1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kanker paru merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia, dengan prognosis yang sering se ring kali buruk. Kanker paru biasanya tidak dapat di obati dan penyembuhan hanya mungkin dilakukan dengan jalan pembedahan, di mana sekitar 13% dari klien yang menjalani pembedahan mampu bertahan selama 5 tahun. Metastasis penyakit biasanya muncul dan hanya 16% klien yang penyebaran penyakitnya dapat dilokalisasi pada saat diagnosis. Dikarenakan terjadinya metastasis, penatalaksanaan kanker paru sering kali hanya berupa tindakan paliatif (mengatasi gejala) di bandingkan dengan kuratif (penyembuhan). Di perkirakan 85% dari kanker paru terjadi akibat merokok. Oleh karena itu pencegahan yang paling baik adalah t ”jangan memulai untuk merokok”(Somantri, 2012 : 112). Sebetulnya suatu proses kanker di paru dapat berasal dari saluran pernapasan itu sendiri dari jaringan ikat diluar saluran pernapasan. Dari saluran pernapasan, sel kanker dapat berasal dari sel bronkus, alveolus, atau dari sel-sel yang memproduksi mucus yang mengalami degenerasi maligna. Karena pertumbuhan suatu proses keganasan selalu cepat dan bersifat infasif, proses kanker tersebut selalu sudah mengenai saluran pernapasan, sel-sel penghasil mucus, maupun jaringan ikat (Danusantoso, 2013 : 311). Pada kasus kanker paru dengan stadium lanjut, kadang kala pasien menjadi bosan dan capek dengan berbagai pengobatan yang diberikan. Menjadi hak semua pasien untuk mendapatkan perawatan yang terbaik sampai akhir hayatnya. Untuk itu Penderita kanker paru dengan stadium lanjutan atau tidak berangsur-angsur sembuh perlu mendapat pelayanan kesehatan
sehingga
penderitaannya dapat dikurangi. Untuk mendapatkan dukungan psikis dan moral, pasien perlu juga diberikan perawatan paliatif. Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan menyeluruh, dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Tujuannya untuk mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan
2
kualitas hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya. Meskipun pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal pasien sudah siap secara psikologis dan spiritual, serta tidak stress menghadapi penyakit yang dideritanya (RSU Dr. Soetomo, 2009)
B. Rumusan Masalah Bagaimana asuhan keperawatan pada klien paliatif dengan masalah sistem pernapasan (Ca. Paru)?
C. Tujuan Mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien paliatif dengan masalah sistem pernapasan (Ca. Paru).
3
BAB II PEMBAHASAN
A. Perawatan Paliatif Pada Kanker Kronis a. Definisi Perawatan Paliatif
Definisi awal dari Definisi awal dari pengobatan paliatif mulai dikenal di Inggris pada tahun 1987. “Palliative medicine is the study and management of patients with active, progressive, far-advanced disease for whom the prognosis is limited and the focus of care is the quality of life.” (Pengobatan paliatif merupakan suatu studi dan penanganan terhadap pasien pasien dengan penyakit yang aktif, progresif dan lama yang mana prognosisnya terbatas dan fokus perawatannya adalah pada kualitas hidup). Organisasi kesehatan dunia atau WHO mendefinisikan perawatan paliatif sebagai berikut: “Semua tindakan aktif guna meringankan beban penderita, terutama yang tak mungkin
disembuhkan.
Tindakan
aktif
yang
dimaksud
antara
lain
menghilangkan nyeri dan keluhan lain, serta mengupayakan perbaikan dalam aspek psikologis, sosial dan spiritual”.
b.
Tujuan Perawatan Paliatif
Masih menurut WHO, tujuan perawatan paliatif adalah untuk mencapai kualitas hidup maksimal bagi penderita dan keluarga. Perawatan paliatf tidak hanya diberikan bagi penderita menjelang akhir hayatnya, namun sudah dapat dimulai segera setelah diagnosis penyakit (kanker) di tegakkan, dan dilaksanakan bersama dengan pengobatan kuratif. Lebih lanjut lagi, Organisasi Kesehatan Dunia menekankan bahwa pelayanan paliatif berpijak pada pola dasar, berikut ini: 1. Meningkatkan kulaitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses normal 2. Tidak mempercepat atau menunda kematian
4
3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu 4. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual 5. Mengusahakan agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya 6. Mengusahakan membantu mengatasi suasana duka cita pada keluarga Sehingga dari uraian diatas, jelas bahwa pemanfaatan sistem perawatan medis memegang peranan penting untuk diterapkan dalam prinsip perawatan paliatif.
c. Peranan Perawatan Paliatif Penyakit Kanker
Disuatu pusat penanggulangan penyakit kanker, biasanya penderita terbanyak adalah pasien stadium paliatif. Dianut pengertian bahwa: 1. Kelanjutan dan kesinambungan perawatan adalah hal yang sangat penting dan diutamakan. Tim paliatif harus dikenal oleh penderita dan keluarga, dan berperan sebagai sumber unformasi dan sumber dukungan mental 2. Nyeri dan gejala lain dievaluasi secara cermat dan didokumentasi sehingga perkembangannya dapat dikontrol. Protokol untuk pengawasan perawatan di rumah diberikan kepada pelaku rawat (care giver ) 3. Tim paliatf harus dapat menganalisis dan menentukan prioritas penyelesaian, bila ada masalah yang tekait dengan pasien, keluarga, dan upaya medis 4. Perawatan di rumah penderita harus dipersiapkan dengan matang. Penyuluhan kepada penderita dan keluarga telah dimulai sejak penderita berkonsultasi dengan pihak rumah sakit. Tim perawat dan terapis untuk perawatan di rumah segera dipersiapkan, termasuk jadwal kunjungan rumah. Ikatan antara rumah dakit dengan penderita di rumah selalu terjalin, lebih baik lagi, bila dokter keluarga menjadi jembatan dalam ikatan ini
5
d. Masalah-Masalah Sosial Pasien dan Anggota Keluarga Pasien dalam Perawatan Paliatif
Hubungan dengan orang lain, baik itu keluarga maupun teman, memiliki pengaruh yang besar untuk mengatasi permasalahan tentang penyakit kanker yang menimpa pasien. Tanpa perlindungan yang cukup, hubungan yang erat membentuk sebuah alat untuk melawan stress karena penyakit yang dideritanya. Berikut ini adalah masalah sosial pasien: 1. Masalah dalam hubungan antar pribadi a) Karena reaksi pasien terhasap penyakitnya : seperti kecemasan, ketakutan, amarah, merasa bersalah, depresi, antisipatoris, mengeluh b) Karena reaksi orang lain terhadap penyakit pasien : seperti kecemasan, ketakutan, amarah, merasa bersalah, depresi, antisipatoris, mengeluh c) Membuat masalah antar pribadi menjadi lebih buruk dari sebelum sakit d) Masalah pernikahan e) Ketidak-sepakatan mengenai terapi anti kanker 2. Masalah Keluarga Keluarga dari pasien yang terkena penyakit kanker akan rentan merasakan ketegangan dan tekanan, baik secara psikis dan fisik. Akan terlihat lebih nyata bila pasien dirawat di rumah tetapi bisa diseimbangkan dengan penyesuaian diri lebih mudah setelah kematian pasien dan perasaaan dalam tenang sesuatu yang bermanfaat dalam merawat pasien di rumah. a) Pergantian peran Kondisi yang menurun, membuat tugas-tugas yang biasanya pasien dapatkan didalam keluarga akan digantikan oleh orang lain terutama dalam hal finansial, sehingga seorang pasien dapat merasa tidak berguna, terisolasi dan depresi b) Peran baru Keluarga pasien mendapat peran baru dalam merawat pasien di rumah, terutama dalam hal mengganti baju, keperluan toilet pasien yang sebelumnya diajari oleh orang-orang yang lebih orofesional sehingga keluarga tentang merasa cemas apabila ternyata terdapat
6
kesalahan dalam merawat pasien serta tidak dapat mengantiipasi masalah yang mungkin muncul. c) Koping mekanisme bagi yang tidak dapat menyesuaikan diri Seperti halnya pasien individual, koping mekanismenya oleh keluarga yang
memungkinkan
menguranginya.
Sebuah
menderita
secar
keluarga
yang
tertutup terlalu
daripada melindungi
memungkinkan untuk mencoba untuk mem-blok komunikasi dari tim pelayanan kesehatan, membiarkan pasien dengan kecemasan atau ketidakpastian dan perasaan terisolasi. d) Kelelahan Kelelahan secara psikologis dan fisik terjadi berulangkali didalam anggota keluarga pasien yang tidak mungkin terselamatkan. 3. Peningkatan Masalah Fisik dan Psikis dengan Perkembangan Penyakit
e. Ketakutan akan Kematian dan Tahapan dalam Menghadapi Penyakit Kanker Stadium Lanjut (IV)
Ketika menengok masa lampau dan mempelajari budaya serta masyarakat kuno, kita akan terkesan mengetahui bahwa kematian tidak disukai, dan mungkin akan terus demikian. Pasien yang menjelang ajal harus melalui banyak tahap dalam perjuangannya untuk menerima penyakit dan kematiannya, kemungkinan selama beberapa waktu ia menolak berita buruk tersebut dan terus bersikap seolah-olah ia sehat dan sekuat sebelum ia sakit. Lebih jauh lagi berkaitan dengan masalah-masalah psikologis dan sosial
yang
dihadapi
oleh
pasien
dengan
penyakit
terminal,
telah
mengidentifikasi lima tahap yang mungkin dilewati oleh pasien penyakit terminal, yang divonis tidak akan hidup lama lagi, yaitu: 1) Tahap Kaget Biasanya hal ini sudah dilalui oleh penderita penyakit terminal (terminalill ). Tetapi adakalanya mereka masih juga “kaget” dan tidak percaya bila diberitahu atau menyadari kondisi sebenarnya. Dalam situasi ini penderita tampak kebingungan bahkan yang bersangkutan dapat melakukan segala sesuatu tanpa disadari atau tampak seperti orang
7
linglung. Kecelakaan mudah terjadi pada saat ini. Adakalanya orangorang tertentu ingin menyendiri untuk mengumpulkan energi mental dan ingin membuat rencana masa depannya. 2) Tahap Penolakan Pada tahap ini penolakan sering terjadi tidak saja pada penderita tetapi juga pada keluarga. Untuk perawatan yang berkualitas sebaiknya keluarga diberi penerangan-penerangan yang intensif agar timbul kesadaran dan tidak lari darikenyataan. 3) Tahap Amarah Pada tahap ini penderita marah-marah dan tidak jarang menyalahkan keluarga, tim medis bahkan Tuhan atau takdir yang diterimanya. Kondisi yang hipersensitif dan ledakan emosi tidak jarang menjemukan keluarga bahkan tim medis, yang tidak jarang diakhiri dengan saling balasmembalas oleh anggota tim. 4) Tahap Tawar-Menawar Pada tahap ini tampak sekali penderita berada dalam konflik antar “mengetahui” ajal mendekat dengan keinginan menyelesaikan tujuan hidup. Dalam fase ini ada juga perasaan takut sekarat, takut mati dan takut pergi sendirian. Untuk itu masukan-masukan keagamaan sudah harus diperhatikan. 5) Tahap Depresi Disini penderita pasif sekali bahkan ada yang melakukan penelantaran diri bahkan percobaan bunuh diri. Pada umumnya untuk para Dokter, ini adalah “tanda-tanda” ajal makin mendekat. Adakalanya dalam keadaan depresi, orangorang ingin menyendiri untuk mengumpulkan sisa tenaga dan pemikiran membuat keputusan yang tepat. 6) Tahap Pasrah Sebetulnya bila seseorang mendekati ajalnya maka ia akan sampai ke tahap pasrah. Pada tahap ini bila ia masih memiliki kekuatan fisik dan kejernihan berpikir maka masih ada harapan untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Lebih lanjut lagi, Ross (dalam Zastrow, 1996) mencatat bahwa tidak setiap orang akan mengalami kemajuan ketika
8
melewati tahap-tahap tersebut, seringkali terjadi perubahan yang amat tidak diduga dan malah mengalami kemunduran ke tahap sebelumnya. Misalnya, seorang pasien akan dapat mengatasi tahap penolakan menjadi depresi, menjadi kegusaran dan kemarahan, dan kembali lagi ke penolakan, kemudian menjadi tawar-menawar, depresi, dan selanjutnya.
B. Definisi Kanker Paru
Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru-paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap rokok (Suryo, 2010: 27).
Menurut World Health Organization(WHO), kanker paru-paru merupakan penyebab kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria maupun wanita. Sebagaian besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam paru-paru, tetapi bisa juga berasal dari kanker di bagian tubuh lain yang menyebar ke paru paru(Suryo, 2010 : 27). Karsinoma bronkogenik atau kanker paru dapat berupa metastasis atau lesi primer. Kebanyakan tumor ganas primer dari sistem pernapasan bawah bersifat epithelial dan berasal dari mukosa percabangan bronkhus (Muttaqin, 2008: 198).
C. Etiologi
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat
9
karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain (Amin, 2006). 1. Merokok Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling penting, yaitu 85% dari seluruh kasus ( Wilson, 2005). Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok (Stoppler,2010). 2. Perokok pasif Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif, atau mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang tertutup, dengan risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua kali (Wilson, 2005). 3. Polusi udara Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti statistik juga menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas tingkat sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi. Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah cenderung hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4 benzpiren (Wilson, 2005). 4. Paparan zat karsinogen Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker
10
paru (Amin, 2006).Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat kontak dengan asbes maupun uranium meningkat kalau orang tersebut juga merokok. 5. Diet Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap betakarotene, selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena kanker paru (Amin, 2006). 6. Genetik Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan onkogen (termasuk juga gen-gen Kras dan myc), dan menonaktifkan gen-gen penekan tumor (termasuk gen rb, p53, dan CDKN2) (Wilson, 2005). 7. Penyakit paru Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari merokok dihilangkan (Stoppler, 2010).
D. Patofisiologi Kanker Paru
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk,
11
hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
E. Manifestasi Klinik
Seseorang yang termasuk ke dalam golongan risiko tinggi jika mempunyai keluhan napas, seperti batuk, sesak napas, atau nyeri dada sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter spesialis paru. Gejala-gejala tersebut membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dapat diketahui sebagai gejala kanker paru karena sering terkecoh dengan gejalah sakit pada umumnya. Berikut gejala kanker paru. 1. Terjadi sesak napas. 2. Batuk yang tak kunjung sembuh (lebih dari 2 minggu). 3. Bunyi menciut-ciut saat bernafas tetapi bukan penderita asma. 4. Batuk berdarah. 5. Perubahan pada warna dahak dan peningkatan jumlah dahak. 6. Perubahan suara,menjadi serak atau kasar saat bernafas. 7. Kelelahan kronis dan penururnan berat badan secara drastis. 8. Bengkak di bagian leher dan wajah. (Tim CancerHelps, 2010 : 64)
F. Pengobatan Kanker Paru
Pengobatan pasien kanker paru-paru biasanya mempertimbangkan aspek riwayat pasien, stadium kanker, dan kondisi kesehatan umum pasien. Berikut ini akan dijelaskan beberapa pengobatan yang umumnya dilakukan pada penderita kanker paru-paru. 1. Pembedahan Pembedahan dalam kanker paru-paru adalah tindakan pengangkatan jaringan tumor dan kelenjar getah bening disekitarnya. Tindakan pembedahan biasanya dilakukan untuk kanker yang belum menyebar hingga ke jaringan lain diluar paru-paru. Pembedahan biasanya hanya merupakan salah satu
12
pilihan tindakan pengobatan pada NSCLC dan dibatasi pada satu bagian paru paru hingga stadium IIIA. Berikut beberapa jenis pembedahan yang mungkin dilakukan untuk mengobati NSCLC. a. Reseksi baji, yaitu pengangkatan sebagian kecil lobus dari paru-paru. b. Lobektomi, yaitu pengangkatan beberapa lobus dari paru-paru. c. Pneumonectomi, yaitu pengangkatan seluruh bagian paru-paru. 2. Kemoterapi Penderita SCLC terutama diobati dengan kemoterapi dan radiasi karena tindakan
pembedahan
biasanya
tidak
terpengaruh
besar terhadapsurvival (kelangsungan hidup). Kemoterapi primer biasanya juga diberikan paada kasus NSCLC yang sudah bermetastasis atau menyebar. Penggunaan kombinasi obat-obatan kemoterapi pada jenis tumor yang diderita. Pada penderita NSCLC biasanya diobati dengan cisplatin atau carboplatin yang dikombinasikan dengan gemcitabine, paclitaxel, docetaxel, etoposide, atau vinorelbine. Sedangkan pada penderita SCLC, sering digunakan obat cisplatin dan etoposide. Ataupun dikombinasikan dengan carboplatin, gemcitabine, paclitaxel, vinorelbine, topotecan, dan irinotecan juga digunakan. 3. Radioterapi Radiasi kadang-kadang digunakan sebagai pengobatan utama kanker paru paru. Mungkin digunakan untuk orang yang tidak cukup sehat untuk menjalani operasi. Untuk pasien kanker lainnya, radiasi dilakukan untuk mengecilkan kankernya (dilakukan sebelum operasi). Pada kasus kanker stadium lanjut, radiasi juga dapat digunakan untuk meredakan gejala seperti nyeri, perdarahan, dan kesulitan menelan. Seringkali dilakukan terapi Fotodinamik (PDT) untuk mengobati kanker paru-paru yang dapat dioperasi. Dan berpotensi untuk mengobati tumor yang tersembunyi dan tidak terlihat pada pemeriksaan X — ray dada. Efek samping radiasi, termasuk diantaranya: problem kulit, mual, muntah, dan kelelahan. Radiasi pada dada dapat juga menyebabkan kerusakan paru paru dan kesulitan bernapas atau menelan. Efek samping dari terapi radiasi
13
pada (kanker paru yang telah menyebar ke) otak biasanya menjadi serius setelah1 atau 2 tahun pengobatan, yang mencakup: kehilangan memori, sakit kepala, masalah dengan pemikiran, dan kurang gairah seksual. 4. Target Terapi Target terapi biasanya dilakuka untuk pengobatan kanker paru-paru pada stadium III dan IV yang tidak merespon pengobatan lain. Ada dua macam target terapi yang paling umum digunakan, sebagai berikut: a. Erlotinib (Tarceva) Sel-sel kanker ditutupi oleh protein yang disebut EGFR (Epidermal Growth Factor Receptor) yang membantu sel-sel kanker untuk membelah. Tarceva bekerja dengan tidak mengizinkan EGFR untuk menginstruksikan sel-sel kanker untuk tumbuh. Tarceva dapat diberikan pada pasien NSCLC untuk memperpanjang harapan hidupnya. Tarceva bekerja lebih baik pada pasien bukan perokok atau wanita usia lebih muda (sebelum menopause). Dan mudah dikonsumsi setiap hari karena berbentuk pil. b. Bevacizumab (Avastin) Bevacizumad merupakan antibodi yang ditujukan untuk melawan protein untuk membantu sel tumor membentuk pembuluh darah baru. Obat ini mampu memperpanjang kelangsungan hidup pasien NSCLC stadium lanjut, dan biasanya diberikan sebagai kombinasi dengan kemoterapi kombinasi carboplatin & paclitaxel. Bevacizumab biasa diberikan melalui intravena infus dan umumnya memiliki efek samping berupa perdarahan pada paru-paru.
G. Pemeriksaan Diagnostik Kanker Paru
Menurut Arif Muttaqin (2008: 202) pemeriksaan diagnostik pada kanker paru meliputi : 1. Pemeriksaan radiologi Nodula soliter terbatas yang disebut coin lesion pada radiogram dada sangat penting dan mungkin merupakan petunjuk awal untuk mendeteksi adanya karsinoma bronkogenik meskipun dapat juga ditemukan pada banyak keadaan
14
lainnya. Penggunaan CT scan mungkin dapat memberikan bantuan lebih lanjut dalam membedakan lesi-lesi yang dicurigai. 2. Bronkhoskopi Bronkhoskopi yang disertai biopsi adalah teknik yang paling baik dalam mendiagnosis karsinoma sel skuomosa yang biasanya terletak didaerah sentral
paru.
Pelaksanaan
bronkhoskopi
yang
paling
sering
adalah
menggunakan bronkhoskopi serat optik. Tindakan ini bertujuan sebagai tindakan diagnostik, caranya dengan mengambil sampel langsung ketempat lesi untuk dilakukan pemeriksaan sitologi. 3. Sitologi Biopsi kelenjar skalenus adalah cara terbaik untuk mendiagnosis sel-sel kanker yang tidak terjangkau oleh bronkhoskopi. Pemeriksaan sitologi sputum, bilasan bronkhus, dan pemeriksaan cairan pleura juga memainkan peranan penting dalam
rangka menegakkan
diagnosis kanker
paru.
Pemeriksaan histology maupun penetapan stadium penyakit sangat penting untuk menentukan prognosis dan rencana pengobatan. Penetuan stadium kanker paru terbagi dua, yakni pembagian stadium dari segi anatomis untuk menentukan luasnya penyebaran tumor dan kemungkinannya untuk dioperasi; dan stadium dari segi fisiologis untuk menentukan kemapuan klien untuk bertahan terhadap berbagai pengobatan antitumor.
H. Penatalaksanaan Kanker Paru
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa : 1. Kuratif Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien. 2. Paliatif Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup. 3. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga. 4. Supotif
15
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi. 5. Pembedahan Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker. 6. Toraktomi eksplorasi Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy. 7. Pneumonektomi (pengangkatan paru) Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat. 8. Lobektomi (pengangkatan lobus paru) Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois 9. Resesi segmental Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru. 10. Resesi baji Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan es). 11. Dekortikasi Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris) 12. Radiasi Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus. 13. Kemoterapi Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
16
I. Prognosis Kanker Paru
Prognosis kanker paru tetap sangat buruk. Angka ketahanan hidup 5 tahun (5 year survival rate) tetap sangat rendah, yakni masih sekitar ataupun malahan dapat kurang dari 15%. Sebab kematian ialah akibat metastasis ke organ-organ lain atau akibat komplikasi pulmoner secara langsung (Danusantoso, 2013 : 320).
17
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CA PARU
A. Pengkajian 1. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien (hubunganya dengan tempat kerja pasien missal: terpapar asbes) 2. Keluhan Utama
Biasanya pada pasien Ca. Paru mengeluhkan nyeri pada dada, nyeri bahu/tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma), nyeri abdomen hilang timbul, sesak nafas,tidak ada nafsu makan. Penderita Ca. Paru juga biasanya kelihatan lemah,lesu, kelihatan takut dan gelisah. Pasien biasanya juga mengalami insomnia. 3. Riwayat Penyakit Sekarang
Batuk yang kadang-kadang disertai sesak nafas dan batuk. Sesak yang dirasa oleh pasien juga disertai nyeri pada dada sebelah kanan, adanya obstruksi ditandai dengan suara nafas stridor, suara serak. 4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit seperti ca paru, pneumoni, efusi pleura, trauma, dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi (merokok, radiasi, akibat kerja, polusi udara, genetic, diet/pola hidup) . 5. Riwayat Penyakit Keluarga
Ada anggota keluarga yang menderita penyakit Ca paru seperti efusi pleura, asma, TB paru dan lain sebagainya. 6. Riwayat Psikososial
Cemas, takut, menarik diri
B. Pemeriksaan fisik 1. Tanda-tanda vital
Tekanan darah
: biasanya diatas normal > 120/80
Pernafasan
: biasanya diatas normal > 24x/menit
18
Nadi
: biasanya diatas normal > 100x/menit
Suhu
: diatas normal > 35° celcius
2. Head to toe a. Kepala Inspeksi : biasanya keadaan kepala normal bentuknya sismetris, berwarna
hitam dan kulit kepala tampak sedikit kotor,dan tidak ada lesi dikulit kepala. Palpasi : tidak terdapat benjolan pada kepala. b. Mata
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak ada ikterik dan konjungtiva anemis Palpasi : biasanya tidak ada nyeri tekan c. Telinga
Inspeksi : biasanya simetris kiri dan kanan, ada seurmen d. Hidung
Inspeksi : bentuk tulang hidung, kesimetrisan lobang hidung, perubahan warna, cuping hidung, pengeluaran, karakter, jumlah dan warnanya dalam keadaan normal dan simetris. Palpasi: tidak ada benjolan. e. Mulut
Inspeksi :
Bibir : mukosa bibir kering
Gigi : tidak ada karies gigi, gigi tanpak kurang bersih
Gusi : merah muda, lembab, sedikit tidak teratur tanpa rongga atau edema
Lidah : merah muda dan tidak ada jamur atau keputihan pada lidah.
Palpasi : biasanya tidak ada kelainan f.
Leher
Inspeksi : tidak ada jaringan parut dan tidak ada pembesaran kelenjer tiroid, dan odema massa Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid
19
Trakea : kedudukan trakea tepat tidak ada perubahan atau kelainan pada saat pemeriksaan g. Dada dan Paru
Inpeksi dada : dari depan tidak simetris klavikula, sternum tulang rusuk anatara kiri dan kanan. Dari belakang bentuk tulang belakang, scapula tidak simetris dan adanya retraksi interkostalis selama bernafas Palpasi : tidak fremitusnya antara kiri dan kanan Perkusi : bunyi pekak saat diperkusi Auskultasi : terdengar bunyi ronki saat bernafas h. Jantung
Inspeksi : ictus lkordis tidak terlihat Palpasi : istulkordis teraba di RIC,IRC ke 5 Perkusi : batas jantung normal Auskultasi : irama jantung sinus i.
Payudara
Inspeksi :
Mamae : tidak simetris kiri dan kanan
Axilla : tidak ada pembengkakan atau kemerahan
Palpasi :
j.
Mame : tidak teraba pembengkakan
Axilla : tidak ada pembengkakan
Abdomen
Inspeksi : tidak ada lesi, tidak adanya jaringan parut, tidak asites Palpasi : tidak teraba hepar dan limpa Perkusi : bunyi tympani pada abdomen Askultasi : bising usus 4x/menit k. Genetalia
Inspeksi : tidak ada kelainan
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan invasi kanker ke pleura dinding dada
20
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia 3. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan keluarga,takut akan hasil (kematian) dengan lingkungnnya penuh dengan stres (tempat perawatan) 4. Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain 5. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru 6. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan jumlah/viscositas secret ditandai dengan batuk tidak efektif. 7. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan ancaman
D. Intervensi No.
1.
Dx
Keiteria Hasil
Nyeri
akut 1. Klien
mengontrol
1. Tanyakan pasien tentang
berhubungan
nyeri (tahu penyebab nyeri,
nyeri, karakteristik nyeri,
dengan
mampu menggunakan tehnik
rentang
kanker ke pleura
nonfarmakologi
skala 0-10
dinding
dada
mengurangi nyeri, mencari
ditandai
dengan
invasi
pasien gelisah
mampu
Intervensi
untuk
bantuan). 2. Mampu
2. Kaji dan
mengenali
nyeri
(skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri). 3. Menyatakan
rasa
intensitas
pernyataan non
setelah nyeri berkurang.
verbal
verbal
nyeri
pasien 3. Catat
kemungkinan
penyebab nyaman
pada
nyeri
patofisiologi
dan
psikologis 4. Evaluasi
keefektifan
pemberian obat 5. Dorong
menyatakan
perasaan tentang nyeri 6. Berikan
tindakan
kenyamanan (sering ubah
21
posisi, pijatan punggung, sokongan
bantal)
penggunaan
teknik
relaksasi 7. Jadwalkan
periode
istirahat,
berikan
lingkungan tenang 2.
Perubahan nutrisi
Kebutuhan
kurang
terpenuhi.
masukan makanan saat ini
kebutuhan tubuh
Kriteria Hasil :
evaluasi berat badan dan
berhubungan
1. Keadaan umum baik
ukuran tubuh.
dengan anoreksia
2. Mukosa bibir lembab
2. Auskultasi bunyi usus
3. Nafsu makan baik
3. Berikan
dari
nutrisi
dapat 1. Kaji
4. Tekstur kulit baik 5. Klien
menghabiskan
porsi
makan yang disediakan
badan
dalam
diet,
perawatan
oral
sering,
buang
sekret
berikan
wadah
khusus
untuk sekali pakai dan tisu
6. Bising usus 6-12 kali/menit 7. Berat
kebiasaan
batas
normal.
4. Berikan makan porsi kecil tapi sering 5. Hindari
makanan
yang
sangat panas atau sangat dingin. 6. Timbang berat badan sesuai indikasi 3.
Perubahan proses 1. Megungkpakan keluarga
yang
berhubungan
kekhawatirannya
akan 1. Luangkan waktu bersama mengenai
prognosis klien
dengan gangguan 2. Menungkapkan kehidupan
kekawtirannnya
keluarga,
takut
lingkkunagntempat
akan
hasil
perawatan
(kematian) dengan
keluarga
atau
terdekat
klien
orang dan
tunjukkan pengertian yang mengenai
3. Melaporkan fungsi keluarga yang adekuat dan kontiniu
empati. 2. Izinkan keluarga klien atau orang
terdekat
untuk
mengekspresikan perasaan, ketakutan dan kekawatiran.
22
lingkungnnya
selam perawatan klien
3. Jelaskan
tindakan
penuh
dengan
keperawatan dan kemajuan
stres
(tempat
postoperasi yang dipikirkan
perawatan)
dan
berikan
informasi
spesifik tentang kemajuan klien 4. Anjurkan
untuk
sering
berkunjung
dan
berpartisipasi
dalam
tindakan perawan 5. 4.
Berduka
yang 1. Mengungkapakan kehilangan 1. Berikan kesempatan pada
behubungan
dan perubahan
dengan penyakit 2. Mengungkapakan terminal
dan
kematian
yang
dihadapi, penurunan fungsi
yang
berkaitan
klien da keluarga untuk perasaan kehilangan
dan perubahan 3. Menyatakan kematian akan terjadi
mengungkapkan perasaan, didiskusikan
kehilangan
secara terbuka, dan gali makna
pribadi
dari
kehilangan.jelaskan bahwa
perubahan
berduka adalah reaksi yang
konsep diri dan
umum dan sehat.
menarik diri dari orang lain
2. Berikan
dorongan
penggunaan strategi koping positif yang terbukti yang memberikan
keberhasilan
pada masa lalu. 3. Bantu dan
klien
mengatakan
menerima
kematian
yang akan terjadi, jawab semua pertanyaan dengan jujur. 4. Tingkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian,
23
menghilangkan
ketidak
nyamanan dan dukungan
5.
Pola nafas tidak Pola nafas kembali efektif.
1. Kaji frekuensi, kedalaman
efektif
Kriteria Hasil:
pernapasan
berhubungan
1. Pola nafas efektif
dada.
dengan
2. Bunyi nafas normal atau
pernapasan,
termasuk
penggunaan
otot
penurunan
bersih
ekspansi paru
3. TTV dalam batas normal 4. Batuk berkurang 5. Ekspansi paru mengembang.
dan
ekspansi
Catat
upaya
bantu/pelebaran nasal. 2. Auskultasi bunyi napas dan
catat adanya bunyi napas tambahan, seperi krekels, mengi, gesekan pleural. 3. Tinggikan kepala dan bantu
mengubah Bangunkan
posisi. pasien
turun
tempat tidur dan ambulasi sesegera mungkin. 6.
Bersihan
jalan Jalan nafas kembali efektif.
1. Auskultasi dada untuk
nafas tidak efektif Kriteria Hasil:
karakter bunyi napas dan
berhubungan
1. Sesak berkurang
adanya sekret.
dengan
2. Batuk berkurang
peningkatan
3. Klien
jumlah/viscositas sekret.
dapat
mengeluarkan
sputum
2. Bantu pasien
dengan/instruksikan untuk napas dalam efektif dan
4. Wheezing berkurang/hilang
batuk dengan posisi duduk
5. TTV dalam batas normal
tinggi dan menekan daerah
keadaan umum baik.
insisi. 3. Observasi jumlah dan
karakter sputum/aspirasi sekret. Selidiki perubahan sesuai indikasi. 7.
Ansietas
1. Mengunkapkan ketakutannya 1. Identifikasi persepsi pasien
24
berhubungan
yang
dengan
gangguan
kurangnya
brhubungan
dengan
tentang ancaman yang ada dari situasi.
2. Menceriktakan tentang efek 2. Observasi/awasi
pengetahuan dan
ganmguan
pada
ancaman
normal,
kematian
peran dan gaya hidup
tanggungn
fungsi
fisik,
jawab,
perubahan gerakan
contoh
respons gelisah,
tanda
vital,
berulang.
Catat
kesesuaian
komunikasi
verbal/non-verbal. 3. Dorong
pasien/orang
terdekat untuk mengakui dan menyatakan rasa takut. 4. dentifikasi kekuatan koping
sebelumnya
dari
pasien/orang terdekat dan area kontrol/kemampuan
25
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Pengobatan paliatif merupakan suatu studi dan penanganan terhadap pasien pasien dengan penyakit yang aktif, progresif dan lama yang mana prognosisnya terbatas dan fokus perawatannya adalah pada kualitas hidup. Tujuan perawatan paliatif adalah untuk mencapai kualitas hidup maksimal bagi penderita dan keluarga. Perawatan paliatf tidak hanya diberikan bagi penderita menjelang akhir hayatnya, namun sudah dapat dimulai segera setelah diagnosis penyakit (kanker) di tegakkan, dan dilaksanakan bersama dengan pengobatan kuratif.
B. Saran
Sebagai perawat yang berjiwa caring, dalam melakukan asuhan keperawatan paliatif tidak hanya diberikan pelayanan secara medis saja tetapi kita juga harus memberikan asuhan keperawatan untuk memotivasi klien dalam mempertahankan kualitas hidup pasien dengan penyakit yang paliatif.
26
DAFTAR PUSTAKA
Danusantoso Halim. 2013. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran
Kusuma Hardhi. 2015. APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN DIAGNOSA MEDIS & NANDA, NIC-NOC . Jogjakarta. Penerbit Mediaction.
Muttaqin Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.
Somantri Irman. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.
Sudoyo Aru, dkk. 2007 . Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV . Jakarta
Tim CancerHelps. 2010. Stop Kanker “KANKER BUKAN LAGI VONIS MATI” Panduan Deteksi Dini dan Pengobatan Menyeluruh Berbagai Jenis Kanker. Jakarta. Penerbit AgroMedia Pustaka.
Suryo Joko. 2010. HERBAL”Penyembuh Gangguan Sistem Yogyakarta. Penerbit B First(PT Bentang Pustaka)
Pernapasan”.