Mata Kuliah
: Ilmu Hadist
Dosen Pengampu
: Drs. M. Rusdi, M.Ag
Sebagai Tugas
: Kelompok
MAKALAH PENGENALAN PERIWAYAT HADIST
DISUSUN OLEH KELOMPOK XII:
AHMAD SYAIFULLAH (20600116070)
ARYESCA WAHYUNI (20600116058)
FAUZIAH (20600116068)
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAMNEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2016
1
KATA PENGANTAR
Segala puji atas kebesaran sang khalik ALLAH Subhanu WaTa’ala yang telah menciptakan alam semesta dalam suatu keteraturan hingga dari lisan terpetik berjuta rasa syukur atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami diberikan kekuatan dan kesempatan menyelesaikan makalah Ilmu Hadits dengan judul makalah “Pengenalan Periwayat
Hadits (Al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)” yang
terlaksana dengan baik. Salam dan salawat tercurah kepada baginda Muhammad Shallallahu ‘AlaihiWasallam, yang telah diutus kepermukaan bumi ini untuk menuntun manusia dari lembah kebiadaban menuju kepuncak peradaban. Kami menyadari sepenuhnya, dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari tantangan dan hambatan. Namun berkat izin ALLAH Subhanu WaTa’ala melalu i kerja keras dan motivasi dari pihak langsung maupun tidak langsung yang memperlancar jalannya penyusunan makalah ini. Olehnya itu, secara mendalam kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan dan motivasi yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Secara istimewa, penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus, ikhlas dan suci kami sampaikan kepada: 1. Bapak dosen penanggung jawab mata kuliah Ilmu Hadist 2. Rekan-rekan mahasiswa jurusan pendidikan fisika fakultas tarbiyah dan keguruan 3. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Akhirnya dengan segala kerendahan hati, kami menyadari bahwa hanya kepada ALLAH Subhanu WaTa’ala jualah kami menyerahkan segalanya. Semoga kita semua mendapatkan curahan rahmat dan ridha-Nya, Amin. Samata-Gowa, 5 Desember 2016
PENULIS 2
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..................................................................
1
KATA PENGANTAR........................................................ 2 DAFTAR ISI....................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN.................................................... 4 A. Latar Belakang............................................... 4 B. Rumusan Masalah.......................................... 4 C. Tujuan.............................................................
4
BAB II PEMBAHASAN.................................................... 5 A. Pengenalan Terhadap Mukhorij Hadits.... 5 B. Biografi Periwayat Hadits............................. 6 BAB III PENUTUP.............................................................. 14 A. Kesimpulan....................................................... 14 DAFTAR PUSTAKA........................................................... 15
3
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Allah telah memberikan kedudukan kepada Nabi Muhammad sebagai Rasulullah dengan fungsi antara lain: menjelaskan Al-Qur’an, dipatuhi oleh orangorang beriman, menjadi Uswatun Hasanah dan rahmad bagi seluruh alam. Berangkat dari pemahaman tersebut, maka untuk mengetahui hal-hal yang harus diteladani dan yang tidak harus diteladani dari diri Nabi, diperlukan sebuah penelitian. Dengan demikian, dapat diketahui hadits Nabi yang berkaitan dengan ajaran Agama Islam, praktek Nabi dalam mengaplikasikan petunjuk Al-Qur’an sesuai dengan tingkat budaya
masyarakat
yang
sedang
dihadapi
oleh
Nabi
dan
sebagainya.
Selanjutnya menurut sejarah, seluruh hadits tidak ditulis pada zaman Nabi. Hadist yang tertulis baik secara resmi atau tidak resmi yang berupa catatan yang dibuat oleh para sahabat tertentu atas inisiatif mereka sendiri, jumlahnya pun tidak banyak. Untuk
menjaga
keabsahan
hadits Nabi,
maka diperlukan pembukuan
hadits, dimana didalam hadits terdapat seorang perawai, sanad dan matan. Dan untuk lebih mengenal tentang para orang yang meriwayatkan hadits, diperlukan pengenalan lebih lanjut terhadap para mukhorij hadist. Berangkat dari fakta diatas, kami akan sedikit menyinggung dan membahas tentang para mukhorij hadist.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengenalan tentang Mukhorij Hadits 2. Bagaimana biografi periwayat hadits C. Tujuan 1. Untuk mengenal dan mengetahui para Mukhorij Hadits.
2. Untuk mengetahui biografi para periwayat hadits.
4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengenalan Terhadap Mukhorij Hadits
Mukhorijul-Hadits adalah orang yang menyebutkan perawi hadits. Istilah ini berbeda dengan Al-Muhdits atau Al-Muhadditsin yang memiliki keahlian tentang proses perjalanan hadits, serta banyak mengetahui nama-nama perawi, matan-matan dengan jalur-jalur periwayatannya, serta kelemahan hadits. Mukharrij merupakan perawi terakhir (orang yang terakhir kali menginformasikan) dalam silsilah mata rantai sanad. Setiap orang yang bergelut dalam bidang hadits dapat digolongkan menjadi beberapa tingkatan antara lain sebagai berikut: 1. Al Talib adalah orang yang sedang belajar hadits. 2. Al-Muhadditsun; adalah orang yang mendalami dan menganalisis hadits dari segi riwayah dan dirayah. 3. Al-Hafidz; adalah orang yang hafal minimal 100.000 hadits. 4. Al-Hujjah; adalah orang yang hafal minimal 300.000 hadits. 5. Al-Hakim; adalah orang yang menguasai hal-hal yang berhubungan dengan hadits secara keseluruhan baik ilmu maupun Musthalahul-Hadits. 6. Amirul-Mu’minin fi Al-Hadits; ini adalah tingkatan yang paling tinggi. Menurut syeikh Fathuddin bin Sayyid Al-Naas, Al-Muhaddits pada zaman sekarang adalah orang yang bergelut atau sibuk mempelajari hadits baik riwayah maupun dirayah, mengkombinasikan perawinya dengan mempelajari para perawi yang semasa dengan perawi lain sampai mendalam. Sehingga ia mampu mengetahui guru dan gurunya guru perawi sampai seterusnya.
5
B. Biografi Periwayat Hadits 1. Al-Bukhari (194 H/810 M-256 H/870 M) Nama Al-Bukhari adalah Abu Abdullah Muhammad bin Isma’i l bin Ibrahim bin Bardizbah Al-Yafi’i Al-Bukhari. Beliau dilahirkan pada hari jum’at 13 Syawal 194 H (810 M) disebuah kota bernama Bukhara. Pada usianya yang relatif masih muda ia sudah mampu menghafal tulisan beberapa Ulama’ hadits yang ada di Negerinya.
Bukhori dididik dalam keluarga Ulama’ yang taat beragama. Dalam kitab At -Tsiqat, Ibnu Hibban menulis bahwa ayah Al-Bukhori dikenal sebagai orang yang wara’, dalam arti berhati-hati terhadap hal-hal yang bersifat subhat (ragu-ragu) hukumnya, terlebih hal yang haram. Ia seorang Ulama’ bermadhab Maliki dan murid Imam Malik, seorang Ulama’ besar dan ahli fiqih. Ia wafat ketika Bukhori masih kecil. Pada waktu remajanya ia bermukim di Madinah dan menyusun kitab Tarikh Al-Kabir. Beliau mempelajari hadits diberbagai negeri diantaranya Khurrasan, Irak, Mesir, Mekah, Asqalan dan Syam. Dia salah seorang yang sangat kuat daya hapalannya, sebagian riwayat menjelaskan, bahwa diantara kecerdasan beliau sekali melihat dapat mengingat atau menghapal dengan sempurna. Beliau seorang yang zahid, wara’, pemberani, pemurah, dan sebagai mujtahid dalam fikih.
Perhatiannya kepada ilmu hadits yang sulit dan rumit itu sudah tumbuh sejak usia 10 tahun, hinggah dalam usia 16 tahun beliau sudah hafal dan menguasai buku-buku seperti almubarak dan al-waki. Bukhari berguru kepada Syekh Ad-Dakhili, ulama ahli hadits yang masyhur di Bukhara. Pada usia 16 tahun, bersama keluarganya, ia mengunjungi kota suci Mekkah dan Madinah. Dikedua kota suci itu beliau mengikuti kuliah para guru-guru besar ahli hadits. Pada usia 18 tahun beliau menerbitkan kitab pertamanya Qudhaya al-shahabah wa al-Tabi’in. (Peristiwa- peristiwa Hukum dizaman Sahabat dan Tabi’in).
Bersama gurunya Syekh Ishaq, beliau menghimpun hadits-hadits shahih dalam satu kitab. Dalam kitab tersebut satu juta hadits yang diriwayatkan oleh 80.000 perawi disaring lagi menjadi 7275 hadits. Diantara guru-guru beliau dalam memperoleh hadits dan ilmu hadits antara lain adalah Ali bin Al Madini, Ahmad bin Hambali, Yahya bin Ma’in, Muhammad bin Yusuf Al Faryabi, Maki bin Ibrahim Al Bakhi, Muhammad bin Yusuf al Baykandi dan Ibnu Rahwahih. Selain itu, ada 289 ahli hadits yang haditsnya dikutip dalam kitab Shahih-nya. 6
Imam Bukhari banyak menghasilkan karya-karya, sebagian telah musnah dan sebagian lagi masih ada di tengah-tengah kita. Karya-karya Imam Bukhari di antaranya: Al Jami’ Ash-Shahih yang dikenal sebagai Shahih Bukhari, Al-Adab Al-Mufrad, Adh- Dhu’afa Ash-Shaghir, At-Tarikh Ash-Shaghir, At-Tarikh Al-Ausath, At-Tarikh Al-Kabir, At-Tafsir Al Kabir, Al-Musnad Al- Kabir, Mazaya Shahabah wa Tabi’in, Kitab Al - Ilal, Raf’ul Yadain fi Ash-Shalah, Birr Al-Walidain, Kitab Ad- Du’afa, Asami Ash-Shahabah, Al-Hibah, Khalq Af’al Al -Ibad.
Di antara karya Imam Bukhari tersebut, yang paling terkenal adalah Al- Jami’ AshShahih, yang judul lengkapnya adalah Al- Jami’ Al -Musnad Ash-Shahih Al-Mukhtasar min Umur Rasul Allah wa Sunanih wa Ayyamih. Jumlah hadits dalam kitab ini adalah 9.082 buah. Bila tanpa yang diulang, jumlahnya 2.602 buah. Jumalh ini tak termasuk hadits mauquf dan ucapan para tabiin. Al Bukhori meninggal di desa Khartand kota Samarkand pada tanggal 31 Agustus 870 M (30 Ramadhan tahun 256 Hijriyah.) pada malam idul fitri pada usia 62 tahun kurang 13 hari, ia dimakamkan selepas sholat dhuhur pada hari raya idul fitri.
2. Muslim (204 H/820M-261 H/875M) Nama lengkanya adalah Abu Husain Muslim bin Al-Hajjaj Al-Quraysyi An Naysaburi. Beliau dilahirkan di Naisabur pada tahun 204 H/820 M yaitu kota kecil yang terletak dinegara Iran. Beliau salah seorang ahli hadits terkemuka dan murid Al-Bukhari. Sejak kecil beliau belajar hadits kebeberapa guru diberbagai negara anataranya ke Hijaz, Syam, Irak, Mesir dan lain-lain seperti gurunya Al-Bukhari. An-Nawawi berkata : Imam Muslim seorang yang sangat berhati-hati, teguh pendirian, wara’, dan makrifah. Di antara buku hadits yang beliau tulis adalah shahuh muslim berisikan 4.000 hadits yang merupakan hasil penyeleksian dari 12.000 buah hadits yang dihitung secara berulang, atau pendapat lain sebanyak 7.275 buah hadits secara beulang-ulang. Menurut Fuad Abdul Baqi sebanyak 3.033 buah hadits tanpa diulang. Buku i tu disusun selama 12 tahun. Menurut penelitian para ulama, persyaratan yang ditetapkan muslim dalam kitabnya pad dasarnya sama dengan penetapan shahih Al-Bukhari. Ibnu Ash-Shalah mengatakan bahwa persyaratan Muslim dalam kitab Shahih-nya adalah :
7
a. Hadits itu bersambung sanadnya b. Hadits diriwayatkan oleh orang kepercayaan (tsiqah) dari generasi permulaan sampai akhir. c. Terhindar dari syudzudz dan ‘illah. Imam Muslim meninggalkan karya tulis yang tidak sedikit jumlahnya, di antaranya: Al Jami’ Ash-Shahih (Shahih Muslim), Al-Musnad Al-Kabir (kitab yang menerangkan namanama para rawi hadits), Al-Asma wal-Kuna, Al-Ilal, Al- Aqran, Su’alat Ahmad bin Hanbal, Al Intifa’ bi Uhubis-Siba’, Al -Muhadramin, Man Laisa Lahu illa Rawin Wahid, AuladishShahabah, Auham Al-Muhadditsin . Di antara karya-karya tersebut, yang termasyhur adalah Ash-Shahih, yang judul lengkapnya adalah Al-Musnad Ash-Shahih Al-Mukhtasar min As-Sunan bi Naql Al- ‘Adl ‘an Rasul Allah. Menurut perhitungan M. Fuad ‘Abd Al -Baqi, kitab ini berisi 3.033 hadits. Imam Muslim wafat pada Minggu Sore dan dikebumikan di kampung Nasr Abad, salah satu daerah di luar Naisabur, pada hari Senin, 25 Rajab 261 H/5 Mei 875 M dalam usia 55 tahun.
3. Abu Dawud (201 H/817 M-275 H/889 M) Nama lengkapnya Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy’ats bin Ishaq As-Sijistani. Sijistan suatu daerah yang terletak antara Iran dan Afghanistan, tempat kelahiran beliau pada tahun 202 H/*17 M. Sama halnya Al-Bukhari dan Muslim beliau juga berkelana dan berkeliling mencari ilmu dan berguru hadits dari beberapa ulama hadits. Diantaranya ke khurrasan, Rayy, Harat, Kufah, Baghdad, tarsus, Damaskus, Mesir, Dan Bashrah. Beliau mengambil hadits dari Abdullah bin Maslamah Al-Qa’nabi, Abu Al-Walid Ath-Thayalisi Abu Amar Al-Hawdhi, Ibrahim bin Musa Al-Farra’, Abu Bakar bin Abu Syaibah, Ahmad bin Hanbal dan lain-lain. Sedangkan haditsnya diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, An- Nasa’i, Abu ‘Awanah, Ya’qub bin Ishaq Al-Isfirayini, dan lain-lain. Abu Dawud adalah seorang perawi hadits yang mengumpulkan sekitar 50.000 hadits lalu memilih dan menuliskan 4.800, di antaranya dalam kitab Sunan Abu Dawud . Bapak beliau, yaitu Al-Asy’ats bin Ishaq adalah seorang rawi hadits yang meriwayatkan hadits dari Hamad bin Zaid. Demikian juga saudaranya, Muhammad bin Al- Asy’ats, termasuk seorang yang menekuni dan menuntut hadits dan ilmunya, merupakan teman perjalanan Imam Abu Dawud dalam menuntut hadits dari para ulama ahli hadits. 8
Imam Abu Dawud sudah berkecimpung dalam bidang hadits sejak berusia belasan tahun. Hal ini diketahui mengingat pada tahun 221 H, ia sudah berada di Baghdad, dan di sana, ia melayat ke kediaman Imam Muslim, sebagaimana yang ia katakana, “Aku menyaksikan jenazahnya dan menshalatkannya.” Walaupun telah pergi ke negeri-negeri tetangga Sajistan, seperti Khurasan, Baghlan, Harron, Roi, dan Naisabur, setelah Imam Abu Dawud masuk kota Baghdad, ia diminta oleh Amir Abu Ahmad Al-Muwaffaq untuk tinggal dan menetap di Bashrah, dan ia menerimanya. Akan tetapi, hal itu tidak membuat ia berhenti dalam mencari hadits. Kemudian, ia mengunjungi berbagai negeri untuk memetik langsung ilmu dari sumbernya. Ia langsung berguru selama bertahun-tahun. Di antara guru-gurunya adalah Imam Ahmad, Al-Qanabiy, Sulaiman bin Harb, Abu Amr Adh-Dhariri, Abu Walid Ath-Thayalisi, Abu Zakariya Yahya bin Ma’in, Abu Khaitsamah, Zuharir bin Harb, Ad-Damiri, Abu Ustman Sa’id bin Manshur, Ibnu Abi Syaibah, dan ulama lainnya. Murid-muridnya cukup banyak, antara lain, Imam Tirmidzi, Im am Nasa’i, Abu Ubaid Al-Ajury, Abu Thayib Ahmad bin Ibrahim Al-Baghdadi (perawi sunan Abi Dawud dari Imam Abu Dawud), Abu ‘Amr Ahmad bin Ali Al -Bashry (rawi kitab Sunan dari Imam Abu Dawud), Zakariya bin Yahya As-Saajy, Abu Bakr Ibnu Abi Dunya, Ahmad bin Sulaiman An Najjar (rawi kitab Nasikh wal Mansukh dari Imam Abu Dawud), Muhammad bin Bakrbin Daasah At-Tammar (rawi sunan dari Imam Abu Dawud), Abu ‘Ali Muhammad bin Ahmad Al-Lu’lu’y (rawi sunan dari Imam Abu Dawud), Muhammad bin Ahmad bin Ya’qub Al Matutsy Al-Bashry (rawi kitab Al-Qadar dari Imam Abu Dawud). Imam Abu Dawud menyusun kitabnya di Baghdad. Minat utamanya adalah syariat, jadi kumpulan haditsnya berfokus murni pada hadits tentang syariat. Setiap hadits dalam kumpulannya diperiksa kesesuaiannya dengan Al-Quran, begitu pula sanadnya. Dia pernah memperlihatkan kitab tersebut kepada Imam Ahmad untuk meminta saran perbaikan. Kitab Sunan Abu Dawud diakui oleh mayoritas dunia Muslim sebagai salah satu kitab hadits yang paling otentik. Namun, diketahui bahwa kitab ini mengandung beberapa hadits lemah (yang sebagian ditandai oleh Imam Abu Dawud dan sebagian tidak). Banyak ulama yang meriwayatkan hadits dari Imam Abu Dawud, di antaranya Imam Tirmidzi dan Imam Nasa’i. Al-Khataby mengomentari bahwa kitab tersebut adalah sebaik baik tulisan dan isinya lebih banyak memuat fiqh daripada kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Ibnul A’raby berkata bahwa barang siapa yang sudah menguasai Al -Quran dan kitab Sunan Abu Dawud , dia tidak membutuhkan kitab-kitab lain lagi. Imam Al-Ghazali juga
9
mengatakan bahwa kitab Sunan Abu Dawud sudah cukup bagi seorang mujtahid untuk menjadi landasan hukum. Imam Abu Dawud adalah imam dari imam-imam ahlusunnah wal jamaah yang hidup di Bashrah, kota berkembangnya kelompok Qadariyah dan p emikiran Khawarij, Mu’tazilah, Murji’ah, Syi’ah, Rafidhah, Jahmiyah, serta lain-lainnya. Walaupun demikian, ia tetap dalam keistiqamahan di atas sunnah dan membantah Qadariyah dengan kitabnya Al-Qadar . Demikian pula, bantahannya atas Khawarij dalam kitabnya Akhbar Al-Khawarij dan membantah pemahaman yang menyimpang
dari kemurnian ajaran Islam yang telah
disampaikan oleh Rasulullah. Tentang hal itu bisa dilihat pada kitabnya As-Sunan yang di dalamnya terdapat bantahan- bantahannya terhadap Jahmiyah, Murji’ah, dan Mu’tazilah. Abu Dawud wafat di kota Bashrah tanggal 16 Syawal 275 H dan dishalatkan jenazahnya oleh Abbas bin Abdul Wahid Al-Haasyimy. Selama hidupnya, Imam Dawud menghasilkan karya-karya, di antaranya Al-Marasil, Masa’il Al -Imam Ahmad, Al-Nasikh wa Al-Mansukh, Risalah fi Washf Kitab As-Sunan, Al Zuhud, Ijabat ‘an Shalawat Al - Ajurri, As’ilah ‘an Ahmad bin Hanbal, Tasmiyat Al -Ikhwan, Kitab Al-Qadr, Al- Ba’ts wa An-Nusyur, Al-Masa’il Al - Lati Khalafa ‘alaiha Al -Imam Ahmad, Dala’il An- Nubawwah, Fadha’il An-Anshar, Musnad Malik, Ad- Du’a, Ibtida’ Al -Wahy, AtTafaruud fi As-Sunan, Akhbar Al- Khawarij, A’lam An-Nubuwwah, dan As-Sunan.
4. At-Tirmidzi (200 H/824 M-279 H/829 M) Nama lengkapnya Abu Isa Muhammad bin Isa bin Surah dilahirkan di Tirmidzi, sebuah kota kecil dipinggir utara Sungai Amudaria sebelah utara Iran. Beliau lahir di kota tersebut pada bulan Dzulhijjah 200 H/824 M. Beliau meninggalkan kampung halamannya untuk mencari ilmu ke Khurrasan, Irak dan Hijaz. Al-Bukhari salah seorang gurunya baik dalam hadits dan fikih. Beliau banyak meriwayatkan hadis dari ulama hadis pada masanya, diantaranya Al-Bukhari, Muslim, Isma’il bin Musa As-Saudi. Setelah menjalani perjalanan panjang untuk belajar, mencatat, berdiskusi, bertukar pikiran, dan mengarang, pada akhir kehidupannya ia mendapat musibah kebutaan. Beberapa tahun lamanya, ia hidup sebagai tunanetra. Dalam keadaan seperti inilah, akhirnya AtTirmidzi meninggal dunia. Ia wafat di Tirmidz pada malam Senin 13 Rajab tahun 279 H (8 Oktober 892 M) dalam usia 70 tahun.
10
Ia belajar dan meriwayatkan hadits dari ulama-ulama kenamaan. Di antaranya kepada Imam Bukhari, ia mempelajari hadits dan fiqh. Ia juga belajar kepada Imam Muslim dan Abu Dawud. Bahkan, Tirmidzi belajar pula hadits dari sebagian guru mereka. Guru lainnya adalah Qutaibah bin Saudi Arabia’id, Ishaq bin Musa, Mahmud bin Gailan, Said bin ‘Abdur Rahman, Muhammad bin Basysyar, ‘Ali bin Hajar, Ahmad bin Muni’, Muhammad bin Al-Musanna, dan lain-lain. Hadits-hadits dan ilmu-ilmunya dipelajari dan diriwayatkan oleh banyak ulama. Di antaranya adalah Makhul bin Al-fadl, Muhammad bin Mahmud ‘Anbar, Hammad bin Syakir, ‘Ai’bd bin Muhammad An-Nasfiyyun, Al-Haisam bin Kulaib Asy-Syasyi, Ahmad bin Yusuf An-Nasafi, Abul-‘Abbas Muhammad bin Mahbud Al-Mahbubi, yang meriwayatkan kitab Al Jami’ darinya, dan lain-lain. Abu ‘Isa At-Tirmidzi diakui keahliannya oleh para ulama dalam hadits, kesalehan, dan ketakwaannya. Ia terkenal pula sebagai seorang yang dapat dipercaya, amanah, dan sangat teliti. Salah satu bukti kekuatan dan kecepatan hafalannya adalah kisah berikut yang dikemukakan oleh Al-Hafiz Ibnu Hajar dalam Tahzib At-Tahzib-nya, dari Ahmad bin ‘Abdullah bin Abu Dawud, yang berkata, “Saya mendengar Abu ‘Isa At -Tarmidzi berkata, ‘Pada suatu waktu dalam perjalanan menuju Mekah, dan ketika itu aku telah menulis dua jilid berisi hadits-hadits yang berasal dari seorang guru. Guru tersebut berpapasan dengan kami. Lalu, aku bertanya-tanya mengenai dia. Mereka menjawab bahwa dialah orang yang kumaksudkan itu maka aku menemuinya. Aku mengira bahwa ‘dua jilid kitab’ itu ada padaku. Ternyata yang kubawa bukanlah dua jilid tersebut, melainkan dua jilid lain yang mirip dengannya. Ketika aku telah bertemu dengan dia, aku memohon kepadanya untuk mendengar hadits dan ia mengabulkan permohonanku. Kemudian, ia membacakan hadits yang dihafalnya. Di sela-sela pembacaan itu, ia mencuri pandang dan melihat bahwa kertas yang kupegang masih putih bersih tanpa ada tulisan apapun. Melihat kenyataan itu, ia berkata, ‘Tidakkah engkau malu kepadaku?’ Lalu, aku bercerita dan menjelaskan kepadanya bahwa apa yang ia bacakan itu telah kuhafal semuanya. ‘Coba bacakan!’ suruhnya. Lalu, aku pun membacakan seluruhnya secara beruntun. Ia bertanya lagi, ‘Apakah engkau telah hafalkan sebelum datang kepadaku?’ ‘Tidak’ jawabku. Kemudian, aku meminta lagi agar dia meriwayatkan hadits yang lain. Kemudian, ia membacakan 40 buah hadits yang tergolong hadits-hadits yang sulit atau gharib. Lalu ia berkata, ‘Coba ulangi apa yang kubacakan tadi’, Lalu aku membacakannya dari pertama sampai selesai, dan ia berkomentar, ‘Aku belum pernah melihat orang seperti engkau’.”
11
Para ulama besar telah memuji dan menyanjungnya, serta mengakui kemuliaan dan keilmuannya. Al-Hafiz Abu Hatim Muhammad bin Hibban, kritikus hadits, menggolongkan Tirmidzi ke dalam kelompok ‘Tsiqat’ atau orang-orang yang dapat dipercayai dan kokoh hafalannya. Ia berkata, “Tirmidzi adalah salah seorang ulama yang mengumpulkan hadits, menyusun kitab, menghafal hadits, dan ber-muzakarah (berdiskusi) dengan para ulama.” Abu Ya’la Al-Khalili dalam kitabnya ‘Ulumul Hadits menerangkan bahwa Muhammad bin ‘Isa At-Tirmidzi adalah seorang penghafal dan ahli hadits yang baik, yang telah diakui para ulama. Ia memiliki kitab Sunan dan kitab Al-Jarh wat-Ta’dil . Hadits-haditsnya diriwayatkan oleh Abu Mahbub dan banyak ulama lain. Ia terkenal sebagai seorang yang dapat dipercaya, seorang ulama dan imam yang menjadi panutan dan berilmu luas. Kitabnya Al- Jami’us Sahih merupakan bukti atas keagungan derajatnya, keluasan hafalannya, banyak bacaannya, dan pengetahuannya tentang hadits yang sangat mendalam. Imam Tirmidzi, di samping dikenal sebagai ahli dan penghafal hadits yang megetahui kelemahan-kelemahan dan rawi-rawinya, ia juga dikenal sebagai ahli fiqh yang memiliki wawasan dan pandangan luas. Barang siapa yang mempelajari kitab Jami’ -nya, ia akan mendapatkan ketinggian ilmu dan kedalaman penguasaannya terhadap berbagai mahzab fiqh. Kajian-kajiannya mengenai persoalan fiqh mencerminkan dirinya sebagai ulama yang sangat berpengalaman dan mengerti betul duduk permasalahan yang sebenarnya. Salah satu contoh adalah penjelasannya terhadap sebuah hadits mengenai penangguhan membayar piutang yang dilakukan si berutang yang sudah mampu, sebagai berikut, “Muhammad bin Basysyar bin Mahdi menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami, dari Abi Az-Zunad, dari Al-A’rai dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW. bersabda, ‘Penangguhan membayar piutang yang dilakukan oleh si berutang yang mampu adalah suatu kezaliman. Apabila seseorang di antara kamu dipindahkan utangnya kepada orang lain yang mampu membayar, hendaklah pemindahan utang itu diterimanya.” Imam Tirmidzi memberikan penjelasan sebagai berikut, “Sebagian ahli ilmu berkata, ‘Apabila seseorang dipindahkan piutangnya kepada orang lain yang mampu membayar dan ia menerima pemindahan itu, bebaslah orang yang memindahkan (muhil ) itu, dan orang yang dipindahkan piutangnya (muhtal ) tidak dibolehkan menuntut kepada ‘muhil . Dictum ini adalah pendapat Syafi’i, Ahmad, dan Ishaq. Sebagian ahli ilmu yang lain berkata, ‘Apabila harta seseorang (muhtal ) menjadi rugi disebabkan kepailitan muhal ‘alaih, baginya dibolehkan menuntut bayar kepada orang pertama (muhil ).’ Mereka memakai alasan dengan perkataan Usma dan lainnya, yang menegaskan, ‘Tidak ada kerugian atas harta benda seorang Muslim.’ Menurut Ishaq, perkataan ‘Tidak ada kerugian atas harta benda seorang Muslim’ ini 12
adalah, ‘Apabila seseorang dipindahkan piutangnya kepada orang lain yang dikiranya mampu, namun ternyata orang itu tidak mampu, tidak ada kerugian atas harta benda orang Muslim (yang dipindahkan utangnya) itu’.” Itulah salah satu contoh yang menunjukkan kepada kita, betapa cemerlangnya pemikiran fiqh Tirmidzi dlaam memahami nash-nash hadits, serta betapa luas dan orisinil pandangannya itu Imam Tirmidzi banyak menuis kitab, di antaranya Al- Jami’ Al -Mukhtasar min AsSunan ‘an Rasul Allah, terkenal dengan Sunan At-Tirmidzi, Tawarikh, Al-‘Ilal, At -Tarikh, Al‘Ilal Al -Kabir, Asy-Syama’il An-Nabawiyyah, Az- Zuhd, Asma’ Ash-Shahabah, Al- Asma’ wal Kunya, Al-Atsar Al-Mauqufah. Di antara kitab-kitab tersebut yang paling besar, dan terkenal serta beredar luas adalah Al- Jami’ .
5. Ibnu Majah Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Yazid Al-Qazwini, lahir di Qazwin salah satu kota di Iran pada tahun 207 H/824 M. Beliau belajar hadits di berbagai kota diantaranya Irak, Hijaz, Mesir dan Syam. Sebagaimana halnya para Muhaditsin yang dalam mencari hadits-hadits memerlukan perantauan ilmiah, ia pun berkeliling di beberapa negeri untuk menemui dan berguru hadits kepada para ulama hadits. Dari tempat perantauannya itu, ia bertemu dengan murid-murid Imam Malik, dan AlLaits, dan dari merekalah, ia banyak memperoleh hadits. Hadits-haditsnya banyak diriwayatkan oleh orang banyak. Ibnu Majah menyusun kitab Sunan yang kemudian terkenal dengan nama Sunan Ibnu Majah. Sunan ini merupakan salah satu sunan yang keempat. Dalam Sunan ini banyak terdapat hadits dhaif , bahkan tidak sedikit hadits yang munkar. Al-Hafidh Al-Muzy berpendapat bahwa hadits-hadits gharib yang terdapat dalam Sunan ini adalah dhaif. Karena itulah, para ulama mutaqaddimin memandang bahwa kitab Muwaththa Imam Malik menduduki pokok kelima, bukan Sunan Ibnu Majah. Selama hidupnya, Ibnu Majah banyak menghasilkan karya, di antaranya Tafsir AlQuran Al-Karim, At-Tarikh, dan Sunan Ibnu Majah. Beliau wafat hari selasa, bulan Ramadhan, tahun 273 H (887 M).
13
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Mukharijul-Hadits adalah orang yang menyebutkan perawi hadits. 2. Adapun para karya Mukharijul hadist bermacam-macam, tapi dalam pembahasan ini kami ambil contoh Al-Kutub As-Sittah, yang meliputi: Shohih Bukhari (karya Imam Al-Bukhori (194-256 H)), Shohih Muslim (Karya Imam Muslim (204-261 H = 820875 M)), Sunan Abu Dawud (karya Imam Adu Dawud (202-275 H = 817-889 M)), Jami’u at-Turmudzi/ Sunan at-Turmudzi (karya Imam Tirmidzi (209-279 H = 824892 M)), dan Sunan Ibnu Majah (207-273 H = 824-887 M)).
14
DAFTAR PUSTAKA
A. Syahraeni, 2011, Kritik Sanad Dalam Perspektif Sejarah, Makassar. Alauddin Press. Majid, Abdul, 2010, Ulumul Hadits, Jakarta. Amzah.
15