidak dapat dilakukan sendiri oleh pasien atau oleh keluarga.
2.2.3.2.Sentuhan Penggunaan sentuhan merupakan salah satu cara pendekatan yang dapat menenangkan pasien. Sentuhan dapat berupa kontak maupun nonkontak (Fredriksson,1999 dalam Potter & Perry, 2010). Sentuhan kontak dapat diartikan sebagai perawat memberikan sentuhan secara langsung terhadap pasien untuk memberikan ketenangan. Sedangkan sentuhan tidak langsung dapat diartikan dengan memberikan kontak mata dan perhatian terhadap pasien. Sentuhan caring adalah
suatu
bentuk
komunikasi
nonverbal
yang
dapat
mempengaruhi
kenyamanan dan keamanan klien, meningkatkan harga diri, dan memperbaiki orientasi tentang kenyataan (Boyek & Watson, 1994 dalam Potter & Perry 2010).
Menyentuh tangan klien dapat menimbulkan perasaan nyaman dan menunjukan bahwa perawat memperhatikan klien, dan menunjukan penerimaan perawat terhadap pasien. Dalam pelaksanaannya, sentuhan harus memperhatikan aspek nilai dan budaya. Sebelum memberikan sentuhan langsung, perawat harus mengetahui nilai dan budaya yang dianut oleh pasien, agar tidak terjadi kesalahfahaman.
2.2.3.3.Mendengarkan Caring merupakan hubungan interpersonal antara perawat dan klien, sehingga didalamnya
bukan
hanya
sekedar
percakapan
sosial.
Dalam
hubungan
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
19
interpersonal, mendengarkan merupakan kunci, karena menunjukan perhatian penuh, dan ketertarikan perawat terhadap pasien. Dengan mendengarkan, perawat dapat mengerti masalah yang dihadapi oleh pasien dan mengetahui dengan jelas apa yang harus dilakukan untuk menolong pasien. Bernick (2004) dalam Potter & Perry (2010) mengemukakan bahwa dengan mendengarkan, perawat mulai memahami pasien dan mengetahui apa yang penting bagi pasien.
2.2.3.4.Memahami Klien Memahami klien merupakan salah satu proses caring yang diungkapkan oleh swanson (1991). Pemahaman tersebut meliputi pemahaman tentang pasien, masalah yang dihadapi pasien dan intervensi yang akan dilakukan. Pemahaman terhadap pasien membantu perawat dalam merespon masalah pasien (Bulfin, 2005 dalam Potter & Perry, 2010). Pemahaman terhadap pasien berkembang seiring dengan hubungan interpersonal yang dibangun antara perawat dan klien. Pemahaman terhadap pasien membuka peluang bagi perawat untuk menentukan intervensi yang tepat bagi pasien.
2.3. Klasifikasi Perilaku Caring Perawat Perawat
Banyak penelitian mandefinisikan dan menjabarkan bentuk nyata perilaku caring perawat. Christopher dan Hegedus (2000) dalam penelitiannya, merangkum beberapa literatur tentang perilaku caring perawat, perawat, dan mengelompokan perilaku caring perawat kedalam dua kelompok besar yaitu perilaku afektif dan instrumental.
2.3.1. Perilaku Afektif Caring Perawat Perawat Perilaku afektif caring perawat adalah sikap perawat yang mencerminkan nilainilai caring yaitu nilai kemanusiaan, hormat, kepedulian, empati, dan hubungan saling percaya dan membantu (Christopher & Hegedus (2000). Perilaku caring perawat yang termasuk termas uk kedalam perilaku perila ku afektif meliputi semua aktivitas perawat dalam membentuk hubungan dengan pasien yang berkualitas yang didasari Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
20
hubungan saling percaya, sensitif dan empati. Aktivitas lain yang mencerminkan perilaku afektif yaitu memberikan me mberikan dukungan terhadap pasien seperti pengawasan pasien, memberikan kenyamanan dan menghormati privasi pasien (Watson, 1979 dalam Christopher &Hegedus, 2000).
2.3.2. Perilaku Instrumental Caring Perawat Perawat Perilaku instrumental caring perawat adalah perilaku yang menunjukan keterampilan
dan
kemampuan
perawat
secara
kognitif
dan
psikomotor
(Christopher & Hegedus, 2000). Aktivitas perawat yang mencerminkan perilaku caring instrumental instrumental diantaranya yaitu aktivitas fisik atau tindakan perawat seperti pemberian obat-obatan, perawatan kebersihan pasien, pemenuhan pemenuhan kebutuhan dasar pasien dan penggunaan alat-alat kesehatan. Perilaku lain yang mencerminkan perilaku instrumental inst rumental dari caring perawat perawat adalah aktivitas yang berorientasi pada kemampuan kognitif seperti program pembelajaran, pendidikan kesehatan dan pemecahan masalah dengan metode asuhan keperawatan yang sistematis (Watson, dkk, 1979 dalam Christopher &Hegedus, 2000).
2.4. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Caring Perawat Perawat
Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku caring perawat, beban kerja yang tinggi dan motivasi perawat merupakan salah satu faktor yang berperan dalam perilaku caring perawat. Penelitian yang dilakukan oleh Burtson dan Stichler (2010) terhadap 126 orang perawat mendapatkan bahwa perasaan puas dan kepuasan kerja perawat memiliki hubungan yang positif dengan perilaku caring perawat. Namun stress, kejenuhan dan perasaan lelah memiliki hubungan yang negatif dengan perilaku caring yang yang ditunjukan oleh perawat (Burtson & Stihler, 2010).
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
21
2.4.1. Beban Kerja Perawat Tingginya beban kerja yang dilakukan oleh perawat menyebabkan tingginya stress yang terjadi pada perawat sehingga menurunkan motivasi perawat untuk melakukan caring . Sobirin (2006) dan Juliani (2009) dalam penelitiannya juga mendapatkan hubungan yang signifikan antara beban kerja perawat dengan pelaksanaan perilaku caring perawat dengan P value 0,004. Beban kerja yang tinggi menyebabkan kelelahan pada perawat sehingga dapat menurunkan motivasi perawat untuk bersikap caring (Sobirin, 2006). Tingginya beban kerja menyebabkan perawat memiliki waktu yang lebih sedikit untuk memahami dan memberikan perhatian terhadap pasien secara emosional dan han ya fokus terhadap kegiatan yang bersifat rutinitas, seperti memberikan obat, melakukan pemeriksaan penunjang atau menulis catatan perkembangan pasien.
2.4.2. Lingkungan Kerja Lingkungan kerja yang nyaman akan menimbulkan kenyamanan dalam bekerja pada perawat sehingga memungkinkan perawat untuk menerapkan perilaku caring nya. nya. Suryani (2010) menyebutkan bahwa lingkungan kerja memiliki pengaruh yang positif terhadap perilaku perila ku caring seorang seorang perawat, lingkungan kerja yang
baik
dapat
menciptakan
tingginya
perilaku
caring perawat
dan
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. Lingkungan kerja tidak hanya terpaku pada lingkungan fisik saja, namun lebih dari itu, iklim kerja yang kondusif, kepemimpinan yang efektif, kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir dan pemberian upah atau penghasilan dapat berdampak pada meningkatnya kinerja dan motivasi perawat untuk menerapkan caring . Supriadi (2006) dalam penelitiannya yang bertujuan untuk melihat hubungan karakteristik pekerjaan dengan pelaksanaan perilaku caring oleh oleh perawat pelaksana, mendapatkan adanya hubungan yang signifikan antara karakteristik pekerjaan dengan pelaksanaan perilaku caring perawat. perawat.
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
22
2.4.3. Pengetahuan Dan Pelatihan Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa caring tidak tumbuh dengan sendirinya di dalam diri seseorang tetapi timbul berdasarkan nilai-nilai, dan pengalaman menjalin hubungan dengan orang lain. Peningkatan pengetahuan dan pelatihan perilaku caring yang diberikan kepada perawat dapat meningkatkan kesadaran perawat untuk melakukan caring sesuai dengan teori yang telah dikembangkan. Sutriyanti (2009) menyebutkan bahwa ada pengaruh yang bermakna antara pelatihan perilaku caring dengan dengan kepuasan pasien dan keluarga terhadap
pelayanan
keperawatan.
Koswara
(2002)
dalam
penelitiannya
menemukan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan caring dengan sikap caring perawat. Dengan pengetahuan yang tinggi tentang caring , menunjukan perilaku caring yang yang lebih baik.
2.5. Harapan Pasien Terhadap Perilaku Caring Perawat Perawat
Pada saat mengunjungi atau dirawat di pelayanan kesehatan, pasien dan keluarganya mengharapkan pertolongan dan bantuan dari petugas kesehatan termasuk perawat yang dapat membantu mereka untuk mendapatkan kembali kesehatannya
secara
optimal.
Kecemasan
dan
ketidakberdayaan
pasien
menyebabkan tuntutan dari pasien terhadap perawat untuk bersedia membantu. Harapan pasien untuk mendapatkan pelayanan yang terbaik merupakan tantangan bagi perawat untuk terus meningkatkan kualitas kualitas pelayanan.
Sebagian pasien dan keluarga mengharapkan perawat memiliki keterampilan klinis seperti bagaimana memberikan suntikan, bagaimana menggunakan peralatan, dan mengetahui kapan waktu yang tepat untuk menghubungi dokter (Mc. Dermott, 1987), sedangkan sebagian lainnya lebih mengharapkan keterampilan perawat dalam aspek caring , pengajaran dan dukungan emosional terhadap pasien (Christopher & Hegedus, 2000). Harapan yang paling utama dari pasien terhadap pelayanan pela yanan keperawatan adalah perawat selalu memonitor kondisi pasien dan memperlihatkan kompetensi klinis yang baik. Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
23
Keterampilan dan perilaku yang ditampilkan oleh seorang tenaga perawat dapat menimbulkan kepercayaan pada pasien untuk menerima pelayanan keperawatan. Keterbukaan dan perhatian yang diberikan oleh perawat dapat meningkatkan kepercayaan diri pasien untuk menjalin hubungan yang baik dalam rangka meningkatkan kesembuhannya. Harapan yang dikemukakan oleh pasien terhadap perilaku caring perawat perawat adalah bahwa; perawat hendaknya memiliki sikap sabar, menunjukkan sikap simpati dan sensitif terhadap klien, menggunakan pendekatan dengan lembut dan tenang, menjawab pertanyaan anggota keluarga secara jujur terbuka dan ikhlas, mengijinkan klien melakukan sesuatu untuk dirinya sebisa mungkin, dan mengajarkan keluarga cara memelihara kondisi fisik yang relatif nyaman (Attree, 2001 dalam Potter & Perry 2010).
Harapan lainnya dari pasien terhadap caring perawat adalah bahwa perawat bersikap jujur, mengadvokasi pilihan perawatan klien, memberikan penjelasan yang lengkap dan jelas, selalu memberikan informasi pada anggota keluarga, memberikan ketertarikan dalam menjawab pertanyaan dan memberikan jawaban dengan jujur, menyediakan layanan gawat darurat, menyediakan privasi bagi pasien, meyakinkan klien bahwa layanan keperawatan akan selalu tersedia, membantu memandirikan klien, dan mengajarkan keluarga bagaimana menjaga kenyamanan fisik (Radwin, 2000; Brown dkk, 2005).
Barnum (1994) mengidentifikasi perilaku caring perawat yang diharapkan oleh pasien adalah bahwa b ahwa perawat memiliki kemampuan untuk: mendengarkan dengan penuh perhatian, menciptakan kenyamanan, berbuat jujur, memiliki kesabaran, tanggap terhadap kebutuhan pasien, mempu menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh pasien, memberikan sentuhan, memperlihatkan sensitifitas, memperlihatkan rasa hormat dan memanggil klien dengan panggilan yang menunjukan rasa hormat.
Perilaku caring yang ditunjukan oleh perawat dapat memberikan pengalaman yang baik bagi pasien. Wolf, Miller, dan Devine (2003) menyatakan bahwa kinerja perawat termasuk perilaku caring yang ditunjukan oleh perawat Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
24
memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kualitas pengalaman pasien selama menjalani perawatan di rumah sakit.
2.6. Dampak Caring
2.6.1. Dampak Caring Bagi Bagi Perawat Perilaku caring perawat telah terbukti memberikan dampak yang sangat besar bagi pasien maupun perawat. Kesembuhan pasien akan menjadi kepuasan tersendiri bagi perawat yang merawatnya. Kemajuan pasien secara klinis, menunjukan keberhasilan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Keberhasilan dalam perawatan tidak hanya dapat dilihat dari kemajuan kondisi fisik klien, tetapi juga adanya perubahan perilaku kearah yang lebih baik adalah suatu kemajuan dalam perawatan.
Penerapan perilaku caring pada pada perawat dapat meningkatkan pencapaian prestasi kerja perawat, peningkatan kepuasan dalam bekerja, mendorong terwujudnya citacita, dan meningkatkan rasa syukur, memelihara integritas seorang perawat, pemenuhan dan peningkatan harga diri bagi perawat, hidup dengan filosofi sendiri,
meningkatkan
penghargaan
terhadap
hidup
dan
mati,
refleksi,
meningkatkan rasa cinta dalam keperawatan dan meningkatkan pengetahuan seorang perawat (Oskouie, Rafii, & Nikravesh, 2006). Kepuasan kerja perawat dapat dicapai salah satunya dengan keberhasilan membangun hubungan yang baik dengan klien dan membantu klien dalam melewati masa sakitnya. Kemampuan perawat dalam menampilkan perilaku caring menimbulkan rasa cinta terhadap keperawatan sehingga perawat akan meningkatkan pengetahuannya, menghargai kehidupan dan kematian, menghargai integritas, keutuhan dan harga diri serta perasaan puas dapat membantu pasien mencapai kesehatan dan kesejahteraan (Swanson dalam Watson, 2009).
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
25
2.6.2. Dampak Perilaku Caring Perawat Perawat Bagi Pasien Perilaku caring yang yang diberikan oleh perawat terhadap pasien dapat menimbulkan dampak terhadap kesejahteraan emosional dan spiritual klien; meningkatkan martabat klien, kontrol diri, kepribadian, peningkatan kesembuhan fisik; memberikan keamanan, memberikan lebih banyak energi bagi pasien, mengurangi biaya perawatan dan mengurangi respon kehilangan, serta menciptakan hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien; menurunkan perasaan terasing dan menumbuhkan hubungan kekeluargaan dengan erat (Watson, 2005). Peningkatan kesejahteraan pasien akan membantu pasien untuk keluar dari masalah kesehatan yang dihadapi atau beradaptasi dengan keadaan sakitnya.
Wolf,, Miller, dan Devine (2003) mengidentifikasi adanya hubungan yang positif antara perilaku caring perawat
dengan kepuasan pasien dan penurunan hari
rawat, serta biaya perawatan pasien. Palesse dkk, (2011) dalam penelitiannya terhadap 1565 pasien medikal bedah di enam negara eropa juga mendapatkan hasil adanya hubungan positif antara perilaku caring perawat dengan tingkat kepuasan pasien, semakin tinggi perilaku caring yang dipersepsikan oleh pasien maka semakin tinggi juga tingkat kepuasan pasien.
Kepuasan pasien didefinisikan sebagai pendapat pasien terhadap pelayanan yang diterimanya dari personil perawat (Merkouris, dkk, 2004, Wagner & Bear , 2008). Kepuasan pasien merupakan kesesuaian antara harapan pasien dengan kenyataan pelayanan yang diterimanya. Jika pelayanan pela yanan yang diterima sesuai dengan harapan pasien, maka akan menimbulkan kepuasan bagi pasien. Kepuasan ini dipengaruhi oleh harapan pasien, faktor demografi dari pasien, pengalaman sebagai penerima pelayanan keparawatan sebelumnya, lama hari rawat, budaya dan aspek sosial kehidupan (Wagner & Bear, 2008).
2.7. Meningkatkan Meningkatkan Perilaku Caring Perawat Perawat
Berdasarkan prinsip yang dikemukakan oleh beberapa ahli yang menyebutkan bahwa caring adalah inti dari keperawatan, maka dibutuhkan upaya yang baik Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
26
untuk meningkatkan kemampuan perawat untuk menerapkan perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Upaya Upa ya peningkatan perilaku caring dapat dilakukan dengan melakukan pendekatan individu, pendekatan psikologis, dan pendekatan pendekatan organisasi.
2.7.1. Pendekatan Individu Pendekatan individu dilakukan dengan cara meningkatkan pengetahuan dan keterampilan caring pada pada perawat. Peningkatan pengetahuan ini dapat dilakukan melalui pendidikan formal maupun nonformal. Melalui jalur formal, caring telah telah dimasukan kedalam kurikulum pengajaran bagi mahasiswa keperawatan baik jenjang pendidikan DIII maupun jenjang pendidikan S1 keperawatan (Koswara, 2002). Pengenalan tentang caring pada mahasiswa keperawatan ditujukan agar mahasiswa memiliki sikap caring yang akan mereka terapkan setelah masuk kedunia kerja. Mengadakan workshop, workshop, seminar, pendidikan dan pelatihan mengenai perilaku caring perawat juga dapat dilakukan guna meningkatkan pengetahuan perawat tentang tenta ng perilaku caring , dan membangun sikap caring sejak sejak dini. Peningkatan pengetahuan dan kesadaran perawat tentang teori dan konsep dasar caring dalam dalam keperawatan melalui pelatihan dapat menjadi salah satu cara untuk menerapkan perilaku caring perawat perawat (Gadow, 1990 dalam Muhidin, 2008).
2.7.2. Pendekatan Psikologis Perilaku caring perawat dapat ditingkatkan dengan cara mengadakan supervisi dan pembinaan secara berkala terhadap perawat yang telah bekerja. Supervisi ini ditujukan
agar
pelaksanaan
perilaku
caring dapat
berlangsung
secara
berkesinambungan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap t erhadap pasien. Role pasien. Role model atasan (kepala ruangan) yang menampilkan perilaku caring perawat, perawat, dapat meningkatkan perilaku caring perawat. Pemimpin yang bersikap caring dapat menjadi role model bagi bawahannya untuk menerapkan perilaku caring perawat perawat terhadap pasien selama melakukan asuhan keperawatan. Supriatin (2009) yang didukung oleh Suryani (2010) dalam penelitiannya menemukan bahwa ada Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
27
hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala ruangan dengan perilaku caring perawat. perawat. Kepemimpinan yang baik dari kepala ruangan yang mendukung terhadap nilai-nilai caring , dapat menciptakan perilaku caring pada perawat pelaksana.
2.7.3. Pendekatan Organisasi Perilaku caring seorang seorang perawat tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pribadi atau pekerjaan perawat. Lebih dari itu, peran organisasi terhadap perilaku caring juga juga sangat besar. Upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan perilaku caring adalah dengan membangun struktur, sistem dan budaya caring dalam dalam organisasi. Williams, Mc Dowell, dan Kautz (2011) merumuskan suatu bentuk model kepemimpinan yang menggabungkan antara teori human caring dari Watson (2008) dengan dengan teori kepemimpinan dari Kouzes dan Posner (2007). Rumusan Rumusan model kepemimpinan ini dikenal dengan Mc-Dowell-Williams Caring Leadership Model . Dalam model ini, seorang pemimpin harus memegang nilai-nilai dasar caring yaitu: memimpin dengan kebaikan, dan persamaan; membangkinkan harapan dan keyakinan; meningkatkan pengetahuan, refleksi dan bijaksana; menciptakan hubungan saling menghormati dan caring ; dan mewujudkan lingkungan yang caring , saling membantu, dan saling percaya pada diri sendiri dan orang lain.
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang kerangka konsep dan definisi operasional penelitian. Kerangka konsep merupakan rangkuman dari kerangka teori yang dibuat dalam bentuk diagram yang menghubungkan antara variabel yang diteliti dan variabel lain yang terkait (Sastroasmoro & Ismael, 2010).
3.1.Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan pustaka yang duraikan pada bab sebelumnya, Perilaku caring seorang perawat dapat ditunjukan melalui sikap perawat selama memberikan
asuhan
keperawatan
kepada
pasien.
Perilaku
caring akan
mempengaruhi penampilan perawat yang akan dinilai oleh pasien sebagai target dari caring perawat. Penelitian ini ingin melihat sejauh mana perilaku caring perawat di ruang rawat inap umum RS Dr. H. Marzoeki Mahdi (RSMM) Bogor berdasarkan
penilaian
dari
pasien
sebagai
penerima
pelayanan
asuhan
keperawatan. Sehingga perilaku caring perawat perawat terhadap pasien merupakan satusatunya variabel yang akan diteliti. Output yang dihasilkan dari penelitian ini adalah perilaku caring perawat tinggi atau rendah. Kerangka konsep penelitian dapat digambarkan digambarkan melalui gambar 3.1.
Tinggi
Perilaku caring perawat perawat :
-
Perilaku Afektif Perilaku Instrumental
Rendah
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Keterangan gambar: = Output penelitian = Variabel yang akan diteliti 28
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
29
3.2.Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan sebuah konsep atau variabel dengan prosedur spesifik yang dapat diukur dengan menggunakan alat ukur (Polit & Beck, 2004). Definisi operasional, cara ukur, hasil ukur dan skala ukur masing-masing variabel dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1. Definisi Operasional, Cara Ukur, Skala Ukur dan Hasil Ukur Variabel
Perilaku caring perawat
Definisi
perilaku yang ditunjukan oleh perawat saat memberikan asuhan keperawatan seperti memberi rasa nyaman, perhatian, hormat, peduli, terampil, pemeliharaan kesehatan, memberi dorongan, melindungi, kehadiran, mendukung, memberi sentuhan dan siap membantu, memenuhi kebutuhan pasien, serta mengunjungi pasien.
Alat dan Cara ukur
Modifikasi Caring Behaviour Assesment Tools (CBA) yang dikembangkan oleh Cronin dan Harrison, (1988) dan diterjemahkan dan dimodifikasi oleh Suryani (2010).
Skala ukur
Ordinal
Hasil ukur
Total skor responden antara 45180 Dengan pengelomp okan: 45 – 112 112 = Perilaku Caring Rendah
Yang terdiri dari 45 pernyataan tentang perilaku caring perawat. perawat. Cara ukur dengan menggunakan skala likert, dengan skor nilai 1-4:
113- 180 = Perilaku Caring Tinggi
Untuk pernyataan favourable skala favourable skala yang digunakan adalah : 4= sangat setuju 3= setuju 2= tidak setuju 1= sangat tidak setuju Untuk pernyataan unfavourable : unfavourable : 1= sangat setuju 2= setuju 3= tidak setuju 4= sangat tidak setuju
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
30
Subvariabel Perilaku Perilaku yang 23 item ditunjukan oleh pernyataan dalam Afektif perawat yang kuesioner mencerminkan nilai- modifikasi CBA nilai caring seperti seperti menghargai nilai kemanusiaan, Cara ukur dengan hormat, empati, skala likert 1-4 hubungan saling percaya, dan membantu
Perilaku perilaku yang 22 item Instrumen menunjukan pernyataan dalam keterampilan dan kuesioner tal kemampuan perawat modifikasai CBA secara kognitif dan psikomotor
Ordinal
Total skor 23 – 92 92 Dengan pengelompokan: 23 – 57 57 = Rendah 58 – 92 92 = Tinggi
Ordinal
Total skor 22 – 88 88 Dengan pengelompokan: 22 – 55 55 = Rendah 56 – 88 88 = Tinggi
Cara ukur dengan skala likert 1-4 Karakteristik Karakteristik Responden
Umur
Jenis kelamin
Tingkat pendidika n Lama hari rawat
Jumlah tahun sejak lahir sampai ulang tahun terakhir Gender yang dibawa sejak lahir dibedakan menjadi dua jenis kelamin laki-laki dan perempuan Pendidikan formal yang telah dilalui oleh responden
Bagian data karakteristik responden Bagian data karakteristik responden
Jumlah hari rawat mulai pasien masuk ke RSMM
Interval
Usia dalam tahun
Nominal
1= pria 2= wanita
Bagian data karakteristik responden
Ordinal
1= SD 2= SMP 3=SMA 4=PT
Bagian dari data responden
Ordinal
Jumlah hari
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
BAB 4 METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang desain penelitian, populasi dan sampel, tempat penelitian, etika penelitian, alat pengumpulan data, hasil uji validitas instrument penelitian, prosedur pengumpulan data, data, pengolahan dan analisa data.
4.1.Desain Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei deskriptif. Metode survei deskriptif didefinisikan sebagai suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di masyarakat, memotret
masalah
kesehatan
yang
terkait
dengan
sekelompok
penduduk
(Notoatmodjo, 2010). Metode ini digunakan karena peneliti ingin mengetahui sejauh mana perilaku caring perawat perawat terhadap pasien di Ruang Rawat Inap Umum RS Dr. H. Marzoeki Mahdi (RSMM) Bogor.
4.2.Populasi Dan Sampel
4.2.1
Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan individu yang menjadi acuan hasil-hasil penelitian akan berlaku (Kasjono & Yasril, 2009). Populasi dibagi menjadi dua kategori; populasi target yaitu seluruh unit dari populasi, dan populasi survey (populasi terjangkau) yaitu subunit dari populasi target yang menjadi dasar pengambilan sampel (Danim, 2003). Populasi target dalam penelitian ini adalah
seluruh pasien yang dirawat di Ruang Rawat Inap Umum RSMM Bogor.
4.2.2
Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang ciri-cirinya diselidiki atau diukur (Kasjono & Yasril,2009). Tahap pertama pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan cara menentukan karakteristik umum subyek penelitian pada populasi 31
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
32
target dan populasi terjangkau, yang disebut kriteria inklusi dan karakteristik anggota pupolasi yang tidak dapat dijadikan sampel disebut kriteria ekslusi (Sastroasmoro & Ismael, 2011). Subyek penelitian ini adalah pasien yang dirawat di Ruang Rawat Inap Umum RSMM Bogor, yang memenuhi kriteria
inklusi
sebagai berikut: 1) Pasien yang sedang dirawat dan telah menjalani perawatan minimal 3 hari 2) Dapat menulis dan membaca. 3) Tingkat kesadaran penuh atau compos mentis 4) Berusia minimal 17 tahun 5) Bersedia menjadi responden.
Tahap selanjutnya yaitu menghitung besar sampel yang akan diambil. Peneliti menganggap bahwa populasi pasien yang dirawat setiap waktu selalu berubah, sehingga tidak dapat ditentukan jumlah pasti dari populasi. Oleh karena itu, peneliti menggunakan rumus menghitung besar sampel untuk estimasi proporsi (Notoatmodjo, 2010), yaitu: n= Z1-α/2 1-α/2 . p (1-p) d
(4.1)
Keterangan: n
= Jumlah sampel yang dibutuhkan
Z1-α/2 1-α/2
= Deviat baku alfa / Z / Z score, score, untuk 5% , Z = 1,96
p
= Proporsi kategori variable yang diteliti/ proporsi penelitian sebelumnya, jika tidak diketahui digunakan 0,5
q
= 1- p
d
= Presisi 5%
Dari rumus diatas, peneliti dapat menghitung jumlah minimal sampel yang harus diambil yaitu: n = 1,96 x 0,5 x (1-0,5) 0.05 Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
33
n = 0,49 0,05 n= 98 orang responden
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, jumlah sampel yang dibutuhkan adalah minimal 98 orang. Peneliti juga mengantisipasi adanya sampel yang drop out sebanyak 10% (Sastroasmoro & Ismael, 2010), maka besar sampel yang dibutuhkan adalah:
(4.2)
Keterangan : n
= Besar sampel yang dihitung
f
= Perkiraan proporsi drop out (10%) n=
98 1-0,1
n = 108,89 orang dibulatkan menjadi menjadi 109 orang responden responden Hasil perhitungan di atas menunjukkan jumlah sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini minimal 109 orang responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu dengan menggunakan teknik Probability sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara acak atau random, dimana setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel (Notoatmodjo, 2010). Dalam teknik random random sampling, anggota anggota populasi harus bersifat homogen. Oleh karena itu, peneliti memilih teknik stratified random sampling karena populasi dalam penelitian ini bersifat heterogen yaitu terdiri dari beberapa kelompok pasien yang mendapatkan perawatan di ruang perawatan yang berbeda berdasarkan kelas perawatan.
Ruang perawatan yang ada di RSMM yaitu kelas perawatan vip dan kelas 1 utama, perawatan kelas 1 dewasa, perawatan kelas III dewasa, perawatan kelas II geriatrik, ruang perawatan anak, ruang bersalin, perinatologi dan ruangan ICU yang masing-masing memiliki karakteristik populasi yang berbeda-beda. Dalam Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
34
penelitian ini ada beberapa ruangan yang tidak termasuk dalam kriteria inklusi penelitian, sehingga peneliti mengambil sampel hanya pada ruangan-ruangan ruangan-ruangan yang memenuhi kriteria inklusi yaitu sebanyak empat ruangan terdiri dari ruang Arjuna (ruang perawatan vip dan kelas I utama), Ruang Bisma (ruang perawatan kelas I dewasa), ruang Antasena (ruang perawatan kelas III dan II dewasa), dan ruang Gayatri (ruang perawatan kelas II geriatrik).
Dalam menentukan jumlah sampel untuk masing-masing ruangan, peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel dengan cara acak stratifikasi. Teknik acak stratifikasi (stratified Random Sampling) yaitu pengambilan sampel dengan cara populasi yang heterogen dibagi kedalam lapisan-lapisan (strata), agar semua ciri-ciri populasi yang heterogen dapat terwakili (Kasjono & Yasril, 2009). Cara pengambilan sampel
dilakukan dengan mengelompokan pasien
kedalam
kelompok-kelompok berdasarkan ruang perawatan, kemudian dihitung jumlah sampel yang akan diambil dari masing-masing ruangan dengan menggunakan perbandingan jumlah tempat tidur yang terdapat dalam setiap ruangan dengan jumlah seluruh tempat tidur yang ada dikalikan dengan jumlah keseluruhan sampel yang akan diambil. Rumus yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel yang akan diambil dari masing-masing ruangan yaitu : n1= N1/N x n
(4.3)
Uraian jumlah sampel yang akan diambil pada setiap ruangan dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Jumlah Sampel Untuk Masing-Masing Ruang Perawatan Ruang
Jumlah TT
Perawatan
Perhitungan Jumlah
Jumlah
Sampel
Responden
Vip & I utama
11
n= 11/80 x 109
15
Kelas I dewasa
16
n= 16/80 x 109
22
Kelas III dewasa
38
n= 38/80 x 109
52
Kelas II geriatrik
15
n= 15/80 x 109
20
Jumlah
80
109
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
35
4.3.Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Ruang Rawat Inap Umum RSMM Bogor. Peneliti memilih RSMM Bogor, karena merupakan rumah sakit jiwa pusat dan dijadikan rujukan nasional bagi pelayanan pasien psikiatrik, dan sedang mengembangkan pelayanan bagi pasien non psikiatrik (umum). Ruang perawatan umum merupakan pelayanan baru yang dikembangkan di RSMM sejak tahun 2002. Sehingga merupakan tantangan baru bagi perawat dalam penerapan perilaku caring bagi pasien umum yang memiliki karakteristik berbeda dengan pasien psikiatrik. Belum adanya catatan atau laporan yang jelas mengenai caring perawat juga menjadi alasan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di tempat ini.
Untuk dapat memberikan gambaran yang jelas tentang perilaku caring perawat perawat di ruang perawatan umum, maka peneliti akan mengambil sampel berdasarkan perwakilan dari masing-masing ruangan yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi penelitian. Ruangan yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari empat ruangan yaitu; yaitu; (1) ruang perawatan VIP dan kelas I utama, (2) (2) Ruang perawatan dewasa kelas kel as I, (3) Ruang perawatan dewasa kelas II dan III, I II, (4) ruang perawatan geriatrik. Sedangkan untuk ruangan bersalin, ruang perawatan anak dan ICU tidak diikut sertakan dalam penelitian ini karena ketiga ruangan tersebut tidak sesuai dengan kriteria inklusi penelitian ini.
4.4.Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Juni 2012, dan waktu pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 3 Mei 2012 sampai dengan 28 Mei 2012. Jadual kegiatan penelitian dapat dilihat pada halamam lampiran.
4.5.Etika Penelitian
Sebagai rasa tanggung jawab peneliti, penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan etika penelitian, yaitu prinsip-prinsip etis yang diterapkan dalam Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
36
kegiatan penelitian mulai dari penyusunan proposal, sampai dengan publikasi (Notoatmodjo, 2010). Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memegang teguh pada etika penelitan sesuai dengan tiga prinsip utama etika penelitian yaitu; beneficience (memperhitungkan beneficience (memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan), Respect ditimbulkan), Respect for human dignity ( menghormati menghormati harkat dan martabat manusia), dan Justice (keadilan) (Polit & Beck, 2004).
4.5.1. Beneficience 4.5.1. Beneficience (Memperhitungkan (Memperhitungkan Manfaat dan Kerugian Yang Ditimbulkan) Prinsip beneficience dapat beneficience dapat ditunjukan dengan melindungi responden dari kerugian atau hal-hal yang membahayakan bagi responden, melindungi responden dari eksploitasi, dan rasa sakit atau ketidaknyamanan akibat penelitian (Polit & Beck, 2004). Dalam sebuah penelitian, seorang peneliti harus memperhitungkan manfaat dan resiko yang akan ditimbulkan bagi responden dan resiko serta manfaat bagi masyarakat. Dalam melakukan penelitian ini peneliti memperhitungkan manfaat dan kerugian yang akan ditimbulkan. Peneliti meyakini bahwa penelitian ini akan memberikan manfaat yang besar bagi kemajuan keperawatan yang akhirnya dapat memberikan
manfaat
yang
besar
terhadap
pasien.
Penelitian
ini
tidak
menimbulkan efek negatif secara fisik atau psikologis baik bagi pasien maupun keluarga pasien. Penelitian ini juga memegang prinsip melindungi pasien dari ketidaknyamanan ( Protection from discomfort), dengan cara menghargai kondisi dan perasaan pasien, sehingga peneliti tidak mengikut sertakan pasien yang sedang dalam keadaan kritis atau sedang mengalami ketidaknyamanan (nyeri, pusing, atau pasien yang baru dilakukan dilakukan operasi).
4.5.2. Respect 4.5.2. Respect for human dignity (Menghormati Harkat dan Martabat Manusia) Peneliti juga memegang teguh prinsip etik penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia, yang meliputi perlindungan terhadap hak keikutsertaan secara sukarela (Self (Self determination) dan hak untuk mendapatkan informasi tentang penelitian (Full Disclosure) (Polit & Beck, 2004).
Self Determination
mengandung makna bahwa calon responden memiliki hak untuk memutuskan Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
37
keikutsertaannya secara sukarela dalam penelitian (Polit & Beck, 2004). Sebelum melakukan penelitian, peneliti memberikan lembar persetujuan (informed ( informed consent) kepada seluruh responden, dan responden menandatangani surat persetujuan tersebut setelah membaca dan memahami isi lembar persetujuan. Peneliti menghargai hak calon responden untuk ikut serta ataupun tidak ikut serta dalam penelitian ini. Jika responden menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden. Responden berhak untuk ikut serta ataupun mengundurkan diri dari keikutsertaannya sebagai responden.
Prinsip full disclosure disclosure mengandung makna bahwa peneliti menjelaskan proses penelitian (Polit & Beck, 2004). Dalam penelitian ini, sebelum pengumpulan data peneliti menjelaskan tujuan, manfaat serta proses pengumpulan data yang akan dilakukan. Peneliti menjelaskan secara lengkap dan tidak ada sesuatu yang disembunyikan dari responden.
4.5.3. Justice 4.5.3. Justice (Prinsip (Prinsip Keadilan) Prinsip keadilan dalam penelitian merupakan prinsip yang menghargai hak responden untuk diperlakukan secara adil dan perlindungan terhadap privasi responden (Polit & Beck, 2004). Semua responden dalam penelitian ini dihormati dan diberikan perlakuan yang sama, tanpa ada perbedaan. Pemilihan responden dilakukan secara acak berdasarkan kriteria inklusi yang ditetapkan, bukan karena faktor subjektifitas peneliti. Seluruh pasien yang memenuhi kriteria memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan responden dalam penelitian ini.
Penelitian ini juga menghargai privasi responden dimana responden memiliki hak untuk mendapatkan jaminan bahwa data dan informasi yang mereka sampaikan akan dijaga kerahasiaannya (Polit & Beck, 2004). Dalam menerapkan prinsip ini, peneliti menggunakan prinsip anonimyty dengan anonimyty dengan cara tidak mencantumkan nama responden pada kuesioner. Peneliti hanya mencantumkan kode responden, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama hari rawat pada kuesioner data demografi responden. Prinsip privacy privacy dilakukan dengan cara tidak menginvasi Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
38
melebihi batas yang diperlukan. Prinsip confidentiality atau confidentiality atau kerahasiaan dilakukan dengan tidak mengemukakan identitas dan seluruh data atau informasi responden kepada siapapun. Peneliti menyimpan data yang terkumpul di tempat yang aman, dan tidak terbaca oleh orang lain. Setelah selesai penelitian, Peneliti akan memusnahkan kuesioner yang terkumpul, untuk menjaga kerahasiaan data responden.
4.6.Alat Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang tersusun dengan baik, sehingga responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tandatanda tertentu (Notoatmodjo, 2010).
Kuesioner yang digunakan adalah bentuk kuesioner dengan pertanyaan tertutup (Closed Ended). Ended). Kuesioner ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian I adalah kuesioner tentang karakteristik responden, dan kuesioner bagian II adalah kuesioner tentang perilaku caring perawat perawat yang dipersepsikan oleh pasien.
4.6.1. Instrumen Bagian I (karakteristik responden) Instrumen karakteristik responden berisi pertanyaan tentang data demografi responden yang yang terdiri dari: umur, jenis kelamin, kelamin, tingkat pendidikan, dan lama hari rawat. Instrumen karakteristik responden dapat dilihat pada halaman lampiran.
4.6.2. Instrumen Bagian II (Prilaku caring perawat) perawat) Instrumen perilaku caring perawat perawat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hasil modifikasi koesioner dari penelitian Suryani (2010). Instrumen ini merupakan Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
39
modifikasi dari Caring Behaviors Assessment Tool (CBA) yang dikembangkan oleh Cronin dan Harrison (1988). Instrumen perilaku caring perawat perawat dapat dilihat pada halaman lampiran.
Pada penelitian Suryani (2010), instrumen ini telah melalui dua kali uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan terhadap 30 pasien di dua rumah sakit yang berbeda di wilayah Jakarta. Dengan hasil dari 63 item pernyataan tentang perilaku perila ku caring perawat, caring perawat, didapatkan 16 pernyataan pern yataan tidak valid dengan kisaran nilai 0,2130,971. Maka Suryani (2010) tidak memasukan pernyataan yang tidak valid tersebut kedalam kuesioner dan jumlah akhir kuesioner menjadi 47 item pernyataan tentang perilaku caring perawat. Sedangkan hasil uji reliabilitas terhadap pernyataan yang dinyatakan valid, mendapatkan hasil r alpha=0,981, atau r alpha ≥ 0,6 artinya variabel reliable (Hastono, 2007 2007 dalam Suryani Suryani 2010). Berdasarkan hasil uji instrument tersebut, peneliti menganggap bahwa kuesioner ini layak untuk dijadikan instrumen yang sesuai untuk penelitian ini.
Pengukuran pada kuesioner ini dilakukan dengan menggunakan skala likert 1 sampai 4, dimana: 1= sangat tidak setuju, jika pernyataan tersebut sama sekali tidak sesuai dengan pendapat atau kondisi sebenarnya, 2= tidak setuju, jika pernyataan tersebut tidak sesuai dengan pendapat atau kondisi yang dialami, 3= setuju, jika pernyataan sesuai dengan pendapat atau kondisi yang dialami, dan 4= sangat setuju, jika pernyataan tersebut sangat sesuai dengan pendapat atau kondisi yang dialami (suryani, 2010).
4.7.Uji Validitas dan Reliabilitas
Peneliti melakukan modifikasi pada instrumen penelitian Suryani (2010) sehingga peneliti merasa perlu untuk melakukan uji validitas dan reliabilitas ulang terhadap instrumen yang akan digunakan. Uji validitas dilakukan agar benar-benar yakin bahwa instrumen tersebut dapat mengukur apa yang ingin diukur (Notoatmodjo, 2010).
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
40
4.7.1. Validitas Validitas berasal dari kata validity validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data (Hastono, 2007). Cara yang digunakan untuk mengukur validitas kuesioner dalam penelitian ini dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor butir item item instrumen dengan skor total. Uji validitas dilakukan dengan uji korelasi pearson product moment (r) dengan cara membandingkan antara r hitung dengan r tabel dengan tingkat kepercayaan 95%. Pernyataan memiliki validitas tinggi jika setiap item pernyataan item pernyataan dalam kuesioner memiliki r hasil > r tabel (Hastono, 2007).
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 20 orang pasien yang dirawat di ruang perawatan umum RSMM Bogor pada tanggal 29-30 April 2012. Uji validitas dan reliabilitas dengan r tabel uji korelasi Pearson untuk 20 responden yaitu 0,423 (Hastono, 2007). Hasil uji validitas didapatkan nilai r hitung dengan kisaran 0.152 - 0,893. Dari hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel dan didapatkan bahwa ada dua item dalam kuesioner yang memiliki nilai dibawah r tabel yaitu pernyataan no 42 dan 46 yang berarti kedua pernyataan tersebut tidak valid. Sehingga peneliti membuang (tidak memasukan) dua item pernyataan tersebut kedalam kuesioner.
Hasil akhir uji validitas, item pernyataan dalam kuesioner ini berjumlah 45 pernyataan yang terdiri dari pernyataan positif (favourable) (favourable) yang berjumlah 33 pernyataan yaitu pernyataan nomor; 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 11, 12, 16, 17, 18, 19, 20, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 36, 37, 38, 40, 41, 43, 45, 47. Dan pernyataan negatif (unfavourable), yang berjumlah 12 pernyataan yaitu nomor 4, 9, 10, 13, 14, 15, 21, 22, 30, 35, 39, 44.
4.7.2. Reliabilitas Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukan sejauhmana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dan dengan alat ukur yang sama (Hastono, 2007). Uji reliabilitas dilakukan Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
41
setelah kuesioner dinyatakan valid. Caranya dengan membandingkan nilai r hasil dengan r tabel, pada uji ini nilai r hasil adalah nilai alpha cronbach (Hastono, 2007). Jik a r alpha ≥ 0,6 artinya variabel reliable variabel reliable tetapi bila < 0,6 maka variabel tidak reliabel (Hastono, 2007). Dari hasil uji reliabilitas terhadap kuesioner perilaku caring perawat, perawat, didapatkan r hasil (Cronbach’s (Cronbach’s alpha) alpha ) yaitu 0,976. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa nilai r hasil > 0,6 maka kuesioner ini reliabel untuk dijadikan sebagai alat untuk mengukur perilaku caring perawat. perawat.
4.8.Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian ini dilakukan setelah peneliti selesai melakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap instrumen yang dipakai. Proses yang dilakukan selama pengumpulan meliputi prosedur administratif dan teknis. Prosedur tersebut adalah sebagai berikut:
4.8.1. Prosedur Administratif Penelitian dilakukan setelah mendapat surat ijin penelitian dari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, dan mendapatkan persetujuan dari Direktur RS. DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
4.8.2. Prosedur Teknis Prosedur teknis yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu: 4.8.2.1.Mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada Direktur Utama RSMM Bogor melalui Kepala Bagian Diklat RSMM Bogor. 4.8.2.2.Setelah mendapatkan izin dari di Direktur Utama melalui kepala bagian diklat RSMM Bogor, kemudian peneliti mendatangi ruangan-ruangan yang akan dijadikan tempat penelitian. 4.8.2.3.Meminta izin kepada penanggung jawab ruangan (Kepala Ruangan), menyampaikan maksud dan tujuan penelitian. Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
42
4.8.2.4.Peneliti meminta kepala ruangan untuk membantu dalam menyebarkan kuesioner pada saat peneliti sedang tidak berada di tempat penelitian. Setelah kepala ruangan bersedia membantu menyebarkan kuesioner, peneliti menjelaskan metode, tujuan, manfaat, serta kriteria inklusi penelitian kepada kepala ruangan. 4.8.2.5.Mengidentifikasi 4.8.2.5.Mengidentifikasi responden yang memenuhi kriteria kriter ia inklusi. 4.8.2.6.Menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat, prosedur penelitian, hak untuk menolak dan jaminan kerahasiaan sebagai responden. 4.8.2.7.Menawarkan pasien untuk menjadi responden penelitian dan memberikan lembar persetujuan untuk ditandatangani oleh responden jika bersedia untuk ikut serta dalam penelitian. 4.8.2.8.Memberikan kuesioner kepada responden untuk diisi sesuai dengan pernyataan yang disediakan, disesuaikan dengan pengalaman pasien selama dirawat di RSMM Bogor 4.8.2.9.Instrumen penelitian yang sudah diisi, selanjutnya dikumpulkan, dan dilakukan pengecekan kelengkapan pengisian. 4.8.2.10.Hasil 4.8.2.10. Hasil pengumpulan data selanjutnya diolah dan dianalisis.
4.9.Pengolahan 4.9.Pengolahan dan Analisa Data
Data yang telah terkumpul, selanjutnya diolah dengan menggunakan bantuan program komputer dan dianalis dengan menggunakan tahapan tahapan sebagai berikut : 4.9.1. Pengolahan Data Prosedur pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
43
4.9.1.1.Pengecekan 4.9.1.1.Pengecekan Data (Editing) Kuesioner yang dikumpulkan, kemudian dilakukan pengecekan kelengkapan pengisian.
Apabila ada kuesioner yang belum lengkap maka peneliti
mengembalikan kepada responden untuk dilengkapi sebelum dikumpulkan kembali kepada peneliti. Pada saat pengecekan data, terdapat satu kuesioner yang tidak sesuai dengan kriteria inklusi yaitu usia responden dibawah 17 tahun. Kuesioner yang tidak memenuhi syarat, kemudian dipisahkan dan tidak dilakukan pengolahan data tahap selanjutnya.
4.9.1.2.Pemberian Kode (Coding) Untuk mempermudah proses entry atau entry atau memasukan data kedalam komputer dan mempermudah saat melakukan analisa data, peneliti memberikan kode responden berupa nomor responden. Selain itu juga, pemberian kode dilakukan juga pada data kategorik seperti jenis kelamin: 1= laki-laki, 2= perempuan; dan tingkat pendidikan: 1= SD, 2= SMP, 3= SMA, dan 4= Perguruan Perguruan Tinggi.
4.9.1.3.Pembersihan data (Cleaning ( Cleaning ) Cleaning merupakan merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-entry di- entry untuk mengetahui missing data atau data yang tidak ter-input ter- input , dengan cara membuat daftar distribusi frekuensi dari data yang ada.
4.9.1.4.Processing /entry Setelah diberikan kode, dan dilakukan cleaning , data yang terkumpul kemudian dimasukkan ke dalam program komputer untuk dianalisa dengan menggunakan program komputer yang sesuai.
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
44
4.9.1.5.Tabulasi 4.9.1.5.Tabulasi Data yang telah diolah dan dianalisa, kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan diagram untuk mempermudah dalam membaca hasil penelitian.
4.9.2. Analisis Data Analisis data dalam dalam penelitian ini adalah analisis univariat univariat yang bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik dan distribusi setiap variabel yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Analisis dilakukan terhadap variabel perilaku caring perawat dan karakteristik responden.
Analisis masing-masing variabel dapat
dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Analisis Univariat Data Karakteristik Responden dan Perilaku Caring Perawat Perawat No
Variabel
Jenis data
Deskripsi
1
Umur
Numerik
Mean, median, SD, Min-Max, 95% CI
2
Jenis kelamin
Kategorik
Jumlah, prosentase (%)
3
Tingkat pendidikan
Kategorik
Jumlah, prosentase (%)
4
Lama hari rawat
Numerik
Mean, median, SD, Min-Max, 95% CI
5
Perilaku caring perawat caring perawat
Kategorik
Jumlah, prosentase (%)
6
Perilaku Afektif
Kategorik
Jumlah, J umlah, prosentase (%)
7
Perilaku Instrumental
Kategorik
Jumlah, prosentase (%)
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
BAB 5 HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Rawat Inap Umum RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor pada tanggal 3 Mei 2012 sampai dengan 28 Mei 2012. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan menyebarkan 109 kuesioner kepada 109 orang pasien yang sedang menjalani perawatan di Ruang Rawat Inap Umum RSMM Bogor, dan memenuhi kriteria inklusi penelitian. Dari 109 kuesioner yang disebarkan, peneliti hanya mengolah 108 kuesioner yang terkumpul, karena satu kuesioner diisi oleh responden yang tidak memenuhi kriteria inklusi penelitian ini. Data yang terkumpul kemudian dilakukan analisis univariat dengan menggunakan bantuan program komputer. Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi variabel yang diteliti yaitu perilaku caring perawat perawat dan distribusi frekuensi karakteristik responden.
5.1. Karakteristik Karakteristik Responden
Analisis univariat dilakukan terhadap karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan lama hari rawat. Hasil analisis univariat dilakukan terhadap data numerik maupun kategorik.
5.1.1. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Umur dan Hari Rawat Berdasarkan hasil pengumpulan data, dapat diketahui gambaran karakteristik responden berdasarkan umur dan hari rawat. Distribusi responden berdasarkan umur dan hari rawat dapat dilihat pada tabel 5.1.
45
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
46
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan umur dan lama hari rawat di Ruang Rawat Inap Umum RSMM Bogor, Mei 2012 (n=108)
Variabel
N
Mean
Median
SD
Min-Maks
CI 95%
Umur
108
41,11
40,50
15,35
17-79
Lama rawat
108
5,56
4,0
3,44
3-24
37,9443,82 4,886,18
Tabel 5.1 memperlihatkan bahwa rata-rata usia responden adalah 41 tahun dengan usia termuda 17 tahun dan usia tertua 79 tahun. Sedangkan berdasarkan lama hari rawat , rata-rata responden telah menjalani perawatan selama 6 hari. Lama hari rawat terpendek adalah 3 hari terlama adalah 24 hari.
5.1.2. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Hasil penelitian yang menunjukan gambaran karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden di Ruang Rawat Inap Umum RSMM Bogor bulan Mei 2012 (n=108)
Jenis kelamin
Frekuensi
Presentasi Presentasi (%)
Laki-laki
55
50,9
Perempuan
53
49,1
Jumlah
108
100
Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa perbandingan jumlah responden lakilaki dan perempuan sampir seimbang, yaitu dari total responden sebanyak 108 orang, jumlah responden yang berjenis kelamin laki laki sebanyak 55 orang atau sebesar 50,9% dan responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 53 orang atau sebesar 49,1% dari total responden. Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
47
5.1.3. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Berdasarkan tingkat pendidikan, gambaran karakteristik responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.3. Distribusi frekuensi tingkat pendidikan responden di Ruang Rawat Inap Umum RSMM Bogor, Mei 2012 (n=108)
Tingkat pendidikan
Frekuensi
Prosentase
SD
15
13,9
SMP
13
12,0
SMA
43
39,8
Perguruan Tinggi
37
34,3
Jumlah
108
100
Tabel 5.3 menunjukan sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan yang tinggi yaitu: SMA sebanyak 43 orang (39,8%) responden, dan Perguruan Tinggi sebanyak 37 orang (34,3 %) responden. Sedangkan yang memiliki tingkat pendidikan rendah yaitu: SD sebanyak 15 orang (13,9%), dan SMP sebanyak 13 orang (12,0%) responden.
5.2. Perilaku Caring Perawat Perawat
5.2.1. Gambaran Perilaku Caring Perawat Perawat Terhadap Pasien Hasil penelitian ini memberikan gambaran tentang perilaku caring perawat perawat yang dilkukan oleh perawat di Ruang Rawat Inap Umum RSMM Bogor. Gambaran perilaku caring perawat berdasarkan penilaian pasien yang dirawat di Ruang Rawat Umum RSMM Bogor dapat dilihat pada gambar 5.1.
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
48
Caring Rendah 1,9%
Caring Tinggi 98,1%
Gambar 5.1. Distribusi Frekuensi Perilaku Caring Perawat Perawat Terhadap Pasien di Ruang Rawat Inap I nap Umum RSMM Bogor, Mei 2012 (n=108)
Berdasarkan gambar 5.1 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 106 orang (98,1%) responden menilai perilaku caring perawat perawat terhadap pasien di Ruang Rawat Inap Umum RSMM Bogor cukup tinggi.
5.2.2. Gambaran Perilaku Caring Perawat Perawat Berdasarkan Sub Variabel Selain memberikan gambaran tentang perilaku caring perawat terhadap pasien secara umum, hasil penelitian ini memberikan gambaran tentang subvariabel dari perilaku caring perawat. Dalam penelitian ini, peneliti membagi perilaku caring perawat kedalam dua subvariabel, yaitu perilaku afektif dan perilaku ins trumental caring perawat. Analisis univariat dilakukan terhadap subvariabel untuk melihat
distribusi frekuensi dari masing-masing subvariabel.
Sikap perawat yang menunjukan perilaku afektif caring perawat meliputi, memperlakukan pasien sebagai manusia yang memiliki harga diri, melihat masalah dari sudut pandang pasien, mendorong pasien untuk percaya diri, Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
49
memberikan pujian, peduli dengan perasaan pasien, memberikan perhatian, memperlakukan pasien dengan penuh hormat, mendengarkan, mengunjungi kamar pasien, memperkenalkan nama, merespon panggilan pasien, memberikan sentuhan, mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, bersikap tenang, menghormati privacy pasien, mempersilahkan keluarga mengunjungi pasien, mengerti perasaan pasien, membantu pasien meyakini kekuatannya, dan membantu pasien berfikir positif.
Sikap perawat yang termasuk kedalam perilaku instrumental caring perawat meliputi perilaku perawat mengetahui apa yang harus dikerjakannya, menjelaskan kondisi pasien, kesiapan membantu, menjelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan, menjawab pertanyaan dengan jelas, menetapkan tujuan dan rencana perawatan pasien, membantu kebersihan diri pasien, terampil dalam melakukan tindakan, terampil dalam menggunakan peralatan, memberikan obat dan tindakan tepat waktu, memberikan laporan kemajuan pasien kepada keluarga, mengecek kondisi pasien, dan mengetahui kapan saatnya menghubungi dokter. Hasil penelitian untuk masil-masing subvariabel dapat dilihat pada gambar 5.2. 5.2.
Caring Tinggi
99,1%
Caring Rendah
98,1%
0,9%
Caring Afektif
1,9%
Caring Instrumental
Gambar 5.2. Distribusi Frekuensi Perilaku Caring Perawat Perawat Berdasarkan Subvariabel di Ruang Rawat Inap Umum RSMM Bogor Mei 2012 (n=108) Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
50
Gambar 5.2. menunjukan bahwa berdasarkan subvariabel, perilaku caring afektif dan instrumental sudah dilakukan dengan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar responden menilai perilaku caring perawat tingi, yaitu perilaku caring afektif dinilai tinggi oleh 99,1% responden, sedangkan perilaku instrumental dinilai baik oleh 98,1% responden.
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
BAB 6 PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang interpretasi dan diskusi hasil penelitian, dimana peneliti membandingkan hasil penelitian dengan teori, konsep dan hasil penelitian sebelumnya. Pada bab ini juga akan dibahas mengenai keterbatasan penelitian yang dialami dalam penelitian baik dari segi metodologi maupun pelaksanaan penelitian ini. pada bagian akhir, akan dibahas implikasi hasil penelitian untuk keperawatan.
6.1.Interpretasi dan Diskusi Hasil Penelitian
Berdasarkan
hasil
penelitian,
peneliti
melakukan
pembahasan
dengan
membandingkan antara hasil penelitian dengan riset terdahulu dan literatur yang terkait. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab tujuan penelitian seperti yang telah disebutkan pada bab satu, yaitu mengetahui sejauh mana perilaku caring perawat di ruang rawat inap umum RSMM Bogor berdasarkan penilaian pasien. Sehingga data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data tentang karakteristik responden dan perilaku caring perawat di ruang rawat inap umum RSMM yang akan dibahas satu persatu.
6.1.1. Karakteristik Responden Data karakteristik responden yang didapat dari hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang karakteristik pasien yang dirawat di ruang rawat inap umum RSMM Bogor. Hasil penelitian ini menunjukan karakteristik responden yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini rata-rata berusia 41 tahun. Dengan perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan yang seimbang. Berdasarkan
tingkat
pendidikan,
mayoritas
responden
memiliki
tingkat
pendidikan yang tinggi, yaitu SMA dan Perguruan Tinggi. Rata-rata responden telah mendapatkan perawatan di ruang rawat inap umum selama 6 hari.
51
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
52
Berdasarkan usia responden, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Anjaswarni (2002) yang dilakukan terhadap 125 orang pasien di ruang rawat inap dewasa RSUD di kota Malang. Dalam penelitiannya, Anjaswarni (2002) mendapatkan rata-rata usia responden adalah 38 tahun. Usia ini termasuk dalam usia dewasa pertengahan dan termasuk dalam usia produktif. Dengan analisa bivariat, menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan tingkat kepuasan pasien. Tingkat kepuasan pasien terhadap perilaku caring perawat akan meningkat sampai pada umur tertentu dan kemudian makin bertambah umur maka tingkat kepuasan kepuasan akan menurun (Anjaswarni, 2002).
Berdasarkan usia, responden penelitian termasuk kedalam kelompok usia dewasa pertengahan yang secara psikologis telah te lah mencapai perkembangan kognitif yang optimal (Potter & Perry, 2010). Peneliti berpendapat bahwa responden yang sebagian besar usia dewasa pertengahan, memiliki kemampuan untuk memberikan penilaian secara objektif terhadap pengalaman mendapatkan caring perawat selama pasien berada di rumah sakit. Secara psikologis, usia tua cenderung memiliki harapan yang tinggi untuk mendapatkan perhatian (Anjaswarni, 2002). Hal ini mungkin disebabkan karena semakin tua, ada kecenderungan untuk merasa kesepian, merasa lemah, dan merasa ingin lebih diperhatikan. Sehingga, sikap caring seorang perawat harus ditunjukan dengan memberikan perhatian penuh kepada pasien dan memenuhi semua kebutuhan pasien selama pasien dirawat di Rumah Sakit, agar pasien memiliki penilaian yang positif terhadap perilaku caring perawat.
Berdasarkan jenis kelamin, karakteristik responden penelitian ini sesuai dengan penelitian Agustin (2002) yang dilakukan terhadap 101 orang pasien yang dirawat di ruang rawat inap dewasa pada Rumah Sakit di kota Palembang. Agustin (2002) menemukan perbandingan yang seimbang antara jumlah responden laki-laki dan perempuan. Hasil uji bivariat menunjukan adanya kecenderungan wanita lebih puas terhadap pelayanan perawat dibandingkan dengan laki-laki. Hasil penelitian lain yaitu Anjaswarni (2002) mendapatkan jumlah responden laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Namun hasil uji bivariatnya menunjukan tidak ada Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
53
perbedaan yang signifikan antara tingkat kepuasan pasien laki-laki dan perempuan.
Penulis berpendapat bahwa dengan tidak adanya perbedaan antara tingkat kepuasan antara pasien laki-laki dan perempuan terhadap pelayanan perawat, menunjukan bahwa kebutuhan akan perilaku caring perawat perawat dirasakan sama oleh laki-laki dan perempuan. Kaplan (1996) menyatakan bahwa laki-laki lebih rasional dalam menilai suatu situasi sedangkan perempuan lebih banyak unsur subjektifnya. Sehingga mungkin pasien laki-laki lebih mampu menilai secara objektif perilaku caring yang dilakukan oleh perawat selama mereka menjalani perawatan.
Berdasarkan tingkat pendidikan responden, penelitian ini berbeda dengan penelitian Agustin (2002) dan Anjaswarni (2002) yang menunjukan sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan yang rendah yaitu SD dan SMP. Sedangkan penelitian Setiawati (2005) mendapatkan hasil penelitian yang sama dengan penelitian ini yaitu tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah pendidikan tinggi yaitu SMA dan Perguruan tinggi. Hasil analisis bivariat Agustin (2002) menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kepuasan pasien. Namun terdapat kecenderungan bahwa tingkat pendidikan tinggi memiliki kepuasan yang lebih tinggi daripada tingkat pendidikan rendah. Berbeda dengan hasil analisis Anjaswarni (2002) didukung oleh penelitian Setiawati (2005) yang menemukan bahwa adanya kecenderungan pasien dengan tingkat pendidikan yang rendah memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi dari pada pasien pas ien dengan tingkat pendidikan tinggi.
Radwin (2003) menyebutkan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi persepsi pasien terhadap kualitas pela yanan keperawatan. Pendapat ini didukung oleh Yani (1999) dalam Agustin (2002) yang menyatakan bahwa individu yang memiliki pendidikan tinggi ti nggi umumnya telah mendapat banyak informasi tentang pelayanan kesehatan, serta cenderung memiliki pengalaman terhadap pelayanan kesehatan yang lebih banyak, sehingga mereka memiliki harapan yang tinggi terhadap Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
54
pelayanan kesehatan. Pasien dengan tingkat pendidikan tinggi biasanya menginginkan pelayanan yang lebih baik sesuai dengan harapan mereka, ingin lebih dihargai pendapatnya, lebih diperhatikan, dan biasanya akan lebih banyak mencari tahu tentang kondisi penyakitnya. Pasien dengan pendidikan yang tinggi mampu menilai secara objektif perilaku caring perawat yang diterimanya. Sedangkan pasien dengan tingkat pendidikan rendah, memiliki harapan yang tidak terlalu tinggi terhadap perilaku caring perawat. Hal ini mungkin disebabkan karena pengetahuan dan informasi yang didapat tentang pelayanan dan perilaku caring perawat juga kurang. Sehingga pasien dapat memberikan penilaian yang baik terhadap sikap perawat yang ramah terhadap pasien, atau perawat yang selalu membantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya selama sakit.
Berdasarkan lama hari rawat, penelitian ini mendapatkan bahwa rata-rata lama hari rawat responden adalah 6 hari. Penelitian sebelumnya yaitu Zuhry (2001) yang dilakukan di Rumah Sakit daerah Solok dengan jumlah responden 111 orang menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara lama hari rawat dengan tingkat kepuasan pasien. Pendapat ini didukung oleh hasil penelitian Sukesi (2011) yang menemukan bahwa lama hari rawat kurang dari empat hari memiliki kecenderungan mempersepsikan perilaku perawat lebih rendah daripada pasien dengan lama hari rawat yang lebih panjang.
Peneliti berpendapat bahwa lama hari rawat berpengaruh pada persepsi dan penilaian pasien terhadap perilaku caring perawat, karena pengalaman individu tentang situasi tertentu dapat menimbulkan persepsi dan penilaian berbeda. Selama perawatan, pasien menerima perlakuan dan pelayanan dari perawat, sehingga pasien dapat merasakan dan memberikan penilaian terhadap pelayanan dan bagaimana perawat bersikap selama memberikan asuhan keperawatan terhadap dirinya.
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
55
6.1.2. Perilaku Caring Perawat Perawat Definisi perilaku caring perawat dalam penelitian ini adalah perilaku yang ditunjukan oleh perawat saat memberikan asuhan keperawatan seperti memberi rasa nyaman, perhatian, hormat, peduli, terampil, pemeliharaan kesehatan, memberi dorongan, melindungi, kehadiran, mendukung, memberi sentuhan dan siap membantu, memenuhi kebutuhan pasien, serta mengunjungi pasien. Dalam pembahasan perilaku caring perawat perawat ini, peneliti mengelompokan perilaku caring perawat menjadi dua kategori sesuai dengan penelitian Christopher dan Hegedus (2000). Perilaku caring dibagi dibagi menjadi perilaku afektif dan perilaku instrumental.
Hasil penelitian menunjukan sebagian besar responden menilai perilaku caring perawat di Ruang Rawat Inap Umum RSMM sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari 98,1% responden menilai baik perilaku caring perawat yang diterimanya. Penilaian baik ini juga didukung oleh hasil analisis terhadap masing-masing sub variabel perilaku caring perawat. Berdasarkan hasil analisis tiap sub variabel, sebagian besar responden menilai perilaku caring perawat perawat juga tinggi.
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukan hasil yang berbeda, seperti penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2010) di salah satu rumah sakit di kota Jakarta, menemukan hasil 53% responden menilai perilaku caring perawat telah dilaksanakan dengan baik. Pengetahuan perawat yang kurang tentang perilaku caring dan persepsi perawat pelaksana terhadap lingkungan kerja yang kurang baik menjadi faktor yang menyebabkan belum optimalnya pelaksanaan perilaku caring oleh oleh perawat yang menjadi subjek penelitian tersebut.
Sejalan dengan Suryani (2010), Agustin (2002) dalam penelitiannya di ruang rawat bedah dewasa sebuah RS di kota Palembang, mengemukakan mengemukakan hasil yang menunjukan 51,5% pasien menilai perawat sudah caring terhadap pasien. Kurangnya pemahaman perawat terhadap konsep caring , citra profesi yang masih kurang, beban kerja yang tidak proporsional, dan kurangnya kesadaran perawat terhadap peran dan fungsi sesungguhnya dari profesi perawat.
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
56
Sejalan dengan kedua penelitian tersebut, penelitian ini juga menjadikan pasien sebagai subjek penelitian. Sehingga didapatkan hasil penelitian perilaku caring perawat berdasarkan penilaian pasien terhadap perilaku caring yang dilakukan oleh perawat. Bila dibandingkan dengan kedua hasil penelitian tersebut, hasil penelitian ini menunjukan proporsi penilaian pasien terhadap perilaku caring perawat yang lebih tinggi. Perbedaan tersebut ters ebut dapat diakibatkan karena perbedaan per bedaan tempat penelitian. Tempat penelitian yang berbeda menyebabkan perbedaan dalam karakteristik responden maupun perawat.
Tingginya penilaian perilaku caring perawat perawat menurut responden dalam penelitian ini merupakan suatu keadaan positif yang dapat memicu peningkatan kualitas pelayanan di ruang rawat inap umum RSMM Bogor. Sebagai pelayanan yang relatif baru dikembangkan oleh RSMM, penilaian positif dari pasien merupakan suatu penghargaan dan pencapaian yang cukup baik, yang perlu dipertahankan dan dikembangkan agar dapat menciptakan citra yang baik dimata masyarakat. Seperti yang telah dibahas pada bab terdahulu, bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan penerapan perilaku caring oleh perawat, yaitu beban kerja, lingkungan, pengetahuan dan pelatihan caring . Menurut pendapat penulis, tingginya perilaku caring perawat yang didapatkan dari hasil penelitian ini mungkin disebabkan karena semua perawat yang berdinas di ruang perawatan umum memiliki pengetahuan tentang perilaku caring yang yang baik. Koswara (2002) dalam penelitiannya menemukan hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang perilaku caring dengan dengan sikap caring perawat perawat pelaksana.
Berdasarkan data pada bagian kepegawaian di RSMM, seluruh perawat yang berdinas di ruang perawatan umum adalah lulusan DIII keperawatan dan S1keperawatan. Dimana pada jenjang pendidikan DIII dan S1 keperawatan, teori dan konsep tentang caring masuk kedalam kurikulum pengajaran (Koswara, 2002). Kemampuan perawat dalam menampilkan caring , dipengaruhi oleh proses belajar dan sosialisasi caring kepada calon perawat di institusi pendidikan (Koswara 2002). Murphy, dkk (2009) juga menyebutkan bahwa proses
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
57
pendidikan dibutuhkan untuk meningkatkan perilaku caring pada mahasiswa keperawatan yang merupakan calon perawat di masa depan.
Sebagian besar perawat juga telah mendapatkan pelatihan tentang etika dan pelatihan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) yang didalamnya diajarkan nilai-nilai caring tentang bagaimana perawat bersikap dan komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien. Sutriyanti (2009) dalam penelitiannya dengan desain post test eksperiment terhadap 204 responden yang terdiri dari pasien dan keluarga, menemukan bahwa pelatihan perilaku caring perawat perawat dapat meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan perawat. Sehingga penulis berpendapat bahwa pelatihan yang telah diikuti oleh sebagian besar perawat di Ruang Rawat Inap Umum RSMM Bogor, telah meningkatkan pengetahuan dan kemampuan perawat dalam menampilkan perilaku caring saat melakukan asuhan keperawatan kepada pasien.
Pelatihan perilaku caring yang diberikan kepada perawat, dapat meningkatkan pengetahuan dan motivasi perawat untuk menerapkan perilaku caring . Sobirin (2006) mengemukakan bahwa perawat yang memiliki motivasi kerja yang tinggi memiliki kecenderungan 20,81 kali untuk berperilaku caring terhadap pasien. Penulis berpendapat, walaupun angka yang menunjukan perilaku caring rendah cukup kecil, namun harus tetap diperhatikan dengan cara meningkatkan penerapan perilaku caring oleh perawat terhadap pasien, agar kualitas pelayanan keperawatan yang ada di Ruang Rawat Inap RSMM Bogor dinilai lebih baik lagi oleh pasien sebagai pengguna jasa pelayanan Rumah Sakit. Dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien, nilai-nilai caring yang yang merupakan dasar dari keperawatan (Kozier, 2004) hendaknya menjadi landasan bagi perawat dalam bertindak.
Perilaku caring perawat perawat yang dinilai tinggi oleh pasien merupakan gambaran dari pengalaman pasien terhadap pelayanan perawat selama pasien menjalani perawatan di Rumah Sakit. Kesan yang dialami oleh pasien selama menjalani perawatan dapat membantu pasien meningkatkan kesejahteraaannya. Kesan buruk Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
58
yang ditampilkan oleh perilaku perawat
satu kali saja, dapat mempengaruhi
persepsi pasien terhadap perawat selama pasien dirawat (Wolf, dkk., 1998) Perilaku caring perawat yang tinggi diperlukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan kesejahtera an pasien. Izumi, Baggs, dan Knafl (2010) menyebutkan bahwa Caring merupakan salah satu domain dari kualitas pelayanan keperawatan. Sebagai inti dari keperawatan, caring hendaknya dijadikan landasan bagi perawat dalam melakukan asuhan terhadap pasien untuk memenuhi harapan dan tuntutan masyarakat.
Beberapa penelitian telah menemukan hubungan antara perilaku caring dengan kepuasan pasien. Wolf, dkk (1998), Agustin (2002), Wolf dan Miller (2003), Burt (2007), Palese, dkk (2011) dan Mulyaningsih (2011) menemukan hubungan yang positif antara perilaku caring perawat dengan tingkat kepuasan pasien. Hal ini menunjukan bahwa perilaku caring yang baik dari seorang perawat dalam melakukan asuhan keperawatan kepada pasien, akan membuat pasien merasa puas dengan pelayanan perawat. Kepuasan pasien merupakan kesesuaian antara harapan pasien dengan kenyataan pelayanan yang diterimanya. Jika pelayanan yang diterima sesuai dengan harapan pasien, maka akan menimbulkan kepuasan bagi pasien.
Hasil survey kepuasan yang sudah ada di ruang rawat inap umum RSMM Bogor, menunjukan hasil bahwa kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan adalah tinggi. Hal ini ditunjukan oleh sebagian besar pasien merasa puas dan sangat puas dengan pelayanan perawat. Walaupun peneliti tidak mencari hubungan antara perilaku caring dengan kepuasan pasien, namun peneliti melihat adanya kesesuaian antara hasil penelitian dengan tingkat kepuasan kepuasan pasien. pasien.
Kepuasan
pasien terhadap pelayanan keperawatan di Ruang Rawat Inap Umum RSMM Bogor, mungkin disebabkan oleh perawatnya yang sudah menerapkan perilaku caring dengan dengan baik.
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
59
Pembahasan penelitian ini mengelompokan perilaku caring perawat perawat menjadi dua kategori seperti yang telah diuraikan pada bab terdahulu. Dua kategori ini meliputi perilaku afektif dan perilaku instrumental caring perawat. perawat.
6.1.2.1. Gambaran Perilaku Afektif Caring Perawat Perawat Dalam penelitian ini sub variabel yang termasuk kedalam perilaku afektif caring perawat meliputi, memperlakukan pasien sebagai manusia yang memiliki harga diri, melihat masalah dari sudut pandang pasien, mendorong pasien untuk percaya diri, memberikan pujian, peduli dengan perasaan pasien, memberikan perhatian, memperlakukan pasien dengan penuh hormat, mendengarkan, mengunjungi kamar pasien, memperkenalkan nama, merespon panggilan pasien, memberikan sentuhan, mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, bersikap tenang, menghormati privacy pasien, mempersilahkan keluarga mengunjungi pasien, mengerti perasaan pasien, membantu pasien meyakini kekuatannya, dan membantu pasien berfikir positif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden menilai perilaku afektif caring perawat sudah baik, hal ini dapat dilihat dari sebagian besar yaitu 99,1% responden menilai perilaku afektif perawat sudah tinggi. Hanya Hanya sebagian kecil responden yaitu 0,9% responden menilai perilaku afektif perawat masih rendah. Walaupun menunjukan angka yang relatif kecil, namun hal ini menunjukan bahwa kemampuan perawat untuk menampilkan perilaku ini masih perlu ditingkatkan agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan di ruang rawat inap umum RSMM Bogor.
Hasil penelitian Suryani (2010) menemukan, dari sepuluh faktor karatif Watson, perilaku caring perawat perawat membentuk nilai humanistik dan altruistik, menanamkan kepercayaan dan harapan, menumbuhkan kepekaan, menciptakan hubungan saling percaya, penerimaan terhadap ekspresi perasaan, dan menghargai kekuatan eksistensial, dinilai tinggi oleh > 70% responden. Keenam faktor karatif ini merupakan bentuk perilaku afektif dari caring perawat. Kimble (2003) dalam Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
60
penelitiannya tentang persepsi pasien terhadap perilaku caring perawat di Unit Gawat Darurat menemukan bahwa aspek emosional sama pentingnya dengan aspek teknik yang ditunjukan oleh perawat dalam melakukan asuhan keperawatan. Aspek emosional yang dipersepsikan oleh pasien adalah mengajarkan pasien apa yang mereka butuhkan untuk diketahui, menjawab pertanyaan pasien dengan jelas, memberikan informasi dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh pasien dan mendengarkan keluhan dengan penuh perhatian sehingga pasien dan keluarga mampu mengungkapkan ketakutan dan kekhawatirannya.
Penulis berpendapat bahwa perilaku afektif atau perilaku emosional merupakan perilaku yang menunjukan kepedulian perawat terhadap pasien. Sikap perawat memperlakukan pasien sebagai manusia bukan sebagai objek dari pekerjaan perawat (Izumi, Bags, & Knafl, 2010). Lebih dari itu, perilaku afektif merupakan me rupakan kemampuan perawat dalam membangun hubungan interpersonal dengan pasien. Hubungan interpersonal ini dapat diwujudkan jika perawat memiliki kemampuan dalam melakukan komunikasi terapeutik dengan baik (Kimble, 2003).
Komunikasi terapeutik merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh
seorang
perawat.
komunikasi
terapeutik
merupakan
jalan
menuju
terbentuknya hubungan saling percaya antara perawat dan pasien. Hubungan interpersonal antara pasien dan perawat merupakan aktualisasi dari hubungan manusia dalam proses caring (Watson, 2007). Perilaku caring memberikan kesempatan kepada perawat untuk lebih mengenal, dan memahami masalah yang dihadapi pasien dan mencari solusi untuk meningkatkan kesehatan pasien (Potter & Perry, 2010). Peningkatan motivasi dan keterampilan perawat dalam melakukan komunikasi terapeutik diperlukan untuk meningkatkan kemampuan perawat dalam menampilkan perilaku afektif.
6.1.2.2.Gambaran Perilaku Instrumental Caring Perawat Perawat Subvariabel yang termasuk kedalam perilaku instrumental caring meliputi perilaku perawat mengetahui apa yang harus dikerjakannya, menjelaskan kondisi Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
61
pasien, kesiapan membantu, menjelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan, menjawab pertanyaan dengan jelas, menetapkan tujuan dan rencana perawatan pasien, membantu kebersihan diri pasien, terampil dalam melakukan tindakan, terampil dalam menggunakan peralatan, memberikan obat dan tindakan tepat waktu, memberikan laporan kemajuan pasien kepada keluarga, mengecek kondisi pasien, dan mengetahui kapan saatnya menghubungi dokter. Berdasarkan factor karatif Watson, perilaku yang termasuk kedalam perilaku afektif caring yaitu penggunaan proses pemecahan masalah yang sistematis, meningkatkan proses pembelajaran, menyediakan lingkungan yang mendukung, dan membantu kebutuhan dasar pasien.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden menilai baik perilaku caring yang termasuk dalam kategori instrumental, yaitu 98,1% responden menilai tinggi perilaku instrumental caring perawat. Hasil penelitian Suryani (2010) menunjukan hasil dari empat faktor karatif Watson yang termasuk kedalam perilaku instrumental caring perawat yaitu menggunakan proses pemecahan masalah yang sistematis, meningkatkan proses pembelajaran dan pengajaran interpersonal, menyediakan lingkungan yang mendukung, serta membantu pemenuhan kebutuhan dasar memiliki perbandingan yang seimbang antara responden yang menilai tinggi dengan responden yang menilai kurang perilaku caring perawat. perawat.
Perilaku instrumental merupakan perilaku caring yang lebih menunjukan kemampuan dan keterampilan yang ditunjukan oleh seorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien. Pasien menilai seorang perawat memiliki perilaku instrumental caring yang tinggi dilihat dari kemampuan perawat dalam memberikan penjelasan tentang kondisi pasien, melakukan tindakan, memenuhi kebutuhan pasien, dan memberikan pendidikan kesehatan terhadap pasien dan keluarga. Sebagian besar pasien mempersepsikan aspek utama dari caring perawat perawat adalah memonitor kondisi pasien secara terus menerus serta kompetensi klinis yang ditunjukan oleh perawat.
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
62
(Watson, 2004 dalam Dedi, 2007) menyebutkan bahwa membantu klien dalam memenuhi kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari
(Activity Daily Living)
merupakan perilaku caring yang yang harus dikembangkan oleh perawat. Aspek teknik yang dianggap sebagai perilaku caring perawat adalah perawat tahu bagaimana memberikan injeksi maupun menggunakan peralatan kesehatan, tahu kapan saatnya memberitahu kepada dokter mengenai kondisi pasien, memberikan tindakan dan pengobatan tepat waktu (Kimble, 2003).
Dedi (2007) dalam penelitian kualitatifnya terhadap perawat pelaksana dilah satu RS swasta di kota Bandung, menemukan tujuh tema yang dianggap sebagai perilaku caring perawat yaitu: sikap peduli terhadap pemenuhan kebutuhan pasien, bertanggung jawab memenuhi kebutuhan pasien, ramah dalam melayani, sikap tenang dalam melayani, selalu siap sedia memenuhi kebutuhan klien, memberikan motivasi terhadap klien, dan sikap empati terhadap klien dan keluarga.
Pengetahuan perawat tentang kondisi pasien dan keterampilan dalam melakukan tindakan keperawatan merupakan aspek caring yang yang bisa langsung dirasakan dan dinilai oleh pasien. Perawat yang terampil dan mengetahui apa yang harus dikerjakannya dapat menimbulkan kepercayaan kepada pasien bahwa pasien dirawat oleh orang yang tepat dan kompeten. Perbedaan persepsi antara pasien dan perawat tentang perilaku caring perawat perawat juga merupakan salah satu penyebab penilaian yang masih kurang. Sebagian pasien menilai perawat caring bila bila mampu memenuhi semua kebutuhannya, termasuk kebersihan diri. Namun perawat lebih memfokuskan perhatian terhadap masalah utama yang dihadapi oleh pasien, sehingga kurang memperhatikan aspek kebersihan diri pasien yang dianggap bukan masalah utama. Mendukung kemandirian pasien juga j uga harus dilakukan oleh perawat, sehingga diharapkan pasien mampu melakukan kembali aktivitas yang dapat
dilakukannya
sesuai
dengan
kemampuannya.
Namun
dalam
pelaksanaannya, perawat perlu menjelaskan aktivitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pasien dan mendampingi pasien saat melakukan aktivitas.
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
63
Sehingga pasien menilai bahwa memandirikan pasien merupakan salah satu perilaku caring dari dari perawat terhadap pasien. Penilaian yang tinggi dari pasien terhadap perilaku instrumental caring perawat yang ada di ruang rawat inap umum RSMM dapat menunjukan sebagian besar pasien menganggap bahwa perawat telah memiliki kemampuan dan keterampilan yang cukup dalam melakukan asuhan keperawatan. Sehingga perlu dipertahankan bahkan lebih ditingkatkan lagi agar lebih meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan yang ada di ruang rawat inap umum RSMM.
6.2.Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan baik dalam metodologi penelitian, kemampuan peneliti, dan proses pengumpulan data.
6.2.1. Keterbatasan Dalam Metodologi Penelitian Desain survey deskriptif, yang digunakan dalam penelitian ini hanya memberikan gambaran secara deskriptif tentang perilaku caring perawat di ruang rawat inap umum RSMM, tanpa menganalisa dan memperhatikan hubungan antara variabelvariabel terkait yang dapat mempengaruhi perilaku caring seorang seorang perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan di rumah sakit. Penggunaan metode lain seperti metode korelasional dapat dipertimbangkan untuk melihat hubungan perilaku caring dengan variabel lain yang terkait. Metode lain yang dapat digunakan adalah cros sectional dengan dengan membandingkan antara penilaian pasien dengan perawat mungkin akan memberikan gambaran yang lebih akurat tentang perilaku caring di Ruang Rawat Inap Umum RSMM Bogor. Atau dengan membandingkan perilaku caring perawat di Ruang Rawat Inap Psikiatrik dan Napza yang juga ada di RSMM Bogor. Bogor.
6.2.2. Keterbatasan Peneliti Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang dilakukan oleh peneliti, sehingga kemampuan dalam menyusun desain dan kerangka kerja penelitian Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
64
sangat terbatas. Selain itu, waktu penelitian yang singkat merupakan hambatan bagi peneliti untuk menggali lebih banyak informasi untuk mengembangkan penelitian ini.
6.2.3. Keterbatasan Penelitian Terkait Proses Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang objektif, penelitian ini menggunakan pasien sebagai responden, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan pasien yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Penyebaran kuesioner dilakukan selama 20 hari, keterbatasan waktu penelitian juga menjadi hambatan dalam pengumpulan data. Saat penyebaran kuesioner pertama kali, terdapat beberapa kuesioner yang tidak kembali sehingga peneliti harus membagikan kembali kuesioner kepada pasien lain untuk memenuhi jumlah sampel penelitian. Jumlah item pertanyaan yang banyak juga menjadi hambatan dalam pengumpulan data, sehingga beberapa responden harus benar-benar ditemani dan dibacakan pada saat mengisi kuesioner.
6.3.Implikasi untuk keperawatan
Penelitian ini memiliki beberapa implikasi baik bagi pelayanan keperawatan, pelayanan di rumah sakit maupun terhadap penelitian selanjutnya.
6.3.1. Implikasi Terhadap Pelayanan Keperawatan di RSMM Seperti yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, bahwa caring merupakan inti dari keperawatan, dan perilaku caring perawat perawat merupakan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang harus dimiliki perawat dalam merawat pasien. Penelitian ini memberikan gambaran penilaian pasien sebagai penerima pelayanan terhadap perilaku caring yang diberikan oleh perawat. Hasil penelitian ini dapat menggambarkan sejauh mana perilaku caring perawat di Ruang Rawat Inap Umum RSMM Bogor.
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
65
Dengan teridentifikasinya perilaku caring perawat di ruang rawat inap umum RSMM Bogor yang termasuk kategori memiliki perilaku caring yang tinggi berdasarkan penilaian pasien, merupakan suatu potensi yang perlu dipertahankan dan ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan di RSMM pada umumnya. Hal ini juga perlu mendapat perhatian dari pihak manager keperawatan dan manajemen rumah sakit untuk mempertahankan dan bahkan meningkatkan perilaku caring yang baik dengan cara menciptakan lingkungan yang mendukung terhadap budaya perilaku caring di kalangan perawat RSMM Bogor. atau melaksanakan seminar atau pelatihan tentang perilaku caring perawat, perawat, dan pemberian reward atau penghargaan penghargaan bagi perawat yang telah melaksanakan perilaku caring dengan dengan baik.
6.3.2. Implikasi Bagi Penelitian Selanjutnya Dalam penelitian ini masih banyak informasi dan hal-hal penting yang belum tergali, sebagai contoh adalah belum tergalinya faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku caring perawat, apa yang menjadi hambatan penerapan perilaku caring perawat, dan adakah perbedaan perilaku caring perawat yang merawat pasien umum dan pasien psikiatrik. Kekurangan dalam penelitian ini dapat menjadi masukan bagi peneliti lain yang tertarik untuk meneliti perilaku caring perawat. perawat.
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
BAB 7 KESIMPULAN
Bab ini akan membahas tentang kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang dilakukan, dan saran untuk pengembangan pelayanan keperawatan.
7.1.Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian “Gambaran perilaku Caring Perawat Terhadap Pasien di Ruang Rawat Inap Umum RSMM Bogor” yang dilaksanakan pada bulan Mei 2012, dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut:
7.1.1. Gambaran pasien yang dirawat di Ruang Rawat Inap Umum RSMM Bogor bulan Mei 2012, yang menjadi responden penelitian ini adalah berjumlah 108 orang pasien. Rata-rata usia responden yaitu 41 tahun. Dengan perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan yang seimbang. Berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, yaitu SMA dan Perguruan Tinggi, Serta rata-rata responden telah mendapatkan perawatan selama 6 hari.
7.1.2. Gambaran perilaku caring perawat berdasarkan penilaian dari pasien menunjukan sebagian besar (98,1%) responden menilai perilaku caring perawat di Ruang Rawat Inap Umum RSMM sudah sudah baik.
7.1.3. Berdasarkan
subvariabel
perilaku
caring perawat,
hasil
penelitian
menunjukan sebagian besar responden menilai perilaku instrumental caring perawat dinilai tinggi oleh 98,1% responden. Sedangkan perilaku caring afektif dinilai tinggi oleh 99,1% responden.
66
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
67
7.2.Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis mengajukan beberapa saran yang dapat dalakukan untuk meningkatkan penerapan perilaku caring perawat. perawat. 7.2.1. Manajemen Keperawatan RSMM Bogor Bidang perawatan selaku manager keperawatan yang ada di RSMM, perlu melakukan beberapa kegiatan yang dapat menciptakan iklim kerja yang berlandaskan caring dengan dengan cara : 7.2.1.1.Meningkatkan pengetahuan perawat tentang perilaku caring dengan cara melakukan workshop atau workshop atau seminar tentang perilaku caring perawat. perawat. 7.2.1.2.Melakukan supervisi secara berkala terhadap pelaksanaan perilaku caring perawat. 7.2.1.3.Memasukan perilaku caring sebagai sebagai standar dalam penilaian kinerja bagi perawat. 7.2.1.4.Menciptakan
lingkungan
kerja
yang
kondusif
bagi
perawat
dan
mengurangi stresor yang dapat mempengaruhi motivasi perawat dalam mengimplementasikan perilaku caring perawat perawat terhadap pasien. 7.2.1.5.Menciptakan
iklim
motivasi
kepada
perawat
agar
meningkatkan
pelaksanaan perilaku caring , dengan cara memberikan penghargaan kepada perawat yang telah menerapkan perilaku caring dalam dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien.
7.2.2. Bagi Perawat Secara Umum Penerapan perilaku caring perawat dalam melakukan pelayanan terhadap pasien merupakan cerminan jatidiri seorang perawat. Dengan menerapkan perilaku caring , berarti perawat telah melaksanakan nilai-nilai dasar dari keperawatan. Peningkatan pengetahuan tentang perilaku caring merupakan salah satu cara untuk membangun sikap caring dalam dalam diri seorang perawat. Penerapan nilai-nilai caring dalam
melakukan
asuhan
keperawatan
terhadap
pasien
dapat
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
68
meningkatkan kualitas asuhan dan mampu meningkatkan kesejahteraan pasien serta memberikan kepuasan pada perawat.
7.2.3. Untuk Institusi Pendidikan Pendidikan terhadap calon perawat dapat membentuk seorang perawat yang memiliki kualitas baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Caring sebagai inti dari keperawatan sebaiknya dimasukan kedalam kurikulum dan dijadikan dasar pendekatan dalam setiap mata ajar. Sehingga diharapkan mampu menciptakan perawat-perawat baru yang memiliki kualitas yang baik, yang mampu menerapkan perilaku caring terhadap terhadap pasien.
7.2.4. Bagi Penelitian Selanjutnya Mengembangkan desain penelitian yang lebih kompleks sehingga mampu memberikan gambaran secara jelas mengenai perilaku caring perawat. perawat. Penelitian selanjutnya
yang
dapat
menggunakan
desain
cross
sectional untuk
membandingkan antara perilaku caring perawat di Ruang Rawat Inap Umum dengan perilaku caring perawat perawat yang ditampilkan di Ruang Rawat Inap Psikiatri atau napza. Sehingga dapat mengetahui perbedaan penerapan perilaku caring perawat di ruang rawat inap umum, ruang rawat inap psikiatri dan ruang rawat inap napza.
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
69
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, I. (2002). Tesis :Perilaku Caring Perawat dan hubungannya dengan Kepuasan klien di Instalasi I nstalasi rawat inap bedah dewasa RS Dr. Muhammad Hoesin Palembang tahun 2002. 2002 . Program pasca sarjana FIK UI. Diunduh tanggal 22/3/2012. Alligood, M.R. (2010). Nursing Theory: Utilization and application. Missouri: Mosby Elsevier. Anjaswarni, T. (2002). Tesis: Analisis Tingkat Kepuasan Klien Terhadap Perilaku Caring Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful Anwar Malang Tahun 2002. 2002. Program Pasca Sarjana, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia. Barnum, B.J.S (1994). Nursing Theory: Analysis, Aplication, evaluation. 4 th edition. Philadelphia: Lippincott. Brown, L.C. (2005). Caring in in action: the patien care facilitator role. International role. International Journal Human Caring. Burt, K.M. (2007). The Relationship between nursing caring and selected outcomes of care in hospitalized older adults. Doctoral Desertation Research catholic University of America,2007;Ph.D.(190p). America,2007;Ph.D.(190p). Burtson, P.L., & Stichler, J.F. (2010). Nursing Nursing work environment and nurse caring : relationship among motivational factors. Journal of Advanced Nursing. 66(8), 1819-1831.doi: 1819-1831.doi: 10,1111/j.1365-2648.2010.0 10,1111/j.1365-2648.2010.05336.x 5336.x Carson. (2004). Do Performance appraisals of registered nurse reflect a relationship between hospitaliseze caring. caring. Nursing forum. Vol 39 (1), 513. Christopher, K.A. & Hegedus, K. (2000). Oncology patients’ and oncology nurses’ perceptions of nurse caring behaviours. European jurnal of oncology Nursing 4 (4),196-204 ©2000: ©2000 : Harcourt Publishers Ltd. Dahlan, M.S. (2009). Besar sampel dan cara pengambilan sampel. sampel. Jakarta : Salemba Medika. Dahlan, M.S. (2009). Statistik untuk Kedokteran dan kesehatan. Edisi kesehatan. Edisi 2. Jakarta : Salemba medika. Danim, S. (2003). Riset (2003). Riset keperawatan: sejarah dan metodologi. metodologi. Jakarta:EGC. Dedi, B (2007). Tesis: Perilaku Caring Perawat Pelaksana di RS Imanuel Bandung: Study Grounding. Grounding. Program Pasca Sarjana, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia. Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
70
Directorate of Chief Nursing Officer, Patients, Public and Health Professions. (2011). The NMAHP Contribution to Quality Caring-The concept, Behaviours, influences and impact. Essen, L.V. (2003). The importance of nurse caring behaviors os perceived by Swedish hospital patients and nursing staff. International Journal of Elsevier science Ltd. nursing studies 40 (2003) 487-497 www.elsevier.com/locate/ijnurstu. Glick, M.S. (1986). Caring Touch Touch and Anxiety in Myocardial Infarction Patients in Intermediate Cardiac Care Unit. Unit. Journal of Intensive Care Nursing. 1986.2(2):61-6(25f). Hastono, S.P. (2007). Analisis Data. Data. Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Hastono, S.P. & Sabri, L. (2010). Statistik Kesehatan. Kesehatan. Jakarta : PT. Raja Grafindo persada. Hudacek, S.S. (2008). Dimensions of Caring : A Qualitative Analysis of Nurses’ Stories. Journal Stories. Journal of Nursing Education, Education, Vol 47, No. 3. Izumi, S., Baggs, J.G., Knafl, K.A. (2010). Quality Nursing Care for Hospitalized Patients With Advanced Illness: Concept Development. Research in Nursing & Health,2010, 33, 299-315. Juliani, Enni. (2009). Tesis: Hubungan Beban Kerja Perawat Pelaksana Dengan Pelaksanaan Perilaku Caring Menurut Persepsi Klien di Irna Lantai Jantung Rumah Sakit Husada Jakarta. Jakarta. Program Pascasarjana, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia. Kasjono, H.S. & Yasril (2009). Teknik Sampling untuk Penelitian Kesehatan. Kesehatan . Yogyakarta : Graha Ilmu. Koswara, D. (2002). Tesis: Hubungan Antara Pengetahuan Caring Dengan Sikap Caring Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Tasikmalaya. Program Pasca Sarjana, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia. Kozier, Barbara, et.al., (2004). Fundamental of Nursing: Concept, Process, and Practice, 7th Ed. Upper Ed. Upper Saddle River: Pearson Education, Inc. Larson, I.E., dkk. (2011). Patients Perceptions of Nurses’ Behavior That Influence Patient Perticipation in Nursing Care: Critical Incident Study. Larsson, G., dkk. (1998). Cancer Patient and Staff rating of The Importance of Caring Behaviours Behaviours and Their Relations to Patient Anxiety and Depression. Journal of Advanced Nursing, 1998.27.855-864. 1998.27.855-864. Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
71
Liu, J., Mok, E., & Wong, T. (2005). Caring In Nursing; Investigating The Meaning of Caring From The Perspective of Cancer Patients in Beijing. China Journal of Clinical Nursing. 15,188-196.2006.Blackwell Publishing Ltd. Mardiyono, Sangwathana, & Naka. (2005). Nurses’ and Patients’ Perception of Caring Practices in Reducing Preoperative Anxiety at Central Java Indonesia. Thai Journal of Nursing Research.2005 oct-dec;9(4):31625(29ref). Muhidin (2008). Tesis: Persepsi pasien terhadap pelayanan keperawatan di Rumah sakit Umum Daerah Sogaten Kota Madiun Jawa Timur: Studi Fenomenologi. Fenomenologi. Program Pasca Sarjana, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia. Muhlisin, A. & Ichsan, B. (2008). Aplikasi Model konseptual caring dari Jean Watson dalam asuhan keperawatan. Berita Ilmu keperawatan ISSN 19792697, vol.1 no 3,September 2008.147-150. Mulyaningsih (2011). (2011). Tesis: Hubungan Berfikir Kritis dengan Perilaku caring Perawat di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta. Program Pascasarjana, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. edisi revisi. revisi. Jakarta Rineka Cipta. Noviati, T (2004). Tesis: Analisis Hubungan Faktor-faktor Karakteristi Pasien dengan Kepuasan Melalui Pengukuran Harapan dan Persepsi Pasien di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo Tahun 2004. Program Pascasarjana, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia. O’Connell, E. & Landers, M. ( 2008). The importance of critical care nurses’ caring behaviours as perceived by nurses and relatives. Journal of Intensive & Critical Care Nursing (2008) 24,349-358. www.elsevierhealth.com/journals/iccn.. www.elsevierhealth.com/journals/iccn Palese, et al. (2011). Surgical patient satisfaction as an outcome of nurses’ caring behaviors: a descriptive and correlational study in six European countries. Journal of nursing scholarship, 43:4, 341-350. Peluw, Z. (2007). Tesis: Hubungan Tingkat Kepentingan dan Persepsi Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan Dengan Minat Memanfaatkan RSU Alfattah Kota ambon. Program Pascasarjana, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, tidak dipublikasikan. Polit, D.F., & Beck, C.T. (2004) Nursing Research : Principles and methods. ( 7th ed). Philadhelpia: Lippincott Lippincott Williams & Wilkins.
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
72
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC. Pryzby, B.J. (2004). Effect of nurse caring behaviours behaviours on family stress responses in critical care. Journal care. Journal of Intensive and Critical Cr itical Care Nursing, 21, 16-23. Florida : Elsevier. Radwin, L. (2000). Oncology patients perceptions of quality nursing care. care. Res Nurse Health. Rafii, F., Oskouie, F., & Nikravesh, M. (2006). Caring Behaviors Behaviors of burn nurses and the related factors. Elsevier.burns 33 (2007), 299-305. www.elsevier.com/locate/burns.. www.elsevier.com/locate/burns Sastroasmoro & Ismael. (2010). Dasar-dasar (2010). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Klinis . Ed. 4. Jakarta: Sagung Seto. Setiawati (2005). Tesis: Analisis factor-faktor yang berhubungan denga kepuasan klien terhadap perilaku caring perawat pelaksana di instalasi rawat inap pusat medic RS Imanuel Bandung Bandung . Program pascasarjana. FIK UI. Sobirin, C. (2006). Hubungan bebean kerja dan motivasi dengan penerapan perilaku caring perawat pelaksana di BRSUD unit swadana Kabupaten Subang. Program Subang. Program Pasca sarjana FIK UI. Sukesi, N. (2011). (2011). Tesis: Hubungan Caring Perawat dengan Pemenuhan Rasa Aman Pasien di Ruang Rawat Inap RS Islam Sultan Agung Semarang. Program Pasca Sarjana, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia. Sunaryo. (2002). Psikologi (2002). Psikologi Untuk keperawatan. keperawatan. Jakarta: EGC. Supriadi, D. (2006). Tesis: Hubungan Karakteristik Pekerjaan dengan Pelaksanaan Perilaku Caring oleh Perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RS Islam Samarinda. Program Pasca Sarjana, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia. Supriatin, E. (2009). Tesis: Hubungan Faktor Individu dan Faktor Organisasi Dengan Perilaku Caring Perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Bandung. Program Bandung. Program Pasca Sarjana, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia. Suryani, M. (2010). Tesis: Hubungan lingkungan kerja dengan perilaku caring perawat di RS PGI Jakarta. Program Jakarta. Program Pascasarjana FIK UI Sutriyanti, Y. (2009). Tesis:Pengaruh Pelatihan Perilaku Caring Perawat Terhadap Kepuasan Pasien dan Keluarga di Ruang Rawat Inap RSUD Curup Bengkulu. Bengkulu. Program Pasca Sarjana, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia. Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
73
Watson, J. (2002). Assessing and Measuring caring in nursing and Health science. New science. New York: Springer Publishing Company, Inc. Watson, Jean. (2005).Caring (2005). Caring science as sacred science. science.1 1st edition. Philadelphia: F.A. Davis Company. Watson, J. (2007) Caring theory define. define . http://www.nursing.uc.denver.edu/faculty/jwimplications.htm. Watson. (2009). Assesing & Measuring Caring in Nursing and Health Sciences. Sciences . Canada: Siger Publishing Company. Wiman, E. & Wilebland, K. (2003). Caring and and Uncaring Uncaring Encouters Encouters in Nursing on Emergency Departement. Journal of Clinical Nursing.13,422429.2004. Blackwell Publishing Ltd Williams R.L., Mc Dowell J.B., Kautz D.D. (2011). A caring Leadership Leadership Model for Nursing’s Future. International Future. International Journal for Human Caring. Caring. Vol 15. Wolf, Z.B., dkk. (1998). Relationship Between Nurse Caring and Patients satisfaction. Journal satisfaction. Journal of MEDSURG Nursing, April 1998.vol7 No.2 Wolf, Z.B., & Miller, P.A. (2003). Relationship between nurse caring and and patient satisfaction in patients undergoing invasive cardiac procedures. Journal Medsur Nursing, 12(6), 391-396. 391-396. http://findarticles.com/p/articles/mi_m0FSS/is_6_12/ai_n18616793. Zuhry, H. (2001). Tesis: Hubungan Karakteristik Pasien Rawat Inap dengan Tingkat Kepuasan Terhadap Layanan Keperawatan serta Analisis Penyebab Ketidakpuasan Pasien di Bagian Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Solok. Pasca Sarjana Program Studi Ilmu Kasehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
75
Lampiran 2
JADUAL KEGIATAN PENELITIAN No
Kegiatan
Bulan Feb
v
Maret
April
Mei
Juni
1
Penyusunan proposal
v
2
Penyusunan instrument
v
v
3
Uji coba instrument
v
v
4
Pengumpulan data
v
5
Pengolahan data
v
v
6
Analisa data
v
v
7
Penyusunan laporan
v
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
76
Lampiran 3 KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN BERDASARKAN DUA SUBVARIABEL No
1
Sub Pernyataan Pernyataan Perilaku Caring Variabel Perawat Perilaku a. Memperlakukan pasien sebagai Afektif manusia yang memiliki harga diri b. Melihat masalah dari sudut pandang pasien c. Memberi keyakinan kepada pasien d. Mendorong pasien untuk percaya diri e. Mendorong pasien untuk percaya bahwa pasien memiliki sisi positif f. Memberikan pujian atas keberhasilan dan usaha pasien g. Peduli dengan perasaan pasien h. Memberikan perhatian kepada pasien i. Memperlakukan pasien dengan penuh hormat j. Mendengarkan pasien k. Mengunjungi kamar pasien l. Memperkenalkan nama pada pasien m. Merespon panggilan pasien dengan cepat n. Memberikan perhatian penuh saat bersama pasien o. Memberikan sentuhan p. Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan q. Bersikap tenang ketika pasien dan keluarga marah r. Membentu pasien untuk mengerti perasaannya s. Menghormati privacy pasien t. Mempersilahkan keluarga mengunjungi pasien u. Mengetahui apa yang pasien rasakan v. Membantu pasien meyakini kekuatan yang dimiliki w. Membantu pasien berfikir positif positif terhadap diri
Pernyataan Positif 1, 2, 6, 7, 8, 11, 12, 16, 17, 19, 20, 32, 40, 45, 47
Pernyataan Negatif 4, 9, 10, 13, 14, 15, 21, 44
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
77
2
Perilaku a. Mengetahui apa yang harus Instrume dikerjakannya ntal b. Siap membantu pasien jika dibutuhkan c. Menjelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan d. Menjawab pertanyaan pasien dengan jelas e. Memberikan penjelasan tentang penyakit pasien f. Bertanya apakah pasien mengerti dengan penjelasan perawat g. Membantu pasien menetapkan tujuan h. Membuat rencana perawatan bagi pasien i. Membantu pasien membuat discharge planning j. Menjelaskan peraturan rumah sakit k. Membantu pasien merasa lebih nyaman l. Menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan pasien m. Mendorong kemandirian pasien n. Mengecek semua kebutuhan pasien o. Membantu melakukan perawatan diri p. Tindakan perawat membuat pasien optimis q. Terampil dalam melakukan tindakan perawatan r. Terampil dalam menggunakan peralatan kesehatan s. Memberikan perawatan tepat waktu t. Memberikan laporan kemajuan kesehatan pasien u. Mengecek kondisi pasien v. Mengetahui kapan saatnya menghubungi dokter
3, 5, 18, 24, 25, 27, 28, 31, 33, 36, 37, 39, 41, 43
23, 26, 29, 34, 38,
22, 30, 35,
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
78
Lampiran 4 PENJELASAN PENELITIAN
Nama saya (peneliti) adalah Ade Lisna Yuliawati. Saya mahasiswa program ekstensi pada Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia. Indonesia. Saya meminta Anda untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian yang akan saya lakukan. Penelitian ini berjudul Peni Peni l aian pasien pasien ter ter hadap hadap per per i laku cari ng per per awat di di ru ang rawat inap umum RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor” . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penerapan perilaku caring oleh oleh perawat terhadap pasien di ruang rawat inap umum RS Dr. H. Marzoeki Mahdi (RSMM) Bogor. “
Penelitian ini melibatkan pasien yang telah mendapatkan pelayanan dari perawat. Saya akan memberikan angket yang berisi pertanyaan tentang data pasien dan pernyataan tentang perilaku caring perawat terhadap pasien. Saya menjamin bahwa proses maupun hasil dari penelitian ini tidak akan memberikan dampak yang negatif bagi pasien maupun keluarga. Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di ruang perawatan umum RSMM Bogor. Saya akan memberikan lembar persetujuan yang menyatakan bahwa keterlibatan anda adalah sukarela. Saya menghormati keinginan Anda untuk tidak ikut serta dalam penelitian ini, atau pengunduran diri Anda setelah bersedia menjadi responden. Saya akan menjaga kerahasiaan informasi yang Anda berikan dan keterlibatan Anda dalam penelitian ini. Data yang telah terkumpul akan disimpan dengan baik dan dijaga kerahasiaannya oleh peneliti. Dalam mengisi angket ini, anda tidak perlu menuliskan nama, cukup menuliskan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan lama hari rawat pada bagian data demografi. Peneliti akan memberikan kode nomor pada kuesioner yang telah terisi untuk mempermudah dalam menganalisa data yang terkumpul. Sebelum Anda mengisi angket, bacalah petunjuk pengisian dan diharapkan Anda dapat menyelesaikan pengisian angket angket ini dalam waktu 20-30 20-30 menit. Angket yang telah diisi diisi harap dikembalikan kepada peneliti. Apabila Apabila Anda Anda mendapatkan kesulitan dalam pengisian angket ini, Anda dapat bertanya langsung kepada peneliti, atau petugas yang memberikan angket ini, atau menghubungi peneliti melalui telepon dengan nomor: 08179000364.
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
79
Lampiran 5 FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Judul Penelitian
Peneliti No. Telepon
: Penilaian Pasien Terhadap Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap Umum RS Dr. H. H. Marzoeki Mahdi Bogor : Ade Lisna Yuliawati : 08179000364
Setelah membaca penjelasan penelitian, saya mengerti, memahami tujua, dan manfaat penelitian yang akan dilakukan. Saya mengerti keterlibatan saya dalam penelitian ini tidak akan membawa dampak negatif pada diri saya dan akan memberikan manfaat bagi pengembangan praktek keperawatan.
Surat pernyataan ini saya tanda tangani sebagai bentuk persetujuan saya untuk ikut berpartisipasi secara sukarela dalam penelitian ini.
Bogor, Mei 2012
Responden
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
80
Lampiran 6 DATA RESPONDEN
Lengkapi data dibawah ini, berikan tanda (V) pada kolom yang telah disediakan.
Kode responden (diisi oleh peneliti)
Umur
: …………………… tahun
Jenis kelamin
: (1) laki-laki
Pendidikan terakhir
: (1) SD
(2) perempuan
(2) SMP (3) SMA (4) Perguruan Tinggi
Sudah berapa lama dirawat
: …………….. hari.
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
81
Lampiran 7
KUESIONER PENELITIAN
Petunjuk Pengisian Angket
-
Bacalah setiap pernyataan di bawah ini dengan seksama
-
Isilah semua pernyataan di bawah ini dengan lengkap
-
Berilah tanda tanda check list (v) pada kolom yang Anda pilih sesuai dengan keadaan sebenarnya.
-
SS (sangat setuju): jika pernyataan tersebut sangat sesuai dengan pendapat atau kondisi yang dialami.
-
S (setuju): jika pernyataan sesuai dengan pendapat atau kondisi yang dialami.
-
TS (tidak setuju): jika pernyataan tersebut tidak sesuai dengan pendapat atau kondisi yang dialami.
-
STS (sangat tidak setuju): jika pernyataan tersebut sama sekali tidak sesuai dengan pendapat atau kondisi sebenarnya
-
Kuesioner yang telah diisi lengkap, harap dikembalikan kepada peneliti.
No
Pernyataan
1 2
Perawat memperlakukan saya sebagai seorang manusia yang memiliki harga diri Perawat melihat masalah yang yang saya hadapi dari sudut pandang saya
3
Perawat mengetahui apa yang harus dikerjakannya
4
Penjelasan perawat tentang kondisi saya membuat saya merasa cemas atau khawatir Perawat selalu siap membantu saya, jika saya membutuhkan bantuan Perawat mendorong saya untuk percaya diri bahwa saya memiliki kekuatan untuk menghadapi kondisi penyakit saya Perawat mendorong saya untuk percaya bahwa saya memiliki sisi positif yang dapat saya banggakan Perawat memberikan pujian atas keberhasilan dan usaha yang saya lakukan dalam proses penyembuhan saya Perawat jarang peduli dengan perasaan saya
5 6 7 8 9
SS
S
TS
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
STS
82
No
Pernyataan
SS
S
TS
10 Perawat kurang memberikan perhatian penuh kepada saya 11 Perawat memperlakukan saya dengan penuh hormat 12 Perawat mendengarkan dengan sungguh-sungguh saat saya berbicara 13 Perawat jarang mengunjungi mengunjungi kamar saya untuk mengecek keadaan saya 14 Perawat tidak memperkenalkan namanya kepada saya saat pertama kali bertemu 15 Perawat merespon panggilan saya dengan lambat 16 Saat bersama saya, perawat memberikan memberikan perhatian penuh kepada saya 17 Perawat memberikan sentuhan atau perhatian saat dibutuhkan untuk membuat saya merasa lebih nyaman 18 Perawat menjelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap saya 19 Perawat mendorong saya untuk mengungkapkan perasaan 20 Perawat bersikap tenang ketika saya atau keluarga saya marah 21 Perawat kurang membantu saya untuk mengerti perasaan saya 22 Perawat manjawab pertanyaan saya dengan kurang jelas 23 Perawat memberikan penjelasan tentang penyakit saya 24 Setelah memberikan penjelasan, perawat bertanya kepada saya apakah saya sudah mengerti dengan penjelasan yang disampaikan 25 Perawat membantu saya untuk menetapkan tujuan yang yang dapat saya capai untuk kesehatan saya 26 Perawat membantu saya membuat membuat rencana untuk mempercepat proses penyembuhan saya 27 Perawat membantu saya membuat membuat rencana untuk meningkatkan kesehatan saat saya sudah pulang ke rumah 28 Perawat menjelaskan peraturan (yang boleh atau tidak boleh dilakukan) saat berada di rumah sakit 29 Perawat membantu saya untuk untuk merasa lebih nyaman (seperti mengubah posisi tidur saya, membatasi pengunjung) 30 Perawat meninggalkan kamar saya dalam keadaan kotor setelah melakukan tindakan 31 Perawat medorong saya untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuan saya Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
STS
83
No
Pernyataan
SS
S
TS
STS
32 Perawat menghormati privacy menghormati privacy saya saya seperti menutup bagian tubuh yang terbuka saat melakukan tindakan 33 Perawat mengecek semua kebutuhan kebutuhan saya sebelum meninggalkan kamar saya 34 Perawat membantu saya melakukan melakukan perawatan diri, seperti mandi dan menggosok gigi sebelum saya dapat melakukannya sendiri 35 Tindakan perawat membuat saya ragu dengan dengan kondisi kesehatan kesehatan saya 36 Perawat terampil dalam melakukan tindakan perawatan terhadap saya 37 Perawat terampil dalam mengoprasikan peralatan kesehatan yang ada di ruang perawatan. 38 Perawat memberikan perawatan dan obat-obatan tepat waktu 39 Perawat jarang memberikan laporan kemajuan kesehatan saya kepada keluarga 40 Perawat mempersilakan keluarga keluarga saya mengunjungi saya kapan saja jika diinginkan 41 Perawat mengecek kondisi saya dengan teliti 43 Perawat mengetahui kapan saatnya menghubungi dokter 44 Perawat kurang mengetahui apa yang saya rasakan 45 Perawat membantu saya untuk untuk meyakini bahwa saya memiliki kekuatan untuk menghadapi penyakit 47 Perawat membantu saya untuk untuk berpikir positif terhadap diri sendiri Sumber : Suryani (2010): Modifikasi dari Caring Behaviour Caring Behaviour Assesment Tools Tools (Cronin & Harrison, 1988).
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012
84
Lampiran 8 DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Ade Lisna Yuliawati
Tempat, Tanggal lahir : Purwakarta, 22 Juli 1980 Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Puri Melon Asri Blok A no. 21 Rt. 05 Rw.02 Kel. Bojong, Kec. Kemang, Kabupaten Bogor
Alamat Kantor
: RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Jl. Dr. Semeru No. 114 Bogor
Riwayat Pendidikan
:
1. AKPER Dr. Otten Bandung lulus tahun 2001 2. SMA Negeri 1 Purwakarta lulus tahun 1998 3. SMP Negeri 1 Purwakarta lulus tahun 1995 4. SD Negeri Basuki Rahmat II Purwakarta lulus tahun 1993
Riwayat Pekerjaan
:
1. Tahun 2003 - Sekarang, RS Dr. H. Marzoeki Marzoeki Mahdi Bogor 2. Tahun 2001 - 2003, RSUD Bayu Asih Purwakarta
Universitas Indonesia
Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012