6
1
BAB I
LAPORAN PENATALAKSANAAN ORTOTIK PROSTETIK
ASSESSMENT
Assessment adalah proses pemeriksaan yang dilakukan dengan cara mencari informasi secara detail kepada pasien.
Tujuan dari Assessment adalah untuk dapat mendiagnosis serta memberikan resep kepada pasien.
Yang saya lakukan sebelum melakukan assesment pada pasien adalah saya memeberitahukan kepada pasien tentang Edukasi dan juga apa yang akan saya lakukan nanti. tujuannnya Adalah agar pasien dapat berkerjasama selama pemeriksaan nanti.
Subjective Assessment
Dalam tahap ini Saya memeriksa tentang Informasi Pribadi pasien, Kondisi umum pasien, Riwayat penyakit, Riwayat pekerjaan, Kondisi lingkungan pasien.
Identitas pasien
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan dihasilkan data sebagai berikut :
Nama : Ratifah Apriyanti
Tempat, tanggal lahir : Boyolali, 25 Mei 1991
Umur : 26 tahun
Tinggi / berat badan : 152 cm/ 48 kg
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Miliran Rt 06/ Rw 05 Manggis Mojosongo, Boyolali
No. Telp : 0821-3704-9123
Pekerjaan : Wirausaha/Atlet Voli
Lingkungan : Pedesaan
Kondisi Lingkungan : Datar/ Flat
Penyebab Amputasi : Conginental
Riwayat penggunaan
Prosthesis : Sudah
Riwayat penyakit : tidak ada
Gambar 1.1 Assesment Subjektive
Objective Assessment
Pada tahap selanjutnya saya melakukan pemeriksaan Objektive Assesment, Pemeriksaan ini dengan memberlakukan pasien sebagai objek, lebih lanjutnya saya melakukan pengamatan dan berbagai macam test pada pasien.
Hasil yang didapat setelah melakukan pemeriksaan Objective Assesment ialah :
Tungkai amputasi : Tungkai kanan
Bentuk stump : Silindris
Kondisi Stump : Bagus, Tidak ada luka, tidak ada perubahan warna.
Sensitivitas stump : Baik
Kekuatan otot : Normal (5)
Lingkup gerak sendi : normal
Hasil kekuatan otot dan ROM nya
ROM
Muscle Strength
Right
Left
Right
Left
Hip
Flexion
110
115
5
5
Extension
30
25
5
5
Abduction
35
40
5
5
Adduction
20
20
5
5
Knee
Flexion
110
120
5
5
Extension
9
10
5
5
Ankle
Dorsal flexi
60
5
Plantar fleksi
40
5
Tabel 1.1 Hasil Range Of Motion dan Muscle Strength
Pada Saat saya melakukan pemeriksaan manual muscle test, saya mengacu pada kriteria nilai otot di bawah ini :
NILAI OTOT
KRITERIA
5
Subjek mampu bergerak dengan LGS penuh dengan melawan gravitasi dan melawan tahanan maksimal.
4
Subjek mampu bergerak dengan LGS penuh, melawan gravitasi dan dengan tahanan sedang.
3
Subjek mampu bergerak dengan LGS penuh dan melawan gravitasi tanpa tahanan.
2
Subjek mampu melakukan gerakan tanpa melawan gravitasi.
1
Subjek mampu mengkontraksikan ototnya tetapi tidak terjadi gerakan otot.
0
Subjek tidak mampu sama sekali dalam mengkontraksikan ototnya.
Tabel 1.2 Tabel Kriteria Nilai otot (Markku,2009)
Gambar 1.2 Assesment Objektive, Pengecekan MMT
Diagnosis Ortotik Prostetik & Prescription Principles
Diagnosis
pasien tidak memiliki penyakit serius lainnya
Setelah dilakukan berbagai tahap pemeriksaan didapatkan Diagnosis pasien yaitu pada saat pemeriksaan Anterior dan posterior Drawer test maupun Valgus dan Varus test pada stump side, knee stabil/normal. juga pada saat pemeriksaan Thomas test tidak terdapat Kontraktur trunk maupun Kontraktur hip flexi.
pada prosthesis sebelumnya pasien menggunakan desain socket PTB-SC dan dengan SACH foot.
Prescription Principles
Jenis prosthesis yang di pilih:
setelah dilakukan berbagai macam pemeriksaan didapatkan pasien dengan stump medium, stabilitas medio-lateral baik dan stabilitas anterior-posterior baik serta faktor pasien yang aktif dalam olahraga, maka prosthesis yang tepat adalah jenis prosthesis PTB Supracondylar endoskeletal.
Dengan alasan Prosthesis PTB Supracondylar mempunyai pengunci (suspension) pada condylusmedial, condyluslateral, dan dengan stump medium.
Bahan dan Alat yang di gunakan :
Untuk pasien saya, dengan medium stump transtibial amputee congenital, saya memberikan prescription adalah penggunaan PTB Supracondylar yang bahan dan komponennya meliputi :
Soft socket
Socket ini sesuai bagi pasien. Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan socket PTB Supracondylar ini meliputi mesin blower, mesin router, gunting, pensil, dan midline. Bahan- bahan yang digunakan diantaranya spons pedilin 5 mm, stokinet, bedak, bandage, dan lem.
Dengan menggunakan spons pedillin 5mm agar tumpuan berat badan pada material yang lembut dan protektif. Selain itu soft spons cocok untuk stump karena pasien tidak memiliki alergi. Dengan elastisitas material dapat membantu sirkulasi darah.
Hard socket
Bahan dan Alat yang digunakan dalam pembuatan hardsocket PTB Supracondylar ini meliputi plastik polypropylene4mm, tanggem, mesin sachsion, gunting,jig shaw,soft socket, penggaris, dan pensil.
Dengan mengggunakan bahan utama polypropylene4mm, mudah di bentuk dan agar tidak cepat rusak, selain itu mudah untuk dibersihkan.
Body shank
Bahan dan alat yang digunakan dalam pembuatan body betis antara lain: adaptor, dalam hal ini hanya merakit untuk body betisnya.
Dengan alasan untuk shank dari prosthesis ini saya menetapkan endoskeletal sebagai komponennya, karena jika dengan menggunakan eksoskeletal mengingat kondisi pasien congenital amputee, akan memudahkan untuk re-alignment dan memudahkan penggantian komponen. Maka dari itu penulis menetapkan endoskeletal shank dengan alasan lebih ringan untuk pasien. Di samping itu, pekerjaan pasien sebagai atlet yang mengharuskan aktifitas yang banyak. Dengan endoskeletal shank ini pasien lebih nyaman dengan kesehariannya, percaya diri dan tidak merasakan beratnya prosthesis nantinya.
Foot
Foot atau kaki yang digunakan pada prosthesis PTB Supracondylar menggunakan Solid Ankle Cushion Heel (SACH) foot dengan jenis rubber foot.
Dengan alasan, pasien tinggal di lingkungan datar di pedesaan. Melihat kondisi pasien cukup aktif melakukan olahraga namun dengan tunpuan pada distal stump, dan kekuatan otot pasien yang kuat. Dengan Solid Ankle Cushion Heel (SACH) footini, diharapkan bisa menunjang aktivitas dan kegiatan pasien di rumah.
Dengan menggunakan material dari rubber karena mudah di temukan, dan ringan.
MEASUREMENT
Pada tahap measurement, saya melakukan penandaan dan juga pengukuran pada stump side maupu sound side, tujuannya adalah agar pada saat producing dalam pembuatan ukurannya dapat sesuai dan tepat.
Sebelumnya Alat dan bahan yang saya persiapkan adalah : 1) Blangko pengukuran, 2) Mid line, 3) Pensil air, 4) Alat tulis, 5) Stokinet, 6) Caliper.
Proses Measurement
Pada Stump leg :
dalam melakukan penandaan dan pengukuran saya meminta pasien untuk duduk di kursi casting. penandaan dilakukan pada bagian toleran area maupun presure area.
memakaikan dahulu stoking pada stump pasien.
kemudian melakukan penandaan pada stump pasien yanng telah dipakaikan stoking, selagi melakukan penandaan juga dilakukan pengukuran.
Selanjutnya adalah menandainya dengan menggunakan pensil air. Penandaan saya lakukan pada tulang menonjol, area yang sensitif, dan pada distal end. Pada patella, patella tendon, supracondylar, head of fibula, tibial tubercle, tibial crest, medial border of tibia, dan lateral border of tibia, per 4 cm dari distal (guna untuk mengukur per 4m circum pada stump)
selanjutnya adalah saya melakukan pengukuran pada stump kanan pasien dan selanjutnya pengukuran pada Sound leg (kiri). Dengan posisi pasien duduk di kursi atau bed. Pengukuran saya lakukan dengan seksama dan hasilnya harus tanpa melakukan penekanan pada jaringan lunak agar ukurannya bisa pas atau sesuai. Untuk pengukuran supracondylair tekanan yang diberikan harus cukup ketat
Pada Sound leg :
menghitung panjang tendon patela sampai floor. telapak kaki pada sound side pasien menapak keseluruhan ke floor. untuk menentukan panjang KB (Kneee Bottom)
menghitung circum pada gastrok terbesar dan gastrok terkecil.
kemudian menggambar telapak foot pada kertas kosong, lalu menghitung panjang foot hal ini bertujuan untuk penentuan ukuran foot pada prosthesis
Setelah saya telah melakukan semua penandaan maupun pengukuran dari sound leg dan stump leg telah dicatat dalam blangko ukur, kemudian saya mempersiapkan tahap selanjutnya yaitu penganbilan negative cast.
6,5
6,5
7,539
7,5
39
28,532
28,5
32
4 cm26,5
4 cm
26,5
4 cm
4 cm
72014,523
7
20
14,5
23
4 cm
4 cm
2217
22
17
Gambar 1.3 Hasil Measurement
CASTING
Sebelum melakukan Casting, Alat dan bahan yang dipersiapkan ialah : 1) Blangko ukur, 2) Plastik wrap, 3) 3-4 Plaster gipsona, 4) Pensil air, 5) Gunting gips, 6) Stoking untuk stump, 7) Air.
Proses Casting
Memposisikan pasien duduk dikursi casting.
sebelumnya membasahi plaster dahulu lalu mulai balutkan pada stump dengan merolnya dari distal hingga ke pertengahan patela, lalu melakukan penekanan pada tendon patela dan popliteal area.
Selanjutnya mengslap gipsona sebanyak 4 lapis dengan ukuran setengah lingkar pada ujung femur, Permukaan plaster harus lembut dan dapat membentuk stump. Dilakukan penekanan pada Supracondylar, pada sambungan antara Gipsona bagian wrap dan Slap sudah menyatu.
Setelah negative cast mengkover seluruh area yang dibutuhkan. Dan juga telah kering, kemudian membukanya dengan cara menariknya dari stump pasien.
Pada saat pencopotan negative cast end bearing dari stump pasien, bisa dicopot tanpa harus menggunting negative cast.
Dalam Proses casting ini terdapat kendala, yaitu melupakan penekanan pada bagian medial tibia falre dan lateral tibia flare, Dan solusinya adalah melakukan pembentukan/ pengurangan pada positif Cast di proses Rectifikasi
Gambar 1.4 Casting
PRODUCING (FILLING)
Alat yang perlu dipersiapkan dalam melakukan filling ialah : 1) Negative Cast, 2) Powder Gips, 3) Air, 4) Ember, 5) Tangkai besi.
Langkah– langkahnya yaitu :
Sebelum melakukan filling pada negative cast. melapisi lagi bagian lapisan dari negative cast yang tipis dengan gipsona.
Melakukan penambahan gipsona pada area proximal negative cast secara merata.
Memberikan bagian dalam cetakan (negatif gips) dengan sedikit sabun cair. hal ini dilakukan agar mudah dalam melepas cast dari cetakan.
Membuat adonan dari Powder Gips dan Air .
Menuangkan adonan powder gips tadi ke dalam Negatif Cast.
Memposisikan tangkai besi berada tepat di tengah-tengah, tapi tidak sampai mengenai dasar dari negative cast.
Menunggu adonan yang telah di tuang hingga mengeras.
Gambar 1.5 Pengecoran (Filling)
REKTIFIKASI
Dalam melakukan Rectifikasi Alat yang dipersiapkan antara lai : 1) Kawat kasa, 2) Cutter, 3) Blangko, 4) Surform (Round, flat), 5) Midline, 6) Pensil Air, 7) Ragum, 8) Mangkok, 9) Sikat kawat. Dan bahan yang dipersiapkan adalah : 1) Positif Gips, 2) Gips, 3) Air
Proses Rectifikasi
Membuka negative cast dengan cutter,
Menebalkan kembali garis-garis penandaan, menandai per 4 cm panjang positive cast, lalu menghitung circumnya,
Mengukur kembali bagian yang telah diukur saat measurement,
Membandingkan ukuran negative cast dengan blanko ukur
Memperjelas area suspensi, yaitu supracondylar dan posterior distal
Melakukan penambahan pada bagian tolerant area dan juga melakukan pengurangan pada bagian .
Daerah yang dilakukan pengurangan ialah : Patella tendon, lateral-medial tibia flare, supracondylar, popliteal area.
Daerah yang dilakukan penambahan ialah : patella, Apex fibular, Tibial crest, End of Stump. melakukan penambahan pada area brim yang bertujuan agar mempermudah ketika saat mentrimline Socket.
Menghaluskan positive cast.
Gambar 1.6 Rektifikasi
FABRIKASI DAN PEMBONGKARAN
Dalam Proses Fabrikasi dan pembongkaran, Alat yang dipersiapkan ialah : 1) Saction, 2) Ragum, 3) Strika, 4) mesin Router, 5) Cast Cutter, 6) Palu besi, 7) Pahat, 8) ember, 9) Jigsaw. Dan bahan yang dipersiapkan yaitu : 1) Spons, 2) Catalyst, 6) serat fiber, 7) Stokinet, 8) Kain/ kassa untuk meratakan resin, 9) Tinner, 10) Badak, 11) Botol plastik, 12) Corong, 13) benang nylon, 14) Pengaduk, 15) Lakban, 16) Plastik PVC.
Langkah pembuatan
Langkah selanjutnya setelah adalah proses pembuatan/ proses produksi ini antara lain meliputi pembuatan :
Socket dengan soft socket dari spon,
hard socket terdiri dari resin, katalis dan fiber,
Langkah-langkah pembuatan Soft Socket :
Terlebih dahulu memotong spons, untuk ukurannya potongan spon yaitu ukuran panjang dari gip positif ditambah ± 10 - 15 cm untuk toleransi penarikan waktu pembentukan/ penyarungan spon pada gip positif. Kemudian mengukur lingkar (Circum terbesar dan circum terkecil) ditambah ± 2-3 cm untuk area pelekatan lem pada salah satu sisi saja. kemudian memberinya bedak juga pada positif castnya
Mengoven spons yang telah di lem menjadi kerucut, Tidak terlalu lama kira-kira sampai suhu sekitar 150ºC, kira- kira sekitar 30 detik.
Memasang spon yang telah di oven pada gip positif sambil dibentuk sesuai dengan profil gip positif menggunakan bandage sambil hubungkan dengan mesin suction agar spon dapat disedot dan membentuk seperti gip positif, kemudian menipiskan pada bagian ujung dengan cutter.
Menutup spon pada bagian ujung gip positif dengan 2 potongan spons yang lain, yang sudah diukur sesuai dengan lingkar ujungnya, yang satu hanya bagian pinggir sekelilingnya yang di lem, sedangkan yang satunya keseluruhan. Setelah itu kedua spons diblower agar mampu mengcover bagian ujung, kemudian ditempelkan.
Merapikan bagian-bagian dari spon yang belum rapi dengan cara di cutter terlebih dahulu kemudian dihaluskan dengan mesin router, terutama pada bagian sambungan.
Gambar 1.7 Pola pemotongan Soft Socket
Gambar 1.8 Pembuatan Soft Socket, mengelem terlebih dahulu,
sehingga dibuat kerucut
Gambar 1.9 Pembuatan Soft Socket
Langkah-langkah pembuatan Hard Socket:
Mengukur positif gips untuk pembuatan plastik PVC .
Mengukur lebar bagian atas dan bawah sesuai lingkar terbesar dan terkecil stump.
Panjang pola bagian atas ditambah 5cm, bagian bawah 5 cm
Pola bagian kanan dan kiri masing-masing diukur kedalam pola sekitar 1,5 cm digunakan untuk menyatukan pola sehingga membentuk bangun ruang.
Buatlah 2 lembar plastik PVC.
Kemudian plastik dilekatkan dengan cara menyetrika sehingga plastik tersebut berbentuk kerucut.
Gambar 1.10 Pola pemotongan Plastik PVC
Gambar 1.11 pembentukan plastik PVC agar menjadi kerucut
Melapisi gips dengan plastik pertama, yang sebelumnya telah diberi tinner terlebih dahulu agar plastik dapat elastis. kemudian memotong ujungnya dan mengisolasinya,
Lalu melapisinya dengan stockinet (2 Lapis) yang dipasang secara terbalik,
Dilapisi dengan serat fiber, lalu ditali dengan benang,
Gambar 1.12 pemasangan serat fiber
melapisi dengan stockinet lagi (2 Lapis),
Kemudian melapisinya lagi dengan plastic PVC yang terakhir,
Menali bagian bawah secara kencang dengan rafia ataupun dengan sisa stokinet yang telah digunting, Bertujuan agar pada saat penuangan Adonan resin, cairan resin tidak bisa menembus keluar,
Menyiapkan adonan resin (pencampuran resin dan katalis) dengan pada Resin sebanyak 500 ml, serat cairasn Katalis sebanyak 1,5 ml,
Bagian atas diberi corong,
Menuangkan adonan resin dan catalis yang sudah dicampur ke positif cast,
Meratakan adonan resin dengan kain hingga merata.
Menunggu resin sampai mengeras.
Gambar 1.13 Pembuatan Hard Socket
Langkah-langkah pembongkaran positif cast dari Hard Socket
Setelah Resin mengeras, dilakukan pembongkaran positif cast,
Sebelumnya menggambar terlebih dahulu trimline pada hard socketnya,
lalu mengcast cutter melingkar pada proximal socket
kemudian menghancurkan positif cast yang ada di dalam Socket dengan pahat dan palu besi..
Setelah sudah dihancurkan semua, Socket bisa terlepas dari positif cast lalu membersihkan bagian dalam Socket.
kemudian menggambar trimline pada Hard socket dengan spidol, lalu memotongnya menggunakan Jigsaw sesuai trimline yag telah digambarkan.
kemudian memasang kembali Soft socket dan memotong soft socket sesuai trimline pada hard socket tadi.
kemudian menghaluskannya dengan mesin router.
ASSEMBLY
Dalam proses ini yaitu melakukan perakitan komponen-komponen dari Socket hingga Foot. Alat dan komponen yang dipersiapkan adalah : 1) Plumb line, 2) Penggaris, 3) spidol, 4) Kunci L, 5) Obeng, 6) Mesin bor. Komponennya yaitu : 1) Socket, 2) Adaptor Socket, 3) Tube, 4) Tube Clamb Adaptor, 5) Foot Adaptor, 6) SACH Foot.
Langkah-langkah proses Assembly :
Menggabungkan dahulu dari bawah yaitu antara foot, adaptor foot, dan tube (sesuaikan Alignment, foot dan Tube harus 90º dari pandangan lateral maupun medial, atau bisa dibantu dengan penggunaan penggaris siku, mengeksternalkan foot 50) Mengencangkan baut dengan Kunci L
jika foot dan tube sudah sesuai Alignment, maka lanjutkanlah penggabungan antara tube clamb, socket Adaptor juga Socket (yang sebelumnya pada socket telah ditandai oleh garis alignment, kemudian sesuaikan ) penggabungan menggunakan kunci L
memasang socket yang sudah diberi tanda aligment (50 Fleksi) dan sudah diberi lubang dengan mesin bor, kemudian pasang mur+baut pada masing-masing lubang socket dengan adaptor socket.
Gambar 1.14 Proses Asembly antara foot dan tube
Gambar 1.15 Proses Asembly Socket, Shank, dan Foot
Bench Alignment
Pada tahap Bench Alignment ini ada prinsip yang harus dilakukan, diantaranya adalah, untuk ukuran fleksi dari socket pandangan lateral yaitu diambil garis tengah dari socket kemudian difleksikan 50 dan garis bagi socket jatuh tepat pada sepertiga bagian dari panjang foot bagian belakang. Untuk alignment dari pandangan anterior yaitu ditarik garis bagi dari luas socket, garis tersebut akan jatuh tepat pada metatarsal dua, kemudian posisi socket diabduksikan 50 (Markku, 2012).
1/2
1/2
1/250
1/2
50
Medial view Anterior view
Gambar 1.16 Alignment dari Medial, Anterior view
Gambar 1.17 Alighment Foot (CSPO, 1998)
Kemudian untuk posisi alignment dari foot yaitu, foot diletakkan pada garis lurus untuk menentukan titik bagi dari foot, setelah itu foot dieksternalkan 50 sesuai posisi anatomi telapak kaki (Markku, 2012).
ALIGNMENT
Alat yang digunakan pada persiapan Alignment adalah plumb line, penggaris, spidol, kunci L, kunci T, obeng dan bur tangan.
Static Alignment
Setelah melakukan bench alignment, langkah selanjutnya adalah Statik alignment. Dalam tahap ini yaitu penggunaan prosthesis ke pasien namun, pasien hanya berdiri, tanpa berjalan.
Goal yang didapat dalam statik Alignment ini ialah :
pada saat pasien duduk trimline socket masih ketinnggian pada bagian atas supracondylar (Proximal socket tidak sejajar dengan knee pasien,), evaluasi yang dilakukan ialah, menanda terlebih dahulu dengan spidol, kemudian memotongnya dengan Jigsaw, dan kemudian menghaluskannya dengan cara dirouter.
kemudian pada saat pasien berdiri, Prosthesis masih ketinggian 2 cm, evaluasi yang dilakukan adalah dengan cara menurunkan Adaptor tube clamb 2 cm.
Pasien telah merasa nyaman saat berdiri dengan Prosthesisnya, juga tidak ada nyeri maupun, perubahan warna pada stump pasien.
Gambar 1.18 Proses Static Alignment
FITTING /Dinamik Alignment
Dalam proses dinamik alignment mempersilahkan pasien berjalan di dalam pararel bar, Setelah mengamati Fitting pertama pasien, ditemukan Adanya Gait deviation Lateral Trust, dan juga pada foot masih kurang ekso rotasi, Evaluasi yang dilakukan ialah, Menyetel pada socket Adaptor pada bagian baut lateral, Dikendorkan dan bagian medial dikencangkan, juga pada foot, diekso rotasikan lagi sedikit. Kemudian mempersilahkan lagi pasien untuk berjalan lagi dengan prosthesis.
Pada fitting kedua masih ditemukan adanya Gait Deviation Lateral trust, evaluasinya adalah, karena pada baut pada socket adaptor telah maksimal, maka dilakukan Alignment ulang, kemudian dilakukan pemindahan letak lubang adaptor socket untuk dimedialkan sesuai dengan Alignment tadi dengan di bor lagi.
Setelah itu, mempersilahkan pasien memakai dan mencopot Prosthesisnya sendiri, dan pasien bisa melakukannya.
Gambar 1.19 Proses Dynamic Alignment