PERKULIAHAN XV dan XVI TIK :
Mahasiswa Mahasiswa dapat mengetahui cara memindahkan memindahkan/mentran /mentransper sper titik-titik titik-titik yang ada di peta perencanaan ke lapangan (permukaan Bumi).
l a i r T 2 m ! o c . e t f t o s a n a e r w s . c C w w F D P Pokok Bahasan : Pematokan / Stake-Out
Deskripsi Singkat :
Akan dibahas cara pematokan untuk jalur lurus, lengkung horisontal baik yang
berupa lingkaran maupun spiral dan lengkung vertikal. I.
Baha Bahan n Baca Bacaan an
1.
Anonim Anonim:: Ukur Ukur Tanah Tanah 2: 2: PEDC PEDC Bandun Bandung, g, 1983 1983
2.
Russ Russel elll C. Brin Brinke kerr dkk, dkk, Alih Alih Baha Bahasa sa Djok Djoko o Wa Wali lija jatu tun: n: Dasa Dasarr-Da Dasa sar r Pengukuran Tanah: Penerbit Erlangga, Jakarta, 1987
3.
Hendriatini Hendriatiningsih ngsih S., Geometrik Geometrik Jalan Jalan Raya Raya dan Stake Out, Jurusan Teknik Teknik Geodesi, ITB, 1984.
II.
Pertanyaan Pertanyaan Kunci/Tugas
1.
Jelaskan cara-cara melakukan pematokan pada lengung horisontal.
2.
Jelaskan cara-cara melakukan pematokan pada lengkung vertical.
III.
Tugas :
Kerjakan Kerjakan soal-soal/test soal-soal/test pada bagian akhir bab VI dan diskusikan diskusikan
VI - 0
BAB VI PEMATOKAN / STAKE-OUT
6.1. 6.1.
Pend Pendah ahul ulua uan n
l a i r T 2 m ! o c . e t f t o s a n a e r w s . c C w w F D P Deskripsi singkat.
Akan dibahas cara pematokan untuk jalur lurus, lengkung horisontal baik yang
berupa lingkaran maupun spiral dan lengkung vertikal. Relevansi.
Pemato Pematokan kan dilaku dilakukan kan untuk untuk memind memindahk ahkan/ an/men mentran transpe sperr titik-t titik-titik itik dalam dalam peta peta
perencanaan ke lapangan untuk pelaksanaan suatu konstruksi, ini merupakan kegiatan kegiatan awal yang sangat menentukan menentukan tercapainya tercapainya suatu pelaksanaan konstruksi konstruksi
sesuai rencana. TIK :
Mahasiswa Mahasiswa dapat mengetahui cara memindahkan memindahkan/mentran /mentransper sper titik-titik titik-titik yang ada di peta perencanaan ke lapangan (permukaan Bumi).
2.2
Penyajian
A.
Pengantar.
Pematokan/stake-out adalah memindahkan/mentransfer titik-titik yang ada dipeta
perencanaan kelapangan kelap angan (permukaan bumi).
Pemato Pematokan kan dan atau station stationing ing dimulai dimulai dari dari titik titik awal awal proyek proyek denga dengan n nomor nomor stat statio ion n
:
0
+
000. 000. Angka ngka seb sebelah elah kiri kiri tan tanda
+
men menunju unjuka kan n kil kilo ometer eter,,
sedangkan sedangkan sebelah sebelah kanan tanda tanda + menunjukkan menunjukkan meter. meter. Angka Angka station bergera bergerak k keatas dan tiap 50 meter dituliskan pada gambar perencanaan. Kemudian nomor station station pada pada titik titik-tit -titik ik utama utama tikung tikungan an yaitu yaitu : TS, SC, CS, ST atau atau TC, TC, serta serta PI harus dicantum dicantumkan kan ; pemberian pemberian nomor nomor diakhiri diakhiri pada pada titik akhir akhir proyek proyek..
VI - 1
l a i r T 2 m ! o c . e t f t o s a n a e r w s . c C w w F D P Gambar 6-1
Cara melakukan stationing/pematokan adalah sebagai berikut :
Dengan diketahuinya koordinat titik awal proyek pada sta 0 + 000 dan koordinat titik-titik PI1, PI2 ……. dst. Maka dapat dihitung jarak-jarak d 1, d 2, d 3 , …….. dst. Jarak-jarak d ini untuk menghitung station-station PI, sbb. PI1
Sta …. + …. = (Sta 0 + 000) + d1
PI2
Sta … + …. = (PI1 Sta … + … ) + d 2
TS Sta … + …. = ( PI1 Sta … + …) - Tt
SC Sta …. + …. = (TS Sta …. + …) + LS
CS Sta …. + …. = (SC Sta …. + …. ) + LC ST Sta ….. + …. = (CS Sta … + ….) + LS
Kemudian untuk lengkungan yang kedua juga dihitung dari (PI 2
Sta ... + … ).
Jadi :
TS Sta … + … = (PI2 Sta … + … ) - TS
SS Sta … + … = (TS Sta … + … ) + LS
ST Sta … + … = ( SS Sta … + … ) + LS Untuk stationing selanjutnya sampai dengan station akhir, cara melakukannya sama dengan cara sebelumnya (dihitung dulu sta PI).
VI - 2
B.
Isi Materi
B.1.
Pematokan Jalur Lurus
Pematokan jalur lurus pada jalan raya adalah pematokan tangaen atau garis lurus yang menghubungkan antara dua titik PI. Pada pematokan tangent, dilakukan pada jarak setiap 50 m dan pemasangan pilar
l a i r T 2 m ! o c . e t f t o s a n a e r w s . c C w w F D P (Bench Mark) pada jarak maximal 500 meter.
Sebelum melakukan pematokan pada tangent, maka haruslah ditentukan terlebih dahulu station awal/titik awal rencana sumbu jalan tersebut. B.1.1. Pematokan Suatu Titik Dilapangan
Untuk menentukan titik/station awal dari rencana sumbu jalan, diperlukan minimal dua pilar (Bench Mark) yang ada dilpangan dengan diketahui koordinatnya. Jadi pada waktu akan membuat peta perencanaan, harus dipasang minimal dua buah pilar BM pada awal sumbu rencana jalan dan diukur / dihitung koordinatnya.
Misalkan Sta 0 + 000 mempunyai koordinat (S 0, Y0) yang didapat dari peta
perencanaan secara grafis, dan Sta 0 + 000 adalah titik yang akan dicari letaknya dilapangan dan dalam hal ini, sebagai pegangan (referensi) dipakai titik-titik Bench Mark A (X a, Ya) dan Bench Mark B (X b, Y b).
Untuk menentukan titik awal Sta 0 + 000 dapat dilakukan dari A atau dari B, tergantung dari situasi dan kondisi dari medannya tetapi sebaiknya dilakukan dua kali yaitu dari A dan B, sehingga ada suatu koreksi. a. Mematok Sta 0 + 000 dari titik A :
Sebelum melakukan pematokan, terlebih dahulu menghitung besaran-besaran yang diperlukan untuk pematokan, akah sebagai berikut. 1.
Hitung azimuth/sudut jurusan garis SB ( αab) ;
Tan αab
Y b - Xa = ----------Y b - Ya
αab = …0 …’ …”
VI - 3
l a i r T 2 m ! o c . e t f t o s a n a e r w s . c C w w F D P Gambar 6-2
.
2.
Hitung sudut jurusan garis AO (
Tan
αao
αao) ;
X0 - Xa = ------------Y0 - Ya
αao = … 0 … ‘ …”
3.
Hitung sudut
α =
α =
4.
αab - αao
Hitung jarak AO = d ac
αao
Xo - Xa Yo - Ya = --------------- atau -----------sin αao cos αao
atau
5.
OAB
√(Xo – Xa)2 + (Y o – Ya)2
Cara Pematokannya sbb : *).
Letakkan alat ukur sudut diatas titik Bench Mark A dan atur alat tersebut.
**).
Arahkan alat ukur tersebut ketitik BM-B, misalkan bacaan lingkaran horisontalnya = 1 1
VI - 4
***). Kemudian putar alat ukur searah jarum jam sehingga bacaan lingkaran horisontalnya = 11 + (3600 - £). ****). Ukurkan jarak sepanjang d ao yang searah dengan garis bidik teropong pada
***).
*****).Dengan demikian letak titik Sta 0 + 000 dapat dipatok.
l a i r T 2 m ! o c . e t f t o s a n a e r w s . c C w w F D P b. Mematok Sta 0 + 000 dari titik B :
1.
Hitung sudut jurusan garis BA ( α ba) ;
Tan
α ba
Xa - X b = ----------Ya - Y b
α ba = …0 …’ …”
2.
Hitung sudut jurusan BO ( α bo) ; Tan α bo
X0 - X b = ----------Yo - Y b
αab = …0 …’ …”
3.
Hitung sudut
β =
OBA
β = αao - α ba
4.
Hitung jarak BO = d bo
D bo
Xo - X b Yo - Y b = --------------- atau -----------sin α bo cos α bo
atau
5.
√(Xo – X b)2 + (Yo – Y b)2
Cara Pematokannya sbb : *).
Letakkan alat ukur sudut diatas titik Bench Mark B dan atur alat tersebut.
**).
Arahkan alat ukur tersebut ketitik BM-A, dan baca lingkaran horisontalnya, misalkan = 1 2
VI - 5
***). Kemudian putar teropong tersebut searah jarum jam sehingga bacaan lingkaran horisontalnya = 12 + β. ****). Ukurkan jarak sepanjang d bo yang searah dengan garis bidik teropong pada
***).
*****).Dengan demikian letak titik Sta 0 + 000 dapat dipatok.
l a i r T 2 m ! o c . e t f t o s a n a e r w s . c C w w F D P B.1.2. Pematokan As/Sumbu Rencana Jalan
Pematokan as/sumbu rencana jalan disini adalah pematokan tangent atau garis lurus yang menghubungkan antara dua titik PI atau titik awal dengan titik PI. Pematokan pada lengkungan, dimana lengkungan juga termasuk sumbu rencana
jalan akan dibicarakan tersendiri.
Sebelum dilakukan pematokan jarak setiap 50 m pada tangent, terlebih dahulu harus menetapakan arah dari tangent tersebut dilapangan. Caranya adalah sbb :
Gambar 6-3
VI - 6
1).
αob
Hitung sudut jurusan OB =
X b - Yo Tan αob = ------------Y b - Yo
αob = … o …’ …”
l a i r T 2 m ! o c . e t f t o s a n a e r w s . c C w w F D P 2).
Hitung sudut jurusan 01 =
Tan α01
α 01
X1 - X0 = ---------Y1 – Yo
α01 = …0 …’ …”
3).
Hitung sudut
γ = 1OB
γ = αob - αo1
4).
Hitung Jarak = PI1 = do1 =
Atau
5).
X1 - Xo Y 1 - Yo -------------- atau -----------Sin α01 cos α01
√ (X1 - X0)2 + (Y 1 - Yo)2
Cara pematokannya sbb : -
Letakkan alat ukur sudut dititk Sta 0 + 000 dan atur alat tersebut.
-
Arahkan
alat
tersebut
ketitik
B
dan
baca
lingkaran
horisontalnya, misalkan = 1/3.
-
Kemudian putar teropong tersebut serah jarum jam sehingga
bacaan lingkaran horisontalnya = 1/3 + (360 – γ).
-
Ukuran jarak setiap 50m yang searah dengan garis bidik teropong sampai dengan jarak dari Sta 0 + 000 ketitik PI1 sehingga titik PI1 dapat dipatok.
-
Setelah titik PI1 dipatok maka titik PI2 juga dapat dipatok dengan data-data hitungan £ 12 atau dari data lengkungan (
Δ ).
VI - 7
B.2.
Pematokan Lengkungan Horisontal :
Pematokan pada lengkungan horizontal dibedakan atas bentuk lengkungan tersebut yaitu : ( 1 ). Lingkaran ( 2 ). Spiral
l a i r T 2 m ! o c . e t f t o s a n a e r w s . c C w w F D P Pada pematokan lengkungan berbentuk lingkaran ada 5 cara, dari titik TC. a. Cara dengan selisih busur yang sama panjang
b. Cara dengan selisih absis yang sama panjang c. Cara dengan perpanjangan tali busur
d. Cara dengan koordinat polar (metoda sudut defleksi). e. Cara dengan membuat politon.
dan cara dari titik O dan titik PI.
Sedangkan pada lengkungan berbentuk spiral ada 2 cara yaitu : a. Cara/metoda sudut defleksi
b. Cara absir dan ordinat
B.2.1. Pematokan Pada Busur Lingkaran. a.1.
Cara dengan selisih busur yang sama panjang dari titik TC.
Gambar 6-4
VI - 8
Dari data lengkungan diketahui unsure-unsur R C, ΔC dan LC. Misalkan panjang busur yang sama panjang = a meter = LC/n -- dimana n adalah banyaknya titik (harga a diambil antara 8 m s/d 12,5 m). Dari segitiga TC - 1 - 0 (lihat Gambar 6-4 diatas). Panjang busur a membentuk sudut γ, maka :
l a i r T 2 m ! o c . e t f t o s a n a e r w s . c C w w F D P γ
a 3600 = ------ . ------R C 2
Koordinat titik 1, 2, 3, 4, n = CT pada salib sumbu garis tangent (TC – PI) dengan garis yang tegak lurus pada (TC-O) adalah sebagai berikut :
Untuk titik 1 : X 1 = R C sin γ
2
γ
Y1 = 2 R C sin ---- = R C - R S cos 2
Untuk titik 2 : X 2 = R C sin 2
.
.
γ2
Y2 = 2 R C sin ------- = R C – R C cos 2 γ 2 2
.
Untuk titik 3 : X 3 = R C sin 3 γ
.
3γ Y3 = 2 R C sin ------2 2
Untuk titik 4 : X 4 = R C sin 4 γ . 2
Y4 = 2 R C sin
4γ --------2
Untuk titik n dilengkungan : = RC sin Δ C
XCT = Xn = R C sin n
YCT
n. γ = Yn = 2 R C sin ------ = R C – R C cos n. γ 2 2
VI - 9
ΔC
= 2 R C sin ------ ( 1 – cos ΔC ) 2 2
Cara ini banyak hitungannya tetapi letak titik-titik/patok-patok pada lengkungan teratur. a.2.
Cara dengan selisih absis yang sama panjang dari titik TC.
l a i r T 2 ! e t a e r
Gambar 6-5
m o Untuk titik 1 : c t . X a f o s Y = R - √R – X = R - √R – (2a) n a Untuk titik 2 c : s . X = 2a w Y = R - √R – X = R - √R – (2.a) = w w Untuk titik 3 : Selisih absis = a
1 =
1
C
2 C
1
2
C
2 C
2
2
2
2
2
C
2
C
2
2
C
C
X3 = 3a
Y3 = R C - √R 2C – X23 = R C - √R 2C – (3.a)2 =
Untuk titik n : XCT = Xn = na = Rc sin∆C
VI - 10
YCT = Yn = R C - √R 2C – X2n = R C - √R 2C – (n.a)2 = - √R 2C – (R CsinΔC)2 Cara ini banyak juga perhitungannya dan letak titik-titiknya pada lengkungan tidak teratur.
l a i r T 2 m ! o c . e t f t o s a n a e r w s . c C w w F D P a.3.
Dengan cara perpanjangan talibusur dari T C (lihat gambar 6-6 dihalaman berikut) :
Panjang talibusur = a
γ
a γ Sin ------ = ------- , sudut ----- dan 2 2 R C 2
γ
a ------- arc sin ------2 2 R C
------ γ
dapat dihitung.
a = 2 arc som -------2 R C
B.2.2. Pematokan Pada Busur Spiral.
Pematokan ini ada 2 cara, yaitu :
1). Dengan cara sudut defleksi
2) dengan cara absis dan ordinat.
a.1.
Dengan cara sudut defleksi.
Dengan cara sudut defleksi ini, diperlukan data ukuran sudut dan jarak,
dimana data tersebut harus dihitung dahulu dari data lengkungan yaitu L S dan θS. Data ukuran sudut dihitung sbb :
Ǿ1 = Sudut lentur titik 1, 2, 3, 4, 5, 6 = sudut defleksi. 1i = Jarak titik TS dengan titik i
i
= 1, 2, 3, 4, 5, 6, ……………
Bila i = SC, maka 1i = LS dan Ǿi = ½ θS – CS; Dimana :
θS = sudut spiral dalam derajat
VI - 11
C”S = koreksi spiral = 0,0031 θ3S (CS satuan detik sedangka θS satuan derajat). Alat didirikan diatas titik TS, kemudian diukurkan sudut-sudut
Ǿ1 dan
jarak-jarak 11.
l a i r T 2 m ! o c . e t f t o s a n a e r w s . c C w w F D P a.2.
Dengan cara absis dan ordinat.
Pada cara absis dan ordinat diperlukan data ukuran absis (X 1) pada tangan
dan ordinat (Y 1) pada garis yang tegaklurus tangen pada setiap titik ditangen.
Data ukuran tersebut untuk keperluan pematokan harus dihitung terlebih dahulu dari data lengkungan yang ada misalnya L S, R C dan θS.
Gambar 6-6
Dari data lengkungan yaitu LS, R C dan
θS dapat dihitung data ukuran untuk
pematokan sbb : a).
1i = Jarak antara titik TS dengan titik-titik i pada busur spiral.
i. = Titik – titik pada busur spiral. b).
X1 =
Jarak titik TS ketitik i’ pada garis tangan
i’ = Titik -titik pada garis tangen. 1i5 Xi = 1i - --------------40 R 2CL2S
≈ 11 cos Ǿi
VI - 12
Dimana :
Ǿi
Ǿ = Sudut spiral dalam derajat
1i = ½ (----)2 LS
Ǿ - CS
LS = Panjang spiral CS = Koreksi spiral dalam detik
l a i r T 2 m ! o c . e t f t o s a n a e r w s . c C w w F D P CS = 0,0031
c).
Y1
Ǿ3S
= Jarak ‘titik i’ pada garis tangent ketitik i pada busur spiral.
1i . ǾS Yi = ---------- = 3
13i ---------- ≈ 6 R C.LS
1i sin Ǿi
Bila titik i = SC, maka 1i = LS I5S X6 = XS = LS - -----------40 R 2C . L
≈ LS cos ǾC
LS . ǾS L2S X6 = YS = --------- = -------- ≈ LS sin ǾC 3 6 R C Dimana :
ǾC = ½ ǾS - CS
Setelah data tersebut dihitung untuk setiap titik, maka jalannya pengukuran adalah sbb :
Bila arah garis tangent yaitu dari TS ke PI sudah diketahaui, maka : -
Dikirim alat di TS, arahkan ke PI
-
Kemudian ukurkan jarak-jaran Xi sehingga didapat titik – titik i’.
-
Dari titik-titik
i’ dibuat garis-garis yang tegak lurus garis tangent
atau dibuat sudut-sudut sebesar 90 0 kemudian diukurkan jarak-jarak Yi, sehingga di dapat titik-titik i pada busur spiral.
VI - 13
B.2.3. Problema Rintangan Pada Lengkungan
Problema rintangan pada lengkungan, dapat terjadi pada busur lengkungan lingkaran dan spirat. Disini akan dibahas bila pada pematokan busur lingkaran dengan cara polar atau sudut defleksi ternyata ada gangguan/rintangan berupa bangunan atau lainnya.
l a i r T 2 m ! o c . e t f t o s a n a e r w s . c C w w F D P
Sedangkan pada lengkungan spiral pada prinsipnya sama saja bila menggunakan metoda sudut defleksi.
Bila ada bangunan disekitar as/sumbu :
Gambar 6-7.
VI - 14
Seperti cara sebelumnya pematokan busur lingkaran dapat dilakukan sampai titik 3 dari titik TC. Kemudian alat dipindahkan ketitik 3, arahkan ketitik TC, putar 180 0 (perpanjangan arah TC -3) kemudian buat sudut defleksi yang besarnya sama dengan sudut defleksi dari titik TC ketitik 3 ditambah
γ/2, yaitu 4γ/2, maka akan
l a i r T 2 m ! o c . e t f t o s a n a e r w s . c C w w F D P didapat titik 4.
Bila titik 5 dan CT masih dapat terlihat dari titik 3, maka untuk mendapatkan titik 5 dan TC hanya dengan menambhkan sudut
γ/2 dan γ
γ
a Dimana : sin ----- = ------2 R C 2
a = Panjang tali busur (jarak antara titik) R C = Jari-jari lingkaran.
Secara umum, bila pematokan hanya dapat dilakukan sampai dengan titik i, maka dititik i tersebut alat dibuat sudut sebesar (i + 1) γ/2 dengan jarak a, maka akan didapat titik (i + 1).
Dan titik CT dapat ditentukan dari titik TC dengan membuat sudut ½ tangent (TC – PI) dan jarak “TC”
ΔC dari arah
K E CT = 2R C sin ½ ΔC.
Juga titik CT dapat ditentukan dari titik PI dengan membuat sudut (180 +
ΔC) dari
arah TC dan jarak PI ke TC sebesar T C = R C tan1/2 ∆C Bila bangunannya terletak di as/sumbu.
Bila ada tintangan pada as/sumbu, misalnya rintangan tersebut merupakan
bangunan yang terletak pada as/sumbu lingkaran, maka pematokannya hanya titik-titik yang tidak melintasi bangunan tersebut.
Pertama-tama dipasang dahulu titik-titik TC, PI dan CT. Kemudian dengan cara sudut defleksi dari titik TC dan CT dipatok titik-titik 1, 2, 5 dan 6. Sedangkan titik-titik 3 dan 4 tidak perlu dipasang. Jarak antara titik = a meter (5m – 12m). Sedangkan sudutnya sin
γ /2 = a/2R c
VI - 15
l a i r T 2 m ! o c . e t f t o s a n a e r w s . c C w w F D P Gambar 6-8.
Untuk menggantikan titik 3 dan 4, maka dibuat titik P dan Q disisi bangunan, dari TC dan CT dengan jarak TC – P = P dan jarak CT – Q = q dimana sudut yang dibuat di TC dan CT adalah
α dan β, dimana :
Sin ½ α = p/2R C dan sin ½ β = q/2 R C. Jadi dapat dihitung sudut
α dan β.
B.3. Pematokan Lengkungan Vertikal.
Sebelum mematok pada lengkungan vertical terlebih dahulu dilakukan pematokan kelandaian.
Misalkan patok 1, 2, 3, ………… dst.adalah patok di as/sumbu yang berjarak setiap 50 m. Tinggi titik 1 telah diketahui (Sta 0 + 000) = t 1 m.
VI - 16
Dititik 1 menurut peta perencanaan harus digali sedalam x meter. Jadi tinggi rencana titik 1 = T1 = t1 - x. Rencana kelandaian adalah g %, dari rencana kelandaian ini dapat dihitung tinggi rencana titik 2 (Sta 0 + 050), yaitu,
l a i r T 2 m ! o c . e t f t o s a n a e r w s . c C w w F D P g T2 = + T1 + ------ x 50 100
Demikian juga titik 3 (Sta 0 + 100) dan selanjutnya. Untuk titik 3 :
g T3 = T1 + ------- x 100 100
Untuk titik n :
g Tn = T1 + ------ x dn 100
dn = Jarak dari titik 1 ketitik n.
Gambar 6-9
VI - 17
Setelah mengetahui tinggi rencana dari titik-titik stasion, maka dilakukan pengukuran beda tinggi dengan cara tinggi garis bidik. Rambu-rambu ukur diletakkan pada titik- titik stasion 1, 2, 3, …….n.
Baca rambu yang dibidik tersebut misalkan bacaannya adalah a, b, c, ……z. Jadi tinggi garis bidik adalah tg b = t1 + a.
l a i r T 2 m ! o c . e t f t o s a n a e r w s . c C w w F D P Dapat dihitung tinggi titik- titik 2, 3, ………n, a dalah : T2 = tg b - b
T3 = tg b - c
• •
Tn = tg b – z
Kemudian dibandingkan dengan tinggi rencana titik- titik stasiun 2, 3, ….n Bila
Tn > t n maka pada titik n ditulis :
F = Tn = tn atau Fill (ditimbun) = (Tn - tn) m.
Bila
Tn < t n maka pada titik n ditulis :
C = tn - T n atau Cut (digali) = (tn – Tn) m.
Dimana :
Tn = Tinggi rencana titik n.
Tn = Tinggi permukaan tanah asli titik n.
Rumus-rumus hitungan diatas berlaku pula untuk kelandaian yang negatife.
Gambar 6-10
VI - 18
Gambar 6-10 adalah rencana kelandaian negative. Terlebih dahulu dihitung tinggi rencana titik-titik 4, 5, 6, (T n) kemudian dengan cara tinggi garis bidik dihitung tinggi permukaan tanah titik-titik 4, 5, 6, (t n), sehingga dapat dihitung galian atau timbunan pada titik-titik tersebut. Dengan cara yang sama, bila pda peta perencanaan ada station-station PLV, PVI
l a i r T 2 m ! o c . e t f t o s a n a e r w s . c C w w F D P
dan PTV, maka pada station-station tersebut dipasang patok selain station-station tiap 25m – 50m.
Gambar 6-11 adalah gambar rencana lengkung vertical cembung.
Biasanya dari peta perencanaan ada data – data lengkungan sebagai berikut :
Gambar 6-11.
TPVI = Tinggi rencana titik PVI
g1 & g2% = Kelandaian rencana
LV = Panjang horizontal keluk vertical atau jarak dari Sta PLV ke Sta PTV.
Dari data-data tersebut diatas dapat dihitung tinggi rencana titik 16, 17, 18, 19, dan 20 (T n) dengan cara sbb : T16 (=TPLV) = TPVI
g1 LV - ------ . ---100 2
T20 ( = TPLV) = TPVI
g2 LV + ------ . ------100 2
VI - 19
Sedangkan titik-titik 17, 18 dan 19 dihitung dengan rumus :
TX = TPLV
g1 . X + --------- + Y 100
Bila dihitung dari titik PLV.
l a i r T 2 m ! o c . e t f t o s a n a e r w s . c C w w F D P Dan :
TX = TPTV
g2.X - ------- + Y 100
Bila dihitung dari titik PTV.
Dimana :
X = Jarak mendatar suatu titik dilengkungan dari titik PLV atau PTV. A Y = ----------- . X2 dalam meter 200 LV A = g2 - g 1
dalam persen (%)
Setelah didapat (dihitung) tinggi rencana titik-titik pada lengkungan, kemudian dilakukan pengukuran tinggi dengan cara tinggi garis bidik sehingga dapat dihitung tinggi titik-titik pada permukaan tanah dan dihitung dalamnya galian atau tingginya timbunan untuk setiap titik.
VI - 20
l a i r T 2 m ! o c . e t f t o s a n a e r w s . c C w w F D P Gambar 6-12.
Demikian juga hitungan-hitungan untuk lengkungan vertical cekung (Gbr 6-12), dalam menentukan/menghitung tinggi rencana titik-ttik pada lengkungan yaitu : 23, 24, 25, 26 dan 27 (T n) dapat digunakan rumus – rumus seperti diatas (untuk Gbr. 6-11).Supaya pekerjaan penggalian dan penimbunan berjalan lancar hendaknya pada waktu pematokan vertical, patok tersebut di beri warna (cat) yang berlainan. Misalkan untuk patok yang harus digali menggunakan warna kuning dan untuk patok timbunan menggunakan warna merah atau memasang
patok bambu disebelah patok merah tersebut setinggi timbunannya.
Pada pematokan sisi/pinggir jalan (untuk membuat badan jalan) dapat dilakukan
bersama pematokan as jalan dengan melihat rencana diagram super-elevasi.
Dari diagram super-elevasi dapat dihitung tinggi rencana titik-titik dipinggi jalan tersebut. Dengan cara yang sama pada pematokan as jalan dapat juga mematok
pinggir jalan tersebut. Pada waktu pekerjaan tanah berlangsung yaitu galian & timbunan, maka dilakukan pula pengukuran profil memanjang sepanjang as jalan dan sisi/pinggir jalan untuk memeriksa apakah sudah betul atau belum bentuk profil jalan tersebut, atau dengan perkataan lain, sesuai dengan rencana atau tidak bentuk profil jalan tersebut.
VI - 21
2.3.
Penutup.
A.
Kesimpulan. -
Pematokan/stake out dilakukan secara benar karena pematokan/stake
out merupakan salah satu pengukuran yang sangat menentukan keberhasilan suatu konstruksi.
l a i r T 2 m ! o c . e t f t o s a n a e r w s . c C w w F D P -
Rintangan/kendala dalam pematokan/stake out yang sering dijumpai di lanpangan dapat diselesaikan jika prosedur dan pegukuran dapat dilaksanakan secara benar dan teliti.
B.
Contoh Soal
-
Tentukan koordinat setiap jarak 25 meter pada suatu perencanaan
jalan yang mempunyai tikungan (Gambar disediakan oleh pengajar).
-
Buat suatu lengkung vertikal dan tentukan elevasinya setiap jarak 10 m (Cembung dan Cekung).
C.
Test/Umpan Balik
-
Apa tujuan melakukan pematokan/stake out.
-
Jelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk pelaksanaan
pematokan pada lengkung horisontal dan lngkung vetikal.
VI - 22