TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS
A. Tinjau Tinjauan an Teori Teori BPH 1. Konsep Konsep Dasar Dasar BPH BPH (Beni (Benigna gna Prost Prostat at Hipert Hipertrofi) rofi) a.
Pengertian
BPH BPH dulu dulu diseb disebut ut juga juga hipe hipert rtro rofi fi pros prosta tatt jinak jinak (Ben (Benig igna na Prostate Hipertrofi : BPH). Istilah hipertrofi sebenarnya kurang tepat kare karena na yang yang terja terjadi di adal adalah ah hype hyperp rpla lasia sia kele kelenj njar ar peri periur uret etra ra yang mendesak jaringan prostate yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah. (Mansyoer, 2000 dan Sjamsuhidayat, Sjamsuhidayat, 2005) BPH adalah adalah kondis kondisii patolo patologis gis yang yang paling paling umum umum pada pada pria pria lansia dan penyebab kedua yang paling sering untuk intervensi medis pada pria diatas usia 60 tahun. (Brunner and Suddarth, Suddarth, 2001).
detrusor detrusor sehingga sehingga terbentuk terbentuk tonjolan tonjolan mokosa. mokosa. Tonjolan Tonjolan mukosa mukosa yang kecil dinamakan “sakula“ sedangkan yang besar disebut “divertikel”. Apabil Apabilaa keadaa keadaan n berlan berlanjut jut maka maka detrus detrusor or akan akan menjadi menjadi lelah lelah dan akhi akhirny rnyaa meng mengala alami mi deko dekomp mpen ensa sasi si dan dan tida tidak k mamp mampu u lagi lagi untu untuk k berkontraksi sehingga terjadi retensi urine. Tanda dan gejala yang biasanya ditemukan adalah gejala obstruktif dan iritatif. Gejala obstru obstrukti ktiff yaitu yaitu pender penderita ita harus harus menung menunggu gu pada pada permul permulaan aan miksi miksi (hesistency), miksi terputus (intermittency), menetes pada akhir miksi (terminal dribbling), pancaran miksi menjadi lemah, rasa belum puas sehabis miksi sedangkan gejala iritatif yaitu bertambahnya frekwensi miksi, miksi, noctu nocturia, ria, miksi miksi sulit sulit ditaha ditahan n (urgen (urgency cy)) dan nyeri nyeri saat waktu waktu miks miksii (dys (dysur uria) ia).. Gejala Gejala obst obstru rukt ktif if terja terjadi di kare karena na detr detrus usor or gaga gagall berkontraksi dengan cukup kuat atau gagal berkontraksi cukup lama sehing sehingga ga kontra kontraksi ksi terput terputus-p us-putu utus, s, sedangk sedangkan an gejala gejala iritati iritatiff terjadi terjadi
detrusor detrusor sehingga sehingga terbentuk terbentuk tonjolan tonjolan mokosa. mokosa. Tonjolan Tonjolan mukosa mukosa yang kecil dinamakan “sakula“ sedangkan yang besar disebut “divertikel”. Apabil Apabilaa keadaa keadaan n berlan berlanjut jut maka maka detrus detrusor or akan akan menjadi menjadi lelah lelah dan akhi akhirny rnyaa meng mengala alami mi deko dekomp mpen ensa sasi si dan dan tida tidak k mamp mampu u lagi lagi untu untuk k berkontraksi sehingga terjadi retensi urine. Tanda dan gejala yang biasanya ditemukan adalah gejala obstruktif dan iritatif. Gejala obstru obstrukti ktiff yaitu yaitu pender penderita ita harus harus menung menunggu gu pada pada permul permulaan aan miksi miksi (hesistency), miksi terputus (intermittency), menetes pada akhir miksi (terminal dribbling), pancaran miksi menjadi lemah, rasa belum puas sehabis miksi sedangkan gejala iritatif yaitu bertambahnya frekwensi miksi, miksi, noctu nocturia, ria, miksi miksi sulit sulit ditaha ditahan n (urgen (urgency cy)) dan nyeri nyeri saat waktu waktu miks miksii (dys (dysur uria) ia).. Gejala Gejala obst obstru rukt ktif if terja terjadi di kare karena na detr detrus usor or gaga gagall berkontraksi dengan cukup kuat atau gagal berkontraksi cukup lama sehing sehingga ga kontra kontraksi ksi terput terputus-p us-putu utus, s, sedangk sedangkan an gejala gejala iritati iritatiff terjadi terjadi
menimbulkan hematuria. Batu tersebut dapat pula menyebabkan sistitis dan dan bila bila terja terjadi di reflu refluks ks dapa dapatt terja terjadi di pielo pielone nefr frit itis. is. Secar Secaraa klin klinik ik biasanya derajat berat gejala klinik dibagi menjadi 4 gradasi yaitu derajat 1, apabila apabila ditemukan ditemukan keluhan keluhan prostatimus, prostatimus,pada pada pemeriksaan pemeriksaan colok dubur ditemukan penonjolan prostat dan sisa urine kurang dari 50 ml, derajat 2 apabila ditemukan tanda dan gejala seperti derajat 1, prostate lebih menonjol, batas atas masih berada dalam sisa urine lebih dari 50 ml tetapi kurang kurang dari 100 ml, derajat 3 seperti derajat 2 hanya batas atas prostat tidak berada lagi dan sisa urine lebih dari 100 ml, sedangkan derajat 4 apabila sudah retensi total ( Sjamsuhidayat dan Wim de Jong, 2004).
c.
Pemeriksaan Penunjang
1) Pem Pemerik eriksa saan an Fis Fisik ik
disfu disfung ngsi si buli buli-bu -buli li dan dan volu volume me resid residu u dan dan menca mencari ri kelai kelaina nan n patologi lain, baik yang berhubungan atau tidak dengan BPH. Dari foto foto polo poloss abdo abdome men n dapa dapatt dili diliha hatt adan adanya ya batu batu pada pada trak traktu tuss urin urinar ariu ius, s, pemb pembes esar aran an ginj ginjal al atau atau buli buli-b -bul uli. i. Dari Dari intr intrav aven enaa pielografi derajat dilihat supresi komplit dari fungsi renal,l hidr hidron onef efro rosis sis dan dan hidr hidrou ouret reter er.. Dari Dari USG USG dapa dapatt dipe diperk rkira iraka kan n besarnya prostat, memeriksa massa mass a ginjal, mendeteksi residu res idu urine, batu ginjal, divertikulum atau tumor buli-buli.
d.
Penatalaksanaan Medis dan Pembedahan
1) Pena Penata talak laksan sanaan aan Med Medis is a) Konser servatif (1) Mengur Mengurang angii nyeri (2) Mengurangi Mengurangi minum minum setelah setelah makan malam malam
gejala berkurang,. Biasanya pasien mulai merasakan berkurangnya keluhan dalam waktu 1-2 minggu setelah ia mulai memekai obat. Efek samping yang mungkin timbul adalah pusing, capek, sumbatan hidung dan rasa lemah. (2)
Penghambat
Enzim
5-1
Reduktase Obat yang dipakai adalah finansteride (proscar) dengan dosis 1-5 mg/hari. Obat golongan ini menghambat pembentukan DHT sehingga prostat yang membesar akan mengecil. Namun obat ini bekerja lebih lambat daripada golongan a bloker dan manfaatnya hanya jelas pada prostate
yang
sangat
besar.
Efektivitasnya
masih
diperdebatkan karena baru menunjukkan perbaikan sedikit dari keluhan pasien setelah 6-12 bulan, pengobatan bila
Adalah salah satu metode mengangkat kelenjar melalui insisi abdomen. Suatu insisi dibuat dalam kandung kemih dan kelenjar prostate diangkat dari atas. c)
Prostatektomi Perineal
Adalah mengangkat kelenjar melalui suatu insisi dalam perineum. Pendekatan ini lebih praktis ketika pendekatan yang lainnya tidak memungkinkan. d)
Prostatektomi Retropubik
Adalah teknik lain dan lebih umum dibandingkan suprapubik. e)
Insisi Prostat Transurectal (TUIP)
Adalah prosedur lain untuk menangani BPH dengan cara memasukkan instrument melalui uretra. Satu atau dua buah insisi dibuat pada prostat dan kapsul prostat untuk mengurangi tekanan prostat pada uretra dan mengurangi konstruksi uretra.
b) Post operasi (1) Perdarahan post operasi (2) Cairan drain merah lebih dari 3 hari (3) Adanya luka post operasi (4) Nyeri luka post operasi (5) Nyeri pada penis (6) Melakukan hubungan sex bila telah post operasi lebih dari 6-8 minggu (7) Pasien terpasang three way (8) pasien terpasang drain 2) Diagnosa keperawatan Proritas masalah berdasarkan keluhan pasien (Doenges, 1999 & Carpenito, 19990). a) Pre Operasi
(2)
Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan
efek-efek pembedahan spinkter kandung kemih sekunder terhadap pembedahan. (3)
Nyri akut berhubungan dengan spasme kandung
kemih dan insisi sekunder prostatektomi. (4)
Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan
prosedur invasive pengetahuan. (5)
Resiko
tinggi
terhadap
disfungsi
sekunder
berhubungan dengan ancaman konsep diri atau perubahan status kesehatan.
b. Perencanaan
1) Pre Operasi a) Retensi urine berhubungan dengan pembesaran prostate.
(4) Awasi dan catat waktu dan jumlah tiap kemih. Rasional :
Retensi urine meningkatkan tekanan dalam saluran
perkemihan
atas
yang
dapat
mempengaruhi fungsi ginjal. b) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi atau spasme otot sekunder akibat BPH. Tujuan
: Nyeri terkontrol/hilang
Kriteria hasil
: Ungkapan
nyeri
berkurang/terkontrol,
tampak rileks. Intervensi
:
(1) Observasi tingkat nyeri, lokasi dan intensitas Rasional :
Memberiakan informasi dalam memberikan efektifitas tindakan
(2) Ajarkan teknik distraksi (nafas dalam) dan relaksasi
Kriteria hasil
: Hidrasi adekuat, tanda-tanda vital stabil, nadi perifer teraba, pengisian kapiler baik, membrane mukosa lembab.
Intervensi
:
(1) Awasi
haluaran
dengan
hati-hati,
tiap
jam
bila
diindikasikan. Perhatikan haluaran 100-200ml/jam Rasional :
Diuresis
cepat
kekurangan
dapat
volume
ketidakcukupan
menyebabkan total,
jumlah
karena natrium
diabsorbsidalam tubulus ginjal. (2) Dorong
peningkatan
kebutuhan individu.
pemasukan
oral
berdasarkan
dari
area
mengikuti
akstraseluler perpindahan,
hiponatrtremia.
natrium
dapat
menyababkan
d) Resiko terjadinya infeksi berhubungandengan residual urine akibat pembesaran prostat. Tujuan
: Tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil
: Suhu tubuh normal (36-37ºC) dan tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervensi
:
(1) Fiksasi kateter dengan baik dan benar. Rasional :
Kateter tidak keluar masuk dalam buli-buli sehingga dapat menimbulkan kuman masuk.
(2) Observasi TTV. Rasional :
Mengetahui perkembangan lebih lanjut.
(3) Observasi tanda-tanda infeksi seperti rubor, calor, dolor tomor dan fungsiolaesa. Rasional :
Tanda
infeksi
yang
diketahui
dini
Intervensi
:
(1) Kaji tingkat pengetahuan pasien. Rasional :
Untuk
mengetahui
pengetahuan prognosis,
seberapa
pasien tanda
tentang dan
banyak penyakit,
gejala
serta
pengobatannya. (2) Diskusikan dan jelaskan tentang tindakan pembedahan yang akan dilakukan. Rasional :
Pasien
mengerti
dan
bisa
memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi. (3) Berikan penjelasan tentang hal-hal apa saja yang harus dilakukan sebelum operasi. Rasional :
Pasien dapat mengetahui persiapan apa saja yang dapat dilakukan sebelum operasi.
Intervensi
:
(1) Tentukan kebiasaan tidur dan kebiasaan yang terjadi. Rasional :
Mengkaji
perlunya dan mengidentifikasi
intervensi yang tepat. (2) Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi, missal ; bantal, guling. Rasional :
Meningkatkan
kenyamanan
tidur
serta
dukungan fisiologis/psikologis. (3) Beri posisi nyaman, bantu dalam mengubah posisi. Rasional :
Perubahan posisi mengubah area tekanan dan meningkatkan istirahat tidur.
(4) Tingkatkan regimen kenyamanan pada waktu tidur, mandi hangat dan message, segelas susu hangat pada waktu tidur. Rasional :
Meningkatkan efek relaksasi, pemberian susu
(3) Pertahankan posisi traksi kateter. Rasional :
Traksi kateter dapat membantu menekan sumber pendarahan.
(4) tekanan darah haemoglobin. Rasional :
Mengetahui jumlah haemoglobin dan tindakan medis selanjutnya terhadap pemberian tranfusi darah.
(5) Kolaborasi dengan medis dalam pemberian antikoagulan. Rasional :
Dapat menghentikan pendarahan.
b) Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan efek-efek pembedahan spinkter kandung kemih sekunder terhadap pembedahan. Tujuan
: Pola eliminasi kembali normal
Kriteria hasil
: Berkemih
dalam
jumlah
normal
tanpa
masukan cairan menurunkan berkemih atau gangguan tidur selama malam hari. (4) Pertahankan irigasi kandung kemih kontinu sesuai pesanan. Rasional :
Menghindari terjadinya obstruksi, mencuci kandung kemih dari bekuan darah atau debris sehingga mempertahankan potensi kateter atau aliran urine.
(5) Gunakan salin normal steril untuk irigasi untuk pesanan. Pertahankan tehnik steril dan atur aliran, lakukan 40-60 tetes/menit. Rasional :
Irigasi dengan salin normal (isotonic akan meminimalkan
kehilangan
untuk
mempertahankan urine jernih. (6) Setelah kateter dilepas ukur urine setiap berkemih.
cenderung
lebih
berat
pada
pendekatan
suprapubik atau TUR (biasanya menurun setelah 48 jam). (2) Pertahankan
patensi
kateter,
dan
system
drainase,
pertahankan selang bebas dari lekukan dan bekuan. Rasional :
Mempertahankan fungsi kateter dan drainase system, menurunkan sistensi kandung kemih.
(3) Berikan pasien informasi yang akurat tentang kateter, drainase dan spasme kandung kemih. Rasional :
Menghilangkan ansietas dan meningkatkan kerjasama dengan prosedur tertentu.
(4) Berikan
tindakan
pengubahan
posisi,
kenyamanan pijatan
(sentuhan
punggung)
dan
terapeutik, aktivitas
terapeutik, dorong penggunaan tehnik relaksasi (nafas
(3) Ambulasi dengan kantung drainase dependen. Rasional :
Menghilangkan refeks balik urine, yang dapat memasukkan bakteri kedalam kandung kemih.
(4) Observasi drainase dari luka, sekitar kateter suprapubik. Rasional :
Adanya drain, insisi suprapubik meningkatkan resiko
untuk
pertumbuhan
memberikan bakteri,
media
peningkatan
untuk resiko
infeksi luka. (5) Ganti balutan dengan sering, pembersihan dan pengeringan kulit sepanjang waktu. Rasional :
Balutan basah menyebabkan kulit iritasi dan memberikan
media
untuk
pertumbuhan
bakteri, peningkatan resiko infeksi luka. e) Resiko tinggi terhadap disfungsi sekunder berhubungan dengan
pendekatan
lain,
aktivitas
seksual
dapat
dilakukan biasa dalam 6-8 minggu. (3) Diskusikan dasar anatomi, jujur dalam menjawab pertanyan pasien. Rasional :
Saraf
pleksus
mengontrol
aliran
secara
posterior ke prostat melalui kapsul pada prosedur yang tidak melibatkan kapsul prostat, impotent dan sterilitas biasanya tidak menjadi konsekuensi, prosedur bedah mungkin tidak memberikan
pengobatan
permanent
dan
hipertrofi dapat berulang. (4) Instruksikan latihan perineal dan interupsi/kotinu aliran urine. Rasional :
Meningkatkan
peningkatan
kontrol
otot
d. Evaluasi
Adalah tahap akhirdalam proses keperawatan.Dimana dalam evaluasi, perawat dapat melakukan penilaian terhadap keefektifan tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Adapun evaluasi yang didapat dari pelaksanaan diatas : 1) Pre Operasi a) Berkemih dalam jumlah cukup dan normal b) Nyeri terkontrol / hilang c) Volume cairan adekuat d) Tidak terjadi infeksi e) Pengetahuan pasin bertambah f) Istirahat tidur pasien terpenuhi 2) Post Operasi a) Perdarahan minimal atau tidak terjadi perdarahan
Faktor usia gangguan hormon
↓ Perubahan keseimbangan hormone testoteron dan estrogen
↓ Konversi testoreron menjadi estrogen pada jaringan adipose di perifer
↓ Hyperplasia stroma
↓ Pembesaran prostat
↓ Resistensi pada leher vesika dan daerah prostat meningkat
↓ destrusor menjadi lebih tebal
↓ Dekompensasi Pre operasi
↓
↓
↓
Gejala obstruksi
Retensi urine
Retensi kronik
↓
↓
↓
Hesistency Intermittency Terminal dibbling Pancaran miksi lemah Rasa belum puas sehabis kencing
tidak tuntas pada akhir miksis
↓
Tidak mampu miksis
Refluks vesikoureter Hirdroureter Hidronetrosis Gagal ginjal ← infeksi Miksi mengedan
↓
↓
↓
Tekanan intra vesika me↑
Hernia / haemoroid
Gejala iritatif Bertambahnya frekuensi miksi Urgency
Inkontiestia Paradoks
Retensi urine
↓ Kemacetan total
↓
↓ ↓ Resiko terjadi infeksi
Post operasi
↓
↓
Nyeri akut
Gejala iritatif : Nocturia Dysuria
Endapan (batu)
Gangguan Istirahat tidur
Perdarahan post operasi Cairan drain merah lebih dari 3 hari
↓ Nyeri pada penis Melakukan hubungan sex bila telah post operasi dari 6 – 8 minggu
↓
↓
PK Hemoragik
resiko terhadap disfungsi seksual
iritasi sistitis
↓ hematuria
↓ Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan
Pasien tidak tahu tentang penyakitnya Pasien kurang mengerti tentang tindakan operasi
Adanya luka post operasi Nyeri luka post operasi
↓ Kurang pengetahuan
Pasien terpasang three way
Resiko infeksi
Perubahan pola eliminasi BAK
Nyeri akut
21Sumber: Sjamsuhidajat & Win de Jong, (2005) Doenges.M.E (1999), Barbara Engram (1999)
B. Tinjauan Kasus 1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 2 Mei 2008 pukul 13.00 wita di Ruang C (Bedah) RSUD Sanjiwani Gianyar dengan teknik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan catatan medis. a. Pengumpulan Data 1) Identitas Nama Umur Jenis kelamin Status Pendidikan Agama Suku/bangsa Alamat No CM
Pasien WL 58 tahun Laki-laki Kawin SMA Hindu Bali/Indonesia Br. Beng Gianyar 219517
Penanggung GA 47 tahun Laki-laki Kawin SMA Hindu Bali/Indonesia Br. Beng Gianyar
dikatakan menderita penyakit pada kelenjar. Selain minum obat dari dokter, pasien juga biasa minum jamu tradisional. Pada tanggal 7 Januari 2007 pasien mencoba pengobatan alternatif.
Pada saat
menjalani
menggunakan penggobatan
alternatif kateter pasien terlepas, sehingga pasien kembali menggalami kesulitan dalam BAK. Akhirnya pasien berobat ke RSUD Sanjiwani Gianyar pada tanggal 8 Desember 2007 dan oleh dokter di UGD didiagnosa BPH dan dianjurkan untuk menjalani operasi. Karena pasien merasa takut untuk menjalani operasi dan terbentur masalah biaya, akhirnya pasien memilih untuk menjalani rawat jalan. Pasien rajin kontrol dan mengganti kateter setiap 2 minggu sekali ke RSUD Sanjiwani Gianyar. Pada tanggal
30 April 2008 pukul 16.00 wita,
menjalani rawat inap di ruang Arjuna. Di Ruang Arjuna
f) Therapi tanggal 2 Mei 2008 IVFD RL 20 tetes/menits g) Terapi tanggal 2 mei 2008 IVFD RL 20 tetes/menit 3) Data Bio-psiko-sosial-spiritual a) Data Biologis (1) Bernafas Sebelum sakit dan saat pengkajian pasien mengatakan tidak mengalami gangguan dalam menarik maupun dalam menghembuskan nafas. (2) Makan dan minum Makan
: Sebelum dan sesudah sakit pasien mengatakan biasa makan 3 kali sehari dengan komposisi nasi, lauk dan sayuran yang disediakan, pasien
pengkajian pasien terpasang kateter, volume + 100 cc aliran urine dalam kateter lancer, warna kuning jernih konsistensi encer, bau khas urine. (4) Gerak dan aktivitas Sebelum pasien pasien sakit mengatakan tidak mengalami kesulitan pengkajian
dalam
gerak
pasien
aktivitasnya
mengatakan
sehari-hari. Saat
mampu
memenuhi
kebutuhan sehari-harin7ya seperti mandi, makan, BAB, dan BAK. (5) Istirahat dan tidur Sebelum
sakit
pasien
mengatakan
tidak
mengalami
kesulitan dalam istirahat dan tidur. Pasien biasa tidur 7-8 jam, pasien tidur malam pukul 22.00 wita. Pasien tidak terbiasa tidur siang. Saat pengkajian pasien mengatakan
nyeri 4 dari 10 skala nyeri yang diberikan. Pasien meringis, pasien merasa nyeri saat ditekan di daerah suprapubis (2) Rasa Aman Pasien mengatakan cemas dengan tindakan operasi yang akan dilakukan, pasien mengatakan gelisah karena ini operasi yang pertama, pasien tegang menghadapi operasi, pasien gelisah (3) Pengetahuan Pasien mengatakan belum tahu tentang penyakitnyadan kurang mengerti tentang tindakan pembedahan yang akan dilakukan c) Data Sosial Hubungan pasien dengan keluarga dan perawat baik, begitu pula dengan pasien lain
BB saat sakit
: 70 kg
Tinggi badan
: 170 cm
d) Keadaan fisik (1) Kepala
: Benjolan tidak ada, nyeri tekan tidak ada, kulit kepala bersih, penyebaran rambut merata
(2) Mata
: Konjungtiva merah muda, pupil isokhor, gerakan bola mata terkoordinasi, nyeri tekan tidak ada
(3) Hidung
: Nyeri tekan tidak ada, secret tidak ada, pembesaran polip tidak ada
(4) Telinga
: Nyeri tekan tidak ada, serumen tidak ada, pendengaran baik
(5) Mulut
: Mukosa bibir kering, lidah bersih, stomatitis tidak ada, gigi bersih,pembesaran tonsil tidak
(10) Genetalia : Terpasang kateter, keadaan kulit disekitar orificium bersih, tidak terdapat lesi (11) Anus : Tidak diobservasi 5) Pemeriksaan Penunjang a) Pemeriksaan Hematologi : tanggal 2 Maret 2008 Kimia darah Gula darah
Hasil
Normal
- Puasa
-
50-100 mg/dl
- 2 jam PP
-
85-125 mg/dl
- Sewaktu Bilirubin total Bilirubin direk Bilirubin indirek AST/SGOT
78 0,32 0,10 0,22 10
< 150 mg/dl 0,2-1 mg/hg 0,05-0,3 mg/dl 0-0,75 mg/dl L= 14 – 37 u/L
11
P= 11- 31 u/L L= 6-40 u/L
ALT/SGPT
APPT PT
33,8 detik 16,5detik
27,0-39,0 dtk 13,5-18-5 dtk
c) Pemeriksaan laboratorium tanggal 30 April 2008 WBC RBC HGB HCT MCV MCH MCHC PLT Ly Mo Gr Eo RDW
Hasil 6,6 4,20 12,3 36,1 86,0 29,3 34,1 228 % 46,0 6,7 47,3 13,2
Satuan 103 /uL 106 /uL 5 /dl % FL P5 5 /dl 103 /uL 3,0 0,4 3,2 < 0,7 %
Nilai Normal 4,0-4,9 3,80-5,30 12,0-18,0 34,0-48,0 80,0-106 27,0-32,0 32,0-36,0 120-130 % 11,0-49,0 0,0-9,0 42,0-85,0 11,5-14,5
Prostat Ukuran
47X44X3
cm,
ekhostruktur
normal,
tepi
rata,
klasifikasi (-) Kesan : sesuai BPH, ginjal dan buli tidak tampak kelainan Diagnosa : BPH grade II + retensi urine Pemeriksaan g) Pemeriksaan EKG tanggal 2 Mei 2008 Kesimpulan : Sinus bradycardi 59 X/menit Axis normal 6) Data Tambahan a)
Intra Operasi
Operasi dilakukan tanggal 3 Mei 2008 pukul 09.00 wita. Kemudian dilaksanakan anastesi pukul 09.05 wita dengan regional anastesi menggunakan tehnik Block Spinal Anastesi
Obat premedikasi : Milos 1 mg Diagnosa medis (tanggal 3 Mei 2008) : Post Prostatektomi. b)
Post Operasi
Pasien diterima di ruang ICU pukul 11.45 wita dalam keadaan sabar. Pengkajian dilakukan tanggal 3 Mei 2008 pukul 17.00 wita dengan terdapat luka post operasi diperut bagian bawah sepanjang + 10 cm. Terdapat luka penusukan drain, gaas penutup luka bersih,. Terpasang threeway, ada distensi kandung kemih, pasien mengatakan aktivitasnya masih dibantu, pasien mengatakan badannya lemah, pasien tampak berbaring di tempat tidur, pasien dibantu dalam memenuhi ADLnya oleh keluarga. Pasien juga mengatakn nyeri pada luka post operasi dan alat kelamin bila irigasi tidak lancar, pasien menahan rasa sakit, skala nyeri 5 dari 10 skala nyeri yang diberikan.
PLT
21,9
120-380
(%)
(10…/uL)
(%)
Ly
20,5
3,3
11,0-49,0
Mo
32
0,5
0,0-9,0
Gr
76,3
3,2
42,0-85,0
Eo
-
< 0,7
-
b. Analisa Data TABEL 1
1
1
2
2 setelah operasi
Post Operasi - Pasien mengatakan aktivitasnya masih dibantu - Pasien mengatakan badannya masih lemah
3 10../uL
4
- Pasien lemah - Pasien tampak berbaring di tempat tidur - Pasien dibantu dalam memenuhi ADL oleh keluarga - Terpasang kateter dan cairan irigasi - N= 56x/menit
T rd
tl k
- Intoleransi aktivitas
R ik
1
2
c. Rumusan Masalah 1) Pre Operasi a) Nyeri akut b) Kurang pengetahuan c) Resiko terjadinya infeksi 2) Post Operasi a) Perubahan pola eliminasi urine b) Intoleransi aktivitas c) Resiko terjadinya infeksi d) Nyeri akut
3
4
Dapat mengganggu istirahat tidur dan gerak aktivitas sehingga ADL pasien menjadi ketergantungan. b)
P
:
Kurang pengetahuan
E : Kurangnya informasi S
: Pasien mengatakan belum tahu tentang penyakitnya. Pasien mengatakan kurang mengerti tentang tindakan operasi dan pengobatan setelah operasi, pasien, tegang, pasien gelisah.
Proses terjadinya : Karena
kurangnya
informasi
mengenai
tindakan
pembedahan dan persiapan operasi yang akan dilakukan serta pengobatannya menyebabkan pengetahuan pasien tentang hal tersebut kurang dan itu juga dapat menahan kekhawatiran pasien dalam menghadapi operasi
a) P
: Perubahan pola eliminasi urine
E : Efek-efek pembedahan spinkter kandung kemih sekunder pasca prostatektomi S
: Pasien mengatakan aktivitasnya masih dibantu. Pasien mengatakan badannya masih lemh
Proses terjadinya : Adanya prosedur pembedahan dan pemasangan kateter yang akan mempengaruhi pengontrolan proses miksi sehingga menyebabkan terjadinya perubahan pada pola miksi. Akibat bila tidak ditanggulangi : Pasien menjadi ketergantungan dan proses miksi tidak normal b) P
: Intoleransi aktivitas
Faktor resiko : terdapat luka post operasi di perut bagian bawah dengan panjang + 10 cm, terdapat luka penusukan drain, WBC 15,9 10…u/L, gaas penutup luka masih bersih.
e. Diagnosa Keperawatan 1) Pre Operasi a) Nyeri akut berhubungan dengan Inflamasi dan spasme otot sekunder akibat BPH di tandai dengan pasien mengeluh nyeri saat kencing, pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, terdapat nyeri tekan pada daerah suprapubis, skala nyeri 4 dari 10 skala nyeri yang diberikan, pasien meringis. b) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi ditandai dengan pasien mengatakan belum tahu tentang tindakan operasi dan pengobatan setelah operasi, pasien tegang,
panjang + 10 cm, terdapat luka penusukan drain, WBC 15,9 10…u/L, gaas penutup luka masih bersih. d) Nyeri akut berhubungan dengan spasme kandung kemih dan insisi
sekunder
prostatektomi
ditandai
dengan
pasien
mengatakan nyeri pada luka post operasi, pasien mengatakan nyeri pada alat kelamin bila irigasi tidak lancar, pasien tampak menhan rasa sakit skala nyeri 5 dari 10 skala nyeri yang diberikan.
2. Perencanaan
a. Prioritas Masalah Keperawatan Berdasarkan keluhan pasien dan berat ringannya masalah : 1)
Pre Operasi
a) Kurang pengetahuan
b. Rencana Keperawatan Table 2 RENCANA PERAWATAN PADA PASIEN WL DENGAN BPH GRADE II + RETENSI URINE POST PROSTATEKTOMI HARI KE - 0 DI RUANG C (BEDAH) RSUD SANJIWANI GIANYAR TANGGAL 2 S/D 5 MEI 2007 No 1 1
Hari/tgl/ Diagnosa keperawatan jam 2 Pre Op Selasa 08/5/07 12.00 wita
Rencana Tujuan
3 4 Kurang pengetahuan Setelah diberikan asuhan berhubungan dengan keperawatan selama 1x kurangnya informasi 30 menit diharapkan ditandai dengan pasien pengetahuan pasien mengatakan belum bertambah dengan tahu tentang kriteria hasil: penyakitnya. 1. Pasien dapat Pasien mengatakan mengetahui tindakan kurang mengerti dan persiapan pre tentang. tindakan operasi operasi dan pengobatan 2. Pasien tenang setelah operasi, pasien 3. Pasien mau tegang, pasien gelisah berpatisipasi dalam pengobatan
Rencana Tindakan 5 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien 2. Berikan penjelasan tentang tindakan pembedahan yang akan dilakukan 3. Berikan penjelasan tcntang hal-hal apa yang harus dilakukan sebelum operasi 4. Evaluasi kembali pemahaman pasien tentang penjelasan yang diberikan 5. Beri penguatan informasi pasien yang telah diberikan sebelumnya 6. Kaji tingkat kecemasan
39
Rasional 6 1. Untuk mengetahui berapa banyak pengetahuan pasien tentang pembedahan dan persiapan 2. Pasien menjadi mengerti dan tahu tentang tindakan pembedahan yang akan dilakukan sebelum operasi 3. Pasien dapat mengetahui persiapan apa saja yang dapat dilakukan sebelum operasi 4. Mengetahui seberapa jauh pemahaman pasien tentang tindakan pembedahan 5. Memungkinkan pasien untuk mcnerima kenyataan dan menguatkan kepercayaan pada pemberi perawatan dan pemberian informasi
1
2
3
4
2
Selasa 08/5/07 12.30 wita
Nyeri akut Setelah diberikan asuhan berhubungan dengan keperawatan selama 1 x inflamasi dan spasme 24 jam diharapkan rasa otot sekunder akibat nyeri bisa berkurang BPH ditandai dengan pasien bertambah dengan pasien mengeluh nyeri kriteria hasil : saat kencing, pasien 1. Pasien tidak meringis mengatakan nyeri tagi seperti ditusuk-tusuk, 2. Pasien mengatakan terdapat nyeri tekan nyerinya berkurang pada daerah saat kencing suprapubik, skala nyeri 3. Skala nyeri 2 dari 10 4 dari 10 skala nyeri skala nyeri yang yang diberikan. diberikan 4. N ; 60-100 x/mnt
1. Observasi vial sign tiap 8 jam 2. Kaji skala nyeri pasien, lokasi dan intensitasnya (PQRST) 3. Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam 4. Ajarkan tehnik distraksi (mengajak ngobrol) 5. Kolaborasi pemberian analgesik
3
Selasa 08/5/07 12.30 wita
Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan factor resiko terpasang kateter WBC 6,6 103 u/L
1. Observasi keadaan umum pasien dan tanda vital tiap 8 jam terutama suhu 2. Rawat kateter tiap hari 3. Observasi tanda-tanda infeksi seperti: rubor, kalor, dolor, tumor, dan fungsi laesa 4. Anjurkan pada pasien
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan rasa nyeri bisa berkurang dengan kriteria hasil : 1. Tanda-tanda infeksi tidak terjadi seperti rubor, kalor, dolor, tumor, dan fungsi
5
40
6 6. Untuk mengetahui kesiapan pasien dalam menjalani operasi 1. Dengan mengobservasi vital sign dapat diketahui tingkat nyeri pasien 2. Dapat membantu dalam menentukan pilihan atau keefektifan intervensi 3. Tehnik relaksasi nafas dalam akan merilekskan otot-otot dada 4. Dapat mengalih perhatian pasien sehingga tidak terfokus pada nyeri 5. Dapat mengurangi nyeri
1. Mengidentifikasi adanya kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan 2. Dengan merawat kateter dapat mencegah penyebaran kuman dan infeksi 3. Tanda infeksi yang diketahui dini memungkinkan pemberian tindakan pengobatan lebih cepat
1
2
4
Post Op Rabu 09/5/07 16.00 wita
3
4 laesa 2. Suhu ; 36-370C 3. WBC dalam batas normal 4. Warna urine kuning jernih
5 menjaga kcbersihan kulit disekitar kemaluan 5. Pantau hasillaboratorium (WBC)
Nyeri akut Setelah diberikan asuhan 1. berhubungan dengan keperawatan selama 2x 24 spasme kandung kemih jam diharapkan rasa nyeri dan insisi sekunder berkurang / hilang dengan 2. pada prostatektomi kriteria hasil : ditandai dengan pasien 1. Nyeri terkontrol mengatakan nyeri pada /hilang luka post operasi, 2. Pasien rileks 3. pasien mengatakan 3. Skala nyeri 2 dari 10 nyeri pada alat kelamin sktda nyeri yang bila irigasi tidak lancar, diberikan pasien menahan rasa sakit, skala nyeri 5 dari 10 skala nyeri yang diberikan 4.
6 4. Dapat mengurangi penyebaran kuman-kuman ke genetalia 5. Salah satu indikator terjadinya infeksi adalah meningkatkan hasil laboratodum (WBC)
Kaji nyeri, perhatikan 1. lokasi, intesitas berdasarkan PQRST Pertahankan patensi kateter dan sistem drainase 2. Pertahankan selang bebas dari lekukan dan bekuan Berikan tindakan kenya3. manan (sentuhan, terapeutik perubahan posisi, pijatan punggung) dan aktivitas terapeutik. 4. Dorong penggunaan relaksasi (nafas dalam) Berikan pasien informasi 5. yang adekuat tentang kateter, drainase, dan spasme kandung kemih. 5. Delegatif dalam pemberian Cetorol 3x 1 ampul iv/set
41
Nyeri tajam, intermiten dengan dorongan berkemih / pasase urine disekitar kateter menujukkan spasme kandung kemih Mempertahankan fungsi kateter dan drainase sistem menurunkan resiko distensi / kandung kemih Menurunkan tegangan otot, memfokuskan kembali perhatian dan dapat meningkatkan kemampuan koping Menghilangkan ansietas dan meningkatkan kerjasama dengan prosedur tertentu Mengurangi nyeri
1 5
6
2 Rabu 09/5/07 16.00 wita
3 Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan efek pembedahan spinkter kandung kemih terhadap pasca prostatektomi ditandai dengan pasien mengatakan tidak terasa saat kencing, distensi kandung kemih, terpasang three way
4 Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x 24 jam diharapkan urine yang ditampung jernih dengan kriteria hasil : 1. Keadaan cairan irigasi tidak tersubat 2. Pasien berkemih dalam jumlah yang normal tanpa retensi 3. Balance cairan CM = CK 4. Pola miksi secara bertahap kembali normal Rabu Intoleransi aktivitas Setelah diberikan asuhan 09/5/07 berhubungan dengan keperawatan selama 2x 16.00 kelemahan umum 24 jam diharapkan ADL wita sekunder terhadap pasien dapat terpenuhi pembedahan ditandai dengan kriteria hasil : dengan pasien 1. Pasien dapat mengatakan melakukan mobilisasi aktivitasnya masih secara bertahap dibantu, pasien (miring kanan, miring mengatakan badannya kiri) lemas, pasien 2. Pasien dapnt berbaring ditempat memenuhi ADLnya
5 1. Observasi saluran urine sistem kateter / drainase khususnya selama irigasi kandung kemih 2. Evaluasi warna konsistensi urine 3. Pertahankan irigasi kandung kernih kontinu sesuai indikasi 4. Menghitung CMCK 5. Delegatif dalam tindakan mengendorkan traksi (hari 1)
6 1. Retensi dapat tcrjadi karena edema area bedah, bekuan darah dan spasme kandung kemih 2. Mengindikasikan perdarahan dan memerlukan terapi cepat 3. Memperlancar irigasi pada selang sehingga tidak ada bekuan darah 4. Mengetahui cairan yang masuk dan keluar untuk mencegah terjadinya kekurangan cairan dalam tubuh 5. Mempetahankan patensi kateter/ aliran urine
1. Pantau TTV pasien 2. Anjurkan mobilisasi secara bertahap (miring kanan, miring kiri) 3. Anjurkan keluarga untuk memberikan dukungan dalam mobilisasi dan pemenuhan ADL pasien 4. Diskusikan dan observasi tingkat kelemahan klien dan identifikasi aktivitas yang dapat dilakukan
1. Pada pasien post operasi dengan anastesi BSA biasanya mengalami penurunan dalam TD dan nadi 2. Mencegah kekakuan otot 3. Meningkatkan partisipasi keluarga / orang terdekat untuk aktif dalam perawatan pasien 4. Diharapkan, pasien memahami keadaannya sekarang untuk sementara dan dapat pulih kembali setelah 6-8 jam post operasi
42