HADIST-HADIST PERNIKAHAN
Disusun Oleh:
LINDRA HERIKA
NIM : 213206844
YAYASAN TGK CHIK PANTE KULU DARUSSALAM BANDA ACEH 2015
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan. Salawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing kita kearah yang lebih baik, sehingga dapat menikmati indahnya Islam. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan maupun kekurangan. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya dapat membangun.
Banda Aceh, 25 September 2015
Lindra Herika
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... B. Rumusan Masalah .................................................................... C. Tujuan Penulisan ......................................................................
1 2 2
BAB II PEMBAHASAN
A. B. C. D. E. F.
Arti Pernikahan ........................................................................ Tujuan Pernikahan .................................................................... Hukum Pernikahan ................................................................... Anjuran Menikah ...................................................................... Pemilihan Jodoh ....................................................................... Kriteria dan Sifat-sifat Calon Jodoh .........................................
BAB III KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA
ii
3 4 5 7 8 11
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah telah menciptakan segala sesuatu berpasangpasangan, ada lelaki ada perempuan salah satu ciri makhluk hidup adalah berkembang biak yang bertujuan untuk generasi atau melanjutkan keturunan. Manusia diberikan karunia Allah SWT berupa pernikahan untuk memasuki jenjang hidup baru yang bertujuan untuk melanjutkan dan melestarikan generasinya. Pernikahan merupakan karunia Allah SWT bagi manusia, sebab dengan pernikahan manusia diharapkan dapat menjaga kelangsungan keturunannya sebagai pemelihara alam raya (khalifah fi al-Ard ). Menurut hukum Islam, kata perkawinan dikenal dengan istilah nikah. Menurut ajaran Islam melangsungkan pernikahan berarti melaksanakan ibadah. Melakukan perbuatan ibadah berarti juga melaksanakan ajaran agama. Sebagaimana sabda Rasulullah “Barang siapa yang kawin (nikah) berarti ia telah
melaksanakan separuh ajaran agamanya, yang
separuh lagi hendaknya ia takwa kepada Allah”.1 Pernikahan merupakan ritual agung dan mulia yang menjadi jalan bagi seorang laki-laki dan perempuan untuk menyatukan diri secara lahir maupun batin dalam satu ikatan kuat agama. Ritual yang agung dan mulia karena menjadi jalan sepasang manusia untuk menuju tingkat lebih tinggi dalam berhubungan antar sesama manusia (hablum minannas), dan manusia dengan sang Pencipta, Allah SWT (hablum minallah). Sebagai sebuah ritual yang agung, mulia dan sakral menjadikan pernikahan sebagai sesuatu yang sangat penting. Untuk menjalaninya tidak bisa dengan alasan spekulatif atau coba-coba. Pernikahan adalah suatu ikatan yang menunjukkan hubungan antara pribadi dengan pribadi lain, yang
1
Muhammad Daud Ali, Hukum Islam dan Peradilan Agama (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 3.
1
2
membutuhkan kecocokan pribadi, psikologi, rasio, jasmani dan rohani dari orangorang yang terkait. 2 Menurut Undang-undang Nomor I Tahun 1974, perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga), yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pertimbangannya ialah sebagai Negara yang berdasarkan Pancasila dimana sila yang pertama ialah Ketuhanan Yang Maha Esa, maka perkawinan mempunyai hubungan yang erat sekali dengan agama, sehingga perkawinan bukan saja mempunyai unsur lahir/jasmani, tetapi unsur batin/rohani juga mempunyai peranan yang penting. 3 Pernikahan juga merupakan ritual yang sakral, tidak bisa dibuat mainmain, karena menjadi satu-satunya jalan yang diberikan agama dalam menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah SWT, yaitu pemenuhan kodrat manusia dalam rangka menjaga kelestarian keturunannya. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan mendeskripsikan tentang hadist-hadist pernikahan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumasan masalah dalam makalah ini adalah Apa saja hadist-hadist tentang pernikahan ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjaadi tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui hadist-hadist Rasul tentang pernikahan.
2
Muhammad M. Dlori, Jeratan Nikah Dini, Wabah Pergaulan (Yogyakarta: BINAR PRESS, 2005), hlm. 8. 3
Mohammad Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam: Suatu Analisis dari UndangUndang No. 1 Tahun 1974, hlm. 3.
BAB II PEMBAHASAN
A. Arti Pernikahan
Pernikahan adalah aqad antara calon lakiisteri untuk hidup bersama sebagai suatu pertalian suci antara pria dan wanita, dimana terdapat suatu persetujuan hubungan akrab. Guna mendapat keturunan yang syah dan membina keluarga dan rumah tangga bahagia. Sebelum Islam pernikahan sudah ada, setiap agama, setiap Nabi dan Rasul Allah membuat peraturan tentang pernikahan. Islam menetapkan peraturanperaturan yang baik dan sempurna guna menyelamatkan ummat manusia dari kebejatan moral dan kejatuhan akhlak. Islam sebagai agama fitrah, dalam arti tuntutannya selalu sejalan dengan fitrah manusia, menilai bahwa pernikahan adalah cara hidup yang wajar. Karena itu ketika beberapa orang sahabat Nabi SAW bermaksud melakukan beberapa kegiatan yang tidak sejalan dengan fitrah manusia, Nabi SAW menegur mereka antara lain dengan menyatakan bahwa beliaupun menikah lalu menegaskan: 4
)
(
Artinya: “ Pernikahan itu adalah peraturanku, barang siapa tidak menyukai aturanku maka ia tidak masuk dalam golonganku". (HR. Bukhari dan Muslim melalui Anas bin Malik RA). Kemudian dalam Firma Allah dalam surat an-Naba‟ ayat 8 dinyatakan:
Artinya: “ Dan kami jadikan kamu berpasang-pasangan”. (Q.S. An- Naba‟: 8) Manusia dijadikan Allah dari dua jenis yaitu lakilaki dan perempuan yang berlainan phisyik dan psikisnya. Perbedaan ini bukan merupakan perbedaan yang ditimbulkan oleh iklim dan sejarah, tetapi perbedaan mengandung hikma yang dalam sebagai ketentuan Allah Yang Maha Kuasa untuk meramaikan ummat 4
M. Quraish Shihab, Pengantin AlQur ’a n, (Jakarta: Lentera Hati, 2007), hlm. 55.
3
4
manusia. Kita tidak dapat menghapuskan perbedaan biologis dan karakteristik antara kedua jenis Bani Adam. Untuk mengikat kedua jenis lakilaki dan perempuan dalam suatu ikatan yang sah, maka disyari‟atkan perkawinan sebagai suatu lembaga kehidupan yang sah melalui akad nikah, lambing kesucian dan keutamaan merupakan cap stempel resmi bahwa mereka sudah boleh bergaul dan terikat dalam suatu hubungan yang murni dan suci. Dalam hal ini agama Islam memberi pejunjukpetunjuk untuk kesempurnaan dalam tata cara kehidupan manusia guna menyusun dan membentuk keturunan yang sah dan keluarga yang baik dalam masyarakat yang bermoral untuk membina peradaban bangsa dan kehidupan beragama. Adapun dasardasar pernikahan ialah persetujuan keluarga kedua belah pihak, serta kebulatan tekad kedua calon mempelai untuk hidup bersama, strugle for life, meneruskan keturunan ummat manusia dengan sah dan membina rumah tangga bahagia, hidup rukun damai, harmonis, dan ideal, memikul tanggung jawab baik untuk mereka berdua atau keturunan dikemudian hari, sebagai tunastunas muda amanat Allah yang harus dipelihara. 5
B. Tujuan Pernikahan
Allah SWT berifman dalam Al-Qur‟an surat Ar -Ruum ayat 21:
Artinya: “ Dan di antara tandatanda kekuasaanNya ialah dia menciptakan untukmu isteriisteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benarbenar terdapat tandatanda bagi kaum yang berfikir ”. (Q.S. Ar-Ruum : 21)
5
Aisjah Dachlan, Membina Rumah Tangga Bahagia: Peranan Agama dalam Rumah Tangga, (Jakarta: JAMUNU. 1969), hlm. 4749.
5
Dari ayat ini diambil kesimpulan bahwa pernikahan itu bertujuan: 1. Membina kehidupan yang rukun, tenang dan bahagia (sakinah, mawaddah, dan warahmah). 2. Supaya hidup cintamencintai dan kasih mengasihi. 3. Dalam suatu hadist ditambahkan supaya mendapat keturunan yang syah. Dalam pernikahan ada pedoman dan patokan, garisgaris yang harus dilalui dan tak boleh dilalui oleh suami isteri demi terwujudnya keluarga sejahtera dan rumah tangga bahagia. Keduanya memikul tanggung jawab hak dan kewajiban, ada kewajiban khusus dan ada kewajiban umum. 6
C. Hukum Pernikahan
Nikah merupakan amalan yang disyari‟atkan. Hal ini didasarkan pada firman Allah:
Artinya: “ Maka nikahilah wanitawanita (lainnya) yang kalian senangi, dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kalian takut tidak dapat berlaku adil, maka cukup seorang wanita saja, atau budakbudak yang kalian miliki”. (Q.S. An-Nisa‟: 3). Demikian juga dengan fimanNya yang lain:
Artinya: “ Dan kawinkanlah orangorang yang sendirian diantara kalian serta orangorang yang layak (menikah) dari hambahamba sahaya lakilaki
6
Syukri Gozali, Nasehat Perkawinan dalam Islam, (Jakarta: Biro Penerbangan dan Motivasi. 1985), hlm. 29.
6
dan hambahamba sahaya perempuan yang kalian miliki ”. (Q.S. AnNur : 32). Kemudian Rasulullah SAW bersabda:
)
(
Artinya: “Wahai generasi muda, barang siapa diantara kalian telah mampu serta berkeinginan untuk menikah, maka hendaklah ia menikah. Karena sesungguhnya pernikahan itu dapat menundukkan pandangan mata dan memelihara kemaluan”. (Muttafaqun Alaih).7 Dalam kitab suci Al-Qur‟an dan Hadist Nabi tersebut terdapat ayatayat pokok yang berisi perintah dan anjuran supaya manusia melakukan pernikahan. Oleh karena itu ahli fiqih hukum perkawinan mengemukakan hal itu mempunyai tingkatan dan klasifikasi menurut keadaan. Urgensi perkawinan kecuali cukup umur dan kesanggupan, tergantung pula kepada nafsu sexsual seseorang yang memang naluriyah berbeda dengan tiaptiap pribadi yang ada. Berikut terdapat beberapa hukum pernikahan, diantaranya: 8 a. Wajib Bagi seseorang yang sanggup membelanjai Rumah Tangga, kuat nafsu seksualnya dan takut terjatuh berbuat maksiat. b. Sunnah Bagi
seseorang
yang
sanggup
berumah
tangga
tetapi
mampu
mengendalikan nafsunya. c. Mubah Mampu membelanjai rumah tangga tetapi kurang nafsu seksualnya. d. Makruh Tidak mampu memikul biaya rumah tangga dan sanggup mengendalikan hawa nafsunya.
7
Kamil Muhammad Uwaidah, Fiqih Wanita, (Jakarta: AlKautsar. 1998), hlm. 397398
8
M. Quraish Shihab, Pengantin Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera hati. 2007), hlm. 57.
7
e. Haram (Terlarang) Tidak dapat memenuhi kewajiban rumah tangga lahir batin, yakin akan berbuat dzalim kepada wanita dan anak anak atau ada sebab lain yang berbahaya.
D. Anjuran Menikah
Dalam hal anjuran untuk menikah, Rasulullah SAW bersabda:
:
(
(
Artinya: “Dari Abdullah bin Mas’ud, dia menceritakan, kami pernah bepergian bersama Rasulullah yang pada saat itu kami masih muda dan belum mempunyai kemampuan apapun. Maka beliau bersabda: Wahai generasi muda, barang siapa diantara kalian telah mampu serta berkeinginan untuk menikah, maka hendaklah ia menikah. Karena sesungguhnya pernikahan itu dapat menundukkan pandangan mata dan memelihara kemaluan. Dan barang siapa diantara kalian yang belum mampu, maka hendaklah berpuasa. Karena, puasa itu dapat menjadi penghalang untuk melawan gejolak nafsu”.(HR. AlBukhari, muslim, Ibnu Majah dan AtTirmidzi). Imam AtTirmidzi mengatakan bahwa, hadist ini berstatus hasan (shahih). Dari Anas bin Malik ia menceritakan ada tiga orang atau lebih datang ke rumah isteri Nabi yang bertanya tentang ibadah beliau. Ketika diberitahukan, seolaholah mereka membanggakan ibadahnya masingmasing seraya berucap: dibandingkan dengan beliau, maka dimanakah posisi kita. Sedang beliau telah diberikan ampunan atas dosadosa yang akan datang dan yang telah berlalu. Salah seorang diantara mereka berkata: Aku senantiasa melakukan shalat malam satu malam penuh. Yang lain berkata: Aku selalu berpuasa sepanjang masa dan tidak pernah berbuka. Yang lain berkata: Aku senantiasa menjauhi wanita dan tidak akan menikah selamanya. Kemudian Rasulullah SAW datang dan bersabda: “Kalian
8
ini orang yang mengatakan begini dan begitu. Ingat, demi Allah: Sesungguhnya aku adalah orang yang sangat takut dan bertakwa kepada Allah daripada kalian. Akan tetapi, aku berpuasa dan berbuka, mengerjakan shalat dan tidur serta menikahi wanita”. Pernikahan merupakan ibadah yang dengannya wanita Muslimah telah menyempurnakan setengah dari agamanya serta akan menemui Allah dalam keadaan suci dan bersih. Hal ini sebagaimana diriwayatkan dari Anas bahwa Rasulullah telah bersabda:
)
(
Artinya: “ Barang siapa diberi oleh Allah seorang isteri yang shalihah, maka Dia telah membantunya untuk menyempurnakan setengah dari agamanya. Untuk itu, hendaklah ia bertakwa kepada Allah pada setengah lainnya”. (HR. AthThabrani dan AlHakim) 9
E. Pemilihan Jodoh
Masalah pemilihan jodoh amatlah penting, apalagi dalam pergaulan yang sekarang sudah tidak terbatas oleh daerah dan kampung, akan tetapi meluas sampai keluar batas negara dimana hubungan Internasional sudah begitu maju, maka seharusnya pula orangorang tua memberikan pedomanpedoman dan bimbingan positif dan konkrit demi kepentingan mudamudi, apalagi menghadapi peraturan dunia Internasional dibidang kepenjajahan, dimana sebagian orang mempergunakan masalah perkawinan untuk kepentingan politik, agama dan golongan.10 Di dalam Islam pedomanpedoman untuk memilih jodoh itu termaktub dalam Al-Qur‟an dan Hadist pertamatama diterangkan dulu siapa yang tidak boleh dipilih, artinya golongan mana yang tidak boleh menikah satu sama lain. Hal ini Allah SWT dalam surat An Nisa ayat 23:
9
Kamil Muhammad Uwaidah. Fiqih Wanita…, hlm. 398399.
10
Tausiyahku, Tausiyah Cinta, (Jakarta: Qultum Media. 2012), hlm.
159
9
Artinya: “Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; an akanakmu yang perempuan, saudarasaudaramu yang perempuan, saudarasaudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anakanak perempuan dari saudarasaudaramu yang laki- laki; anak anak perempuan dari saudara- saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ”. (Q.S. An- Nisa‟ : 23). Dari keterangan ayat diatas dijelaskan siapasiapa yang tidak boleh menikah satu sama lain, baik karena hubungan pertalian darah, pertalian susuan dan pertalian semeda sebagai ketetapan Illahi yang Maha Suci dan Agung. Beberapa patokan tentang memilih jodoh dalam Islam: 1. Kafaah (sepadan) Sepadan akhlak, budi pekerti, pendidikan, pengetahuan dan keturunan. Dalam kitabkitab fiqih disebut juga umurnya. Walaupun berlainan pendapat orang tentang arti sepadan, namun tujuannya adalah keserasian rasa dan pandangan, sehingga tercapai pergaulan yang harmonis antara suamiisteri dalam rumah tangga. Sepadan tentang agama, pendidikan dan citacita, memegang peranan pentinag untuk hidup bahagia, karena jika tidak demikian akan selalu
10
terjadi pertikaian dan perselisihan paham dalam pergaulan seharihari, apalagi dalam mendidik anakanak. Dimana sepaham dan sama pandangan orang tua sangat diperlukan. Paralel cara berfikir dan sama pandangan menghadapi tantangan tantangan hidup banyak ditentukan oleh persamaan keyakinan, persamaan agama dan kebudayaan, persamaan latar belakang kehidupan. Satu hal yang harus di ingat bahwa perkawinan bukan untuk bergaul sebulan dua bulan, tetapi untuk bertahuntahun, malah untuk selamalamanya selama hajat dikandung badan dan bukan pula sematamata untuk berdua, tetapi di dalamnya tersangkut pula kepentingan seluruh keluarga apalagi orang tua. 2. Seagama Bagi ummat Islam unsur agama memegang peranan penting. Pemuda pemudi Islam tidak diperbolehkan kawin dengan pemuda dan pemudi yang tidak beragama Islam. Di dalam Al-Qur‟an surat Al Baqarah ayat 221 Allah berfirman:
Artinya: “Dan janganlah kamu menikahi wanitawanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu dan janganlah kamu menikahkan orangorang musyrik (dengan wanitawanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izinNya. Dan Allah menerangkan ayatayatNya (perintah perintahNya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran”. (Q.S. Al-Baqarah : 221). Ayat tersebut menjelaskan bahwa samasama memeluk agama Islam menjadi
syarat
mutlak
perjodohan
Muslim,
oleh
karenananya
sebelum
menjatuhkan pilihan harus berhatihati dan mengetahui agamanya lebih dahulu.
11
3. Berakhlak dan Bermoral Agama dan akhlak memegang peranan penting dalam kehidupan tiaptiap pribadi. Baik buruknya keadaan seseorang tergantung kepada budi bahasa dan akhlaknya. Kecantikan dan keindahan lahir akan pudar tanpa akhlak dan budi pekerti, dari itu dalam menjatuhkan pilihan, utamakanlah pula akhlak dan adab kesopanan atau agamanya.
F. Kriteria dan Sifat-Sifat Calon Jodoh
Mengenai hal ini Nabi Muhammad SAW bersabda yang diriwayat Bukhari dari Abu Hurairah:
)
:
(
Artinya: “ Dari Abu Hurairah RA ia berkata, dari Nabi SAW beliau bersabda: “Perempuan itu dinik ahi karena empat perkara: karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya. Maka hendaklah engkau memilih (perempuan) yang baik agamanya, niscaya kamu akan beruntung”. (dikeluarkan dari HR. Bukhari dalam Kitab Nikah). Dari hadis ini ada empat unsur dalam memilih calon isteri: 1. Karena Hartanya 2. Karena derajatnya 3. Karena kecantikannya 4. Karena Agamanya. Dari keempat kriteria yang disebutkan diatas, maka Nabi memberi penekanan pilihlah jodoh karena kriteria yang keempat yaitu karena agamanya seseorang, Nabi mengatakan bila motivasi memilih seorang jodoh karena agamanya,
maka
akan
beruntung.
Diharapkan
dengan
pemilihan
jodoh
berdasarkan agamanya ini akan melahirkan generasi yang agamis. Dengan demikian orang tua selalu
memelihara diri, mengutamakan akhlakul karimah,
12
kasih sayang, pemaaf, penyabar selalu menanamkan nilainilai agamis di dalam keluarga.11 Memilih jodoh jangan terburuburu, baik jodoh didapatkan sendiri atau pilihan orang tua, yang perlu ketenangan dan tidak terburuburu. Pilihlah yang betulbetul kita yakini bahwa dia itu cocok untuk kita. Dan jika sudah pasti barulah mulai bertindak. Jangan mengobral cinta dan jangan pula sebentar sebentar berganti. Tetapi tenanglah dalam menjatuhkan pilihan. “ Pikir itu pelita hati dan ketenangan adalah pangkal kebahagiaan. Sifatsifat gadis yang baik untuk calon isteri ideal, yaitu: lapang hati dan gembira, sederhana, rendah hati, hidup beraturan dan tenang, suka bertanggung jawab, dan hormat kepada orang tua. Sedangkan sifatsifat jenaka untuk calon suami yang baik dan ideal, yaitu: tenang dan berwibawa, suka menolong dan menghormati kaum lemah, tinggi citacita dan keras kemauan, hidup teratur dan sopan, bertanggung jawab dan hormat kepada orang tua. 12
11
Suryani, Hadis Tarbawi: Analisis Paedagogis HadisHadis Nabi, (Yokyakarta: Teras. 2012), hlm. 113. 12
5966.
Aisjah Dachlan, Membina Rumah Tangga Bahagia, (Jakarta: JAMUNU. 1969), hlm.
BAB III KESIMPULAN
Pernikahan adalah aqad antara calon lakiisteri untuk hidup bersama sebagai suatu pertalian suci antara pria dan wanita, dimana terdapat suatu persetujuan hubungan akrab. Guna mendapat keturunan yang syah dan membina keluarga dan rumah tangga bahagia. Pernikahan merupakan sunnah Rasul, hal ini Rasulullah bersabda yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim melalui Anas bin Malik RA. Terdapat beberapa hukum pernikahan, yaitu: wajib bagi seseorang yang sanggup membelanjai Rumah Tangga, kuat nafsu seksualnya dan takut terjatuh berbuat maksiat, sunnah bagi seseorang yang sanggup berumah tangga tetapi mampu mengendalikan nafsunya, mubah mampu membelanjai rumah tangga tetapi kurang nafsu seksualnya, makruh bagi yang tidak mampu memikul biaya rumah tangga dan sanggup mengendalikan hawa nafsunya, dan haram (terlarang) bagi yang tidak dapat memenuhi kewajiban rumah tangga lahir batin, yakin akan berbuat dzalim kepada wanita dan anak anak atau ada sebab lain yang berbahaya. Pernikahan merupakan ibadah yang dengannya wanita Muslimah telah menyempurnakan setengah dari agamanya serta akan menemui Allah dalam keadaan suci dan bersih, hal ini sesuai dengan sabda Rasul yang diriwayatkan AthThabrani dan AlHakim. Kemudian dalam hadist Nabi juga menentukan kriteria calon isti, ada empat unsur dalam memilih calon isteri, yaitu: karena agamanya, karena hartanya, karena derajatnya, dan karena kecantikannya.
13
14
DAFTAR PUSTAKA
Dachlan, Aisjah, Membina Rumah Tangga Bahagia, Jakarta: JAMUNU, 1969. Ghozali, Syukri, Nasehat Perkawinan dalam Islam, Jakarta: Biro Penerbangan dan Motivasi, 1985. Shihab, M. Quraish, Pengantin Al-Qur’an, Jakarta: Lentera hati, 2007. Suryani, Hadis Tarbawi: Analisis Paedagogis HadisHadis Nabi, Yokyakarta: Teras. 2012. Tausiyahku, Tausiyah Cinta, Jakarta: Qultum Media, 2012. „Uwaidah, Kamil Muhammad, Fiqih Wanita, Jakarta: Pustaka alkautsar, 1998.