LAPORAN APLIKASI EVIDENCE BASED NURSING PRACTICE PURSED LIPS BREATHING UNTUK MENGURANGI SESAK NAPAS PADA PASIEN CA PARU
DISUSUN OLEH : 1. Nahfi Lutfiati
(P1337420615046) (P1337420615046)
2. Zumrotul Masruroh
(P1337420615047) (P1337420615047)
3. Ade Lestiani Limaretha
(P1337420615050) (P1337420615050)
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN SEMARANG JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG POLTEKKES KEMENKES SEMARANG 2019
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Kanker merupakan masalah kesehatan utama masyarakat di dunia dan
penyebab
kematian
nomor
dua
di
Amerika
Serikat.
Data
GLOBOCAN, International Agency for Research on Cancer (IARC) menunjukkan terdapat sekitar 14,1 juta kasus baru kanker dan 8,2 juta kematian akibat kanker di dunia pada tahun 2012. Dari jumlah tersebut, kanker paru merupakan kanker yang paling sering didiagnosa dengan jumlah kasus baru mencapai angka 1,8 juta kasus, setara dengan hampir 13% kasus baru kanker di dunia (IARC/WHO, 2012a; Siegel et al ., 2016). Kanker paru merupakan kanker terbanyak kedua dan penyebab utama kematian akibat kanker di Amerika Serikat (ACS, 2016b). Jumlah kematian akibat kanker paru lebih banyak dibandingkan kanker lainnya di dunia, tercatat 1,59 juta jiwa meninggal akibat kanker paru pada tahun 2012, setara dengan hampir seperlima (19,4%) kematian akibat kanker. Jumlah tersebut mengalami peningkatan dari dekade sebelumnya yang berjumlah sekitar 1,2 juta jiwa, sehingga kanker paru (bersama dengan kanker trakea dan bronkus) pada tahun 2012 masuk dalam lima besar penyebab utama kematian di dunia setelah penyakit jantung iskemik, stroke, penyakit paru obstruktif kronis, dan infeksi saluran napas bawah (WHO, 2014b; 2015). Insiden kanker paru terus meningkat di banyak negara terutama di negara berkembang (Horn et al ., 2015). Insiden kanker paru di Indonesia sebesar 11,6% dengan jumlah kasus baru sebesar 34.696 kasus (IARC/WHO, 2012b; WHO, 2014a). Jumlah kasus baru kanker paru, menurut data Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUIRSUP Persahabatan, telah meningkat lebih dari 5 kali lipat dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Kanker paru merupakan kanker terbanyak pada
laki-laki, nomor 4 terbanyak pada perempuan, dan merupakan penyebab utama kematian akibat kanker berdasarkan hasil penelitian berbasis rumah sakit dari 100 rumah sakit di Jakarta (Kemenkes RI, 2016). Kanker paru, menurut data tahunan Jemal et al ., memiliki prognosis yang buruk dibandingkan dengan kanker jenis lain (Syahruddin et al ., 2010). Tingkat kematian penyakit tersebut, jika dilihat dari jumlah kasus baru dan jumlah kematian akibat kanker paru berdasarkan data GLOBOCAN tahun 2012, tergolong tinggi. Case fatality rate (CFR) penyakit tersebut mencapai angka 88% (IARC/WHO, 2012a). Tingkat kematian yang tinggi juga bisa dilihat dari angka ketahanan hidup pasien kanker paru, dimana menurut Ward et al . (2008), angka ketahanan hidup 5 tahun pasien kanker paru secara keseluruhan hanya sebesar 13%. Meskipun pengobatan kanker paru akhir-akhir ini telah mengalami kemajuan, angka ketahanan hidup pasien tidak meningkat secara signifikan. Hal ini terjadi karena sebagian besar pasien datang dengan metastasis jauh pada saat didiagnosis (Horeweg et al ., 2013). Angka ketahanan hidup yang rendah pada pasien kanker paru disebabkan karena sebagian besar pasien datang berobat ketika penyakit telah parah atau sudah dalam stadium lanjut, sehingga angka keberhasilan pengobatannya menjadi jauh lebih kecil (Supartono and Suryanto, 2012). Komplikasi yang terjadi pada pasien kanker paru menyebabkan penurunan kualitas hidup, menjadi penyulit dalam pengobatan, memperburuk prognosis, bahkan bisa menjadi penyebab kematian. Penurunan kualitas hidup, misalnya, terjadi pada pasien kanker paru akan mengalami gejala klinis salah satunya adalah sesak napas.(Zamboni
et al ., 2015;
Ramadhaniah et al ., 2016). Berdasar Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (2003) terapi non farmakologis pada penatalaksanaan rehabilitasi yang dapat diberikan untuk mengatasi sesak napas yaitu latihan pernapasan salah satunya dengan pursed lip breathing exercise. Tujuan latihan ini adalah untuk mengurangi dan mengontrol sesak napas guna memperbaiki ventilasi dan
menyinkronkan kerja otot abdomen dan toraks. Serta berguna juga untuk melatih pengeluaran lendir dan memperkuat otot ekstrimitas. Proses inspirasi yang dalam dan panjang pada pursed lip breathing exercise dapat mengontrol pola pernapasan, sehingga frekuensi pernapasan akan menurun. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk membahas Evidence Based Nursing Practice dengan tindakan Pursed Lips Breathing untuk mengurangi sesak napas pada pasien Ca Paru. B. Tujuan Untuk menerapkan kegiatan Evidence-Based Nursing Practice
(EBNP) tentang Pursed Lips Breathing untuk mengurangi gejala sesak napas pada pasien Ca Paru.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sesak Napas Sesak napas adalah pengalaman subyektif merasakan gerakan saat
bernapas sehingga mengakibatkan ketidaknyamanan dalam bernapas, seringkali menimbulkan kekhawatiran dan merupakan suatu gejala yang sering kali dijumpai yang dapat merangsang respon fisiologis dan perilaku sekunder. Penyebab terjadinya sesak napas bukan hanya karena obstruksi bronkus dan bronkospasme saja, namun juga karena hiperinflasi yang menyebabkan menurunnya saturasi oksigen, dan meningkatnya frekuensi pernapasan. Sesak napas biasanya menjadi komplain ketika FEV1 <60% prediksi (Ambrosino & Serradori, 2006 dalam Khasanah, 2013). Tingkatan
dyspnea berdasarkan New York Heart Association
dibagi menjadi empat yaitu: Tingkat dyspnea
Intepretasi
Tingkat I
Tidak membatasi aktivitas
Tingkat II
Terjadi pembatasan ringan terhadap fungsi paru. Terjadi dyspnea saat aktvitas fisik, namun saat istirahat tidak terjadi dyspnea.
Tingkat III
Aktivitas fisik sangat terbatas. Aktivitas fisik ringan terjadi dyspnea.
Tingkat IV
Terjadi saat istirahat. memperberat keluhan.
Aktivitas
ringan
semakin
Sumber: Andarmoyo, 2012 B. Mekanisme Sesak Napas Sensasi Dipsnea berawal dari aktivitas sistem sensorik yang terlibat
dalam sistem respirasi. Informasi sensorik sampai pada pusat pernapasan di otak dan memproses respiratory related signals dan menghasilkan pengaruh kognitif, kontekstual, dan perilaku sehingga terjadi sensasi dipsnea.
C. Manajemen Sesak Napas Manajemen sesak
napas
ini
memiliki
dua
metode,
yaitu
farmakologi yang terdiri dari penggunaan bronkodilator (kerja pendek dan panjang),
morfin,
obat
anti
ansietas,
anestetik
lokal,
antibiotik,
glukokortikosteroid inhalasi, terapi kombinasi, agen mukolitik, dan oksigen. Bronkodilator seperti beta agonis (albuterol), antikolinergik (oxitropium), dan methylxanthines (Jantarakupt & Porock, 2005 dalam Parveen, 2014), dan metode non farmakologi seperti latihan pernapasan, konservasi energi, olahraga, penyesuaian lingkungan, manajemen nutrisi, teknik relaksasi, pendidikan dan pendekatan perilaku (ATS, 1999 dalam Francis, 2011). D. Teknik/Cara Untuk Mengatasi Sesak Napas Salah satu teknik nonfarmakologi dalam mengatasi sesak napas
yaitu dengan cara teknik pursed Lips Breathing yang berarti pernapasan bibir yang bertujuan untuk meningkatkan ventilasi secara optimal dan membuka jalan udara. Teknik ini digunakan pada individu dengan penyakit paru obstruksi kronis untuk meningkatkan status pernapasannya. Respon yang diharapkan adalah mampu mengembangkan paru-parunya dan meningkatkan kemampuan ventilasi (Andarmoyo, 2012). Pursed Lip Breathing (PLB) adalah latihan pernapasan yang dianjurkan untuk membantu seseorang mengendalikan pernapasan. Latihan pursed lip breathing dengan tujuan memperpanjang ekspirasi mempermudah pasien untuk mengeluarkan jumlah karbon dioksida yang terjebak di dalam paru dan dengan mengatur inspirasi secara beraturan akan membantu pasien mengurangi penggunaan otot-otot pernafasan. Maka dalam kondisi ini, akan terjadi penurunan frekuensi pernafasan. Hal ini dikarenakan pursed lip breathing exercise meningkatkan tekanan parsial oksigen dalam arteri yang menyebabkan penurunan tekanan terhadap kebutuhan oksigen dalam proses metabolisme tubuh, sehingga menyebabkan penurunan sesak nafas dan frekuensi pernafasan (Kowalski & Rosdahl, 2014 dalam Pamungkas, 2016).
Pursed Lip breathing exercise merupakan latihan pernapasan yang terdiri dari dua mekanisme yaitu mekanisme inspirasi yang kuat dan dalam, serta mekanisme ekspirasi aktif dan panjang (Smeltzer, 2008 dalam Purwaningsih, 2017). Latihan ini bertujuan untuk mengatur frekuensi dan pola pernafasan serta mepertahankan tekanan positif saluran pernapasan sehingga mengurangi air trapping , memperbaiki ventilasi alveoli untuk memperbaiki pertukaran gas tanpa meningkatkan kerja pernafasan, mengatur dan mengkoordinasi kecepatan pernafasan sehingga bernafas lebih efektif dan mengurangi sesak nafas (Smeltzer, 2008 dan IS Rini, 2011 dalam Budiono, 2017).
E. Kontraindikasi Kontraindikasi dilakukanya pursed lip breathing exercise yaitu
pada pasien dengan peningkatan tekanan intra kranial, trauma kepala dan cidera tulang belakang, miokard infark , perdarahan dengan ketidakstabilan haemodinamik, flail chest , fraktur tulang rusuk (Babu, 2016).
DAFTAR PUSTAKA