BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Batang merupakan sumbu dengan daun yang melekat padanya. Di ujung sumbu titik tumbuhnya, batang dikelilingi daun muda dan menjadi tunas terminal. Di bagian batang yang lebih tua, yang daunnya saling berjauhan buku (nodus) tempat daun melekat pada batang dapat dibedakan dari ruas (internodus), yakni bagian batang diantara dua buku yang yang berturutan. Batang merupakan bagian tumbuhan yang umumnya ada di atas tanah. Batang merupakan tempat keluarnya daun, bunga dan buah. Selain itu Organ batanglah yang menyebabkan tumbuhan bisa berdiri tegak sekaligus sebagai penopang. Batang merupakan bagian dari tumbuhan dari tumbuhan yang amat penting, batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan. Seperti kita ketahui bersama bahwa batang merupakan hal yang sangat vital dari organ-organ yang ada pada suatu tumbuhan pada umumnya, betapa penting nya dari suatu organ batang, tumbuhan tidak dapat hidup dengan sempurna tanpa adanya organ batang, seperti suatu hal yang tidak dapat di pisahkan. Batang sendiri mempunyai beberapa bagian yang menyusunnya. Dalam makalah ini, kelompok kami akan membahas tentang “anatomi batang” batang” khususnya struktur primer dan sekunder batang sampai pengaruh pertumbuhan sekunder sekunder dan konsep stele. 1.2 Rumusan Masalah 1) Bagaimana struktur primer dan sekunder batang? 2) Bagaimana jalan dan celah daun? 3) Bagaimana jalan dan celah dahan? 4) Apa yang dimaksud dengan konsep stele? 5) Bagaimana perkembangan struktur batang? 6) Apa yang dimaksud dengan daerah transisi? 7) Bagaimana pengaruh pertumbuhan sekunder terhadap tubuh primer? 8) Bagaimana pengaruh pertumbuhan sekunder terhadap celah dan jalan daun? 9) Apa yang dimaksud dengan lingkaran tahun atau lingkaran tumbuh? 1.3 Tujuan Penulisan 1) Untuk mengetahui struktur primer dan sekunder batang. 2) Untuk mengetahui jalan dan celah daun. 3) Untuk mengetahui jalan dan celah dahan.
1
4) 5) 6) 7)
Untuk mengetahui konsep stele. Untuk mengetahui perkembangan struktur batang. Untuk mengetahui daerah transisi. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan sekunder terhadap tubuh primer. 8) Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan sekunder terhadap celah dan jalan daun. 9) Untuk mengetahui lingkaran tahun atau lingkaran t umbuh.
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Struktur Primer dan Sekunder Batang A. Struktur Primer Batang Pada ujung yang sedang tumbuh, tepatnya dibelakang titik tumbuh terbentuk jaringan primer. Semua tumbuhan memiliki struktur primer, yaitu struktur jaringan yang terbentuk pada awal pertumbuhan batang pada ujung batang. Jaringan primer tersebut terdiri atas: 1. Protoderma, merupakan bagian luar yang akan membentuk epidermis 2. Prokambium, terletak di bagian tengah, sel-selnya lebih panjang. Jaringan ini akan membetuk jaringan pembuluh xilem dan floem serta kambium vaskular. 3. Meristem dasar, merupakan jaringan dasar yang akan membentuk empulur dan korteks. Hanya tumbuhan dikotil yang memiliki kambium sehingga dapat terjadi pertumbuhan sekunder. Hal tersebut menyebabkan tumbuhan dikotil memiliki struktur sekunder. b. Struktur Primer Batang Monokotil Struktur primer batang monokotil tediri dari 3 bagian, yaitu epidermis pada bagian luar sebagai pelindung, yang kedua terdapat di bagian dalam adalah korteks (sklerenkimia dan parenkimia) dan yang ketiga adalah bagian ikatan pembuluh. c. Struktur Primer Batang Dikotil Struktur primer batang dikotil adalah sebagai berikut. 1) Epidermis, jaringan ini terbentuk dari sel-sel pipih yang berfungsi melindungi jaringan didalamnya, umumnya berdiri satu lapis, dinding sel epidermis tebal dan dilapisi oleh kitin atau kutikula. 2) Korteks, jaringan ini ada dibawah epidermis yang tersusun dari sel-sel parenkimia, fungsinya untuk menyimpan cadangan makanan. pada beberapa jenis tumbuhan, dinding sel-sel parenkimanya menebal membentuk kolenkimia dan sklerenkimia, yang berfungsi memperkuat batang. 3) Stele atau silinder pusat, daerah ini merupakan bagian terdalam batang. Stele tersusun oleh xilem, floem, kambium vaskular atau kambium pembuluh, dan empulur. 3
a) Xilem primer, merupakan jaringan yang kompleks, yang tersusun atas pembuluh xilem (trakea) dan trakeid, terbentuk pada pembuluh primer. b) Floem primer merupakan jaringan korteks yang tersusun oleh beberapa macam sel yang mampu mengangkut zat organik hasil fotosintesis dari daun ke tempat lain. Misalnya, floem dan serabut fl oem. c) Kambium vascular (kambium pembuluh), merupakan jaringan yang bersifat meristematis dan terbentuk dari prokambium. Kambium ini terletak di antara jaringan xilem dan floem. Pembelahan kearah luar selsel kambium akan membentuk floem sekunder sedangkan kea rah dalam akan membentuk xilem sekunder. d) Empulur, baian dalam batang yang tersusun oleh sel parenkima dan dapat berfungsi sebagai tempat penyimpanan makanan.
B. Struktur Sekunder Batang Hanya tumbuhan dikotil yang memiliki kambium sehingga hanya dikotil yang mengalami pertumbuhan sekunder. jaringan sekunder terbentuk akibat aktivitas kambium. Macam-macam jaringan sekunder pada tumbuhan dikotil akan di jelaskan sebagai berikut. 1. Floem Sekunder Floem sekunder merupakan jaringan floem yang letaknya lebih dalam dari floem primer, yang terbentuk oleh kambium ke arah luar. akibat terbentuknya jaringan floem sekunder, kulit batang dikotil membesar atau mengalami pertumbuhan sekunder. 2. Xilem Sekunder Xilem sekunder merupakan jaringan xilem yang dibentuk oleh jaringan kambium kearah dalam. Letak xilem sekunder lebih kearah luar dari pada letak xilem primer. Pertumbuhan jari-jari xilem tidak sama setiap tahun, tergantung pada curah hujan, persediaan air, makan dan pengaruh musim. 3. Gabus dan Kambium Gabus Gabus (felem) merupakan jaringan yang dibentuk oleh kambium gabus (felogen) kearah luar. sebaliknya, kearah dalam felogen akan membentuk feloderm atau parenkima gabus. Gabus terdiri dari sel-sel yang dinding 4
selnya mengalami penebalan oleh suberin atau bersifat impermeabel. Pada jaringan gabus dikulit batang, terdapat lentisel. Bentuknya menyerupai "bisul" yang mempunyai lubang sebagai jalan keluar masuknya udara.
2.2 Jalan dan Celah Daun Berdasarkan dengan fungsinya sebagai tempat melekatnya daun. Pada batang terdapat kesinambungan antara berkas ikatan pembuluh batang dengan berkas ikatan pembuluh pada daun. Hubungan antar berkas ikatan pembuluh pada batang dengan berkas ikatan pembuluh pada daun dapat dilihat pada daerah buku, tempat daun itu melekat. Pada daerah buku tersebut atau beberapa berkas ikatan pembuluh pada batang melengkung ke arah luar dan menuju daun, membentuk apa yang disebut jalan daun (leaf trace). Jalan daun memanjang dari berkas tersebut melengkung keluar dan meninggalkan jalur berkas batang hingga sampai di tempat berkas itu berhubungan dengan dengan berkas daun. Pada kebanyakan tumbuhan berpembuluh, keluarnya jalan daun atau jalan dahan diiringi oleh interupsi dalam jaringan pembuluh di sekeliling dan di atas tempat berkas pembuluh itu masuk ke daun. Daerah ini yang terisi parenkim dan menghubungkan korteks dan empulur disebut celah. Celah daun atau leaf gap mengiringi jalan daun. Jadi, celah daun adalah daerah parenkim dalam silinder pembuluh yang berhadapan (adaksial) dengan jalan daun.
5
2.3 Jalan dan Celah Dahan Bila tunas ketiak berkembang, maka berkas pembuluh yang menghubungakan sumbu batang utama dengan dahan terlihat pada daerah buku. Berkas pembuluh itu disebut jalan dahan. Sebenarnya jalan dahan adalah jalan daun milik kedua daun pertama (prophyll) pada dahan. Pada coniferae dan dikotil, dua prophyll terdapat saling berhadapan sehingga bidang yang melalui keduanya akan sejajar dengan daun pendukung dahan tersebut. Dua berkas pembuluh, satu bagi setiap prophyll dan masing-masing tersusun oleh satu berkas atau lebih akan menghubungkan tunas ketiak dengan sumbu utama batang. Pada monokotil, dahan juga memiliki dua jalan daun meskipun terdapat satu prophyll saja di dasar dahan yang tumbuh dari tunas ketiak itu. Jalan dahan biasanya keluar dari sumbu utama batang di sebelah kiri dan kanan dari jalan daun tengah dari daun pendukung (atau jika tidak ada jalan daun lateral, tetap jalan daun tengah saja), sehingga dahan dan daun yang mendukungnya memiliki celah bersama. Celah dahan merupakan jalan dahan yang secara langsung memisahkan diri dari silindir pembuluh dan meninggalkannya segera setelah lepas. Panjang jalan cabang beragam dan pada taraf tertentu berhubungan dengan sistem pembuluh batang.
2.4 Konsep Stele Stele adalah Sistem jaringan pengangkut. Susunan berkas pengangkut pada batang merupakan penyebab terjadinya struktur anatomi batang. Susunan antara floem dan xilem dapat membentuk berkas pengangkut dan dikatakan: a. Berkas pengangkut primer bila tersusun oleh xilem dan floem primer b. Berkas pengangkut sekunder bila tersusun oleh xilem dan floem sekunder. Stele adalah jaringan pengangkut primer yang terdiri dari satuan berkas pengangkut serta jaringan dasar pendukungnya (mis: empulur, perisikel dan jaringan interfasikuler). Teori Stele adalah “bahwa pada prinsipnya batang dan akar susunannya sama, yaitu stele di tengah dibungkus oleh korteks”. Lapisan stele atau silinder pusat ini terdiri atas dua bagian, yaitu sebagai berikut. 6
a. Perisikel atau perikambium Lapisan silinder pusat ini bersifat meristematis. Sel-sel pada lapisan perikambium aktif membelah dan menghasilkan sel-sel yang baru. Kemampuan meristematis inilah yang mengakibatkan batang tumbuhan dikotil dapat tumbuh besar. Sifat meristematis ini juga dapat diambil manfaatnya untuk memperbanyak tumbuhan dengan cara mencangkok. Pada kegiatan mencangkok, kulit tumbuhan dan kambium harus dibersihkan agar akar dapat tumbuh pada tempat yang dicangkok. Budidaya tanaman cangkok dapat dimanfaatkan nilai ekonomisnya. b. Berkas pengangkut terdiri atas xilem dan floem Di antara xilem dan floem terdapat kambium intravaskuler. Kambium ini menyebabkan pertumbuhan sekunder berlangsung terus-menerus, tetapi pertumbuhan sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan. Pada saat air dan zat hara tersedia cukup, yaitu pada musim penghujan, maka pertumbuhan sekunder terhenti. Jika keadaan lingkungan tidak mendukung, maka pertumbuhan sekunder berlangsung lagi. Demikian silih berganti sehingga menyebabkan pertumbuhan sekunder batang tampak berlapis-lapis. Setiap lapis terbentuk selama satu tahun dengan bentuk melingkar konsentris mengelilingi pusat. Lingkaran konsentris itu dinamakan lingkaran tahun. Berdasarkan letak berkas pengangkut dalam tubuh tumbuhan dan hubungannya dengan jaringan dasar, stele dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu: 1. Protostele Protostele merupakan tipe yang paling primitive. Jaringan pembuluh di bagian tengahnya terdiri atas xylem yang dikelilingi oleh floem. Umumnya pada Pteridophyta dan beberapa tumbuhan air anggota Angiospermae. a. Protostele haplostele adalah xilem merupakan lingkaran utuh atau penuh tanpa empulur dikelilingi floem. Contoh: Rhynia, Selaginella b. Protostele aktinostele: xilem merupakan bagian yang berbentuk bintang, mempunyai jari-jari yang keseluruhannya dikelilingi floem. Tidak ada empulur. Contoh: Psilotum c. Protostele plektostele: xilem di tengah membentuk lempenganlempengan yang masih berhubungan, tanpa empulur, keseluruhannya dikelilingi floem. Contoh: Lycopodium d. Protostele campuran: xilem merupakan bagian yang terpisah-pisah dan masing-masing bagian dikelilingi oleh floem. 2. Sifonostele Sifonostele adalah stele berbentuk pita, tanpa jedela daun/kalau ada hanya kecil. Xilem di tengah, di tengah-tengah stele terdapat empulur dan di luar xylem terdapat floem. Berdasarkan pola penyebaran xilem dan floem dibedakan menjadi:
7
a. Sifonostele ektoflois: bila floem hanya terdapat di sebelah luar silinder xilem. b. Sifonostele amfiflois (Solenostele): floem terdapat baik di sebelah luar maupun sebelah dalam xilem (ada floem dalam). 3. Diktiostele Diktiostele adalah stele berbentuk pipa dengan jendela daun yang besar dan berhimpiotan, sehingga sistem jaringan pengankut tersusun seperti jala dan tiap segmen berupa berkas pengangkut konsentris. Contoh: pada Pteriophyta dan beberapa Dicotyledoneae 4. Eustele Eustele adalah stele yang sistem jaringan pengangkutnya kolateral atau bikolateral dengan jendela daun dan jaringan interfasikuler tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Contoh: pada Gymnospermae dan Dicotyledoneae 5. Ataktostele Stele dengan sistem jaringan pengangkut tersebar. Contoh: batang tumbuhan Monocotyledoneae ( Zea mays, Saccharum sp., Oryza sp.). Biasanya antara bagian kortex dan stele tidak dapat dibedakan, karena berkas pengangkut sampai di dekat epidermis. 6. Aktinostele Aktinostele adalah Stele yang khusus terdapat pada akar, di mana berkas pengangkut-nya radial. 7. Polistele Pada sebagian besar tumbuhan hanya terdapar satu lingkaran endodermis yang membatasi stele dengan korteks. Pada kasus yang terjadi, batang atau akar mempunyai lebih dari satu stele. Kondisi seperti inilah yang disebut polestele. 8. Solenostele Solenostele merupakan modifikasi dari sifonostele dengan adanya jendela daun yaitu bagian parenkimatis yang terdapat langsung di atas pembelokan berkas pengangkut yang menuju ke daun. Pada solenostele, jendela daun pendek dan tidak ada tumpang tindih antara jendela daun yang satu dengan lainnya. Solenostele dibedakan menjadi dua yaitu: a. Solenostele amfifloem, yang lebih maju terdapat jendela daun yang overlap satu sama lain dan disebut diktiostele. Pada stele terdapat jaringan silindris yang mempunyai struktur konsentris yang terdiri atas xylem di bagian sentral, dikelilingi oleh floem. Dari sudut pandang anatomi, stele ini adalah berkas pengangkut amfikibral. b. Solenostele aktofloem, yang berkembang secara evolusioner menjadi eustele.
8
2.5 Perkembangan Pada ujung batang terdapat titik tumbuh karena pada daerah ini sel-selnya aktif membelah, meristem apikal bersama dengan daun-daun muda yng baru didekatnya membentuk pucuk batang. Dalam perkembangan selanjutnya ruas diantara daun2 muda akan memanjang sehingga keseluruhan batang menjadi lebih panjang. Pemanjangan batang juga disebabkan karena penambahan jumlah sel. Aspek pucuk merupakan tempat meristem apeks, beserta jaringan meristematik yang diturunkannya, bersama-sama menghasilkan dasar tubuh tumbuhan. Banyak peneliti telah mencoba mendeskripsikan daerah atau kawasan yang selnya aktif membelah pada meristem apeks Angiospermae banyak diterima adalah yang diusulkan oleh Schmidt (1924) yang membagi daerah apeks tengah menjadi dua daerah utama, yakni tunika dan korpus (teori tunika korpus). Tunika yang tebalnya beragam (biasanya antara 1-6 sel) berupa lapisan luar. Pembelahan sel, terutama berlangsung dalam bidang antiklinal (bidang tegak lurus terhadap permukaan). Korpus adalah daerah di bawah tunika, dan pembelahan sel terjadi dengan bidang pembelahan menyebar ke semua arah. Perbedaan antara kedua kawasan itu terutama kuantitaif dan sering ada pentahapan di antara keduanya, dengan lapisan korpus terluar menunjukkan pembelahan arah antiklinal lebih sering dibandingkan dengan sel di bagian tengah. Ukuran dan ketajaman batas kawasan dapat beragam dalam tumbuhan yang sama, bahkan pada taraf perkembangan yang berbeda-beda. Bila diperhatikan aspek mekanis dari pertumbuhan apeks diharapkan adanya suatu sistem yang lapisan luarnya membantu bertambah luasnya permukaan dan lapisan sel di tengahnya mengakibatkan pertambahan volume. Sel apeks sentral (yang berada di tengah) pada tunika dan korpus kadangkadang lebih besar dengan vakuola lebih besar dibandingkan dengan yang ada di
9
kedua sisinya; dinamakan pemula tunika atau korpus. Daerah sentral di bawah korpus adalah meristem rusuk yang membentuk deretan sel yang pada tahap lanjut menjadi empulur. Daerah sentral itu dikelilingi oleh meristem sisi(perifer) yang akan menghasilkan prokambium, kawasan korteks, dan bakal daun. Sesungguhnya kawasan di bawah meristem berdiferensiasi secara progresif dengan adanya perubahan dalam ukuran sel, taraf vakuolasi, dan kecepatan serta orientasi mitosis. Pada jarak lebih jauh lagi dari apaeks, organogenesis (misalnya, pembentukkan bakal daun) dan histogenesis (diferensisi jaringan) menjadi lebih menonjol. Di kawasan perifer yang akan menghasilkan bakal daun, epidermis, korteks, dan jaringan pembuluh dapat dibedakan dari empulur. Di kawasan perifer, sel yang bersifat meristematik (berukuran kecil, tanpa vakuola besar) lebih lama bertahan dibandingkan dengan sel di kawasan empulur. Prokambium dibentuk dengan pembelahan dalam bidang memanjang pada sel secara berulangulang tanpa diikuti pelebaran sel anak. Sebab itu, prokambium dapat segera dibedakan dari sel meristem dasar yang kurang memanjang, lebih besar, dan bervakuola lebih besar. Ini adalah sel prazat (precursor) dari jaringan dasar. Sementara itu, sel protoderm lambat laun memperoleh ciri khas epidermis. Dengan demikian, makin jauh dari meristem apeks, ketiga meristem jaringan yakni sistem epidermal, sistem pembuluh, dan sistem jaringan dasar, akan terdiferensiasi; mula-mula berbentuk sel prazat (yang kadang-kadang dinamakan meristem primer), yakni protoderm, prokambium, dan meristem dasar, dan kemudian sebagai jaringan dewasa. Aktivitas meristematik dan gejala diferensiasi saling timpal dan pada sistem jaringan yang berbeda pendewasaan jaringan tidak tepat jatuh bersamaan.
2.6 Daerah Transisi Akar dan batang mengalami perkembangan struktur yang terjadi secara terus menerus ke arah pertumbuhan. Oleh sebab itu, ada sebuah daerah transisi yaitu merupakan daerah pertumbuhan ke arah akar dan ke arah batang dan terdapat
10
jaringan vaskuler yang akan berkembang ke arah akar dan ke arah batang. Jaringan vaskuler primer juga mengalami perkembangan terus menerus secara tidak langsung karena jenis berkas dan pengaturannya yang berbeda pada bagian organ yang terletak dibagian radial. Perputaran dan inversi dari untaian mengakibatkan perubahan posisi pada xilem. Apabila xilem dan floemnya tidak terletak dalam radius yang sama disebut exarch, yang terdapat pada berkas pengangkut pada akar. Berkas pengangkut pada batang terdapat xilem dan floem yang tersusun dalam radius yang sama disebut endarch. Transisi dapat terjadi secara bertahap atau tiba-tiba, mengakibatkan perubahan panjang wilayah yang umumnya pendek menjadi bervariasi hingga 1-3 milimeter, bahkan ada yang hingga beberapa sentimeter. Terjadi pada bagian hipokotil karena merupakan daerah perbatasan antara perkembangan perpanjangan pada akar dan batang. Wilayah transisi pada tumbuhan monokotil dan pteridopytha biasanya berukuran pendek. Dilihat dari morfologinya, daerah transisi tersebut terlihat seperti daerah depresi atau daerah yanng selalu mengnalami pertambahan diameter, tetapi pada beberapa tanaman daerah ini terlihat seperti garis eksternal. Dalam perubahan bagian akar dan batang mengalami perubahan diameter dan perubahan pada jaringan vaskuler karena adanya percabangan, perputaran, dan peleburan dari beberapa jaringan. Ada empat proses pembentukan tipe berkas pengangkut pada batang dan akar, yaitu: 1. Tipe A Untaian xilem yang terletak pada bagian perbatasan akar dan batang mengalami percabangan, bergerak ke arah apikal dan ke arah lateral. Pada bagian lateral untaian xilem bergerak ke kiri dan ke kanan, berputar 180 derajat secara bersamaan, dan kemudian bergabung dengan untaian floem. Sedangkan untaian xilem yang bergerak kearah apikal tidak mengalami perubahan posisi terus bergerak lurus dari akar menuju batang. Jenis ini banyak terdapat pada batang yang memiliki berkas pengangkut primer karena adanya alur floem yang terletak pada akar. Tanaman yang memiliki berkas pengangkut seperti ini adalah Dipsacus, Mirabilis, dan Fumaria. 2. Tipe B Berbeda dengan tipe pertama, pada daerah transisi xilem dan floem tersusun secara kolateral. Masing-masing mengalami percabangan kearah lateral dan bergerak lurus ke arah apikal yang kemudian untaian xilem dan untaian floem mengalami perubahan posisi dari struktur akar sebelumnya. Letak berkas pengangkut tersusun menjadi tipe konsentris terbuka pada batang. Akibat dari perputaran tersebut, berkas penngangkut pada batang menjadi dua kali lebih banyak karena terdapat alur floem dari akar. Tipe ini sering dijumpai pada tanaman Acer, Cucurbita, Phaseolus dan Tropaeolum.
11
3. Tipe C Pada jenis ketiga ini untaian xilem tidak mengalami percabangan tetapi terus mengalami pergerakan lurus ke arah perkembangan batang, berputar sebesar 180 derajat. Tetapi, untaian floem terbagi menjadi dua bergerak ke arah lateral mendekati xilem, kemudian bergabung dengan untaian xilem. Tipe ini terdapat pada jenis tanaman seperti Medicago, Lathyrus, dan Phoenix. 4. Tipe D Pada tipe ini, setengah dari untaian xilem membagi dan bercabang, mengalami pergerakan ke arah lateral yang kemudian akan bergabung dengan untaian xilem yang lain yang tidak mengalami percabangan. Untaian floem tidak mengalami percabangan tetapi mengalami perpanjangan ke arah lateral dan kemudian menyatu dengan untaian xilem yang bercabang dan yang tidak bercabang. Sehingga, pada batang terdiri dari lia untaian yang bersatu, tetapi alur floem lebih banyak terdapat pada akar. Tipe ini jarang terjadi, tetapi sering dijumpai pada tanaman monokotil seperti Anemarrhena. Floem yang ada pada batang berasal dari untaian floem yang ada pada akar sejak perubahan struktur yang terjadi pada akar. Cabang-cabng terpisah dan menyatu dengan untaian xilem yang baru terbentuk membentuk berkas pembuluh bikolateral. Sedangkan xilem yang terletak pada daerah lateral akar menyatu membentuk empulur, kemudian alur terpisah sebelum peleburan atau perubahan posisi yang kemudian akan terjadi orientasi. Pada beberapa monokotil daerah transisi sangat pendek dan sulit untuk menentukan strukturnya, karena adanya perkembangan jaringan cincin vaskuler yang terletak pada daerah lateral akar yang berkembang dengan kuat. 2.7 Pengaruh Pertumbuhan Sekunder Terhadap Tubuh Primer Penyisipan jaringan pembuluh sekunder di antara floem primer dan xilem primer mengakibatkan berbagai perubahan penting dalam batang, terutama penyisipan jaringan yang berada disebelah luar kambium. Hal itu disebabkan tekanan keluar akibat silinder xilem yang makin membesar. Xilem primer yang berada di sebelah dalam xilem sekunder berhenti berfungsi. Protoxilem terjepit dan rusak, namun parenkim masih dapat bertahan lama serta hidup beberapa tahun. Kadang-kadang empulur berubah bentuk akibat tekanan dari luar karena tumbuh sekunder yang membesar. Floem primer terdorong ke luar. Fungsi pengangkutan terhenti dan pada banyak tumbuhan dikotil, protofloem membentuk serat. Sel yang berdinding tipis akan rebah atau remuk. Korteks dapat bertahan beberapa tahun. Mula-mula korteks bertambah kelilingnya dengan pelebaran ke arah periklinal (tangensial) dan sel membelah membelah menurut bidang antiklinal. Epidermis pun dapat tetap bertahan dengan membesar dan
12
membelah beberapa kali untuk untuk menyesuaikan diri dengan penambahan keliling batang. Bila pertumbuhan sekunder berlangsung terus-menerus, maka floem sekunder pun akan terkena tekanan dari bagian dalam sebab silinder xilem membesar terus garis tengahnya. Floem akan mengalami perubahan, bergantung pada struktur asalnya. Jika banyak terdapat serat yang tersusun dalam pita tangensial, maka floem tua yang tak berfungsi lagi dalam dalam pengangkutan mungkin tidak akan remuk. Pada spesies lain yang berserat dan yang tak berserat, sejumlah sel yang terdiri dari unsure tapis beserta sel yang berasosiasi dengannya akan remuk sama sekali. Penyesuaian terhadap penambahan keliling terjadi dengan pembelahan antiklinal pada sel parenkim floem dan jari-jari empulur floem. Kadang-kadang hal itu terbatas pada beberapa jari-jari empulur saja, yang menjadi lebih lebar kearah luar dan disebut mengalami dilatasi . Banyak spesies membentuk periderm ketika mengalami pertumbuhan sekunder yang tetap berada di dekat permukaan selama beberapa tahun. Jika terjadi ritidom, maka jaringan primer dan kemudian juga floem sekunder akan terputus dan tanggal secara bertahap. Hilangnya lapisan tepi mengurangi tekanan akibat penambahan keliling sumbu sebelah dalam
13
2.8 Pengaruh Pertumbuhan Sekunder Terhadap Celah dan Jalan Daun Pada saat kambium pembuluh tampak di daerah interfasikuler, pembelahan pertama sel kambium yang disusul oleh pembentukkan floem dan xilem sekunder mula-mula terjadi di tepi celah daun dan berkembang kearah tengah celah. Jika celah daun amat lebar, diperlukan dua tahun atau lebih sebelum kambium terdapat di seluruh celah. Sebab itu, lebar celah berkurang secara bertambah dalam penambahan xilem yang dibentuk berturut. Jika proses pembentukkan xilem di muka celah selesai, maka celah dianggap telah tertutup. Jalan daun di hadapan celah mengalami perubahan yang mencolok.
14
Pada spesies yang meluruhkan daunnya, jalan daun terputus dari berkas pembuluh di akhir musim tumbuh pertama. Bagian bawah jalan daun berada di dalam silinder berkas pembuluh batang dan sebelum daun gugur, terbentuk kambium fasikuler, sejalan dengan yang terjadi pada berkas pembuluh yang lain pada batang. Namun, bagian atas mengarah ke luar dan berakhir pada berkas daun. Bagian itu tidak atau hampir tidak menghasilkan aktivitas kambium. Jika ujung jalan daun itu membentuk sudut dengan silinder pembuluh batang, maka jaringan pembuluh yang dibentuk di atasnya (yakni dalam daerah celah daun) akhirnya mengakibatkan rusaknya jalan daun, dan ujung yang terputus terbawa kea rah luar. Jika ujung itu tumbuh hampir horizontal, maka ujung tersebut akan tertanam dalam jaringan sekunder tanpa terputus. 2.9 Lingkaran Tahun atau Lingkaran Tumbuh Banyak tumbuhan berkayu di daerah beriklim sedang memiliki aktivitas kambium yang bergantung pada musim (biasanya dalam setahun), yang mengakibatkan terjadinya lingkaran tumbuh. Xilem sekunder yang dibentuk di awal musim tumbuh (kayu dini atau musim semi) pada umumnya kurang padat dan terdiri dari sel yang dindingnya lebih tipis dibandingkan dengan xilem yang dibentuk di saat musim tumbuh telah lebih lanjut kayu lanjut atau kayu musim gugur. Karena pergantian iklim di tiap musim di derah sedang berlangsung tepat dalam satu tahun, maka lingkaran yang terjadi bisa disebut lingkaran tahun. Di daerah tropika dengan iklim yang lebih seragam sepanjang tahun, perbedaan tidak tajam dan di akibatkan oleh periode curah hujan tinggi yang bergantian dengan periode curah hujan rendah. Lingkaran yang terlihat dapat disebut lingkaran tumbuh saja oleh karena periode pergantian jumlah curah hujan bisa terjadi lebih dari satu kali dalam setahun. Di daerah yang musim hujan dan musim keringnya berbeda tajam, pohon akan memperlihatkan perbedaan tersebut dengan lebih jelas pada kayu sekundernya sehingga terdapat kayu musim hujan dan kayu musim kemarau.
15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan Jaringan primer batang terdiri atas protoderma yang merupakan bagian luar yang akan membentuk epidermis, prokambium yang terletak di bagian tengah, sel-selnya lebih panjang, jaringan ini akan membetuk jaringan pembuluh xilem dan floem serta kambium vaskular dan meristem dasar, merupakan jaringan dasar yang akan membentuk empulur dan korteks. Jaringan sekunder pada tumbuhan dikotil terdiri dari floem sekunder, xilem sekunder dan gabus dan kambium gabus. Pada daerah buku atau beberapa berkas ikatan pembuluh pada batang melengkung ke arah luar dan menuju daun, membentuk apa yang disebut jalan daun, sedangkan celah daun adalah daerah parenkim dalam silinder pembuluh yang berhadapan (adaksial) dengan jalan daun. Bila tunas ketiak berkembang, maka berkas pembuluh yang menghubungakan sumbu batang utama dengan dahan terlihat pada daerah buku, berkas pembuluh itu disebut jalan dahan sedangkan celah dahan merupakan jalan dahan yang secara langsung memisahkan diri dari silindir pembuluh dan meninggalkannya segera setelah lepas. Stele adalah Sistem jaringan pengangkut. Susunan berkas pengangkut pada batang merupakan penyebab terjadinya struktur anatomi batang. Stele adalah jaringan pengangkut primer yang terdiri dari satuan berkas pengangkut serta jaringan dasar pendukungnya (mis: empulur, perisikel dan jaringan interfasikuler). Pada ujung batang terdapat titik tumbuh karena pada daerah ini sel-selnya aktif membelah, meristem apikal bersama dengan daun-daun muda yng baru didekatnya membentuk pucuk batang. Dalam perkembangan selanjutnya ruas diantara daun2 muda akan memanjang sehingga keseluruhan batang menjadi lebih panjang. Pemanjangan batang juga disebabkan karena penambahan jumlah sel. Akar dan batang mengalami perkembangan struktur yang terjadi secara terus menerus ke arah pertumbuhan. Oleh sebab itu, ada sebuah daerah transisi yaitu merupakan daerah pertumbuhan ke arah akar dan ke arah batang dan terdapat jaringan vaskuler yang akan berkembang ke arah akar dan ke arah batang. Penyisipan jaringan pembuluh sekunder di antara floem primer dan xilem primer mengakibatkan berbagai perubahan penting dalam batang, terutama penyisipan jaringan yang berada disebelah luar kambium. Hal itu disebabkan tekanan keluar akibat silinder xilem yang makin membesar. Pada saat kambium pembuluh tampak di daerah interfasikuler, pembelahan pertama sel kambium yang disusul oleh pembentukkan floem dan xilem sekunder mula-mula terjadi di tepi celah daun dan berkembang kearah tengah celah. Jika
16
celah daun amat lebar, diperlukan dua tahun atau lebih sebelum kambium terdapat di seluruh celah. Sebab itu, lebar celah berkurang secara bertambah dalam penambahan xilem yang dibentuk berturut. Banyak tumbuhan berkayu di daerah beriklim sedang memiliki aktivitas kambium yang bergantung pada musim (biasanya dalam setahun), yang mengakibatkan terjadinya lingkaran tumbuh. Karena pergantian iklim di tiap musim di derah sedang berlangsung tepat dalam satu tahun, maka lingkaran yang terjadi bisa disebut lingkaran tahun 1.1 Saran Sebagai mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan khususnya sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi yang disiapkan menjadi guru, kita harus mempelajari struktur primer dan sekunder batang sebagai wawasan dalam bidang Biologi guna diajarkan kembali kepada peserta didik di masa yang akan datang.
17
Daftar Pustaka
Abi, Sabir. (2016). Struktur dan Fungsi Batang Pada Tumbuhan . [Online], tersedia http://pagarpengetahuan.blogspot.com/2016/06/fungsi-dan-struktur batang.html. Diakses pada 20 September 2018. Admin. (2016). Struktur Morfologi dan Anatomi Tumbuhan . [Online], tersedia https://www.perpusku.com/2016/05/struktur-morfologi-dan-anatomi batang.html. Diakses pada 20 September 2018. Elovia, Alga. (2010). Batang dan Jalan Daun. [Online], tersedia http://ndahoalgaelovia.blogspot.com/2010/10/batang-dan-jalan-daun.html. Diakses pada 20 September 2018. Fatihatul, Diana. (2013). Anatomi dan Morfologi Tumbuhan. [Online], tersedia http://dianafatihatul.blogspot.com/2013/02/anatomi-dan-morfologitumbuh an.html. Diakses pada 20 September 2018. Gultom, Maharani. (2011). Stuktur dan Perkembangan Tumbuhan. [Online], tersedia http://maharanigultom.blogspot.com/2011/09/struktur-dan perkembangan-tumbuhan.html. Diakses pada 20 September 2018. Ismawati, Nurdiana. (2017). Makalah Struktur Tumbuhan: Batang . [Online], tersedia http://nurdianaisma.blogspot.com/2017/05/makalah-strukturtumbuhan-batang.html. Diakses pada 20 September 2018. Kurniawan, Isqal. (2013). Makalah Anatomi Batang . [Online], tersedia http://isqal-kurniawan.blogspot.com/2013/03/makalah-anatomi-batang.html. Diakses pada 20 September 2018. Umairoh, Annisa. (2017). Makalah Anatomi Batang . [Online], tersedia http://umairohannisa.blogspot.com/2017/01/makalah-anatomi-batang_html. Diakses pada 20 September 2018. Yulianto, Nanang. (2011). Batang Tumbuhan. [Online], tersedia https://nanangyuliyanto.blogspot.com/2011/04/batang-tumbuhan.html. Diakses pada 20 September 2018.
18