BIMBINGAN UNTUK ANAK TUNANETRA
(TUNANETRA SETELAH LAHIR)
Disusun guna memenuhi tugas Pendidikan Inklusi
Dosen Pengampu : Drs. Dwi Yunairifi, M. Si.
Disusun Oleh :
Rini Ayu Sih Nugraheni 11108241145
Umi Salamah 11108241146
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
PENDIDIKAN PRASEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Anak dengan gangguan penglihatan atau tunanetra memiliki berbagai keterbatasan dan kekurangan jika dibandingkan oleh orang normal pada umumnya. Oleh karena itu anak yang mengalami tunanetra juga harus mendapatkan pelayanan dan program pendidikan yang berbeda dengan anak normal. Penggunaan strategi dan pendekatan yang tepat akan sangat membantu guru dalam membelajarkan anak tunanetra.
Perlakuan dalam proses pendidikan bagi anak tunanetra dilakukan dengan memperhatikan karakteristik, jenis gangguan penglihatan yang dialami, serta sesuai dengan kebutuhan siswa yang bersangkutan. Selain program pendidikan yang berbeda dengan anak normal pada umumnya, anak tunanetra juga memerlukan pelayanan dan bimbingan yang bersifat khusus. Apalagi bagi anak tunanetra yang mengalami gangguan pada usia sekolah. anak tersebut akan mengalami goncangan dan beban yang jauh lebih berat dari pada mereka yang mengalami gangguan penglihatan sejak dilahirkan.
Dalam PP Nomor 72 Tahun 1991 Bab XII Pasal 28 Ayat I dinyatakan bahwa : "Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengatasi masalah yang disebabkan oleh kelainan yang disandang, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan."
Di pihak lain, guru sebagai pengelola inti dalam proses belajar mengajar (PBM) mempunyai tugas untuk melaksanakan layanan bimbingan di sekolahnya, terlepas dari ada atau tidak ada petugas khusus yang disiapkan untuk itu. Peran guru sebagai pembimbing semakin diperkokoh posisinya selaku fasilitator dalam mencapai perkembangan siswa secara optimal. Oleh karena itu, sebagai seorang guru harus memilih pendekatan dan strategi yang tepat untuk menangani anak tunanetra dan disertai dengan layanan bimbingan bagi anak agar membantu anak tersebut mencapai tujuan pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi Tuna Netra
Tunanetra adalah mereka yang penglihatannya terganggu sehingga menghalangi dirinya untuk menjalankan fungsinya dalam pendidikan dan aktifitas rehabilitatif lainnya tanpa menggunakan alat khusus, material khusus, latihan khusus, dan atau bantuan lain secara khusus.
Klasifikasi Tuna Netra
Berdasarkan waktu terjadinya ketunanetraan
Tunanetra sebelum dan sejak lahir, yaitu mereka yang sama sekali tidak memiliki pengalaman penglihatan.
Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil, yaitu mereka yang telah memiliki kesan-kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah terlupakan.
Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja, yaitu mereka yang telah memiliki kesan-kesan visual dan meninggalkan pengaruh yang mendalam terhadap proses perkembangan pribadi.
Tunanetra pada usia dewasa, pada umumnya mereka yang dengan segala kesadaran mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian diri.
Tunanetra dalam usia lanjut, yaitu mereka yang sebagian besar sudah sulit mengikuti latihan-latihan penyesuaian diri.
Berdasarkan kemampuan daya penglihatan
Tunanetra ringan (defective vision/low vision), yakni mereka yang memiliki hambatan dalam penglihatan akan tetapi masih dapat mengikuti program-program pendidikan dan mampu melakukan pekerjaan/kegiatan yang menggunakan fungsi penglihatan.
Tunanetra setengah berat (partially sighted), yakni mereka yang kehilangan sebagian daya penglihatan, mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu membaca tulisan yang bercetak tebal hanya jika menggunakan kaca pembesar.
Tunanetra berat (totally blind), yakni mereka yang sama sekali tidak dapat melihat.
Berdasarkan pemeriksaan klinis
Tunanetra yang memiliki ketajaman penglihatan kurang dari 20/200 dan atau memiliki bidang penglihatan kurang dari 20 derajat.
Tunanetra yang masih memiliki ketajaman penglihatan antara 20/70 sampai dengan 20/200 yang dapat lebih baik melalui perbaikan.
Berdasarkan kelainan-kelainan pada mata
Myopia (rabun jauh), bayangan tidak terfokus dan jatuh di belakang retina. Untuk membantu proses penglihatan pada penderita Myopia digunakan kacamata dengan lensa negatif.
Hyperopia (rabun dekat), bayangan tidak terfokus dan jatuh di depan retina. Untuk membantu proses penglihatan pada penderita Hyperopia digunakan kacamata dengan lensa positif.
Astigmatisme (silinder), adalah penyimpangan atau penglihatan kabur yang disebabkan karena kelainan pada kornea mata atau pada permukaan lain pada bola mata sehingga bayangan benda baik pada jarak dekat maupun jauh tidak terfokus jatuh pada retina. Untuk membantu proses penglihatan pada penderita astigmatisme digunakan kacamata dengan lensa silindris.
Faktor Penyebab Ketunanetraan
Pre-natal (sebelum dilahirkan)
Keturunan
Biasanya disebabkan karena perkawinan saudara yang memiliki anggota keluarga tunanetra atau sesama tunanetra. Contoh penyakit yang mungkin terjadi adalah Retinitis Pigmentosa, yaitu penyakit dimana penderitanya akan mengalami kemunduran atau memburuknya retina.
Pertumbuhan seorang anak dalam kandungan
Gangguan waktu ibu hamil.
Penyakit menahun, misalnya TBC.
Infeksi atau luka yang dialami oleh ibu hamil akibat terkena rubella atau cacar air.
Infeksi karena penyakit kotor, toxoplasmosis, trachoma dan tumor.
Kurangnya vitamin tertentu.
Post-natal (setelah melahirkan)
Kerusakan pada mata atau saraf mata pada waktu persalinan, akibat benturan alat-alat atau benda keras.
Pada waktu persalinan, ibu mengalami penyakit gonorrhoe, sehingga baksil gonorrhoe menular pada bayi.
Mengalami penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan, misalnya: Xeropthalmia, Trachoma, Catarac, Glaucoma, Diabetik Retinopathy, Macular Degeneration, dan Retinopathy of prematurity.
Kerusakan mata yang disebabkan terjadinya kecelakaan, seperti masuknya benda keras atau tajam, cairan kimia yang berbahaya, kecelakaan dari kendaraan, dll.
Berdasarkan penjabaran yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa tunanetra dapat terjadi karena beberapa penyebab. Namun pada makalah ini pembahasan difokuskan pada tunanetra yang disebabkan karena kecelakaan. Penderita tunanetra ini berarti pernah memiliki kemampuan melihat sebelumnya. Oleh karena itu, penyesuaian penanganan bagi jenis tunanetra ini berbeda dengan penanganan tunanetra yang dari awal memang sudah tidak bisa melihat.
Tuna Netra karena Kecelakaan
Kecelakaan yang menimpa kepala seperti benturan di kepala, selain dapat menyebabkan gagar otak dapat pula mengakibatkan pendarahan otak yang berujung pada penyakit tunanetra. Tunanetra yang kehilangan penglihatannya setelah umur 7 tahun mereka masih dapat menahan ingatan visualnya dan warna, sehingga masih dapat memanfaatkan ingatan tersebut dalam proses belajarnya. Akan tetapi anak tersebut tidak mampu mengadakan pengamatan visual yang baru (B. Lowenfeld). Saat terjadinya ketunanetraan pada seorang juga berakibat terhadap keterbatasan yang dimiliki tunanetra, yang oleh B. Lowenfeld disebutkan ada keterbatasan yaitu keterbatasan dalam lingkup dan keanekaragaman pengalaman, keterbatasan dalam interaksi dengan lingkungan, serta keterbatasan dalam kemampuan berpindah-pindah tempat.
Tunanetra yang terjadi dengan mendadak bisa berakibat pada goncangan jiwa atau goncangan sosial yang lebih berat bila dibandingkan dengan tunanetra yang terjadi secara bertahap ataupun yang telah mengalami ketunanetraan sejak lahir. Kehilangan penglihatan yang bertahap memberikan kesempatan pada diri seseorang untuk menyesuaikan dirinya dengan keadaan sehingga dapat menerima keadaan dirinya secara wajar.
Kebutuhan Seorang Tunanetra
Kebutuhan fisiologis
Meliputi : makan, minum, udara yang segar dan juga waktu untuk istirahat.
Kebutuhan akan rasa aman
Rasa aman tercermin dalam keamanan, keteraturan dan kestabilan lingkungan.
Kebutuhan akan kasih sayang
Kecenderungan rasa kasih sayang pada seseorang timbul apabila kehadiran seseorang itu sesuai dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan. Semua sikap yang tidak wajar, baik rasa tidak sayang, rasa tidak ikut memiliki maupun rasa kasih sayang yang berlebihan terhadap anaknya yang tunanetra, akan menambah beban dan hambatan terhadap perkembangan diri anak.
Kebutuhan akan penghargaan
Penghargaan tidak hanya berbentuk materi tapi juga bisa berbentuk penghargaan phsikologis. Seseorang akan dihargai apabila ia dapat berbuat sesuatu baik bagi dirinya maupun pada lingkungan.
Kebutuhan akan aktualisasi diri
Secara mendasar dari tujuan pendidikan bagi orang tunanetra tidak berbeda dengan tujuan akhir pendidikan bagi orang awas pada umumnya, yaitu agar anak dapat mandiri. Ketidaktergantungan pada pertolongan orang lain merupakan perwujudan dari kemampuan tunanetra dalam mengaktualisasikan dirinya ditengah-tengah lingkungannya.
Kebutuhan Pendidikan Seorang Tunanetra
Bacaan dan tulisan braille (braille reading and writing)
Huruf braille adalah suatu sistem yang menggunakan kode berupa titik-titik yang ditonjolkan untuk menunjukkan huruf, angka, dan simbol-simbol lainnya. Siswa tunanetra membaca dengan cara meraba melalui telunjuk jari pada satu tangan dan menjaga agar halaman yang dibacanya tidak berubah posisi dengan tangan yang lain. Pembelajaran menulis siswa menggunakan papan cetak (slate) dan pena (stylus), dan penkins brailler (mesin tik versi tunanetra).
Keyboarding
Adalah cara belajar anak tunanetra menggunakan keyboard standar agar anak tunanetra dapat berkomunikasi dengan orang lain dan mengikuti pendidikan di dalam kelas.
Alat bantu menghitung (calculation aids)
Alat ini berguna untuk membantu anak dalam menyelesaikan permasalahan hitung matematika. Alat bantu ini dapat berupa sempoa maupun kalkulator elektronik.
Optacon (optical to tactile converter)
Optacon merupakan suatu alat yang dapat mengubah materi cetak menjadi pola-pola getaran pada ujung jari pemakai.
Mesin baca Kurzweil (Kurzweil reading machine)
Mesin baca ini dapat membaca suatu buku cetak kemudian menghasilkan output dalam bentuk suara.
Buku bersuara (talking books)
Adalah suatu buku atau bacaan lain yang direkam oleh sukarelawan dalam disk atau kaset yang akan dibagikan pada orang yang mengalami gangguan penglihatan secara gratis.
Teknologi komputer
Alat ini dapat digunakan pada orang yang mengalami gangguan penglihatan dalam taraf ringan. Software dalam teknologi komputer ini memungkinkan mengeluarkan huruf dalam ukuran yang besar di layar monitor namun saat dicetak tetap dalam ukuran normal sehingga dapat membantu siswa tunanetra ringan untuk menyelesaikan tugas menggunakan komputer.
Latihan orientasi dan mobilitas
Latihan orientasi bertujuan untuk membantu siswa dalam mengenal suasana di sekitarnya dan menghubungkannya menjadi suatu kesatuan yang utuh. Sedangkan latihan mobilitas adalah latihan gerak bagi siswa agar dapat bergerak dengan aman dan efektif di lingkungan sekitar.
Kebutuhan Khusus Seorang Tunanetra
Tunanetra adalah seorang individu yang mengalami kelainan pada penglihatan sehingga ia tidak dapat menggunakan penglihatannya sebagai saluran utama dalam menerima informasi dari lingkungan. Adanya kelainan penglihatan pada seseorang tunanetra mempunyai akibat langsung maupun tidak langsung. Adanya akibat langsung dan tidak langsung ini menyebabkan adanya kebutuhan khusus. Kebutuhan khusus tunanetra bisa ditinjau dari tiga aspek, yaitu :
Fisiologis
Tunanetra adalah akibat adanya perubahan secara fisiologis dari sebagian aspek dalam organisme.
Personal
Ketunanetraan merupakan pengalaman personal, perasaan yang dimiliki seorang tunanetra tidak akan pernah sama walaupun sesama penderita tunanetra. Akibat ketunanetraan sebagai pengalaman personal, maka timbul beberapa kebutuhan yang bersifat personal pula. Kebutuhan tersebut antara lain adalah latihan orientasi dan mobilitas, minat untuk berinteraksi dengan lingkungan terutama dalam hal mengolah dan menerima informasi dari lingkungan, keterampilan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti menolong diri sendiri, serta pendidikan dan bimbingan penyuluhan.
Sosial
Dengan adanya pandangan ketunanetraan sebagai fenomena sosial, maka kebutuhan dari segi sosial adalah adanya hubungan yang baik antar personal (personal relationship), interaksi yang baik antar anggota keluarga, interaksi dan hubungan dengan teman-temannya, dan ikut berpartisipasi dengan berbagai kegiatan dalam lingkungannya.
Macam-Macam Metode Pengajaran yang Dapat diikuti oleh Tunanetra
Metode Ceramah
Metode ceramah ialah cara penyampaian sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa atau khalayak ramai.
Metode Tanya jawab
Metode tanya jawab ialah penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab tentang materi yang ingin diperolehnya.
Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode yang bertujuan untuk memecahkan suatu masalah berdasarkan pendapat para siswa.
Metode Mentoring
Metode mentoring atau tutor adalah metode individual di mana murid mendatangi guru untuk mengkaji suatu materi dan guru membimbingnya secara langsung.
Metode Bandongan
Metode bandongan adalah metode pembelajaran dimana semua peserta didik menghadap guru dengan membawa buku masing-masing kemudian guru membacakan, menerjemahkan, menerangkan kalimat demi kalimat dari materi yang dipelajarinya, sementara siswa secara cermat mengikuti penjelasan yang diberikan oleh guru dengan memberikan catatan-catatan tertentu.
Metode Drill
Metode Drill atau latihan adalah suatu metode dalam menyampaikan pelajaran dengan menggunakan latihan secara terus menerus sampai anak didik memiliki ketangkasan yang diharapkan.
Strategi dan Pendekatan Pembelajaran bagi Anak Tunanetra
Strategi pembelajaran pada dasarnya adalah pendayagunaan secara tepat dan optimal dari semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran yang meliputi tujuan, materi pelajaran, media, metode, siswa, guru, lingkungan belajar dan evaluasi sehingga proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan efesien. Beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh guru dalam menangani anak tunanetra adalah :
Pemanfaatan Sisa Penglihatan
Secara akademis tujuan pemanfaatan sisa penglihatan adalah agar anak dapat membaca huruf atau buku cetak dengan ukuran tertentu. Dengan demikian anak bisa belajar bersama anak normal lainnya.
Pengaturan Cahaya
Dalam mengikuti pembelajaran bersama-sama anak normal di kelas ketercukupan cahaya merupakan hal yang amat penting yang perlu diperhatikan oleh guru. Cahaya yang terlalu kuat maupun terlalu gelap dapat menyulitkan anak dalam belajar membaca.
Penggunaan Buku Cetak Besar
Dengan adanya buku cetak yang khusus diperuntukkan bagi anak penyandang gangguan penglihatan diharapkan anak dapat belajar dengan efektif.
Selain strategi, pendekatan dalam pembelajaran bagi anak tunanetra juga perlu diperhatikan. Hal ini dikarenakan penggunaan strategi dan pendekatan yang tepat bagi anak akan memudahkan anak dalam mengikuti proses pembelajaran. Secara umum, dikenal adanya dua pendekatan yang sering dilakukan dalam memberikan layanan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus, yaitu :
Pendekatan kelompok/klasikal
Pendekatan ini dilakukan dalam kelas-kelas secara klasikal maupun dalam kelompok-kelompok tertentu.
Pendekatan individual
Pendekatan ini dilakukan dengan cara memberikan pelayanan secara pribadi atau perorangan masing-masing anak sehingga guru akan lebih teliti dalam mengamati perkembangan anak.
Pendekatan remedial
Pendekatan remidial bertujuan untuk membantu anak berkebutuhan khusus dalam upaya mencapai kompetensi yang ditentukan dengan lebih menekankan pada hambatan atau kekurangan yang ada pada anak berkebutuhan khusus pada kompetensi yang belum dicapai oleh anak.
Pendekatan akseleratif
Pendekatan akseleratif bertujuan untuk mendorong anak berkebutuhan khusus, utamanya anak berbakat untuk lebih lanjut menguasai kompetensi yang ditetapkan berdasar assesmen kemampuan anak.
Tunanetra memiliki beberapa keterbatasan sebagai akibat langsung dari ketunanetraannya. Dengan terganggunya penglihatan tunanetra, maka ia tidak bisa leluasa bergerak dan berpindah tempat. Untuk dapat bergerak secara leluasa tunanetra perlu mempelajari secara khusus dan terprogram tehnik mobilitas dengan baik dan benar. Tehnik tersebut dapat membantunya untuk memperoleh pengalaman baru dan melakukan interaksi dengan lingkungan. Untuk mendapatkan interaksi yang aktif, seseorang hendaknya memiliki konsep-konsep yang benar sesuai dengan realitas strategi pengajaran yang menggunakan prinsip :
Pengalaman konkrit (concrete experience), artinya pengajaran harus sesuai dengan aslinya atau menampilkan modelnya.
Belajar dengan bertindak (learning by doing), artinya dalam mengajar tunanetra harus menekankan pada praktek yaitu melakukan kegiatan secara langsung, bukan hanya menerangkan secara lisan.
Kesatuan pengalaman (unifying experience), karena keterbatasan dalam penglihatan maka dalam menerangkan pada tunanetra harus utuh dan sistimatis. Sistimatis dan menyeluruh secara terpadu menyebabkan tunanetra dapat memiliki konsep sesuatu pengetahuan dan keterampilan secara utuh.
Makna Bimbingan
Bimbingan adalah proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal. Definisi ini memiliki makna bahwa :
Bimbingan adalah suatu proses. Sebagai suatu proses bimbingan merupakan kegiatan yang berkelanjutan, sistematis dan berencana yang terarah kepada pencapaian tujuan.
Bimbingan adalah bantuan. Bimbingan bertugas mengembangkan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan siswa, memberikan dorongan dan semangat, menumbuhkan keberanian bertindak bertanggung jawab, mengembangkan kemampuan untuk memperbaiki dan mengubah perilakunya sendiri.
Bantuan itu diberikan kepada individu. Individu yang diberi bantuan adalah individu yang sedang berkembang dengan segala keunikannya. Bantuan dalam bimbingan diberikan dengan mempertimbangkan keragaman, keunikan, kebutuhan, dan masalah individu yang bersangkutan.
Tujuan bimbingan adalah perkembangan optimal. Perkembangan yang dimaksud adalah perkembangan yang sesuai dengan potensi dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar. Perkembangan optimal merupakan suatu kondisi dinamik dimana individu mempu mengenal dan memahami diri, berani menerima kenyataan diri, mengarahkan diri sesuai dengan kemampuan, kesempatan dan sistem nilai, melakukan pilihan dan mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri.
Prinsip-Prinsip Umum Bimbingan
Bimbingan diberikan kepada individu yang sedang berada dalam proses berkembang. Pembimbing bertugas untuk membantu siswa memahami sistem nilai sebagai bagian dari proses pengembangan dirinya.
Bimbingan diperuntukan bagi semua siswa. Pembimbing perlu memahami perkembangan dan kebutuhan siswa secara menyeluruh, dan menjadikan perkembangan dan kebutuhan siswa tersebut sebagai salah satu dasar bagi penyusunan program bimbingan di sekolah.
Bimbingan dilaksanakan dengan mempedulikan semua segi perkembangan siswa. Dalam bimbingan semua segi perkembangan siswa baik fisik, mental, sosial maupun emosional dipandang sebagai satu kesatuan dan saling berkaitan.
Bimbingan berdasarkan pada pengakuan atas kemampuan individu untuk menentukan pilihan. Setiap siswa memiliki kemampuan untuk menentukan pilihan sendiri tentang apa yang akan dia lakukan.
Bimbingan adalah bagian terpadu dari proses pendidikan. Dalam praktek pendidikan tidak cukup hanya melaksanakan proses pembelajaran yang lebih banyak terfokus kepada membantu siswa menguasai pengetahuan secara intelektual melainkan juga harus disertai dengan pengembangan aspek lain seperti keterampilan sosial, kecerdasan emosional, disiplin diri, pemahaman nilai, sikap dan kebiasaan belajar.
Bimbingan dimaksudkan untuk membantu siswa merealisasikan dirinya. Bantuan di dalam proses bimbingan diarahkan untuk membantu siswa memahami dirinya, mengarahkan diri kepada tujuan yang realistik dan mencapai tujuan sesuai dengan kemampuan diri dan peluang yang di peroleh.
Pendekatan Perkembangan dalam Bimbingan
Myrick (dalam Ahman (2005: 11-34) mengemukakan empat pendekatan dapat dirumuskan sebagai pendekatan dalam bimbingan, yaitu :
Pendekatan krisis
Pembimbing menunggu munculnya suatu krisis dan dia bertindak membantu seseorang yang menghadapi krisis tersebut.
Pendekatan remedial
Pembimbing akan memfokuskan bantuannya kepada upaya menyembuhkan atau memperbaiki kelemahan-kelemahan yang tampak. Strategi yang bisa dilakukan adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan tertentu misalnya keterampilan berdamai sehingga siswa tadi memiliki keterampilan untuk mengatasi masalah hubungan antar pribadi.
Pendekatan preventif
Pendekatan ini mencoba mengantisipasi masalah-masalah generik dan mencegah terjadinya masalah tersebut. Masalah-masalah yang dimaksud seperti putus sekolah, berkelahi, kenakalan, merokok, dan sejenisnya yang secara potensial masalah itu dapat terjadi pada siswa secara umum. Teknik yang dapat digunakan diantaranya mengajar dan memberikan informasi.
Pendekatan perkembangan.
Pendekatan ini memberikan perhatian kepada tahap-tahap perkembangan siswa, kebutuhan, dan minat serta membantu siswa mempelajari keterampilan hidup (Robert Myrick, 1989). Teknik yang dapat dilakukan diantaranya mengajar, menukar informasi, bermain peran, melatih, tutorial, dan konseling.
Ada empat komponen program dalam bimbingan perkembangan yaitu:
Layanan dasar bimbingan, yaitu layanan umum bagi semua siswa.
Layanan responsive, yaitu layanan untuk membantu siswa mengatasi masalah yang dihadapi pada saat itu.
Layanan perencanaan individual, yaitu layanan untuk membantu siswa mengembangkan dan mengimplementasikan rencana pendidikan, karir, dan pribadi.
Komponen pendukung system, yaitu komponen yang berkaitan dengan aspek menejerial.
Bimbingan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Jenis Bimbingan
Bimbingan Fisik
Dengan bantuan pembimbing, dokter, dan petugas kesehatan, anak berkebutuhan khusus hendaknya diberi bimbingan. Bimbingan tersebut dilakukan melalui contoh, pengawasan, dan pembiasaan. Contoh bimbingan yang harus diberikan antara lain :
Cara memelihara kesehatan dirinya.
Cara memelihara kebersihan pakaian.
Cara memelihara lingkungan disekitarnya.
Cara memelihara kesehatan badan.
Cara menangani dirinya saat sedang sakit.
Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar di berikan kepada anak berkebutuhan khusus pada umumnya, khususnya kepada siswa yang pada suatu saat membutuhakan bantuan untuk memecahkan masalah atau kesulitan yang berhubungan dengan kegiatan belajar, baik itu disekolah, di asrama, di luar sekolah ataupun di luar asrama. Usaha pembimbing diarahkan kepada siswa untuk membantu siswa agar dapat menyesuaikan diri secara memadai dalam situasi belajar. Upaya yang dapat dilakukan misalnya dengan jalan mempekuat motif positif yang sudah ada pada diri siswa, mempejelas tujuan belajar, meumuskan tujuan-tujuan sementara yang segera dapat dicapai, membina situasi persaingan yang sehat dan kalau perlu membeikan rangsangan baik dengan kata-kata pujian atau sesekali dalam bentuk hadiah berupa benda. Pemberian informasi sebagai salah satu teknik dalam bimbingan belajar akan sangat membantu siswa. Misalnya informasi tentang cara belajar yang efektif, bagaimana cara melakukan diskusi yang baik, cara-cara mengembangkan kebiasaan belajar yang baik, dan cara menghilangkan kebiasaan belajar yang buruk.
Bimbingan Penyesuaian Diri
Siswa dituntut untuk dapat menyesuaikan dirinya, baik dengan dirinya sendiri, dengan keluarga, dengan lingkungan sekolah, dengan teman sebaya dan dengan masyarakat luas. Bimbingan ditekankan pada anak yang dianggap selalu menjadi pusat perhatian dan cenderung "dikasihani" oleh orang-orang di sekitarnya. Bimbingan dilakukan secara individu maupun dengan cara kelompok yang meliputi menumbuhkan kepercayaan kapada diri sendiri, membimbing dalam bidang vokasional, penyuluhan pribadi, diajak berperan serta dalam kegiatan kelompok dan dibiasakan bergaul dengan masyarakat luas akan membawa mereka pada kemampuan dan kesanggupan untuk sanggup berdiri sendiri secara wajar ditengah-tengah masyarakat umum.
Bimbingan Vokasional
Fokus bimbingan vokasional/kerja adalah untuk :
Membantu anak dalam menilai kemampuan dasar, minat, sikap, serta kecakapan khusus yang mereka miliki.
Mengarahkan anak pada kemungkinan-kemungkinan pekerjaan yang sesuai dengan keterbatasan yang dimilikinya.
Memberikan bimbungan khusus bagi anak yang mendapat kesulitan dalam menentukan kariernya dimasa yang akan datang.
Memberikan bantuan dan petunjuk bagi anak tentang kemungkinan-kemungkinan lapangan kerja yang dapat dimasuki dan dimana mereka dapat menyalurkan keinginannya bila telah selesai mengikuti latihan kerja tertentu.
Layanan Bimbingan pada Anak dengan Hambatan Penglihatan
Layanan dasar bimbingan adalah membantu seluruh siswa dalam mengembangkan keterampilan dasar untuk kehidupannya. Fungsi layanan dasar bimbingan ini lebih bersifat pengembangan, karena merupakan upaya menyiapkan pelaksanaan bimbingan secara sistematik bagi seluruh siswa, termasuk siswa dengan hambatan penglihatan seperti siswa tunanetra.
Strategi khusus dan isi layanan pendidikan bagi anak tunanetra menurut Hardman, M.L. dkk (1990) paling tidak meliputi :
Mobility training and daily living skill, yaitu latihan untuk berjalan dan orientasi tempat dan ruang dengan berbagai sarana yang diperlukan serta latihan keterampilan kehidupan keseharian.
Tradisional curriculum content area, yaitu orientasi dan mobilitas, keterampilan berbahasa termasuk ekspresi dan keterampilan berhitung.
Communication media, yaitu penguasaan braille dalam komunikasi.
BAB III
PENUTUP
Tunanetra adalah orang yang mengalami gangguan penglihatan baik ringan, sedang, maupun berat. Tunanetra bukan hanya mereka yang tidak bisa melihat, namun termasuk juga mereka yang mengalami gangguan pada matanya. Banyak hal yang dapat menyebabkan seseorang menjadi tunanetra. Salah satunya adalah karena kecelakaan. Tunanetra yang disebabkan karena kecelakaan berarti pernah mengalami suatu masa dimana dia menjadi normal dan dapat melihat seperti orang lain pada umumnya. Oleh karena itu, beban jiwa yang ditanggung oleh anak tersebut akan jauh lebih berat dari pada mereka yang mengalami tunanetra dari sejak lahir.
Ketunanetraan seseorang mengakibatkan dirinya mengalami berbagai keterbatasan. Salah satunya adalah dalam hal mobilitas atau pergerakan. Hal ini disebabkan karena akibat ketunanetraannya, sebagian besar tunanetra memiliki gerak yang kaku dan sikap tubuh yang jelek. Oleh karena itu anak tunanetra harus diberikan suatu bimbingan baik itu karena beban psikologis yang dialaminya, maupun karena keterbatasan-keterbatasan yang dia miliki, termasuk keterbatasan mobilitas.
Ada banyak jenis bimbingan yang dapat digunakan untuk anak tunanetra. Pemilihan bimbingan yang tepat akan meningkatkan efektivitas bimbingan bagi seorang anak. Oleh karena itu, guru berperan penting dalam memilih bimbingan bagi anak sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang dialami anak tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Shidiq Permana. 2011. Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus. Diakses pada Jum'at, 4 Oktober 2013 pukul 10.12 WIB melalui : http://achmadblue.blogspot.com/2011/03/bimbingan-anak-berkebutuhan-khusus.html
Irham Hosni. 2012. Tunanetra dan Kebutuhan Dasarnya. Diakses pada Rabu, 2 Oktober 2013 pukul 21.19 WIB melalui : http://file.upi.edu/Direktori/FIP /JUR._PEND._LUAR_BIASA/195101211985031-IRHAM_HOSNI/TUNANETRA DAN KEBUTUHAN_DASARNYA.pdf
J. David Smith. 2005. Inklusi Sekolah Ramah untuk Semua. Bandung : Nuansa
SLB Kartini Batam. 2011. Tunanetra. Diakses pada Rabu, 2 Oktober 2013 pukul 22.57 WIB melalui : http://www.slbk-batam.org /index.php? pilih=hal&id=72
Sunaryo Kartadinata, dkk. 2002. Bimbingan di Sekolah Dasar. Bandung : CV Maulana
Umar Ghozali. 2013. Makalah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Lengkap. Diakses pada Jum'at, 4 Oktober 2013 pukul 10.18 WIB melalui : http://ghozaliu.blogspot.com/2013/01/makalah-anak-berkebutuhan-khusus-abk.html
Yogi Syaeful Rachman. 2012. Makalah Hambatan Penglihatan pada Anak. Diakses pada Jum'at, 4 Oktober 2013 pukul 09.30 WIB melalui : http://yogisyaefulrachman.wordpress.com/2012/11/16/makalah-hambatan-penglihatan-pada-anak/