BUNDELAN PRAKTIKUM ANATOMI HEWAN
OLEH
KELOMPOK V B
ANGGOTA : 1. AL-QADRI PUTRA M. (1110423016)
2. NURWISMA (1310421006)
3. SITI AISYAH (1310421026)
4. QORIATUL HUSNAH (1310421046)
5. PRATIWI MUTIAH PUTRI (1310422010)
6. FATHYA ANNISA (1310422046)
ASISTEN : DWIYANTO
LABORATORIUM TEACHING II
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2014
LEMBARAN PENGESAHAN
Objek-objek praktikum anatomi hewan yaitu anatomi pisces, anatomi amfibi, anatomi reptilia, anatomi aves, anatomi mamalia, anatomi otak, histologi pencernaan, histologi respirasi dan sirkulasi, histologi urogenital, histologi saraf dan endokrin serta histologi rangka.
Asisten Penanggung Jawab
(DWIYANTO)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan praktikum serta laporan akhir Anatomi Hewan ini. Adapun isi dari laporan akhir ini adalah kumpulan dari setiap laporan mingguan selama praktikum berlangsung. Laporan ini merupakan syarat untuk dapat mengikuti ujian akhir praktikum.
Kami juga tidak lupa untuk mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen serta para asisten praktikum anatomi hewan yang selalu membimbing dan mengajari kami dalam melaksanakan praktikum dan dalam menyusun laporan ini. Serta semua pihak yang membantu kami dalam hal penyusunan laporan ini.
Laporan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik serta saran yang membangun masih kami harapkan untuk penyempurnaan laporan akhir ini.Sebagai manusia biasa kami merasa memiliki banyak kesalahan. Oleh karena itu, kami mohon maaf sebesar- besarnya untuk kelancaran penyelesaian laporan ini.
Atas perhatian dari semua pihak yang membantu penulisan ini kami ucapkan terima kasih. Semoga Laporan ini dapat dipergunakan sebaik-baiknya.
Padang, Mei 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
Anatomi Pisces
Anatomi Amfibi
Anatomi Reptil
Anatomi Aves
Anatomi Mamalia
Anatomi Otak
Histologi Sistem Pencernaan
Histologi Sistem Sirkulasi
Histologi Sistem Respirasi
Histologi Sistem Urogenital
Histologi Sistem Saraf
Histologi Sistem Rangka
ANATOMI PISCES
LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI HEWAN
"ANATOMI PISCES"
OLEH :
KELOMPOK 5 B
ANGGOTA : 1. AL-QADRI PUTRA M. (1110423016)
2.NURWISMA (1310421006)
3. SITI AISYAH (1310421026)
4. QORIATUL HUSNAH (1310421026)
5. PRATIWI MUTIAH PUTRI (1310422010)
6. FATHYA ANNISA (1310422046)
ASISTEN : DWIYANTO
LABORATORIUM TEACHING II
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2014
I.PENDAHULUAN
I.I.Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alam salah satunya sumber daya hewan adalah ikan. Ikan merupakan hewan yang jumlahnya termasuk banyak jika di bandingkan dengan hewan-hewan yang lain. Setiap ikan itu tentu memiliki karakteristik tersendiri baik secara anatomi maupun morfologi untuk membedakan ikan yang satu dengan yang lain. Secara morfologi, kita dapat membedakan ikan dengan melihat bentuk luarnya, misalnya dengan memperhatikan ada atau tidaknya sisik pada hewan tersebut, sedangkan secara anatomi, kita dapat melihat perbedaan organ-organ dalam yang terdapat pada masing-masing ikan.
Anatomi berasal dari bahasa yunani yang tersusun dari kata "ana" yang berarti susunan dan " tome" yang berarti memotong, sehingga anatomi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari dan berhubungan dengan struktur dan organisasi dari makhluk hidup (Brotowidjoyo, 1990).
Oreochromis niloticus merupakan hewan yang patut untuk di ketahui struktur anatomi dan morfologinya, karena ikan nila adalah hewan yang cukup banyak memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, baik sebagai kebutuhan pangan maupun sebagai ikan hias.
Perlu kita ketahui ikan tidak hanya terdapat dilaut melainkan dapat ditemukan di hampir semua genangan air yang berukuran besar baik air tawar, air payau, maupun air asin. Disini yang akan kami bahas yaitu salah satu ikan yang berasal dari air tawar yaitu O.niloticus.
O.niloticus merupakan salah satu jenis ikan budidaya yang cukup dikenal baik secara nasional maupun internasional. Ikan Nila menjadi terkenal karena memiliki banyak keunggulan. Keunggulan-keunggulan yang dimiliki ikan nila yaitu mudah berkembang biak, cepat pertumbuhannya, anaknya banyak, ukuran badan relatif besar, tahan penyakit, sangat mudah beradaptasi, relatif murah harganya, dan dagingnya enak (Sukiya, 2005).
O.niloticus memiliki faktor penting yaitu rasa dagingnya yang khas dengan kandungan omega pada patin dan gizi yang cukup tinggi, sehingga ikan nila sering di jadikan sumber protein yang murah dan mudah di dapat. Serta harga jualnya yang terjangkau oleh masyarakat.
O.niloticus sebagai pemakan plankton yang sifatnya cenderung omnivorous, artinya tidak memerlukan pakan yang khusus. Selain itu, ikan nila juga memiliki suatu kelebihan yaitu ikan nila berkemampuan untuk hidup pada salinitas yang lebar, sehingga ikan nila dapat dibudidayakan di air tawar, payau, maupun laut (Saanin, 1968).
Di air tawar potensi pembesaran ikan nila di kolam dan sawah sangat tepat terutama di luar jawa di daerah pegunungan dimana sumber air yang masih berlimpah dan berkompetensi peruntukan antar sektor dan subsektor belum terlalu ketat, misalnya di Sumatera Barat, Sulawesi Utara, Sumatera Utara, Bengkulu, Gorontalo dan Sulawesi Tenggara. Sedangkan perkembangan di perairan umum cocok dengan sistem budidaya keramba doling dan keramba biasa yaitu di provinsi-provinsi di luar jawa yang banyak memiliki perairan umum(danau,rawa,sungai), mislanya Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, Bangka Belitung dan Jambi (Sukiya, 2005).
Menurut Zander (2009), morfologi ikan nila adalah memiliki bentuk yang pipih kearah vertical (kompres), bertulang belakang(vertebrata). Habitatnya perairan, bernafas dengan insang dan mejaga keseimbangan tubuh menggunakan sirip. Sirip-sirip tersebut bersifat poikilotermal. O.niloticus memiliki gelembung renang yaitu kantong udara yang dapat digunakan untuk mengubah daya apung dan sebagai alat bantu dalam bernafas. Selain memiliki endoskeleton, di bagian luar tubuh O.niloticus dilindungi oleh eksoskeleton yang berupa sisik(squama).
Adapun tipe sisiknya adalah:sikloid dan stenoid. Ciri-ciri sisik tipe sikloid antara lain adalah berbentuk sirkuler, jika di amati dibawah mikroskop akan tampak garis-garis konsentris berjumlah sesuai dengan umurnya, tampak mengkilap kebiruan mengandung kristal guanine dan sel-sel pigmen yang berbentuk bintang, mengandung zat warna hitam(melatonin). Ikan nila melakukan reproduksi dengan cara fertilisasi eksternal. Telur dan sperma keluar dari tubuh kemudian terjadi pembuahan(Campbell, 2000).
Praktikum kali ini tentang anatomi pisces dilatarbelakangi oleh kurangnya pengetahuan praktikan tentang mekanisme berbagai sistem dalam tubuh pisces.
I.2.Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini agar praktikan mampu memahami, menjelaskan tentang anatomi dan morfologi pisces.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Ikan adalah vertebrata akuatis yang bernafas dengan insang. Pisces terdiri atas tiga kelas yaitu Agnatha(ikan tanpa rahang), Chondrichtyes(ikan tulang rawan), Osteicthyes(ikan bertulang keras). Kelas agnatha memiliki ciri-ciri yaitu: mulut tanpa rahang, tubuh silindris, tubuh halus tanpa sisik, rangka tubuh dari tulang rawan dan tidak punya sirip yang berpasangan . Kelas Osteicthyes memiliki ciri-ciri yaitu: tulang keras, mulut dan lubang hidungnya ventral, celah-celah pharyngeal tertutup dan jantungnya hanya memiliki satu ventrikel. Kelas chondricthyes memiliki ciri-ciri yaitu: rangkanya bertulang rawan, hidup diair-air payau dan tidak memiliki tulang rusuk(Brotowidjoyo, 1990).
Ikan didefinisikan secara umum sebagai hewan yang hidup di air, bertulang belakang, suhu tubuhnya berubah-ubah tergantung dengan suhu lingkungannya (poikiloterm), bergerak dengan menggunakan sirip, bernafas dengan insang, dan memiliki gurat sisi (linea lateralis) sebagai organ keseimbangan. Bagian tubuh ikan mulai dari anterior sampai posterior berturut-turut adalah kepala (caput) merupakan bagian tubuh mulai dari ujung mulut sampai bagian belakang operculum, tubuh (truncus) merupakan bagian tubuh mulai dari batas akhir operculum sampai anus, ekor(cauda) merupakan bagian dari anus sampai bagian ujung sirip ekor (Yasin, 1984).
Secara umum golongan ikan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: mempunyai rangka bertulang sejati (tulang benar) dan ada pula yang bertulang rawan; mempunyai sirip tunggal dan kembar (berpasangan); mempunyai operkulum yang menutupi insang; bentuk tubuh bermacam-macam (antara lain menyerutu, bulat, gepeng) dengan penampang bulat, giling dan gepeng; pada umumnya berlendir; bergurat sisi (mempunyai garis rusuk) (Saanin, 1968).
Berdasarkan habitat hidupnya, ikan dibedakan dua macam yaitu ikan air tawar dan ikan air asin (laut). Ikan air tawar adalah ikan yang menghabiskan sebagian atau seluruh hidupnya di air tawar, seperti sungai dan danau, dengan salinitas kurang dari 0,05%. Dalam banyak hal lingkungan ini berbeda dengan lingkungan perairan laut, dan yang paling membedakan adalah tingkat salinitasnya. Untuk bertahan di air tawar, ikan membutuhkan adaptasi fisiologis yang bertujuan menjaga keseimbangan konsentrasi ion dalam tubuh. 41% dari seluruh spesies ikan diketahui berada di air tawar. Hal ini karena spesiasi yang cepat yang menjadikan habitat yang terpencar menjadi mungkin untuk ditinggali (Djuhanda, 1982).
Zander (2009) mengklasifikasikan ikan Nila sebagai berikut : Phylum Chordata, Subphylum Vertebtara, Class Osteichtyes, Subclass Achanthoptherigi, Ordo Percopmorpa, Subordo Perciodea, Family Chiclidea, Genus Oreochromis, dan Spesies Oreochromis niloticus.
Ikan Nila bersifat omnivora tapi cenderung untuk mengkonsumsi makanan yang berasal dari Plankton, tumbuh-tumbuhan hakus, dedak tepung bungkil kacang, ampas kelapa dan lain sebagainya.Ikan nila yang masih kecil belum tampak perbedaan alat kelaminnya. Setelah berat badannya mencapai 50 gram, dapat diketahui perbedaan antara jantan dan betina. Perbedaan antara ikan jantan dan betina dapat dilihat pada lubang genitalnya dan juga ciri-ciri kelamin sekundernya. Pada ikan jantan, di samping lubang anus terdapat lubang genital yang berupa tonjolan kecil meruncing sebagai saluran pengeluaran kencing dan sperma. Tubuh ikan jantan juga berwarna lebih gelap, dengan tulang rahang melebar ke belakang yang memberi kesan kokoh, sedangkan yang betina biasanya pada bagian perutnya besar(Amri, 2002).
Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita gelap melintang (belang) yang makin mengabur pada ikan dewasa. Ekor bergaris garis tegak 7-12 buah. Tenggorokan, sirip dada, sirip perut, sirip ekor dan ujung sirip punggung dengan warna merah atau kemerahan (atau kekuningan) ketika musim berbiak, ada garis linea literalis pada bagian truncus fungsinya adalah untuk alat keseimbangan ikan pada saat berenang(Zander, 2009).
Genus Oreochromis memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi dan toleransi terhadap kualitas air pada kisaran yang lebar. Anggota-anggota genus ini dapat hidup dalam kondisi lingkungan yang ekstrem sekalipun, karena sering ditemukan hidup normal pada habitat-habitat di mana jenis ikan air tawar lainnya tak dapat hidup(Amri, 2002).
Ikan bernapas menggunakan insang. Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air, sedang bagian dalam berhubungan erat dengan kapile-rkapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler, sehingga memungkinkan oksigen berdifusi masuk dan karbondioksida berdifusi keluar(Kimball,1992).
Pada ikan bertulang sejati (Osteichthyes) insangnya dilengkapi dengan tutup insang (operkulum), sedangkan pada ikan bertulang rawan (Chondrichthyes) insangnya tidak mempunyai tutup insang. Selain bernapas dengan insang, ada pula kelompok ikan yang bernapas dengan gelembung udara (pulmosis), yaitu ikan paru-paru (Dipnoi). Insang tidak hanya berfungsi sebagai alat pernapasab, tetapi juga berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion dan osmoregulator. Insang ikan terdiri atas bagian lengkung insang, rigi-rigi dan lembar insang. Lengkung insang tersusun atas tulang rawan berwarna putih. Pada lengkung insang ini tumbuh pasangan rigi-rigi yang berguna untuk menyaring air pernafasan yang melalui insang(Kimball, 1992).
Lembaran insang tersusun atas jaringan lunak, berbentuk sisir dan berwarna merah, karena mempunyai banyak pembuluh kapler darah yang merupakan cabang dari arteri insang. Pada lembaran yang kaya kapiler darah inilah pertukaran CO2 dan oksigen berlangsung. Insang ikan tersimpan di dalam rongga insang dan terlindung oleh tutup insang. Mekanisme pernapasan ikan bertulang sejati meliputi dua tahap, yakni fase inspirasi dan ekspirasi (Zander, 2009).
Jantung ikan terdiri atas dua ruangan, yaitu sebuah serambi atau atrium dan sebuah bilik atau ventrikel.Untuk menjaga agar aliran darah tetap searah, antara serambi dan bilik terdapat katup jantung. Selain daripada 2 ruang jantung itu terdapat pula yang namanya sinus venosus. Sinus venosus terletak diantara atrium dan ventrikel. Tidak hanya sinus venosus tapi ada juga bagian dari jantung ikan yang dikenal dengan conus arterious.
Bila bilik jantung berkontraksi, darah akan terpompa ke luar menuju ke insang. Di dalam kapiler insang CO2 dibebaskan ke dalam air, sedangkan oksigen dari air berdifusi ke dalam darah insang, sehingga darah yang meninggalkan insang banyak mengandung oksigen. Dari insang darah mengalir melalui vena sambil mengedarkan oksigen dan sari makanan ke seluruh tubuh dan selanjutnya menuju ke atrium jantung, lalu mengalir ke bilik. Peredaran darah ikan hanya sekali melewati jantung. Peredaran darah yang demikian disebut peredaran darah tunggal(Brotowidjoyo, 1990).
Sistem digestorianya dibagi menjadi 2 yaitu tractus digestivus (saluran pencernaan) dan glandula digestoria (kelenjar pencernaan). Tractus digestivus melewati organ-organ berikut yaitu mulai dari mulut, pharing, ventriculus, intestenum tenue, intestenum crassum, rectum dan anus. Kalau untuk glandula digestoria yaitu berupa hepar dan vesica fellea(Djuhanda, 1982).
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum Anatomi hewan (Anatomi Pisces) ini dilaksanakan pada hari senin, 3 Maret 2014, Jam 08.00 WIB di Laboratorium Pendidikan II Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan untuk Praktikum Anatomi Pisces ini antara lain tissu gulung, gunting bedah, pinset, cutter, masker, sarung tangan, steroform, jarum pentul, bak bedah, sabun cair, buku gambar, dan alat-alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan untuk praktikum anatomi pisces ini adalah sepasang Oreochromis niloticus.
3.3 Cara Kerja
Pada Praktikum Anatomi pisces ini, adapun cara kerjanya adalah pertama ikan yang akan dibedah sebelumnya dimatikan dulu dengan dipukul kepalanya atau dibentur-benturkan dengan benda tumpul. Selanjutnya ikan dibedah di bagian perut atau dorsal dengan menggunakan pisau cutter, dilakukan dengan hati-hati agar bagian dalam organ tidak rusak. Kemudian isi perut dikeluarkan dengan hati-hati menggunakan pinset, dan organ-organ tersebut diletakkan di atas steroform, direntangkan atau dipisahkan organ O. niloticus tersebut satu-persatu agar mudah diteliti. Kemudian dibandingkan perbedaan antara organ jantan dan organ betinanya. Dan terakhir organ O. niloticus tersebut digambar dalam buku gambar masing-masing.
IV.HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 Morfologi Pisces
Gambar 1.Morfologi Pisces (a) caput, (b) dorsal fin, (c) pektoral fin, (d) anal fin, (e) ventral fin, (f) cauda, (g) truncus, (h) apparatus opercularis
Dilihat dari morfologinya,pisces memiliki 3 bagian yaitu: caput,truncus dan cauda. Pertama pada bagian kepala(caput) memiliki 4 bagian lagi yaitu: Rima oris(celah mulut) ,terdapat pada ujung rostrum(moncong). Fovea nasalis,yaitu sepasang cekung hidung didorsal mulut. Organon visus yang merupakan alat penglihatan pada pisces dan yang terakhir ada yang kita kenal dengan yang namanya apparatus opercularis atau yang lebih dikenal dengan tutup insang, apparatus opercularis ini terdapat sepasang dan terletak dikiri dan kanan bagian belakang caput serta dengan bentuk setengah bulatan dan berfungsi untuk melindungi insang yang berfungsi sebagai alat pernafasan.
Kedua pada bagian badan(truncus) memiliki 4 bagian lagi yaitu: Epidermis,dimana epidermis tersebut tipis,transparan dan licin hal ini disebabkan karena epidermis tersebut menghasilkan mucus atau getah bening. Squama(sisik) merupakan bagian yang terdapat dibawah epidermis,tersusun sebagai susunan genting dengan bagian belakang bebas sehingga ada bagian sisik yang tertutup oleh sisik lain. Linea lateralis atau yang lebih dikenal dengan gurat sisi merupakan suatu bangunan berupa garis memanjang disisi lateral truncus, dimulai dari kepala sampai kepangkal ekor. Dan bagian yang terakhir yaitu adanya dua buah lubang keluar(muara) yaitu anus yang merupakan muara saluran makanan sebagai lubang pembuangan sisa-sisa makanan;parus urogenitalis merupakan muara bersama dari saluran kelamin dan saluran kencing (Djuhanda, 1982).
Ketiga pada bagian ekor(cauda), dibagian ekor ini terdapat sirip ekor yang mempunyai bentuk protocercal. Selain itu juga,sesuai dengan literatur dan hasil praktikum yang telah dilakukan,ada 5 sirip ikan yang diketahui yaitu: sirip dorsal(punggung),sirip caudal(ekor),sirip anal(anus),sirip pektoral(perut) dan sirip ventral(dada) dan masing-masing sirip bisa dilihat pada gambar 1.
4.2 Anatomi Pisces
Gambar 2.anatomi pisces
Organ dalam pada hewan dapat dilihat dengan cara membedah,namun tidak merusak organ dalam bagian tubuhnya apabila menggunakan metode pembedahan yang tepat. Metode yang digunakan disebut sectio. Setelah dilakukan pembedahan dengan metode sectio organ dalam ikan yang dapat diamati adalah sebagai berikut, dapat terlihat pada gambar 3.
Gambar 3. Anatomi pisces (a) insang, (b) pulmo, (c) cor, (d) hepar, (e) ventriculus, (f) intestenum tenue, (g) intestenum crassum, (h) ren,(i) anus,(j) ovarium
Pada sistem respirasi pisces alat respirasi yang digunakan sangat berbeda dengan vertebrata yang lainnya, alat respirasinya masih sangat sederhana yaitu masih menggunakan insang. Insang itu sendiri terdiri dari tiga bagian yang bisa dilihat pada gambar 3, yaitu gill reaser (lengkung insang), lamella (lembaran insang), filament (kumpulan dari lamella-lamela). Sistem respirasi ini terjadi setelah operculum dibuka dan disana terlihat adanya insnag yang berwarna merah dan difusi oksigen dan karbondioksida terjadi di filament (sisir-sisir yang berwarna merah). Filament ini terkait erat dengan kapiler darah yaitu pembuluh afferent dan pembuluh efferent (Campbell, 2000).
Untuk sistem sirkulasinya, pisces memiliki 2 ruang jantung yaitu 1 atrium dan 1 ventrikel,lalu jantung tersebut terdiri dari 4 bagian yaitu sinus venosus, atrium, ventrikel dan conus arterious. Prosesnya darah mengalir dari sinus venosus ke atrium kemudian dari atrium ke ventrikel. Kontraksi ventrikel memaksa darah masuk ke dalam conus arterious yang kecil dan keluar melalui ventral aorta pendek dan menuju ke insang melalui 4 pasang branchial arteries yang berbeda. Atrium(serambi) berfungsi untuk menerima darah dari seluruh tubuh dan ventrikel(bilik) berfungsi untuk menyalurkan darah ke insang. Berdasarkan hasil praktikum dilihat bahwa warna atrium terlihat lebih gelap daripada ventrikel. Sedangkan sinus venosus terletak diantara atrium dan ventrikel.
Sistem digestoria dibagi menjadi 2 yaitu tractus digestivus dan glandula digestoria. Tractus digestivus (saluran pencernaan) yang melewati organ-organ berikut yaitu dimulai dari mulut, pharing, esophagus, ventriculus, intestenum tenue, intestenum crassum, rectum dan anus, dimana organ-organ ini dapat dilihat pada gambar 3. Kemudian ada juga glandula digestoria (kelenjar pencernaan) yaitu berupa hepar (hati) ikan yang berukuran kecil, berwarna merah tua dan terletak didekat jantung. Selain hepar ada juga namanya vesica fellea (kantung empedu) yang memiliki warna hijau dan berbentuk bulatan kecil.
Sistem ekskresi berupa ren(ginjal) dari suatu lubang urogenital yaitu tempat bermuaranya saluran ginjal yang berada dibelakang anus. Untuk sistem reproduksinya, pada ikan jantan mempunyai testis sebagai sistem reproduksinya sedangkan pada ikan betina mempunyai ovarium sebagai sistem reproduksinya dan kedua sistem reproduksi ini terletak didalam rongga perut. Berdasarkan literatur biasanya gonad pada ikan nila terdapat pada bagian posterior rongga perut disebelah bawah ginjal (Sukiya, 2005).
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum anatomi pisces ini adalah :
Pisces merupakan hewan vertebrata atau bertulang belakang
Setelah dibedah, bagian dalam dari tubuh ikan tersebut terdapat insang, pancreas,hepar, ventriculus, intestenum tenue, intestenum crassum, rectum dan anus.
Bagian tubuh ikan secara umum terdiri dari caput, truncus dan cauda
Yang membedakan ikan betina dengan ikan jantan yaitu pada ikan betina terdapat telur sedangkan pada ikan jantan tidak
5.2 Saran
Saran untuk praktikan selanjutnya adalah diharapkan kepada praktikan agar lebih menguasai cara pembedahan pada pisces agar organ-organ yang ada didalam pisces tidak rusak pada saat diteliti. Dan sebaiknya praktikan membawa perlengkapan yang dibutuhkan dalam praktikum seperti sarung tangan dan masker.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, K. 2002. Anatomi Ikan Nila. Jakarta:Agromedia Pustaka.
Brotowidjoyo, M. 1990. Zoologi Dasar. Jakarta:Erlangga.
Campbell. 2000. Biologi Kelima Jilid 3. Jakarta:Erlangga.
Djuhanda, T .1974. Analisa Hewan Vertebrata. Bandung:Armico.
.1982. Analisa Struktur Vertebrata Jilid I. Bandung:Armico.
Laksmana. 2005. Kamus Anatomi. Jakarta:Djambathan.
Kimball,J. 1992. Biologi JIlid 3. Jakarta:Erlangga.
Saanin,H. 1968. Taksonomi dan Identifikasi Ikan I. Bandung:Bina Cipta.
Sukiya. 2005. Anatomi Ikan.Jakarta:Indonesia Press.
Yaasin, M. 1984. Zoologi Vertebrata. Surabaya:Sinar Wijaya.
Zander. 2009. Morfologi dan Anatomi Ikan. Jakarta:PT.Rineka Cipta.
ANATOMI AMPHIBI
LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI HEWAN
"ANATOMI AMPHIBI"
OLEH :
KELOMPOK 5 B
ANGGOTA : 1. AL-QADRI PUTRA M. (1110423016)
2. NURWISMA (1310421006)
3. SITI AISYAH (1310421026)
4. QORIATUL HUSNAH (1310421046)
5. PRATIWI MUTIAH PUTRI (1310422010)
6. FATHYA ANNISA (1310422046)
ASISTEN : DWIYANTO
LABORATORIUM TEACHING II
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2014
I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anatomi berasal dari bahasa yunani yang tersusun dari kata "ana" yang artinya susunan dan "tome" yang berarti memotong. Sehingga anatomi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari dan berhubungan dengan struktur dan organisasi dari makhluk hidup atau bisa dikatakan pula bahwa anatomi adalah ilmu yang mempelajari struktur tubuh baik itu manusia, hewan maupun tumbuhan dengan cara menguraikan tubuh menjadi bagian yang lebih kecil ke bagian yang paling kecil, dengan cara memotong atau mengiris tubuh kemudian diangkat dan dipelajari struktur tubuhnya (Radiopoetra, 1997).
Kata amphibi berasal dari bahasa yunani "amphi dan bious" dimana amphi berarti dua dan bious berarti hidup. Jadi, amphibi merupakan hewan yang memiliki kehidupan ganda maksudnya kehidupan ganda disini adalah hewan ini bisa hidup di dua alam yaitu dapat hidup di darat dan di air. Akan tetapi terjadi pengecualian pada beberapa spesies yang hidup dan menetap di air. Pada umumnya amphibi mempunyai siklus hidup awal di perairan dan siklus hidup kedua adalah di daratan(Brotowidjoyo,1990).
Amphibi merupakan suatu kelompok chordata yang pertama kali keluar dalam kehidupan dalam air. Amphibi adalah kelompok vertebrata darat yang paling primitif, menduduki tempat peralihan dari kehidupan akuatik ke kehidupan darat. Beberapa pola menunjukkan pola baru yang disesuaikan dengan kehidupan di darat, misalnya kaki, paru-paru dan nostril(Yaasin, 1984).
Amphibi memiliki suhu tubuh berubah-ubah sesuai dengan lingkungannya sehingga amphibi termasuk ke dalam hewan berdarah dingin atau poikiloterm. Selain itu, biasanya amphibi mempunyai tingkat larva yang hidup di air. Kulit hewan ini lembab dan berlendir serta pada umumnya tidak memiliki rambut atau bulu-bulu(Djuhanda, 1974).
Amphibi merupakan perintis vertebrata daratan. Paru-patu dan tulang anggota tubuh, yang mereka warisi dari moyang krosopterigia, memberikan sarana untuk lokomosi dan bernafas di udara. Atrium kedua dalam jantung memungkinkan darah yang mengandung oksigen langsung kembali ke dalamnya untuk dipompa ke seluruh badan dengan tekanan yang penuh. Sementara pencampuran darah yang mengandung oksigen dengan darah yang kurang mengandung oksigen terjadi didalam ventrikel tunggal, jantung yang beruang tiga ini agaknya memberikan peningkatan yang berarti dalam efisiensi peredaran dan dengan demikian meningkatkan kemampuan untuk mengatasi lingkungan daratan yang keras dan lebih banyak berubah-ubah(Kimball, 1992).
Amphibi hidup didekat air dan paling berlimpah di habitat lembab seperti rawa dan hutan hujan tropis, sebagian besar amphibi sangat bergantung pada kulitnya yang lembab untuk melakukan pertukaran gas dengan lingkungannya (Campbell, 2000).
Amphibi mempunyai potensi yang cukup besar untuk membantu manusia menanggulangi hama serangga. Karena hampir seluruh jenis amphibi makanannya adalah serangga dan larvanya. Selain itu, sangat erat pula kaitan amphibi ini dengan manusia, diantaranya dalam dunia kedokteran, amphibi telah lama dimanfaatkan untuk tes kehamilan yang banyak dijual di apotik seperti sekarang ini. Bukan hanya itu saja, beberapa lembaga penelitian kini tengah melakukan pencarian mengenai berbagai bahan anti bakteri dari beberapa jenis amphibi yang diketahui memiliki ratusan kelenjar yang terletak di bawah jaringan kulit(Zander, 2009).
Fejevarya cancrivora atau katak sawah adalah salah satu spesies yang termasuk ke dalam kelas amphibi dan termasuk ordo anura. F. cancrivora merupakan katak berukuran sedang sampai besar, tekstur kulit memiliki lipatan-lipatan dan bintil-bintil memanjang searah dengan sumbu tubuh. Warna kulit bervariasi, coklat lumpur kotor dengan bercak gelap. Jari-jari meruncing, selaput renang mencapai ujung kecuali 1 atau 2 ruas jari kaki keempat(Sukiya, 2001).
Habitat dari F.cancrivora ini sangat banyak dijumpai di sawah-sawah. Terdapat dalam jumlah banyak di sekitar rawa dan bahkan di daerah berair asin seperti tambak atau hutan bakau. Selain itu, kulit harus selalu basah apabila hewan berada di luar air untuk memungkinkan terjadinya pernapasan melalui kulit. Kulit dilengkapi dengan kelenjar-kelenjar yang menghasilkan lendir untuk mempertahankan keadaan agar selalu basah(Yatim, 1987).
Dalam praktikum anatomi amphibi ini, diperlukan adanya pembedahan untuk mengetahui lebih jelas sistem organ pada amphibi khususnya organ sistem pencernaan dan organ sistem pernapasan secara langsung. Praktikum anatomi amphibi ini dilatar belakangi oleh kurangnya pengetahuan praktikan tentang mekanisme sistem dalam tubuh amphibi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini agar praktikan mampu memahami, menjelaskan tentang anatomi dan morfologi amphibi.
II.TINJAUAN PUSTAKA
Amphibi adalah vertebrata yang secara tipikal dapat hidup baik dalam air tawar (tidak ada yang di air laut) dan didarat. Sebagian besar mengalami metamorphosis dari berudu (akuatis dan bernapas dengan insang) ke dewasa (amfhibius dan bernapas dengan paru-paru), namun beberapa jenis amphibi tetap mempunyai insang selama hidupnya.
Amphibi memiliki 3 macam ordo yaitu pertama, ordo caudata (urodela), adalah amphibi yang pada bentuk dewasa mempunyai ekor, tubuhnya berbentuk sseperti kadal, beberapa jenis dewasa tetap mempunyai insang, sedangkan jenis-jenis lain insangnya sudah hilang. Kedua, ordo anura (solienta), adalah amphibi yang pandai melompat, pada hewan dewasa tidak memiliki ekor, hewan dewasa bernapas dengan paru-paru, dan mengalami fertilisasi eksternal. Ketiga, ordo gymnophiana (apoda), adalah amphibi dengan tengkorak kompak, banyak vertebrae, rusuk panjang, kulit lunak dan menghasilkan cairan yang merangsang dan antara mata dan hidung ada tentakel yang dapat ditonjolkan keluar (Djuhanda, 1982).
Amphibi merupakan hewan yang kulitnya selalu basah dan berkelenjar, berjari 4-5 atau lebih sedikit,tidak bersirip, kelopak mata dapat digerakkan serta mempunyai selaput yang dapat menutupi mata ketika berada di dalam air atau dikenal dengan istilah membran niktitans (Sukiya, 2001).
Selain itu, amphibi merupakan perintis vertebrata daratan. Paru-paru dan tulang anggota tubuh, yang mereka warisi dari moyang krosopterigia, memberikan sarana untuk lokomosi dan bernafas di udara. Atrium kedua dalam jantung memungkinkan darah yang mengandung oksigen langsung kembali ke dalamnya untuk dipompa ke seluruh badan dengan tekanan yang penuh. Sementara pencampuran darah yang mengandung oksigen dengan darah yang kurang mengandung oksigen terjadi didalam ventrikel tunggal, jantung yang beruang tiga ini agaknya memberikan peningkatan yang berarti dalam efisiensi peredaran dan dengan demikian meningkatkan kemampuan untuk mengatasi lingkungan daratan yang keras dan lebih banyak berubah-ubah (Kimball, 1992).
Dalam mempelajari ciri-ciri amphibi, dapat dibedakan menjadi 3 yaitu caput (kepala), truncus (badan) dan extremitas (anggota gerak). Caput atau kepala berbentuk segitiga dengan moncong yang tumpul, celah mulut lebar, bentuknya lebih kurang seperti bulan sabit. Rahang bawah tidak bergerigi sedangkan rahang atas kadang ada yang bergerigi atau tidak bergerigi. Didalam mulut terdapat lidah yang melekat pada dasar bawah bagian anterior. Lubang hidung satu pasang terletak dekat ujung moncong mata besar dan mata atas yang tebal berdaging dan kelopak mata bawah yang lebih tipis. Disebelah ventro caudal mata terdapat selaput pendengar yang lebar dan jelas dapat pula tertutup kulit sehingga bentuknya tidak jelas yang disebut membran timpani (Djuhanda, 1974).
Jadi, pada caput terdapat rima oris (celah mulut), cavum oris (rongga mulut) yang terdiri dari maxilla (rahang atas), mandibula (rahang bawah), palatum dan lingua, nares anterior (lubang kecil disebelah dorsal rima oris), organon visus (alat penglihatan) yang terdiri dari palbebra superior (pelupuk mata atas), palbebra inferior (pelupuk mata bawah), membran nictitans (selaput bening pada mata), bulbus oculi (bola mata) dan membran timpani (alat pendengaran).
Truncus atau badan terdapat disebelah caudal caput. Pada betina mempunyai ukuran yang relatif lebih besar daripada yang jantan. Extremitas atau anggota gerak terbagi menjadi 2 yaitu extremitas anterior (anggota gerak depan) terdiri dari branchium (lengan atas), antebranchium (lengan bawah), manus (tangan) dan digiti (jari-jari). Extremitas posterior (anggota gerak belakang) terdiri dari femur (paha), crus (tungkai bawah), pedes (kaki), digiti (jari-jari) dan selaput renang untuk berenang yang merupakan kulit tipis diantara digiti (Yaasin, 1984).
Ciri-ciri dari pada kelas amphibi itu sendiri adalah tubuhnya diselubungi kulit yang berlendir, merupakan hewan berdarah dingin atau poikiloterm, mempunyai 3 ruang jantung ( 2 serambi dan 1 bilik), mempunyai 2 pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput renang yang terdapat di antara jari-jari kakinya dan kakinya dan kakinya berfungsi untu melompat dan berenang tidur, matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut membran niktitans yang sangat berfungsi saat menyelam di air, pernapasan pada saat masih berudu berupa insang namun setelah dewasa bernapas dengan paru-paru dan kulit, hidungnya mempunyai katup yang berfungsi untuk mencegah air masuk ke dalam rongga mulut ketika menyelam dan fertilisasinya terjadi secara eksternal (Prawiro, 1999).
Klasifikasi dari katak sawah atau Fejeverya cancrivora yaitu Kingdom Animalia, Phylum Chordata, Sub phylum Vertebrata, Class Amphibi, Famili Ranidae, Genus Fejevarya, Spesies Fejevarya cancrivora (Zander, 2009).
Katak memiliki bermacam-macam warna dengan pola yang berlainan yang disebabkan adanya pigmen dalam dermis, yaitu: melanopora, yang artinya warna pigmen yang berupa warna hitam atau coklat, lipopora, yang artinya warna pigmen berupa warna merah kuning dan gaunopora, yaitu warna pigmen yang berupa warna biru hijau (Yasin, 1984).
Selanjutnya anatomi katak terdiri dari beberapa sistem yaitu: sistem rangka katak tersusun atas endoskeleton yang disokong oleh bagian-bagian yang lunak dan fungsi dari rangka itu sendiri adalah untuk melindungi bagian-bagian tubuh yang vital, melekatnya otot daging berguna untuk gerak dan berjalan (Yatim,1987).
Sistem otot pada amphibi masih metamerik seperti ikan, tetapi tampak tanda-tanda perbedaan. Tubuh katak dan vertebrata lainnya mengandung tiga macam otot daging, yaitu otot daging berserat halus, otot daging jantung dan otot daging berserat melintang (Brotowidjoyo, 1990).
Kemudian jantung katak terdiri dari 3 ruangan jantung yaitu 2 atrium dan 1 ventrikel. Jantung mempunyai sekat interatrial, kantung ventrikulur dan pembagian conus arteriosus dalam pembuluh sistemik dan pembuluh pulmonari (Djuhanda, 1982). Sistem lymphatic terdiri dari bebrerapa macam saccus yaitu saccus submaxillaris, saccus pectoralis, saccus abdominalis, saccus lateralis, saccus brachialis, saccus femuralis, saccus inter-femuralis dan saccus cruralis (Djuhanda, 1974).
Sistem digestoria terdiri dari tractus digestivus (saluran pencernaan) yang terdiri dari cavum oris, pharynx, oesophagus, ventriculus, intestenum tenue, intestenum crassum dan cloaka. Sedangkan untuk glandula digestoria terdiri dari hepar dan vessica fellea (Radiopoetra, 1997).
Sistem pernapasan katak meliputi cara seperti berikut ini oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit dan paru-paru. Selaput rongga mulut berfungsi sebagai alat pernapasan karena tipis dan banyak terdapat kapiler yang bermuara di tempat itu. Lubang hidung terbuka dan glottis tertutup sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput rongga yang tipis. Selain dengan paru-paru katak bernapas juga dengan kulit, ini dapat terjadi Karena kulit selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak kapiler sehingga gas pernapasan mudah berdifusi. Oksigen yang masuk lewat kulit dan melewati vena kulit kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbondioksida dari jaringan akan dibawa ke jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan paru-paru (Sukiya, 2001)
Alat ekskresi utama pada katak adalah ren (ginjal) yang terdapat sepasang dikanan kiri tulang belakang, berwarna kecoklat-coklatan yang memanjang kebelakang. Sistem ekskresi pada katak disebut sistem gabungan karena masing-masing sistem masih bergabung pada cloaka sebagai muara bersama baik untuk sistem sekresi maupun sistem reproduksi. Sistem ekskresi sebagai sistem pembuangan zat-zat yang tidak berguna yang dilakukan oleh kulit, paru-paru dan hati yaitu berupa empedu (Yatim, 1987).
Katak jantan dan katak betina memiliki berbagai macam perbedaan, perbedaan tersebut bisa dilihat dari hal-hal berikut ini: katak betina berukuran labih besar dari pada katak jantan, hal ini dikarenakan katak betina harus membawa sejumlah besar telur, sedangkan katak jantan relative lebih kecil agar tidak menghancurkan pasangan betinanya. Warna katak betina sering lebih gelap dari pada katak jantan yang memiliki warna lebih terang. Sebagian besar pejantan mengembangkan bantalan kecil pada kaki depan mereka selama kawin sehingga disebut sebagai bantalan kawin. Katak betina cenderung memiliki lengan lebih tipis dari pada katak jantan (Djuhanda, 1982).
III.PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Anatomi hewan (Anatomi Amphibi) ini dilaksanakan pada hari senin, 17 Maret 2014, Jam 08.00 WIB di Laboratorium Pendidikan II Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan untuk Praktikum Anatomi Amphibi ini antara lain tissu gulung, gunting bedah, pinset, cutter, masker, sarung tangan, steroform, jarum pentul, bak bedah, sabun cair, buku gambar, dan alat-alat tulis, killing botle. Sedangkan bahan yang digunakan untuk praktikum anatomi amphibi ini adalah sepasang Fejevarya cancrivora.
3.3 Cara Kerja
Pada Praktikum Anatomi amphibi ini, adapun cara kerjanya adalah pertama katak yang akan dibedah sebelumnya dimatikan dulu dengan memasukkan katak ke dalam killing bottle yang telah berisi kloroform. Selanjutnya katak dibedah dari bagian posterior sampai bagian anterior dengan menggunakan pisau cutter dan gunting bedah, dilakukan dengan hati-hati agar bagian dalam organ tidak rusak. Kemudian isi perut dikeluarkan dengan hati-hati menggunakan pinset, dan organ-organ tersebut diletakkan di atas steroform, direntangkan atau dipisahkan organ Fejevarya cancrivora tersebut satu-persatu agar mudah diteliti. Kemudian dibandingkan perbedaan antara organ jantan dan organ betinanya. Dan terakhir organ Fejevarya cancrivora tersebut digambar dalam buku gambar masing-masing.
IV.HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 Morfologi Amphibi
Gambar 1. Morfologi Katak (a) caput, (b) cavum oris, (c) nares anterior, (d) organon visus, (e) cervix, (f) truncus, (g) branchium, (h) antebranchium, (i) manus, (j) digiti, (k) femur, (l) crus, (m) pedes, (n) digiti, (o) selaput renang
Dilihat dari morfologinya amphibi memiliki tiga bagian yaitu caput, truncus dan extremitas (extremitas anterior dan posterior). Pertama, pada bagian kepala (caput) memiliki 3 bagian lagi antara lain, cavum oris (rongga mulut), nares anterior (lubang hidung) dan organon visus (alat penghlihatan). Pada cavum oris terdapat bagian-bagian lagi yang terdiri dari maxilla (rahang atas), mandibula (rahang bawah), palatum (langit-langit) dan lingua (lidah). Sedangkan pada organon visus terdapat palbebra superior (pelupuk mata atas), palbebra inferior (pelupuk mata bawah), membran niktitans (selaput tipis) dan bulbus oculi (bola mata). Untuk masing-masing bagian bisa dilihat digambar 1.
Seperti yang terlihat pada gambar diatas, disana dapat juga dilihat adanya cervix (leher) dan truncus (badan) yang merupakan bagian kedua dari struktur morfologi pada katak tersebut. Ketiga, pada katak ditemukan juga beberapa anggota gerak yang biasa dikenal dengan extremitas. Extremitas ini dibagi menjadi dua bagian lagi yaitu extremitas anterior atau anggota gerak depan dan extremitas posterior atau anggota gerak belakang (Djuhanda, 1982).
Untuk extremitas anterior ini, anggota-anggota geraknya terdiri daari branchium (lengan atas), antebranchium (lengan bawah), manus (tangan) dan digit (jari-jari). Sedangkan untuk extremitas posterior, anggota geraknya dapat berupa femur (paha), crus (tungkai bawah), pedes (kaki), digiti (jari-jari) dan selaput renang yang terdapat diantara digiti. Selaput renang inilah yang menjadi ciri khas tertentu dari katak tersebut yang dapat membedakannya dari vertebrata yang lainnya(Campbell, 2000).
4.2 Anatomi Amphibi
Gambar 2.Anatomi Amphibi
Organ dalam pada hewan dapat dilihat dengan cara membedah, namun tidak merusak organ dalam bagian tubuhnya apabila menggunakan metode pembedahan yang tepat. Metode yang digunakan disebut sectio. Setelah dilakukan pembedahan dengan metode sectio organ dalam katak yang dapat diamati adalah sebagai berikut, dapat terlihat pada gambar 3.
Gambar 3. Anatomi Amphibi(a) hepar, (b) cor, (c) pulmo, (d) ren, (e) ventrikulus, (f) intestenum tenue, (g) intestenum crassum, (h) vesica fellea, (i) kloaka, (j) testis
Pada pengamatan anatomi katak, praktikan dapat melihat bagian-bagian yang ada dibagian dalamnya beserta sistem yang berperan dalam tubuhnya. Bagian-bagian tersebut bisa dilihat pada gambar 3. Pertama, hepar (hati) disini memiliki warna merah kecoklat-coklatan dan hepar termasuk ke dalam organ yang berperan dalam sistem digestoria terutama sebagai glandula digestoria atau kelenjar pencernaan (Yatim, 1987).
Kedua, pulmo (paru-paru) berperan dalam sistem respirasi pada katak, tetapi bukan hanya paru-paru saja yang merupakan alat pernapasan pada katak melainkan ada juga kulit yang perannya sama seperti paru-paru yaitu sebagai alat pernapasan. Yang membedakan antara paru-paru dan kulit disini adalah dalam segi penggunaannya, kalau paru-paru digunakan pada saat katak di darat sedangkan kalau kulit digunakan pada saat katak berada di air. Inilah yang membedakan kedua alat pernapasan itu dan karena sistem respirasi yang memiliki 2 alat pernapasan inilah yang menjadi ciri khas kelas amphibi yang dapat membedakannya dengan kelas vertebrata yang lainnya (Radiopoetra, 1997).
Ketiga ada cor (jantung), jantung pada katak ternyata lebih maju dibandingkan pisces karena pada katak terdapat tiga ruang jantung yang terdiri dari 2 atrium dan 1 ventrikel. Cor termasuk salah satu alat yang berperan dalam sistem sirkulasi. Sistem peredaran darah pada katak berhubungan dengan sistem pernapasannya yaitu darah dari seluruh tubuh yang kaya karbondioksida masuk ke atrium dexter lalu ke ventrikel ( disini terjadi pencampuran darah karena katak belum memiliki sekat yang sempurna) selanjutnya dari ventrikel ke pulmo ( di pulmo terjadi pertukaran karbondioksida dan oksigen) kemudian oksigen dari paru-paru masuk ke atrium sinister dari atrium tersebut masuk ke ventrikel dan kemudian ke seluruh tubuh (Djuhanda, 1982).
Sistem digestoria yaitu bagian tractus digestivus (saluran pencernaan) pada katak meliputi bagian-bagian seperti berikut ini yaitu dimulai dari cavum oris lalu ke pharyx dari pharyx ke oesophagus kemudian ke ventrikulus lalu ke intestenum tenue dan intestenum crassum dan tempat pencernaan terakhir adalah kloaka (Radiopoetra, 1997).
Sistem reproduksi pada tubuh katak, yaitu terjadi fertilisasi secara eksternal, dimana pada katak jantan terdapat testis seperti yang bisa dilihat pada gambar 3. Dimana testis menghasilkan sperma diluar dan pada katak betina terdapat ovarium yang menghasilkan ovum, pada praktikum ini kami tidak melampirkan gambar dari ovarium nya dikarenakan pada saat pembedahan ovarium nya pecah sehingga tidak didapat kan hasilnya. Secara literatur, ovum yang dihasilkan dari ovarium biasanya terjadi di dalam air (Yatim, 1987). Selain itu katak juga memiliki saluran urogenital yaitu kloaka dimana kloaka ini berfungsi untuk ekskresi dan pengeluaran sperma atau ovum. Dan yang menjadi ciri khas dari katak adalah saccus vocalis atau yang biasa dikenal dengan pita suara.
V.PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum anatomi amphibi ini adalah:
Katak (Fejevarya cancrivora) merupakan kelompok vertebarata yang hidup di dua tempat yaitu di darat dan di air
Morfologi katak terbagi menjadi empat yaitu caput atau kepala (yang terdiri dari organun visus, nares dan membran timpani), truncus atau badan (terdiri dari membran timpani sampai kloaka), extremitas atau anggota gerak (terdiri dari extremitas anterior dan extremitas posterior) dan terakhir bagian cauda
Saluran pencernaan katak berturut-turut meliputi rongga mulut (cavum oris), pharynx, oesophagus, ventrikulus, intestenum tenue, intestenum crassum dan kloaka.
Sistem peredaran darah pada katak adalah peredaran darah tertutup artinya darah beredar dan mengalir dalam pembuluh
5.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum selanjutnya adalah:
Ketika membius katak sebaiknya sangat berhati-hati karena bahan pembius yang digunakan sangat berbahaya
Selalu gunakan masker dan sarung tangan saat praktikum
Lakukan pembedahan dengan hati-hati agar tidak merusak organ dalam tubuh dari katak tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Brotowidjoyo, M.1990. Zoologi Dasar. Jakarta:Erlangga.
Campbell. 2000. Biologi Kelima Jilid 3. Jakarta:Erlangga.
Djuhanda, T.1974. Analisa Hewan Vertebrata. Bandung:Armico.
.1982. Analisa Struktur Vertebrata Jilid 1. Bandung:Armico.
Kimball, J.1992.Biologi Jilid 3. Jakarta:Erlangga.
Prawiro, A. 1999. Bologi 1.Semarang:Kareng Asem.
Radiopoetra.1997. Zoologi Dasar. Jakarta:Erlangga.
Sukiya. 2001. Biologi Vertebrata. Yogyakarta:Universitas Negeri Yogyakarta.
Yaasin, M.1984. Zoologi Vertebrata. Surabaya:Sinar Wijaya.
Yatim, W.1987. Biologi .Bandung:Tarsito.
Zander. 2009. Morfologi dan Anatomi Amphibi. Jakarta:PT.Rineka Cipta.
ANATOMI REPTIL
LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI HEWAN
"ANATOMI REPTILIA"
OLEH :
KELOMPOK 5 B
ANGGOTA : 1. AL-QADRI PUTRA M. (1110423016)
2. NURWISMA (1310421006)
3. SITI AISYAH (1310421026)
4. QORIATUL HUSNAH (1310421046)
5. PRATIWI MUTIAH PUTRI (1310422010)
6. FATHYA ANNISA (1310422046)
ASISTEN : DWIYANTO
LABORATORIUM TEACHING II
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2014
I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anatomi berasal dari bahasa yunani yang tersusun dari kata "ana" yang artinya susunan dan "tome"yang berarti memotong. Sehingga anatomi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari dan berhubungan dengan struktur dan organisasi dari makhluk hidup atau bisa dikatakan pula bahwa anatomi adalah ilmu yang mempelajari struktur tubuh baik itu manusia, hewan maupun tumbuhan dengan cara menguraikan tubuh menjadi bagian yang lebih kecil ke bagian yang paling kecil, dengan cara memotong atau mengiris tubuh kemudian diangkat dan dipelajari struktur tubuhnya (Radiopoetra, 1997).
Hewan pertama yang benar-benar merupakan hewan daratan adalah reptilia. Kata reptilia berasal dari kata reptum yang berarti melata. Reptilia merupakan kelompok hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas dengan paru-paru. Mereka berkembang dari amphibi dalam zaman karbon. Dengan datangnya zaman permulaan, mereka lebih mampu mengatasi keadaan baru daripada amphibi. Kelebihan utama reptilia yang paling awal terhadap amphibi adalah perkembangan telur yang bercangkang dan berisi kuning telur (Kimball, 1992).
Kelas reptilia merupakan suatu kelompok yang beraneka ragam dengan banyak garis keturunan yang sudah punah, saat ini diwakili oleh sekitar 7000 spesies, sebagian besar kadal, ular, penyu atau kura-kura dan buaya ini adalah pengelompokkan tradisional dan didasarkan pada kemiripan semua tetrapoda tersebut. Reptilia memiliki beberapa adaptasi untuk kehidupan didarat yang umumnya tidak ditemukan pada amphibi. Sisik yang mengandung protein keratin membuat kulit reptilia kedap air, sehingga membantu mencegah dehidrasi di udara kering dan masih banyak lagi ciri-ciri khusus pada kelas reptilia ini (Campbell, 2000).
Reptilia adalah kelompok hewan vertebrata yang hidupnya merayap atau melata. Reptilia juga tergolong ke dalam hewan yang berdarah dingin atau poikiloterm, yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Walaupun berdarah dingin reptilia melakukan pembiakan didarat. Tubuh reptilia ditutupi oleh sisik-sisik dari bahan tanduk yang kering atau tanpa kelenjar. Umumnya reptilia mempunyai dua pasang kaki, masing-masing mempunyai lima jari yang bercakar, tetapi pada jenis-jenis tertentu kakinya mereduksi atau sama sekali tidak ada. Jantungnya mempunyai empat ruang yaitu dua serambi dan dua ventrikel, tetapi sekat pada ventrikel kanan dan kiri belum sempurna benar. Habitat daripada reptilia itu sendiri ada yang hidup didarat, air tawar, air laut, didaerah tropis dan daerah temperate (Djuhanda, 1983).
Jenis hewan bertulang belakang memiliki banyak ragam jenis didunia ini salah satunya di Indonesia. Hewan bertulang belakang atau yang lebih dikenal dengan vertebrata. Vertebrata merupakan istilah yang berasal dari organ-organ notokorda yang diganti dengan ruas-ruas kartilago. Vertebrata memiliki rahang dua pasang, sepasang mata dan sepasang telinga, penutup tubuh berupa kulit bersisik dan berlendir, bersisik kering dan keras, serta berbulu sampai dengan kulit tertutup rambut. Jenis kelaminnya terpisah, tetapi ada juga yang hermaprodit, fertilisasinya internal dan eksternal, ovipar, vivipar dan ovovivipar. Semua vertebrata memiliki tulang dalam tubuh dan dua pusat anggota tubuh (Djuhanda, 1982).
Selain itu, pada hewan bertulang belakang umumnya terdiri dari kepala (caput), badan (truncus) dan ekor (cauda). Didalam tubuh hewan terdapat organ-organ yang dapat menunjang kelangsungan hidupnya. Organ-organ tersebut bekerja sebagaimana mestinya. Didalam tubuh hewan, termasuk vertebrata terdapat banyak organ yang umumnya sudah memiliki kesempurnaan walaupun bentuk dan ukuran tubuh yang beragam, tetapi semuanya mempunyai struktur dasar tubuh yang sama. Hewan vertebrata memiliki beberapa kelompok yaitu pisces, amphibi, reptilia, aves dan mamalia dimana tempat hidupnya pun berbeda-beda ada yang hidup didarat, di air dan diudara (Djuhanda, 1974).
Organ-organ tersebut bekerja untuk kelangsungan hidup hewan karena organ yang ada didalam tubuhnya merupakan pusat segalanya. Apabila terdapat kerusakan atau salah satunya tidak berfungsi maka organ-organ lainnya juga akan mendapatkan dampak yang tidak baik untuk kelangsungan hidupnya. Organ-organ yang terdapat didalam tubuh hewan kadang memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Bukan hanya morfologinya saja yang memiliki perbedaan tetapi anatominya pun juga memiliki perbedaan.
Ciri-ciri khusus ini akan diketahui jika dilakukan pembedahan terhadap objek dimana objek yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah ular (Dendrelaphis pictus). Dengan dilakukan pembedahan ini kemudian dilanjutkan dengan pengamatan dan pengenalan yang cermat dan teliti, sehingga didapatkan apa saja organ-organ yang terdapat dalam tubuh hewan reptilia. Praktikum kali ini dilatarbelakangi oleh kurangnya pengetahuan praktikan tentang mekanisme berbagai sistem dalam tubuh reptilia.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah agar praktikan mampu memahami, menjelaskan tentang anatomi serta morfologi dari reptilia.
II.TINJAUAN PUSTAKA
Kata reptilia berasal dari kata reptum yang berarti melata. Reptilia merupakan kelompok hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernapas dengan paru-paru. Ciri umum kelas ini yang membedakan dengan kelas vertebrata yang lain adalah seluruh tubuhnya ditutupi oleh kulit kering atau sisik (Yaasin, 1984).
Reptilia merupakan sekelompok vertebrata yang menyesuaikan diri ditempat yang kering di tanah. Reptilia memiliki ciri khusus, yaitu tubuhnya dibungkus oleh kulit yang menanduk (tidak licin) biasanya dengan sisik atau bercarapace, beberapa ada yang memiliki kelenjar permukaan kulit. Mempunyai dua pasang yang masing-masing 5 jari dengan kuku-kuku yang cocok untuk lari, mencengkram dan naik pohon. Pada yang masih hidup di air kakinya mempunyai bentuk dayung, dan pada ular bahkan tidak memilikinya. Skeletonnya mengalami penulangan secara sempurna, tempurung kepala mempunyai satu condylus occipitalis, jantung tidak sempurna terdiri dari empat ruangan yaitu dua atrium dan dua ventrikel dimana ada sekat yang belum sempurna dan pada buaya sekat itu disebut foramen panizzae (Brotowidjoyo, 1990). Banyak ordo dalam kelas reptilia termasuk dinosaurus dan pterydoctyla telah punah. Satu ordo reptilia yang masih hidup adalah Sphenodon punctatum yang terdapat di Selandia Baru. Reptilia dibagi menjadi 3 ordo yaitu: Ordo Testudinata, dimana ciri khas dari ordo ini adalah tubuh terlindung di antara karapaks (perisai dorsal) dan plastron (perisai ventral, kepala dengan leher, ekor dan kaki semua menonjol keluar diantara karapaks dan plastron, dua lubang hidung dekat ujung anterior kepala, tidak ada telinga luar, membran timpani tertutup dengan selapis kulit dan lubang cloaca ventral pada dasar ekor. Contoh dari ordo ini adalah kura-kura berlukis (Chyrsemys picta), kura-kura air tawar (Chelydra serpentina) dan penyu (Caretta sp) (Radiopoetra, 1997).
Ordo yang kedua adalah ordo Squamata. Ordo ini memiliki karakteristik sebagai berikut yaitu memiliki sisik yang tebuat dari zat tanduk dan sisik mengalami pergantian secara periodic, sisik-sisiknya kecil dan fleksibel dan tidak memiliki rusuk abdominal. Contoh ordo ini tokek (Hemidacty turcicus), bunglon (Draco sp). Ordo yang ketiga adalah ordo Crocodila, dimana ciri khusu dari ordo tersebut adalah tubuh menjadi kepala, leher, badan dan ekor. Kaki dengan jari yang bercakar kuat, mulutnya panjang, dua lubang pada moncong, mata besar lateral dan mempunyai kelopak mata atas dan bawah, membran niktitans tembus cahaya, lubang telinga tertutup oleh lipatan kulit, anus merupakan celah longitudinal dibelakang pangkal kaki belakang. Contoh ordo ini adalah Crocodylus sp, Alligator sp ( Djuhanda, 1983).
Klasifikasi dari ular yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut Kingdom Animalia, Phylum Chordata, Class Reptilia, Ordo Squamata, Famili Colobridae, Genus Dendrelaphis, Spesies Dendrelaphis pictus (Zander, 2009).
Reptilia bernapas dengan paru-paru yang strukturnya lebih kompleks daripada amphibi. Selain itu, kelas reptilia memiliki tipe ginjal metanefros. Fertilisasinya berlangsung secara internal baik ovipar atau ovovivipar. Dimana reptilia yang fertilisasinya secara ovovivipar menghasilkan telur dengan banyak kuning telur dan telur itu tumbuh dan berkembang dalam oviduct hewan betina (Brotowidjoyo , 1990).
Selanjutnya anatomi dari reptilia terdiri dari beberapa sistem yaitu: sistem integument pada reptilia umumnya tidak mengandung kelenjar keringat. Sistem respirasi, pada umumnya reptilia mempunyai trachea yang panjang dimana dindingnya disokong oleh sejumlah cartilago. Laring terletak diujung anterior trachea. Kearah posterior trachea membentuk percabangan menjadi bronchus kanan dan bronchus kiri yang masing-masing menuju ke pulmo kanan dan pulmo kiri. Pada beberapa bentuk, bagian internal pulmo terbagi tidak sempurna menjadi dua bagian yaitu bagian anterior berdinding saccuter sedangkan bagian posterior berdinding licin, tidak bervasculer dan berfungsi terutama untuk reservoir. Pada ular, umumnya pulmo mempunyai lekukan-lekukan yang asimetris (Yatim, 1987).
Menurut Brotowidjoyo (1990), pada sistem digestoria dibedakan menjadi tractus digestivus atau saluran pencernaan dan glandula digestoria atau kelenjar pencernaan. Tractus digestivus terdiri dari cavum oris, pharynx, oesophagus, ventriculus, intestenum tenue, intestenum crassum dan cloaka.
Didalam cavum oris terdapat dentes yang berbentuk canus. Dentes ini berbentuk pleurodont, artinya menempel pada sisi samping gingival, sedikit melengkung kearah medial cavum oris. Ventriculus berdinding muscular yang tebal. Intestenum crassum berfungsi sebagai rectum. Sedangkan antara intestenum tenue dan intestenum crassum terdapat suatu pembatas yang disebut caecum (Kimball, 1992).
Selanjutnya untuk glandula digestoria atau yang lebih dikenal dengan kelanjar pencernaan terdiri dari hepar dan pancreas, empedu yang dihasilkan hepar ditampung oleh kantung yang dikenal dengan vesica fellea. Hepar ini sendiri memiliki 2 lobus, yaitu sinister dan dexter, dimana hepar ini memiliki warna coklat kemerahan (Djuhanda, 1982).
Vesica fellea terletak pada tepi caudal lobus dexter hepatis. Sedangkan pancreas terdapat dalam suatu lengkung antara ventriculus dan duodenum. Ductus cysticus dari vesica fellea menuju jaringan pancreas bergabung dengan ductulli pancreatici, kemudian keluar menjadi satu ductus yang besar yang disebut hepato pancreticus yang bermuara pada duodenum. Ventriculus terikat pada dinding tubuh dengan perantara suatu alat penggantung yang disebut mesogastrium. Selain itu, untuk alat penggantung pada intestenum tenue disebut dengan mesentrium, sedangkan alat penggantung pada intestenum crassum disebit dengan mesorectum. Antara permukaan dorsal hepar dan ventriculus terdapat suatu lipatan tipis yaitu omentum gastrohepaticum (Campbell, 2000).
Untuk sistem sirkulasi nya terdiri dari cor atau jantung. Cor terletak di medial, dibagian cranioventral rongga thorax. Cor terdiri dari 4 ruang jantung yaitu 2 atrium (atrium dexter dan sinister) dan 2 ventrikel (ventrikel dexter dan sinister), dan sinus venosus. Atrium dexter dipisah dengan atrium sinister oleh septum atriarum. Antara atrium dan ventrikel ada sekat yang disebut apherthura atrioventricularis dengan katup valvula atrioventricularis ( Djuhanda, 1974).
Pada reptilia sistem sirkulasi lebih sempurna daripada amphibi hal ini disebabkan adanya paru-paru dungsional dan ginjal metanefros. Selain itu juga, karena jantung dibagi menjadi 4 ruang jantung seperti yang telah disebutkan diatas tadi. Sistem sirkulasi ini sebagai berikut dimulai dari darah yang berasal dari sinus venosus ke aurikel kanan lalu ke ventrikel kanan kemudian ke arteri pulmonary menuju vena paru-paru, aurikel kiri kemudian ke ventrikel kiri. Dari ventrikel kiri keluar lengkung aorta ke dorsal, arteri karotis ke kepala dan kaki depan dan yang kebelakang member darah untuk ruang tubuh (Yaasin, 1984).
Sistem ekskresi pada reptilia terdiri dari kandung kemih, dimana pengeluaran ini akan dikeluarkan melalui cloaka. Sedangkan untuk sistem urogenitalnya terdiri dari ren atau yang lebih dikenal dengan ginjal. Sama seperti pada aves dan mamalia, tipe ginjal pada reptilia ini adalah tipe metanefros, sedangkan sewaktu embrio tipe ginjalnya adalah pronefros dan mesonefros ( Kimball, 1992).
Untuk sistem rangka, tengkorak reptilia terjadi penulangan lebih banyak daripada amphibi dan terdapat banyak variasi didaerah temporal. Tengkorak reptilia memiliki lubang spesifik didaerah temporal yang disebut dengan tipe tengkorak anapsid. Sedangkan untuk sistem sarafnya, otak terdiri dari 2 lobus olfaktori yang panjang, hemisfer, 2 lobus optikus, cerebellum dan medulla oblongata yang melanjut ke korda saraf dari pada reptil itu sendiri (Sukiya, 2001).
III.PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Anatomi hewan (Anatomi Reptilia) ini dilaksanakan pada hari senin, 24 Maret 2014, Jam 08.00 WIB di Laboratorium Pendidikan II Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan untuk Praktikum Anatomi Reptilia ini antara lain tissu gulung, gunting bedah, pinset, cutter, masker, sarung tangan, steroform, jarum pentul, bak bedah, sabun cair, buku gambar, dan alat-alat tulis, killing botle. Sedangkan bahan yang digunakan untuk praktikum anatomi amphibi ini adalah sepasang Dendrelaphis pictus.
3.3 Cara Kerja
Pada Praktikum Anatomi Reptilia ini, adapun cara kerjanya adalah pertama ular yang akan dibedah sebelumnya dimatikan dulu dengan memasukkan ular ke dalam killing bottle yang telah berisi kloroform. Selanjutnya ular dibedah dari bagian kloaka sampai bagian lehernya dengan menggunakan pisau cutter dan gunting bedah, dilakukan dengan hati-hati agar bagian dalam organ tidak rusak. Kemudian isi perut dikeluarkan dengan hati-hati menggunakan pinset, dan organ-organ tersebut diletakkan di atas steroform, direntangkan atau dipisahkan organ D. pictus tersebut satu-persatu agar mudah diteliti. Kemudian dibandingkan perbedaan antara organ jantan dan organ betinanya. Dan terakhir organ D. pictus tersebut digambar dalam buku gambar masing-masing.
IV.HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 Morfologi Reptilia
Gambar 1. Morfologi Reptilia (a) Rima oris, (b) Organon visus, (c) Caput, (d) Cervix, (e) Truncus, (f) cauda
Dilihat dari morfologinya, reptilia khususnya ular dimana dalam praktikum kali ini ular yang digunakan adalah Dendrelaphis pictus memiliki mulut atau rima oris dengan lidah yang bercabang yang menghasilkan bisa. Selain itu, lidah yang panjang dan berbentuk silindris ini umumnya berfungsi sebagai indera peraba dan indera perasa (Radiopoetra, 1997).
Umumnya lidah berwarna hitam, tetapi kadang-kadang ada juga yang berwarna merah terang atau kebiruan. Seperti yang telah disebutkan tadi bahwa lidah ini berfungsi sebagai indera perasa, dimana lidah ular ini dipakai untuk mengenali lingkungan baru dengan cara lidah dijulurkan keluar agak lama. Bila ada makanan atau benda baru didekatnya, ular akan menjulurkan lidah dan menyentuhnya berkali-kali sebelum ular tersebut menelan atau menolaknya (Sukiya, 2001).
Pada ular tersebut, didalam mulutnya terdapat kumpulan saraf yang disebut Jacobson. Letak saraf ini berada dibagian atas mulut ular. Selain itu, pada ular ada lidah yang berbentuk seperti garpu dan lidah inilah yang berfungsi sebagai hidung (Djuhanda, 1974).
Seluruh tubuh ular dibalut oleh kulit yang elastis sehingga pergerakan tubuhnya sangat lentur. Kulit yang elastis inilah memungkinkan ular meregang dan mengembang saat menelan mangsa. Saat tubuh sedang mengembang, antara sisik dan kulit yang terkembang sangat tipis dimana terlihat lah lapisan epidermis kulit luar yang kasar atau halus. Sisik ular pun tersusun secara teratur dari yang besar sampai yang kecil dan tersusun sangat rapi. Sebenarnya dari literatur disebutkan bahwa sisik ini merupakan tulang kulit yang disebut dermalcore atau osteoderm dan ada yang tersusun tumpang tindih (Yatim, 1987).
4.2 Anatomi Reptilia
Gambar 2. Anatomi Reptilia
Organ dalam pada hewan dapat dilihat dengan cara membedah, namun tidak merusak organ dalam bagian tubuhnya apabila menggunakan metode pembedahan yang tepat. Metode yang digunakan disebut sectio. Setelah dilakukan pembedahan dengan metode sectio organ dalam ular yang dapat diamati adalah sebagai berikut, dapat terlihat pada gambar 3.
Gambar 3. Anatomi Reptilia (a) Trakea, (b) Cor, (c) Pulmo, (d) Hepar, (e) Ventrikulus, (f) Vesica fellea, (g) Ren, (h) Intestenum tenue, (i) Intestenum crassum, (j) Testis, (k) Cloaka, (l) Pankreas
Dari hasil praktikum ini, praktikan dapat mengamati anatomi yang ada pada reptilia khususnya ular. Selain itu, dapat juga melihat organ-organ yang berada didalam tubuh ular beserta sistem yang bekerja dalam tubuhnya. Dan organ-organ tersebut bisa dilihat pada gambar 3.
Pada ular ini, sistem pencernaan atau sistem digestoria nya terdiri dari 2 yaitu tractus digestivus (saluran pencernaan) dan glandula digestoria (kelenjar pencernaan). Pada tractus digestivusnya meliputi organ-organ yang dimulai dari rima oris, cavum oris kemudian pada belakang faring terdapat oesophagus yang merupakan saluran silindris menuju ventrikulus yang terdiri atas bagian fundus yang agak bulat dan bagian kecil yang disebut pylorus. Bagian inilah yang akan bersambung pada intestenum tenue dan akan berlanjut ke intestenum crassum. Diantara dua intestenum ini ada saecum yang pendek dan sistem pencernaan ini akan berakhir pada satu saluran yaitu cloaka (Prawiro, 1999).
Glandula digestorianya meliputi hepar, pancreas dan vesica fellea. Hepar atau hati merupakan salah satu kelenjar pencernaan dimana hepar ini memiliki dua lobus yaitu lobus dexter dan lobus sinister. Pada hepar ini menghasilkan empedu. Pancreas pada ular terletak pada atau diantara ventriculus dan duodenum serta memiliki warna kekuningan. Sedangkan kelenjar pencernaan yang terakhir adalah vesica fellea atau yang lebih dikenal dengan kantung empedu. Vesica fellea ini terletak pada sebelah kanan hepar dan merupakan bagian dari intestenum crassum dan sebelum rectum (Eroschenko, 2003).
Menurut Brotowidjoyo (1990), selanjutnya sistem sirkulasinya terdiri dari jantung (cor) yang terletak dibagian ventral dari rongga thoraks dan terdiri dari sinus venosus yang kecil dimana berfungsi untuk menerima darah dari vena. Selain itu, jantung pada ular ini terdiri dari empat ruang jantung yaitu 2 atrium dan 2 ventrikel dimana pada ular ini sekat pada jantungnya belum sempurna sehingga pada kelas reptilia sering kita dengar istilah Foramen panizzae (Campbell, 2000).
Pada reptilia sistem sirkulasi lebih sempurna daripada amphibi hal ini disebabkan oleh adanya paru-paru dan ginja metanefros serta ruang jantung yang terdiri dari 4 ruang tersebut. Sistem sirkulasi pada ular ini dimulai dari darah yang dari vena masuk kedalam jantung melalui sinus venosus lalu ke auriculum dextra, ventriculum dextra kemudian arteri pulmonalis dari paru-paru darah kembali masuk ke auriculum sinestra dan akan terus ke ventriculum sinestra. Dari sini akan melalui sepasang arcus aorticus yang selanjutya kearah dorsal mengelilingi oesophagus, dari dasar archus aorticus dexter muncul dua arteri keleher dan ke kepala (Brotowidjoyo, 1990).
Pada ular, terdapat sepasang ginjal yang berperan dalam sistem ekskresinya. Ginjal ini berwarna merah kecoklatan dan terletak retroperitoneal (diluar dan dibelakang peritoneum), didaerah sacrum. Selain ginjal, kandung kemih juga termasuk salah satu alat ekskresi yang digunakan dalam sistem ekskresi pada ular. Ular memiliki tipe ginjal yang sama seperti halnya ginjal pada aves dan mamalia, dimana tipe ginjalnya dikenal dengan tipe metanefros sedangkan pada saat embrio tipe ginjal yang digunakan adalah tipe pronefros dan mesonefros (Kimball, 1992).
V.PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum anatomi reptil ini adalah:
Reptil merupakan salah satu kelas dalam kelompok vertebrata atau hewan bertulang belakang
Pada struktur morfologinya terdapat rima oris, organon visus, caput, cervix, truncus dan cauda
Pada struktur pencernaannya terdiri atas faring, oesophagus, ventriculus, hepar, intestenum tenue, intestenum crassum, pancreas, ren, pulmo, cor, vesica fella dan cloaca.
5.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum selanjutnya adalah:
Ketika membius ular sebaiknya sangat berhati-hati karena bahan pembius yang digunakan sangat berbahaya
Selalu gunakan masker dan sarung tangan saat praktikum
Lakukan pembedahan dengan hati-hati agar tidak merusak organ dalam tubuh dari katak tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Brotowidjoyo, M .1990. Zoologi Dasar. Jakarta:Erlangga.
Campbell. 2000. Biologi Kelima Jilid 3. Jakarta:Erlangga.
Djuhanda, T. 1974. Analisa Hewan Vertebrata. Bandung:Armico.
.1982. Analisa Struktur Vertebrata Jilid 1. Bandung:Armico.
.1983. Anatomi dari Empat Spesies Hewan Vertebrata. Bamdung
:Armico.
Eroschenko. 2003. Anatomi dan Histology. New York:Mc.Graw Hill Companies
Inc.
Kimball, J. 1992. Biologi Jilid 3. Jakarta:Erlangga.
Prawiro, A. 1999. Bologi 1. Semarang:Kareng Asem.
Radiopoetra. 1997. Zoologi Dasar. Jakarta:Erlangga.
Sukiya. 2001. Biologi Vertebrata. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Yaasin,M. 1984. Zoologi Vertebrata. Surabaya:Sinar Wijaya.
Yatim, W. 1987. Biologi .Bandung:Tarsito.
Zander. 2009. Morfologi dan Anatomi Reptilia. Jakarta:PT.Rineka Cipta.
ANATOMI AVES
LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI HEWAN
"ANATOMI AVES"
OLEH :
KELOMPOK 5 B
ANGGOTA : 1. AL-QADRI PUTRA M. (1110423016)
2. NURWISMA (1310421006)
3. SITI AISYAH (1310421026)
4. QORIATUL HUSNAH (1310421046)
5. PRATIWI MUTIAH PUTRI (1310422010)
6. FATHYA ANNISA (1310422046)
ASISTEN : DWIYANTO
LABORATORIUM TEACHING II
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2014
I.PENDAHULUAN
Latar Belakang
Vertebrata adalah kelompok hewan yang memiliki tulang belakang. Dalam sistem klasifikasi , kelompok tersebut di tempatkan sebagai sub filum vertebrata dalam filum chordata. Filum chordata mempunyai 4 ciri pokok yang muncul pada suatu masa di sepanjang hidupnya. Keempat ciri tersebut adalah sebagai berikut , bagian punggung (dorsal)di sokong oleh tulang bernama notokorda, notokorda tersebut terbentuk di dalam embrio dari lapisan mesoderm dorsal, letaknya tepat di bawah batang saraf, tali saraf dorsal (punggung)batang tersebut mengandung kanal berisi cairan, tali saraf vertebrata seringkali dinamakan sum-sum punggung yang di lindungi oleh tulang belakang, kantong insang, kantong tersebut hanya terlihat pada saat perkembangan embrio sebahagian besar vertebrata, kantong insang pada chordata, invertebrata, ikan dan amphibi berubah menjadi insang, air masuk melalui mulut dan faring melalui celah insang yang dilengkapi dengan lengkung insang. Vertebrata terdiri dari tiga bagian tubuh utama, yaitu kepala, badan dan ekor. Disamping itu, pada bagian badan terdapat pula pasangan anggota tubuh, kecuali pada beberapa jenis yang sama sekali tidak mempunyai anggota tubuh (Sukiya, 2001).
Aves merupakan salah satu kelas hewan vertebrata yang memiliki bentuk tubuh yang khas sehingga dengan bentuk tubuh tersebut kelompok hewan ini terbukti sangat berhasil dalam penyebarannya memperbanyak habitat di permukaan bumi. Kelas aves terbagi menjadi dua subkelas yaitu archeonithes dan neonithes yang terdiri dari 32 ordo dan 174 famili. Kata aves berasal dari bahasa latin dipakai nama kelas, sedangkan ornis dari kata yunani dipakai dalam "ornithology" berarti ilmu yang mempelajari burung-burung. Aves merupakan hewan yang paling dikenal orang karena dilihat dimana-mana, aktif pada saat siang hari dan ada juga pada malam hari serta unik, karena memiliki bulu sebagi penutup tubuh. Dengan bulu ini tubuh dapat mengatur suhu tubuhnya dan terbang. Dengan kemampuan terbang itu aves mendiami semua habitat. Warna dan suara beberapa aves merupakan daya tarik mata dan telinga manusia, banyak diantaranya mempunyai arti penting dalam ekonomi, sebahagian merupakan bahan makanan, sumber protein dan beberapa diantaranya di ternakkan (Yatim, 1987).
Penyebaran aves di dunia ini mencapai 9000 spesies dan ada pula yang mengatakan 8900 spesies. Habitatnya tersebar mulai dari tepi pantai sampai ke pegunungan. Aves aktivdi siang hari (ada juga pada malam hari) dan memiliki bulu sebagai penutup tubuh, keunikan lain dari aves ini adalah pundi-pundi udara yang dimiliki oleh burung yang berguna membantu pernafasan di saat terbang. Banyak diantara aves yang memiliki nilai ekonomi karena bentuk dan suara yang indah dan juga du jadikan peternakan untuk kemudian di konsumsi sebagai sumber konsumsi protein(Djuhanda, 1982).
Ahli burung terkenal, Alan Feduccia, menyatakan bahwa setiap cirri dari bulu burung memiliki fungsi aerodinamis. Bulu ini sangatlah ringan, memiliki daya angkat yang semakin besar pada ketinggian lebih rendah, dan dapat kembali ke posisi awal denga sangat mudah (Brotowidjoyo, 1989).
Burung masa kini telah berkembang sedemikian rupa sehingga terspesialisasi untuk terbang jauh. Dengan perkecualian pada beberapa jenis yang promitif. Bulu-bulunya. Terutama di sayap, telah tumbuh semaki lebar, ringan, kuat dan bersusun rapat. Bulu-bulu ini juga bersusun sedemikian rupa sehingga mampu menolak air, dan memelihara tubuh burung tetap hangat di tengah udara dingin. Tulang belulangnya menjadi semakin ringan karena adanya rongga-rongga udara di dalamnya, namun tetap kuat menopang tubuh. Tulang dadanya tumbuh membesar dan memipih . sebagai tempat perlekatan otot-otot terbang yang kuat. Gigi-giginya menghilang di gantikan oleh paruh ringan dan zat tanduk (Mattison, 2008).
Ciri- ciri khusus ini akan diketahui jika dilakukan pembedahan terhadap objek dimana objek yang digunakan dalam pratikum ini adalah burung Streptopelia chinensis . Dengan dilakukan pembedahan ini kemudian dilanjutkan dengan pengamatan dan pengenalan yang cermat dan teliti, sehingga didapatkan apa saja organ-organ yang terdapat dalam tubuh hewan aves. Pratikum kali ini dilatarbelakangi oleh kurangnya pengetahuan pratikan tentang mekanisme berbagai sistem dalam tubuh aves.
1.2 Tujuan pratikum
Adapun tujuan dari praktikum anatomi dari Streptopelia chinensis adalah untuk mengetahui morfologi dan anatominya serta mengetahui anatomi dari sistem organ pada sistem sirkulasi, sistem respirasi, sistem pencernaan dan sistem urogenital pada aves.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kelas Aves adalah kelas hewan vertebrata yang berdarah panas dengan memiliki bulu dan sayap. Tulang dada tumbuh membesar dan memipih, anggota gerak belakang beradaptasi untuk berjalan, berenang dan bertengger. Mulut sudah termodifikasi menjadi paruh, punya kantong hawa, jantung terdiri dari empat ruang, rahang bawah tidak mempunyai gigi karena gigi-giginya telah menghilang yang digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk dan berkembang biak dengan bertelur. Kelas ini dimanfaatkan oleh manusia sebagai sumber makanan, hewan ternak, hobi dalam peliharaan. Dalam bidang industri bulunya dapat dimanfaatkan contohnya baju, hiasan dinding, dan lainnya. (Brotowidjoyo, 1990).
Burung merupakan hewan berdarah panas, meskipun burung berdarah panas, ia berkerabat dekat dengan reptil. Bersama kerabatnya terdekat, suku crocodylidae alias keluarga buaya, burung membenruk kelompok hewan yang disebut archosauria. Diperkirakan burung berkembang dari sejenis reptil di masa lalu, yang memendek cakar depannya dan tumbuh bulu-bulu yang khusus di badanya. Pada awalnya, sayap primitif yang merupakan perkembangan dari cakar depan itu belum dapat di gunakan untuk sunggu-sungguh terbang, dan hanya membantunya untuk bias melayang dari suatu ketinggian ke tempat yang lebih rendah. Kelas aves terdiri dari begitu banyak ordo yang di kenal baik karekteristiknya, yaitu sub kelas archaeornithes, yang merupakan burung yang bergigi dan telah punah, hidup dalam periode jurasik dengan metacarpal terpisah, tidak ada pigostil, vertebrate caudal masing-masing dengan bulu yang berpasangan dan sub kelas neornithes yang merupakan burung modern, bergigi atau tidak bergigi, metacarpal bersatu, vertebrate caudal tidak ada yang memiliki bulu yang berpasangan dan kebanyakan pigostil (Kimball, 1999).
Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain. Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh, yang pada reptile serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedang epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu.Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis yang lunak dan mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dan proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya (Jasin, 1992).
Warna bulu dihasilkan oleh butir pigmen, dengan difraksi dan refleksi cahaya oleh struktur bulu atau oleh pigmen dan struktur bulu. Pigmen pokok yang menimbulkan warna pada bulu adalah melanin dan karotenoid. Karotenoid sering disebut dengan lipokrom yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam metanol, eter atau karbon disulfida. Karotenoid terbagi menjadi 2, yaitu zooeritrin (animal red) dan zoosantin (animal yellow). Pigmen melanin terklarut dalam asam. Butir-butir eumelanin beraneka macam yaitu dari hitam sampai coklat gelap. Feomelanin yaitu hampir tanpa warna hingga coklat kemerahan (Kimball, 1999).
Kaki pada aves di gunakan untuk berjalan, bertengger atau berenang (dengan selaput inter digital). Karekter tengkorak meliputi tulang-tulang tengkorak yang berdifusi kuat, paruh berzat tanduk. Aves tidak bergigi, mata besar, kondil oksipetal tunggal. Jantung terbagi atas dua atrikel dan ventrikel. Struktur tubuh burung terdiri atas kepala (caput), leher (cervix), bagian dada (truncus). Dengan sepanjang exstremitas anterior yang merupakan sayap (ala) dan extremitas posterior berupa paha (femur), tungkai atas (tibiotarsus),tungkai bawah (tarsometatarsus) yang bagian bawahnya besisik dan bercakar. Pada bagian mulut terdapat paruh (rostrum) yang terbentuk oleh maxilla pada ruang bagian atas , mandibula bada bagian bawah. Pada bagian luar rostrum di lapisi oleh lapisan pembungkus selaput zat tanduk. Tubuh dibungkus oleh kulit, pada bagian kulit terdapat bulu yang berfungsi sebagai pembungkus tubuh. Perbedaan burung dengan hewan lainnya adalah terletak pada paruh dan bulu (Kimball, 1999).
Pada sistema digestivum, tractus digestivus terdiri dari cavum oris. Didalamnya terdapat lingua kecil runcing yang dibungkus oleh lapisan zat tanduk sebagai lanjutannya adalah faring yang pendek. Kemudia oesophagus yang panjang dan pada beberapa burung terjadi perluasan yang disebut "crop", sebagai tempat penimbunan bahan makanan sementara dan pelunakan dari crop masuk dalam yang dapat dibedakan atas proventriculus dan ventriculus yang disebut "gizard", proventriculus menghasilkan cairan lambung, sedang ventriculus berdinding tebal berlapis jaringan epitel keras sebelah dalam yang menghasilkan sekresi. Di dalam gizard sering terdapat kerikil yang berfungsi membantu penggilingan bahan makanan. Pada beberapa aves, memiliki vesica fellea sebagai penampung billus (Eroschenko, 2003).
Sistem sirkulasi pada Streptopelia chinensis yang menjadi sentral adalah cor yang terletak di linea mediana berbentuk kerucut dilapisi oleh lapisan pericardium. Terbagi atas 4 ruang: atrium sinistrum dan atrium dextrum, yang dipisahkan oleh septum atrium, ventriculum sinistrum, dan ventriculum dextrum yang terpisah oleh septum ventriculum. Pada aves tidak terdapat lagi sinus venosus (Radiopoetra, 1997).
Alat respirasi terdiri dari nostril yang terletak pada paruh, cavum nasalis, cavum oris, larynk yang tersusun atas tulang rawan, terhubung dengan cavum oris dan rima glottis. Pada bagian caudal, terdapat suatu tulang rawan yang melintang dari dorsal ke caudal yang disebut pessulus. Bagian ini menyokong suatu lipatan yang berasal dari selaput lender dan lipatan ini disebut membrane semilunaris (Jasin, 1992).
Pada sistem reproduksinya, hewan jantan memiliki sepasang testis yang bulat, berwarna putih, melekat disebelah anterior dari ren dengan suatu alat penggantung. Testis sebelah kanan lebih kecil daripada yang kiri. Dari masing-masing testis terjulur saluran vasa deferensia sejajar dengan ureter yang berasal dari ren. Pada sebagian besar aves memiliki vesicular seminalis yang merupakan gelembung kecil bersifat kelenjar sebagai tempat menampung sementara sperma sebelum dituangkan melalui papil yang terletak pada kloaka. Di dalam kloaka pada beberapa species memiliki pennis sebagai alat untuk menuangkan sperma ke kloaka hewan betina. Pada hewan betina terdapat sepasang ovari, hanya yang dextrum mengalami otrophis (mengecil dan tidak bekerja lagi). Dari ovari menjulur oviduct panjang berkelok-kelok, berlubang pada bagian cranial dengan suatu bentuk corong. Lubang oviduct itu disebut ostium opdominalis. Dinding oviduct selanjutnya tersusun atas muskulus dan epithelium yang bersifat glandulair, yang memberi sekresi yang kelak membungkus telur, yakni albumen sebagai putih telur, membran tipis disebelah luar albumen dan cangkok yang berbahan zat kapur yang dibuat oleh kelenjar di sebelah caudal. Uterus yang sebenarnya belum ada (Brotowidjoyo, 1990).
Sistem ekskresi pada Aves berupa ren yang relative besar, berwarna merah coklat, tertutup oleh peritoneum. Tiap-tiap ren terbagi atas empat lobi. Dari datatarn ren sebelah ventral keluar ureter yang sempit menuju ke caudal dan berakhir pada kloaka. Darah yang berasal dari arteri renalis akan disaring secara filtrates. Zat zat yang tidak berguna dalam darah terutama berupa urin akan dibuang dalam proses filtrasi ini (Jasin, 1992).
III . PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Pratikum ini dilaksanakan pada hari Senin 31 Maret 2014, pukul 08.00 WIB, bertempat di Laboratorium Pendidikan II, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas, Padang.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum anatomi hewan kelas aves ini adalah alat tulis, buku gambar, bak bedah, pinset,gunting bedah, pisau bedah, sarung tangan, masker, steroform, sabun cuci tangan dan jarum suntik. Dan bahan praktikum kali ini yaitu Streptopelia chinensis
3.3. Cara Kerja
Dibius tubuh Streptopelia chinensis dengan dibius menggunakan jarum suntik, kemudian dibedah tubuh S. chinensis dengan hati-hati dari kloaka sampai cervix jangan sampai bagian dalam S. chinensis rusak pada saat di bedah. Selanjutnya organ tubuh S. chinensis bagian dalam diamati untuk mengetahui jenis kelamin, sistem pencernaan, sistem organ, kemudian digambar masing-masing bagian tersebut secara morfologi dan anatominya, kemudian tentukan bagian-bagiannya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Morfologi Aves
a
d b
c
Gambar 1. Morfologi Aves (a). Caput, (b). Cervix, (c).Truncus, (d). Paruh
Pada gambar diatas dapat ditemukan bagian – bagian dari aves yaitu caput, cervix, truncus, dan paruh . Paruh merupakan modifikasi dari gigi, kemudian juga ditemukan tembolok pada bagian eshopagus yang berguana untuk menyimpan cadangan makan sebelum ke proventrikulus.
Pada bagian mulut terdapat bagian yang terproyeksi sebagai paruh (Rostrum) yang terbentuk oleh maxila pada ruang bagian atas dan mandibula pada ruang bagian bawah. Pada bagian luar dari rostrum dilapisi oleh pembungkus zat tanduk dan pada kelompok burung Neornithes tidak bergigi (Jasin, 1992).
Pada pengamatan morfologi aves terdapat berbagai macam bulu diantaranya bulu tetrices, rectices, remiges. Menurut letaknya, bulu pada burung dibedakan jadi: (1) Tetrices, merupakan bulu-bulu yang menutupi badan; (2) Retrices, merupakan bulu-bulu yang berpangkal pada ekor, vexillumnya simetris karena berfungsi sebagai kemudi; (3) Remiges, merupakan bulu yang terdapat di sayap yang terdiri dari remiges primarie yang melekat secara digital dan metacarpal pada metacarpalia, remiges secundaria yang melekatnya secara curbital pada radiul ulna; (4) Parapterum, merupakan bulu yang menutupi daerah bahu; (5) Ala sporia, merupakan sebagian bulu kecil yang menempel pada poluk(Djuhanda, 1982).
Berdasarkan strukturnya, dapat dikenal tiga macam bulu, yaitu plumae, plumulae, dan filoplumae. Plumae atau bilu kasar merupakan bulu penutup tubuh yang kasar, dinamakan tectrites. Sedangkan yang terdapat dipermukaan posterior dari sayap dinamakan remiges. Plumulae atau bulu halus merupakan bulu halus yang ada dibawah plumae peranan utama dari bulu ini adalah sebagai isolasi untuk menjaga panas tubuh. Filoplumae atau bulu-bulu rambut merupakan bulu yang sangat halus sekali, seperti rambut-rabut kecil saja bentuknya (Djuhanda, 1983).
2. Anatomi Aves
4.2.1 Anatomi Sistem Sirkulasi Aves
Dari praktikum anatomi Sistem Sirkulasi Aves yang kami lakukan,di dapatkan hasil sebagai berikut :
a
Gambar 1.Sistem sirkulasi (a) Jantung
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan, kami menenukan organ sirkulasi yaitu jantung yang berperan untuk memompa dan mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Peredaran darah burung adalah dari paru-paru mengangkut oksigen masuk ke serambi kiri, kemudian ke bilik kiri. Dari bilik kiri darah di pompa keseluruh tubuh melalui aorta. Disel -sel tubuh darah melepaskan O2 dan mengikat CO2. Darah yang mengandung banyak CO2 ini masuk serambi kananmelalui pembuluh balik. Selanjutnya darah masuk bilik kanan, kemudian dipompa masuk ke paru-paru. Didalam paru-paru darah melepaskan CO2 dan mengikat O2 (Campbell, 2000).
Berikut gambar sistem peredaran darah burung bagan sirkulasi pada burung, Paru-paru Serambi kiri Bilik kiri Seluruh tubuh Serambi kanan Bilik kanan Paru-paru(Djuhanda,1983).
4.2.2. Anatomi Sistem Respirasi Aves
a
Gambar 2. Sistem respirasi (a) pulmo
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan, kami menemukan pulmo yang di gunakan aves pada proses respirasinya, tetapi aves juga memiliki kantong udara yang diguanakannya pada saat terbang.
Sistem respirasi, lubang hidung yang terdapat pada paruh menghubungkan rongga hidung di atas rongga mulut. Glottis pada bagian bawah faring menghubungkan saluran trakea yang di perkuat dengan kartilago. Trakea berlanjut ke bawah arah leher yaitu syring (kotak suara), tempat terdapatnya otot vocal, dari syring dilanjutkan ke bronkhus paru-paru berukuran kecil melekat pada rusuk dan vertebrata di bagian dorsal dari trax dengan jaringan ikat, paru-paru dimasuki sejumlah broncheolus yang saling berhubungan dan sejumlah darah dari pulmonary. Pada broncheolus melekat kantung udara yang terdapat di sela-sela organ dalam pada rongga badan dan menjulur ke ruang disekitar vertebrta leher. Paru-paru dapat digerakan sedikit oleh otot yang terdapat disekitar tulang rusuk, jika sternum bergerak turun, dan rusuk menggembung ke samping udara ke rongga paru-paru , jika kontraksi terjadi sebaliknya. Maka darah keluar dari rongga paru-paru. Gerakan tersebut dimungkinkan karena struktur torak yang kaku. Pada sat inspirasi, udara masuk melalui bronchiolus ke kantung udara membantu penyebaran panas tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot dan aktivitas metabolic lainya (Widowati, 2005)
4.2.3 Anatomi sistem pencernaan aves
a
b
c
d
e
Gambar 3. Sistem pencernaan, (a). tembolok, (b). esophagus, (c) . Ventrikulus, (d). Intestinum tenue, (e). Intestinum crasum
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan sistem pencernaan pada aves terdiri dari mulut, esophagus, ventrikulus, intestinum tenue, intestinum crasum dan bermuara do kloaka,organ khasnya yaitu tembolok yang berfungsi untuk penyimpanan sementara makanan pada aves, yang berfungsi juga untuk membantu mencerna biji-bijian yang keras.
Lidah pada burung berbentuk runcing dan panjang dengan lapisan zat tanduk. Pada rongga mulut bagian atas terdapat lipatan palatal. Dilanjutkan dengan faring, kemdian saluran esophagus yang dilapisi otot memanjang ke bagian bawah leher tempat terdapatnya tembolok yang berfungsi sebagai tempat penyimpan makanan. Dan beberapa diantaranya alat dan fungsi pada burung adalah, paruh yang berfungsi mengambil makanan, kerongkongan yaitu saluran makanan menuju tembolok,tembolok yang berfungsi menyimpan makanan sementara, lambung kelenjar, mencerna makanan secara kimiawi, lambung pengunyah yang berfungsi menghancurkan makanan, hati yang berfungsi membantu mancerna makanan secara mekanis, pankreas yang berfungsi Menghasilkan enzim, usus halus yang berfungsi sebagai tempat pencernaan sari makanan yang diserap oleh kapiler darah pada dinding usus halus, usus besar yaitu Saluran sisa makan ke rectum, usus buntu yang berfungsi memperluas daerah penyerapan sari makanan, Poros usus sebagai tempat penyimpan sisa makanan sementara, kloaka yaitu muara 3 (tiga) saluran, yaitu Pencernaan usus, saluran uretra dari ginjal, saluran kelamin. Sistem Pencernaan burung. Pada mulut terdapat paruh yang sangat kuat dan berfungsi untuk mengambil makanan. Makanan yang diambil oleh paruh kemudian masuk kedalam rongga mulut lalu menuju kerongkongan. Bagian bawah kerongkongan membesar berupa kantong yang disebut tembolok. Kemudian masuk ke lambung kelenjar .Disebut lambung kelenjar karena dindingnya mengandung kelenjar yang menghasilkan getah lambung yang berfungsi untuk mencerna makan secara kimiawi. Kemudian makan masuk menuju lambung pengunyah. Disebut lambung pengunyah karena dindingnya mengandung otot-otot kuat yang berguna untuk menghancurkan makanan. Didalam hati, empedal sering terdapat batu kecil atau pasir untuk membantu mencerna makanan secara mekanis. Kemudian, makanan masuk menuju usus halus. Sistematis pencernaan makanan pada burung : Mulut / paruh Kerongkongan Tembolok Lambung kelenjar Lambung pengunyah Hati Pankreas Usus halus Usus besar Usus buntu Poros usus (rectum) Kloaka (Jafnir, 1985).
4.2.4 Anatomi sistem urogenital aves
a
Gambar 4. Sistem urogenital, (a). ovarium
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan kami menemukan organ reproduksi berupa ovary yang terdapat pada Streptopelia chinensis betina.
Burung berkembang biak dengan cara bertelur dan pembuahannya terjadi di dalam tubuh. Contoh aves antara lain burung elang, burung merpati, burung merak, burung hantu, burung gagak, ayam dan jenis burung lainnya. Sebagian besar burung membangun sarangnya untuk menyimpan telur dan mengeraminya, jumlah telur yang di letakan dalam sarangnya yang bervariasi tergantung spesiesnya, ada yang hanya 1,3, atau ada yang sampai 14 butir. Masa inkubasi (pengeraman) pada burung berbeda-beda . Burung –burung darat yang kecilnya masa inkubasinya kurang lebih 14 hari, ayam peliharaan 21 hari , bebek dan rajawali masa inkubasinya 28 hari, sedangkan burung unta 42-60 hari. Anak-anak burung yang bersifat atricial membutuhkan kurang lebih seminggu setelah menetas untuk meninggalkan sarang. Semua anak-anak burung memerlukan pemeliharaan setelah ditetaskan yang berupa pemberian makan penjagaan atau perlindungan dari sinar matahari dan hujan (Jasin, 1992).
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum anatomi hewan kelas aves maka didapatkan kesimpulan bahwa :
Organ yang dapat diamati adalah sistem pencernaan , sistem urogenital, sistem respirasi, sistem urogenital.
Organ khusus yang dimiliki oleh Streptopelia chinensis adalah tembolok yang membantu pada proses pencernaannya.
Burung tekukur betina memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil daripada jantannya.
Suara nyanyian pada Streptopelia chinensis berasal dari siring atau selaput suara yang ada pada belakang tenggorokkannya
5.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum kali ini yaitu, praktikan haruslah disiplin dengan waktu, praktikan hendaknya hati-hati pada saat membedah objek agar organ dalam tidak rusak, dan praktikan hendaknya menggunakan alat dan bahan yang representative agar mempermudah proses pelaksanaan praktikum
DAFTAR PUSTAKA
Brotowidjoyo, M.1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Djuhanda, T. 1983. Anatomi dari Empat Spesies Hewan Vertebrata.Bandung
:Armico.
Eroschenko. 2003. Anatomi dan Histologi. New York:Mc.Graw Hill Companies
Inc.
Jafnir. 1985. Pengantar Anatomi Hewan Vertebrata. Padang:Universitas Andalas.
Jasin, M. 1992. Zoologi Vertebrata Untuk Perguruan Tinggi. Surabaya:Sinar
Jaya.
Kimball, J. 1999. Biologi edisi kelima jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Mattison, C. 2008, Ensiklopedia Dunia Hewan, Jakarta : Lentera Abadi.
Radiopoetra. 1997. Zoologi Vertebrata. Jakarta: Erlangga.
Sukiya. 2001. Biologi Vertebrata, Yogyakarta : JICA.
Widowati,H. 2005.Zoologi Vertebrata. Metro : UM Metro.
Yatim, W. 1985. Biologi Jilid II. Bandung:Tarsito.
ANATOMI MAMALIA
LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI HEWAN
"ANATOMI MAMALIA"
OLEH
KELOMPOK 5 B
ANGGOTA : 1. AL-QADRI PUTRA M. (1110423016)
2. NURWISMA (1310421006)
3. SITI AISYAH (1310421026)
4. PRATIWI MUTIAH P. (1310422010)
5. QORIATUL HUSNA (1310421046)
6. FATHYA ANNISA (1310422046)
ASISTEN : DWIYANTO
LABORATORIUM TEACHING II
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2014
I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anatomi berasal dari beberapa bahasa Yunani yanng tersusun dari kata "ana" yang berati susunan darn "tome" yang berarti memotong, sehingga anatomi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari dan berhubungan dengan struktur dan organisasi dari makhluk hidup atau biasa dikatakan juga bahwa anatomi ilmua yang mempelajari struktur tubuh dengan cara mengurai tubuh menjadi bagian yang lebih kecil kebagian yang paling kecil dengan cara memotong atau mengiris tubuh kemudia diangkat atau dipelajari dan diperiksa menggunakan mikroskop (Brotowidjoyo, 1989).
Vertebrata adalah kelompok hewan yang memiliki tulang belakang. Dalam sistem klasifikasi, kelompok tersebut di tempatkan sebagai subfilum vertebrata dalam filum chordata. Filum chordata mempunyai 4 ciri pokok yang muncul pada suatu masa di sepanjang hidupnya. Keempat ciri tersebut adalah sebagai berikut, bagian punggung (dorsal) disokong oleh tulang bernama notokorda, notokorda tersebut terbentuk didalam embrio dari lapisan mesoderm dorsal, letaknya tepat di bawah batang saraf, tali saraf dorsal (punggung) batang tersebut mengandung kanal berisi cairan, tali saraf vertebrata seringkali dinamakan sum-sum punggung yang dilindungi oleh tulang belakang, kantong insang, kantong tersebut hanya terlihat pada saat perkembangan embrio sebahagian besar vertebrata, kantong insang pada chordata, invertebrata, ikan dan amphibi berubah menjadi insang, air masuk melalui mulut dan faring melalui celah insang yang dilengkapi dengan lengkung insang. Vertebrata terdiri dari tiga bagian tubuh utama, yaitu kepala, badan dan ekor. Disamping itu, pada bagian badan terdapat pula pasangan anggota tubuh, kecuali pada beberapa jenis yang sama sekali tidak mempunyai anggota tubuh (Sukiya, 2001).
Mammalia merupakan kelompok terbesar dan tertinggi dari kingdom animalia. Mammalia mencakup tikus, monyet, paus, kelelewar, kucing, manusia dan bentuk kehidupan lain. Disamping sekelompok besar dari spesies langka. Semuanya kurang lebih ditubuhnya tertutupi oleh adanya bulu atau rambut dan berdarah panas. Beragam jenis mammalia hidup di berbagai bentuk habitat dari daerah kutub sampai ke gurun atau hutan. Banyak yang mempunyai kebiasaan hidup malam hari dan istirahat pada siang hari, sehingga jarang terlihat. Beberapa spesies yang liar diburu untuk kesenangan dan lainnya untuk diambil bulunya (Yatim, 1985).
Golongan Mammalia memilki arti yang sangat penting dalam kehidupan. Namun, kenyataanya jumlah Mammalia hanya kecil saja, sekitar 3 dari seluruh spesies hewan. Ciri yang unik dari mammalia adalah hewan betina member makan ananknya dengan air susu (menyusui). Sebutan mamalia sendiri berasal dari keberadaan glandula ( kelenjar ) mamae pada tubuh mereka yang berfungsi sebagai penyuplai susu. Seperti yang kita ketahui bahwa mamalia betina menyusui anaknya dengan memanfaatkan keberadaan kelenjar tersebut. Walupun mamalia jantan tidak menyusui anaknya, bukan berarti mereka tidak memiliki kelenjar mamae. Semua mamalia memiliki kelenjar mamae, tetapi pada mamalia jantan kelenjar ini tidaklah berfungsi sebagaimana pada mamalia betina (Kimball, 1999).
Tikus (Mus musculus) adalah hewan yang masih satu kerabat dengan tikus liar ataupun tikus rumah. Tikus ini tersebar di seluruh dunia. Tikus ini sering ditemukan di dekat bangunan gedung ataupun di tempat lain, jika terdapat makanan dan tempat berlindung. Tikus ini semuanya berasal mula dari keturunan yang telah ada yaitu keturunan dari tikus liar yamg sudah mengalami peternakan secara selektif. Tikus ini biasanya lebih suka hidup pada tempat yang memiliki suhu lingkungan yang tinggi (Jasin,1992).
Ciri- ciri khusus ini akan diketahui jika dilakukan pembedahan terhadap objek dimana objek yang digunakan dalam pratikum ini adalah Mus musculus . Dengan dilakukan pembedahan ini kemudian dilanjutkan dengan pengamatan dan pengenalan yang cermat dan teliti, sehingga didapatkan apa saja organ-organ yang terdapat dalam tubuh hewan mamalia. Pratikum kali ini dilatarbelakangi oleh kurangnya pengetahuan pratikan tentang mekanisme berbagai sistem dalam tubuh mamalia (Pratigno, 1982).
Karena kelas mamalia lebih tinggi dibandingkan dengan kelas sebelumnya, baik itu dari sistem pencernaan, pennapasan, peredaran darah, urogenital dan sistem sarafnya. Karena itulah untuk mengetahui segala proses pada tubuh mamalia kita perlu membuka bagian tubuh mamalia dengan jalan membedah Mus musculus.
1.2 Tujuan pratikum
Adapun tujuan dari praktikum anatomi dari Mus musculus adalah untuk mengetahui morfologi dan anatominya serta mengetahui anatomi dari sistem organ pada sistem sirkulasi, sistem respirasi, sistem pencernaan dan sistem urogenital pada mamalia.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Mammalia adalah vertebrata yang tubuhnya tertutup rambut dan yang betina mempunyai kelenjar mammae yang tumbuh baik. Anggota gerak depan mammalia dapat bermodifikasi untuk berlari, berjalan, menggali lubang, berenang dan terbang. Pada jari-jarinya terdapat banyak bulu, cakar dan pada kulit terdapat banyak kelenjar keringat (Brotowidjoto, 1989).
Mamalia diperkirakan muncul pada akhir zaman Trias dari moyang Terapsida. Mereka merupakan hewan kecil yang sangat aktif yang makanannya terutaama adalah serangga. Kehidupan yang aktif ini berhubungan dengan kemampuan untuk memelihara suhu tubuh yang tetap (homoterm). Sementara mamalia yang paling awal bertelur seperti moyang reptilia anaknya setelah menetas diberi susu yang disekresikan oleh kelenjar- kelenjar dalam kulit induknya (Kimball,1999).
Sebagian besar mamalia melahirkan keturunannya, tapi ada beberapa mamalia yang tergolong ke dalam monotremata yang bertelur. Monotremata tidak memilki puting susu, namun tetap memiliki kelenjar susu. Artinya, monotremata memenuhi syarat untuk masuk ke dalam kelas Mamalia. Mamalia memiliki 3 tulang pendengaran dalam setiap telinga dan 1 tulang (dentari) di setiap sisi rahang bawah.Vertebrata lain yang memiliki telinga hanya memiliki 1 tulang pendengaran (yaitu, stapes) dalam setiap telinga dan paling tidak 3 tulang lain di setiap sisi rahang. Mamalia memiliki integumen yang terdiri dari 3 lapisan: paling luar adalah epidermis, yang tengah adalah dermis, dan paling dalam adalah hipodermis. Epidermis biasanya terdiri atas 30 lapis sel yang berfungsi menjadi lapisan tahan air. Sel-sel terluar dari lapisan epidermis ini sering terkelupas; epidermis bagian paling dalam sering membelah dan sel anakannya terdorong ke atas (ke arah luar). Bagian tengah, dermis, memiliki ketebalan 15-40 kali dibanding epidermis. Dermis terdiri dari berbagai komponen seperti pembuluh darah dan kelenjar. Hipodermis tersusun atas jaringan adiposa dan berfungsi untuk menyimpan lemak, penahan benturan, dan insulasi. Ketebalan lapisan ini bervariasi pada setiap spesies (Brotowidjoyo, 1990).
Mamalia umunya mempertahankan suhu tubuh yang tinggi dan memiliki kisaran suhu tubuh sekitar 36o-38o C untuk sebagian besar mamalia. Mempertahankan suhu dalam kisaran yang sempit ini memerlukan kemampuan untuk secara ketat menyeimbangkan laju produksi panas metabolisme dengan laju kehilangan panas atau perolehan panas dari lingkungan luarnya. Laju produksi panas dapat ditingkatkan melalui satu atau dua cara: dengan meningkatkan kontraksi otot (dengan cara bergerak atau menggigil) atau dengan kerja hormone yang meningkatkan laju metabolisme dan produksi panas disebut termogenesis tanpa menggigil (nonshivering thermogenesis) (Radiopoetra, 1997).
Beberapa karakter mammalia antara lain adalah kulit ditutupi oleh rambut, memiliki kelenjar minyak (sebaceous), kelenjar susu menghasilkan air susu untuk makan anak. Gigi heterodont yang terdiri dari incisivus, canius, premolar, molar. Jantung terdiri dari empat ruang, otak mulai berkembang dengan baik, memiliki telinga luar kecuali pada mammalia air. Sebagian yolk, serta kebanyakan jenisnya bersifat vivipar (melahirkan anak) (Djuhanda, 1983).
Mamalia mempunyai tujuh vertebra servikal (leher), yang pertama atlas (Mitos Yunani, Atlas, dewa yang memiliki dunia pada pundaknya) dan yang kedua aksis, mengalami perubahan-perubahan untuk memungkinkan gerakan kepala yang leluasa. Tengkorak bergerak ke atas dan ke bawah pada persendian antara aksis dan atlas. Tulang belakang mamalia dipisah menjadi daerah torasik dan daerah lumbar. Manusia mempunyai 12 buah vertebra torasik (dada) dan 6 buah vertebra lumbar (panggul). Hanya pada vertebra torasik terdapat tulang iga, yang sebagian besar berhubungan dengan tulang dada atau sternum melalui perantaraan tulang rawan kostal (Sukiya, 2001).
Gigi mamalia umumnya terbagi menjadi empat tipe: gigi seri, taring, premolar, dan molar. Dibanding dengan kondisi vertebrata lainnya, jumlah tengkorak mammalia banyak yang tereduksi. Ada 2 kondil oksipital. Vertebrae servikal biasnaya 7 buah. Dalam sabuk pektoral tidak terdapat tulang korakoid, dan klavikula vestigial atau tidak ada sama sekali. Ekor jika ada, panjang dan dapat digerakkan. Ada 3 buah osikel auditori, yaitu malleus, inkus , dan stapes. Akhir organ pendengaran (koklea) berstruktur sangat kompleks dan sedikit banyak bergelung. Pada telinga terdapat suatu auditori eksternal dan pinna (telinga luar) pada tiap sisi lateral kepala (Brotowidjoyo, 1990).
Kulit mamalia berfungsi sebagai organ ekskresi karma mengandung kelenjar keringat (glandula sudorifera) yang mengeluarkan 5% sampai 10% dari seluruh sisa metabolisme. Pusat pengatur suhu pada susunan saraf pusat akan mengatur aktifitas kelenjar keringat dalam mengeluarkan keringat. Keringat mengandung air, larutan garam, dap urea. Pengeluaran keringat yang berlebihan bagi pekerja berat menimbulkan hilang melanositnya garam-garam mineral sehingga dapat menyebabkan kejang otot dan pingsan. Selain berfungsi mengekskresikan keringat, kulit juga berfungsi sebagai pelindung terhadap kerusakan fisik, penyinaran, serangan kuman, penguapan, sebagai organ penerima rangsang (reseptor), serta pengatur suhu tubuh (Yatim, 1985).
Pada mamalia terdapat paru-paru (pulmo) yang berfungsi sebagai alat pernapasan. Karbon dioksida dan air hasil metabolisme di jaringan diangkut oleh darah lewat vena untuk dibawa ke jantung, dan dari jantung akan dipompakan ke paru-paru untuk berdifusi di alveolus. Selanjutnya, H2O dan CO2 dapat berdifusi atau dapat dieksresikan di alveolus paru-paru karena pada alveolus bermuara banyak kapiler yang mempunyai selaput tipis (Widowati, 2005).
Sistem rangka pada mamalia umumnya yaitu pada setiap rahang terdapat gigi seri (insisivus) yang berjumlah 2 buah di atas dan 1 buah di bawah, gigi taring (caninus) tidak terdapat, gigi plemolar (13 buah di atas dan 2 buah di bawah), gigi molar (3 buah di atas dan 3 buah di bawah). Sistem pencernaan pada mamalia yaitu lidah mempunyai papila perasa, terdapat kandung empedu, dengan saluran empedu dan saluran getah pankreas yang bermuara ke dalam duodenum (Radiopoetra, 1997).
Mamalia juga memiliki diafragma yang memisahkan rongga dada dari rongga perut. Dipandang dari aktivitasnya, ada mamalia yang nocturnal dan ada yang diurnal. Secara umum, ada mamalia yang bermanfaat, ada yang merugikan dan ada yang membahayakan bagi kehidupan manusia. Jumlah spesies mamalia yang telah dikenal mamalia tidak kurang 4.000 dan dikelompokkan ke dalam sejumlah ordo (Jafnir, 1992).
III . PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Pratikum ini dilaksanakan pada hari Senin 7 April 2014, pukul 08.00 WIB, bertempat di Laboratorium Pendidikan II, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas, Padang.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum anatomi hewan kelas mamalia ini adalah alat tulis, buku gambar, bak bedah, pinset, gunting bedah, pisau bedah, sarung tangan, masker, sterofom, sabun cuci tangan. Dan bahan praktikum kali ini yaitu Mus musculus.
3.3. Cara Kerja
Dislokasi vertebrae tubuh Mus musculus, kemudian dibedah tubuh M. musculus dengan hati-hati dari kloaka sampai cervix jangan sampai bagian dalam rusak pada saat di bedah. Selanjutnya organ tubuh bagian dalam diamati untuk mengetahui jenis kelamin, sistem pencernaan, sistem organ, kemudian digambar masing-masing bagian tersebut secara morfologi dan anatominya, kemudian tentukan bagian-bagiannya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Morfologi Mamalia
d
a
c
b
Gambar 1. Morfologi Mamalia (a). Caput, (b). Cervix, (c).Truncus, (d). Extremitas
Pada gambar diatas dapat ditemukan bagian – bagian dari mamalia yaitu caput, cervix, truncus, dan extremitas . Pada bagian caput terdapat rima oris, cavum oris, sepasang telinga, dan terdapat juga tulang tempurung kepala. Pada bagian extremitas, tedapat sepasang tangan, dan sepasang kaki, selain itu mencit juga mempunyai ekor. Tubuh pada Mus musculus ditutupi oleh rambut, karena itu merupakan ciri dari kelas mamalia. Selain itu juga ditemukan kelenjar susu (mamae) pada tubuh mencit betina.
Tikus rumah memiliki panjang 65-95 mm dari ujung hidung mereka ke ujung tubuh mereka. Bulu mereka berkisar dalam warna dari coklat muda sampai hitam dan pada umunya memiliki warna putih. Tikus memiliki ekor panjang yang memiliki sedikit bulu dan memiliki deretan lingkaran sisik. Tikus rumah cenderung memiliki panjang bulu ekor lebih gelap ketika hidup erat dengan manusia, mereka berkisar 12-30 gram berat badanya. Banyak bentuk-bentuk domestik tikus telah dikembangkan yang bervariasi dalam warna dari putih menjadi hitam dan dangan bintik-bintik (Pratigno, 1982 ).
4.2 Anatomi Mamalia
4.2.1 Anatomi Sistem Sirkulasi Mamalia
Dari praktikum anatomi Sistem Sirkulasi Mamalia yang kami lakukan, didapatkan hasil sebagai berikut :
a
Gambar 1.Sistem sirkulasi (a) Jantung
Berdasarkan praktikum yang kami lakukakan, kami menemukan organ sirkulasi yaitunya jantung yang berperan untuk memompa dan mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Jantung pada mamalia ini sudah memiliki sekat yang sempurna dan terdiri dari empat ruang, yaitu serambi kanan, serambi kiri, bilik kanan dan bilik kiri. Pengiriman oksigen ke seluruh tubuh akan semakin meningkat karena tidak ada pencampuran yang kaya akan oksigen dengan yang miskin oksigen, jadi lebih sempurna dari reptil.
Peredaran darah mamalia adalah dari paru-paru mengangkut oksigen masuk ke serambi kiri, kemudian ke bilik kiri. Dari bilik kiri darah di pompa keseluruh tubuh melalui aorta. Disel -sel tubuh darah melepaskan O2 dan mengikat CO2. Darah yang mengandung banyak CO2 ini masuk serambi kanan melalui pembuluh balik. Selanjutnya darah masuk bilik kanan, kemudian dipompa masuk ke paru-paru. Didalam paru-paru darah melepaskan CO2 danmengikat O2 (Djuhanda, 1983).
Anatomi Sistem Respirasi Mamalia
a
Gambar 2. Sistem respirasi (a) pulmo
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan, kami menemukan pulmo yang digunakan mamalia pada proses respirasinya. Terdapat sepasang pulmo, yaitu bagian kanan dan kiri tubuh Mus musculus. Pulmo masing masing dibungkus oleh pleura yang terpisah yang diikuti oleh perataan dari diafragma dan elevasi dari tulang-tulang iga (dengan gerakan melengkung keluar). Proses pernapasan dimulai dari rongga hidung, faring, trakea bronkus, bronkiolus, dan alveouls, dialveoluslah terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida.
Udara masuk melalui lubang hidung dan mengalir melalui berbagai ruang di dalam rongga hidung. Rongga hidung mengarah ke arah faring, semacam persimpangan di mana jalur untuk udara dan makanan saling silang. Dari laring, udara lewat ke dalam trakea atau batang tenggorokan. Trakea bercabang menjadi dua bronki, masing-masing menuju ke tiap belahan paru-paru. Di dalam paru-paru bronkus bercabang secara berulang-ulang menjadi pipa yang semakin halus yang disebut bronkiolius. Pada ujungnya, bronkiolus yang paling kecil berakhir dan membentuk sekumpulan kantung udara yang disebut alveoli. Epithelium tipis yang terdiri dari jutaan alveoli di dalam paru-paru berfungsi sebagai permukaan respirasi ( Jasin, 1992).
Anatomi Sistem Pencernaan Mamalia
ab
a
b
c
c
d
d
e
e
f
f
Gambar 3. Sistem pencernaan, (a). esophagus, (b). hepar, (c) . Ventrikulus, (d). Intestinum tenue, (e). Intestinum crasum, (f). Anus
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan sistem pencernaan mamalia terdiri dari kelenjer pencernaan dan organ pencernaan. Kelenjar pencernaan terdiri dari 4 pasang kelenjar ludah: paratiroid, infaorbital, submaksilari, dan sublingual. Terdapat kantung empedu dengan saluran empedu dan saluran getah pankreas yang bermuara dalam duodenum. Sekum berdinding tipis yang panjangnya kira-kira 30 cm, mempunyai appendiks vermiformis yang bentuknya seperti jari. Sedangkan organ pencernaanya terdiri dari mulut, esophagus, ventrikulus, hepar, intestinum tenue, intestinum crasum dan bermuara di anus.
Saluran pencernaan mencit dimulai dari mulut dan berakhir di anus. Saluran pencernaan mencit terdiri dari mulut, kerongkongan atau esophagus, ventrikulus. diteruskan ke usus halus yang terdiri dari duodenum, jejenum, dan ileum. Diteruskan ke secum, kolon, rectum dan berakhir di anus. Mulut adalah organ pertama yang didalamnya terjadi pencernaan secara mekanis dan enzymatic, pencernaan secara mekanis dilakukan oleh gigi, sedangkan pencernaan secara enzymatic dilakukan oleh enzyme pencernaan yang dihasilkan oleh kelenjar saliva. Esophagus atau disebut juga dengan kerongkongan, saluran ini berupa pipa elastic yang dalam pergerakannya menggunakan system kontraksi (Jasin, 1992).
Anatomi Sistem Urogenital Mamalia
a
b
Gambar 4. Sistem urogenital, (a). ovarium, (b). ren
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan kami menemukan organ reproduksi berupa ovarium pada Mus musculus betina, dan testis pada yang jantan. Selain itu juga ditemukan sepasang ren pada sistem urogenitalnya. Ginjal berbentuk seperti biji kacang, ruang ginjal disebut pelvis renalis berhubungan dengan kantung kemih melalui ureter. Dari kantung kemih mengeluarkan uretra yang akan mengeluarkan urin melalui saluran urin. Mamalia dominan sudah memiliki saluran yang terpisah, tidak seperti hewan kelas sebelunya.
Hewan betina memiliki dua ovari yang terletak dibelakang ren. Sebelah lateral dari masing-masing ovarium terdapat pembuluh ostium yang selanjutnya berhubungan dengan saluran silindris oviduct (Tuba falopii). Kedua oviduct itu membentuk saluran yang berdinding tebal yang disebut uterus. Beberapa jenis mamalia masing-masing oviduct menggabungkan diri menjadi satu rongga. Dari uterus itu berjulur saluran yang disebut vagina yang terletak antara vesica urinaria dan rectum dan berakhir pada muara urogenitalis. Di sebelah ventral dari muara urogenitalis terdapat badan kecil yang disebut clitoris yang homolog dengan pennis pada hewan jantan (Ereshenko, 2003).
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum anatomi hewan kelas mamalia maka didapatkan kesimpulan bahwa :
Organ yang dapat diamati adalah sistem pencernaan , sistem urogenital, sistem respirasi, sistem sirkulasi.
Sistem pencernaan, pernapasan, reproduksi, rangka pada mencit menyerupai manusia.
Tubuh mencit putih (Mus musculus) ditutupi oleh rambut dan ada kelenjar mamae.
Saran
Adapun saran untuk praktikum kali ini yaitu, praktikan haruslah disiplin dengan waktu, praktikan hendaknya hati-hati pada saat membedah objek agar organ dalam tidak rusak, dan praktikan hendaknya menggunakan alat dan bahan yang representative agar mempermudah proses pelaksanaan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Brotowidjoyo, M.1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Djuhanda, T. 1983. Anatomi dari Empat Spesies Hewan Vertebrata. Bandung
:Armico.
Eroschenko. 2003. Anatomi dan Histologi. New York:Mc.Graw Hill Companies
Inc.
Jafnir. 1985. Pengantar Anatomi Hewan Vertebrata. Padang:Univesitas Andalas.
Jasin, M. 1992. Zoologi Vertebrata Untuk Perguruan Tinggi. Surabaya:Sinar
Jaya.
Kimball, J,W. 1999. Biologi edisi kelima jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Mattison, C. 2008, Ensiklopedia Dunia Hewan, Jakarta : Lentera Abadi.
Mukayat, D. 1990, Zoologi Dasar, Yogyakarta : Erlangga.
Pratigno, S. 1982. Makhluk Hidup II.Jakarta:Intan Prawira.
Radiopoetra. 1997. Zoologi Vertebrata. Jakarta: Erlangga.
Sukiya. 2001, Biologi Vertebrata, Yogyakarta : JICA.
Widowati,H. 2005.Zoologi Vertebrata. Metro : UM Metro
Yatim, W. 1985. Biologi Jilid II. Tarsito: Bandung
ANATOMI OTAK VERTEBRATA
LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI HEWAN
"ANATOMI OTAK VERTEBRATA"
OLEH :
KELOMPOK 5 B
ANGGOTA : 1. AL-QADRI PUTRA M. (1110423016)
2. NURWISMA (1310421006)
3. SITI AISYAH (1310421026)
4. QORIATUL HUSNAH (1310421046)
5. PRATIWI MUTIAH PUTRI (1310422010)
6. FATHYA ANNISA (1310422046)
ASISTEN : DWIYANTO
LABORATORIUM TEACHING II
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2014
I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anatomi berasal dari bahasa yunani yang tersusun dari kata ana yang artinya susunan dan tome yang berarti memotong. Sehingga anatomi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari dan berhubungan dengan struktur dan organisasi dari makhluk hidup atau bisa dikatakan pula bahwa anatomi adalah ilmu yang mempelajari struktur tubuh baik itu manusia, hewan maupun tumbuhan dengan cara menguraikan tubuh menjadi bagian yang lebih kecil ke bagian yang paling kecil, dengan cara memotong atau mengiris tubuh kemudian diangkat dan dipelajari struktur tubuhnya (Radiopoetra, 1997).
Otak adalah pusat sistem saraf yang mengatur serta mengkoordinasikan sebagian gerakan, perilaku dan fungsi tubuh homeostasis seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh. Otak terbentuk dari glia yang berfungsi untuk menunjang serta melindungi neuron, serta neuron yang fungsinya membawa informasi. Neuron otak mengandung dua jenis asam lemak yaitu asam arakidonat (AA) dan asam dokosaheksaenoat (DHA). Dilihat dari segi anatomi nya, otak pada vertebrata dibagi menjadi 3 bagian yaitu prosencephalon (otak depan), dimana prosencephalon ini terdiferensiasi menjadi diencephalon dan telencephalon, lalu ada mesencephalon (otak tengah) dan rhombencephalon (otak belakang), dimana rhombencephalon terdiferensiasi menjadi metencephalon dan myelencephalon. Selain itu, otak juga terdiri dari cereberum, cerebellum dan batang otak (Campbell, 2000).
Otak besar merupakan bagian depan yang paling menonjol dari otak depan, pada otak ini terdiri dari dua belahan yaitu belahan kiri dan belahan kanan yang setiap belahannya berfungsi mengatur dan melayani tubuh yang berlawanan, sedangkan belahan kiri berfungsi mengatur tubuh bagian kanan dan sebaliknya. Tiap belahan otak depan terbagi menjadi empat lobus yaitu frontal, pariental, okspital, temporal. Untuk lobus frontal berkaitan dengan kemampuan bahasa, untuk lobus pariental berkaitan dengan sensor perasa, lobus temporal berhubungan dengan kemampuan pendengaran dan lobus oksipital berhubungan dengan rangsangan visual (Brotowidjoyo, 1990).
Korteks otak besar merupakan lapisan tipis yang berwarna abu-abu. Lapisan korteks terdapat berbagai macam pusat saraf yang mengendalikan ingatan, perhatian, persepsi, pertimbangan, bahasa dan kesadaran. Ganglia dasar merupakan lapisan yang berwarna putih yang banyak mengandung serabut saraf yang mempunyai fungsi penting dalam semua aktivitas tubuh. Otak tengah adalah bagian otak yang mempunyai struktur tektum, terdiri dari 2 pasang colliculi yang disebut corpora quadrigemia. Otak belakang meliputi jembatan Varol, sumsum lanjutan dan otak kecil yang ke tiganya membentuk batang otak. Pada vertebrata mempunyai berbagai macam bentuk dan ukuran otak tergantung dari jenis hewannya (Djuhanda, 1982).
Pada Pisces, sistem nervosum terbagi menjadi bagian cranial dan caudal, pada bagian pokoknya berbentuk suatu pipa yang buntu pada kedua ujung dan terdiri atas encephalon yang letaknya pada neurocranium, dan medulla spinalis. Systema nevosum periphericum terdiri atas nervi yang keluar dari system nevosum centrale. Processus falsiformis merupakan tonjolan dari chorioridea dekat tempat dimana n. Opticus meninggalkan bulbus oculi, yang menembus retina dan menuju ke lens crystallina. Pada ujungnya terdapat campaluna halleri yang terdiri atas otot polos yang melekat pada lens crystallina. Ikan tidak mempunyai kelopak mata, tetapi cornea di tutup oleh kulit yang transparan (Prawiro, 1999).
Pada Amphibi, system nevosum centrale dan system nevosum periphericum. System nevosum centrale terdiri atas encephalon dan medulla spinalis, encephalon terdapat dalam neurocranium dan medulla spinalis dan terdapat di dalam canalis vertebralis, yang di bentuk oleh deretan arci neuralis. System nevosum periphericum terdiri dari nervi sphinales, yang berpusat pada medulla spinalis dan nervi cranialis yang berpusat pada encephalon (Djuhanda, 1983).
Pada reptilia, system nervosum pada facies dorsalis enchephalon dapat kita lihat sepasang hemipherium cerebri yang relatif besar.Bagian cranial dari hemispherium cerebri ini menyempit membentuk lobus olfactorius dan berakhir sebagai bulbus olfactorius yaang membesar. Lobus opticus bagian cranial tertutup sedikit oleh hemipherium cerebri bagian caudal. Lobus opticus ini terbagi oleh sulcus medianus menjadi corpora bigemina. Cerebellum relatif kecil, terletak caudal dari mecenphalon. Nervi cranialis pada hewan ini berjumlah 12 pasang terutama berasal dari mesencephalon dan metencephalon (Kimball, 1992).
Pada aves, system nevosum ini terdiri atas system nervosum centrale yang di bagi menjadi encephalon dan medulla spinalis, serta system nervosum periphericuus yang terdiri dari nervicraniales dan nervi spinalis. Ujung Telencephalon mengadakan penonjolan sepasang dan disebut bulbus olfaktorius. Hemipherium cerebri, luas terdiri terutama dari corpora striata yang massif dan kompleks. Korteks hemispherium cerebri ini menyerupai korteks reptilia yang merupakan daerah pallium. Hemispherium cerebri ini tumbuh kuat ke caudal sehingga mendesak lobus opticus ke arah luar, dan bertemu dengan cerebellum yang juga ke cranial (Yaasin, 1984).
Pada mamalia metencephalon tidak hanya berkembang menjadi cerebellum, tetapi juga menjadi pons. Pada dinding dorsal mesencephalon berkembang menjadi lamina quadrigemina, dimana terdapat sepasang colliculi inferiores dan sepasang colliculi superiors. Dinding ventral mesencephalon berkembang menjadi pedunculus cerebri. Dinding lateral bagian dorsal diencephalon menebal menjadi thalamus opticus, dinding lateral bagian ventral dan dinding ventral menjadi hypothalamus. Pada dinding dorsal bagian caudal terjadi satu tonjolan ialah epiphysis sedangkan pada dinding ventral bagian cranial terjadi satu tonjolan adalah hypophysis. Telencephalon sebagian besar telah berkembang menjadi hemispherium cerebri (Radiopoetra,1997).
Praktikum ini dilakukan dengan dilatar belakangi oleh kurangnya pengetahuan para praktikan tentang anatomi otak, terutama pada vertebrata yang masing-masing kelas dari vertebrata tersebut mempunyai bentuk dan fungsi otak yang berbeda-beda.Agar kita dapat melihat secara langsung bagian-bagian anatomi dari otak tersebut, maka dilakukanlah praktikum kali ini yang berjudul anatomi otak vertebrata.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah agar praktikan mampu memahami, menjelaskan tentang anatomi otak dari masing-masing kelas pada vertebrata serta dapat membandingkan perkembangan otak dari masing-masing kelas tersebut.
II.TINJAUAN PUSTAKA
Otak encephalon adalah pusat sistem saraf central nervous system, pada vertebrata dan banyak invertebrata lainnya. Otak manusia adalah struktur pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar 1.350cc dan terdiri atas 100 juta sel saraf atau neuron. Otak mengatur dan mengkordinir sebagian besar, gerakan, perilaku dan fungsi tubuh homeostasis seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh. Otak manusia bertanggung jawab terhadap pengaturan seluruh badan dan pemikiran manusia. Oleh karena itu, terdapat kaitan erat antara otak dan pemikiran.Otak dan sel saraf didalamnya dipercayai dapat memengaruhi kognisi manusia. Pengetahuan mengenai otak memengaruhi perkembangan psikologi kognitif. Otak juga bertanggung jawab atas fungsi seperti pengenalan, emosi, ingatan, pembelajaran motorik dan segala bentuk pembelajaran lainnya (Campbell, 2000).
Otak terbentuk dari dua jenis sel: glia dan neuron. Glia berfungsi untuk menunjang dan melindungi neuron, sedangkan neuron membawa informasi dalam bentuk pulsa listrik yang di kenal sebagai potensi aksi. Mereka berkomunikasi dengan neuron yang lain dan keseluruh tubuh dengan mengirimkan berbagai macam bahan kimia yang disebut neurotransmiter. Neurotransmiter ini dikirimkan pada celah yang dikenal sebagai sinapsis. Avertebrata seperti serangga mungkin mempunyai jutaan neuron pada otaknya, vertebrata besar bisa mempunyai hingga seratus miliar neuron (Eroschenko, 2003).
Otak terdiri dari tiga bagian yaitu otak besar, otak kecil, dan batang otak.Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan manusia dengan binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan visual. Kecerdasan intelektual atau IQ juga ditentukan oleh kualitas bagian ini. Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-masing adalah: Lobus Frontal, Lobus Parietal, Lobus Occipital dan Lobus Temporal(Brotowidjoyo, 1990).
Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum. Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit. Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara. Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata (Yatim, 1987).
Menurut Brotowidjoyo (1990), cerebrum (otak besar) juga bisa dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Kedua belahan itu terhubung oleh kabel-kabel saraf di bagian bawahnya.Secara umum, belahan otak kanan mengontrol sisi kiri tubuh, dan belahan otak kiri mengontrol sisi kanan tubuh. Otak kanan terlibat dalam kreativitas dan kemampuan artistik. Sedangkan otak kiri untuk logika dan berpikir rasional.
Otak kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan ujung leher bagian atas.Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya:mengatur sikap atau posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya. Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya atau tidak mampu mengancingkan baju (Djuhanda, 1982).
Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight (lawan atau lari) saat datangnya bahaya. Batang otak dijumpai juga pada hewan seperti kadal dan buaya. Oleh karena itu, batang otak sering juga disebut dengan otak reptilia.Otak reptilia mengatur "perasaan teritorial" sebagai insting primitif. Contohnya akan seseorang merasa tidak nyaman atau terancam ketika orang yang tidak kenal terlalu dekat dengan anda (Radiopoetra, 1997).
Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu: Mesencephalon atau otak Tengah (disebut juga Mid Brain) adalah bagian teratas dari batang otak yang menghubungkan otak besar dan otak kecil. Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran. Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya.Medulla mengontrol funsi otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak bersama dengan formasi reticular.Pons yang menentukan apakah terjaga atau tertidur (Sukiya, 2001).
Otak ikan dapat dibagi menjadi lima bagian yaitu telencephalon, diencephalon,mesencephalon, metencephalon, myelencephalon. Otak ikan yang belum sempurna pada waktu embrio terdiri dari tiga bagian yaitu procencephalon, mesencephalon dan rhombencephalon.Epithalamus adalah bagian yang nampak pada dorsal dari otak.Struktur yang paling nyata ialah dua tonjolan dorsal yang tunggal, yaitu epifise (organ pineal) di sebelah belakang dan parafise (organ parapineal) di sebelah depannya.Keduanya tumbuh sebagai evaginasi dari diencephalon embrio (Djuhanda, 1983).
Susunan syaraf pusat katak dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu procencephalon,mecencephalon, rhombencephalon, dan medulla spinalis. Lebih lanjut procencephalon dapat dibagi lagi menjadi dua, yaitu telencephalon dan diencephalon. Telencephalon setelah masa embriona akan berubah menjadi cerebrum. Daerah cerebrum merubah pangkal dari saraf otak I nervus olfaktorius dan saraf otot II nervus optikus. Bagian kulit cerebrum korteks serebri terdiri atas berpuluh-puluh area dengan fungsi yang berbeda-beda, antara lain sebagai pusat sensorik, pusat motorik, pusat asosiasi, pusat kesadaran, pusat penerimaan ransang penglihatan, pusat pengaturan tingkah laku dan pada hewan yang berderajat lebih tinggi, juga merupakan pusat reflek bersyarat (Eroschenko, 2003).
Bagian otak lain berkembang menjadi cerebellum, medula oblongata dan medulaspinalis. Cerebellum merupakan otak pengendali keseimbangan tubuh serta gerakan tubuh. Medulla oblongata mengatur pusat syaraf otonom berupa kendali pernafasan, mengatur system kardiovaskular, fungsi gastrointerstinal, mengatur gerakan tubuh yang stereotipi, keseimbnagan dan gerakan mata, serta medulla spinalis yang terletak memanjang disepanjang tulang belakang memegang kendali refleks tubuh (Prawiro, 1999).
Otak pada reptilia terdiri dari 2 lobus olfaktori yang panjang, hemisfer, 2 lobus optikus, cerebellum, dan medulla oblongata yang melanjut ke korda saraf. Di bawah hemisfer terdapat indundibulum dan hipofisis. Terdapat 12 pasang saraf cranial dan pasangan-pasangan saraf spinal pada tiap somit tubuh. Otak tengah pada amniota adalah sebagai pusat dari aktivitas, tetapi pada reptilia terdapat perubahan cerebrum. Perubahan tersebut akibat perkembangan ukuran dari belahan-belahan otak karena adanya invasi pallium oleh beberapa sel saraf sehingga menjadi bentuk neopallium. Cerebellum reptile relative lebih besar dari pada milik amfibi (Campbell, 2000).
Pada sistem nervosum, encephalon (otak) aves secara relatif lebih besar bila dibandingkan dengan reptilia. Dibagian atas terdapat tiga bagian yang pokok. Pada otak besar tidak banyak mempunyai neuron dan bentuknya juga tidak berlipat-lipat. Otak kecil, pada otak kecil mempunyai perkembangan yang berguna sebagai pengatur keseimbangan pada waktu terbang atau melayang-layang. Otak tengah, pada otak tengah mempunyai perkembangan yang berguna sebagai fungsi penglihatan dan bagian sumsum lanjutan (Kimball, 1992).
Saraf pada mamalia terutama Mus musculus dan merupakan organ yang sangat kompleks. Tertutup dalam tempurung kepala, ia memiliki struktur umum yang sama seperti otak dengan mamalia lainya. Pada mamalia memiliki ukuran cerebrum yang lebih besar dibandingkan kelas lainnya. Sebagian besar ekspansi berasal dari cerebral korteks, lapisan berbelit-belit dari jaringan saraf yang menutupi permukaan otak depan. Terutama diperluas adalah lobus frontal, yang terlibat dalam fungsi eksekutif seperti pengendalian diri, perencanaan, penalaran, dan berpikir abstrak (Yatim, 1987).
III.PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Anatomi hewan (Anatomi Otak Vertebrata) ini dilaksanakan pada hari senin, 19 Mei 2014, Jam 08.00 WIB di Laboratorium Pendidikan II Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan untuk Praktikum Anatomi Otak Vertebrata ini antara lain tissu gulung, gunting bedah, pinset, cutter, masker, sarung tangan, steroform, jarum pentul, bak bedah, sabun cair, buku gambar, alat-alat tulis dan killing botle. Sedangkan bahan yang digunakan untuk praktikum anatomi otak vertebrata ini adalah Oreochromis niloticus, Fejevarya cancrivora, Mabouya multifasciata, Galus galus dan Mus musculus.
3.3 Cara Kerja
Pada Praktikum Anatomi Otak Vertebrata ini, adapun cara kerjanya adalah pertama bedah masing-masing objek dengan hati-hati lalu otak pada masing-masing objek tersebut dikeluarkan dengan hati-hati agar tidak pecah, kemudian otak yang telah dikeluarkan tadi disusun diatas steroform berdasarkan kelasnya dari pisces, amphibi, reptilia, aves dan mamalia. Selanjutnya masing-masing otak pada tiap kelas diamati dan dibandingkan.Lalu anatomi otak pada tiap objek digambar pada buku gambar.
V.HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 Anatomi Otak Pisces
Gambar 1. Otak Pisces (a) Optic lobe, (b) Cerebellum, (c) Cerebrum, (d) Brainsteim, (e) Bulbus olfaktorius
Pada praktikum kali ini, yang berjudul anatomi otak vertebrata, digunakan 5 objek sekaligus yang mana kelima objek itu adalah Oreochromis niloticus, Fejevarya cancrivora, Mabouya multifasciata, Galus galus dan Mus musculus. Dimana masing-masing objek ini mewakili kelima kelas dari hewan vertebrata yaitu kelas pisces, amphibi, reptilia, aves dan mamalia.Di praktikum ini didapatlah hasil-hasil yang sangat bagus dan dapat terlihat dengan jelas bagian-bagian dari masing-masing otak pada setiap objek yang ada.
Dari praktikum ini, objek pertama yang dibedah adalah kelas pisces yaitu Oreochromis niloticus. Dan hasil yang didapatkan dari praktikum ini bisa dilihat pada gambar 1.Pada gambar 1 ini dapat dilihat anatomi otak daripada kelas pisces, dimana dapat terlihatlah bagian-bagian dari anatomi otak yaitu optic lobe, cerebellum, cereberum, brain steim dan bulbus olfaktorius.Pada hasil praktikum yang didapat, ukuran cereberum(otak besar) lebih besar dari pada ukuran cerebellum (otak kecil) serta brain steim memiliki bentuk yang lonjong dan berukuran lebih panjang dari bagian yang lainnya. Untuk optic lube terletak dibawah cerebellum sedangkan bulbus olfaktorius terletak paling ujung dari bagian otak pada kelas pisces ini.
Otak pada ikan dapat dibagi menjadi 5 bagian yaitu telencephalon, mesencephalon, metencephalon dan myelencephalon. Telencephalon (otak bagian depan) dibentuk oleh serebral hemisfer dan rhinecephalon sebagai pusat hal-hal yang berhubungan dengan pembauan. Pada telencephalon ini terdapat juga bagian dari otak ikan yang disebut bulbus olfaktorius atau bagian yang berhubungan dengan penciuman. Dengan adanya bulbus olfaktorius pada ikan, hal inilah yang menjadikan ciri khas anatomi otak pada kelas pisces tersebut sebab pada ikan, bulbus olfaktorius ini adalah bagian yang paling menonjol dan berkembang dibandingkan yang lainnya. Pada ikan yang mengutamakan pembauan untuk mencari mangsanya, otak bagian depan ini menjadi lebih berkembang (Campbell, 2000).
Diencephalon terletak pada bagian belakang telencephalon. Mesencephalon (otak bagian tengah), pada semua vertebrata memiliki atap berupa sepasang optic lobe yang bertindak sebagai pusat penglihatan.Optic lobe ini merupakan dinding dorsal diencephalon yang menebal dan menjadi dua buah tonjolan.Optic lobeini terdiri dari tectum opticum yang merupakan bagian atas dan tegmentumyang merupakan bagian bawah. Pada mesencephalon terdapat bagian menonjol yang disebut cerebellum atau lebih dikenal sebagai otak kecil, dimana fungsicerebellum ini mengatur kesetimbangan tubuh dalam air, mengatur tegangan otot dan daya orientasi terhadap ruang (Radiopoetra, 1997).
Sebagaimana yang kita ketahui, ikan merupakan vertebrata yang paling rendah derajatnya dibandingkan vertebrata lain. Ikan merupakan hewan yang memerlukan kemampuan bergerak yang memadai untuk menghindar dari musuh dan menangkap mangsa.Selain itu, ikan dituntut juga memiliki keseimbangan yang bagus seperti yang telah disebutkan diatas tadi, maka dari itu ikan memiliki perkembangan cerebellum yang lebih baik.
Myelencephalon, bagian otak paling belakang dengan membran oblangata sebagai komponen utamanya.Komponen ini merupakan pusat untuk menyalurkan rangsangan keluar melalui saraf cranial.Selain itu, bagian dari otak ikan yang lain adalah cerebrum atau lebih dikenal dengan otak besar, dimana otak besar ini memiliki fungsi sebagai pusat persyarafan yang menangani aktivitas mental, akal, keinginan serta pusat menangis, buang air besar dan buang air kecil (Prawiro, 1999).
4.2 Anatomi Otak Amfibi
Gambar 2. Otak Amfibi (a) Cerebellum, (b) Cereberum, (c) Bulbus olfaktorius
Dari praktikum ini, hasil kedua yang didapat adalah anatomi otak pada kelas amfibi, dimana objek yang digunakan adalah Fejevarya cancrivora. Pada hasil yang bisa dilihat pada gambar 2, didapatlah 3 bagian dari otak pada katak yaitu cerebellum, cereberum dan bulbus olfaktorius. Ketiga bagian ini terlihat cukup jelas perbedaannya masing-masing. Dari gambar 2, dapat terlihat bahwa cerebellum atau otak kecilnya terletak diantara bulbus olfaktorius dan cereberum, dan cerebellum ini bentuknya agak halus dibandingkan 2 bagian yang lainnya.
Menurut Yaasin (1984), sistem saraf pada amfibi terdiri atas sistem saraf sentral dan sistem saraf periforium. Sistem saraf sentral terdiri dari encephalon (otak) dan medulla spinalis. Encephalon terdapat pada kotak otak (cranium). Pada sebelah dorsal akan tampak dua lobus olfaktorius (sebagai pusat penciuman) menuju saccus nasalis, dua hemisperiumcerebri atau cereberum, sedangkan bagian anteriornya tergabung dengan diencephalon medialis. Dibagian belakang terdapat dua bulatan optic lobe yang ditumpuk otak tengah dan sebelah bawahnya merupakan cereberum.
Untuk cerebellum dan cereberum pada semua vertebrata umumnya memiliki fungsi yang sama. Sedangkan untuk bulbus olfaktorius atau sering dikenal dengan alat penciuman atau pembau ini terdapat didalam sepasang rongga, masing-masing mempunyai 2 buah lubang yaitu nares anterior yang menghubungkan dengan lingkungan luar dan nares posterior yang menghubungkan dengan cavum oris (Radiopoetra, 1997).
Pada katak bagian yang paling berkembang dan menonjol adalah pusat penglihatannya (optic lobe), hal inilah yang dapat menjadi faktor pembeda anatomi otak amfibi dengan anatomi otak kelas vertebrata lainnya. Oleh karena itu, bagian otak secara keseluruhan hanya berbentuk memanjang sebab bagian otak kecilnya (cerebellum) tidak begitu berkembang. Selain itu, pada hasil yang didapat tidak didapatkan adanya optic lobe, hal ini dikarenakan kekurang hati-hatiannya praktikan dalam membedah objek.
4.3 Anatomi Otak Reptilia
Gambar 3. Otak Reptilia (a) Optic lobe, (b) Cerebellum, (c) Cereberum, (d) Brain steim, (e) Bulbus olfaktorius
Hasil ketiga yang didapat dari praktikum ini adalah anatomi otak pada kelas reptilia, dengan menggunakan objek Mabouya multifasciata, dimana terdapat bagian-bagian sebagai berikut yaitu optic lobe, bulbus olfaktorius, cerebellum, cereberum dan brain steim, seperti yang bisa dilihat pada gambar 3, dimana letak dari bagian-bagian yang telah disebutkan tadi dapat terlihat dengan jelas. Bukannya hanya letaknya saja, tetapi bentuk dari tiap bagian juga dapat terlihat walaupun kurang cukup jelas. Ukuran dari cereberum ini juga ternyata memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan cerebellum dan bagian yang lainnya.
Pada kelas reptilia ini, dimana reptilia mempunyai susunan saraf yang serupa dengan susunan saraf pada aves. Otak pada reptilia ini juga terdiri atas 4 bagian sama seperti vertebrata yang lainnya, tetapi yang membedakan hanyalah terdapatnya tonjolan cereberum (otak besar) yang berkembang dengan baik sehingga pusat saraf penciuman atau pembau jelas kelihatan, dimana pusat pembau ini dikenal dengan nama bulbus olfaktorius. Cereberum ini meluas ke atas sehingga menutupi otak tengah serta bagian otak-otak yang lainnya kurang berkembang jika dibandingkan dengan otak pada aves ( Sukiya, 2001).
Menurut Radiopoetra (1997), pada encephalon (otak) dapat dilihat sepasang hemispherium cerebri yang relatif besar. Bagian cranial dari hemisperium cerebri ini menyempit membentuk lobus olfaktorius yang ke arah rostral melanjutkan diri sebagai tractus olfaktorius dan berakhir sebagai bulbus olfaktorius yang membesar. Optic lobe (mesencephalon) bagian cranial tertutup sedikit oleh hemisperium cerebri bagian caudal. Sedangkan cerebellum pada reptilia ini memiliki ukuran yang relatif kecil, terletak caudal dari mesencephalon. Bagian encephalon yang paling caudal adalah medula oblangata yang melanjutkan diri ke caudal ke dalam canalis vertebralis sebagai medulla spinalis.
4.4 Anatomi Otak Aves
Gambar 4. Otak Aves (a) Bulbus olfaktorius, (b) Cerebellum, (c) Cereberum, (d) Optic lobe
Pada praktikum ini, dengan objek Gallus gallus diamati anatomi otaknya dan hasil dari anatomi otak pada Gallus gallus ini dapat dilihat pada gambar 4. Dari gambar 4, terlihat dimana bagian-bagian dari otak daripada aves ini adalah bulbus olfaktorius, cerebellum, cereberum dan optic lobe. Hasil yang didapat untuk objek yang keempat ini kurang terlihat dengan jelas bagian-bagian tersebut dan perbedaan dari bagian-bagian itu, tetapi setidaknya masih bisa sedikit diketahui bagian-bagian seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
Aves adalah kelas vertebrata yang merupakan hewan aktif yang banyak melakukan pergerakan serta memiliki keseimbangan yang bagus terutama pada saat terbang. Beberapa hewan dari kelas ini juga memiliki ketajaman penglihatan yang bagus. Karena itu pusat koordinasi gerak dan keseimbangan berkembang baik pada kelas aves ini. Hal ini dapat terlihat dari adanya lekukan-lekukan pada otak kecil atau cerebellum yang menjadikan volume otak kecilnya menjadi lebih besar.
Susunan saraf pada kelas ini serupa dengan susunan saraf pada mamalia. Semua aktivitas saraf diatur oleh susunan saraf pusat yang terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Otak pada kelas aves ini terdiri dari beberapa bagian yaitu procencephalon (telencephalon dan diencephalon), mesencephalon dan rhombencephalon. Selain otak kecil atau cerebellum yang berkembang dengan baik pada kelas ini, ternyata cereberumnya atau otak besarnya juga berkembang dengan cukup baik. Cereberum pada kelas ini berbeda pula dengan cereberum pada kelas mamalia(Kimball, 1992).
Permukaan cereberum nya tidak berlipat-lipat sehingga jumlah neuron tidak banyak. Otak tengahnya berkembang membentuk 2 gelembung, perkembangan ini berhubungan dengan fungsi penglihatannya. Sedangkan untuk cerebellumnya mempunyai banyak lipatan yang memperluas permukaannya sehingga dapat menampung neuron cukup banyak. Pada kelas ini, bagian yang paling menonjol yang dapat membedakannya dari vertebrata yang lainnya adalah optic lobenya atau pusat penglihatannya (Yatim, 1987).
4.5 Anatomi Otak Mamalia
Gambar 5. Otak Mamalia (a) Cerebellum, (b) Cereberum, (c) Mesencephalon,
(d) Bulbus olfaktorius
Dari praktikum ini, hasil terakhir yang didapat adalah anatomi otak pada mamalia, dengan objeknya adalah Mus musculus. Pada gambar 5 dapat terlihat bagian-bagian dari otak pada mamalia ini, dimana bagian tersebut adalah cerebellum, cereberum, bulbus olfaktorius dan mesencephalon. Bagian-bagian ini dapat terlihat dengan cukup jelas pada gambar 5, dan dapat juga dibedakan dari keempat bagian tersebut.
Sistem saraf pada mamalia, secara umum memiliki tingkat perkembangan yang lebih tinggi dari kelas lainnya. Cereberum berukuran lebih besar dibandingkan vertebrata yang lainnya, hal ini bisa dilihat pada gambar 5 dan dibandingkan dengan gambar-gambar sebelumnya. Selain itu, cereberum juga berukuran lebih besar dibandingkan keseluruhan bagian otak yang lainnya. Cerebellum juga memiliki ukuran yang cukup besar dan berlobus lateral 2 buah.
Optic lobe ada 4 buah, setiap bagian lateralnya dibagi oleh alur transversal menjadi lobus anterior dan posterior. Otak (encephalon) terdiri dari beberapa bagian yang hampir sama dengan vertebrata yang lainnya, seperti prosencephalon, optic lobe, metencephalon, cerebellum, cereberum dan medulla oblangata. Metencephalon tidak hanya berkembang menjadi cerebellum, tetapi juga menjadi pons. Dinding dorsal mesencephalon berkembang menjadi lamina quadrigemina, dimana terdapat sepasang colliculi inferiores dan sepasang colliculi superiores. Dinding ventral mesencephalon berkembang menjadi pedunculus cerebri (Radiopoetra, 1997).
V.PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun yang didapat pada praktikum anatomi otak vertebrata ini adalah:
Semua vertebrata memiliki 3 bagian penyusun otak yaitu cereberum, cerebellum dan batang otak
Semua vertebrata memiliki bagian-bagian otak berupa prosencephalon (telencephalon dan diencephalon), mesencephalon dan rhombencephalon
Pada kelas pisces, bagian yang paling berkembang dan menonjol adalah bulbus olfaktorius (pusat penciuman atau pembau)
Pada kelas amphibi, bagian yang paling menonjol adalah optic lobe nya (pusat penglihatan)
Pada kelas reptilia, bagian yang paling berkembang sama seperti pada kelas pisces yaitu bulbus olfaktorius, tetapi yang membedakan adalah otak pada reptilia bentuknya memanjang kearah depan
Pada kelas aves, bagian yang paling menonjol dan berkembang adalah optic lobe nya, serta memiliki cerebellum yang berukuran lebih besar karena adanya lekukan-lekukan pada cerebellum tersebut
Pada kelas mamalia, perkembangan otaknya sudah lebih tinggi dibandingkan dengan vertebrata yang lainnya dan memiliki cereberum yang berukuran lebih besar dibandingkan vertebrata yang lain
5.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya:
Serius dan konsentrasi saat praktikum
Selalu bersihkan alat-alat praktikum setelah selesai praktikum
Selalu gunakan masker dan sarung tangan saat praktikum
DAFTAR PUSTAKA
Brotowidjoyo, M. 1990. Zoologi Dasar. Jakarta:Erlangga.
Campbell. 2000. Biologi Kelima Jilid 3. Jakarta:Erlangga.
Djuhanda, T. 1982. Analisa Struktur Vertebrata Jilid 1. Bandung:Armico.
. 1983. Anatomi dari Empat Spesies Hewan Vertebrata. Bandung
:Armico.
Eroschenko. 2003. Anatomi dan Histology. New York:Mc.Graw Hill Companies.
Kimball, J. 1992. Biologi Jilid 3. Jakarta:Erlangga.
Prawiro, A. 1999. Biologi I. Semarang:Kareng Asem.
Radiopoetra. 1997. Zoologi Dasar. Jakarta:Erlangga.
Sukiya. 2001. Biologi Vertebrata. Yogyakarta:Universitas Negeri Yogyakarta.
Yaasin, M. 1984. Zoologi Vertebrata. Surabaya:Sinar Wijaya.
Yatim, W. 1987. Biologi. Bandung:Tarsito.
HISTOLOGI PENCERNAAN
LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI HEWAN
"HISTOLOGI PENCERNAAN"
OLEH :
KELOMPOK 5 B
ANGGOTA : 1. AL-QADRI PUTRA M. (1110423016)
2.NURWISMA (1310421006)
3. SITI AISYAH (1310421026)
4. PRATIWI MUTIAH PUTRI (1310422010)
5. QORIATUL HUSNAH (1310421046)
6. FATHYA ANNISA (1310422046)
ASISTEN : DWIYANTO
LABORATORIUM TEACHING II
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2014
I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semua organisme hidup memerlukan nutrisi yang berasal dari lingkungannya agar tetap bertahan hidup. Selain untuk sumber energi, nutrisi digunakan sebagai bahan mentah untuk sintesis komponen-komponen essensial (anabolisme) yang dibutuhkan sel dalam melakukan fungsinya. Maka dari itu kita harus mengetahui bagaimana sistem pencernaan pada tubuh makhluk hidup terutama pada vertebrata tetapi tidak hanya sistem pencernaannya saja melainkan histologi pencernaannya juga harus diketahui dan dipahami.
Histologi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang struktur jaringan secara detail dengan menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis. Histologi dapat juga disebut ilmu anatomi mikroskopis. Histologi sangat berguna dalam mempelajari fungsi fisiologi sel-sel dalam tubuh baik manusia, hewan dan tumbuhan(Bevelander,1988).
Sedangkan sistem pencernaan adalah sistem yang berfungsi untuk melakukan proses makanan sehingga dapat diserap dan digunakan oleh sel-sel tubuh baik secara fisika maupun kimia. Jadi histologi pencernaan adalah salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang struktur jaringan pada sistem pencernaan.
Sistem pencernaan itu sendiri memiliki serangkaian organ berbentuk buluh dengan kelenjar, dimana kelenjarnya ini melaksanakan fungsi utama untuk memecah makanan yang masuk menjadi unit-unit kecil, agar dapat diserap ke dalam jaringan untuk mempertahankan kehidupan organisme.Adaptasi morfologik untuk tugas-tugas khusus ini adalah khas bagi sistem pencernaan pada banyak jenis hewan peliharaan. Beberapa variasi dalam bentuk gigi, lambung dan usus besar adalah akibat dari variasi makanan yang dikonsumsi. Lambung depan pada ruminansia, sekum serta kolon kuda yang meluas mencerminkan variasi structural yang menjamin pelaksanaan pencernaan makanan berupa rumput kasar, sedangkan gigi karnivora yang runcing dan kokoh adalah sebagai adaptasi terhadap makanan berupa daging, tulang yang perlu dikoyak serta dikerkah(Dellmann, 1992).
Menurut Bevelander (1988), sistem pencernaan yang terdiri dari organ-organ berbentuk buluh memiliki pola struktur umum. Pengenalan pola umum ini dirasakan sangat menolong dalam memahami ciri-ciri khas tiap organ. Pada dasarnya sistem pencernaan dibagi menjadi 2 yaitu tractus digestivus (saluran pencernaan) dan glandula digestoria (kelenjar pencernaan).Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan (pengunyahan, penelanan dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang terbentang mulai dari mulut sampai anus. Selain iu, saluran pencernaan adalah suatu pipa berongga yang berjalan dari rongga mulut sampai anus dengan moodifikasi pada berbagai bagiannya tetapi dalam keseluruhannya terdiri dari 4 selaput atau lapisan yaitu: mukosa, submukosa, muskularis dan adventitia atau serosa.
Saluran pencernaan meliputi rongga mulut, esophagus, ventrikulus (lambung), intestenum tenue (usus halus), intestenum crassum (usus besar) dan anus. Sedangkan untuk kelenjar pencernaan itu sendiri meliputi hepar (hati), pancreas dan vesica fellea (kantung empedu).
Pada dasarnya sistem pencernaan makanan terjadi disepanjang saluran pencernaan dan dibagi menjadi 3 bagian yaitu proses penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut hingga lambung. Selanjutnya adalah proses penyerapan sari-sari makanan yang terjadi didalam usus. Kemudian proses pengeluaran sisa-sisa makanan melalui anus.
Sistem pencernaan makanan berhubungan dengan penerimaan makanan sehingga zat makanan siap memasuki proses metabolisme didalam sel tubuh. Selama dalam proses pencernaan makanan dihancurkan menjadi zat-zat sederhana dan diserap oleh usus halus kemudian digunakan oleh sel tubuh.
Maka dari itu sistem pencernaan ini merupakan salah satu sistem terpenting tubuh, dimana tubuh kita dapat tumbuh dan berkembang juga dipengaruhi dari proses kerja organ-organ sistem pencernaan. Selain itu, kurangnya pengetahuan praktikan tentang struktur jaringan yang ada pada sistem pencernaan itu sendiri juga melatar belakangi diadakannya praktikum tentang histologi pencernaan ini.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum tentang histologi pencernaan ini adalah agar praktikan mampu memahami, menjelaskan tentang histologi pencernaan terutama pada vertebrata.
II.TINJAUAN PUSTAKA
Sistem pencernaan memiliki serangkaian organ berbentuk buluh dengan kelenjarnya melaksanakan fungsi utama memecah makanan yang masuk menjadi unit-unit kecil, agar dapat di serap kedalam jaringan untuk mempertahankan kehidupan organisme. Sedangkan saluran pencernaan adalah suatu pipa berongga yang berjalan dari rongga mulut sampai dubur, dengan modifikasi pada berbagai bagiannya. Secara umum, struktur mum saluran peernaan terdiri dari empat selaput atau lapisan yaitu tunika mukosa, tunika sub mukosa, tunika muskkularis dan tuika serosa atau adventisia(Linda, 1988).
Lapis setelah lumen di sebut tunika mukosa atau selaput lendir. Selaput ini membalut semua organ yang berhubungan dengan dunia luar tubuh, dan dilindungi oleh selapis lender. Selaput lendir (mukosa) terdiri dari epitel lamina propia dan lamina muskularis mukosa. Disin dapat di uraikan bahwa tunika mukosa terdiri dari epitel pembatas, lamina propia ( jaringa ikat longgar , pembuluh darah, pembuluh limpa, kelenjar pencernaaan dan jaringan limpoid). Serta tunika muskularis mukosa (lapisan otot polos pemisah mukosa dan submukosa(Purbomartono,1999).
Tunica subbmukosa berbentuk jaringan ikat longgar yang dapat mengandung kelenjar, yang disebut submukosa. Selain jaringan ikat longgar ada juga pembuluh darah, pembuluh limfe, jaringan limpoid, kelenjar pencernaan dan pleksus submukosa meissner. Tunika muskularis terdiri dari otot polos yang berfungsi untuk mendorong isi ke belakang. Gerakan ini disebut peristaltic. Selain itu, terdiri juga atas otot sirkular (bagian dalam ) dan otot longitudinal (bagian luar). Diantara lapisan tersebut terdapat
Tunica serosa atau adventisia tersusun atas jaringan ikat longgar yang dipenuhi pembuluh darah dan sel-sel adipose atau lemak. Organ tubuh yang ada dalam rongga dada, rongga perut dan rongga pericardium dibalut oleh serosa, sedangkan yang ada di luar, misalnya esophagus di daerah leher, tidak dibalut oleh serosa melainkan dibalut oleh adventisia(Gasperz, 1991).
Selanjutnya saluran pencernaan terdiri dari rongga mulut, pharing, esophagus, lambung, usus halus, usus besar dan anus. Rongga mulut dibatasi oleh epitel gepeng berlapis tanduk. Atap mulut tersusun atas palatum keras(palatum durum) dan palatum lunak (palatum molle), keduanya diliputi oleh epitel gepeng berlapis(Fishelson, 1972).
Lidah merupakan organ tubuh berotot kerangka yang dibalut oleh selaput lendir, berfungsi untuk menahan , membantu, mencerna serta menelan makanan. Pada permukaan bawah lidah , membran mukosanya halus, sedangkan permukaan dorsal ireguler diliputi oleh banyak tonjolan- tonjolan kecil yang dinamakan papillae. Terdapat empat jenis papillae yaitu: Papillae filiformis, merupakan bentuk penonjolan langsing dan konis, sangat banyak dan terdapat diseluruh permukaan lidah, epitelnya tidak mengandung puting kecap. Papilalae fungiformis, menyerupai bentuk jamur karena mereka punya tangkai sempit dan permukaan atasnya melebar, papille ini mengandung puting pengecap yang tersebar pada permukaan atas , secara tidak teratur terdapat di sela-sela antara papillae filiformis yang banyak jumlahnya. Papilalae foliate,tersusun sebagai tonjolon –tonjolan yang sangat padat sepanjang pinggir lateral belakang lidah, papillae ini banyak mengandung puting pengecap. Papillae sircumvalata, merupakan papillae yang sangat besar yang permukaannya sangat meluas diatas papillae lain. Papillae sircumulata tersebar pada daerah "V" pada bagian posterior lidah(Dellmann, 1992).
Gigi merupakan struktur yang mengandung kadar mineral tinggi dalam rongga mulut yang berfungsi untuk mengankap, memotong dan melumat makanan. Bagian luar gigi mengandung kadar mineral tinggi , bagian yang mengitari rongga pulpa gigi mengandung jaringan ikat, pembuluh darah dan saraf(Saktiono, 1989).
Pharing merupakan peralihan ruang antara rongga mulut dan sistem pernapasan dan sistem pencernaan, ia membentuk hubungan antara daerah hidung dan laring. Pharing dibatasi oleh epitel berlapis gepeng jenis mukosa kecuali pada daerah-daerah bagian pernapasan yang tidak mengalami abrasi. Pharing mempunyai tonsila yang merupakan sistem pertahanan tubuh(Mahardana, 1979).
Oesophagus merupakan tabung otot yang berfungsi menyalurkan makanan dari mulut ke lambung. Oesophagus di selaputi oleh epitel berlapis gepeng tanpa tanduk. Pada lapisan submukosa terdapat sekelompok kelenjar-kelenjar oesofagcta yang mensekresikan mucus. Pada bagian ujung distal oesophagus, lapisan otot hanya terdiri dari sel-sel otot polos pada bagian tengah campuran sel-sel otot lurik dan polos dan pada ujung proksimal hanya sel-sel otot lurik(Dellmann, 1992).
Lambung merupakan bagian saluaran pencernaan yang mengalami dilatasi khusus untuk mencerna makanan secara enzimatik dan hidrolitik, menjadi bahan nutrisi atau sari makanan. Permukaan lambung ditandai oleh adanya peninggian atau lipatan yang dinamakan rugae. Sejumlah kelenjar-kelenjar kecil yang terletak didalam lamina propia, bermuara kedalam dasar gastric pits atau foveolae gastricae. Lambung secara struktur histologist dibedakan menjadi kardia, korpus, fundus dan pylorus(Dellmann, 1992).
Usus halus meliputi duodenum, jejunum dan ileum. Pencernaan dalam usus atau pemecahan ingesta menjadi bentuk yang siap untuk di serap, dimulai dengan bekerjana enzim pancreas, empedu dan hati serta sekreta kelenjar usus. Peristiwa ini berlangsung sepanjang usus halus. Membran mukosa usus halus menunjukka sederetan lipatan permanen yang disebut plika sirkularis. Pada membran mukosa terdapat lubang kecil yang merupakan muara kelenjar tubulosa simpleks yang dinamakan kelenjar interstinal (kriptus atau kelenjar lieberkuhn). Mukosa usus halus dibatasi oleh beberapa jenis sel yang paling banyak adalah sel epitel toraks, sel paneth dan sel-sel yang mengsekresi polipeptida endokrin(Bevelander, 1988).
Usus besar terdiri atas membran mukosa tanpa lipatan kecuali pada bagian distalnya (rectum) dan tidak terdapat vili usus. Epitel yang membatasi adalah toraks dan mempunyai daerah kutikula tipis. Usus besar terdiri dari sekum, kolon, rectum dan anus. Usus besar ini merupakan tempat aktivitas mikroba yang bereaksi pada ingesta, penyerapan air, vitamin, elektrolit serta sekresi lendir.Anus merupakan segmen terminal saluran pencernaan. Pada garis anoerkal, epitel silindris sebaris rectum secara mendadak berubah menjadi epitel pipih banyak lapis tidak bertanduk.Selanjutnya untuk glandula digestoria (kelenjar pencernaan) terdiri dari hepar, vesica fellea dan pancreas. Hepar merupakan kelenjar tubuh yang paling besar dank has karena memiliki multifungsi kompleks, misalnya ekskresi (metabolit), sekresi (empedu), penyimpanan (lipid, vitamin A dan B, glikogen), sintesis (fibrinogen, globulin, albumin, protrombin), fagositosis(benda asing), detoksikasi (obat yang larut dalam lipid), konjugasi (zat beracun, hormone steroid) , esterifikasi (asam lemak bebas menjadi trigliserida), metabolism (protein, hidrat arang, lemak) dan hemopoisis(pada kehidupan embrionik dan secara potensial pada hewan dewasa). Dengan memahami struktur hati yang vital akan memudahkan dalam menginterpretasi berbagai prose yang terjadi didalamnya(Dellmann, 1992).
Kantung empedu(Vesica fellea) merupakan suatu kantung kecil yang melekat pada hati serta merupakan tempat penimbunan empedu yang dihasilkan oleh hati. Kantung empedu ini memliki warna hijau. Dalam kantung empedu, empedu mengalami konsentrasi dengan penyerapan air serta garam anorganik. Dalam keadaan kosong, selaput lendir kantung empedu membentuk lipatan tinggi. Bila berisi empedu, lipatan selaput lendir jadi rendah, sehingga permukaannya tampak halus. Pancreas adalah sebuah kelenjar tubuloasionar ganda yang tidak memiliki kapsula, lobules yang jelas dan terdiri dari unit kelenjar eksokrin dan endokrin. Unit kelenjar eksokrin menghasilkan sejumlah enzim antara lainamilase, lipase dan tripsin yang melanjutkan mencerna makanan yang telah dicerna dalam lambung, setelah memasuki duodenum. Unit endokrin yang disebut pulau pancreas (pulau langerhans) terutama menghasilkan insulin dan glukagon(Liviawaty, 1992)
III.PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Anatomi Hewan (Histologi Pencernaan) ini dilaksanakan pada hari Senin,10 Maret 2014. Jam 08.00 WIB di Laboratorium Pendidikan II Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan untuk praktikum histologi pencernaan ini antara lain mikroskop, buku gambar, alat-alat tulis dan kamera. Sedangkan bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah preparat permanen sistem pencernaan.
3.3 Cara Kerja
Pada praktikum histologi pencernaan ini, pertama diambil mikroskop setelah itu diletakkan mikroskop ditempat yang datar. Setelah itu diletakkan preparat permanen pada meja mikroskop, digunakan lensa dengan perbesaran terkecil setelah itu diperbesar, ganti dengan preparat yang lain. Selanjutnya diamati dan digambar beserta keterangannya.
IV.HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 Histologi Lingua
Gambar 1.Histologi Lingua (a) papilla filiformis, (b) vena besar, (c) papilla fungiformis, (d) lamina propia
Dilihat dari gambar diatas yaitu gambar histologi pada lingua didapatlah adanya papilla filiformis, vena besar, papilla fungiformis, lamina propia. Sedangkan kalau menurut literatur pada histologi lingua itu terdapat 4 macam papilla yaitu papilla filiformis, papilla fungiformis, papilla foliate dan papilla sircumvalata(Dellmann, 1992) tetapi pada hasil praktikum ini hanya dua papilla yang ditemukan yaitu papilla filiformis dan papilla fungiformis, hal ini bisa saja terjadi karena kurang telitinya praktikan dalam mengamati preparat lingua tersebut sehingga hasil yang didapat tidak sesuai dengan literature.
Papilla filiformis merupakan tipe yang paling banyak jumlahnya, berbentuk langsing dengan ujung runcing serta berfungsi mekanik untuk menggerakkan bolus makanan kedalam dan didalam rongga mulut. Papila ini menjulur melewati permukaan lidah. Papila fungiformis merupakan papilla yang tersebar disekitar papil filiformis, berbentuk kubah pada permukaan atasnya. Selain itu, karena bentuknya mirip jamur makanya papilla ini disebut dengan papilla fungiformis. Papilla ini dibalut epitel pipih banyak lapis tanpa bertanduk dan jaringan ikat dibawahnya banyak mengandung pembuluh darah dan saraf.
Papila foliate merupakan lipatan parallel mukosa lidah, terdapat pada pinggir lateral. Lipatan mukosa ini dibalut epitel pipih banyak lapis dengan banyak putting pengecap pada epitel sisi lipatan. Dibawah dasar alur pengecap terdapat kelenjar yang bersifat serous dan alat penyalurnya bermuara di daerah dasar alur pengecap.
4.2 Histologi Ventrikulus
Gambar 2. Histologi Ventrikulus,(a) mukosa lambung, (b) lamina propia, (c) kelenjar kardial.
Pada tempat pertemuan esofagus dengan lambung selaput epitelnya berubah dari berlapis gepeng menjadi selapis torak, yang sel-selnya mengeluarkan sekresi lendir. Epitel lambung berbeda dengan epitel usus haalus kecil, tidak mempunyai batas yang berbentuk lingkaran. Permukaan mukasanya terbentuk menjadi lipatan-lipatan (rugae), yang tinggi dan jumlahnya tergantung dari tinggi rendahnya rentangan organnya. Disamping rugae, permukaan mukosa ditandai oleh adanya lubang-lubang sumuran yang letaknya rapat satu sama lain, yang dilapisi oleh epitel sejenis.
4.3 Histologi Caecum
Gambar 3. Histologi Caecum,(a)Lumen,(b) epitel,(c) lamina propia, (d) muskularis mukosa
Dinding Caecum menyerupai dinding kolon tetapi menebal karena akumulasi jaringan limfoid.
Lamina propia terdiri dari lamina basalis, serabut kolagen halus,dalam jalinan ikat tidak teratur, dan selabut elastik yang tersusun longitudinal dan pekat. Lamina propia juga mengandung pembuluh darah kecil, pembuluh limfe dan ujung saraf.
4.4 Histologi Colon
Gambar 4. Histologi Colon (a) mukosa, (b) lamina propia,(c) muskularis mukosa,(d) kelenjar mukosa
Mukosa colon lebih tebal karena kelenjar usus lebih panjang jika dibandingkan dengan usus halus. Karena tidak adanya vili maka permukaan mukosa licin. Submukosa sering menggembung oleh jaringan limfatik, sehingga lamina muskularis mukosa sering tedesak dan tidak tampak. Pada keadaan semacam ini, kelenjar usus sering menjorok ke dalam submukosa. Penlitian secara histokomia dan ultrastruktur menunjukkan bahwa kelenjar tersebut berasal dari mukosa, jadi bukan merupakan kelenjar submukosa yang sebenarnya.
4.5 Histologi Duodenum
Gambar 5. Histologi Duodenum (a) lumen,(b) epitel, (c) lamina propia,(d) muskularis mukosa
Usus duodenum adalah bagian usus halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkan dengan usus kosong (jejunum). Bagian duodenum merupakan bagian dari usus halus dimulai dari bulboduodenale dan berakhir di ligamentum treitz. Duodenum bertanggungjawab menyalurkan makanan ke usus halus secara histologis terdapat kelenjar brunner yang menghasilkan lender. Dinding duodenum tersusun ataslapisan-lapisan sel yang sangat tipis membentuk mukosa otot.
4.6 Histologi Hepar
Gambar 6. Histologi Hepar
Hati (hepar) merupakan kelenjar tubuh yang paling besar, dan khas karena memiliki multifungsi kompleks, misalnya eksresi (metabolit), sekresi (empedu), penyimpanan (lipid,vitamin A dan B, gflikogen), sistesis (fibrinogen, globulin, albumin, protombin), fagositosis (benda asing), detoksikasi (obat yang larut dalam lipid), konjugasi (zat beracun, hormon steroid), esterifikasi (asam lemak bebas menjadi trigliserida), metabolisme (protein, hidrat arang, lemak, hemoglobin, obat), dan hemopoisis (pada kehidupan embrionik dan secara potensial pada hewan dewasa). Dengan memahasistruktur hati yang vital akan memudahkan dalam menginterpretasi berbagai proses yang terjadi didalamnya.
4.7 Histologi Esophagus
Gambar 7. Histologi Esophagus
Submukosa; (b.) otot lingkaran dalam; (c.) otot lingkaran luar
Dilihat dari gambar yang di amati hasil yang di dapatkan berupa sub mukosa, otot lingkaran dalam, otot lingkaran luar. Sedangkan jika di bandingkan dengan literature terdapat perbedaan pada histologi pencernaan yaitu: serosa, submukosa, otot lingkaran dalam, otot lingkaran luar( Dellmann, 1992). Ini terjadi karna kurangnya ketelitian dalam mengambil gambar preparat.
Mukosa daerah esofagus dari saluran pencernaan berbeda dengan bagian-bagian sisi lainnya karena kenyataan bahwa ia di lapisi oleh epitel berlapis gepeng, yang bertumpu pada suatu lamina propia yang cukup tebal.
Submukosa esofagus umumnya di lukiskan sebagai dilukiskan sebagai suatu lapisan areoler yang pada seluruh panjangnya mengandung pembuluh darah, saraf, dan bagian-bagian lendir yang bersekresi.
4.8 Histologi Sircumvalata
Gambar 8. Histologi Sircumvalata
(a) sircumvalata; (b) putik pengecap; (c) saluran kelenjar yang bermura pada alur samping; (d) kelenjar
Papilla sircumvalata terdapat pada punggung serta rostral akar lidah, bentuknya besar, pipih dan memiliki alur samping yang dibalut oleh epitel. Papilla ini sedikit menonjol dari permukaan lidah yang dibalut oleh epitel pipih banyak lapis ( Dellmann, 1992). Epitel yang membalut alur samping mengandung banyak putik pengecap. Dibawah dasar alur terdapat gugus kelenjar bersifat serous dan alat penyalurnya bermuara pada dasar alur samping. Kadang –kadang juga terdapat kelenjar mucous di sekitarnya, tetapi alat penyalurnya bermuara pada permukaan lidah. Jaringan ikat papilla ini banyak mengandung pembuluh darah dan saraf.
V.PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun yang didapat pada praktikum histologi pencernaan ini adalah:
1. Preparat pencernaan yang diamati adalah lingua, esophagus, ventrikulus, duodenum, colon, coecum dan hepar
2. 4 lapisan utama penyusun jaringan pencernaan yaitu sel mukosa, sel submukosa, muskularis dan adventitia
3 .Pada preparat lingua dibagi menjadi 3 papila yaitu papilla fungiformis, papilla filiformis dan papilla sircumvalata
4. Pada duodenum terdapat kelenjar burner sedangkan pada colon terdapat kelenjar lieberkuhn
5.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya:
1. Hati-hati dalam menggunakan mikroskop dan preparat permanen
2. Serius dan konsentrasi saat praktikum
3. Jangan ceroboh saat melihat mikroskop dan mengamatinya
4. Selalu bersihkan alat-alat selesai praktikum
DAFTAR PUSTAKA
Agarwal, dkk.1975. Histologi. India:Banaras Hindu University.
Bevelander,G. 1988.Dasar-dasar Histologi. Jakarta:Erlangga.
Dellmann, D.1992.Histologi Veteriner. Jakarta:Universitas Indonesia.
Fishelson, L.1972. Histologi dan Ultrastruktur.Yogyakarta:Pustaka Tama.
Gasperz, V.1991. Histologi Pencernaan. Jakarta:Rineka Putra.
Linda, dkk.1988. Histologi Dasar.Jakarta:Erlangga.
Liviawaty, E.1992 .Macam-Macam Kelenjar Pencernaan.Yogyakarta:Kanisius.
Mahardana.1979. Sistem Pencernaan. Surabaya:Intermassa.
Purbomartono,C.1999.Histologi Sistem Pencernaan. Bandung:Pustaka Setia.
Saktiono.1989.Biologi. Jakarta:Erlangga.
HISTOLOGI PENCERNAAN
LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI HEWAN
"HISTOLOGI RESPIRASI DAN SIRKULASI"
OLEH :
KELOMPOK 5 B
ANGGOTA : 1. ALQADRI PUTRA.M (1110423016)
2.NURWISMA (1310421006)
3. SITI AISYAH (1310421026)
4. PRATIWI MUTIAH PUTRI (1310422010)
5. QORIATUL HUSNAH (1310421046)
6. FATHYA ANNISA (1310422046)
ASISTEN : DWIYANTO
LABORATORIUM TEACHING II
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG,2014
I.PENDAHULUAN
I.I.Latar Belakang
Histologi berasal dari kata histon yang artinya kumpulan beberapa sel yang mempunyai satu atau lebih kekhususan fungsi yang membentuk jaringan.Histologi respirasi adalah ilmu yang mempelajari tentang jaringan yang terdapat pada organ sistem respirasi(Benson, 1999).
Oxygen diperlukan untuk proses metabolisme pada hewan berderajat tinggi,
system respiratorius berguna untuk pengambilan oxygen dan pembuangan CO2 yang dibawa ke dan dari jaringan dengan melalui system sirkulasi.
Systema respirasi dapat dibagi menjadi 2 bagian pokok yaitu : bagian konduksi
dan bagian respirasi. Bagian konduksi merupakan tabung yang menghubungkan dunialuar dan paru-paru. Bagianrespirasi merupakan tempat dimana benar-benar terjadi pertukaran gas antara darahdan udara. Bagian konduksi juga untuk pencuci, memanasi atau mendinginkan danmembuat udara lebih lembab. Pada larynk juga terdapat alat-alat suara(Junquiera, 2007).
Sistem respirasi atau sistem pernapasan mencakup paru-paru dan sistem saluran bercabang yang menghubungkan tempat pertukaran gas dengan lingkaran luar. Sistem respirasi atau pernapasan biasanya dibagi menjadi struktur saluran nafas atas dan bawah. Secara fungsional, struktur-struktur tersebut membentuk bagian konduksi sistem, yang terdiri atas rongga hidung, nasofaring, larink, trakea, bronki (yun. Bronchos, pipa angin), bronkiolus, dan bronkiolus terminalis, dan bagian respiratorik (tempat berlangsungnya pertukaran gas), yang terdiri atas bronkiolus respiratorius, ductus alveolaris, dan alveoli. Alveoli merupakan struktur mirip kantong yang membentuk sejumlah besar bagian paru. Alveoli adalah tempat utama bagi fungsi utama paru pertukaran O2 dan CO2 antara udara yang dihirup dan darah.Bagian konduksi memiliki dua fungsi utama yaitu menyediakan sarana bagi udara yang keluar masuk paru dan mengkondisikan udara yang dihirup tersebut(Raven,1986).
Histologi sirkulasi adalah ilmu yamg mempelajari tentang jaringan pada sistem sirkulasi.Sistem sirkulasi adalah penghubung antara lingkungan eksternal dan lingkugan cairan internal tubuh. Sistem ini membawa nutrient dan gas ke semua sel, jaringan, organ, dan sistem organ, serta membawa produk akhir metabolic keluar darinya. Sistem ini terdiri dari jantung, pembuluh darah (arteri, kapilar, dan vena), dan darah yang mengalir didalamnya. Sistem limfatik yaitu juga merupakan bagian dari sistem sisrkulasi dimana terdiri dari pembuluh limfe dan nodus yang terletak di dalam pembuluh limfe besar(Carneiro, 2007).
Sistem sirkulasi tersusun atas berbagai komponen utama yaitu jantung, pembuluh, dan cairan tubuh yang beredar (bersikulasi). Jantung berfungsi sebagai pompa penggerak catatan, sedangkan pembuluh berfungsi sebagai cairan yang akan dilewati/dilalui oleh cairan yang beredar ke seluruh tubuh. Cairan yang dimaksud dapat berupa darah, cairan limfe atau hemolimfe(Samsuri, 2004).
Sistem peredaran darah terdiri dari kedua darah dan pembuluh darah. sistem limfatik Darah sistem vaskuler terdiri dari struktur berikut: jantung, organ yang fungsinya untuk memompa darah. Arteri, serangkaian efferent kapal yang menjadi lebih kecil seperti mereka cabang, dan yang berfungsi untuk membawa darah, dengan nutrisi dan oksigen, untuk jaringan. Sistem limfatik dimulai pada pembuluh darah kapiler, limfatik closed-ended tubulus yang anastomose untuk membentuk barang-barang terus meningkatkan ukuran; perlengkapan ini mengakhiri dalam darah sistem vaskuler masuk ke pembuluh darah besar. Salah satu fungsi dari sistem limfatik adalah untuk mengembalikan cairan dari jaringan ruang untuk darah.Untuk mengetahui struktur lebih jelas perlu diadakan pratikum mengenai histologi ini(Yatim, 1992).
I.2.Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum tentang histologi respirasi dan sirkulasi ini adalah agar praktikan mampu memahami, menjelaskan tentang histologi respirasi dan sirkulasi terutama pada vertebrata.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Sistem respirasi berperan untuk penyediaan oksigen untuk darah dan membuang CO2. Sistem respirasi dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu bagian konduksi dan bagian respirasi. Bagian konduksi meliputi rongga hidung, nasopharynx, larynx, trakea, bronkus dan bronkiolus. Bagian ini berperan untuk (1) menyediakan saluran di mana udara dapat mengalir ke dan dari paru-paru, (2) memelihara udara yang diinspirasi (dibersihkan, dibasahi dan dihangatkan).Untuk melaksanakan fungsi tersebut, maka pada saluran respirasi terdapat tulang-tulang rawan, serabut elastin dan otot polos(Yatim, 1992).
Rongga hidung terdiri atas 2 struktur yang berbeda : di luar adalah vestibulum dan di dalam fossa nasalis.Vestibulum adalah bagian rongga hidung paling anterior yang melebar, kira-kira 1,5 cm dari lubang hidung. Bagian ini dilapisi oleh epitel berlapis pipih yang mengalami keratinisasi, terdapat rambut-rambut pendek dan tebal atau vibrissae dan terdapat banyak kelenjar minyak (sebasea) dan kelenjar keringat.Fossa nasalis dibagi menjadi 2 ruang oleh tulang septum nasalis. Dari masing-masing dinding lateral terdapat 3 penonjolan tulang yang dikenal sebagai concha, yaitu concha superior, concha tengah dan concha inferior(Carneiro, 2007).
Dinding fossa nasalis terdiri dari sel epitel silindris berlapis semu bersilia, sel-sel goblet yang menghasilkan mucus. Pada lamina propria terdapat jaringan ikat dan kelenjar serous dan mukus yang mendukung sekresi sel goblet, dan juga terdapat vena yang membentuk dinding tipis yang disebut cavernous bodies. Pada concha superior dan septum nasal membentuk daerah olfaktori dengan sel-sel khusus yang meliputi sel-sel olfaktori, sel pendukung dan sel sel basal. Sel olfaktori merupakan neuron bipolar/ sel neuroepitel, yang mempunyai akson pada lamina propria dan silia pada permukaan epitel. Silianya mengandung reseptor olfaktori yang merespon bahan yang menghasilkan bau. Pada laminar proprianya terdapat kelenjar Bowman, alveoli dan salurannya dilapisi oleh sel epitel kubus. Kelenjar ini menghasilkan sekresi serous yang berwarna kekuningan. Pharynx dibatasi oleh epitel respirasi. Pharynx terdiri dari nasopharynx dan oropharynx. Nasopharynx dilapisi oleh epitel respirasi sedang oropharynx dilapisi oleh epitel berlapis pipih. Limfosit banyak dijumpai di bawah epitel dari pharynx. Jaringan ikat adalah fibroelastik yang dikelilingi oleh otot lurik. (Junquiera, 2007).
Larynx menghubungkan pharynx dengan trakea. Larynx mempunyai 4 komponen yaitu lapisan mukosa dengan epitel respirasi, otot ektrinsik dan intrinsic, tulang rawan. Tulang rawannya meliputi tulang rawan tiroid, krikoid dan arytenoids (merupakan tulang rawan hialin). Otot intrinsik menentukan posisi, bentuk dan ketegangan dari pita suara, otot ekstrinsik menghubungan tulang rawan dengan struktur lain dari leher.Trakea adalah saluran pendek (10-12 cm panjangnya) dengan diameter sekir 2 cm. Trakea dilapisi oleh epitel respirasi. Sejumlah sel-sel goblet terdapat di antara sel-sel epitelnya, dan jumlah tergantung ada tidaknya iritasi kimia atau fisika dari epitelium ( yang dapat meningkatkan jumlah sel goblet). Iritasi yang berlangsung dalam waktu yang lama dapat mengubah tipe sel dari tipe sel epitel berlapis pipih menjadi metaplasia. Pada lapisan epitel terdapat sel brush, sel endokrin (sel granul kecil ), sel klara (sel penghasil surfaktan) dan sel serous(Raven, 1986).
Bronkus primer kiri dan kanan bercabang membentuk 3 bronkus pada paru-paru kanan dan 2 bronkus pada paru-paru kiri. Bronkus-bronkus ini bercabang berulang-ulang membentuk bronkus-bronkus yang lebih kecil, dan cabang-cabang terminalnya dinamakan bronkiolus. Masing-masing bronkiolus bercabang-cabang lagi membentuk 5 – 7 bronkiolus terminalis. Tiap-tiap bronkiolus terminalis bercabang menjadi 2 bronkiolus respiratorius atau lebih. Histologi bronkus terdiri dari lapisan mukosa, submukosa, dan lapisan adventitia. Lapisan mukosa terdiri dari lapisan sel-sel epitel silindris berlapis semu bersilia dengan lamina propria yang tipis (dengan banyak serabut elastin), limfosit yang tersebar dan berkas otot polos yang silang menyilang tersusun seperti spiral. Limfosit dapat berupa nodulus limfatikus terutama pada percabangan bronkus. Lapisan submukosa terdiri dari alveoli dari kelenjar mukosa dan seromukosa. Pada lapisan adventitia terdapat tulang rawan berupa lempeng-lempeng tulang rawan dan jaringan ikat longgar dengan serabut elastin
(Carneiro, 2007).
Saluran alveolaris dibatasi oleh lapisan epitel gepeng yang sangat tipis. Dalam lamina propria terdapat jala-jala sel-sel otot polos yang saling menjalin. Jaringan ikatnya berupa serabut elastin dan kolagen. Serabut elastin memungkinkan alveoli mengembang waktu inspirasi dan sebut kolagen berperan sebagai penyokong yang mencegah peregangan berlebihan dan kerusakan kapiler-kapiler halus dan septa alveoli yang tipis. Saluran alveolaris bermuara pada atria (suatu ruang yang terdiri dari dua atau lebih sakus alveolaris) (Yatim, 1992).
Alveolus merupakan suatu kantung kecil yang terbuka pada salah satu sisinya pada sakus alveolaris. Pada kantung kecil ini O2 dan CO2 mengadakan pertukaran antara udara dan darah. Alveolus dibatasi oleh sel epitel gepeng yang tipis dengan lamina propria yang berisi kapiler dan jaringan ikat elastin ( Samsuri, 2004).
Sebagian besar pulmo menerima darah dari arteri pulmonalis yang bertripe elastis. Cabang arteri ini masuk melalui hilus pulmonalis dan bercabang-cabang mengikuti percabangan bronchus sejauh bronchioli respiratorius.
Dari sini arteri tersebut memberi percabangan menuju ke ductus alveolaris, dan memberi anyaman kapiler di sekeliling alveolus. Venula menampung darah dari anyaman kapiler di pleura dan dinding penyekak alveolus. Vena yang menampung darah dari venula tidak selalu seiring dengan arterinya, tetapi melalui jaringan pengikat di antara lobulus dan segmen. Pulmonalis dan vena pulmonalis terutama untuk pertukaran gas dalam alveolus. Disamping itu terdapat arteri bronchialis yang lebih kecil, sebagai cabang serta mengikuti bronchus dengan cabang-cabangnya. Arteri ini diperlukan untuk nutrisi dinding bronchus termasuk kelenjar dan jaringan pengikat sampai di bawah pleura.Darah akan kembali sebagian besar melalui vena pulmonalis disamping vena bronchialis(Yatim, 1992).
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum Anatomi hewan (HistologiRespirasidanSirkulasi) ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 21 Maret 2014, Jam 08.00 WIB di Laboratorium Pendidikan II Jurusan Biologi, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, UniversitasAndalas.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan untuk Praktikum histologi sirkulasi dan respirasi adalah mikroskop, buku gambar, alat- alat tulis dan kamera. Sedangkan bahan yang digunaka untuk pratikum ini adalah preparat permanen system respirasi dan sirkulasi.
3.3 Cara Kerja
Pada pratikum histologi respirasi dan sirkulasi, pertama- tama letakan dan hidupkan mikroskop, lalu hidupkan lampu mikroskop dengan perbesaran kecil, setela hitu di letakan preparat di meja objek dan amati lalu foto, dan gambarkan di buku gambar serta keterangnnya.
IV. HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembahasan
4.1.1 Trakea
da
d
a
c
c
b
b
Gambar 1. Histologi Trakea (a) Perikardium , (b) lamina propia, (c) muskularis (d) jaringan epitel
Susunan trakhea terdiri dari atas mukosaep, pseudokomplek bersilia dengan basalis, lamina propia, lapisan serabut elastis longitudinal , sub mukosa dengan glandula, membran fibroelastis dengan cincin kartilago, otot dan tunika adventatia. Ephitalium banyak mempunyai sel piala dan diantara ephitelium banyak terdapat leukosit . Lamina propia terdiri dari serbaut halus dengan banyak limphosit. (Yatim, 1992).
Permukaan trakea dilapisi oleh epitel respirasi. Terdapat kelenjar serosa pada lamina propria dan tulang rawan hialin berbentuk C (tapal kuda), yang mana ujung bebasnya berada di bagian posterior trakea. Cairan mukosa yang dihasilkan oleh sel goblet dan sel kelenjar membentuk lapisan yang memungkinkan pergerakan silia untuk mendorong partikel asing. Sedangkan tulang rawan hialin berfungsi untuk menjaga lumen trakea tetap terbuka. Pada ujung terbuka (ujung bebas) tulang rawan hialin yang berbentuk tapal kuda tersebut terdapat ligamentum fibroelastis dan berkas otot polos yang memungkinkan pengaturan lumen dan mencegah distensi berlebihan epitel trakea, khas berupa adanya tulang rawan hialin yang berbentuk tapal kuda.( Samsuri, 2004).
4.1.2 Jantung
ba
b
a
Gambar 2. Histologi Jantung (a) Pembuluh darah ; (b) otot jantung
Jantung mempunyai empat ruang yang terbagi sempurna yaitu dua serambi (atrium) dan dua bilik (ventrikel) dan terletak di dalam rongga dada sebelah kiri di atas diafragma. Jantung terbungkus oleh kantong perikardium yang terdiri dari 2 lembar yaitu lamina panistalis di sebelah luar dan lamina viseralis yang menempel pada dinding jantung.
Jantung memiliki katup atrioventikuler (valvula bikuspidal) yang terdapat di antara serambi dan bilik jantung yang berfungsi mencegah aliran dari bilik keserambi selama sistol dan katup semilunaris (katup aorta dan pulmonalis) yang berfungsi mencegah aliran balik dari aorta dan arteri pulmonalis kiri ke bilik selama diastole.
4.1.3 Arteri
cab
c
a
b
Gambar 3 .Histologi Arteri (a) tunika intima , (b) tunika media ,(c) otot polos
Arteri adalah jalur berjari-jari besar dan beresistensi rendah yang berjalan dari jantung ke jaringan dan juga berfungsi sebagai reservoir tekanan. Karena elastisitas mereka, arteri-arteri dapat melebar untuk mengakomodasi tambahan volume darah yang dipompa ke dalamnya oleh kontraksi jantung.
Susunan dasar dinding semua arteri serupa karena memiliki tiga lapis konsentris yaitu Tunica intima, lapis dalam, berupa tabung endotel terdiri atas sel-sel gepeng. Tunica media, lapis tengah, terutama terdiri atas sel-sel otot polos yang teroriantasi melingkar. Tunica media merupakan lapisan yang paling tebal sehingga menentukan kararakter arteri.Tunica adventitia, lapis luar, terdiri atas fibroblas dan serat kolagen terkait, yang sebagian besar terorientasi memanjang. Tunica adventitia berangsur menyatu dengan jaringan ikat longgar sekitar pembuluh.
4.1.4 Histologi laring
acb
a
c
b
Gambar 4. Laring (a) Tulang rawan; (b) Lapisan mukosa; (c) lamina propia
Laring menghubungkan pharing dengan trakea. Laring mempunyai 4 komponen yaitu lapisan mukosa dengan epitel respirasi, otot ektrinsik dan intrinsic, tulang rawan. Tulang rawannya meliputi tulang rawan tiroid, krikoid dan arytenoids (merupakan tulang rawan hialin). Otot intrinsik menentukan posisi, bentuk dan ketegangan dari pita suara, otot ekstrinsik menghubungan tulang rawan dengan struktur lain dari leher. Pita suara terdiri dari epitel berlapis pipih yang tidak kornifikasi, lamina propria dengan jaringan ikat padat yang tipis, jaringan limfatik dan pembuluh darah.
4.5 Histologi BEP
abc
a
b
c
Gambar 5.Histologi BEP (a) Adventitia; (b) Muscularis; (c) Epitel
Histologi bronkus terdiri dari lapisan mukosa, submukosa, dan lapisan adventitia. Lapisan mukosa terdiri dari lapisan sel-sel epitel silindris berlapis semu bersilia dengan lamina propria yang tipis (dengan banyak serabut elastin), limfosit yang tersebar dan berkas otot polos yang silang menyilang tersusun seperti spiral. Limfosit dapat berupa nodulus limfatikus terutama pada percabangan bronkus. Lapisan submukosa terdiri dari alveoli dari kelenjar mukosa dan seromukosa. Pada lapisan adventitia terdapat tulang rawan berupa lempeng-lempeng tulang rawan dan jaringan ikat longgar dengan serabut elastin.
4.1.6 Histologi Pulmo
ba
b
a
Gambar 6. Histologi Pulmo (a) Arteri; (b) Respiration Bronchiulus
Paru-paru pada manusia terdapat sepasang yang menempati sebagian besar dalam cavum thoracis. Kedua paru-paru dibungkus oleh pleura yang terdiri atas 2 lapisan yang saling berhubungan sebagai pleura visceralis dan pleura parietalis. Stuktur Pulmo unit fungsional dalam paru-paru disebut lobulus primerius yang meliputi semua struktur mulai bronchiolus terminalis, bronchiolus respiratorius, ductus alveolaris, atrium, saccus alveolaris, dan alveoli bersama-sama dengan pembuluh darah, limfe, serabut syaraf, dan jaringan pengikat. Lobulus di daerah perifer paru-paru berbentuk pyramidal atau kerucut didasar perifer, sedangkan untuk mengisi celah-celah diantaranya terdapat lobuli berbentuk tidak teratur dengan dasar menuju ke sentral. Cabang terakhir bronchiolus dalamlobulus biasanya disebut bronchiolus terminalis.
Seperti juga jantung paru-paru terdapat didalam sebuah kantong yang berdinding rangkap, masing-masing disebut pleura visceralis dan pleura parietalis. Kedua pleura ini berhubungan didaerah hilus. Sebelah dalam dilapisi oleh mesotil. Pleura tersebut terdiri atas jaringan pengikat yang banyak mengandung serabut kolagen, elastis, fibroblas dan makrofag(Bevelander, 1988).
4.1.7 Glandula Alveoulus
abb
a
bb
Gambar 7. Histologi alveolus (a). Lamina propia, (b) Lapisan epitel
Saluran alveolaris dibatasi oleh lapisan epitel gepeng yang sangat tipis. Dalam lamina propria terdapat jala-jala sel-sel otot polos yang saling menjalin. Jaringan ikatnya berupa serabut elastin dan kolagen. Serabut elastin memungkinkan alveoli mengembang waktu inspirasi dan sebut kolagen berperan sebagai penyokong yang mencegah peregangan berlebihan dan kerusakan kapiler-kapiler halus dan septa alveoli yang tipis. Saluran alveolaris bermuara pada atria (suatu ruang yang terdiri dari dua atau lebih sakus alveolaris) (Tjitrosoepomo, 1979 ).
Alveolus merupakan suatu kantung kecil yang terbuka pada salah satu sisinya pada sakus alveolaris. Pada kantung kecil ini O2 dan CO2 mengadakan pertukaran antara udara dan darah. Alveolus dibatasi oleh sel epitel gepeng yang tipis dengan lamina propria yang berisi kapiler dan jaringan ikat elastin(Turner, 2000)
4.1.8 Histologi Pembuluh Darah
bca
b
c
a
Gambar 8. Histologi Pembuluh darah (a). Jaringan epitel , (b) arteri, (c) vena
Sistem pembuluh darah terdiri dari diantaranya areteri dan vena
Sebagian besar pulmo menerima darah dari arteri pulmonalis yang bertripe elastis. Cabang arteri ini masuk melalui hilus pulmonalis dan bercabang-cabang mengikuti percabangan bronchus sejauh bronchioli respiratorius. Dari sini arteri tersebut memberi percabangan menuju ke ductus alveolaris, dan memberi anyaman kapiler di sekeliling alveolus. Venula menampung darah dari anyaman kapiler di pleura dan dinding penyekak alveolus. Vena yang menampung darah dari venula tidak selalu seiring dengan arterinya, tetapi melalui jaringan pengikat di antara lobulus dan segmen.Pulmonalis dan vena pulmonalis terutama untuk pertukaran gas dalam alveolus (Djuhanda,1983).
Disamping itu terdapat arteri bronchialis yang lebih kecil, sebagai cabang serta mengikuti bronchus dengan cabang-cabangnya. Arteri ini diperlukan untuk nutrisi dinding bronchus termasuk kelenjar dan jaringan pengikat sampai di bawah pleura.Darah akan kembali sebagian besar melalui vena pulmonalis disamping vena bronchialis.Terdapat anastomosis dengan kapiler dari arteri pulmonalis (Prawiro, 1999).
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum histologi sirkulasi dan respirasi tersebut adalah
1. Pada trakea terdapat tulang rawan yang berfungsi untuk menyokong.
2 .Padala ring terdapat katup epiglottis, yang berfungsi untuk mencegah masuknya makanan dan zat yang berbahaya akedalam pernapasan
3. Sistem sirkulasi terdiri dari jaringan pembuluh darah dan jaringan limfa.
4. Pada jantung terbagi tiga yaitu epikardium, myiokardium, dan endocardium.
5.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya adalah diharapkan kepada praktikan agar lebih menguasai cara pembedahan pada pisces agar organ-organ yang ada didalm pisces tidak rusak pada saat diteliti. Dan sebaiknya praktikan membawa perlengkapan yang dibutuhkan dalam praktikum seperti sarung tangan dan masker.
DAFTAR PUSTAKA
Benson, U.J,Gunstream, S.E, Talaro, A, and Talaro, K.P.1999. Anatomy & physiology . New York : The McGraw-Hill Companies.
Djuhanda, T. 1983. Analisa Struktur Vertebrata Jilid I. Armico: Bandung
Junqeira,L.C & Jose Carneiro.1980. Basic Histology. Lange Medical Publications, Clifornia.
Kuehnel.2003. Color Atlas of Cytology, Histology, and Microcopic Anatomy. 4th ed Stuugart: Theieme.
Turner, D. C Anda Bateson, P. 2000. The Biology of its Behavior 2nd Edition.Cambridge University Press: London.
Tjitrosoepomo, G. 1979. Biologi II. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Samsuri.2004. Byology. Erlangga: Jakarta.
Prawiro, A. 1999. Biologi I. CV.Karang Asem, Semarang
Yatim.1992. Histologi Modern.Bandung : Larsita.
HISTOLOGI UROGENITAL
LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI HEWAN
"HISTOLOGI UROGENITAL"
OLEH :
KELOMPOK 5 B
ANGGOTA : 1. AL-QADRI PUTRA M. (1110423016)
2.NURWISMA (1310421006)
3. SITI AISYAH (1310421026)
4. PRATIWI MUTIAH PUTRI (1310422010)
5. QORIATUL HUSNAH (1310421046)
6. FATHYA ANNISA (1310422046)
ASISTEN : DWIYANTO
LABORATORIUM TEACHING II
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2014
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Histologi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang struktur jaringan secara detail dengan menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis. Histologi dapat juga disebut ilmu anatomi mikroskopis. Histologi sangat berguna dalam mempelajari fungsi fisiologi sel-sel dalam tubuh baik manusia, hewan dan tumbuhan.Sistem urogenital adalah gabungan dua sistem, yaitu urianaria dan genitalia.Sistem urinaria, secara garis besar terbagi atas : ginjal dan saluran (ureter, vesica urinaria dan uretra). Pangkal saluran (ureter) mengalami pelebaran (pelvis) dan berhubungan dengan ginjal pada darah yang disebut hillus.Pada hillus ini keluar-masuk arteri, vena, ureter, syaraf, dan pembuluh limp (Tim laboratorium histologi, 1997).
Sistem genitalia jantan terdiri dari : testis, saluran kemih, kelenjar-kelenjar pembantu dan penis. Sedangkan sistem genitalia betina terdiri dari : alat genitalia primer berupa ovarium, dan alat genitalia sekunder berupa oviduc (berupa tuba falopii berliku, bagian anterior berbentuk corong( ostium tube)), uterus, dan vagina yang didalamnya ada organ sensor (Dellmann, 1992).
Alat genital testis berbentuk lonjong, terletak pada kantung skrotum. Bila skrotum dipijit ke arah anterior maka testis akan masuk ke rongga perut. Bagian luar testis diliputi oleh stroma yang berupa jaringan ikat. Kemudian sebelah dalamnya akan terdapat dua lapisan lagi yaitu : tunika albugenia dan tunika vasculosa. Tunika albugenia terdiri dari sel-sel fibroblast, serabut kolagen dan sel-sel otot polos. Tunika vasculosa terdapat sebelah dalam tunika albugenia, jaringan ikatnya lebih kendur, banyak mengandung pembuluh darah.
Uretra merupakan saluran antara vesica urinaria dan ujung penis. Digunakan bersama-sama oleh urine dan sperma. Kelenjar-kelenjar pembantu berupa : Glandula vesculosa, berbentuk cacing yang secara histologis akan terlihat: Tunika mukosa, terdiri dari epitel berlapis tunggal silindris yang glanduler, lamina propria (keduanya membentuk lipatan-lipatan yang bercabang dan menjorok kedalam lumen), lapisan otot polos (sebagian tersusun melingkar pada beberapa daerah terlihat memanjang), adventitia/ serosa merupakan lapisan yang paling luar dari glandula ini, kelenjar prostata (tidak berpasangan dan berbentuk tidak beraturan), kelenjar cowper (kelenjar bulbo uretral), Gland penis terletak didaerah ujung korpul spongiosum berbentuk kerucut (Bevelander, 1988).
Penis terdiri dari tiga massa jaingan erektil berbentuk silinder. Pada daerah dorsal terdapat sepasang korpora kovernosa, dan dibawahnya terdapat satu korpus spongiosum yang mengelilingi uretra dan pada bagian ujung membentuk kerucut (gland penis). Setiap korpus kovernosum dibungkus oleh jaringan ikat padat (tunika albugenia) terdiri dari serat kolagen.
Struktur histologi dari alat genitalia primer (ovarium) adalah epitel germinativum yang meliputi sebelah luar dari ovarium yang terdiri dari epitel berlapis tunggal kubus. Kemudian Tunika albugenia berupa jaringan ikat padat yang elastis, kemudian korteks dan medulla. (Tim laboratorium histologi, 1997).
Alat genitalia sekunder yang terdiri dari: oviduc (saluran ovum), secara histologis nya terdapat tunika mukosa yang terbagi lagi menjadi epitel berlapis tunggal silindris, lamina propia, tunika muscularis, dan tunika serosa. Epitel berlapis tunggal silindris dibangun oleh dua macam sel yaitu sel bersilia dan sel mukoid. Lamina propia, yang selulair bersama-sama epitel membentuk lipatan-lipatan longitudinal yang bercabang. Tunika muscularis terdiri dari dua lapisan otot polos, melingkar sebelah dalam dan memanjang sebelah luar. Diantara kedua lapisan tersebut terdapat jsringan ikat yang banyak mengandung pembuluh darah. Tunika mukosa terdapat jaringan ikat dengan mesotellium (Bevelander,1988).
Uterus, secara histologis terdapat : Tunika mukosa (endometrium) terdiri dari epitel berlapis tunggal silindris dengan lamina propia yang selulair mengandung kelenjar-kelenjar uterus, tunika muskularis (myometrium) lapisan sebelah dalam yang terdiri dari otot polos melingkar dan memanjang di sebelah luar, tunika serosa/ adventitia (perimetrium) yang paling luar (Tim laboratorium histologi, 1997).
Vagina, secara histologis terdapat : Tunika mukosa terdiri dari epitel berlapis banyak pipih dengan lamina propria yang mengandung serabut elastis. Keduanya membentuk lipatan-lipatan yang menjorok kedalam, kemudian tunika muskularis (lapisan otot polos) lapisan sebelah dalam yang terdiri dari otot polos melingkar dan memanjang di sebelah dalam, kemudian tunika serosa/ adventitia yang paling luar (Dellmann, 1992).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum tentang histologi pencernaan ini adalah agar praktikan mampu memahami, menjelaskan tentang histologi urogenital terutama pada vertebrata. Dan mengetahui bagian-bagian dari sistem urogenital.
II.TINJAUAN PUSTAKA
Sistem urogenitalia terdiri dari organ urinaria yang terdiri atas ginjal beserta salurannya, ureter, buli-buli dan uretra. Sedangkan organ reproduksi pada pria terdiri atas testis, epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, prostat dan penis. Kecuali testis, epididimis, vas deferens dan uretra, sistem urogenitalia terletak di rongga retroperitoneal dan terlindung oleh organ lain yang melindunginya (Bevelander, 1988).
Pada uretra terdapat dua buah sfingter yaitu sfingter uretra eksterna dan interna di mana sfingter uretra interna bekerja di bawah sadar sedangkan sfingter uretra eksterna tidak. Maka ketika proses miksi, sfingter uretra interna inilah yang berfungsi untuk menahan keluarnya urin. Uretra terdiri atas uretra posterior dan uretra anterior. Uretra posterior pada pria terdiri atas uretra pars prostatika yang dilingkupi oleh kelenjar prostat dan uretra pars membranasea. Pada uretra anterior dibungkus oleh korpus spongiosum penis, terdiri atas pars bulbosa, pars pendularis, fossa navikularis dan meatus uretra eksterna (Setchell, 1978).
Pada bagian inferior buli-buli di depan rectum dan membungkus uretra posterior terdapat suatu kelenjar yang dinamakan kelenjar prostat. Di bagian skrotum pada pria terdapat sebuah organ genitalia terdapat testis yang dibungkus oleh jaringan tunika albugenia. Epididimis pada organ genitalia pria terdiri atas caput, corpus dan cauda epididimis. Sedangkan deferens berbentuk tabung kecil bermula dari kauda epidimis dan berakhir pada duktus ejakulatorius di uretra posterior. Di dasar buli-buli dan di sebelah cranial kelenjar prostat terdapat vesikula seminalis. Penis terdiri atas tiga buah corpora berbentuk silindris yaitu 2 buah corpora cavernosa dan sebuah corpus spongiosum dan di bagian proksimal terpisah menjadi dua sebagai crus penis. Setiap crus penis dibungkus oleh ishio-kavernosus yang kemudian menempel pada rami osis ischii (Bevelander, 1988).
Ureter merupakan saluran muscular yang mengalirkan urine dari pelvis ginjal menuju ke vesica urinaria. Masing-masing ureter bergerak kearah kaudal dan menumpahkan isinya ke vesica urinaria, di dekat bagian leher yang disebut trigone dan terbentuklah suatu katup untuk mencegah arus balik urine ke ginjal (Fishelson,1972).
Ureter merupakan pipa fibromuscular, yang ramping dan datar yang membawa urine dari ginjal ke vesica urinaria. Ureter dimulai di pelvis renalis, yang menerima urine dari papila renalis. Ureter terletak di dorsal dari pembuluh spermatic interna pada jantan dan arteri-vena utero-ovarian pada betina (Agarwal,1975).
Ginjal memiliki karakteristik berbentuk seperti kacang merah dan memiliki dua extremitas, dua batas dan dua permukaan. Extremitas cranial dan caudal dihubungkan dengan batas lateral yang cembung dan batas medial yang lupus. Batas medial dapat diidentiikasi dengan bentukan oval, hillus renalis, yang terbuka ke sinus renalis. Pada hillus renalis terdapat ureter, arteri dan vena renalis, pembuluh limfe, dan syaraf. Pada struktur ini arteri renalis berada paling dorsal, dan vena renalis paling ventral. Syaraf dan pembuluh limfe berada dekat vena (Cole, 1977).
Kedua ginjal terletak di belakang selaput perut (retroperitoneal) berada di daerah sublumbar, satu di samping dari aorta dan vena cava caudalis. Permukaan dorsal kedua ginjal tidak terlalu cembung dari pada permukaan ventral. Ujung cranial setiap ginjal dibungkus oleh peritoneum pada bagian dorsal dan ventralnya (Saktiono, 1989).
Sebuah ginjal dengan potongan memanjang memberi gambaran dua daerah yang cukup jelas. Daerah perifer yang beraspek gelap disebut korteks dan yang agak cerah disebut medulla, berbentuk pyramid terbalik. Bagian yang paling lebar atau dasar tersusun tepat dengan tepi dalam korteks dan apeks atau papik mengarah ke pelvis. Tiap bagian medulla yang berbentuk pyramid dengan jaringan korteks yang membentuk tudung pada dasar serta menutup sisinya membentuk lobus yang merupakan unit anatomi ginjal (Zuckerman, 1979).
Ureter adalah saluran tunggal yang menyalurkan urine dari pelvis renalis menuju vesika urinaria (kantong air seni). Mukosa membentuk lipatan memanjang dengan epithel peralihan, lapisan sel lebih tebal dari pelvis renalis. Tunika propria terdiri atas jaringan ikat dimana pada kuda terdapat kelenjar tubulo-alveolar yang bersifat mukous, dengan lumen agak luas. Tunika muskularis tampak lebih tebal dari pelvis renalis, terdiri dari lapis dalam yang longitudinal dan lapis luar sirkuler, sebagian lapis luar ada yang longitudinal khususnya bagian yang paling luar. Dekat permukaan pada vesika urinaria hanya lapis longitudinal yang nampak jelas (Delmann,1992).
Tunika adventisia terdiri atas jaringan ikat yang mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf, ganglia sering terdapat didekatnya. Selama urine melalui ureter komposisi pokok tidak berubah, hanya ditambah lendir saja Dinding ureter terdiri atas beberapa lapis yakni: Tunika mukosa: lapisan dari dalam ke luar sebagai berikut : a). Epithelium transisional : pada kaliks dua sampai empat lapis, pada ureter empat sampai limalapis,pada vesica urinaria 6-8lapis. b).Tunika submukosa tidak jelas , c). Lamina propria beberapa lapisan Luar jaringan ikat padat tanpa papila, mengandung serabut elastis dan sedikit noduli limfatiki kecil,dalam jaringan ikat longgar. Kedua-dua lapisan ini menyebabkan tunika mukosa ureter dan vesika urinaria dalam keadaan kosong membentuk lipatan membujur. Kemdian tunika muskularis : otot polos sangat longgar dan saling dipisahkan oleh jaringan ikat longgar dan anyaman serabut elastis. Otot membentuk tiga lapisan : stratum longitudinale internum, stratum sirkulare dan stratum longitudinale eksternum. Kemudian tunika adventisia : jaringan ikat longgar (Dellmann, 1992).
Menurut(Saktiono, 1989), Vesica Urinaria, Merupakan kantong penampung urine dari kedua ginjal urine ditampung kemudian dibuang secara periodik. Struktur histologinya adalah: 1). Mukosa, memiliki epithel peralihan (transisional) yang terdiri atas lima sampai sepuluh lapis sel pada yang kendor, apabila teregang (penuh urine) lapisan nya menjadi tiga atau empat lapis sel, 2). Propria mukosa terdiri atas jaringan ikat, pembuluh darah, saraf dan jarang terlihat limfonodulus atau kelenjar. Pada sapi tampak otot polos tersusun longitudinal, mirip muskularis mukosa, 3). Sub mukosa terdapat dibawahnya, terdiri atas jaringan ikat yang lebih longgar, 4). Tunika muskularis cukup tebal, tersusun oleh lapisan otot longitudinal dan sirkuler (luar), lapis paling luar sering tersusun secara memanjang, lapisan otot tidak tampak adanya pemisah yang jelas, sehingga sering tampak saling menjalin. Berkas otot polos di daerah trigonum vesike membentuk bangunan melingkar, mengelilingi muara ostium urethrae intertinum. Lingkaran otot itu disebut m.sphinter internus, 5). Lapisan paling luar atau tunika serosa, berupa jaringat ikat longgar (jaringan areoler),sedikit pembuluh darah dan saraf.
Pada testis pria akan dijumpai tubulus seminiferus yang terpendam dalam dasar jaringan ikat longgar yang banyak mengandung pembuluh darah dan limfe, saraf dan sel interstisial (Leydig). Tubulus seminiferus ini akan menghasilkan sel kelamin pria yaitu spermatozoa, sedangkan sel Leydig mengekskresikan androgen testis (Ramaley,1992).
Testis yang dikelilingi oleh selaput berserat albuginea, yang banyak encloses profil dari seminiferous tubules dalam sperma yang dibuat oleh mitosis dan meiosis. Antara seminiferous tubules adalah interstisial sel-sel Leydig (yang memproduksi testosterone) dan kapal darah. wilayah yang berkerut dengan dibulatkan spermatogonia yang mengalami mitosis menjadi dasar spermatocytes (rintik nuclei), dan kemudian menjadi spermatocytes sekunder oleh proses pertama meiotic divisi. Sekunder spermatocytes membagi lagi (kedua meiotic divisi) untuk menjadi spermatids (dengan lebih kecil, gelap nuclei), yang mentransformasikan menjadi spermatozoa matang. Semua ini terjadi tahap-tahap ke arah lumen. Spermatozoa dewasa memiliki tongkat tipis seperti nuclei yang bebas dalam lumen. (Linda, 1988).
Proses perubahan sel-sel parabasal menuju sel intermediet kemudian sel-sel superfisial dan sel-sel anucleate dapat dijelaskan sebagai berikut: Bentuk bundar atau oval perlahan-perlahan akan berubah menjadi bentuk poligonal atau bentuk tidak beraturan.Ukuran nuklei yang besar secara perlahan-lahan akan mengecil, pada beberapa kasus nuklei mengalami kematian atau rusak secara bersamaan.
Ukuran sitoplasma akan lebih tipis daripada semula. Karena ukuran sitoplasma lebih kecil dari semula maka sel-sel parabasal yang berwarna gelap akibat pewarnaan akan berubah menjadi sel-sel yang bewarna lebih cerah akibat pewarnaan yang sama. Proses perubahan di atas dapat ditengarai sebagai salah satu proses pada siklus estrus (Bevelander, 1988).
Fase estrus, karakteristik sel pada saat estrus yaitu penampakan histologi dari smear vagina didominasi oleh sel-sel superfisial, tetapi terdapat kornifikasi pada hasil preparat, pengamatan yang berulang menampakkan sel-sel superfisialnya ada yang bersifat anucleate. Sel-sel parabasal dan superfisial mudah untuk dibedakan, sedangkan sel-sel intermediet adalah sel yang terletak diantara sel parabasal dan sel superfisial. pada saat nukleus mengecil, membentuk pyknotic maka sel ini dapat diklasifikasikan pada selsu perfisial (KaracadanUslu, 2008).
Fase Diestrus, fase diestrus ditandai dengan ciri-ciri berikut, diantanranya: terjadi pengurangan jumlah sel superfisial dari kira-kira 100% pada fase sebelumnya menjadi 20% pada fase diestrus. Selain itu, jumlah sel parabasal dalam apusan preparat vagina menjadi meningkat, hasil ini di perkuat dengan pengujian yang dilakukan pada hari berikutnya.
Menurut Karaca dan Uslu (2008), Ciri siklus estrus tidak dapat dipisahkan dari proses perubahan yang terjadi pada sel-sel epitelnya, untuk itu berikut adalah penjelasan mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan histoligi sel epitel vagina
Sel kornifikasi adalah tipe sel vagina yang paling tua dari sel parabasal, sel intermediate, sel superfisial, dan mempunyai ciri nukleus yang tidak lengkap.
Sel epitel adalah sel yang menyusun jaringan epitelium, biasanya terletak pada bagian tubu yang mempunyai lumen dan kantong misal vagina (Dellmann, 1992).
Sel intermediet adalah tipe sel epitel vagina yang lebih tua dari parabasal tetapi lebih muda dari sel superfisial dan sel squamous tanpa nukleus. Inti sel pyknotic adalah nukleus yang telah degeneratif dan merupakan ciri dari sel superfisial (Bevelander, 1988).
Menurut Linda (1988), Pengurutan proses pertumbuhan sel dari epitel sel vagina berkaitan dengan siklus estrus dapat diurutkan sebagai berikut; Sel-sel parabasal (dijumpai pada fase proestrus, serta pada fase akhir diestrus). Sel-sel intermediet (dijumpai pada fase proestrus akhir dan metestrus awal). Sel-sel superfisial (fase metestrus akhir dan faseestrus). Sel-sel squamous tanpa nukleus(fase estrus).
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Anatomi Hewan (Histologi Urogenital) ini dilaksanakan pada hari Senin,28 April 2014. Jam 08.00-11.00 WIB di Laboratorium Pendidikan II Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan untuk praktikum histologi urogenital ini antara lain mikroskop cahaya , buku gambar, alat-alat tulis dan kamera. Sedangkan bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah preparat permanen sistem urogenital.
3.3 Cara Kerja
Pada praktikum histologi urogenital ini, pertama diambil mikroskop setelah itu diletakkan mikroskop ditempat yang terdapat cahaya, kemudian diatur pencahayaannya. Setelah itu diletakkan preparat permanen pada meja mikroskop, digunakan lensa dengan perbesaran terkecil setelah itu diperbesar, ganti dengan preparat yang lain. Selanjutnya diamati dan digambar beserta keterangannya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembahasan
4.1.1 Ginjal
Gambar 1. Ginjal
a
(a) kelenjar, (b) glomerulus, (c) kapsula bowman
Ginjal, tampak pada gambar preparat literature glomelurus yang diselungkupi kapsula bowmann, dan ada bagian yang putih-putih merupakan tubulus contortus. Secara histologi ginjal terbungkus dalam kapsul atau simpai jaringan lemak dan simpai jaringan ikat kolagen. Organ ini terdiri atas bagian korteks dan medula. Korteks ginjal terdiri atas beberapa bangunan yaitu korpus malphigi terdiri atas kapsula bowman (bangunan berbentuk cangkir) dan glomerulus (jumbai /gulungan kapiler)Ginjal terdiri dari lobus tunggal yang besar berbentuk jamur. Tudung struktur ini tampak berbutir dan dikenal sebagai kortex ginjal. Bagian yang menyerupai batang tampak berbutir, tampak membentuk segitiga, beralur, dan dalam tiga dimensi menyerupai suatu piramida. Pucuk piramida di sebut papilla, dan inilah yang menonjol ke dalam dan di terima oleh kalix ( Dellmann, 1992).
Epitel glomerulus terletak di antara dua ateriol efisiensi filtrasi glomerulus yang meningkat luar biasa. Sel-sel besar di sebut podosit, memiliki banyak penjuluran sitoplasma panjang yang memancar dari tubuh sel, dan berjalan parallel dengan sumbu memanjang pembuluh kapiler.
4.1.2 Vesica Urinaria
b
c
a
d
Gambar 2. Vesica Urinaria
Urinaria terdiri dari dua buah ginjal komponen utama dalam hal pembuangan zat sisa. Kandung kemih (vesica urinaria) merupakan kantung penyimpanan sementara urin dari ureter. Ureter adalah bagian akhir dari saluran urin. Sistem urinaria = ginjal – ureter – vesica urinaria – uretra.
Vesica urinaria merupakan tempat penampungan urin secara temporer. Terletak di rongga pelvis anterior, memiliki musculus detrussor yang berkontraksi ketika mengeluarkan urin.
4.1.3 Penis
Gambar 3. Penis
(a) corpus caverosum, (b) corpus spongiosum, (c) uretra
Dari gambar di atas dapat di lihat bahwa hasil yang di dapat belum sesuai dengan literatur, karana dalam literatur penis terdiri dari 1. Struktur erektil, korposa kavrnosa penis, 2. Korpus spongiosum penis, mngitari uretra spongiosa 3. Glans penis. Sedangkan yang di dapat pada praktikum hanya 2 karna kurang hati-hati dalam mengambil gambar pada preparat yang di gunakan.
Korpora Kavernosa Penis muncul dari tuberositas isidiakus dan membentuk badan penis (korpus penis). Korposa di balut oleh tunika albugenea, berbentuk jaringan ikat pekattidak teratur dan tebal, mengandung serabut elastik dan otot polos.
Glans penisdi balut oleh tunica albugenia yang kaya akan serabut elastik, berlanjut membentuk trabekula yang mengitari rongga yang mengatur jaringan erectil mirip dengan korpus. Glans penis di tutupi oleh prepusium ( Dellmann, 1992).
4.1.4 Testis
d
c
b
a Gambar 4. Testis
(a) tubulus seminiferus, (b) sel leydig, (c) spermatid, (d) tunica albugenia
Testis tertutup kapsul jaringan penyambung yang berlapis dua. Lapisan luar, tunika albugenia, tersusun dari jaringan berserat kolagen yang padat; Lapisan dalam atau lapisan vaskulerny a tersusun dari jaringan areoler yang lebih longgar, kaya dengan suplay pembuluh darah.
Dari kapsulnya terdapat trabekula yang memanjang masuk ke dalam kumpulan jaringan penyambung sentral, mediastinum, yang mengandung bagian-bagian proksimal dari sistem saluran. Dengan demikian parenkim testis terbagi dalam banyak lobullapiramidal, yang berisi lilitan-lilitan tubula seminifera yang padat berhimpit dan suatu stroma jaringan penyambung intersitial (Judith,1978).
4.1.5 Ovarium
b
c
a
Gambar 5. Ovarium
a) Tunika muskularis ; b) Lipatan ekstensi mukosa-submukosa ; c) fumbria silinder bersilinder
Dari gambar hasil praktikum jika di bandingkan dengan histologi dari ovarium terdapat kesamaan, pada literature bangun pada ovarium terbagi3 yaitu : a) Tunika muskularis ; b) Lipatan ekstensi mukosa-submukosa ; c) fumbria silinder bersilinder. Tunika muskularis terutama terdiri dari berkas otot polos melingkar, memanjang dan miring. varium mamalia, tampak adanya jaringan apitel germinatikum, antrum, ovum dan primordial folkel. Terspesialisasi untuk pematangan telur. Tiap bulan hanya 1 yang mengalami pematangan. Ovum berkembang dilengkapi sel granulosa, dalam perkembangannya granulosa menghasilkan antrum (ronga) (Delmann, 1992).
Gonad berbentuk penebalan memanjang, yang di sebut punggung gonad, terletak pada batas tepi vebtromedial ginjal mesonefricus. Punggung gonad di balut epitel kubus yang di sebut epitel permukaan. Sel-sel yang mirip dengan epitel permukaan tampak mesenkim gonad membentuk massa sel epital interna menyerupai tali (Bevelander,1988).
Massa sel epitel interna berproliferasi ke arah sentral memebentuk rete cords yang membentuk rongga menjadi rete testis pada jantan dan rete ovarii pada hewan betina. Proliferasi medular pada massa sel epitel interma menjadi poliferasi rete dan membentuk rate cords pada calon jantan dan kortex primer pada calon betina ( Dellmann, 1992).
4.1.6 Uterus
b
c
a
Gambar 6. Uterus
(a) endometrium, (b) myometrium, (c) perimetrium
Uterus, tampak adanya epitel, lumen, endotelium, mesotelium, otot polos melingkar longitudinal. Merupakan tempat perkembangan janin. Secara histologi uterus terdiri dari 3 lapis jaringan ; perimetrium, miometrium, endometrium. Uterus merupakan tempat implantasi konseptus. Selanjutnya uterus mengalami serangkaian perubahan sselama berahi dan daun reproduksi. Pada kebanyakan spesies, uterus terdiri dari kornua bilateral yang di hubungkan dengana tuba urina, korpus dan cervix yang berhubungan dengan vagina. Servix uterus akan di bahas secara terpisah. Pada primata, seluruh uterus di bentuk buluh tunggal, disebut uterus simplekx. Dinding uterus terbagi 3 lapis mukosa submukosa atau endometrium, Tunica mukosa, maxilars, Tunica seros ( Dellmann, 1992).
Secara Histologi uterus terdapat : Tunika mukosa (endometrium) terdiri dari epitel berlapis tunggal silendris dengan lamina propria yang selulair mengandung kelenjar-kelenjar uterus, tunika muskularis (myometrium) lapisan sebelah dalam yang terdiri dari otot polos melingkar dan memanjang di sebelah luar. Kemudian tunika serosa/ adventitia (perimetrium) yang paling luar (Bevelander,1988).
4.1.7 Vagina a
b
c
Gambar 7.Vagina
a) Tunika mukosa-submukosa; b) tunika muskularis; c) tunica adventisia atau serosa
Dilihat dari gambar praktikum jika di bandingkan dengan literature terdapat kesamaan, pada literature dinding vagina memiliki tiga lapis : Tunika mukosa-submukosa, tunika muskularis dan tunica adventisia atau serosa. Mukosa betina memiliki epitel pipih banyak lapis yang meningkat tebalnya selama praestrus dan estrus. Lapis propia-submukosa terdiri dari jaringan ikat longgar atau tidak teratur. Folisikel getah bening pada lamina propia daerah caudal vagina (Bevelander, 1988).
Tunika muskularis terdiri dari dua atau tiga lapis tipis. Lapis dalammelingkar tebal terdiri dari otot polos dan di pisah menjadi dua berkas oleh jaringan ikat. Lapis luar tersusun memanjang terdiri dari otot polos.
Tunika adventisia terdiri dari jaringan ikat longgar dan mengandung pembuluh darah, saraf dan ganglia. Hamya bagian dari kranial vagina yang masih di balut oleh serosa. Sebagian sel-sel otot polos dri lapis luar vagina menyusup ke daerah subrosa, karenya di sebut sebagai muskularis serosa. Vagina merupakan buluh berotot yang menjalar dari cervix sampai vestibulum. ( Dellmann, 1992).
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun yang didapat pada praktikum histologi pencernaan ini adalah:
1. Preparat urogenital yang diamati adalah ginjal, ovarium, vagina, testis, penis, uterus, dan vesika urinaria.
2. 4 lapisan utama penyusun jaringan urogenital yaitu sel mukosa, sel submukosa, muskularis dan adventisia.
3.Pada preparat ginjal terdapat kelenjar, glomerulus, dan kapsula bowman.
5.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya:
Hati-hati dalam menggunakan mikroskop dan preparat permanen
Serius dan konsentrasi saat praktikum
Jangan ceroboh saat melihat mikroskop dan mengamatinya
Selalu bersihkan alat-alat selesai praktikum
DAFTAR PUSTAKA
Agarwal, dkk. 1975. Histologi. India: Banaras Hindu University.
Bevelander,G. 1988. Dasar-dasar Histologi. Jakarta: Erlangga.
Cole, H. 1977. Reproduction in Domestic Animal. New York: Academic Press.
Dellmann,D. 1992. Histologi Veteriner.Jakarta: Universitas Indonesia.
Fishelson,L. 1972. Histologi dan Ultrastruktur. Yogyakarta: Pustaka Tama.
Linda,dkk. 1988.Histologi Dasar.Jakarta: Erlangga.
Luis, C. 2007. Histologi Dasar. EGC: Text & Atlas. Ramaley, J. 1992. Dasar-dasar Histologi. Jakarta: Erlangga. Saktiono.1989.Biologi.Jakarta:Erlangga. Setchell, B. 1978. The Mammalian Testis. London: Academic Press. Zuckerman, S. 1979. The Ovary. London: Academic Press.
HISTOLOGI SISTEM SARAF DAN ENDOKRIN
LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI HEWAN
"HISTOLOGI SARAF dan ENDOKRIN"
OLEH :
KELOMPOK 5 B
ANGGOTA : 1. AL-QADRI PUTRA M. (1110423016)
2. NURWISMA (1310421006)
3. SITI AISYAH (1310421026)
4. QORIATUL HUSNAH (1310421046)
5. PRATIWI MUTIAH PUTRI (1310422010)
6. FATHYA ANNISA (1310422046)
ASISTEN : DWIYANTO
LABORATORIUM TEACHING II
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2014
I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Histologi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang struktur jaringan secara detail dengan menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis. Histologi dapat juga disebut ilmu anatomi mikroskopis. Histologi sangat berguna dalam mempelajari fungsi fisiologi sel-sel dalam tubuh baik manusia, hewan dan tumbuhan(Linda, 1988).
Pada hakekatnya sebelum tubuh manusia berurusan dengan dunia luar melalui fungsi motoriknya, terlebih dahulu harus berhubungan dengan fungsi sensoriknya. Dan diketahui pula bahwa setiap gerakan adalah reaksi terhadap rangsangan sensorik. Informasi dunia luar diterima tubuh oleh reseptor. Permukaan luar tubuh dibentuk oleh kulit dan permukaan dalam tubuh dibentuk oleh mukosa. Reseptor yang berada dikulit disebut eksoreseptor sedangkan reseptor yang berada di mukosa disebut enteroreseptor. Selain itu kelompok reseptor lain yang terdapat di otak dan jaringan ikat dikenal dengan propioreseptor. Hal ini membuktikan bahwa setiap makhluk hidup memiliki kemampuan untuk menanggapi rangsangan (Adnan, 2011).
Untuk menanggapi suatu rangsangan , ada satu jaringan khusus yang selalu berkaitan erat dengan hal tersebut, dimana jaringan ini sering kita kenal dengan jaringan saraf. Jaringan saraf adalah jaringan yang paling rumit dalam tubuh makhluk hidup. Kerumitan ini berasal dari kemampuan sel-sel saraf (neuron) untuk berkomunikasi satu sama lain dan dengan jenis sel-sel lain (sel-sel otot, sel-sel kelenjar).
Semua sel yang membentuk satu kesatuan kelompok itu berada dalam komunikasi satu sama lain melalui sinyal elektris dan pesan kimiawi yang membantu memlihara kesatuan kelompok sel itu sebagai keseluruhan. Sinyal-sinyal ini mengendalikan pertumbuhan, respirasi dan posisi relatif sel-sel. Akan tetapi, jaringan saraf mempunyai fungsi utama sebagai pembuat pesan kimiawi (penghantar saraf dan hormon-hormon) dan perkembangan saluran komunikasi untuk koordinasi fungsi-fungsi tubuh ( Bevelander, 1988).
Semua jaringan mencerminkan sejarahnya dengan memperlihatkan berbagai kemampuan untuk penyesuaian diri pada keadaan baru selama hidup mereka. Jaringan saraf juga menspesialisasikan diri dalam kemampuan seperti ini. Meskipun banyak sifat khas organisasi persarafan itu telah terprogram secara genetic, namun detail-detail dari kontak-kontak seluler dan pembentuk sirkuit fungsional untuk populasi sel, tampaknya terpengaruh oleh keadaan yang biasanya terdapat apabila sel-selnya memperoleh kontak mereka yang pertama. Sel-sel saraf telah kehilangan kemampuan untuk bergerak dan reproduksi dan biasanya hanya mempunyai daya yang terbatas untuk merepasi kerusakan (Kimball, 1992).
Sel-sel pensekresi dapat dibagi secara umum dalam dua kategori yaitu mereka yang malepas produk-produk mereka ke dalam suatu saluran yang berhubungan dengan suatu rongga tubuh atau rongga organ (seperti kelenjar) dan mereka yang melepas produk-produk mereka langsung ke dalam cairan tubuh, melalui kapiler-kapiler atau limfatika. Kelenjar yang sekresinya diangkut melalui saluran disebut kelenjar eksokrin sedangkang kelenjar yang sekeresinya tidak diangkut melalui saluran dikenal dengan kelenjar endokrin (Dellmann, 1992).
Baik kelenjar endokrin maupun kelenjar eksokrin berasal dari selaput epitel. Kelenjar-kelenjar endokrin akhirnya kehilangan kontak dengan permukaan dan menjadi pulau-pulau epitel yang terisolasi, tertanam dalam matriks jaringan penyambung. Sel endokrin terdapat sendirian atau dalam kelompok yang merupakan kelenjar terpisah (Widarto, 1997).
Organ endokrin tidak memiliki alat penyalur, dimana parenkim menghasilkan sekertnya, disebut hormon, yang disekresikan ke dalam ruang antarsel atau ruang jaringan perivaskuler yang selanjutnya mencapai sistem sirkulasi. Hormon yang bersirkulasi mengatur fungsi sel-sel secara umum atau mengatur jaringan atau organ tertentu, dikenal sebagai organ sasaran. Kelenjar endokrin bersama dengan sistem saraf ikut memilhara kondisi fisiologik yang mantap disebut homeostasis. Fungsinya erat terkait, terkoordinasi dan kadang-kadang terintegrasi seperti pada sistem hipotalamus-hipofise (Dellmann, 1992).
Untuk lebih mengetahui dan memahami hal-hal sehubungan dengan jaringan saraf dan endokrin, maka dilakukanlah praktikum dengan penggunaan suatu alat yaitu mikroskop. Agar lebih mempermudah mahasiswa mengetahui dengan tidak hanya mempelajari buku pegangan saja.
Hal-hal tersebutlah yang melatarbelakangi di adakannya praktikum ini. Agar kita dapat melihat secara langsung bagian-bagian histologi dari jaringan ini. Selain itu kita juga dapat membandingkan secara langsung melalui mikroskop perbedaan dari jaringan yang satu dengan jaringan yang lainnya.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum tentang histologi saraf dan endokrin ini adalah agar praktikan mampu memahami, menjelaskan tentang histologi saraf dan endokrin terutama pada vertebrata.
II.TINJAUAN PUSTAKA
Jaringan saraf yang merupakan jenis ke-4 dari jaringan dasar terdapat hampir diseluruh jaringan tubuh yang berfungsi sebagai jaringan komunikasi. Dalam melaksanakan fungsinya jaringan saraf mampu menerima rangsangan dari lingkungannya, mampu mengubah rangsangan tersebut menjadi impuls, meneruskan impuls tersebut menuju pusat dan akhirnya pusat akan memberikan jawaban atas rangsangan tersebut. Rangkaian kegiatan tersebut dapat terselenggara oleh karena bentuk sel saraf yang khas yaitu bentuk yang mempunyai tonjolan yang panjang dan bercabang-cabang. Selain berkemampuan utama dalam merambatkan impuls, sejenis sel saraf berkemampuan bersekresi seperti halnya sel kelenjar endokrin. Sel saraf demikian dimasukkan dalam kategori neroen-dokrin yang sekaligus menjadi penghubung antara sistem saraf dan sistem endokrin (Agarwall, 1975).
Disamping itu jaringan saraf sangat rumit sistemnya. Kerumitan ini berasal dari kemampuan sel-sel saraf (neuron) untuk berkomunikasi satu sama lain. Semua sel yang membentuk satu kesatuan kelompok itu berada dalam komunikasi satu sama lain melalui sinyal elektris dan pesan kimiawi yang membantu memelihara kesatuan kelompok sel itu sebagai keseluruhan. Akan tetapi, mempunyai fungsi utama sebagai pembuat pesan kimiawi dan perkembangan saluran komunikasi untuk koordinasi fungsi-fungsi tubuh (Bevelander, 1988).
Pada dasarnya jaringan saraf ini berasal dari jaringan ektoderm. Secara struktur histologis, sistem saraf terdiri dari 3 komponen yaitu sel saraf, serabut saraf dan jaringan pengisi. Sel saraf atau yang lebih dikenal dengan nama sel neuron memiliki perbedaan dengan sel-sel dasar lainnya, hal ini karena pada sel saraf terdapat tonjolan-tonjolan yang panjang dari badan selnya. Oleh karena itu sel saraf dibedakan menjadi 3 bagian yaitu: badan sel, dendrite dan axon (Fishelson, 1972).
Menurut Saktiono (1989), badan sel yaitu bagian sel saraf yang mengandung inti, maka kadang-kadang bagian ini disebut pula sebagai perikaryon. Bentuk dan ukuran dari badan sel ini dapat beraneka ragam tergantung fungsi dan letaknya. Inti sel biasanya terletak sentral, walaupun kadang-kadang dapat juga terletak eksentrik. Biasanya berbentuk bulat dan berukuran besar serta didalamnya terdapat butir khromatin yang halus dan tersebar.
Nukleolus biasanya besar sehingga kadang-kadang dapat disangka sebagai intinya sendiri. Penampilan inti yang demikian merupakan ciri khas dari sel saraf, oleh karena berkaitan erat sekali dengan kegiatan sel saraf. Sitoplasma sel saraf mengandung berbagai macam organela seperti halnya jenis sel lain. Ciri khas dari sitoplasma sel neuron yaitu adanya bangunan basofil yang berbentuk sebagai bercak-bercak yang dinamakan Substansi Nissl yang tidak lain adalah granular endoplasmic reticulum yang banyak mengandung butir-butir ribosom. Kehadiran bangunan tersebut mendukung adanya kegiatan sintesis protein. Di samping organela, di dalam sel saraf ditemukan juga pigmen yang fungsinya kurang jelas. Ada dua jenis pigmen dalam sel saraf, yaitu: pigmen lipokhrom yang berwarna kuning dan pigmen melanin yang berwarna coklat atau hitam (Dellmann, 1992).
Yang kedua yaitu dendrit, dendrit merupakan tonjolan-tonjolan dari badan sel saraf yang bercabang-cabang sebagai pohon sehingga memperluas permukaan sel saraf. Pada pangkalnya di badan sel terdapat perluasan substansi nissl dan mitokondria, namun neurofibril dan mikrotubuli meluas sampai ujung dendritnya. Dengan pewarnaan khusus menggunakan inpregnasi perak dapat terlihat adanya tonjolan-tonjolan pada permukaan percabangan dendrit yang disebut gemula dan spina. Bangunan seperti ini digunakan untuk tempat kontak dengan sel saraf lainnya melalui sinapsis. Fungsi daripada dendrit ini adalah untuk merambatkan impuls ke arah badan sel (Bevelander, 1988).
Yang ketiga adalah axon, berbeda dengan dendrit, axon merupakan tonjolan yang hanya terdapat sebuah dan berfungsi merambatkan impuls yang meninggalkan badan sel. Bahkan salah satu jenis sel saraf dalam retina yang disebut sel amakrin tidak memiliki axon sama sekali.
Didalam axon tidak terdapat substansi nissl, karena didaerah ini banyak neurofibril yang akan meninggalkan badan sel. Panjang axon lebih panjang daripada dendrit. Oleh karena axon perlu menghantarkan impuls yang tidak lain adalah perubahan potensial listrik, maka axon ini dibungkus oleh bahan isolator yang disebut dengan selubung myelin. Selain selubung myelin terdapat juga selubung neurolema yang merupakan selubung luar (Campbell, 2000).
Menurut Adnan (2011), selain daripada neuron dan serabut saraf, pada sistem saraf dikenal juga namanya jaringan pengisi. Yang dimaksud dengan jaringan pengisi ini adalah jaringan yang meliputi semua komponen jaringan saraf yang tidak ikut berfungsi dalam menghantarkan impuls saraf. Pada sistem saraf pusat, sel-sel jaringan pengisi disebut dengan neuroglia sedangkan pada sistem saraf perifer terdapat adanya sel satelit atau sel kapsel dan sel Schwann.
Seperti yang telah disebutkan diatas tadi bahwa sistem saraf dibedakan menjadi 2 yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi atau perifer. Sistem saraf pusat, sistem ini terdiri atas cerebrum, cerebellum dan medulla spinalis. Untuk cereberum dan cerebellum terdapat perbedaan yaitu kalau cereberum mengandung sel pyramid sedangkan cerebellum mengandung sel purkinje. Susunan saraf pusat dilindungi oleh tengkorak dan columna vertebralis, selain itu juga dibungkus oleh membran jaringan ikat yang disebut meninges. Dimana susunan meninges ini dilapisi oleh 3 lapisan yaitu lapisan pia meter, dura meter dan araknoid (Linda, 1988).
Untuk pia meter terdiri dari jaringan ikat longgar yang banyak mengandung pembuluh darah. Dura meter terdiri atas jaringan ikat padat yang berhubungan langsung dengan periosteum tengkorak. Sedangkan untuk araknoid terdiri atas jaringan ikat tanpa pembuluh darah. Sistem saraf tepi atau perifer terdiri dari 3 komponen yaitu serabut saraf, ganglia dan ujung saraf (Bevelander, 1988).
Serabut saraf merupakan kumpulan serat saraf yang dikelilingi oleh sel satelit, sel Schwann, myelin dan jaringan ikat. Untuk ganglia sendiri berfungsi untuk melindungi dan menunjang neuron, menyeliputi axon dan memberi nutrisi pada neuron. Selain fungsinya, ganglia ini dibedakan menjadi astrosit, oligodendrosit, mikroglia, sel satelit dan sel Schwann (Dellmann, 1992).
Sistem saraf periferel mengumpulkan informasi dari permukaan tubuh, organ khusus, dan dari isi perut, dan menghantarkan sinyal-sinyal sistem saraf sentral. Ia juga mengandung saluran keluar yang membawa suatu arus sinyal ke organ-organ efektor dalam tubuh, yang beraksi terhadap peruahan-perubahan dalam lingkungan dalam dan luar. Antara sinyal-sinyal yang masuk dan perintah-perintah yang keluar terdapat sekumpulan jaringan jaringn saraf yang terlibat dalam membandingkan bahan-bahan masukan, dalam pengolahan, dan dalam melakukan keputusan. Kumpulan saraf ini disebut sistem saraf sentral dan untuk sebagian besar terletak dalam jaringan saraf tulang punggung, batang, otak, dan kulit serebal (Agarwall, 1975).
Menurut Dellmann (1992), sel- sel pensekresi dapat di bagi secara kasar dalam dua kategori mereka yang melepas produk-produk mereka ke dalam suatu saluran yang berhubungan dengan suatu rongga organ dan mereka yang melepas produk-produk mereka langsung ke dalam cairan tubuh, melalui kapiler-kapiller. Kelenjar yang sekresinya di angkut melalui saluran, disebut kelenjar eksokrin dan kelenjar yang tanpa saluran disebut kelenjar endokrin.
Pada sistem endokrin dalam kaitannya dengan sistem saraf yaitu mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk membangun homeostasis tubuh. Sebenarnya fungsi kedua sistem ini satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Karakrteristik khusus ini adalah jika pada sistem endokrin umumnya bekerja melalui hormon sedangkan pada sistem saraf umumnya bekerja melalui neurotransmitter yang dihasilkan dari ujung-ujung saraf. Secara umum, karakteristik dari sistem endokrin ini antara lain terdapat sel-sel penghasil hormon, tidak ada saluran keluar, sekitar kelenjar banyak pembuluh darah dan sel ada yang terpisah dan ada yang berkelompok (Campbell, 2000).
Sel endokrin yang merupakan kelenjar terpisah. Sel endokrin dapat dibedakan dari kelenjar endokrin bersel satu karena kenyataannya bahwa kutub sekresi mereka tertuju langsung ke arah alas kapiler di bawah suatu epitel dan tidak ke arah lumen suatu organ yang di lapisi oleh epitel itu (Bevelander, 1988).
Organ endokrin tidak memiliki alat penyalur, dimana parenkim menghasilkan sekretnya, disebut hormon yang di sekresikan Fungsi utama sistem endokrin di laksanakan oleh kelompok sel yang merupakan bagian dari bukan endokrin. Misalnya yang tersebar pada sel-sel epitel usus adalah sel sel yang melakukan sintesis peptide (Yatim, 1987).
Menurut Fishelson (1972), kelenjar endokrin dibedakan menjadi 3 yaitu berdasarkan berbentuk organ kelenjar endokrin ( kelenjar hipofise, kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar epifise dan kelenjar suprarenal). Berdasarkan terdapat dalam organ atau sistem lain (pulau langerhans, progesterone, estrogen, gastrin, sekretin, eritropoetin). Berdasarkan neuroendokrin (pars neuralis hipofise dan hipotalamus)
III.PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Anatomi hewan (Histologi Saraf dan Endokrin) ini dilaksanakan pada hari senin, 5 Mei 2014, Jam 08.00-10.00 WIB di Laboratorium Pendidikan II Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan untuk praktikum histologi saraf dan endokrin ini antara lain mikroskop, buku gambar, alat-alat tulis dan kamera. Sedangkan bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah preparat permanen sistem saraf dan endokrin.
3.3 Cara Kerja
Pada praktikum histologi saraf dan endokrin ini, pertama diambil mikroskop setelah itu diletakkan mikroskop ditempat yang datar. Setelah itu diletakkan preparat permanen pada meja mikroskop, digunakan lensa dengan perbesaran terkecil setelah itu diperbesar, ganti dengan preparat yang lain. Selanjutnya diamati dan digambar beserta keterangannya.
IV. HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembahasan
4.1.1 Cerebrum
bca
b
c
a
Gambar 1. Cerebrum (a) Pia metter, (b) Gray metter, (c) White metter
Menurut Dellmann (1992), cerebrum atau yang lebih dikenal dengan otak besar. Pada cerebrum ini terdapat sel-sel pyramid dan sel stellata, dimana sel stellata ini terletak diantara sel-sel pyramid. Selain itu, cerebrum memiliki dua substansia yaitu substansia alba dan substansia grisea. Substansia alba terdapat pada bagian medulla dan berisi serabut-serabut saraf sedangkan substansia grisea terletak pada bagian korteks dan terdiri dari 3 lapisan yaitu lapisan molecular ( terdiri dari sedikit sel-sel granuler), lapisan sel-sel pyramid ( mengalami perubahan ukuran dan semakin membesar menuju medulla) dan yang terakhirnya adalah lapisan multiformis, dimana lapisan ini terdiri dari neuron dengan berbagai bentuk.
Pada praktikum kali ini, preparat cerebrum yang telah diberi pewarnaan dengan HE menunjukkan bahwa cerebrum memiliki 3 bagian, dimana bagian tersebut dapat dilihat pada gambar Pada gambar tersebut dapat terlihat bagian pia metter, gray metter dan white metter yang merupakan bagian dari cerebrum itu sendiri.
Pia metter adalah lapisan paling luar atau paling tepi dari cerebrum. Gray metter merupakan bagian yang letaknya agak kedalam dan memiliki warna abu-abu, pada gambar 1 bisa dilihat dimana letak daripada gray metter itu sendiri sedangkan untuk warna dari gray metter yang dihasilkan dari praktikum ini kurang terlihat jelas berwarna abu-abunya seperti apa yang telah disebutkan pada literatur. Yang terakhir white metter, bagian white metter ini terletak lebih dalam dari gray metter dan mempunyai warna putih seperti yang bisa dilihat pada gambar 1, walaupun gambar yang dihasilkan kurang jelas, tetapi pada hasil praktikum ini masih dapat juga kita bedakan bagian-bagian yang menyusun cerebrum tersebut walaupun sebenarnya hasil praktikum kali ini kurang sempurna sebab warna dari bagian-bagian cerebrum ini kurang begitu jelas terlihat di mikroskop, tetapi kalau secara literatur telah disebutkan warna dari masing-masing bagian ini baik pia metter, gray metter dan white metter.
4.1.2 Pankreas
ba
b
a
Gambar 2. Pankreas (a) Pulau langerhans, (b) Arteri
Pankreas terletak pada rongga abdomen berwarna putih keabuan hingga kemerahan. Pankreas merupakan kelenjar campuran eksokrin-endokrin yang menghasilkan enzim penernaan dan hormon. Sebagai kelenjar eksokrin, pankreas membantu dan berperan penting dalam sistem pencernaan dengan mensekresikan enzim-enzim pankreas seperti amylase, lipase dan tripsin. Sedangkan sebagai kelenjar endokrin, pankreas dikenal dengan memproduksi hormon-hormon insulin dan glukagon yang berfungsi dalam metabolisme glukosa. Fungsi endokrin pankreas dilakukan oleh pulau-pulau langerhans yang tersebar diantara bagian eksokrin pankreas seperti yang dapat dilihat pada gambar 2 (Tambajong, 1995).
Selain pulau langerhans, pada gambar 2 juga terlihat adanya arteri-arteri disekitar pulau langerhans tersebut. Secara literature, bukan hanya pulau langerhans dan arteri saja yang ada di pankreas, tetapi ada 3 sel yang juga terdapat di pankreas ini, ketiga sel ini yaitu: sel β biasanya terletak ditengah pulau langerhans, memiliki warna biru apabila dikasih pewarnaan dengan hematoksilin gomori. Sel β ini berfungsi sebagai penghasil hormon insulin. Sel α memiliki ukuran yang lebih besar daripada sel β, terletak pada bagian perifer pulau langerhans dan mempunyai butir-butir sekresi yang berwarna merah jika diberi pewarnaan dengan hematoksilin gomori. Sel α berfungsi untuk mensekresi glukagon. Dan selanjutnya sel yang terakhir adalah sel δ biasanya heterogen dalam bentuk, ukuran dan densitas butir-butir sekresi dan pewarnaan yang digunakan untuk mengidentifikasi sel δ tersebut adalah dengan metode garam perak. Sel ini berfungsi untuk menghasilkan somatostatin (Dellmann, 1992).
Pada hasil praktikum yang terlihat pada gambar 2, tidak dapat dilihat dan diketahui yang mana sel α, β dan δ nya, hal ini dikarenakan pada preparat permanen pankreas yang diamati hanya menggunakan pewarnaan dengan HE (Hematoksilin Eoksin), padahal untuk dapat melihat sel α, β dan δ ini harus menggunakan 2 campuran pewarnaan yaitu pewarnaan dengan HE dan gomori agar dapat dilihat warna yang dihasilkan dari setiap sel dan bisa kita bedakan ketiga sel tersbut.
4.1.3 Paratiroid
ab
a
b
Gambar 3. Paratiroid (a) Sel principal, (b) Sel oksifil
Kelenjar paratiroid dibalut oleh kapsula ikat pekat yang tidak teratur. Paratiroid merupakan 3 kelenjar kecil atau lebih. Partairoid ini terletak di bagian belakang kelenjar tiroid, tetapi kadang ditemukan juga tertanam dalam kelenjar tiroid sendiri. Paratiroid ini memiliki fungsi menghasilkan parathormon yang mempertahankan kandungan kalsium dan fosfor dalam darah secara normal. Hormon paratiroid bekerja langsung pada tubuli proksimalis ginjal untuk menghambat penyerapan kembali fosfor dan meningkatkan penyerapan kembali kalsium (Dellmann, 1992).
Parenkim kelenjar paratiroid terdiri dari 2 macam sel yaitu sel principal dan sel oksifil, seperti yang bisa dilihat pada gambar 3. Sel principal memiliki bentuk polygon kecil, inti vesikuler serta memiliki sitoplasma yang pucat. Fungsi dari sel principal ini adalah sebagai hormon paratiroid. Sel oksifil memiliki jumlah yang lebih sedikit, bergerombol, berbentuk polygonal dan berukuran lebih besar, sitoplasmanya cerah dibandingkan sel principal sedangkan untuk fungsinya sendiri belum diketahui secara jelas dalam literatur yang digunakan.
4.1.4 Adrenal
cba
c
b
a
Gambar 4. Adrenal (a) Zona gromelurosa, (b) Zona fasiculata, (c) Zona retikularis
Kelenjar adrenal merupakan sepasang organ yang terletak kutub anterior ginjal yang terbenam dalam lemak. Kelenjar adrenal terdiri dari dua bagian yang jelas, bagian luar disebut korteks yang berasal dari mesodermal dan bagian dalam yang disbeut medulla dan berasal dari neuroektoderm. Kelenjar adrenal dibalut oleh kapsula yang terdiri dari jaringan ikat pekat tidak teratur dan kadang- kadang terdapat otot polos (Tambajong, 1995).
Selanjutnya korteks adrenal itu sendiri terbagi menjadi 3 daerah yaitu zona gromelurosa (lapis paling luar), zona fasciculate dan zona retikularis yang letaknya berbatasan dengan medulla. Ketiga zona ini dapat dilihat pada gambar 4.
Zona gromelurosa tersusun dari sel-sel yang berbentuk silindris dan dikelilingi oleh kapiler. Zona fasciculata, sel-sel berbentuk polygonal dan tersusun sejajar tegak membentuk kolom dan dipisahkan oleh kapiler darah serta sel-sel tampak bervakuola karena mengandung tetes lemak. Zona retikularis, sel-sel nya memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan sel-sel lainnya dan tersusun dalam kelompok tidak teratur seperti anyaman (Adnan, 2011).
Setiap zona ini memiliki peran masing-masing, pada zona gromelurosa terlibat dalam proses metabolisme lemak. Zona fasciculata dan zona retikularis terlibat dalam metabolisme karbohidrat, protein dan lipid. Untuk bagian medulla pada adrenal ini merupakan modifikasi sel-sel saraf limpatikus pascaganglionik dengan banyak inervasi simpatikus praganglionik yang mengatur aktivitas sekretori sel-sel tersebut.
V.PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun yang didapat pada praktikum histologi saraf dan endokrin ini adalah:
Preparat saraf dan endokrin yang diamati adalah cerebrum, pancreas, paratiroid dan adrenal
Pada preparat cerebrum terdapat 3 lapisan penyusun yaitu pia matter, gray matter dan white matter
Pada preparat pancreas ditemukan adanya pulau langerhans, selain pulau langerhans pada pancreas juga ada sel β, sel α dan sel δ tetapi pada praktikum tidak terlihat jelas yang mana sel β, sel α dan sel δ
Pada preparat adrenal terdiri dari 3 lapisan penyusun yaitu zona glomerulosa, zona fasciculate dan zona retikularis
Pada preparat paratiroid terdiri dari 2 jenis sel yaitu sel principal dan sel oksifil
5.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya:
Hati-hati dalam menggunakan mikroskop dan preparat permanen
Serius dan konsentrasi saat praktikum
Jangan ceroboh saat melihat mikroskop dan mengamatinya
Selalu bersihkan alat-alat selesai praktikum
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, 2011. Penuntun Praktikum Struktur Hewan. Makasar: FMIPA UMN.
Agarwal, dkk. 1975. Histologi. India:Banaras Hindu University.
Bevelander, G. 1988. Dasar-dasar Histologi. Jakarta:Erlangga.
Campbell. 2000. Biologi Kelima Jilid 3. Jakarta:Erlangga.
Dellmann, D. 1992. Histologi Veteriner. Jakarta:Universitas Indonesia
Fishelson, L. 1972. Histologi dan Ultrastruktur. Yogyakarta:Pustaka Tama
Kimball, J. 1992. Biologi Jilid 3. Jakarta:Erlangga
Linda, dkk. 1988. Histologi Dasar. Jakarta:Erlangga
Saktiono. 1989. Biologi. Jakarta:Erlangga
Tambajong, J. 1995. Sinopsis Histologi Edisi 1. Jakarta: EGC
Widarto, H . 1997. Fakta tubuh. Jakarta : Erlangga.
Yatim, W. 1987. Biologi. Bandung:Tarsito
HISTOLOGI RANGKA
LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI HEWAN
"HISTOLOGI TULANG DAN RANGKA"
OLEH :
KELOMPOK 5 B
ANGGOTA : 1. AL-QADRI PUTRA M. (1110423016)
2. NURWISMA (1310421006)
3. SITI AISYAH (1310421026)
4. QORIATUL HUSNAH (1310421046)
5. PRATIWI MUTIAH PUTRI (1310422010)
6. FATHYA ANNISA (1310422046)
ASISTEN : DWIYANTO
LABORATORIUM TEACHING II
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2014
I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jaringan dalam biologi adalah sekumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Jaringan-jaringan yang berbeda dapat bekerja sama untuk suatu fungsi fisiologi yang sama dan membentuk organ. Jaringan dipelajari dalam suatu cabang ilmu biologi yang dinamakan histologi. Histologi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang struktur jaringan secara detail dengan menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis. Histologi dapat juga disebut ilmu anatomi mikroskopis. Histologi sangat berguna dalam mempelajari fungsi fisiologi sel-sel dalam tubuh baik manusia, hewan dan tumbuhan (Linda, 1988).
Selama proses evolusi, berkembang suatu protein struktural dasar yang diubah menjadi berbagai tingkat kekerasan, elastisitas dan kekuatan, tergantung kepada pengaruh lingkungan dan keperluan fungsional dari organisme tersebut. Protein ini adalah kolagen dan contoh-contoh utama diantara berbagai modifikasinya adalah kulit, membran basalis, tulang rawan dan tulang keras. Tulang merupakan salah satu jaringan terkeras didalam tubuh manusia. Sebagai unsur utama kerangka tubuh, tulang ini menyokong struktur-struktur berdaging, melindungi organ-organ vital seperti yang terdapat dalam rongga tengkorak dan dada dan mengandung sumsum tulang dimana sel darah dibentuk. Disamping fungsi-fungsi ini, tulang membentuk suatu sistem yang melipat gandakan kekuatan yang timbul selama kontraksi otot rangka dan mengubahnya menjadi gerakan tubuh (Harjana, 2011).
Seperti yang telah disebutkan tadi bahwa tulang merupakan unsur utama dalam kerangka tubuh manusia, hal inilah yang menyebabkan tulang sangat penting dalam tubuh kita. Tulang termasuk kedalam salah satu penyusun jaringan dasar yang membentuk tubuh semua hewan termasuk manusia. Seperti yang telah diketahui bahwa ada 4 kelompok jaringan dasar yang membentuk tubuh semua hewan termasuk manusia dan organisme multiseluler tingkat rendah seperti artropoda. Keempat kelompok jaringan tersebut adalah jaringan epithelium, jaringan pengikat, jaringan saraf dan jaringan penyokong. Jaringan penyokong adalah jaringan yang terdiri dari jaringan tulang rawan dan jaringan tulang. Maka dari itu tulang termasuk salah satu dari penyusun jaringan penyokong tubuh.
Menurut Widarto (1997), jaringan tulang tersusun oleh osteosit dan matriks tulang. Osteosit banyak mengeluarkan senyawa kapur dan phosphat ke dalam matriks tulang sehingga menyebabkan tulang menjadi keras. Bila matriks tulang ini padat dan rapat maka yang terbentuk adalah tulang keras, misalnya tulang pipa. Sedangkan bila matriks tulang tidak rapat maka akan terbentuk tulang spons, misalnya tulang pipih dan tulang pendek. Selain dari matriks ini, tulang juga dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan bahan pembentuknya yaitu tulang rawan (kartilago) dan tulang keras (osteon).
Tulang- tulang ini akan berkumpul dan membentuk suatu sistem yang sering dikenal dengan sistem rangka. Sistem rangka adalah suatu sistem organ yang memberikan dukungan fisik pada makhluk hidup. Seperti yang telah diketahui bahwa rangka manusia dibentuk dari tulang tunggal atau gabungan yang ditunjang oleh struktur lain seperti ligamen, tendon, otot dan organ lainnya (Saktiono, 1989).
Tidak hanya sebagai penyusun sistem rangka, tulang juga termasuk kedalam alat gerak pada manusia. Dimana yang telah diketahui bahwa alat gerak yang digunakan pada manusia dan hewan itu terdiri dari dua macam yaitu alat gerak pasif berupa tulang dan alat gerak aktif berupa otot. Kedua alat gerak ini akan bekerja sama dalam melakukan pergerakan sehingga membentuk suatu sistem yang disebut sistem gerak.
Tulang disebut alat gerak pasif karena tulang tidak dapat melakukan pergerakannya sendiri. Tanpa adanya alat gerak aktif yang menempel pada tulang, maka tulang-tulang pada manusia dan hewan akan diam dan tidak membentuk alat pergerakan yang sesungguhnya, tetapi walaupun tulang merupakan alat gerak pasif, ia mempunyai peranan yang besar dalam sistem gerak manusia dan hewan (Tambajong, 1995).
Otot disebut alat gerak aktif karena otot memilik senyawa kimia yaitu protein aktin dan myosin yang bergabung menjadi satu membentuk aktomiosin. Dengan aktomiosin inilah otot dapat bergerak, sehingga pada saat otot menempel pada tulang dan bergerak dengan otomatis tulang juga akan ikut bergerak (Adnan, 2011).
Untuk lebih mengetahui dan memahami hal-hal sehubungan dengan jaringan rangka dan gerak, maka dilakukanlah praktikum dengan penggunaan suatu alat yaitu mikroskop. Agar lebih mempermudah mahasiswa mengetahui dengan tidak hanya mempelajari buku pegangan saja.
Hal-hal tersebutlah yang melatarbelakangi di adakannya praktikum ini. Agar kita dapat melihat secara langsung bagian-bagian histologi dari jaringan ini. Selain itu kita juga dapat membandingkan secara langsung melalui mikroskop perbedaan dari jaringan yang satu dengan jaringan yang lainnya.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum tentang histologi rangka dan gerak ini adalah agar praktikan mampu memahami, menjelaskan tentang histologi rangka dan saraf terutama pada vertebrata.
II.TINJAUAN PUSTAKA
Tulang merupakan jaringan luar biasa karena ia terus-menerus dibentuk kembali dan di organisasi dalam proses pelaksanaan fungsi penumpu dan pengaturan kalsium. Dari awal permulaannya, tulang itu berperan sebagai jaringan yang luar biasa dinamisnya, hal ini karena tulang itu memiliki struktur yang terus menerus berubah-ubah (Tambajong, 1995).
Selain itu, tulang secara arsitektural direncanakan sebagai jaringan yang ringan tetapi luar biasa kuat untuk menanggung beban yang bergaris-garis tekanan diakibatkan oleh dukungan beban yang kuat. Untuk melaksanakan ini, matriksnya termineralisasi sepanjang susunan-susunan serat yang tinggi pengorganisasiannya (Linda, 1988).
Pada kedua jaringan itu, sel-sel membentuk dan memelihara matriks terperangkap didalam kulit keras matriks yang disebut lacuna, tetapi bentuk lacuna ini bersifat khas untuk masing-masing jenis jaringan. Kedua jaringan itu tertutup oleh suatu lembar jaringan penyambung padat dan teratur yang mengandung persendian darah dan suatu populasi sel-sel batang yang terus menerus melahirkan sel pembentuk matriks baru, sel kondrogen dan sel osteon, masing-masing untuk tulang rawan dan tulang. Kedua jaringan itu dapat tumbuh dengan pembentukan lapis-lapis mulai dari tepi (Bevelander, 1988).
Tulang selalu terbentuk dalam kerangka jaringan penyambung yang telah ada sebelumnya. Perbedaan-perbedaan dalam perkembangan terjadi karena embrio beberapa dari tulang-tulang itu di endapkan dalam mesenkima yang belum terdiferensiasi, sedangkan di bagian lain dari tulang terjadi pembentukan tulang yang didahului oleh sistem tulang rawan penumpu yang sementara. Proses penting pembentukan matriks tulang dan osifikasi adalah sama dalam hal kedua tersebut. Osifikasi membran terutama terjadi dalam tulang tengkorak pipih dan klavikula, sedangkan osifikasi endokondral bersifat khas untuk sebagian besar sisa kerangka tubuh (Dellmann, 1992).
Pada tulang rawan sel-sel batangnya berpoliferasi dan membentuk kondrosit-kondrosit yang cepat mengelilingi mereka dengan matriks. Pada tulang sel-sel batangnya mula-mula berkembang menjadi osteoblast, dimana osteoblast ini merupakan sel pembentuk matriks yang luar biasa aktif lambat laun mengurung diri sendiri dalam suatu lakuna dan menjadi osteosit. Sel-sel ini berbeda dengan sel-sel tulang rawan, tetapi memelihara kontak satu sama lain melalui saluran-saluran dalam matriks dan mati bila matriks sekeliling mereka mengalami pengapuran. Berbeda dengan tulang rawan, tulang tetap memelihara suplay darah yang mengalir melimpah melalui matriks. Ini dapat terjadi karena mineralisasi matriks memberikan saluran- saluran pelindung yang dapat di lalui oleh pembuluh darah itu tanpa bahaya penutupan karenan tekanan darah itu dari luar (Fishelson, 1972).
Menurut Saktiono (1989), matriks tulang mengandung unsur-unsur yang sama seperti jaringan-jaringan penyambung lainnya yaitu serat-serat dan bahan dasar . Pengendapan matriks ini oleh osteoblast disebut osifikasi. Pengendapan garam-garam kalsium dalam matriks ini di sebut kalsifikasi, suatu proses yang terjadi normal pada tulang tetapi dapat terjadi patologis dalam jaringan pengangkut lainnya, seperti tulang rawan dan pembuluh.
Tulang juga dapat di klasifikasikan sebagai spons atau kompak. Tulang itu berpori karena ia terbentuk disekitar ruang-ruang vaskuler, dan bila mana ruang-ruang itu terlihat, maka bentuk seperti sarang madu ini disebut cancellus. Pada tulang yang kompak ruang-ruang yang berpori itu kecil-kecil, sedangkan pada tulang spons ruang-ruang lebih besar dan dapat terlihat dengan mata telanjang. Sedangkan untuk susunan seratnya cenderung berbeda pada dua jenis tulang (Adnan, 2011).
Dalam jaringan penunjang seperti tulang rawan dan tulang, sifat matriks nya bervariasi. Dalam tulang rawan, bahan dasarnya setengah rapuh dan mengandung suatu kompleks protein-karbohidrat yang di kenal sebagai kondromukoid. Pada hidrolisis parsial kondromukoid itu menghasilkan asam sulfat kondrotin. Kondrmukoid adalah PAS positif dan basofil dan berwarna biru secara metakromatis dengan toluidin, karena ia mengandung kondroitin sulfat sebagai proteoglikan yang terkemuka dalam bahan dasar (Widarto, 1997).
Tulang rawan merupakan kerangka embrio dan pada individu dewasa, gelang-gelang trakea menjadi contohnya. Sel-selnya terletak dalam ruangan kecil dalam matriks yang di sebut lacuna. Lacuna Ini beraneka ragam bentuk tergantung pada posisi dalam lempengan tulang rawan, lebih besar dan lebih bulat dekat pusat lempengan (Agarwal, 1975).
Tulang rawan berkembang dari mesenkim, seperti halnya dengan jaringan penunjang lainnya. Sel mesenkim pertama-tama membentuk serat-serat dan kemudian meletakkan matriks padat. Tiap-tiap sel membentuk suatu lapisan matriks pada keliling mereka dan dengan demikian membungkus dirinya dalam suatu lacuna (Bevelander, 1988).
Menurut Fishelson (1972), Tulang rawan terdapat dalam tiga bentuk berserat, hialin, dan elastis : betuk-bentuk ini di bedakan karena sifat-sifat serat mereka, perbandingan relative dari jenis-jenis seratnya, konsistensi matriksnya yang bervariasi dari lentur dan luwes sampai elastis dan mudah di bentuk sampai ulet dan kuat mendukung beban. Dari ketiga jenis tulang rawan ini, tulang rawan berserat merupakan tulang yang paling menyerupai jaringan penyambung yang sebenarnya. Dalam lempengan-lempengan tulang punggung, tulang rawan berserat membentuk lapisan antar kapsul jaringan penyambung dari lempengan itu dan tulang rawan hialin yang terdapat di atas permukaan bertulang dari vertebrata. Fungsi tulang rawan beraneka ragam dan berguna untuk organisme dalam banyak cara. Tulang rawan hialin merupakan sebagian besar dari kerangka sementara embrio. Varietas tulang rawan ini merupakan permukaan yang berartikulasi dari sendi-sendi. Dalam kapasitas sendi ia memperlihatkan sifat-sifat kekuatan luar biasa untuk menunjang dan juga memungkinkan tulang-tulang bergerak bebas.
Tulang rawan hialin berserat dalam kolagen dan tulang rawan hialin tidak terkumpul dalam berkas-berkas tetapi tersebar dalam seluruh jaringan dalam bentuk anyaman halu dan rapat, sepenuhnya terisi dengan bahan dari matriksnya. Perpaduan ini begitu erat sehingga terbentuk suatu massa yang meskipun luwes, namun sangat kuat dan mendukung beban. Selain itu, serat-serat dan matriksnya mempunyai kemampuan berwarna dan indeks bias yang sama (Widarto, 1997).
Tulang rawan tidak mempunyai persediaan darah kecuali pada tepi masing-masing lempengan. Sebagai akibatnya, sel- sel bagian pusatnya menerima semua zat makanan melaui di fusi karena tulang rawan itu merupakan jaingan penyambung yang menunjang beban berat, setiap persediaan darah terserap oleh tekanan. Tulang rawan elastis serupa dengan tulang rawan hialin dalam susunan perikondriumik matriks, sel dan lakunanya perbedaannya ialah bahwa tulang rawan elastis, di samping serta kolagen yang tak terlihat, mengandung suatu anyaman serat elastis yang segera dapat di tunjukkan dengan menggunakan warna yang sesuai (Bevelander, 1988).
Sel- sel otot spesialisasi untuk kontraksi yaitu mengandung protein kontraktil yang dapat berbeda dalam ukuran panjang pendek. Otot di bedakan 3 jenis otot: otot polos, otot kerangka, dan otot jantung. Otot kerangka dijumpai pada otot tersebut yang bersambungan dengan kerangka tubuh dan berkaitan dengan gerakan badan. Sel-sel kerangka dalah sel-sel silindris berbentuk prisma yang rata-rata 3 cm panjangnya tetapi yang bervariasi dari sekitar 1 mm. serat-seratnya bersatu dalam kelompok menjadi berkas-berkas disebut fasikili yang beraneka ragam dalam ukuranya. Otot-otot dari penampilan morfologi yang persis sama dengan otot kerangka di jumpai pada berbagai tempat dimana ia tidak terikat pada tulang (Dellmann, 1992).
Otot jantung menyusun bagian dinding jantung yang konraktil terlibat dalam pemompaan darah. Otot jantung hanya di temukan dalam dinding jatung dan vena besar yang memasuki jantung. Suatu sayatan melalui dinding otot jantung, menunjukan sel-sel yang tersusun sebagai anyaman yang bercabang dengan sedikit jarigan penyambung sekelilingnya, batas sel-selnya juga tidak jelas (Tambajong, 1995).
Otot polos ditemukan sebagian dari dinding alat viscera, yang berfungsi untuk mengubah keteguhan dinding organ-organ berongga. Semu jenis jaringan otot tersusun dari sel-sel membujur dengan nukleus yang jelas batasanya, suatu sitoplasma yang bewarna merah dengan eosin dan fibril-fibril didalam sitoplasma. Kebanyakan otot polos berasal dari mesenkim, yang sel-selnya pada prinsipnya tidak berbeda dari sel-sel pembentuk jaringan penyambung. Pada irisan melintang, sel-sel otot polos tampak sebagai lempengan-lempengan sitoplasma yang mempunyai berbagai diameter. Yang terbesar dari lempengan-lempengan itu terpotong dibagian tengah seratnya dan meliputi selnya (Harjana, 2011).
Sel-sel otot polos terikat menjadi satu pada sambungan-sambungan celah dan oleh lapisan luar glikoprotein serupa dengan pada membran basal. Suatu sambungan celah serupa dengan sambungan sel jenis okludens kecuali terdapat sisa ruang sempit antara membran-membran yang menempel (Linda, 1988).
III.PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Anatomi hewan (Histologi Tulang dan Rangka) ini dilaksanakan pada hari senin, 12 Mei 2014, Jam 08.00 WIB di Laboratorium Pendidikan II Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan untuk praktikum histologi tulang dan rangka ini antara lain mikroskop, buku gambar, alat-alat tulis dan kamera. Sedangkan bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah preparat permanen sistem rangka dan gerak.
3.3 Cara Kerja
Pada praktikum histologi tulang dan rangka ini, pertama diambil mikroskop setelah itu diletakkan mikroskop ditempat yang datar. Setelah itu diletakkan preparat permanen pada meja mikroskop, digunakan lensa dengan perbesaran terkecil setelah itu diperbesar, ganti dengan preparat yang lain. Selanjutnya diamati dan digambar beserta keterangannya.
IV.HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembahasan
4.1.1 Trakea
Perbesaran 4 kali Perbesaran 10 kali
Gambar 1. Trakea (a) otot polos, (b) kondrosit, (c) isogenus
Pada praktikum kali ini, preparat trakea yang telah diberi pewarnaan dengan HE (Hematoxylin Eosin) menunjukkan bahwa bagian-bagian yang terdapat pada trakea adalah otot polos, kondrosit dan isogenus seperti yang bisa dilihat pada gambar 1. Dari hasil yang didapat maka dapat dibedakan dengan jelas mana bagian-bagian dari trakea tersebut baik itu otot polos yang merupakan penyusun dari tunika muskularis, kondrosit dan isogenus nya, hal ini bisa dilihat dari 2 hasil yang didapat dengan perbesaran yang berbeda yaitu perbesaran 4 kali dan perbesaran 10 kali, dimana bagian-bagian dari trakea ini dapat terlihat jelas pada perbesaran 10 kali. Dan untuk perbesaran yang 40 kali tidak praktikan dapatkan, hal ini dikarenakan pada perbesaran 40 kali tidak terlihat dengan jelas bagian-bagian dari trakea tersebut.
Menurut Dellmann (1992), trakea tersusun dari beberapa lapisan yaitu lapisan tunika mukosa, tunika submukosa, tunika muskularis dan tunika adventitia. Tunika mukosa terdiri atas epitel pseudo kompleks bersilia dengan membran basalis, lamina propia dan lapisan serabut elastis. Tunika submukosa kaya akan serabut elastis dan lemak yang melekat pada perikhondrium cincin kartilago. Cincin kartilago dibungkus oleh membran fibrosa, cincin ini menjaga trakea, terutama saat esophagus dilalui bolus makanan. Cincin kartilago ini dibentuk oleh kartilago hialin. Untuk tunika muskularisnya disusun atas muskulus transversus trakea berupa otot polos dengan arah melintang pada bagian dorsal. Sedangkan untuk tunika adventitia terdiri atas serabut elastis dan kolagen yang longgar dengan banyak jaringan lemak.
Berdasarkan gambar 1 dilihat bahwa terdapat otot polos yang merupakan penyusun pada lapisan tunika muskularis. Dari gambar 1, otot polos ini terlihat dengan bentuk seperti sel-sel otot yang menyerupai gelondong dimana bagian ujungnya cenderung runcing. Otot polos ini memiliki fibril atau serabut yang cenderung homogen. Karena itu jika mengamatinya dengan menggunakan mikroskop, maka akan dijumpai otot tersebut tampak polos tanpa garis-garis atau pola. Otot polos ini biasa dijumpai pada semua organ dalam tubuh salah satunya adalah trakea yang merupakan salah satu organ dalam sistem respirasi.
Selain dari empat lapisan diatas, pada trakea ditemukan pula adanya kondrosit, seperti yang bisa dilihat pada gambar 1. Kondrosit ini merupakan kondroblas yang sudah tua dan matriks penyusun daripada kartilago serta letaknya terpisah satu kondrosit dengan kondrosit lainnya. Sedangkan untuk isogenus sendiri merupakan kumpulan dari beberapa kondrosit yang letaknya berdekatan ( Bevelander, 1988).
4.1.2 Otot Lurik
Perbesaran 4 kali Perbesaran 10 kali
Gambar 2. Otot Lurik (a) nucleus, (b) myofibril (c) sarkolema
Dari hasil praktikum pada preparat otot lurik yang telah diberi pewarnaan dengan HE (Hematoxylin Eosin) dan hasil ini diambil dengan dua perbesaran yaitu perbesaran 4 kali dan perbesaran 10 kali, sedangkan untuk perbesaran 40 kali tidak bisa didapatkan, hal ini dikarenakan pada perbesaran 40 kali hasil yang diamati tidak terlihat jelas atau kabur. Jadi pada preparat ini hanya digunakan 2 perbesaran yang cukup mewakili untuk mengetahui bagian dari otot lurik tersebut.
Otot lurik atau yang lebih dikenal dengan otot rangka, hal ini disebabkan karena otot ini pada umumnya menyusun bagian-bagian dari sistem gerak atau rangka, sehingga disebutlah dengan otot rangka. Otot ini dikatakan otot lurik karena kalau dilihat dengan menggunakan mikroskop , otot ini memiliki 2 daerah yaitu daerah gelap (myosin) dan daerah terang (aktin). Tetapi pada hasil yang didapat, tidak terlihat dimana daerah-daerah tersebut, pada gambar 2 warna yang dihasilkan sama saja untuk keseluruhan gambarnya sehingga tidak dapat dibedakan kedua daerah tersebut seperti apa yang ada di literatur.
Otot lurik ini terlihat seperti serabut dalam jumlah ribuan yang tersusun membentuk jaringan otot. Serabut tersebut secara teratur tampak sejajar seperti berkas yang disusun rapi, bentuknya cenderung silindris dan memiliki sel yang banyak. Pada gambar 2, terlihat bahwa serat-serat otot lurik masing-masing mempunyai banyak nukleus, mengandung banyak nukleus pucat berbentuk bulat telur yang terdesak pada sisi-sisi sel. Sebuah sel dapat mengandung beberapa ratus dari nukleus ini. Selain itu, sel pada otot lurik ini dibungkus oleh sarkolema yang terlihat pada tingkat mikroskopik. Selain nukleus dan sarkolema, ada juga bagian dari otot lurik yang dikenal dengan nama myofibril. Myofibril merupakan aparat sel yang kontraktil (Campbell, 2000).
4.1.3 Laring
Perbesaran 4 kali Perbesaran 10 kali
Gambar 3. Laring (a) otot lurik, (b) kondrosit, (c) isogenus
Pada praktikum kali ini, untuk preparat laring yang telah diberi pewarnaan dengan HE (Hematoxylin Eosin) didapatlah bagian-bagian sebagai berikut otot lurik, kondrosit dan isogenus dan bagian-bagian ini dapat dilihat pada gambar 3 dengan dua macam perbesaran yaitu perbesaran 4 kali dan perbesaran 10 kali. Sama seperti pembahasan pada trakea, pada preparat laring ini ditemukan juga adanya kondrosit dan isogenus. Dimana seperti yang telah dibahas sebelumnya kalau kondrosit itu merupakan kondroblast yang sudah tua sedangkan isogenus merupakan kumpulan dari dua atau lebih kondrosit.
Laring merupakan tabung ireguler yang menghubungkan faring dengan trakea. Dalam lamina propia terdapat sejumlah rawan laring , struktur yang paling rumit pada sistem respirasi. Rawan-rawan yang menyusun dari pada laring ini sebagian besar adalah rawan hialin dan sebagian kecil adalah rawan elastin (Saktiono, 1989).
Pada laring dibalut oleh mukosa dan ditunjang oleh tulang rawan. Tulang rawan laring berhubungan satu sama lain dengan trakea dan hyoid apparatus ligamen. Pada laring otot lurik ini dibagi menjadi 2 yaitu otot lurik ekstrinsik, yang menggerakan laring selama menelan berlangsung sedangkan otot lurik intrinsik, yang menggerakan tulang rawan laring secara individu selama pernafasan dan bersuara. Pada mukosa epiglotis, vestibulum laring dan plika vokalis dibalut oleh epitel pipih banyak lapis bertanduk. Pada lamina propia dan submukosa terdapat kelenjar tubuloasinar sederhana bercabang (Agarwall, 1975).
4.1.4 Jantung
Perbesaran 4 kali Perbesaran 10 kali
Gambar 4. Jantung (a) otot jantung, (b) pembuluh darah, (c) nukleus
Pada preparat jantung dengan perbesaran yang digunakan adalah perbesaran 4 kali dan perbesaran 10 kali yang telah diberi pewarnaan dengan HE (Hematoxylin Eosin) didapatlah bahwa pada jantung terdapat adanya otot jantung, pembuluh darah dan nukleus. Bagian-bagian ini bisa dilihat pada gambar 4. Dari gambar 4 ini diketahui bahwa otot jantung itu hanya terdapat pada jantung dan tidak terdapat pada organ manapun, hal ini lah yang menjadi ciri khas daripada jantung tersebut. Dan pada gambar juga terlihat kalau otot jantung ini mempunyai bentuk yang berbeda dari 2 otot lainnya baik itu otot polos maupun otot lurik, otot jantung ini mempunyai bentuk yang bercabang-cabang.
Otot jantung hanya ditemukan dalam dinding jantung dan vena besar yang memasuki jantung. Pada jantung terlihat sel-sel yang tersusun sebagai anyaman bercabang dengan sedikit jaringan penyambung disekelilingnya, yang mengandung suatu alas kapiler yang lebih mencolok daripada jenis otot lainnya. Nukleus pada jantung ini terletak di pusat atau ditengah seperti yang bisa dilihat pada gambar 4, biasanya nukleus ini satu per sel. Batas-batas sel pada jantung ini tidak terlalu terlihat jelas hal ini sama seperti pada otot lurik kecuali pada titik-titik tertentu dimana dapat dilihat tanda-tanda yang berbeda dengan corak pada bagian utama badan selnya. Ini adalah lempeng-lempeng tersisip, dimana mereka inilah yang merupakan sifat khas untuk otot jantung dan seringkali tampak sebagai bentuk yang menyerupai tangga dalam anyaman seratnya (Fishelson, 1972).
4.1.5 Duodenum
Perbesaran 4 kali Perbesaran 10 kali
Gambar 5. Duodenum (a) otot polos, (b) tunika adventitia, (c) kondrosit, (d) isogenus
Pada hasil praktikum yang terlihat pada gambar 5, yaitu preparat duodenum yang telah diberi pewarnaan dengan HE (Hematoxylin Eosin) dan dengan perbesaran 4 kali dan perbesaran 10 kali. Dapat terlihat dengan jelas lah pada perbesaran 10 kali bagian-bagian dari duodenum tersebut yaitu otot polos, tunika adventitia, kondrosit dan isogenus. Kondrosit dan isogenus ini ditemukan kembali pada duodenum, jadi tidak hanya ada pada trakea dan laring saja kedua bagian ini ada. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya pada pembahasan tentang trakea dan laring, kalau kondrosit itu merupakan kondroblast yang sudah tua dan terletak terpisah satu sama lainnya sedangkan isogenus merupakan kumpulan dari beberapa kondrosit yang terletak saling berdekatan seperti dalam suatu lingkaran.
Duodenum atau yang lebih dikenal dengan usus dua belas jari, duodenum ini bertanggung jawab untuk menyalurkan makanan ke usus halus. Secara histologis, pada duodenum terdapat kelenjar brunner yang menghasilkan lendir. Duodenum terdiri dari 4 lapisan yaitu tunika mukosa, tunika submukosa, tunika muskularis dan tunika adventitia (Tambajong, 1995).
Menurut Dellmann (1992), tunika mukosa terdiri dari epitel kolumner simpleks dengan mikrovili, pada lamina propianya terdapat kelenjar intestinal lieberkuhn. Pada duodenum ini ada 2 kelenjar yang ada disana yaitu kelenjar brunner dan kelenjar lieberkuhn, tetapi kedua kelenjar ini tidak dapat terlihat pada hasil praktikum yaitu gambar 5. Tunika submukosa terdiri dari jaringan ikat longgar. Tunika muskularis terdiri dari otot sirkular (otot bagian dalam) dan otot longitudinal (otot bagian luar) dan dipisah oleh pleksus mienterikus auerbach. Terakhir tunika adventitia merupakan peritoneum visceral dengan epitel squamosa simpleks yang diisi pembuluh darah dan sel-sel lemak.
4.1.6 BEP (Bronkus Extra Pulmonar)
Gambar 6. BEP (a) otot polos, (b) kondrosit, (b) isogenus, perbesaran 4 kali
Preparat terakhir adalah preparat Bronkus Extra Pulmonar atau yang biasa disingkat menjadi BEP. Preparat BEP ini telah diberi pewarnaan dengan HE (Hematoxylin Eosin) dan hasil dari BEP ini hanya didapat dengan perbesaran 4 kali, hal ini dikarenakan pada perbesaran 10 kali dan 40 kali gambar yang dihasilkan tidak begitu jelas terlihat apalagi bagian-bagian yang terdapat pada BEP tersebut. Untuk itu lah hanya digunakan hasil dengan perbesaran 4 kali saja.
Dari gambar 6 dapat dilihat bahwa bagian dari BEP itu adalah otot polos, kondrosit dan isogenus. Untuk isogenus dan kondrosit sama seperti yang telah dibahas pada pembahasan sebelumnya sedangkan untuk otot polos sendiri sama halnya dengan otot polos yang telah dibahas sebelumnya yaitu pada gambar 6 terlihat bahwa otot polos memiliki bentuk seperti gelondong dengan ujung runcing dan tanpa adanya garis-garis atau pola.
Bronkus extra pulmonar atau disebut juga bronkus primer, secara histologis adalah identik dengan trakea dalam semua rincian praktis kecuali besarnya. Dalam paru-paru, tulang rawan bronkus itu tersusun dalam suatu rangkaian plat berbentuk bulan sabit yang saling bertumpang tindih yang sepenuhnya melingkari struktur itu. Pada bagian paru-paru yang lebih dalam, struktur itu segera diganti oleh sekumpulan tulang rawan yang tak beraturan dengan tepi-tepi yang kurang lebih bulat (Bevelander, 1988).
V.PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun yang didapat pada praktikum histologi rangka dan gerak ini adalah:
1. Pada preparat trakea didapatkan adanya otot polos, kondrosit dan isogenus, dimana otot polos ini merupakan penyusun pada tunika muskularis dan otot polos ini terlihat dengan bentuk seperti sel-sel gelondong dengan ujung runcing tanpa garis-garis atau pola
2. Pada preparat otot lurik didapatlah bagian-bagian berikut ada nukleus, myofibril dan sarkolema, otot lurik ini dapat diamati seperti serabut-serabut
3. Pada preparat laring ditemukan adanya otot lurik, kondrosit dan isogenus, otot lurik disini teramati dengan bentuk serabut-serabut
5. Pada preparat jantung didapatkan bahwa ada otot jantung, pembuluh darah dan nukleus, otot jantung teramati dengan bentuk seperti anyaman yang bercabang dengan sedikit jaringan penyambung
6. Pada preparat duodenum terdapat bagian-bagian yaitu otot polos, tunika adventitia, kondrosit dan isogenus
7. Terakhir pada preparat BEP (Bronkus Extra Pulmonar) didapatlah bagian-bagiannya yaitu otot polos, kondrosit dan isogenus, otot polos yang diamati berbentuk seperti gelondong dengan ujung runcing tanpa pola atau garis.
5.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya:
1. Hati-hati dalam menggunakan mikroskop dan preparat permanen
2. Serius dan konsentrasi saat praktikum
3. Jangan ceroboh saat melihat mikroskop dan mengamatinya
4. Selalu bersihkan alat-alat selesai praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, 2011. Penuntun Praktikum Struktur Hewan. Makasar: FMIPA UMN.
Agarwal, dkk. 1975. Histologi. India:Banaras Hindu University.
Bevelander, G. 1988. Dasar-dasar Histologi. Jakarta:Erlangga.
Campbell. 2000. Biologi Kelima Jilid 3. Jakarta:Erlangga.
Dellmann, D. 1992. Histologi Veteriner. Jakarta:Universitas Indonesia.
Fishelson, L. 1972. Histologi dan Ultrastruktur. Yogyakarta:Pustaka Tama.
Harjana, T. 2011. Buku Ajar Histologi. Yogyakarta:Universitas Negeri Yogyakarta.
Linda, dkk. 1988. Histologi Dasar. Jakarta:Erlangga
Saktiono. 1989. Biologi. Jakarta:Erlangga
Tambajong, J. 1995. Sinopsis Histologi Edisi 1. Jakarta: EGC
Widarto, H . 1997. Fakta tubuh. Jakarta : Erlangga.